D Prodi P Biologi Jurusa PMIPA FKIP UNS Surakarta.

dokumen-dokumen yang mirip
EFFECT OF CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING WITH FIELD AND LABORATORY EXPERIMENT TO STUDENT S LEARNING ACHIEVEMENT OF X GRADE SMAN 2 YOGYAKARTA

E043 PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN GUIDED INQUIRY DAN MODIFIED INGUIRY TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIOLOGI

D042. SMP Negeri 2 Tangen, Kabupaten Sragen. 2 Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNS, Surakarta. - ABSTRAK

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

Mahasiswa S1 Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS 2 Dosen Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS KELAS UNTUK MENGUKUR KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA PEMBELAJARAN KIMIA di SMA DENGAN MODEL CTL

Nurlia 1 *, Mursalin 2 *, Citron S. Payu 3 **

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan

perencanaan, penentuan dan mengumpulkan sumber-sumber tetapijuga ketrampilan emosional dan sosisl menggunakan metode dan

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DISERTAI TUGAS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DISERTAI DENGAN KEGIATAN DEMONSTRASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR ASAM, BASA, DAN GARAM

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Mahasiswa Prodi Kimia, Jurusan PMIPA, FKIP, Universitas Sebelas Maret, Surakarta 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

*Keperluan korespodensi, tel: ,

Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. membentuk peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi

PENGARUH PROBLEM SOLVING LABORATORY MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONFLIK KOGNITIF TERHADAP PERUBAHAN KONSEP FISIKA SISWA SMA NEGERI 5 PALU

PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS INQUIRY DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KREATIVITAS MAHASISWA

Kusuma Wardhani 1, Widha Sunarno 2, Suparmi 3 1) SMA Negeri 3 Surakarta, 57128, Indonesia

Surakarta, 57126, Indonesia Surakarta, 57126, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENDIDIKAN KIMIA (Kode : B-03)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (natural science) yang

HASIL BELAJAR SAINS FISIKA DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 UKUI.

PENINGKATAN KEMAMPUAN KERJA ILMIAH DAN HASIL BELAJAR FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS VIIC SMP NEGERI 1 TAPEN BONDOWOSO

Suciati Sudarisman, 3 Suparmi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

JURNAL SAINTIFIK VOL.2 NO.2, JULI Kata kunci: Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Tim Kuis, Eksperimen

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

* Keperluan korespondensi,

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ilmu yang mempelajari benda-benda beserta fenomena dan

dapat dialami langsung oleh siswa, hal ini dapat mengatasi kebosanan siswa dan perhatiannya akan lebih baik sehingga prestasi siswa dapat meningkat.

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret. Jl. Ir. Sutami No.36A, Surakarta, Indonesia 57126

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

Eko Yulianton Program Studi Pendidikan Fisika IKIP PGRI Madiun. Abstrak

*keperluan korespondensi, telp/fax: ,

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI KARANGJATI

Kholifatul Maghfiroh, Asim, Sumarjono Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

*keperluan Korespondensi, no. HP ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

PEMBELAJARAN MOMENTUM DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN MEDIA KARTU SOAL DAN KARTU PINTAR

Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gaya Magnet di Kelas V SDN 2 Labuan Lobo Toli-Toli

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL REACT TERHADAP PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA SMA KABUPATEN PAMEKASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia FKIP UNS Surakarta, Indonesia 2. Dosen Prodi Pendidikan Kimia FKIP UNS Surakarta, Indonesia

kata kunci: bimbingan teknis, pendekatan kontekstual, dan mutu guru.

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia 2. Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia

D ) Pendidikan Biologi FKIP UNS. ABSTRAK

SIMULASI IPAL MELALUI PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA SMA NEGERI II SUKOHARJO.

PENGARUH PROBLEM BASED INSTRUCTION PADA SISWA DENGAN TINGKAT MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PENGUASAAN KONSEP BIOLOGI SISWA KELAS X SMA BATIK 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Dosen Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, Universitas Sebelas Maret, Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih

2015 PENERAPAN MODEL INQUIRY PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD

BAB I PENDAHULUAN. dinamis serta perkembangan yang baik. Menurut Buchori 2001 dalam Trianto

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN METODE SELF DIRECT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MELAKUKAN PRAKTIKUM MATERI SISTEM PENCERNAAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

PENCAPAIAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERDASARKAN PENGALAMAN DAN INKUIRI DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN TGT (Team Games Tournament) YANG DILENGKAPI DENGAN MEDIA POWER POINT DAN DESTINASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu

Wardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika. Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Seminar Pendidikan Serantau 2011

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

*Keperluan Korespondensi, telp: ,

Berkala Fisika Indonesia Volume 5 Nomor 1 Januari 2013

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. dengan teknik tes dan non-tes. Dalam teknik tes misalnya pemberian beberapa

PEMBELAJARAN BIOLOGI MODEL PBL MENGGUNAKAN EKSPERIMEN LABORATORIUM DAN LAPANGAN DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERFIKIR ANALISIS DAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN

ARTIKEL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PGSD UNP KEDIRI.

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AKADEMIK SISWA SMA NEGERI 5 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran biologi di SMA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

KETERAMPILAN MEMPREDIKSI DAN MENGKOMUNIKASIKAN PADA MATERI KELARUTAN DAN Ksp MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING.

BAB I PENDAHULUAN. martabat yang lebih tinggi daripada makhluk yang lainnya. Jihad (2008: 158)

BAB I PENDAHULUAN. Prestasi Pustaka, 2007), hlm Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivistik, (Jakarta:

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Endang Sujiati. Universitas Negeri Surabaya, Eko Wahjudi

Fakhruddin *), Elva Eprina, dan Syahril Laboratorium Pendidikan Fisika, Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau, Pekanbaru

Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Inge Ratna Dwi Alitalya, Puger Honggowiyono. Kata-kata kunci: Numbered Head Together (NHT), CTL, NHT berbasis CTL

Bimafika, 2016, 8, 10 15

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

Kata Kunci : Modul Pembelajaran, Inkuiri Terbimbing, Hasil Belajar.

PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DISKUSI DAN EKSPERIMEN DITINJAU DARI KEMAMPUAN VERBAL DAN GAYA BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (natural science) yang

PENGEMBANGAN LKS BERPROGRAMA PADA SUB POKOK BAHASAN PERPINDAHAN KALOR DI SMA. Binar Ayu Dewanti, Sri Wahyuni, Yushardi

Transkripsi:

D46 PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN METODE EKSPERIMEN LAPANGAN DAN EKSPERIMEN LABORATORIUM TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK KLAS X DI SMA NEGERI 2 YOGYAKARTA Singgih Murwani 1, Suciati Sudarisman 2 1 SMA 2 Yogyakarta Email: singgih_smada@yahoo.com 2 Prodi P Biologi Jurusa PMIPA FKIP UNS Surakarta Email: suciati.sudarisman@yahoo.com ABSTRAK Kegiatan pembelajaran Biologi di SMA Negeri 2 Kota Yogyakarta masih bercorak teoritis dan hafalan (tekstual), sehingga konsep-konsep Biologi cenderung sulit dipahami oleh peserta didik. Dalam mengajar, tampaknya guru kurang memperhatikan pendekatan dan metode yang sesuai dengan karakteristik materi Biologi yang banyak melibatkan keterampilan ilmiah. Akibatnya capaian prestasi belajar menjadi kurang maksimal. Metode pembelajaran Eksperimen adalah metode pembelajaran berbasis Keterampilan Proses Sains, sangat cocok untuk mengoptimalkan pengembangan aspek kognitif, psikomotor, dan afektif peserta didik. Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan metode Eksperimen Lapangan dan Eksperimen Laboratorium terhadap Prestasi belajar. Penelitian mengunakan metode Eksperimen dengan populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X, semester 1 tahun pelajaran 21 211 di SMA Negeri 2 Yogyakarta khususnya pada materi tentang Polusi. Sampel diambil secara random sebanyak dua kelas, masing-masing terdiri dari 32 dan 31 peserta didik. Data berupa kemampuan kognitif berupa prestasi belajar yang dijaring menggunakan tes. Validitas instrumen prestasi belajar diuji dengan menggunakan rumus koefisien korelasi biseral. Reliabilitas instrumen diuji dengan anatest. Data prestasi belajar dianalisis dengan menggunakan SPSS 15. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh penggunaan pendekatan CTL dengan metode Eksperimen Lapangan dan Eksperimen Laboratorium. Pendekatan CTL dengan metode Eksperimen Lapangan di SMA Negeri 2 Kota Yogyakarta memberi pengaruh lebih baik terhadap rata-rata nilai prestasi belajar peserta didik (72,97) dibandingkan pada penggunaan pendekatan CTL dengan metode Eksperimen Laboratorium yang rata-rata prestasi belajarnya lebih rendah (69,65). Kata kunci : Pendekatan CTL, Metode Eksperimen Lapangan, Metode Eksperimen Laboratorium, Prestasi Belajar. PENDAHULUAN Globalisasi dan perkembangan Sains dan Teknologi berdampak pada aspek sosial budaya manusia yang mendorong terjadinya pergeseran paradigma, tak terkecuali bidang pendidikan. Paradigma teacher centered harus diubah menjadi student centered. Sebagai implikasinya, proses pembelajaran harus diarahkan pada pengembangan kompetensi peserta didik yang berhubungan dengan ranah afektif (sikap), kognitif (pengetahuan), dan psikomotor (keterampilan). Sains (Biologi) harus diajarkan sesuai dengan hakikat pembelajarannya yaitu mengacu pada tiga aspek: produk, proses, dan sikap ilmiah. Hakikat Sains sebagai produk artinya hukum-hukum dan teori dalam sains hanyalah produk dari serangkaian aktivitas manusia yang dikenal dengan penyelidikan ilmiah (scientific Inquiry). Sains sebagai proses artinya sains diperoleh dari proses penyelidikan ilmiah yang diawali dari rasa ingin tahu tentang fenomena alam, kemudian menjadi permasalahan dan pertanyaan untuk dicari pemecahannya melalui pengamatan dan percobaan, hingga diperoleh kesimpulan. Sains sebagai sikap artinya bahwa sikap-sikap ilmiah yang terimplementasi dalam kehidupan sehari-hari yang diperoleh peserta didik setelah melakukan pembelajaran. Selaras dengan hakekat sains yang telah diuraikan di atas, maka pembelajaran biologi idealnya lebih menekankan pada proses (hands on), Yaitu peserta didik aktif selama pembelajaran untuk membangun pengetahuannya melalui serangkaian kegiatan agar pembelajaran memiliki daya retensi yang tinggi. Selain itu, pembelajaran biologi sebaiknya dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari (kontekstual) agar pembelajarannya lebih bermakna. Hasil pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran Biologi di SMA Negeri 2 Kota Yogyakarta masih bercorak teoritis dan hafalan, sehingga konsep-konsep biologi cenderung sulit dipahami oleh peserta didik. Dalam pembelajaran, guru kurang memperhatikan kesesuaian antara pendekatan dan metode dengan karakteristik materi biologi, sehingga capaian prestasi belajar tidak maksimal. Metode pembelajaran Eksperimen adalah metode pembelajaran berbasis Keterampilan Proses Sains, sangat cocok untuk mengoptimalkan pengembangan seluruh kemampuan peserta didik (kognitif, afektif, dan psikomotor). Beberapa karakteristik keunggulan dari metode pembelajaran Eksperimen adalah memberi kesempatan kepada peserta didik untuk aktif terlibat dalam kegiatan, sehingga pembelajaran tidak membosankan. Peserta didik dapat dibagi dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen, peserta didik 29 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya Menuju Pembangunan Karakter

aktif dalam kegiatan dengan panduan lembar kerja. Dengan demikian, semua anggota akan bekerja sama dan saling membantu untuk memahami suatu materi pembelajaran. Selain itu metode eksperimen memungkinkan terciptanya interaksi dan kerjasama antara peserta didik dengan lingkungan sekitarnya, sehingga diharapkan akan tumbuh sikap peduli terhadap lingkungan pada diri peserta didik, misalnya: sikap peduli terhadap polusi yang terjadi di masyarakat sekitar yang pada gilirannya akan menciptakan keadaan lingkungan yang seimbang (Homeostasis). Berdasarkan keunggulan karakteristik yang dimiliki oleh metode eksperimen tersebut di atas, maka penggunaan metode eksperimen sangat sesuai diterapkan pada materi polusi di SMA Kelas X yang meliputi konsep tentang: pengertian polusi, macam-macam polusi, indikator polusi, sumber polusi, dampak polusi dan penanggulangan polusi yang kesemuanya berkaitan dengan kegiatan keterampilan proses sains. Kegiatan penyelidikan (eksperimen) dapat dilakukan di laboratorium maupun di secara langsung di lapangan. Namun demikian meski kegiatan ilmiah dapat dilakukan di laboratorium maupun di secara langsung di lapangan, masing-masing memiliki karakteristik lingkungan yang berbeda sehingga diprediksi memiliki dampak yang berbeda terhadap hasil belajar peserta didik. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti telah melakukan penelitian dengan judul Perbedaan Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching and Learning Dengan Metode Eksperimen Lapangan dan Eksperimen Laboratorium Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X di SMA Negeri 2 Yogyakarta. Rumusan Masalah Berdasarkan masalah-masalah yang telah dikemukakan di atas, selanjutnya disusun rumusan masalah penelitian sebagai berikut: 1) Apakah ada pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning dengan metode eksperimen lapangan dan metode eksperimen laboratorium terhadap prestasi belajar peserta didik klas X di SMA Negeri 2 Yogyakarta?, 2) Bagaimana perbedaan pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning dengan metode eksperimen lapangan dan metode eksperimen laboratorium terhadap prestasi belajar peserta didik klas X di SMA Negeri 2 Yogyakarta? Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Untuk mengetahui apakah ada pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning dengan metode eksperimen lapangan dan metode eksperimen laboratorium terhadap prestasi belajar peserta didik klas X di SMA Negeri 2 Yogyakarta; 2) Untuk mengetahui bagaimana perbedaan pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning dengan metode eksperimen lapangan dan metode eksperimen laboratorium terhadap prestasi belajar peserta didik klas X di SMA Negeri 2 Yogyakarta KAJIAN PUSTAKA Menurut Hilgrad dan Bower (dalam Baharuddin, 21:13) belajar pada hakikatnya adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Kimble dan Garmezi (dalam Trianto, 21:9), belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman. Belajar sains berbeda dengan belajar bidang lain non-sains, hal itu terkait dengan pengertian yang terkandung dalam ilmu itu sendiri. Sains didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya (Depdiknas, 26:7). Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan berdasarkan metode ilmiah, Pembelajaran Sains idealnya berkaitan dengan situasi yang lebih alami dan situasi pada dunia nyata siswa, sehingga dapat membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual) (Depdiknas dalam materi pelatihan terintegrasi Sains:24). Pembelajaran sains dengan pendekatan kontekstual merupakan suatu prinsip pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar dengan penuh makna. Menurut Trianto (21:17), pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Seminar Nasional VIII Pendidikan Biologi 291

Pembelajaran sains berkaitan erat dengan kegiatan ilmiah melalui metode eksperimen, baik eksperimen lapangan maupun eksperimen laboratorium. Metode eksperimen lapangan dilakukan di tempat yang sesungguhnya, baik oleh guru maupun oleh peserta didik. Dalam metode eksperimen lapangan, peserta didik melakukan observasi terhadap fakta yang terjadi di tempat yang sesungguhnya. Peserta didik dapat mencatat hasil observasinya dengan menggunakan lembar kerja siswa (LKS) yang sudah disediakan oleh guru. Sedangkan metode eksperimen laboratorium, peserta didik melakukan eksperimen sendiri untuk kemudian diobservasi hasilnya. Metode eksperimen ini dapat dikatakan metode manipulatif, karena peserta didik dipandu untuk mencocokan antara kenyataan dan teori yang dipelajari. Pada umumnya peserta didik akan menemukan dan memahami konsep melalui pengalamannya sendiri (Wina Sanjaya, 28: 152). Dengan demikian belajar sains dengan pendekatan kontekstual akan menjadikan pembelajaran lebih bermakna bagi peserta didik. Sementara penggunaan metode eksperimen sangat relevan dengan hakikat sains yang menekankan pada kegiatan penyelidikan. Namun, karakteristik eksperimen laboratorium dan eksperimen lapangan yang berbeda akan berpengaruh pada cara berpikir siswa dalam memaknai suatu konsep. Hipotesis 1. Ada pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning dengan metode eksperimen lapangan dan metode eksperimen laboratorium terhadap prestasi belajar peserta didik klas X di SMA Negeri 2 Yogyakarta 2. Penggunaan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning dengan metode eksperimen lapangan berpengaruh lebih baik dibandingkan dengan penggunaan metode eksperimen laboratorium terhadap prestasi belajar peserta didik klas X di SMA Negeri 2 Yogyakarta METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang menggunakan dua kelompok eksperimen, yaitu kelompok eksperimen I diberi perlakuan menggunakan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning metode eksperimen lapangan, sedangkan kelompok eksperimen II diberi perlakuan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning metode eksperimen laboratorium. Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan beberapa teknik yaitu: 1) Dokumentasi, digunakan untuk mendapatkan data nama, jumlah dan kemampuan awal peserta didik dari kelas-kelas yang dijadikan subyek penelitian; 2) Tes Prestasi Belajar, digunakan untuk mengukur hasil belajar peserta didik ranah kognitif pada materi Polusi, dalam bentuk pertanyaan pilihan ganda. Data diperoleh dari kelas X1 dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning melalui metode eksperimen lapangan dan kelas X4 dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning melalui metode eksperimen laboratorium yang meliputi data kemampuan awal, dan prestasi belajar. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data Kemampuan Awal Data kemampuan awal dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini: Tabel 1. Data Kemampuan Awal Sebelum Perlakuan Kelompok Juml p. didik Mean SD Minimum Maksimum Eksperimen I 32 7,91 5,28 6 9 Eksperimen II 31 68,35 4,91 6 8 Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal Peserta Didik Pada Kelas Eksperimen Lapangan 1 59.-62. 61. 1 3,13 2 63.-66. 65. 1 3,13 3 67.-7. 69. 19 59,38 4 71.-74. 73. 6 18.75 292 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya Menuju Pembangunan Karakter

5 75.-78. 77. 3 9.37 6 79.-82. 81. 1 3,13 7 83.-86. 85. 8 87.-9. 89. 1 3.13 Jumlah 32 1. 2 15 1 frekuensi 5 Nilai tengah 65 61 69 73 77 81 85 89 Gambar 1. Grafik Kemampuan Awal Kelas Eksperimen Lapangan Berdasarkan Tabel 2 dan Gambar 1 kemampuan awal peserta didik dari kelas eksperimen lapangan dengan jumlah terbanyak pada interval 67.-7. sebanyak 19 orang peserta didik. Sedangkan Distribusi frekuensi kemampuan awal pada kelas eksperimen laboratorium dapat dilihat dalam tabel 3 berikut ini: Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal Peserta Didik Pada Kelas Eksperimen Laboratorium 1 6.-62. 61. 1 3,23 2 63.-65. 64. 9 29.3 3 66.-68. 67. 5 16.13 4 69.-71. 7. 8 25.81 5 72.-74. 73. 5 16.13 6 75.-77. 76. 2 6.45 7 78.-8. 79. 1 3,23 Jumlah 31 1. 1 8 6 4 2 Nilai tengah 64 61 67 7 73 76 79 frekuensi Gambar 2 Grafik Kemampuan Awal Kelas Eksperimen Laboratorium Berdasarkan Tabel 3 dan Gambar 2 distribusi frekuensi kemampuan awal peserta didik dari kelas eksperimen laboratorium dengan jumlah terbanyak pada interval 63.-65. sebanyak 9 orang peserta didik. Seminar Nasional VIII Pendidikan Biologi 293

Data Prestasi Belajar Tabel 4: Diskripsi Data Prestasi Belajar Peserta Didik Metode Jumlah Data Nilai tertinggi Nilai Terendah Rata-rata Standar Deviasi Eksperimen lapangan 32 86, 6, 72,97 6,296 EksperimenLaboratorium 31 83, 53, 69,65 6,834 Data Prestasi Belajar Kelas Eksperimen Lapangan Tabel 5. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Peserta Didik Padai Kelas Eksperimen Lapangan 1 59.-62. 6.5 1 3,23 2 63.-66. 64.5 5 15,62 3 67.-7. 68.5 6 18,74 4 71.-74. 72.5 8 25 5 75.-78. 76.5 5 15,62 6 79.-82. 8.5 4 12,5 7 83.-86. 84.5 3 9,37 Jumlah 32 1. 1 8 6 4 FREKUENSI 2 Nilai Tengah 64.568.572.576.58.584.5 6.5 Gambar 3. Grafik Frekuensi Prestasi Belajar Peserta Didik Pada Kelas Eksperimen Lapangan Berdasarkan Tabel 5 dan Gambar 3 di atas prestasi belajar dengan interval 71.-74. mempunyai persentase frekuensi tertinggi yaitu sebesar 25 % atau sebanyak 8 orang peserta didik. Sedangkan frekuensi paling rendah berada pada interval 59. 62. sebanyak 3.23 % atau 1 orang peserta didik. Data Prestasi Belajar Kelas Eksperimen Laboratorium Tabel 6: Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Peserta Didik Pada Kelas Eksperimen Laboratorium 1 52.-55. 53.5 1 3.23 2 56.-59. 57.5 1 3.23 3 6.-63. 61.5 3 9.68 4 64.-67. 65.5 8 25.81 5 68.-71. 69.5 8 25.81 6 72.-75. 73.5 3 9.68 7 76.-79. 77.5 4 12.9 8 8. 84. 81.5 3 9.68 Jumlah 31 1. 294 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya Menuju Pembangunan Karakter

1 8 6 4 2 frekuensi Gambar 4. Grafik Frekuensi Prestasi Belajar Peserta Didik Pada Kelas Eksperimen Laboratorium Berdasarkan Tabel 6 dan Gambar 4 di atas frekuensi prestasi belajar pada kelas dengan metode eksperimen laboratorium interval 64.-67. mempunyai persentase frekuensi sama dengan interval 68.-71. yaitu sebesar 25,81% atau sebanyak 8 orang peserta didik. Sedangkan frekuensi paling rendah berada pada interval 52. 55. sebanyak 3.23% atau 1 orang peserta didik. HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN Berdasarkan hasil perhitungan uji anava diperoleh p-value metode =.5 = α (.5), maka Ho (metode tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar) ditolak, (p >,5 tidak ditolak), berarti metode berpengaruh terhadap prestasi belajar. Ada perbedaan antara metode eksperimen lapangan dan metode eksperimen laboratorium terhadap prestasi belajar. Berdasarkan rerata nilai prestasi belajar, terlihat bahwa rerata nilai pada pendekatan CTL dengan metode eksperimen lapangan lebih tinggi (72.97) dibandingkan dengan pendekatan CTL dengan metode eksperimen laboratorium (69.65). Hasil tersebut menunjukan bahwa dengan penggunaan obyek langsung yang ada di sekeliling kita atau secara kontekstual memudahkan peserta didik dalam mempelajari dan memahami materi polusi. Hal tersebut relevan dengan pendapat Edgar Dale (Wina Sanjaya, 21:165) bahwa semakin konkrit peserta didik mempelajari bahan pengajaran, maka semakin banyak pengalaman yang diperoleh. Berdasarkan dengan konteks materi Polusi, penggunaan metode eksperimen lapangan dalam pembelajaran mampu memberikan pengalaman secara langsung kepada peserta didik, sedangkan melalui metode eksperimen laboratorium peserta didik hanya mengamati keadaan yang dimanipulatif atau tiruan yang dibuat seperti keadaan yang sesungguhnya. Pengalaman konkrit yang diperoleh peserta didik akan memiliki daya retensi lebih tinggi melekat sehingga mudah untuk diingat kembali. Ditinjau dari aspek psikologi perkembangan, Elizabeth Bhurlock (211:213) menjelaskan bahwa anak-anak SMA yang usinya antara15-18 tahun dikategorikan usia remaja atau periode peralihan, atau dalam kategori operasional formal. Pada usia ini anak anak lebih senang berada di luar rumah bersama dengan teman sebaya sebagai kelompok. KESIMPULAN 1. Ada pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning dengan metode eksperimen lapangan dan metode eksperimen laboratorium terhadap prestasi belajar peserta didik klas X di SMA Negeri 2 Yogyakarta 2. Penggunaan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning dengan metode eksperimen lapangan berpengaruh lebih baik dibandingkan dengan penggunaan metode eksperimen laboratorium terhadap prestasi belajar peserta didik klas X di SMA Negeri 2 Yogyakarta DAFTAR PUSTAKA Dharma Kesuma, 21. Contextual Teaching and Learning,Garut, Rahayasa Researt and Training. Seminar Nasional VIII Pendidikan Biologi 295

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 22. Pendekatan Kontekstual (Contectual Teaching And Learning, Jakarta. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 24. Materi Pelatihan Terintegrasi Sains. Jakarta. Direktorat Pembina TK dan SD Dediknas, 24, Faktor faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar. Diakses Sabtu 26 Juni 21. Jam 21,45. Dari alamat website http://ditptksd.go.id/home/34- umum/46-faktor-faktor yang mempengaruhi-prestasi -belajar-anak Johnson, Elaine B. 27.Contectual Teaching And Learning Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasikkan Dan Bermakna. Bandung: MLC. Keraf, Sonny 26. Etika Lingkungan. Jakarta: Kompas. Nasrul Rofiah Hidayati, 29. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Dengan Menggunakan Media Animasi dan Modul Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Ratna Wilis Dahar,1989.Teori teori Belajar, Gelora Aksara Pratama, Bandung Suciati Sudarisman, 21. Membangun Karakter Peserta Didik Melalui Pembelajaran Biologi Berbasis Keterampilan Proses. Proceeding Seminar Nasional VII Pendidikan Biologi FKIP UNS. Trianto, 21, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresi.Jakarta: Kencana Prenada Media Group Wenno I.H, 28.Strategi Belajar Mengajar Sains Berbasis Kontekstual. Yogyakarta: Inti Media. PERTANYAAN Penanya: Sri listyoini (SMA Negeri 1 Klaten) Assessment apa yang diterapkan dari 3 aspek (kognitif, psikomotor, dan afektif)? Jawab: Assessment kognitif, psikomotor dan afektif. Hearts on dengan lembar observasi, peserta didik bisa mengeluarkan sikap ilmiah, diantaranya sadar lingkungan, sikap interaksi social (dalam 1 kelompok), sikap jujur, menghargai, munculnya karakter sains adalah dengan menghargai lingkungan. Penilaian pada minds on (kognitif) yaitu dengan memberikan soal pilihan ganda. 296 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya Menuju Pembangunan Karakter