HUBUNGAN REWARD DAN PUNISHMENT DENGAN PERILAKU TENAGA KERJA DALAM MENJALANKAN PROGRAM STOP

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN FAKTOR PEMBENTUK PERILAKU DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG TELINGA PADA TENAGA KERJA DI PLTD AMPENAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU KARYAWAN LAPANGAN PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN) BANDUNG TERHADAP KESELAMATAN DAN KECELAKAAN KERJA 2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. benda. Ada tiga jenis tingkat kecelakaan berdasarkan efek yang ditimbulkan

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

HUBUNGAN KEPATUHAN INSTRUKSI KERJA DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI DI PT. ANEKA ADHILOGAM KARYA CEPER KLATEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya

EVALUASI IMPLEMENTASI KARTU OBSERVASI BAHAYA EVALUATION OF THE IMPLEMENTATION OF OBSERVATION CARD DANGER

SKRIPSI ANALISIS PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI DI PT. BRAJA MUSTI

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PEMBENTUK BUDAYA KESELAMATAN KERJA DENGAN SAFETY BEHAVIOR DI PT DOK DAN PERKAPALAN SURABAYA UNIT HULL CONSTRUCTION

HUBUNGAN FAKTOR PENENTU PERILAKU KESELAMATAN KERJA DENGAN TERJADINYA KECELAKAAN KERJA TERTUSUK JARUM SUNTIK PADA PERAWAT DI RSD dr.

ANALISIS PERILAKU AMAN PADA PEKERJA KONSTRUKSI DENGAN PENDEKATAN BEHAVIOR-BASED SAFETY (STUDI DI WORKSHOP PT. X JAWA BARAT)

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

PENGARUH PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO SURAKARTA

KINERJA DITINJAU DARI STRES KERJA PADA KARYAWAN STIKES WIRA HUSADA YOGYAKARTA. Ariana Sumekar

HUBUNGAN FAKTOR PENGETAHUAN KARYAWAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)

Bagian Ilmu Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

ABSTRAK. Simpulan : Ada hubungan pengetahuan APD masker dengan kedisiplinan penggunaannya. Kata Kunci : Pengetahuan APD, Kedisiplinan

ANALISIS PENGARUH ACTIVATOR DAN CONSEQUENCE TERHADAP SAFE BEHAVIOR PADA TENAGA KERJA DI PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2013

HUBUNGAN KOMPENSASI DAN DISIPLIN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA TENAGA KEPERAWATAN DI RSJ. PROF. DR. V. L. RATUMBUYSANG MANADO

Moch. Fatkhun Nizar Hartati Tuna Ningsih Dewi Sumaningrum Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Kata Kunci : Pelatihan, Motivasi, Dukungan Keluarga dan Masyarakat, Keaktifan Kader Posyandu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Afianto, et al., Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Pekerja dalam bekerja...

BAB II LANDASAN TEORI

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN PRESTASI KERJA DAN KEPUASAN KERJA PERAWAT UNIT IGD DAN ICU DI RS PHC SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran aspek..., Aldo Zaendar, FKM UI, 2009

Jumlah total skor jawaban tertinggi dari kuesioner.

PENDAHULUAN Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA DI PT ANEKA ADHILOGAM KARYA CEPER KLATEN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Intensitas Kebisingan, Kelelahan Kerja, Tenaga Kerja Ground Handling

HUBUNGAN ANTARA KELEBIHAN BERAT BADAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA PEREMPUAN PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEKSTILE SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA, PELATIHAN DAN MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA PEGAWAI DI PT PLN (PERSERO) WILAYAH SULUTTENGGO

HUBUNGAN PERSONAL FACTORS DENGAN UNSAFE ACTIONS PADA PEKERJA PENGELASAN DI PT DOK DAN PERKAPALAN SURABAYA

Pengetahuan dan Sikap Pekerja dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Industri Informal Pengelasan di Desa Singajaya, Indramayu

SKRIPSI HUBUNGAN TEMPERATUR DAN KEBISINGAN DENGAN KELELAHAN SUBJEKTIF INDIVIDU DI PT X JAKARTA

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA DI PT.INKA (PERSERO) MADIUN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan permasalahan yang dipandang sangat diperhatikan berbagai organisasi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

ANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013

HUBUNGAN KEPATUHAN INSTRUKSI KERJA DENGAN PERILAKU AMAN PEKERJA BAGIAN PRODUKSI DI PT ANEKA ADHILOGAM KARYA, CEPER, KLATEN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016

Kata kunci: intensitas pencahayaan, usia, kelelahan mata, lux meter, flicker fusion

BAB I PENDAHULUAN. kesusilaan dan perlakuan yang sesuai harkat dan martabat manusia serta nilainilai

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI DEPARTEMEN PRODUKSI PT. X

HUBUNGAN KELELAHAN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI TULANGAN BETON DI PT WIJAYA KARYA BETON MEDAN TAHUN 2015

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE

PENYEBAB TERJADINYA SUBSTANDARD PRACTICE BERDASARKAN TEORI LOSS CAUSATION MODEL PADA PENGELAS DI PT BANGUN SARANA BAJA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER

SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA TENAGA KERJA BAGIAN PENGELASAN DI PT. OMETRACO ARYA SAMANTA SURABAYA

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WANITA BAGIAN SEWING DI CV.

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

!r'""':rr.::.'f\t. :.AFt,"if TESIS

KEPATUHAN TERHADAP SOP KETINGGIAN PADA PEKERJA KONSTRUKSI COMPLIANCE TOWARD SOP OF HEIGHT AT CONSTRUCTION WORKER

KUALITAS DOKUMENTASI KEPERAWATAN DAN BEBAN KERJA OBJEKTIF PERAWAT BERDASARKAN TIME AND MOTION STUDY (TMS)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Dunia industri erat kaitannya dengan proses produksi yang

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, KETERSEDIAAN APD DENGAN KEPATUHAN PEMAKAIAN APD PEKERJA BAGIAN WEAVING PT ISKANDARTEX INDAH PRINTING TEXTILE SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

Analisis Faktor Risiko Kecelakaan Kerja pada Tenaga Kerja Produksi PT Indotama Omicron Kahar di Purworejo, Jawa Tengah

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN STATUS GIZI PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARENG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS SAFE BEHAVIOR DENGAN PENDEKATAN BEHAVIOR-BASED SAFETY PADA RADIOGRAFER DI RUMAH SAKIT Dr. SOETOMO SURABAYA

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN MASA KERJA DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN SAFETY HELMET PADA PEKERJA PT. WIJAYA KUSUMA CONTRACTORS PROYEK DR

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN:

RUHYANDI DAN EVI CANDRA

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan bagi para pekerja dan orang lain di sekitar tempat kerja untuk

TUGAS AKHIR. Akhmad Abul A la Almaududi R

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat,

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

DAFTAR PUSTAKA. Alwi S., Manajemen Sumber daya Manusia dan Strategi Keunggulan Kompetitif. BPFE-Yogyakarta.

vi Universitas Kristen Maranatha

PENGARUH REWARD DAN PUNISHMENT TERHADAP MOTIVASI KERJA SERTA DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA (Studi pada Karyawan PT. Panin Bank Tbk. Area Mikro Jombang)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu dari sekian banyak bidang usaha yang tergolong sangat

SKRIPSI PERBEDAAN UNSAFE ACTIONS DAN UNSAFE CONDITIONS ANTAR SHIFT KERJA PADA BAGIAN THREADING UNIT PRODUKSI I PT X

TEKNIK IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENGENDALIAN RESIKO PADA PANGGUNG GAS OKSIGEN PT ANEKA GAS INDUSTRI V

BIOSFER: JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI (BIOSFERJPB) 2017, Volume 10 No 1, ISSN:

HUBUNGAN POSTUR KERJA DUDUK DENGAN KELELAHAN KERJA TENAGA KERJA BATIK TULIS DI MASARAN SRAGEN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA PEKERJA BAGIAN RING SPINNING

Supriyatin, Mieke Miarsyah, Melia Prodi Pendidikan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Jakarta

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PRAKTIK PALPASI LEOPOLD PADA MAHASISWA DIII KEBIDANAN KARYA TULIS ILMIAH

DAFTAR PUSTAKA. Achmadi, H. Abu dan Narbuko, Cholid, Metodologi penelitian. Jakarta: PT. Bumi Aksara

HUBUNGAN KEBISINGAN DAN TEKANAN PANAS DENGAN TEKANAN DARAH PEKERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING SURAKARTA SKRIPSI

Unnes Journal of Public Health

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAANNYA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING PT. TYFOUNTEX INDONESIA, SUKOHARJO

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA GURU SMP NEGERI 1 AIRMADIDI Jimmy M. Paays*, Paul A.T. Kawatu*, Budi T.

Universitas Diponegoro 2 Chief Environmental Engineer, Safety-Health_Environmental & Loss Control

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Gerontik

Key word : Application, Safety Protection, Factorr, workers.

Transkripsi:

HUBUNGAN REWARD DAN PUNISHMENT DENGAN PERILAKU TENAGA KERJA DALAM MENJALANKAN PROGRAM STOP RELATIONSHIP BETWEEN REWARD AND PUNISHMENT WITH WORKER S BEHAVIOR IN PERFORM STOP Risky Wira Putri, Tri Martiana Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga E-mail: riskywiraputri7@gmail.com ABSTRACT Occupational Safety and Health (OSH) was an important benchmark in industrial activities in order to achieve maximum productivity and avoid losses that harm the company and the workers themselves. The number of work accidents in Indonesia awas still high. Mostly cause by human factors. One effort to prevent accidents that was STOP program with collection still need to be reminded so that need to be improved by knowing factors related to worker behavior in running STOP program. One of them was by ABC analysis. This research type was observational with cross sectional research design with sample number 50 workers. Data collection by observation, give questionnaire, and interview to HSE. Methods of data analysis using spearmen correlation test. Independent variables in this study were reward and punishment. The dependent variable in this study was the behavior of the workers in running the STOP program. The result of statistical test shows that there was a relationship between reward (p = 0.000), and punishment (p = 0.039) with workers behavior in running STOP program. The conclusion of this research was gift reward and punishment can be increase behavior of the workers in running STOP program so reward and punishment can be used as consideration for program intervention. Keywords ABC analysis, punishment, reward, STOP program ABSTRAK Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan tolak ukur penting dalam kegiatan perindustrian demi tercapainya produktivitas yang maksimal dan terhindar dari loss yang merugikan perusahaan dan pekerja itu sendiri. Jumlah kecelakaan kerja di Indonesia masih tinggi. Sebagian besar disebabkan faktor manusia. Salah satu upaya untuk mencegah kecelakaan yaitu program STOP dengan pendekatan kepada faktor manusianya. Komitmen tenaga kerja dalam menjalankan program STOP belum mencapai 100% dan pengumpulan STOP card masih perlu diingatkan sehingga perlu ditingkatkan dengan mengetahui faktor yang berhubungan dengan perilaku pekerja dalam menjalankan program STOP. Salah satunya yaitu dengan analisis ABC. Jenis penelitian ini bersifat observational dengan rancang penelitian cross sectional dengan jumlah sampel 50 pekerja. Pengumpulan data dengan observasi, pembagian kuesioner, dan wawancara kepada HSE. Metode analisis data menggunakan uji korelasi spearmen. Varibel independent dalam penelitian ini adalah reward dan punishment. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah perilaku pekerja dalam menjalankan program STOP. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara, reward (p = 0,000), dan punishment (p = 0,039) dengan perilaku pekerja dalam menjalankan program STOP. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian reward dan punishment dapat meningkatkan perilaku tenaga kerja dalam menjalankan program STOP sehingga reward dan punishment dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk intervensi program. Kata kunci: analisis ABC, program STOP, punishment, reward PENDAHULUAN Tanggal 1 Januari 2016 kesepakatan pasar bebas Asia Tenggara atau Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) telah diberlakukan. Pemberlakuan ini membuka peluang besar di bidang ketenagakerjaan. Selain membuka peluang besar juga memunculkan tantangan baru di bidang ketenagakerjaan khususnya di bidang keselamatan dan kesehatan kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan tolak ukur penting dalam kegiatan perindustrian demi tercapaiannya produktivitas yang maksimal dan terhindar dari loss yang merugikan perusahaan dan pekerja itu sendiri.

Risky Wira Putri, Hubungan Reward dan Punishment dengan Perilaku 173 Kecelakaan kerja menurut Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja pasal 1 ayat 6 yaitu Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi yang berhubungan dengan hubungan kerja termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. Data kecelakaan kerja di Indonesia menunjukkan bahwa pada tahun 2011 terjadi 9.891 kasus kecelakaan kerja, tahun 2012 terjadi 21.735 kasus kecelakaan kerja, tahun 2013 terjadi 35.917 kasus kecelakaan kerja, dan tahun 2014 terjadi 24.910 kasus kecelakaan kerja (Info DATIN, 2015). Data kecelakaan kerja dari tahun 2011 sampai 2014 menunjukkan penurunan terhadap kasus kecelakaan kerja di Indonesia. Angka kecelakaan kerja di Indonesia dapat dikatakan masih tinggi. Penyebab kecelakaan kerja dibagi menjadi dua golongan. Golongan pertama yaitu disebabkan karena faktor mekanis dan faktor lingkungan atau di luar faktor manusia. Golongan kedua disebabkan karena faktor manusia yang dipengaruhi sikap, karakteristik, dan perilaku manusia terhadap pekerjaanya (Suma mur, 2009). National Safety Council (2011) melakukan riset yang menghasilkan fakta bahwa penyebab kecelakaan kerja tertinggi disebabkan oleh faktor manusia sebesar 88%, faktor unsafe condition sebesar 10%, dan 2% tidak diketahui penyebabnya. Suma mur (2009) menjelaskan bahwa kecelakaan merupakan hasil dari serangkaian penyebab yang saling berhubungan. Serangkaian penyebab tersebut dijelaskan dalam teori Loss Cusation Model oleh Frank Bird yang memiliki 5 domino yaitu (1) manajemen (lack of control) yang terdiri dari program yang tidak memadai, standar program yang tidak memadai, dan tidak bisa memenuhi standar; (2) sebab dasar (basic causes) yang menyebabkan timbulnya kondisi dan tindakan tidak aman apabila faktor ini dapat dicegah maka potensi bahaya dapat dikurangi, faktor ini terdiri dari faktor manusia dan faktor pekerjaan; (3) immediate cause yang terdiri dari tindakan kurang aman dan kondisi kurang aman; (4) Incident adalah kejadian yang menjadi awal terjadinya kerugian karena terjadi kontak baik yang mengakibatkan kerugian maupun yang tidak melibatkan kerugian; dan (5) loss adalah akibat dari kecelakaan kerja yang menimbulkan kerugian. Upaya yang dilakukan untuk mencegah kecelakaan salah satunya dengan mengambil salah satu domino. Bird menyatakan bahwa kecelakaan pada prinsipnya diawali dengan adanya near miss (Bird, dkk., 1992). Data perusahaan pada tahun 2016 tercatat 172 potential hazard, 182 nearmisss, dan 1 incident. Data perusahaan menunjukkan bahwa nearmiss dan potensial hazard masih tergolong tinggi. Oleh sebab itu, diperlukan suatu penanganan untuk meminimalisir adanya nearmiss dan potensial hazard karena apabila nearmiss dibiarkan dan terjadi berulang maka dapat menjadi incident seperti yang dijelaskan pada accident triagel (Cooper, 2009). Salah satu upaya perusahaan yang dibuat oleh Panitia Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) di PT. X Pasuruan yaitu Program STOP. Program Safety Training Observation Program (STOP) adalah salah satu program Behavior Based Safety (BBS). Behaviour Based Safety (BBS) berfokus pada faktor manusia, hal yang dilakukan, menganalisis alasan mereka melakukannya, dan mengaplikasikannya untuk memperbaiki perilaku (Geller, 2005). Prinsip Safety Training Observation Program (STOP) antara lain semua cidera dan sakit dapat dicegah, keterlibatan karyawan adalah penting, manajemen bertanggung jawab untuk mencegah cidera, semua bahaya pengoperasian dapat diberi pengaman, pelatihan karyawan untuk bekerja aman adalah penting, bekerja aman adalah syarat pekerjaan, observasi safety adalah keharusan, semua kekurangan harus segera diperbaiki, serta selalu mendukung keselamatan off-the-job kepada karyawan kita. Tujuan Safety Training Observation Program (STOP) untuk mencegah kecelakaan kerja dengan mengidentifikasi nearmiss dan memberikan pengajaran kepada pekerja untuk mengobservasi dan mengambil tindakan yang akan membantu pekerja dalam hubungannya dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sehingga dapat meningkatkan kesadaran akan keselamatan pada pekerja (Dupont, 2007). Keuntungan dari adanya adalah mengurangi kecelakaan dan mengubah tingkah laku, mengurangi biaya yang berhubungan dengan kecelakaan, mengembangkan keterampilan berinteraksi, membantu menimbulkan dan mengembangkan kesadaran keselamatan secara menyeluruh, membantu keterampilan pengamatan, memastikan bahwa setiap potensi yang dapat timbul dari kondisi tempat kerja, mesin, dan peralatan,

174 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 7, No. 2 Mei Agustus 2018: 172 180 mengambil tindakan perbaikan serta pencegahan yang diperlukan untuk mencegah timbulnya kecelakaan dari bahaya tersebut. Hasil data perusahaan menunjukkan komitmen Observation Program (STOP) sebesar 95,58% pada tahun 2016. Nilai komitmen tenaga kerja memang tinggi, namun tenaga kerja masih perlu diingatkan untuk mengumpulkan STOP card. Komitmen tenaga kerja diharapkan dapat meningkat hingga 100% dan tidak perlu diingatkan dalam mengumpulkan STOP card. Konsep safety II oleh Hollnagel (2015) menjelaskan bahwa setiap keberhasilan harus ditingkatkan agar mencapai hasil yang maksimal dan tidak hanya melihat dari suatu yang negatif tetapi juga positif. Oleh sebab itu, perlu diketahui penyebab mengapa seseorang berperilaku salah satunya menggunakan teori perilaku yaitu analisis Antecedents, Behavior, Consequences (ABC). Analisis Antecedents, Behavior, Consequences (ABC) adalah suatu teori perilaku untuk menganalisis mengapa perilaku terjadi, serta untuk mengembangkan intervensi guna untuk meningkatkan perilaku. Analisis Antecedents, Behavior, Consequences (ABC) akan menunjukkan variabel yang mendukung adanya antecedents dan consequences yang menjadi faktor pembentuk perilaku tenaga kerja dalam menjalankan. Antecedents adalah sesuatu yang mendahului perilaku dan consequences adalah sesuatu yang mengikuti perilaku. Antecedents tidak akan efektif tanpa adanya consequences karena consequence mengontrol perilaku. Behavior dapat terjadi normal tanpa dipengaruhi antecedents dan consequence (Mc. Sween, 2003). Penelitian Candra (2015), untuk mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dalam pembentukan perilaku juga menggunakan analisis ABC. Penelitian ini hanya melihat hubungan consequences dengan perilaku tenaga kerja dalam (STOP). Alasan yang mendasari penelitian ini salah satunya ialah penjelasan Mc. Sween (2003) yang berpendapat bahwa consequences dapat memperkuat atau memperlemah perilaku sehingga peneliti ingin mengetahui apakah consequence dapat memperkuat atau memperlemah perilaku. Consequence dalam penelitian ini adalah reward dan punishment. Reward adalah konsekuensi positif yang diberikan kepada individu atau kelompok dengan tujuan untuk mengembangkan, mendukung, serta memelihara perilaku yang diharapkan (Gelller, 2001). Punishment adalah ancaman hukuman yang bertujuan untuk meningkatkan perilaku pekerja, memelihara peraturan yang berlaku, dan memberikan pelajaran pada pekerja agar mereka jera (Mangkunegara, 2000). reward dan punishment adalah kunci untuk meningkatkan perilaku selamat dapat dilakukan dengan mengidentifikasi dan mengatur consequences yang mendukung kepatuhan terhadap kepatuhan terhadap prosedur. Mahmudi (2005) berpendapat bahwa reward dan punishment dapat digunakan sebagai motivasi dalam mengukur tingkat kinerjanya. Penelitian yang dilakukan oleh Febrianti, dkk. (2014) menunjukkan bahwa reward dan punishment berpengaruh terhadap kinerja pekerja. Beberapa pertimbangan mengenai pentingnya reward dan punishment, peneliti ingin menganalisis apakah penerapan reward dan punishment dapat meningkatkan perilaku Observation Program (STOP). METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional karena hanya melakukan pengamatan dengan tujuan mendapatkan data primer dan sekunder dengan rancangan penelitian adalah cross-sectional karena hanya dilakukan dalam satu waktu dan pelaksanaannya bersamaan dengan waktu terjadinya masalah yang sedang diteliti. Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analitik karena menganalisis hubungan variabel independent dengan variabel dependent dengan menggunakan sampel untuk menggambarkan populasi. Penelitian ini dilakukan di PT. X Pasuruan pada April 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja yang mengikuti Safety Training Observation Program (STOP) sebanyak 103 pekerja. Besar sampel yang diambil ditentukan berdasarkan rumus untuk penelitian cross-sectional oleh Sugiarto (2003) sehingga mendapatkan hasil jumlah sampel penelitian ini sebanyak 50 pekerja. Cara pengambilan sampel dengan simple random sampling yaitu sampel dipilih secara acak pada seluruh unit populasi. Pengumpulan data dalam penelitian adalah melalui observasi untuk mendapat data mengenai data mengenai perilaku tenaga kerja

Risky Wira Putri, Hubungan Reward dan Punishment dengan Perilaku 175 Program (STOP), penyebaran kuesioner kepada tenaga kerja untuk mendapatkan dapat mengenai reward dan punishment, dan wawancara dengan SHE untuk mendapatkan data mengenai Safety Training Observation Program (STOP), reward, dan punishment. Variabel penelitian ini meliputi variabel dependent yang secara sengaja dicari sifatnya bila diberi suatu perlakuan tertentu. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah perilaku tenaga kerja Program (STOP). Variabel independent yang direncanakan untuk melihat hubungan dengan variabel dependent yaitu reward dan punishment. Data yang telah dikumpulkan dianalisis univariat dan bivariat. Analisis univariat untuk mendeskripsikan masing-masing variabel yang diteliti sedangkan analisis bivariat untuk melihat hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent dengan menggunakan uji statistik yaitu korelasi spearmen. HASIL Perilaku Pekerja dalam Menjalankan Program STOP Perilaku pekerja dalam menjalankan Safety Training Observation Program (STOP) yang dimaksud adalah wujud perilaku pekerja dalam menjalankan Safety Training Observation Program (STOP). Penilaian perilaku pekerja dalam (STOP) dilakukan dengan observasi kemudian hasil dikategorikan menjadi tiga yaitu baik, cukup, dan kurang. Kategori baik apabila tenaga kerja (STOP) dan mengumpulkan kartu STOP tepat waktu dan tidak perlu diingatkan. Kategori cukup apabila pekerja menjalankan Safety Training Observation Program (STOP), namun tidak mengumpulkan kartu STOP tepat waktu. Kategori kurang apabila pekerja tidak menjalankan Safety Training Observation Program (STOP). Distribusi perilaku tenaga kerja Program (STOP) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 menyajikan informasi bahwa hasil pengelolaan data penelitian menunjukkan sebagian besar tenaga kerja menjalankan program STOP dan mengumpulkan kartu STOP dengan tepat waktu sebanyak 74% atau sebanyak 37 pekerja. Pekerja yang menjalankan Safety Training Observation Program (STOP) dengan tidak mengumpulkan kartu Tabel 1. Distribusi Perilaku Pekerja dalam Menjalankan Program STOP di PT. X Pasuruan Tahun 2017 Program STOP Jumlah (n) Persentase (%) Baik 37 74 Cukup 5 10 Kurang 8 16 Total 50 100 Tabel 2. Distribusi Pendapat Tenaga Kerja mengenai Hubungan Reward dengan perilaku tenaga kerja dalam menjalankan Program STOP di PT. X Pasuruan Tahun 2017 Reward Jumlah (n) Persentase (%) Berhubungan 29 58 Tidak Berhubungan 21 42 Total 58 100 sebanyak 5 pekerja (10%) dan pekerja yang tidak melakukan Safety Training Observation Program (STOP) yaitu sebanyak 8 pekerja (16%). Reward Reward yang dimaksud adalah pendapat tenaga kerja mengenai hubungan reward yang berupa pujian dan hadiah dengan perilaku tenaga kerja dalam (STOP). Reward dikategorikan menjadi dua yaitu reward berhubungan dan reward tidak berhubungan. Tabel 2. yang didapatkan dari hasil pengisian kuesioner menunjukkan sebagian besar tenaga kerja berpendapat bahwa reward berhubungan dengan Training Observation Program (STOP). Tabel 2 menunjukkan bahwa tenaga kerja yang memiliki pendapat mengenai adanya hubungan antara pemberian reward dengan perilaku (STOP) ialah sebanyak 29 pekerja (58%). Pekerja yang berpendapat bahwa pemberian reward tidak berhubungan dengan perilaku tenaga kerja terhadap pelaksanaan program STOP ialah sebanyak 21 pekerja (42%). Punishment Punishment adalah salah satu bentuk konsekuensi negatif. Punishment yang dimaksud adalah pendapat tenaga kerja mengenai pendapat

176 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 7, No. 2 Mei Agustus 2018: 172 180 Tabel 3. Hubungan Pendapat Pekerja mengenai Hubungan Punishment dengan Perilaku Tenaga Kerja dalam Menjalankan Program STOP di PT. X Pasuruan Tahun 2017 Punishment Jumlah (n) Persentase (%) Berhubungan 40 80 Tidak berhubungan 10 20 Total 50 100 tenaga kerja mengenai hubungan punishment yang berupa pemotongan insentif, sangsi administratif, dan sangsi perusahaan dengan perilaku tenaga kerja Program (STOP). Punishment dibagi menjadi dua kategori yaitu berhubungan dan tidak berhubungan. Distribusi pendapat tenaga kerja mengenai hubungan punishment dengan perilaku tenaga kerja dalam (STOP) dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 yang disajikan berdasarkan hasil pengisian kuesioner menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga kerja berpendapat bahwa punishment berhubungan dengan perilaku tenaga kerja dalam (STOP). Terdapat 40 pekerja (80%) setuju bahwa pemberian punishment berpengaruh pada perilaku tenaga kerja terhadap pelaksanaan Safety Training Observation Program (STOP). Hubungan Reward dan Punishment dengan Perilaku Tenaga Kerja dalam Menjalankan Program STOP Metode analisis hubungan reward dan punishment dengan perilaku tenaga kerja dalam (STOP) menggunakan uji statistik yaitu korelasi spearmen. Selain itu, juga dilakukan cross tab antara variabel independent dengan variabel dependent. Tabel 4 menunjukkan bahwa tenaga kerja yang berpendapat bahwa reward berhubungan dengan Training Observation Program (STOP) memiliki perilaku yang baik dalam menjalankan Safety Training Observation Program (STOP) sebesar 58%. Hasil uji statistik dengan mengunakan uji korelasi spearman arti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara reward dengan perilaku tenaga kerja dalam (STOP memiliki hubungan yang kuat. Tabel 4 menunjukkan bahwa tenaga kerja yang berpendapat bahwa punishment berhubungan dengan perilaku tenaga kerja dalam menjalankan memiliki perilaku yang baik sebesar 58%. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji korelasi spearman ditolak. Ho ditolak memiliki arti bahwa terdapat punishment dengan perilaku pekerja dalam menjalankan Safety Training Observation Program (STOP korelasi -0,293 maka memiliki hubungan yang negatif dan lemah. PEMBAHASAN Program Safety Training Observation Program (STOP) adalah suatu program untuk mencegah insiden dan cidera. Safety Training Observation Program (STOP) pada dasarnya untuk meningkatkan kesadaran akan keselamatan kepada tenaga kerja (Dupont, 2007). Tujuan Safety Training Observation Program (STOP) sejalan dengan Peraturan Pemerintahan RI Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) ketentuan umum pasal 2 poin b berbunyi bahwa, mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja atau buruh atau tautan serikat pekerja atau serikat buruh. juga bertujuan untuk mencegah kecelakaan dengan melibatkan unsur manajemen dan tenaga kerja. Prinsip-prinsip Safety Training Observation Program (STOP) juga sejalan dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 tahun 2012 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Prinsip Safety Training Observation Program (STOP) yaitu, semua cidera dan sakit akibat kerja dapat dicegah serta keterlibatan karyawan adalah penting. Diharapkan keahlian pengamatan dan komunikasi pekerja dapat dikembangkan sehingga bisa mengambil langkah yang positif untuk menciptakan tempat kerja dan cara kerja yang aman sehingga kecelakaan kerja dapat diminimalisir. Perilaku tenaga kerja dalam menjalankan Safety Training Observation Program (STOP) dalam penelitian ini adalah tenaga kerja melaksanakan yang

Risky Wira Putri, Hubungan Reward dan Punishment dengan Perilaku 177 Tabel 4. Hubungan Reward dan Punishment dengan Perilaku Tenaga Kerja dalam Menjalankan Program STOP di PT. X Pasuruan Tahun 2017 Reward Variabel Perilaku Pekerja dalam Menjalankan Program STOP Baik Cukup Kurang (%) (%) (%) (%) Berhubungan 58 0 0 58 Tidak berhubungan 16 10 16 42 Total 74 10 16 100 Punishment Berhubungan 54 10 16 80 Tidak berhubungan 20 0 0 20 Total 74 10 16 100 P 0,000 0,689 0,039-0,293 meliputi melakukan observasi, mengisi kartu STOP, dan mengumpulkan kartu STOP. Hasil observasi yang dilakukan oleh masing-masing pekerja dituangkan dalam kartu STOP dengan menuliskan jumlah orang yang di observasi dan dalam keadaan aman pada kolom kanan. Penulisan jumlah orang yang telah di observasi dan dalam keadaan tidak aman dituliskan pada kolom kiri. Apabila ditemukan tindakan atau kondisi tidak aman maka menulis pada kolom kanan dan kiri. Hasil observasi menunjukkan sebagian besar tenaga kerja telah menjalankan Safety Training Observation Program (STOP) dan mengumpulkan kartu STOP dengan tepat waktu. Hasil observasi masih menunjukkan terdapat beberapa tenaga kerja yang terlambat mengumpulkan kartu STOP sehingga masih perlu diingatkan oleh pihak manajemen dengan cara langsung maupun tidak langsung melalui message/e-mail. Pekerja yang tidak mengumpulkan kartu STOP yaitu sebesar 10%. Selain itu, 16% tenaga kerja juga ditemukan tidak (STOP). Hasil wawancara dengan SHE menjelaskan bahwa tenaga kerja yang tidak menjalankan program STOP akan dikenakan sanksi berupa penurunan nilai tahunan yang nantinya dapat mempengaruhi gaji yang didapat tenaga kerja. Masih adanya pekerja yang tidak patuh pada prosedur pelaksanaan Safety Training Observation Program (STOP) menunjukkan kesadaran tenaga kerja dalam menjalankan Safety Training Observation Program (STOP) belum sepenuhnya maksimal. Perlu ditingkatkan dengan cara memberikan informasi kepada tenaga kerja tentang keselamatan di tempat kerja melalui poster, booklet, pelatihan atau training, dan lainnya (Geller, 2001). Hubungan Reward dengan Perilaku Tenaga Kerja dalam Menjalankan Program STOP Geller (2005) berpendapat consequences merupakan sesuatu yang mengikuti behavior dan pengaruh yang memungkinkan behavior terjadi lagi di bawah kondisi antecedents dimasa depan. Pendapat lain berasal dari McSween (2003) yang menyatakan bahwa consequences dapat memperlemah atau memperkuat perilaku. Antecedents tidak efektif tanpa adanya consequences sehingga consequences dapat mengontrol sebuah perilaku. Consequences memiliki dua tipe yaitu penghargaan yang meningkatkan perilaku dan punishment yang menurunkan perilaku. Reward adalah konsekuensi positif yang diberikan tenaga kerja dengan tujuan mengembangkan, mendukung, dan memelihara perilaku yang diharapkan. Reward digunakan sebagaimana mestinya maka dapat membentuk perasaan percaya diri, penghargaan diri, pengendalian diri, optimisme, dan rasa memiliki (Geller, 2001). Koencoro (2013) menjelaskan bahwa reward dibagi dua jenis yaitu reward ekstrinsik dan reward intrinsik. Reward ekstrinsik adalah penghargaan yang datang dari luar diri pekerja tersebut seperti gaji, tunjangan, bonus/insentif, dan penghargaan non finansial seperti promosi serta penghargaan interpersonal. Reward intrinsik adalah penghargaan yang diatur oleh pekerja itu sendiri

178 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 7, No. 2 Mei Agustus 2018: 172 180 seperti penyelesaian (completion), pencapaian (achievement), dan otonomi. Reward yang dimaksud ialah reward ekstrinsik. Penelitian ini menyelidiki pendapat tenaga kerja mengenai hubungan reward dengan perilaku Observation Program (STOP). Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar tenaga kerja (58%) beranggapan bahwa reward berhubungan dengan perilaku tenaga kerja dalam menjalankan. Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa tenaga kerja yang beranggapan bahwa reward berhubungan dengan perilaku tenaga kerja yang menjalankan dan memiliki perilaku yang baik dalam menjalankan sebesar 58%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian reward dapat meningkatkan perilaku Observation Program (STOP). Hasil uji statistika dengan menggunakan uji korelasi Spearman juga menunjukkan bahwa reward dengan perilaku tenaga kerja memiliki hubungan yang kuat dalam menjalankan Safety Training Observation Program (STOP). Hal tersebut sejalan dengan penelitian Fitriani (2014) yang menyatakan bahwa pengaruh reward dalam membentuk perilaku aman cukup kuat. Geller (2005) juga memiliki pendapat yang sama yaitu bahwa menggunakan consequences yang lebih positif dapat memotivasi perilaku tenaga kerja di tempat kerja. Hasil wawancara dengan SHE menunjukkan bahwa pemberian reward yang diberikan oleh perusahaan kepada tenaga kerja yang menjalankan yaitu peningkatan penilaian tahunan yang nantinya akan mempengaruhi insentif tahunan tenaga kerja. Geller (2001) berpendapat bahwa reward salah satu penguatan positif yang diterima tenaga kerja ketika melakukan perilaku yang diharapkan oleh perusahaan. Tenaga kerja cenderung melakukan perilaku yang diharapkan ketika mendapatkan konsekuensi yang positif. Hal tersebut juga sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2010) bahwa perubahan perilaku juga cenderung mudah apabila memberikan keuntungan bagi pekerja. Pemberian reward sebaiknya didiskusikan terlebih dahulu dengan tenaga kerja lainnya agar pihak manajemen mengetahui apa yang diharapkan agar tidak terjadi salah persepsi seperti pendapat Fleming dan Lardner (2002) bahwa setiap pekerja memiliki persepsi nilai yang berbeda dalam menerima konsekuensi yang diberikan. Hubungan Punishment dengan Perilaku Tenaga Kerja dalam Menjalankan Program STOP Punishment adalah suatu konsekuensi negatif atau dorongan negatif yang diberikan pekerja untuk menurunkan perilaku tenaga kerja yang tidak diinginkan (Darmawan dan Sjaaf, 2016). Mangkunegara (2000) berpendapat bahwa punishment adalah ancaman yang diberikan pekerja dengan tujuan memperbaiki perilaku tenaga kerja yang melanggar, memelihara peraturan yang berlaku di perusahaan, dan memberikan pelajaran kepada pelanggar. Punishment dalam penelitian ini adalah dapat berupa sanksi administratif, pemotongan insentif, dan sangsi dari perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga kerja (80%) beranggapan bahwa terdapat hubungan antara punishment dengan Training Observation Program (STOP). Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa tenaga kerja yang beranggapan bahwa punishment berhubungan dengan perilaku tenaga kerja dalam menjalankan memiliki perilaku yang baik dalam menjalankan sebesar 54%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian punishment dapat meningkatkan Training Observation Program (STOP) Hal tersebut juga didukung dengan hasil uji statistik dengan menggunakan uji korelasi Spearman yang menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan dengan perilaku tenaga kerja dalam (STOP). Hal tersebut sejalan dengan penelitian Pahlevi (2012) yang menyatakan bahwa punishment Hasil koefisien korelasi menunjukkan nilai negatif maka peningkatan pemberian punishment akan menurunkan perilaku tenaga kerja dalam (STOP). Hal tersebut dikarenakan penguatan yang negatif hanya untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan sehingga kemungkinan besar tenaga kerja terpaksa dalam menjalankan Safety Training Observation Program (STOP) karena hanya untuk menghindari hukuman saja sehingga hanya bersifat sementara. Syaaf (2008) juga menyatakan bahwa kelemahan dari hukuman terdiri

Risky Wira Putri, Hubungan Reward dan Punishment dengan Perilaku 179 dari (1) efek atribusi yaitu menilai seseorang sebagai karakteristik yang tidak diharapkan dapat membuat seseorang untuk berperilaku seperti karakteristik yang tidak diharapkan tersebut; (2) penekanan pada pengendalian proses pembentukan perilaku; (3) hukuman membawa efek samping negatif ditandai dengan dendam, tidak mau bekerja sama. Hasil wawancara kepada SHE diperoleh informasi bahwa sistem punishment yang dilakukan perusahaan yaitu pemotongan gaji insentif. Tenaga kerja yang tidak menjalankan Safety Training Observation Program (STOP) maka penilaian tahunan tenaga kerja akan turun yang nantinya mempengaruhi gaji insentif yang didapat tenaga kerja. Punishment yang baik ialah apabila bersifat soon-certain-sizeable (Geller, 2001). Hukuman yang langsung dirasakan oleh tenaga kerja apabila tenaga kerja melakukan perilaku yang tidak diinginkan akan memberikan efek jera kepada tenaga kerja. Pemberian punishment harus diimbangi dengan pemberian reward. Pemberian konsekuensi ini diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan perilaku pada tenaga kerja. Geller (2001) juga menyebutkan bahwa faktor consequences akan menentukan perilaku yang diharapkan dapat terulang atau tidak. Perusahaan sebaiknya memberikan punishment yang segera dan sifatnya mendidik agar tenaga kerja merasa jera dan meningkatkan komitmen Observation Program (STOP) serta pemberian reward untuk mengimbangi punishment. SIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga kerja memiliki perilaku yang baik Program (STOP). Masih terdapat tenaga kerja yang tidak mengumpulkan kartu STOP dengan tepat waktu sehingga manajemen masih perlu mengingatkan terkait pengumpulan kartu STOP. Selain itu juga, masih terdapat tenaga kerja yang tidak menjalankan. Sebagian besar tenaga kerja berpendapat bahwa terdapat hubungan antara reward dengan perilaku Observation Program (STOP). Perusahaan telah memberikan reward kepada tenaga kerja yang (STOP) yang berupa pemberian insentif. Sebagian besar tenaga kerja juga berpendapat bahwa terdapat hubungan punishment dengan Training Observation Program (STOP). Perusahaan telah memberikan punishment kepada tenaga kerja yang tidak menjalankan Safety Training Observation Program (STOP) berupa penurunan gaji insentif yang di dapat tenaga kerja. Pemberian reward dan punishment dapat meningkatkan perilaku tenaga kerja dalam (STOP). Hal tersebut dapat dijadikan bahan intervensi perusahaan untuk meningkatkan perilaku Observation Program (STOP) dengan penerapan sistem rewarding dan punishing. DAFTAR PUSTAKA Bird, F. E., Germain., George, L., 1992. Partical Loss Control Leadership. Georgia: International loss control Institute, Inc. Candra, A., 2015. Hubungan Faktor Activator dan Consequence dengan Perilaku Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Telinga (Studi di Unit Pemeliharaan PLTD Ampenan PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkit Lombok). Skripsi. Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Cooper, D., 2009. Improving Safety Culture: A Practical Guide. Hull: Applied Behavior Sciences. DUPONT., 2007. STOP untuk Satu Sama Lain. USA: E.I. du Pont Nemours and Company. Febrianti, S., Musadieq, M., Prasetya, A., 2014. Pengaruh Reward dan Punishment Terhadap Kinerja Motivasi Kerja Serta Dampaknya Terhadap Kinerja (Studi Pada Karyawan PT. Panin Bank Tbk. Area Mikro Jombang). Jurnal Administrasi Bisnis(JAB), Vol. 12(1): pp. 1 9. Fitriani, A., 2014. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Safe Behavior Tenaga Kerja Berdasarkan Activator dan Consequence (Studi Pada Tenaga Kerja Sub-Cont A dan Sub-Cont B di PT. BSB Gresik. Skripsi. Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Fleming, Lardner., 2002. Strategies to Promote Safe Behavior As Part of Heath and Safety

180 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 7, No. 2 Mei Agustus 2018: 172 180 Management System. [e-book]norwich: Helath and Safety Executive. Tersedia di: <www.hse.gov. uk/research/crr_p df/2002/crr02430.pdf> [diakses tanggal 25 Desember 2016] Geller, E.S., 2001. Behavior-Based-Safety in Industry: Realizing the Large-Scale Potential of Ps ych ological to Pr om ote H uman Welfare. Applied and Preventive Psychology, 10:(87 105). Geller, E.S., 2001. Working Safe: How to Help People Actively Care for Health and Safety. New York: Lewis. Geller, E.S., 2005. Behavior-Based Safety and Occupational Risk Management. Virginia Polytechnis Institute and State University, 29 (3): pp. 539 559. Hollnagel, E., 2015. From Safety-1 to Safety-II: A White Paper. Denmark: University of Sothern Denmark, Institute for Regional Health Research (IRS). InfoDATIN., 2015. Situasi Kesehatan Kerja. [online] Tersedia di: <www.depkes.go.id/resources/ download/.../infodatin-kesja.pdf> [diakses tanggal 27 juni 2017]. Koencoro, G., 2013. Pengaruh Reward dan Punishment Terhadap Kinerja. Skripsi. Malang: Universitas Brawijaya. Mahmudi., 2005. Manajemen Kerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Mangkunegara, APP., 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Rosada. McSween, T. 2003., Value- Based Safety Process: Improving Yor Safety Culture With Behavior- Based Safety. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. National Safety Council., 2011. Injury Facts. Itasca, IL: Author.on. Notoatmodjo, S., 2010. Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. Pahlevi, R., 2012. Pengaruh Penerapan Reward dan Punishment Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil di Badan Kepegawaian dan Diklat Kota Cilegon. Skripsi. Banten: Universitas Sultan Ageng Tityasa. Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Kementerian Ketenagakerjaan dan Transmigrasi. Sugiarto, D.S., Sunaryanto., Oetomo., 2003. Teknik Sampling. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Suma mur, P.K., 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hyperkes). Jakarta: CV Sagung Seto. Syaaf, F., 2008. Analisis Perilaku Berisiko (At Risk Behavior) pada Tenaga Kerja Unit Usaha Las Sektor Informal di Kota X Tahun 2008. Skripsi. Jakarta: Universitas Indonesia. Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga kerja. Jakarta: Kementerian Ketenagakerjaan dan Transmigrasi.