MODEL PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSI

dokumen-dokumen yang mirip
JASSI_anakku Volume 17 Nomor 1, Juni 2016

MODEL DAN STRATEGI PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSI

BAB I PENDAHULUAN. orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

PROFIL IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF SEKOLAH DASAR DI KOTA BANDUNG. Juang Sunanto, dkk

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO

Kesiapan Guru dalam Pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun di Sekolah Inklusi

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan yang bermutu merupakan ukuran keadilan, pemerataan

BAB I PENDAHULUAN. diskriminatif, dan menjangkau semua warga negara tanpa kecuali. Dalam

PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSI

A. Perspektif Historis

PENGAJARAN KREATIVITAS ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA PENDIDIKAN INKLUSI. Lia Mareza PGSD-FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto

PENGUATAN EKOSISTEM PENDIDIKAN MELALUI BATOBO SEBAGAI OPTIMALISASI PENDIDIKAN INKLUSI DI PAUD

IMPLEMENTASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SMP NEGERI 32 SURABAYA

Indeks Inklusi dalam Pembelajaran di Kelas yang Terdapat ABK di Sekolah Dasar

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa

Educational Psychology Journal

MENUJU SEKOLAH INKLUSI BERSAMA SI GURUKU SMART

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Terkait dengan isu Social Development: Eradication of Poverty, Creation of

Pendidikan Inklusif. Latar Belakang, Sejarah, dan Konsep Pendidikan Inklusif dengan Fokus pada Sistem Pendidikan Indonesia

Education and Human Development Journal, Vol. 01. No. 01, September 2016 MANAJEMEN PENDIDIKAN INKLUSI DI SEKOLAH DASAR SUMBERSARI 1 KOTA MALANG

PENDIDIKAN INKLUSIF. Juang Sunanto Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010

warga negara yang memiliki kekhususan dalam pemenuhan kebutuhan pendidikannya. Salah satu usaha yang tepat dalam upaya pemenuhan kebutuhan khusus

BAB I PENDAHULUAN. untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas

BAB I PENDAHULUAN. atas pendidikan. Unesco Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga mencanangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ema Rahmawati, 2014 Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar

SUMIYATUN SDN Ketami 1 Kec. Pesantren Kota Kediri

BAB I PENDAHULUAN. kuat, dalam bentuk landasar filosofis, landasan yuridis dan landasan empiris.

PERUBAHAN PARADIGMA PENDIDIKAN KHUSUS/PLB KE PENDIDIKAN KEBUTUHAN DRS. ZULKIFLI SIDIQ M.PD NIP

PEMBELAJARAN MENULIS PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SDN SEMPU ANDONG BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

P 37 Analisis Proses Pembelajaran Matematika Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunanetra Kelas X Inklusi SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. sepenuhnya dijamin pemerintah sebagaimana tercantum dalam Pasal 31 UUD

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk memperoleh pelayanan pendidikan. Hak untuk. termasuk anak yang memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus.

BAB I PENDAHULUAN. manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus.

PENDIDIKAN INKLUSIF SUATU STRATEGI MENUJU PENDIDIKAN UNTUK SEMUA

PERSIAPAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SISWA SDLB NEGERI 40 KABUPATEN SOLOK

PAUD INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Prosiding SNaPP2016 Kesehatan pissn eissn

BAB I PENDAHULUAN. individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individu anak mempunyai hak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN INKLUSIF. Oleh Mohamad Sugiarmin

PERAN GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNAGRAHITA

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan dalam pembangunan. Salah satu cara untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan manusia menghadapi masa depan agar bisa hidup lebih

PENDIDIKAN SPESIAL UNTUK YANG SPESIAL 1

Jaringan Kerja untuk Inklusi. Didi Tarsidi Jurusan PLB, FIP, UPI, Bandung

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pendidikan menjadi hak bagi setiap individu, bukan hanya individu dengan

BAB I PENDAHULUAN. warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak, tidak terkecuali anak

PARADIKMA BARU PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai

PENERAPAN PEMBELAJARAN MEMBACA DENGAN PERMAINAN KARTU GAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B TK SATU ATAP MARDI PUTRA I WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2009/2010

ABSTRAK. Kata Kunci : Anak berkebutuhan khusus, TK, pelayanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

INCLUSIVE EDUCATION IN SMP 23 PADANG

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

PENDIDIKAN INKLUSIF. Kata Kunci : Konsep, Sejarah, Tujuan, Landasan Pendidikan Inklusi

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF DI SEKOLAH DASAR TAMAN MUDA IBU PAWIYATAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. inklusif menjamin akses dan kualitas. Satu tujuan utama inklusif adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hayyan Ahmad Ulul Albab

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin

PENGETAHUAN MAHASISWA PG-PAUD UNIPA SURABAYA TENTANG PENDIDIKAN INKLUSIF

PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA PENDIDIKAN INKLUSI DI SMK NEGERI 4 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan mempunyai peranan sangat strategis dalam pembangunan suatu

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 2, Desember 2017

SIKAP GURU TERHADAP PENDIDIKAN INKLUSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDIDIKAN KHUSUS/PLB (SPECIAL EDUCATION) MENUJU PENDIDIKAN BERMUTU DAN BERTANGGUNG JAWAB

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka peneliti

37 PELAKSANAAN SEKOLAH INKLUSI DI INDONESIA

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF SDN No MEDAN MARELAN

TAHUN AJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Kata Kunci : Supervisi Akademik, Kompetensi Guru Dalam Mengelola KBM, PAIKEM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hak asasi manusia yang melekat pada

Oleh Drs. Yuyus Suherman,M.Si

world conference on human right: The worldconference reaffirms the obligation of states to

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah, masyarakat dan orang tua sebagai penanggung jawab dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belakang dan wawasan setiap individu berbeda-beda, sehingga. mengandung 3 komponen yang membentuk sikap, yaitu:

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA PAREPARE

BAB I PENDAHULUAN. internasional. Dalam konteks praktis pendidikan terjadi pada lembaga-lembaga formal

PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN THE READING PROCESS DALAM PEMBELAJARAN 1

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF PROVINSI JAWA TIMUR

2017, No Tahun 2014 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5500); 3. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2015 tentang Kement

PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF ANAK TUNAGRAHITA DI SD NEGERI BANGUNREJO 2 KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dijamin dan dilindungi oleh berbagai instrumen hukum internasional maupun. nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.

Membangun Budaya Literasi Bagi Anak Autis Memakai Media Kliping Bergambar

MANFAAT PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSI UNTUK AUD. Nurul Kusuma Dewi PG PAUD Universitas Sebelas Maret

Transkripsi:

MODEL PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSI Norma Yunaini FKIP, Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung normayunaini@umpri.ac.id Abstract This study aims to namely the design of appropriate learning models for children with special needs in inclusive classes. This research is important to understands the learning of special needs students according to their needs and characteristics, to achieve optimal learning. The type of research that researchers do is field research (Field Research) based on qualitative research. This study resulted in three conclusions, namely: 1) classical learning model. 2) contextual learning model. 3) direct learning model. The process includes concrete learning media that are easy to find and easy to use. Keywords: learning, special needed, inclusive education 1.PENDAHULUAN Pemerataan pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) saat ini telah diupayakan oleh pemerintah. Salah satunya adalah dengan adanya pendidikan inklusi. Pendidikan inklusi merupakan pendidikan yang menggabungkan antara anak norma dengana anak ABK. Pendidikan inklusi dipandang sebagai salah satu upaya yang efektif dalam mengembangkan keterampilan sosial bagi ABK maupun anak norma agar dapat hidup bersamaan, saling memahami dan menerima. Berdasarkan pada edaran surat Dirjen Dikdasmen Depdiknas No.380/C.C6/MN/2003 tiap jenjang pendidikan di setiap kabupaten dan kota diwajibkan menyelenggarakan pendidikan inklusi. Pada pelaksanaan pendidikan inklusi, sekolah menyiapkan suatu layanan khusus bagi ABK dan program pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan tiap individu. Hal demikian memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi ABK yang memiliki hambatan fisik, emosional, mental untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya, serta mewujudkan pendidikan yang menghargai keanekaragaman, tidak diskriminatif bagi semua peserta didik. Sekolah penyelenggara pendidikan inklusi menurut Stainback (dalam Ifa Arifah. 2014:3) adalah sekolah yang menampung semua murid di kelas yang sama 18

dengan layanan pendidikan yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan anak. Kebutuhan tiap murid di sekolah inklusi tentu tidak semua sama. Oleh karena itu, kebebasan bagi guru untuk dapat mengembangkan ide-ide maupun pemikiran yang kreatif sangat dibutuhkan. Tuntutan bagi guru di sekolah inklusi jauh lebih besar dibanding sekolah umum. Guru di sekolah inklusi dituntut untuk mengembangkan seluruh kemampuannya dalam pemanfaatan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang akan disajikan kepada peserta didik. Akan tetapi, masih banyak pelaksanaan pendidikan di sekolah inklusi yang belum sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Hambatan yang dialami ABK gangguan fisik, emosional, mental dan intelektual menyebabkan mereka kesulitan dalam bersosialisasi dengan orang lain sehingga kebutuhan dalam pembelajaran yang diterapkan tidak dapat disamakan dengan anak normal pada umumnya. Model pembelajaran yang dapat digunakan dalam kelas inklusi memerlukan pertimbangan berdasarkan karakteristik dari anak tersebut. Selain itu memerlukan potensi guru yang berpengalaman di bidang keilmuan untuk menangani ABK. Anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang dalam proses tumbuh kembangnya mengalami gangguan dan hambatan secara bermakna (significantly) dari kriteria normal dalam karakteristik : mental/intelektual (yang gifted maupun yang retarded), sensorik, neuromotor atau fisik, perilaku sosial, kemampuan berkomunikasi/kesulitan belajar, berpenyakit kronis, atau gabungan dari dua atau lebih karakteristik tersebut; dan karena gangguan dan hambatan tersebut diperlukan modifikasi layanan pendidikan yang disebut pendidikan khusus (special education) (PERMENDIKNAS No.70, 2009). Keunikan dan keberagaman ABK tidak menghalangi untuk mendapat akses pendidikan yang bermutu. Hal tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan inklusi dengan pendidik, tenaga kependidikan sekolah yang memahami dan memiliki ketrampilan dalam pendidikan inklusi, serta berkomitmen dalam memberikan pelayanan pendidikan bermutu bagi ABK. Pendidikan inklusif adalah penerimaan anak-anak yang memiliki hambatan ke dalam kurikulum, lingkungan, interaksi sosial, dan konsep diri (visimisi) sekolah. Pada sekolah inklusif, setiap anak sesuai dengan kebutuhan 19

khususnya, semua diusahakan dapat dilayani secara optimal dengan melakukan berbagai modifikasi dan atau penyesuaian mulai dari kurikulum, sarana prasarana, tenaga pendidik dan kependidikan, sistem pembelajaran sampai sistem penilaiannya (Anggraini, R.L, 2014). Pembelajaran bagi ABK haruslah yang akomodatif, sehingga dapat memfasilitasi perbedaan antara anak ABK dengan siswa regular. Materi pembelajaran dirancang sefleksibel mungkin agar dapat dengan mudah tersampaikan kepada siswa ABK. Materi pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus juga bukan hanya pada bidang akademik saja, akan tetapi guru juga perlu memberikan pengetahuan yang fungsional dalam kehidupannya. Metode pembelajaran yang dilaksanakan di kelas hendaknya juga bervariatif, agar siswa tidak bosan. Media pembelajaran yang dapat digunakan bagi siswa adalah media yang sesuai dengan karakteristiknya, yakni media yang konkret dan mudah digunakan. Salah satu sekolah yang ditunjuk untuk menyelenggarakan pembelajaran inklusi adalah SD Taman Muda Yogyakarta. Setiap sekolah baik sekolah regular (inklusi) maupun sekolah luar biasa (SLB) memiliki model pembelajaran, inovasi dan kreatifitas yang berbeda-beda dalam menerapkan pembelajaran kepada siswanya. Model pembelajaran memiliki pengaruh besar bagi kesuksesan belajar pembelajaran, karena jika kerangka konseptual pembelajaran matang dibentuk dan dilaksanakan, maka akan menciptakan pembelajaran yang efektif di sekolah. model pembelajaran yang baik dan sesuai dengan kondisi siswa, akan memberikan kenyamanan baik bagi pendidik, siswa dan lingkungan pembelajaran. Agar pendidikan inklusif terjadi dalam proses pembelajaran di kelas, perlu ada beberapa pra-kondisi, sekurang-kurangnya (1) ada pemahaman konsep pendidikan inklusi yang benar, (2) ada penerimaan tentang pendidikan inklusi oleh warga sebagai strategi untuk memberikan akses pendidikan yang lebih baik bagiabk, (3) guru memiliki kompetensi menangani dan mengajar ABK, (4) tersedia sumber-sumber dukungan di sekitar sekolah, dan (5) mendapat dukungan warga sekolah dan masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas 4 SD Taman Muda Yogyakarta, diperoleh informasi bahwa guru sering mengalami kesulitan dalam 20

menyampaikan materi yang diajarkan. Pembelajaran kurang optimal dikarenakan guru harus menjelaskan beberapa kali dalam satu materi. Selain itu kurang berpengalamannya guru pendamping, serta kualifikasi guru yang belum mendukung dalam penanganan ABK di sekolah inklusi (hasil wawancara guru kelas). Topik ini penting diangkat untuk melihat desain pembelajaran dan model pembelajaran yang diterapkan oleh pendidik atau guru dalam menyampaikan pembelajaran, pada lembaga pendidikan inklusi SD Taman Muda Yogyakarta. 2. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di SD Taman Muda Yogyakarta. Sekolah tersebut sudah menyelenggarakan pendidikan inklusif sekurang-kurangnya 7 tahun. Kondisi tersebut diharapkan akan memberikan gambaran dan dapat terpenuhinya kebutuhan penggalian data yang diperlukan berkaitan dengan penyusunan desain pembelajaran yang inklusif. Jenis penilitian yang peneliti lakukan ini adalah penelitian lapangan (Field Research) dengan berdasarkan penelitian kualitatif. Penelitian ini adalah kajian tentang desain dan model pembelajaran kepada anak inklusi. Penelitian ini mendasar dan mendalam serta berorientasi pada proses sehingga menghasilkan kesimpulan yang signifikan. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif diskriptif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang diamati, diarahkan pada latar belakang individu secara utuh tanpa mengisolasikan individu dan organisasi dalam variable atau hipotesis, tetapi memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu metode wawancara, metode observasi, dan metode studi dokumen. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SD Taman Muda diketahui bahwa guru sudah melakukan pembelajaran adaptif bagi anak berkesulitan belajar yaitu pembelajaran yang menyesuaikan dengan kondisi siswa. Artinya, pembelajaran tersebut menyesuaikan dengan kondisi peserta didik itu sendiri, yang tentunya penyesuaian tersebut berkaitan dengan metode strategi, materi, alat atau media pembelajaran, dan lingkungan belajar. Model 21

pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas 4 dan 5 yaitu model klasikal. Siswa normal dan berkebutuhan khusus mengikuti pembelajaran dalam satu kelas. Model kedua yaitu model pembelajaran individual. Siswa yang mengalami kesulitan belajar atau berkebutuhan khusus mendapatkan tambahan jam belajar yang biasanya dilaksanakan setelah jam pelajaran selesai. Selain itu, di SD Taman Muda terdapat guru pendamping yang bertugas mendampingi guru kelas ketika di dalam pembelajaran guru kelas tersebut mengalaami kesulitan. Strategi guru dalam mengajar kelas inklusi yaitu guru menyampaikan materi pelajaran yang diselingi dengan sedikit permainan. Hal ini dikarenakan siswa kelas inklusi cenderung memiliki tingkat konsentrasi yang di bawah ratarata. Teknik evaluasi yang dilakukan oleh guru kelas dengan cara mengurangi kompetensi bagi kelas inklusi serta menurunkan tingkat materi bagi siswa. Adapun strategi atau metode yang biasa dilakukan guru seperti tanya jawab, diskusi yang dikemas menggunakan teknik-teknik yang dimiliki oleh guru kelas itu sendiri dengan menyesuaikan kondisi peserta didiknya serta penataan tempat duduk yang dibuat melingkar dan mengelompok. Siswa kelas inklusi memperoleh penilaian melalui dua buah buku laporan siswa yaitu laporan nilai (raport) dan buku laporan perkembangan siswa. Selain berkordinasi dengan guru pendamping pihak SD Taman Muda juga mengadakan pertemuan rutin dengan para wali siswa kelas inklusi. Tujuannya agar pihak orang tua juga ikut membimbing dan mengarahkan perkembangan putra-putrinya. Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua siswa berkebutuhan khusus diketahui bahwa mereka sangat menyayangi dan memperhatikan perkembangan putra putrinya selama di sekolah. Hal demikian juga diutarakan oleh kepala sekolah, guru kelas dan guru pendamping bahwa orang tua sangat perhatian pada putra putrinnya. Hal inilah yang memang seharusnya dilakukan para orang tua yang dikaruniai anak spesial. Selain itu orang tua bekerjasama dengan pihak sekolah tentang perkembangan anak. Berdasarkan hasil penelitian kendala yang dialami SD Taman Muda dalam penerapan pendidikan inklusi yaitu sebagai berikut: (1) latar belakang pendidikan para guru yang masih belum sesuai kualifikasi; (2) kurikulum bagi siswa yang normal dan siswa yang spesial terutama dalam hal standar penilaian 22

atau evaluasi; (3) perhatian dari pemerintah masih kurang terkait pelaksaan pendidikan inklusi baik dari segi sarana prasarana dan biaya; (4) sarana dan prasarana yang masih terbatas untuk sekolah yang melaksanakan pendidikan inklusi; dan (5) pelatihan atau workshop terkait pendidikan inklusi bagi guru yang berlatar belakang pendidikan diluar psikologi atau PLB masih kurang. Temuan tersebut hendaknya ditindaklajuti karena setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Komponen-komponen dalam pelaksanaan pendidikan inklusif terdiri dari perencanaan pelaksanaan pendidikan inklusif yang meliputi modifikasi kurikulum, tenaga pendidik, peserta didik, sarana dan prasarana, keuanganatau dana, lingkungan, alternatif penempatan; pelaksanaan sistem pendidikan inklusif yang meliputi merencanakan kegiatan belajar mengajar, melaksanakan kegiatan belajar mengajar, membina hubungan antar pribadi; evaluasi pelaksanaan pendidikan inklusif. Berdasarkan hasil wawancara, guru kelas sering melaporkan perasaan tidak siap untuk pendidikan inklusif. Peneliti mengidentifikasi beberapa isu penting, yaitu menjelaskan bagaimana menangani siswa, mempertimbangkan tantangan pengembangan profesional guru yang muncul dari studi proyek. Pelajaran penting berfokus pada pengembangan profesional guru dalam pembentukan pendekatan kurikuler baru untuk pembahasan pendidikan inklusif. Guru pendamping (shadow teacher) memiliki tugas yaitu membantu anak atau peserta didik untuk; 1) tetap fokus pada pelajaran, 2) berpartisipasi secara tepat di kelas, 3) memberitahu guru jika anak tidak memahami materi, 4) bersikap positif pada tugas-tugas baru dan control diri, 5) berbagi kepentingan khusus dengan anak-anak lain, 6) merespon dengan tepat terhadap teman-teman dalam situasi sosial, 7) memperoleh informasi dan ketrampilan baru, 8) meningkatkan sosialisasi dengan teman sebaya, 9) mandiri dalam kegiatan kelas. Shadow teacher hendaknya dapat berkolaborasi dengan orang tua, guru, staf sekolah dan profesional lain dalam mendampingi masing-masing anak berkebutuhan khusus. Hal ini juga menunjukan bahwa orang tua dari anak berkebutuhan khusus mulai memilih menyekolahkan anak-anaknya pada sekolah formal yang umum 23

daripada sekolah luar biasa atau sekolah khusus untuk anak berkebutuhan khusus seperti yang terjadi di SD Taman Muda. 4. SIMPULAN Berdasarkan hasil observasi, dokumentasi dan wawancara terhadap guru dan siswa. pada hasil penerapan ditemukan model pembelajaran kontekstual lebih relevan untuk pembelajaran ABK di kelas inklusif. Model pembelajaran ini memberikan pengalaman nyata pada siswa inklusi yang sulit untuk berfikir abstrak. Penerapan model pembelajaran kontekstual terhadap siswa inklusi secara praktek tidak sepenuhnya memberikan dampak peningkatan hasil belajar siswa, apabila tidak dilakukan secara terus-menerus. DAFTAR PUSTAKA Ainscow, M. (2005). Understanding the development of inclusive education system. Journal of Research in Educational Psychology, 3, 5-20. Anjaryati, Fibriana. 2011. Pendidikan Inklusi Dalam Pembelajaran Beyondcenters And Circle Times (Bcct) Di Paud InklusiAhsanu Amala Yogyakarta. Tesis. Yogyakarta: UIN Kalijaga. Anggraini, R.L. Proses Pembelajaran Inklusi untuk Anak Bekebutuhan Khusus kelas V SD Negeri Giwangan, Yogyakarta. 2014. Nugroho, A. 2016. Pendidikan special untuk yang spesial. Prosiding Seminar Nasional Menjadi Guru Inspirator Kenali Dan Kembangkan Kemampuan Intelegensi Generasi Emas Untuk Indonesia Emas. Purwokerto: UMP. Asriningtyas, Rosmalina. 2015. Sikap Guru Terhadap Pelaksanaan Pendidikan Inklusif di SD Inklusif Se-Kabupaten Purbalingga Skripsi. UNY. Ifa Arifah, 2014, Pelaksanaan Pembelajaran Bagi Siswa Tunagrahita, (Yogyakarta: Universitas negeri Yogyakarta). Kwon, H. (2005). Inclusion in South Korea: The current situation and future directions. International Journal of Disability, Development and Education(52), 59-68. Nur aeni, dkk. 2014. Model Program Pembelajaran Individual Untuk Peserta Didik Dengan Kesulitan Belajar Melalui Pelatihan Terapi Gerak Bagi 24

Shadow Teacher di SD Inklusi. Prosiding SnaPP 2014 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora. ISSN 2089-3590/EISSN 2303-2472 Muleong, Laxy J.(2000).Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosadakarya. Permerintah Dirjen Dikdasmen Depdiknas No.380/C.C6/MN/2003 perihal pendidikan inklusi Prawiradilaga, D. S. (2007). Prinsip Desain Pembelajaran. Jakaarta: Prenada Media Grup. Sagala, S. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Prastiyono, (2013) Implementasi Kebijakan Pendidikan Inklusif (Studi di Sekolah Galuh Handayani Surabaya). DIA, Jurnal Administrasi Publik Juni 2013, Vol.11, No.1, Hal. 117-128. Pascasarjana-Untag Surabaya Sternberg, L., & Taylor, R. L. (1986). Exceptional Children: Integrating Research and Teaching. New York: Springer-Verlag. Sunardi. (1997). Kecenderungan dalam Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Didjed Dikti. Suparno. (2001). Desain Pembelajaran untuk Guru TK Inklusif. Cakrawala Pendidikan, XXX. Sunaryo. 2009. Manajemen Pendidikan Inklusif (Konsep, Kebijakan, dan Implementasinya dalam Perspektif Pendidikan Luar Biasa). Makalah. Bandung: UPI. UNESCO. (2003). Overcoming Exclusion through Inclusive Approaches in Education. A Challenge and vision. Conceotual Papaer. UNESCO, & PLAN-Indonesia. (2006). Pernyataan Salamanca dan Kerangka Aksi tentang Pendidikan Khusus tahun 1994. Kompendium Perjanjian, Hukum, dan Peraturan Menjamin Semua Anak Memperoleh Kesamaa Hak untuk Kualitas Pendidikan dalam Cara Inklusif. Jakarta: UNESCO Office. 25