APLIKASI TEKNIK QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT DAN LEAN MANUFACTURING UNTUK MINIMASI WASTE

dokumen-dokumen yang mirip
Lean Thinking dan Lean Manufacturing

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN DI PT. XYZ TUGAS SARJANA DEA DARA DAFIKA SIAGIAN NIM.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar I.1 Part utama Penyusun meter air

BAB 3 LEAN PRODUCTION SYSTEM

QUALITY. Karakteristik produk dan jasa yang memberi kepuasan terhadap kebutuhan konsumen. (American Society for Quality Control)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Toyota production system (TPS) sangat populer di dunia perindustrian.

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh

Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisis Pemborosan pada Unit Pelayanan Kesehatan Poliklinik dengan Pendekatan Lean Service

Permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah keterlambatan pengerjan proyek pembuatan High Pressure Heater (HPH) di PT.

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan model..., Deni Juharsyah, FT UI, 2009.

Pendahuluan. I.1 Latar belakang

BAB 1 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penerapan Metode Quality Function Deployment (QFD) Untuk Menangani Non Value Added Activity Pada Proses Perawatan Mesin

Evaluasi Sistem Bisnis Lean Oleh: Vincent Gaspersz, Lean Six Sigma master Black Belt

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM

UPAYA MEMINIMALISASI CACAT PRODUK. KEMASAN CUP AIR MINERAL 240 ml (STUDI KASUS PERUSAHAAN AIR MINUM)

UPAYA PENGURANGAN PEMBOROSAN DALAM MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PROSES ELIMINASI WASTE DENGAN METODE WASTE ASSESSMENT MODEL & PROCESS ACTIVITY MAPPING PADA DISPENSING

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Implementasi Lean Manufacturing untuk Identifikasi Waste pada Bagian Wrapping di PT. X Medan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab I Pendahuluan. Support. Webbing QC Sewing. Gambar I.1 Skema alur proses produksi tas di PT. Eksonindo Multi Product Industry

TOTAL QUALITY MANAGEMENT

Lanjutan ISO Konsistensi Mutu. 6. Aspek Legal. 7. Peningkatan Produktivitas. 8. Meningkatkan unjuk kerja keuangan. 9.

BAB I PENDAHULUAN. performansinya secara terus menerus melalui peningkatan produktivitas. Lean

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Perbaikan UKM X dengan Pendekatan Lean Manufacture Guna Mereduksi Waste di Lantai Produksi Aluminum

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Persaingan dunia industri yang semakin ketat khususnya di industri

TUGAS AKHIR PENERAPAN METODE LEAN SIGMA UNTUK MEMPERBAIKI KINERJA QUALITY, COST DAN DELIVERY PRODUK SUNVISOR ASSY DI PT. APM ARMADA AUTOPARTS

Perbaikan Kualitas Proses Produksi Dengan Pendekatan Lean Sigma Pada Divisi Produksi Di Hollywood Plastik, Sidoarjo. Michael Hartanto.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang penuh persaingan,. Inovasi yang dilakukan harus disesuaikan dengan. agar merancang produk dengan fungsi yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN WASTE PADA PRODUKSI BENANG DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING DI PT. XYZ SURABAYA

Penurunan Waste Intra pada Transportation Process Menggunakan Value Stream Mapping: A Case Study

Manajemen Produksi dan Operasi

OPTIMASI LINI PRODUKSI DENGAN VALUE STREAM MAPPING DAN VALUE STREAM ANALYSIS TOOLS

APLIKASI LEAN THINKING PADA INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT SEMEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan konsumen merupakan faktor yang sangat penting untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

ANALISA PROSES BISNIS

Analisis Kepuasan Pelanggan Terhadap Pelayanan Hotel Lido Graha dengan Metode Quality Functions Deployment (QFD)

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis Overall Equipment Effectiveness dalam Meminimalisasi Six Big Losses pada Area Kiln di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Universitas Sumatera Utara

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN PENERAPAN LEAN SIX SIGMA CONCEPT UNTUK PERBAIKAN LINI PRODUKSI

وإذ تا ذن لي ني ن ربكم شكرتم لا زیدنكم ولي ن إنن كفرتم عذابي لشدید Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman merupakan sektor strategis yang akan

PENENTUAN PRIORITAS TERHADAP TUGAS OPERATOR PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT

REDUCING DEFECTS AND COSTS OF POOR QUALITY OF WW GRAY ROYAL ROOF USING DMAIC AND FMEAP (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS PROCESS)

Standar Kualitas Internasional

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO...

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

KATA PENGANTAR. persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Teknik Industri pada Fakultas

Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 660J Untuk Meningkatkan Produktivitas

# $ !!" ! #$! $% # %!!!'(!! +!! % %+!'!! " #! # % #, #,-! #! )!! %" .'.!% % ) ' ' '!!!! % '! $ )!!'" /!.!% % ) $ % & (!!!!.!% %!$

*Bagaimana menerjemahkan kebutuhan pelanggan yang subyektif menjadi target yang tepat untuk langkah pengembangan selanjutnya?

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

GITA ASTETI GINTING DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Bahan Ajar SISPRO MAHOP :) 2012/2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam pengertian paling luas, manajemen operasi berkaitan dengan

Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Lemlit USAKTI 01 (01), 2016

PENINGKATAN PENGENDALIAN KUALITAS MELALUI METODE LEAN SIX SIGMA

BAB III METODOLOGI.

Transkripsi:

APLIKASI TEKNIK QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT DAN LEAN MANUFACTURING UNTUK MINIMASI WASTE Arief Rahmawan 1*, Sugiono 2, Chee-Cheng Chen 3 1 Jurusan Teknik Industri, Universitas Brawijaya & Business Administration Department, National Pingtung University of Science and Technology 2 Jurusan Teknik Industri, Universitas Brawijaya, 65145, Indonesia 3 Business Administration Department, National Pingtung University of Science and Technology, 91201, Taiwan ROC Abstract The aim of the paper is to reduce wastes in manufacturing process by integrating QFD and lean concepts manufacturing. Optimize the amount of waste can be considered as the voice of consumers e.g. how the management manufacturing eliminated the defect of the product. Some companies have implemented both the integration but not fully eliminate waste entirely. Hence, the modification of QFD & lean concept integration is still open chance to get better in waste (defect) elimination. The study is started with a preliminary survey and assesses the theory to define both methods. Pareto diagram is employed to determine the level of interest which has priority waste and further analyzed with QFD achieved. The result shows that a unique standard operating procedure (SOP) is very important for every department. Keywords : lean production, quality function deployment, waste 1. PENDAHULUAN Saat ini, banyak mass production manufacturing yang berusaha meningkatkan kapabilitas mereka mencapai zero waste. Cacat produk, kelebihan produksi, kelebihan proses, dan inventori seringkali menjadi permasalahan tersendiri yang dialami oleh pelaku industri skala besar. Mereka juga dituntut untuk untuk menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen dan merefleksikannya ke dalam desain produk. Lean manufacturing adalah suatu metodologi yang bertujuan untuk menjaga kontinuitas suatu perusahaan. Dalam Journal of Engineering, pendekatan lean biasanya adalah pengembangan waste management dengan mengeliminasi aktivitas non added values [1]. Lean manufacturing menjadi popular ketika diterapkan pada industri Toyota Corp. di Jepang dan menjadi pionir dalam production system. Pondasi dari lean adalah bagaimana mengidentifikasi non added value dan added value. Kadang filosofi lean tidak bisa diterapkan dalam produksi masal karena beberapa hal di antaranya (1) portofolio produk skala besar sulit untuk distandardisasi (2) karakteristik produk menimbulkan pembatasan produk (3) Perusahaan job-shops atau firma tidak dapat bersaing dengan dominasi perusahaan skala besar yang rantai pasokan mereka lebih kompleks. Pendekatan QFD adalah pendekatan dengan matriks, yang biasa disebut house of quality (HoQ). Matriks ini dirancang untuk mengetahui hubungan antara kebutuhan pelanggan dan respon teknis. Implementasi pada penelitian ini adalah mencari hubungan antara waste dengan departemen mana yang merupakan sumber dari waste tersebut. Dengan mengintegrasikan lean manufacturing, maka SOP akan didistribusikan ke departemen yang tepat. Quality function deployment dan filosofi lean menjadi teori utama dalam penyusunan penelitian ini. Berikut adalah penjelasan beberapa teori yang mendukung penelitian ini. Waste management dapat terbagi dalam beberapa pendekatan, seperti reliability analysis, failure analysis, availability analysis, life cycle assessment. Dalam perindustrian keuntungan dapat diperloah dengan mengeliminasi waste. Taiichi Ohno adalah seorang konseptor Toyota Production System dan konsultannya Shigeo Shingo memberikan sebuah saran pada saat itu bahwa mengurangi biaya produksi dapat dilakukan dengan mendefinisikan waste [2]. * Corresponding author. Email : arief.iesrk@yahoo.com Published online at http://jemis.ub.ac.id Copyright 2014 PSTI UB Publishing. All Rights Reserved 1

Tabel 1. Macam-macam Wastes No Jenis Limbah Simbol Deskripsi Dampak 1 Defect D Produk tidak cocok dengan spesifikasi Mengurangi output kualitas pekerja, proses, 2 Inventory I Menaikkan biaya Kelebihan produk yang disimpan di inventori, mengurangi gudang. Menyebabkan over produksi kapasitas gudang 3 Motion M Pekerja melakukakn sesuatu yang Wasting time, pekerja seharusnya tidak perlu dapat lelah lebih awal 4 Overproduction Opd Surplus inventori Menyebabkan inventori Output yang lama, 5 Overprocessing Ops Perakitan / proses yang berlebihan mengurangi kapabilitas output 6 Transporting T mengurangi kapabilitas Rantai pasokan atau material output, waktu produksi handling yang tidak efektif yang lebih lama 7 Waiting W Menunggu pekerjaan terlalu lama Mengurangi kapabilitas pekerja Ketujuh waste pada tabel 1 dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu (1) melakukan sesuatu yang tidak semestinya diselesaikan (overproduction, transportation, over processing, motion dan inventory) (2) melakukan sesuatu yang salah (defect) dan (3) tidak melakukan apa pun (waiting). Pada umumnya eliminasi waste artinya meningkatkan efisiensi operasional. Salah satu perusahaan terkenal yang pertama kali menerapkan adalah Toyota Corp. yang berpusat di Jepang. Toyota telah sepenuhnya bekerja prinsipprinsip lean manufacturing di awal 1960-an [3]. Banyak Industri mengadopsi lean manufacturing sebagai praktik bisnis. Zero inventory merupakan salah satu inisiatif dalam praktek lean manufacturing di seluruh dunia agar tetap kompetitif di pasar yang semakin global [4]. Shah and Ward [5] dalam penelitian mereka menyimpulkan empat hal inti dari lean manufacturing yaitu just-in-time (JIT), total quality management (TQM), total preventive maintenance (TPM), and human resource management (HRM). Keempat hal tersebut dapat mengukur kinerja operasional dalam perusahaan. Sedangkan lean production, yang berasal dari sistem produksi Toyota, merupakan salah satu inisiatif yang banyak pabrik besar di seluruh dunia telah mencoba untuk mengadopsi ideologi tersebut agar tetap kompetitif di pasar yang semakin global [6]. Lean production tidak hanya sukses diterapkan di manufaktur mass production tetapi juga secara signifikan menggeser trade-off antara produktivitas dan kualitas. Hal tersebut menyebabkan pemikiran ulang konsep dari berbagai praktisi dan akademisi mengenai bagaimana meminimasi zero waste [7]. Lean production dapat didefinisikan sebagai filosofi atau strategi yang bergantung pada metodologi seperti just in time (JIT), Kanban untuk meminimasi defect (kelebihan inventori, sisa produk atau reworks) untuk meningkatkan kemampuan suatu perusahaan dalam mengelola lean. [8]. Penelitian terakhir juga mendalilkan pelaksanaan tentang structure equation model (SEM) yang dapat menganalisis korelasi antara lima variabel lean production (mengatur pengurangan waktu, program perbaikan terus-menerus, pull production system, lead time yang lebih pendek, small lot sizes) dan hasil kinerja [9]. Mereka mengungkapkan bahwa mengurangi biaya set up adalah hasil utama dari hubungan antara lean production, kinerja bisnis dan product quality performance (PQP). Sebagai gambaran, Karlsson & Åhlström telah mengklasifikasikan lean seperti yang terlihat pada Gambar 1. 2

Gambar 1. Elemen dari lean [10] Lean adalah suatu filosofi manajemen yang berfokus pada menghilangkan dan mengurangi limbah di setiap aliran nilai produk, memperluas tidak hanya dalam organisasi, tetapi juga di sepanjang jaringan supply chain perusahaan [11]. Lean berpikir telah berkembang dari lingkungan manufaktur dapat diterapkan di seluruh organisasi dan industri di luar manufaktur [12]. 1.1. Quality Function Deployment Metode ini telah berkembang di Kobe Shipyard dari Mitsubishi Heavy Industries, Ltd dan telah berkembang jauh sejak 1972 [13]. QFD adalah terjemahan dari satu set prioritas kebutuhan pelanggan secara subyektif ke dalam satu set tingkat sistem selama proses konseptual sistem desain. Pendekatan serupa dapat digunakan untuk kemudian menerjemahkan persyaratan tingkat sistem menjadi lebih rinci yang mengatur setiap tahap proses desain dan pengembangan. QFD dapat digunakan untuk mengidentifikasi lean yang memungkinkan untuk implementasi oleh manajemen supply chain. What s mewakili kebutuhan konsumen/pelanggan, sementara how s mewakili respon teknis karena mereka dianggap sebagai alat praktis bahwa perusahaan dapat menggunakan untuk mencapai lean. Gambar 2 menjelaskan gabungan submatrix QFD yang popular dikenal house of quality Gambar 2. house of quality matrix [14] Metode QFD tidak hanya mempertimbangkan unsur-unsur baik berwujud dan tidak berwujud, tetapi juga mengidentifikasi pentingnya masing-masing elemen dalam keputusan [15]. Kunci untuk mempertahankan hubungan pelanggan-pemasok adalah mengelola harapan pelanggan sehingga produk, atau jasa, yang sedang diberikan setidaknya memenuhi atau melebihi, kebutuhan dasar mereka. Masalahnya adalah bahwa jika sepenuhnya tidak bisa memahami harapan pelanggan, maka kita tidak bisa berharap untuk memuaskan mereka secara memadai. Konsep dasar dari HOQ adalah untuk menerjemahkan kebutuhan pelanggan ke dalam persyaratan teknis, dan kemudian membuat prioritas (rank) persyaratan teknis.. 1.2. Ishikawa Diagram Fishbone diagram atau diagram sebab-akibat dibuat oleh Kaoru Ishikawa, seorang analis kontrol kualitas dari Jepang. Diagram tersebut untuk menganalisis, mengidentifikasi penyebab peristiwa 3

tertentu. Diagram Ishikawa adalah alat manajemen mutu untuk menentukan penyebab yang dikelompokkan ke dalam beberapa kategori utama yaitu manusia, metode, material, mesin dan lingkungan. Tujuan utama dari diagram Ishikawa adalah untuk mencari solusi untuk mencegah penyebab. Pelaksanaan diagram Ishikawa terutama di daerah manufaktur, atau bahkan beberapa industri jasa juga menerapkannya. Mendefinisikan masalah, memilah penyebab dalam empat kategori (menambahkan kategori lingkungan umum), menentukan penyebab untuk setiap kategori dan mencari solusi untuk menyelesaikannya. 2. Metodologi 2.1. Model Sebelumnya Waste management sangat penting, kadang kala waste dapat dieliminasi oleh satu departemen. Area utama yang seringkali terdapat macam-macam waste adalah sebagai berikut : 1. Engineering department 2. Quality assurance department 3. Production department 4. Human resource and management department 5. Research and development department 6. Warehousing department Setiap manufaktur memiliki prosedur operasi standar (SOP) mereka sendiri untuk mengoperasikan mesin atau melakukan beberapa pekerjaan tertentu. Fungsi SOP itu sendiri adalah untuk mengurangi waktu idle, untuk membuat pekerjaan optimal dan untuk memastikan bahwa setiap karyawan melakukan pekerjaan mereka di bawah prosedur. Lean manufaktur difokuskan pada organisasi tempat kerja dan prosedur kerja standar. Ada tiga konsep utama dari penelitian ini: 1. Limbah yang tidak berasal dari satu departemen, itu bisa datang dari departemen lain. Berdasarkan diskusi ini, kita menganalisis darimana sumber limbah tersebut? 2. Diagram Ishikawa dapat memahami penyebab utama dari limbah 3. Menemukan hubungan antara limbah dan diagram Ishikawa untuk menganalisis SOP harus ditujukan ke departemen terkait 2.2. Pendekatan Model Baru Penelitian ini berfokus kepada korporasi tingkat menengah ke atas, untuk mengetahui darimana limbah berasal. Penelitian ini juga mengintegrasikan antara QFD dengan filosofi lean manufacturing karena hal tersebut dapat disimpulkan sebagai metodologi untuk pengembangan mutu sistem eliminasi ketujuh macam limbah. Salah satu yang jadi kendala adalah tidak ada batasan pasti dalam teori QFD, sehingga salah satu fungsi dari peneltian ini adalah untuk membuktikan apakah QFD memang dapat terintegrasi dengan filosofi lean manufacturing. Dalam hal ini fokus penelitian pada suara pelanggan diisi oleh jenis limbah dan akan berkorelasi dengan keempat kategori dalam Ishikawa diagram. Penelitian ini didasarkan pada tinjauan literatur, studi kasus yang mendalam dan diklaim dapat memberikan kontribusi untuk meningkatkan pengetahuan tentang fungsi QFD dan lean manufacturing. Machine Man Ishikawa Diagram Defect Material Method House of Quality ke-1 Standard Operating Procedure (SOP) Analisis House of Quality Faktor Penyebab Defect Relationships Weighted SOP Analisis Pareto House of Quality ke-2 Departemen Weighted SOP Relationships Gambar 3. Metodologi integrasi lean dan QFD 4

Amount JEMIS VOL. 2 NO. 1 TAHUN 2014 ISSN 2338-3925 Konsep pada penelitian ini, seperti yang dijelaskan pada gambar 3 bertujuan untuk mencari tahu darimana limbah berasal, apakah limbah berasal dari satu departemen saja. Identifikasi sumber (departemen) penyebab limbah secara terus menerus dapat menyebabkan peningkatan efisiensi, peningkatan produktivitas dan peningkatan daya saing. Umumnya, perusahaan yang mengaplikasikan eliminasi limbah dalam proses manufaktur, menyadari beberapa manfaat sebagai berikut: mengurangi workin-process, biaya inventori yang lebih rendah, tingkat kualitas produk yang lebih tinggi serta peningkatan fleksibilitas dan kemampuan untuk memenuhi permintaan pelanggan, biaya produksi secara keseluruhan yang lebih rendah. 3. Hasil dan Pembahasan Penulis berasumsi bahwa banyak limbah berasal dari beberapa departemen, dan berdampak terhadap lebih dari satu departemen. Data di bawah ini menunjukkan bahwa defect adalah limbah yang paling prioritas untuk diatasi. Penulis menghitung dari berapa banyak biaya yang diperlukan untuk menangani limbah defect, dan juga untuk limbah lain seperti inventori dan over processing. Selain diagram Pareto 400 320 240 160 80 0 25% 42% 58% 71% Gambar 4. diagram level limbah di Taiwan (gambar 4) dibuat untuk menunjukkan berapa persentase pengaruh defect dibanding limbah yang lain. Seringkali manufaktur belum bisa mengidentifikasi sumber limbah secara optimal. Hal tersebut memakan waktu dan karyawan yang bertanggung jawab tidak memiliki standar yang tepat untuk melakukan itu. Limbah dapat didefinisikan sebagai internal dan eksternal non added value untuk manufaktur, yang dapat dikalkulasikan dengan biaya produksi. Sebagai contoh adalah inventory, set up (waiting), cacat produk, dan rework (kelebihan produksi atau proses yang berlebihan). Tabel 2 menunjukkan perhitungan biaya yang timbul akibat ketujuh jenis limbah dari beberapa perusahaan manufaktur di Taiwan pada kurun waktu 2009-2012. Perhitungan limbah dikonversikan ke dalam Taiwan Dolar (NTD). Dari tabel 2 dapat disimpulkan ternyata defect adalah limbah yang memiliki cost paling tinggi dari sampel perusahaan manufaktur di Taiwan. Sehingga dalam penelitian ini limbah jenis defect yang akan dianalisis lebih lanjut. 82% 92% 100% Def Inv Ovprd Ovprc Trns Wtg Mtn Amount (million NTD $) Tabel 2. Total biaya kerugian akibat tujuh jenis limbah Simbol Limbah Jumlah (juta NTD $) % % Cum Def Defect 85 21.092% 21.092% Inv Inventory 73 18.114% 39.206% Ovprd Overproduction 67 16.625% 55.831% Ovprc Overprocessing 58 14.392% 70.223% Trns Transporting 46 11.414% 81.638% Wtg Waiting 40 9.926% 92% Mtn Motion 34 8.437% 100% 403 100% 100% 80% 60% 40% 20% 0% 5

3.1. Analisis Ishikawa diagram Langkah pertama adalah melakukan pengumpulan data penyebab defect dan selanjutnya dianalisis dengan diagram Ishikawa seperti yang terlihat pada gambar 5. Setelah melakukan survei ketujuh departemen di beberapa manufkatur di Taiwan, terdapat 21 variabel penyebab defect yang diklasifikasikan menurut Diagram Ishikawa. Ke-21 variabel tersebut akan dibuat skala prioritas dengan cara Diagram pareto (gambar 6). Perhitungan persentase diperoleh dari seberapa sering variabel tersebut menjadi penyebab defect. Selanjutnya perhitungan persentase dan penjelasan simbol variabel defect kumulatif dijabarkan pada tabel 3. Machine Set up yang kurang benar Maintenance yang tidak teratur Terjadi tes program yang salah Kalibrasi yang tidak teliti Akurasi peralatan yang jelek Salah penanganan set up Mesin terlalu banyak bekerja Man kelalaian Kurang training Kurang peduli menjalankan operasi Perilaku yang kurang baik Kurang peduli dalam inspeksi Variasi material terlalu banyak Tingkat kerusakan bahan baku yang tinggi Material Stok material yang tidak sesuai Standard metode yang kurang baik Method Variabilitas proses yang terlalu tinggi Instruksi yang kurang tepat Deviasi standard Setting parameter proses yang salah preventif maintenance yang kurang Defect Gambar 5. Diagram Ishikawa pada defect 500 100% 400 80% 300 60% 200 40% 100 20% 0 0% Amount %cum Gambar 6. Diagram pareto defect 6

Simbol Weighted Value Production part approval process New product developing control procedure Continuous improvement procedure Supplier control procedure Purchasing control procedure Process control procedure Machine preventive maintenance procedure Training and education control procedure Employee certification and promotion procedure Calibration control procedure Corrective and preventive action procedure Management review and responsibility control JEMIS VOL. 2 NO. 1 TAHUN 2014 ISSN 2338-3925 Tabel 3. perhitungan persentase variabel defect No Penyebab Defect %cum D7 Instruksi yang kurang tepat 17,92% D5 Tingkat kerusakan bahan baku yang tinggi 28,92% D3 Salah penanganan set up 37,35% D17 Stok material yang tidak sesuai 44,50% D1 Variasi material terlalu banyak 49,77% D13 Perilaku yang kurang baik 54,80% D6 Kurang peduli menjalankan operasi 59,72% D2 Kelalaian 64,29% D18 Variabilitas proses yang terlalu tinggi 68,62% D14 Kurang training 72,83% D8 Setting parameter proses yang salah 76,58% D20 Preventive maintenance yang kurang 79,74% D15 Set up yang kurang benar 82,79% D4 Maintenance yang tidak teratur 85,83% D9 Akurasi peralata n yang jelek 88,76% D19 Standard metode yang kurang baik 91,45% D10 Kalibrasi yang tidak teliti 93,68% D16 Mesin terlalu banyak bekerja 95,43% D21 Deviasi standard 97,19% D11 Terjadi tes program yang salah 98,83% D12 Kurang peduli dalam inspeksi 100% 3.2. House of Quality #1 Analisis house of quality adalah untuk mengetahui korelasi antara variabel prioritas penyebab defect dan SOP yang sudah ada. Fungsi dari korelasi ini untuk mengetahui apakah sebenarnya SOP tersebut dirancang dapat mengeliminasi waste / limbah. Perhitungan diperoleh dengan melibatkan manajer di setiap departemen dan supervisor. Dari 21 variabel defect dipilih enam yang paling tinggi nilai persentasenya untuk dianalisis di HoQ #1 ini. Sedangkan nilai korelasi dibagi menjadi tiga level yaitu = 9 ; = 3 ; = 1. SOP Tabel 4. Analisis House of quality #1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Variabel Standard Operating Procedure D1 Variasi material terlalu 3 banyak D13 Perilaku yang kurang baik 3 D17 Stok material yang tidak 3 sesuai D3 Salah penanganan set up 5 D5 Tingkat kerusakan bahan baku yang tinggi 7 D6 Kurang peduli menjalankan operasi 3 D7 Instruksi yang kurang tepat 9 Total 131 157 81 24 33 109 108 183 45 70 95 90 Rank 3 2 8 12 11 4 5 1 10 9 6 7 7

Row Weighted Value Quality Assurance Warehousing Production Process engineering Research and Development Human Resource and Management JEMIS VOL. 2 NO. 1 TAHUN 2014 ISSN 2338-3925 SOP sebagai respon teknis, merupakan manual guide operator/karyawan, didapat dari manufaktur di Taiwan yang dijadikan objek penelitian. Perhitungan HoQ #1 oleh tim QFD memberikan kesimpulan bahwa SOP training and education control procedure memberikan kontribusi yang paling besar terhadap keenam variabel defect. 3.3. House of Quality #2 Analisis HoQ #2 bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi setiap SOP terhadap keenam departemen yang dijadikan objek penelitian. Dari analisis yang ditunjukkan pada tabel 5, keenam departemen telah berkorelasi dengan 12 SOP dan memiliki tingkat korelasi yang berbeda-beda. Sehingga dalam penerapannya hendaknya semua operator maupun karyawan mengikuti SOP tersebut. Namun evaluasi SOP juga perlu dilaksanakan agar identifikasi limbah dapat dilaksanakan dengan optimal. 4. Kesimpulan Integrasi Quality function deployment matrix dengan filosofi lean menghasilkan kesimpulan bahwa limbah dapat dieliminasi dengan mendistribusikan SOP ke departemen terkait. Karena limbah tidak selalu berasal dari departemen yang berhubungan langsung dengan proses produksi. Metodologi ini juga didukung dengan analisis diagram Ishikawa yang berperan penting untuk mengetahui variabel atau key issues dari limbah defect. Yang pertama, peran voice of customer dalam analisis HoQ telah ditransfer menjadi key issues dari limbah defect untuk memberikan kesimpulan bahwa variabel-variabel penyebab defect merupakan customer requirement dalam eliminasi defect. Yang kedua, bahwa standard operating procedure (SOP) merupakan product design objek perusahaan yang diteliti. Korelasi dalam matriks HoQ menunjukkan bahwa SOP telah berkorelasi dengan semua key issues. Yang ketiga sumber limbah tidak selalu berasal dari satu departemen, dapat dibuktikan dengan korelasi variabel defect cenderung kuat terhadap semua SOP dan juga SOP telah berkorelasi terhadap semua departemen. Sehingga untuk mencapai zero waste, distribusi dan penerapan SOP yang tepat dapat dilakukan. Acknowledgemnts Penelitian ini memiliki banyak kekurangan sehingga diperlukan evaluasi dan pengembanga ilmu lebih lanjut terhadap metodologi yang dibuat di jurnal ini. Ucapan terima kasih dan apresiasi tinggi ditujukan pada NPUST, Taiwan dan Universitas Brawijaya. Column Tabel 5. Analisis House of quality #2 1 2 3 4 5 6 Standard Operating Procedure - Manufacturing Department 1 New product developing control procedure 9 2 Continuous improvement procedure 9 3 Management review and responsibility control 9 4 Training and education control procedure 7 5 Machine preventive maintenance procedure 7 6 Purchasing control procedure 5 7 Process control procedure 7 8 Supplier control procedure 9 9 Production part approval process 3 10 Employee certification and promotion procedure 5 11 Corrective and preventive action procedure 5 12 Calibration control procedure 3 Total 302 186 169 157 131 235 Rank 1 3 4 5 6 2 8

DAFTAR PUSTAKA [1] Acharya, T. K. 2011. Material Handling and Process Improvement Using Lean Manufacturing Principles. International Journal of Industrial Engineering, 18(7), 357-368. [2] Canel, C., Rosen, D., & Anderson, E. A. 2000. Just-In-Time is Not Just for Manufacturing : A Service Perspective. Industrial Management & Data Systems, 51-60. [3] Womack, J. P., Jones, D. T., & Roos, D. 1990. The Machine That Change The World. New York: Rawson Associates. [4] Singh, B., Garg, S. K., Sharma, S. K., & Grewal, C. 2010. Lean Implementation and Its Benefits to Production Industry. International Journal of Lean Six Sigma, 1(2), 157-168. [12] Stone, K. B. 2012. Four Decades of Lean : A Systematic Literature Review. International Journal of, 3(2), 112-132. [13] Zarei, M., Fakhrzad, M. B., & Paghaleh, M. J. 2011. Food Supply Chain Leanness Using A Developed QFD Model. Journal of Food Engineering, 102, 25-33. [14] Chan, L. K., & Wu, M. L. 2002. Quality Function Deployment: A Comprehensive Review of Its Concepts and Methods. Quality Engineering, 15(1), 23-35. [15] Almannai, B., Greenough, R., & Kay, J. 2008. A Decision Support Tool Based On QFD and FMEA for The Selection of Manufacturing Automation Technologies. Robotics and Computer-Integrated Manufacturing, 24, 501-507. [5] Shah, R., & Ward, P. T. 2003. Lean Manufacturing : Context, Practice Bundles, and Performance. Journal of Operations Management, 21, 129-149. [6] Schonberger, R. J. 2007. Japanese Production Management : An evolution With Mixed Success. Journal of Operations Management, 25, 403-419. [7] Holweg, M. 2007. The Genealogy of Lean Production. Journal of Operations Management, 25, 420-437. [8] Nasab, H. H., Bioki, T. A., & Zare, H. K. 2012. Finding A Probabilistic Approach to Analyze Lean Manufacturing. Journal of Cleaner Production, 29-30, 73-81 [9] Agus, A., & Hajinoor, M. S. 2012. Lean Production Supply Chain Management As Driver Towards Enhancing Product Quality and Business Performance. International Journal of Quality & Reliability Management, 29(1), 92-121. [10] Karlsson, C., & Åhlström, P. 1996. Assessing Changes Towards Lean Production. International Journal of Operations & Production Management, 16(2), 24-41. [11] Scherrer-Rathje, M., Boyle, T. A., & Deflorin, P. 2009. Lean, Take Two! Reflections From The Second Attempt At Lean Implementation. Business Horizons, 52, 79-88. 9