KONTRIBUSI SEKTOR UNGGULAN TANAMAN PANGAN TERHADAP PENINGKATAN EKONOMI WILAYAH DI KECAMATAN WATANG SIDENRENG

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. Latar Belakang

IDENTIFIKASI KOMODITAS UNGGULAN DI KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN PASAMAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH AKTIVITAS PERDAGANGAN DAN JASA TERHADAP VOLUME LALU LINTAS DI RUAS JALAN HERTASNING KOTA MAKASSAR

I. PENDAHULUAN Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) merupakan daerah agraris dan

KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN DI KABUPATEN SEMARANG (PENDEKATAN LQ DAN SURPLUS PRODUKSI)

PENDAHULUAN. swasembada beras. Produksi yang melebihi kebutuhan konsumsi penduduk, menempatkan daerah ini sebagai daerah suplai beras dan penyangga

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI :

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VII. KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN BOGOR

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sulawesi barat. Kabupaten Mamuju memiliki luas Ha Secara administrasi,

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

ANALISIS LOCATION QUOTIENT (LQ) AGROPOLITAN PONCOKUSUMO

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. daerahnya masing-masing. Oleh karena itu tiap daerah sudah lebih bebas dalam

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

Perkembangan Ekonomi Makro

2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan berperan penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Penentuan Kawasan Agropolitan berdasarkan Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura di Kabupaten Malang

3 METODE. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian. 3.2 Jenis, Sumber dan Metode Analisis Data

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

S. Andy Cahyono dan Purwanto

Analisis Potensi Kecamatan Berbasis Komoditas Pertanian Dalam Pembangunan Wilayah Di Kabupaten Sleman (Pendekatan Location Qoutient dan Shift Share)

ABSTRAK PENDAHULUAN. Kata kunci : Komoditi Unggulan, Spesialisasi, Lokalisasi dan Lokasi (LQ)

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

Penentuan Kawasan Agropolitan berdasarkan Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura di Kabupaten Malang

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

I. PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung

POTENSI PENGEMBANGAN PERTANIAN PERKOTAAN UNTUK MEWUJUDKAN KAWASAN PERKOTAAN BELOPA YANG BERKELANJUTAN

PENGELOMPOKAN KABUPATEN DAN KOTA DI SUMATERA BARAT BERDASARKAN PRODUKTIVITAS PERTANIAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS GEROMBOL BERHIERARKI.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MODEL PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN BERBASIS KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN JOMBANG

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

BAB I PENDAHULUAN. politik. Oleh karena itu, ketersediaan beras yang aman menjadi sangat penting. untuk mencapai ketahanan pangan yang stabil.

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan

Prosiding Seminar Nasional Tantangan Pembangunan Berkelanjutan dan Perubahan Iklim di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan

Analisis Perwilayahan Komoditas Kedelai di Kabupaten Jember

BAB I PENDAHULUAN. sehingga ketersediaannya harus terjamin dan terpenuhi. Pemenuhan pangan

1. PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. Tabel 1.1.1C

LAMPIRAN USULAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA TAHUN 2015

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pemerintahan Hindia Belanda bermula. Sebelumnya Luwu telah menjadi

BAB IV. ARAH KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BANYUASIN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUMEDANG SELATAN 2016

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Banjararum terletak sekitar 26 km dari Puasat Pemerintahan Kabupaten Kulon

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI

EVALUASI KETERSEDIAAN RUMAH SUSUN SEWA TERHADAP PERTUMBUHAN PERMUKIMAN KUMUH KELURAHAN WAMEO KECAMATAN BATUPUARO

Arahan Pengembangan Kawasan Sumbing Kabupaten Magelang sebagai Agropolitan

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

KERAGAAN SUMBERDAYA LAHAN, PEMANFAATAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN PERTANIAN BERBAGAI DAERAH DI SULAWESI SELATAN

Ditulis oleh Administrator Senin, 11 November :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 29 November :16


IDENTIFICATION OF POTENTIAL INVESTMENT COMMODITY FOOD CROPS POTENTIAL IN NORTH SUMATRA

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

POTENSI INDUSTRI TEPUNG LOKAL DI JAWA TIMUR BAGIAN SELATAN PENDAHULUAN

PENENTUAN KOMODITI BASIS SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN PASER

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENENTUAN WILAYAH POTENSIAL KOMODITAS JAGUNG DI KABUPATEN KEDIRI

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Statistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR

BAB I. sejak tersedianya data spasial dari penginderaan jauh. Ketersediaan data

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk

POTENSI PRODUK PANGAN UNGGULAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dan membangun pertanian. Kedudukan Indonesia sebagai negara

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 48 Tahun 2008, juga tengah giat membangun daerahnya. Sebagai daerah yang masih

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN

Klaster Pengembangan Industri Berbasis Perkebunan dalam Pengembangan Wilayah di Provinsi Aceh

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

PLANO MADANI VOLUME 6 NOMOR 1, APRIL 017, 108-114 017 P ISSN 301-878X - E ISSN 541-973 KONTRIBUSI SEKTOR UNGGULAN TANAMAN PANGAN TERHADAP PENINGKATAN EKONOMI WILAYAH DI KECAMATAN WATANG SIDENRENG Muhammad Yasir 1, Muhammad Anshar, Nur Syam Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar 1 Email : bangyass9@gmail.com Diterima (received): Februari 017 Disetujui (accepted): 15 Maret 017 ABSTRAK Salah satu wilayah dengan basis ekonomi tanaman pangan di Kabupaten Rappang yakni di Kecamatan Watang. Penggunaan lahan terluas yakni lahan persawahan. Peningkatan ekonomi wilayah Kecamatan Watang tidak terlepas dari produksi tanaman pangan yang tentu berpengaruh pada kondisi ekonomi masyarakat. Namun kebutuhan lahan yang terus meningkat, pembangunan serta pengembangan permukiman dan aktivitas perekonomian secara tidak lansung memunculkan konflik yang menjadi hambatan dalam melakukan upaya peningkatan ekonomi wilayah Kecamatan Watang khususnya dalam sistem produksi sektor unggulan tanaman pangan. Kendala-kendala yang dimaksud yakni semakin maraknya konversi lahan pertanian, ketersediaan dan kelayakan infrastruktur pertanian kurang memadai meliputi jaringan irigasi dan mekanisasi alat pertanian sehingga banyak petani yang beralih profesi serta keterampilan sumber daya manusia dalam melakukan pertanian yang masih kurang. Maka dibutuhkan suatu penelitian yang mengkaji seberapa besar kontribusi sektor unggulan tanaman pangan terhadap peningkatan ekonomi wilayah di Kecamatan Watang. Kata Kunci: tanaman, pangan, ekonomi A. PENDAHULUAN Kabupaten Rappang yang berada ditengah-tengah wilayah propinsi Sulawesi Selatan, secara letak geografis dan administrasi dimana Kabupaten Rappang terdiri dari 11 kecamatan dan 105 desa/ kelurahann dengan luas wilayah kabupaten sebesar 1.883,5 Km atau,97% dari luas total Provinsi Sulawesi Selatan. Kondisi vegetasi dalam wilayah Kabupaten Rappang sebagian besar adalah persawahan yang merupakan area mata pencaharian utama masyarakat Rappang sehingga wilayah ini dikenal di kalangan nasional sebagai daerah Lumbung Pangan Nasional, produsen telur terbesar di Kawasan Timur Indonesia dan sentral konstelasi wilayah penghasil komoditas pangan BOSOWASIPILU (Bone, Soppeng, Wajo, Rappang, Pinrang, dan Luwu). Salah satu wilayah dengan basis ekonomi tanaman pangan di Kabupaten Rappang yakni di Kecamatan Watang. Penggunaan lahan terluas yakni lahan persawahan. Peningkatan ekonomi wilayah Kecamatan Watang tidak terlepas dari produksi tanaman pangan yang tentu Available online : http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/planomadani

berpengaruh pada kondisi ekonomi masyarakat. RTRW Kabupaten Sidrap tahun 01-03, Kecamatan Watang berada dalam posisi sebagai wilayah pengaruh PPW (Pusat Pengembangan Wilayah). Dalam hierarki ini, wilayah Kecamatan Watang terekspansi wilayah PPW yang merupakan pusat simpul yang berorientasi pemasaran pangan dan atau mempunyai kelengkapan fasilitas sosial ekonomi dalam jumlah yang relatif baik dan mencukupi serta jumlah penduduk yang mampu mendukung fungsi simpul tersebut. Namun kebutuhan lahan yang terus meningkat, pembangunan serta pengembangan permukiman dan aktivitas perekonomian secara tidak langsung memunculkan konflik yang menjadi hambatan dalam melakukan upaya peningkatan ekonomi wilayah Kecamatan Watang khususnya dalam sistem produksi sektor unggulan tanaman pangan. Kendala-kendala yang dimaksud yakni semakin maraknya konversi lahan pertanian, ketersediaan dan kelayakan infrastruktur pertanian kurang memadai meliputi jaringan irigasi dan mekanisasi alat pertanian sehingga banyak petani yang beralih profesi serta keterampilan sumber daya manusia dalam melakukan pertanian yang masih kurang. Menurunnya produksi tanaman pangan tentunya dapat menurunkan skualifikasi perekonomian wilayah di Kecamatan Watang. Maka perlu dilakukan penelitian untuk menilai seberapa besarkah konstribusi sektor unggulan tanaman pangan terhadap peningkatan ekonomi di wilayah tersebut. B. METODOLOGI PENELITIAN 1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini yakni di Kecamatan Watang yang berada dalam wilayah administatif Kabupaten Rappang dengan luas wilayah 10,81 Km² dan terbagi atas 3 kelurahan dan 5 desa meliputi Kelurahan, Kelurahan Kanyuara, Kelurahan Empagae, Desa Mojong, Desa Damai, Desa Talumae, Desa Aka-Akae dan Desa Talawe. Adapun waktu penelitian dilakukan selama tiga bulan yakni mulai dari Bulan Juni sampai dengan Bulan Agustus tahun 015.. Jenis dan Sumber Data Data kuantitatif merupakan jenis data numerik atau berupa angka yang bisa langsung diolah dengan menggunakan metode perhitungan matematik. Adapun data kuantitatif dalam penelitian ini yakni data Produksi Tanaman Pangan, data demografi ; jumlah penduduk per kelurahan, kepadatan penduduk, perkembangan jumlah penduduk, penduduk berdasarkan usia, pendidikan, KK, agama dan usia produktif., penghasilan rata-rata penduduk, perkembangan ekonomi wilayah Kecamatan Watang, PDRB Kabupaten Rappang dan struktur Perekonomian. Data Kualitatif merupakan jenis data yang berupa kondisi kualitatif objek dalam ruang lingkup penelitian atau data yang tidak bisa langsung diolah dengan menggunakan perhitungan matematis tetapi dengan kata-kata atau narasi. Data kualitatif tidak menggunakan model matematik, hanya terbatas pada teknik pengolahan data seperti membaca grafik, tabel, dan gambar, yang kemudian dilakukan penafsiran atau analisis. Data kualitatif dalam penelitian ini meliputi Kondisi fisik dasar wilayah dan kondisi perekonomian masyarakat. Volume 6 Nomor 1 April 017 - p ISSN 301-878X - e ISSN 541-973 109

Berdasarkan sumbernya, data dalam penelitian ini diklasifikasikan ke dalam dua golongan yakni sumber data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari pengamatan langsung di Kecamatan Watang baik berupa hasil wawancara maupun observasi. Data Sekunder dari penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Rappang, Kantor Kecamatan Watang, Dinas Pertanian Kabupaten Rappang dan dinas dinas terkait lainnya. 3. Metode Analisis Data a. Analisis LQ Analisis Location Quotient digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat spesialisasi sektor-sektor di suatu wilayah atau sektor-sektor apa saja yang merupakan sektor basis atau sektor leading. Dalam analisis LQ, satuan yang digunakan: jumlah buruh, dan jumlah produksi dan kesimpulan yang diperoleh bersifat kesimpulan sementara dan masih memerlukan kajian lanjutan. Adapun persamaan dari analisis LQ adalah sebagai berikut : LQ = Si Ni =Si S S N =Ni N R 1 = Keterangan; Si = Jumlah produksi di sub daerah Si s x100% Ni N x 100 % R = Si Ni x100% S N x 100 % Ni = Jumlah n produksi i di seluruh daerah S = Seluruh produksi di daerah N = Seluruh produksi di seluruh daerah Nilai LQ suatu komoditi dapat menjelaskan tingkat strategis atau potensi pengembangan sebagai sektor basis suatu komoditi, dengan asumsi sebagai berikut : 1) Nilai LQ > dari 1, merupakan sektor basis, yaitu sektor yang tingkat spesialisasinya lebih tinggi dan dapat ditingkatkan pengembangannya untuk pemasaran keluar wilayah. ) Nilai LQ = 1, tingkat spesialisasinya sama dengan wilayah bersangkutan, sehingga diasumsikan hanya dapat memenuhi kebutuhan wilayah itu sendiri dan diperlukan peningkatan produktivitas untuk memacu pertumbuhannya. 3) Nilai LQ < dari 1, merupakan sektor non basis, yaitu sektor yang tingkat spesialisasinya lebih rendah dari tingkat kabupaten, atau jenis komoditi yang memerlukan atau suplay untuk memenuhi kebutuhan dalam suatu wilayah. b. Analisis Korelasi Analisis ini merupakan salah satu cara untuk mengkaji keterkaitan antara faktor yang berpengaruh antara koefisien korelasi (r). Dimana analisis ini digunakan untuk menentukan korelasi antara variabel tidak bebas dengan variabel bebas dengan rumus berikut ini : r nx n xyxy ( x). n y ( y ) 110 Volume 7 Nomor 1 - April 017 - p ISSN 301-878X - e ISSN 541-973

Pedoman interpretasi koefisien korelasi antar variabel yang diuji mengacu pada pedoman sebagai berikut; Tabel 1. Koefisien tingkat korelasi variabel yang berpengaruh No. Tingkat hubungan Interval koefisien 1.. 3. 4. 5. Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat 0,00 0,199 0,00 0,399 0,400 0,599 0,600 0,799 0,800 1,000 Sumber : Sugiyono, 005 Keterangan : r = Rata-rata korelasi n = Jumlah variabel Y = PDRB = Total jumlah Dengan variabel yang digunakan yaitu : X Variabel bebas dengan variabel yang digunakan yaitu : - X 1 = Jumlah produksi sektor unggulan tanaman pangan - X = Intensitas produksi (panen) - X 3 = Luas lahan pertanian - X 4 = Jumlah petani Hasil dari analisis ini yakni sebagai berikut; - Jika r = 0 atau mendekati 0, maka hubungan antara kedua variabel sangat lemah atau tidak terdapat hubungan sama sekali - Jika r = 1 atau mendekati 1, maka hubungan kedua variabel sangat kuat dan positif. - Jika r = -1 atau mendekati 1, maka hubungan antara kedua variabel sangat kuat dan negatif (Sugiyono, 005). C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Potensi Komoditi Unggulan Tanaman Pangan Berdasarkan data produksi tersebut dapat diketahui bahwa jenis komoditi yang memilki jumlah produksi terbesar di Kecamatan Watang yakni jenis tanaman padi dengan jumlah produksi 68.676,73 ton atau 14,83 % dari total produksi padi di Kabupaten Rappang pada tahun 013 sedangkan produksi terendah yakni jenis komoditi kacang tanah dengan produksi 6 ton dan 1,35 % suplay hasil produksi tersebut terhadap wilayah kabupaten. Melalui data produksi ini maka dapat dilakukan analisis LQ untuk tiap-tiap jenis komoditi agar dapat diketahui komoditi apa saja yang termasuk sektor unggulan di Kecamatan Watang yang dapat dilihat pada Tabel berikut: Volume 6 Nomor 1 April 017 - p ISSN 301-878X - e ISSN 541-973 111

Tabel. Hasil penilaian LQ produksi pertanian RI R No. Jenis komoditi LQ Potensi (Si/S) (Ni/N) (Si/Ni) (S/N) 1. Padi 0.816 0.679 0.148 0.13 1.0 Ekspor (Sektor Basis). Jagug 0.086 0.059 0.18 0.13 1.474 Ekspor (Sektor Basis) 3. Ubi Kayu 0.004 0.00 0.09 0.13 1.69 Ekspor (Sektor Basis) 4. Kacang Tanah 0.0001 0.001 0.014 0.13 0.109 Impor (Sektor non Basis) 5. Terong 0.006 0.00 0.41 0.13 3.409 Ekspor (Sektor Basis) 6. Cabe Besar 0.001 0.004 0.00 0.13 0.16 Impor (Sektor non Basis) 7. Cabe Rawit 0.003 0.001 0.348 0.13.8 Ekspor (Sektor Basis) 8. Tomat 0.001 0.001 0.076 0.13 0.619 Impor (Sektor non Basis) 9. Kacang Panjang 0.06 0.006 0.576 0.13 4.66 Ekspor (Sektor Basis) 10. Kangkung 0.005 0.00 0.391 0.13 3.166 Ekspor (Sektor Basis) 11. Pisang 0.013 0.11 0.013 0.13 0.107 Impor (Sektor non Basis) 1. Mangga 0.008 0.063 0.017 0.13 0.134 Impor (Sektor non Basis) 13. Jeruk Siam 0.001 0.01 0.005 0.13 0.044 Impor (Sektor non Basis) 14. Pepaya 0.004 0.004 0.13 0.13 0.995 Impor (Sektor non Basis) 15. Nangka 0.003 0.010 0.04 0.13 0.337 Impor (Sektor non Basis) 16. Sukun 0.003 0.00 0.178 0.13 1.439 Ekspor (Sektor Basis) 17 Kelapa 0.004 0.004 0.133 0.13 1.078 Ekspor (Sektor Basis) 18 Kakao 0.015 0.016 0.117 0.13 0.95 Impor (Sektor non Basis) 19 Jambu Mente 0.0003 0.003 0.01 0.13 0.100 Impor (Sektor non Basis) Sumber : Hasil analisis, 015 Berdasarkan perhitungan analisis LQ diketahui bahwa 16 jenis komoditi di Kecamatan Watang, delapan diantaranya merupakan sektor basis atau merupakan sektor yang memiliki peranan besar dalam pengembangan ekonomi wilayah karena berpotensi untuk dilakukan ekspor sedangkan selebihnya merupakan sektor non basis, dimana : a. Sektor basis meliputi tanaman padi, jagung, ubi kayu, terong, cabe rawit, kacang panjang, kangkung, sukun dan kelapa. Jenis komoditi ini dapat melakukan ekspor ke wilayah lain dan dinamakan sebagai sektor unggulan wilayah Kecamatan Watang. b. Sektor non basis meliputi tanaman kacang tanah, cabe besar, tomat, pisang, mangga, jeruk siam, papaya, nangka, kakao dan jambu mete. Sektor ini tingkat spesialisasinya lebih rendah dari tingkat kabupaten, atau jenis komoditi ini memerlukan suplay untuk memenuhi kebutuhan wilayah Kecamatan Watang itu sendiri.. Kontribusi Sektor Tanaman Pangan terhadap Peningkatan Ekonomi Dalam analisis ini akan dilakukan pengujian beberapa indikator untuk sub sektor unggulan tanaman pangan meliputi produksi sektor unggulan tanaman 11 Volume 7 Nomor 1 - April 017 - p ISSN 301-878X - e ISSN 541-973

pangan, intensitas produksi (panen), luas panen dan jumlah petani. Selanjutnya dari hasil analisis penilaian dengan menggunakan analisis korelasi akan di dapatkan faktor apakah yang paling berpengaruh terhadap hubungan masing-masing variabel yang ditinjau dari data yang diperoleh sehingga dijadikan dasar dalam menilai masing- masing indikator berdasarkan masingmasing variabel yang telah di nilai. Adapun indikator faktor yang mempengaruhi nilai PDRB pertanian Kabupaten Rappang dapat di lihat pada Tabel 3 berikut ; Tabel 3. Uji faktor yang berpengaruh terhadap variabel terikat PDRB Jumlah produksi Intensitas Luas sektor unggulan produksi panen tanaman pangan (panen) Jumlah petani (Y) (X 1 ) (X ) (X 3 ) (X 4 ) 44.69 317.59 15.00 770 Sumber : Hasil analisis, 015 Pada Tabel 3 terdapat empat variabel bebas yang akan dilakukan korelasi dengan variabel terikat meliputi variabel Y (PDRB) dengan variabel/indikator produksi sektor unggulan tanaman pangan (X 1 ), intensitas produksi (X ), luas panen (X 3 ) dan jumlah petani (X 4 ). Berdasarkan perhitungan hasil uji korelasi yang dapat dilihat pada lampiran, maka diperoleh nilai hasil uji pada masingmasing variabel berikut: Tabel 4. Skor korelasi masing-masing variabel/indikator yang diuji No. Variabel Yn.Xn Nilai hasil uji korelasi Keterangan 1. PDRB (Y) dengan (X 1 ) Produksi Tanaman Pangan 0.755 Kuat. PDRB (Y) dengan (X ) Intensitas Produksi 0.95 Sangat Kuat 3. PDRB (Y) dengan Luas Lahan Panen (X 3 ) 0.750 Kuat 4 PDRB (Y) dengan Jumlah Petani (X 4 ) 0.754 Kuat Sumber : Hasil analisis, 015 Hasil uji korelasi masing-masing variabel maka dapat diinterpretasikan bahwa kontribusi sektor unggulan tanaman pangan Kecamatan Watang terhadap berkembangnya perekonomian wilayah Kabupaten Rappang memiliki nilai koefisien korelasi kategori kuat. Hal ini berarti kita artikan secara aktual bahwa berkembangnya produksi tanaman pangan meliputi padi, jagung dan ubi kayu menjadi sektor unggulan di Kecamatan Watang menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan perekonomian Kabupaten Rappang. Uji korelasi ini memberi informasi bahwa hubungan variabel PDRB dengan produksi tanaman pangan masuk dalam kategori kuat. Untuk variabel intensitas produksi memiliki kontribusi sangat kuat dalam meningkatkan nilai PDRB serta luas lahan panen dan jumlah petani yang memiliki kategori kuat jika dihubungkan keterikatannya dengan peningkatan PDRB. Volume 6 Nomor 1 April 017 - p ISSN 301-878X - e ISSN 541-973 113

D. PENUTUP Hubungan variabel PDRB dengan produksi tanaman pangan memiliki nilai hasil uji korelasi sebesar 0.755 yang berarti masuk dalam kategori kuat. Untuk nilai korelasi variabel intensitas produksi yakni 0.95 atau dapat dikatakan faktor intensitas produksi memiliki kontribusi sangat kuat dalam meningkatkan nilai PDRB serta luas lahan panen dengan nilai uji korelasi 0.750 dan jumlah petani dengan nilai 0.754 yang memiliki kategori kuat jika dihubungkan keterikatannya dengan peningkatan PDRB. Strategi yang dapat dilakukan guna meningkatkan perekonomian wilayah melalui sektor unggulan tanaman pangan di Kecamatan Watang yakni meningkatkan hasil pertanian terutama tanaman padi, meningkatkan kualitas dan jumlah produksi tanaman pangan serta pemerintah Kabupaten Rappang melakukan pengelolaan pendapatan daerah dengan baik termasuk halnya pendapatan daerah dari bidang pertanian. DAFTAR PUSTAKA Aksa, N. S. (013). Struktur Tata Ruang Wilayah dan Kota. Makassar: Alauddin University Press. Badan Pusat Statistik. (015). Kecamatan Watang dalam Angka 015. Badan Pusat Statistik. (015). Kabupaten Sidrap dalam Angka 015. Bappeda Kabupaten Sidrap. (01). RTRW Kabupaten Sidrap 01 03. Jayadinata, J. T. (1986). Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan Perkotaan dan Wilayah. Bandung: ITB Press. Sugiyono. (007). Metode Penelitian Administrasi (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R& D). Bandung: Alfabeta. Usman, K. S. (015). Analisis Kebutuhan Terminal Agropolitan di Kabupaten Gowa. Jurnal Plano Madani, 79-90. 114 Volume 7 Nomor 1 - April 017 - p ISSN 301-878X - e ISSN 541-973