Jurnal Natural. Pengamanan sediaan. Kesehatan merupakan. faktor paling. mendasar yang. dengan. sinergis dan. insektisida lain. tanpa aktivitas yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Unit Bidang Ilmu Farmasi Analisis, Departemen Farmasi FMIPA, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesa 10 Bandung 40132

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam

Analisis Fenobarbital..., Tyas Setyaningsih, FMIPA UI, 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN Febriyanti Diah Puspita Sari*, Pri Iswati Utami*

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

Analisis Etanol dalam Hair Tonic dan Hair Spray secara Kromatografi Gas

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben

Gambar 1. Alat kromatografi gas

PHARMACY, Vol.06 No. 03 Desember 2009 ISSN

III. BAHAN DAN METODE

Kromatografi Gas-Cair (Gas-Liquid Chromatography)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT

Perbandingan fase gerak metanol-air (50:50)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Perhitungan Kadar Kadar residu antibiotik golongan tetrasiklin dihitung dengan rumus:

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RINGKASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENGUJIAN. Industri PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang beralamat di Jl.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

BAB 6 RINGKASAN PENELITIAN

PRAKTIKUM ANALISIS KUALITATIF MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS (GLC)

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Nama Mata Kuliah : Kromatografi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan

Perbandingan fase gerak Larutan kalium dihidrogen posfat 0,05 M-metanol (60:40) dengan laju alir 1 ml/menit

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM MINUMAN BERALKOHOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS. Abstrak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Laboratorium Bioavailabilitas dan Bioekivalensi, Departemen Farmasi,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,

TUGAS AKHIR WENI YULIATI Pembimbing : Ir. Mochamad Ilyas Hs. Katherin Indirawati ST. MT.

VALIDASI METODE ANALISIS TABLET LOSARTAN MERK B YANG DITAMBAH PLASMA MANUSIA DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut USP (2007), sifat fisikokimia cefadroxil adalah sebagai berikut:

4 Hasil dan Pembahasan

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

Kromatografi gas-spektrometer Massa (GC-MS)

OPTIMASI DAN VALIDASI METODE ANALISIS SUKROSA UNTUK MENENTUKAN KEASLIAN MADU PERDAGANGAN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan menggunakan alat KCKT. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium

Lampiran. Dapar fosfat ph. Universitas Sumatera Utara

Kata Kunci : kromatografi gas, nilai oktan, p-xilena, pertamax, pertamax plus.

PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010 ISSN

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September

RINGKASAN. Kata kunci : Optimasi; Fase Gerak; Campuran dalam Sirup; HPLC

YANTI TANUWIJAYA PENGEMBANGAN METODE ANALISIS ANTIOKSIDAN BHA, BHT, DAN TBHQ DALAM MIE INSTAN DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif.

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

Validasi metode merupakan proses yang dilakukan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISA VITAMIN C METODE HPLC HIGH PERFORMANCE LIQUID CROMATOGRAPHY

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN METODE PENETAPAN KADAR GLIBENKLAMID DALAM PLASMA DARAH MANUSIA SECARA IN VITRO MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

APLIKASI EFFERVESCENCE-LIQUID PHASE MICROEXTRACTION UNTUK ANALISIS SENYAWA PESTISIDA KLORPIRIFOS DALAM MENTIMUN MENGGUNAKAN HPLC UV-VIS SKRIPSI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Larutan Baku Profenofos. Konsentrasi 1665,5 mcg/ml sebagai Larutan Baku I (LB1)

Penetapan Kadar Eugenol dalam Minyak Atsiri dari Daun Sirih Merah (Piper cf fragile Benth.) dan Sirih Hijau (Piper betle L.) secara Kromatografi Gas*

ANALISIS ASAM RETINOAT DALAM SEDIAAN KRIM PEMUTIH YANG DIJUAL BEBAS DI WILAYAH PURWOKERTO ABSTRAK

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di

Analisis Fisiko Kimia

LAPORAN PRAKTIKUM HPLC : ANALISA TABLET VITAMIN C

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

No Nama RT Area k Asym N (USP)

PENGANTAR. Berdasarkan wujud fasa diam, Kromatografi gas-padat (gas-solid chromatography) Kromatografi gas-cair (gas-liquid chromatography)

BAB I PENDAHULUAN. menghambat enzim HMG-CoA reduktase. HMG-CoA merupakan pembentuk

BAB II METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara pada bulan Januari-April 2015

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Gambar Alat KCKT dan Syringe 50 µl. Alat KCKT. Syringe 50 µl. Universitas Sumatera Utara

BAB 3. BAHAN dan METODE. Alat yang digunakan dalam pengujian adalah : 1. KCKT. 5. Erlenmeyer 250 ml. 6. Labu ukur 10 ml, 20 ml, 1000 ml

Lampiran 1. Gambar alat KCKT dan syringe 100 µl

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

KROMATOGRAFI FLUIDA SUPERKRITIS

Penentuan Kadar Tablet Asetosal Menggunakan HPLC (High Performance Liquid Chromatography) Tiffany Sabilla Ramadhani

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh CHANDRA SAPUTRA PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO

ANALISIS SECARA SIMULTAN PARACETAMOL DAN IBUPROFEN DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

Transkripsi:

Jurnal Natural Vol. 11, No. 2, 2011 GAS CROMATOGRAPHIC ANALYSIS OF ORGANOPHOSPATE AND PYRETROID COMPOUNDS IN MOSQUITO COILS Sadli dan Misrahanum Prodi Farmasi, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh Abstract. Mosquito coils contain active compounds such as chlorpyriphos, dichlorphos, and d-alletrhrin which may be hazardous to the health. As majority of pesticides are stable heat, they can be changed into stable vapor state by column. a gas chromatographic method of analysis was developed. Gas chromatography for organophosphate compounds, namely chlorpyriphos and dichlorphos, with a OV-17 packed column, and a flame photometry detector equipped by filter for phosphor, which detecs phosphor containing compounds exclusively, avoiding any interference of other non phosphor compounds present in the sample matrix. Gas chromatography for a pyrethoid compound, d-allethrin, utilizes a HP-1 capilarry column with a flame ionization detector, and detect, any ionizable compound. The research was initiated by adjustment of the condition of gas chromatography system to obtain an appropiate separation of compounds a good shape of chromatogram and a tolerable retention time. With a flow rate of nitrogen 55 ml/min, column temperatures of 210 o C, a detector and injector temperature of 230 o C, the method gave a retention times chlorpyriphos of 6,47 minute and that t of dichlorphos of 0,73 minute. The difference in retentionn time of chlorpyriphos and thatt of dichlorphos was caused by the difference in molecular weight of both compounds, thin dichlorphos with a smaller molecular weight (220, 98) was eluted faster than chlorpyriphos (350,6). For d-allethrin whit a flow rate of nitrogen gas of 40 ml/min, a column temperature of 180 o C, a detector and injector temperature of 210 o C, a retention time of d-allethrin of 3,28 minutes was obtained. The mosquitoo coils tested did not contain any chlorpyriphos nor dichlorphos, and some contained d-allethrin. The d-allethrin content obtained in one of the sample was beyond the tolerated limit. Keywords: Mosquito coils, chlorpyriphos, dichlorphos, d-allethrin I. PENDAHULUAN Kesehatan merupakan faktor paling mendasar yang sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Pembangunan nasional dalam bidang kesehatan yang telah berlangsung sekitar tiga dasawarsa ternyataa masih belum mampu meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemauan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud tingkat kesehatan masyarakat yang optimum sesuai dengan tujuan pembangunan kesehatan. Untuk terwujudnya kesehatan perlu dilakukan berbagai usaha kesehatan, termasuk kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah atau masyarakat, di antaranya adalah pengendalian keamanan sediaan farmasi yang diselenggarakan untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan atau kemanfaatan (Pasal 39 Undang-Undang Republik Indonesia No : 23 Tahun 1992 tentang kesehatan). Sediaan farmasi dapat berupa obat, bahan obat, obat tradisional, kosmetik dan alat kesehatan [4] 79 Pengamanan sediaan farmasi dilakukan mulai dari prosess produksi sampai ke penggunaannya agar tidak membahayakan kesehatan. Di perdagangan banyak ditemukan bermacam jenis antinyamuk dengann komposisi bermacam-macam, dengan atau tanpa aktivitas yang sinergis dan insektisida lain yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat. Pemerintah berperan dalam melaksanakan pengawasan mutu sediaan farmasi, termasuk sediaan antinyamuk bakar dengan bermacam- macamm jenis formulasi termasuk antinyamuk bentuk semprot, bakar, elektrik dan sebagainya yang di gunakan masyarakat sehingga keamanannya dapat terjamin. Antinyamuk bakar merupakan pembasmi serangga rumah tangga terutama digunakan untuk membunuh nyamuk dalam berbagai jenis. Antinyamuk bakar dalam bentuk koil lebih banyak diminati masyarakat karena harganya relatif murah dibandingkan dengan antinyamuk lainnya sehingga terjangkau untuk semua kalangan masyarakat. Disamping itu harus waspada terhadap zat aktifnya yang dapat membahayakan kesehatan,

pada antinyamuk bakar zat aktif yang sering digunakan adalah klorpirifos, diklorvos, dan d- aletrin. Pengujian terhadap mutu antinyamuk dan bahan berbahaya secara kualitatif maupun kuantitatif adalah penting sehingga dapat diketahui produkproduk antinyamuk yang tidak memenuhi persyaratan. Kromatografi adalah metode pemisahan analitik yang sangat bermanfaat dan diterapkan secara luas terutama bagi sampel multi komponen dan kompleks. Analisis dengan instrumen kromatografi gas mencakup pemisahan dan sekaligus pengukuran kadar cuplikan. Cuplikan disuntikkan dalam bentuk gas atau berupa cairan yang dapat diubah menjadi gas dengan pemanasan, dibawa oleh gas pembawa masuk ke dalam kolom tempat terjadinya pemisahan dan terakhir komponen yang sudah terpisah diukur oleh suatu detektor. Karakteristik sebagian besar pestisida yang dapat diubah menjadi uap, stabil terhadap pemanasan, dipersyaratkan penggunaannya dalam kadar yang kecil. menjadikan teknik kromatografi gas dipakai luas untuk analisis pestisida [3]. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar dan pengembangan analisis bagi berbagai bahan aktif yaitu klorpirifos, diklorvos, dan d-aletrin dalam sampel antinyamuk bakar secara kromatografi gas. poli (fenilmetil) siloksan (50 % fenil) panjang 135 cm, diameter dalam 3 mm yang diaktifkan terlebih dahulu pada suhu 300 C selama satu jam. Kondisi optimum diperoleh pada suhu injektor 230 C, suhu kolom 210 C dan suhu detektor 230 C. Pada kondisi ini diperoleh waktu retensi masing-masing pestisida adalah klorpirifos ± 6,47 menit dan diklorvos ±1,13 menit. Seperti pada gambar 1 dan 2 Gambar 1. Kromatogram klorpirofos dengan waktu retensi 6,47 menit II. METODOLOGI Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kromatografi gas Hitachi model G-5000A yang dilengkapi dengan detektor fotometri nyala dan detektor ionisasi nyala, generator hidrogen Whatman, kompresor udara SC 820, kolom kemas OV-17 yang mengandung fase diam poli (fenilmetil) siloksan (50 % fenil) panjang 135 cm dengan diameter dalam 3 mm, integrator Hitachi model D- 2500, flowmeter, kolom kapiler HP-1 panjang 15 meter dengan diameter dalam 0,53 mm. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah baku pembanding klorpirifos (99,80%), diklorvos (99,9%), d-aletrin (98,5 %), etil asetat p.a, gas nitrogen (UHP grade), hidrogen dan udara, serta aseton p.a. Penentuan Kondisi Penelitian Kondisi untuk klorpirifos dan diklorvos Dalam percobaan ini laju aliran gas pembawa nitrogen 55 ml/menit untuk klorpirifos dan 45 ml/menit untuk diklorvos, tekanan gas hidrogen untuk detektor FPD 70 kpa, nitrogen 20 kpa dan udara 180 kpa. Kolom yang digunakan adalah kolom kemas OV-17 yang mengandung fase diam Gambar 2. Kromatogram dikorvos dengan waktu retensi 1,13 menit Kondisi untuk d-aletrin Dalam percobaan ini laju aliran gas pembawa nitrogen 40 ml/menit, tekanan gas hydrogen untuk detektor FID 0,7 kg/cm 2, nitrogen 0,5 kg/cm 2. Kolom yang digunakan adalah kolom kapiler HP- 01 panjang 15 m, diameter dalam 0,53 mm yang diaktifkan terlebih dahulu pada suhu 300 C selama 80

dua jam, sambil dialiri gas nitrogen pada kecepatan 40 ml/menit sebelum digunakan. Kondisi optimum diperoleh pada suhu injektor 220 C, suhu kolom 180 C dan suhu detektor 220 C. Pada kondisi ini diperoleh waktu retensi pestisida d- aletrin adalah ± 3,28 menit. Simpangan baku (SB) dapat dihitung dengan persamaan SB =, yi = area kromatogram dari masing-masing konsentrasi yi = nilai yang diperoleh dari persamaan regresi n = banyaknya perlakuan Dari hasil perhitungan diperoleh batas deteksi dan batas kuantisasi berturut-turut adalah sebagai berikut: klorpirifos ( 0,0584 ug/ml dan 0,1945 ug/ml), diklorvos (0,0427 ug/ml dan 0,1425 ug/ml), d-aletrin (0,0301 mg/inl dan 0,1001 mg/ml). Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa metode analisis dengan kromatografi gas dapat menetapkan konsentrasi pestisida dari sampel pada konsentrasi masih dalam konsentrasi yang dipersyaratkan. Gambar 3. Kromatogram d-aletrin dengan waktu retensi 3,28 menit Validasi Metode Uji linieritas dilakukan untuk menunjukkan respons atau hasil uji secara langsung berbanding lurus terhadap konsentrasi. Dilakukan terhadap 6 konsentrasi larutan baku masing-masing pestisida, kemudian dilakukan perhitungan koefisien korelasi (r), persamaan regresi linier dan pembuatan kurva kalibrasi. Koefisien korelasi (r) untuk klorpirifos adalah 0,9991; diklorvos adalah 0,9996 dan untuk d-aletrin adalah 0,9997. Uji sensitivitas dilakukan untuk melihat respons analit dalam kadar tertentu dengan menentukan LOD {limit of detection) dan LOQ (limit of quantitation). LOD merupakan konsentrasi terendah yang masih dapat terdeteksi dan LOQ merupakan konsentrasi terendah yang dapat ditetapkan secara kuantitatif dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima. LOD = 3 SB S Uji kecermatan dan keseksamaan dinyatakan dalam nilai perolehan kembali, merupakan ukuran kedekatan hasil uji terhadap nilai sebenarnya yang dapat diterima. Kecermatan diuji terhadap sampel yang ditambah larutan baku pestisida, dibuat 3 konsentrasi larutan baku dengan masing-masing 3 kali pengulangan. Perhitungan perolehan kembali (PK) dengan menggunakan rumus : PK = X X x 100% Xr = kadar hasil pengukuran sampel Xa = kadar larutan baku yang ditambahkan Dalam pengujian formulasi pestisida nilai perolehan kembali pada rentang 80-110 %, dengan rata-rata di atas 80%, menunjukkan bahwa metode pengujian yang dievaluasi memiliki kinerja yang baik. Penyiapan dan Pengukuran Sampel Sampel yang diuji adalah antinyamuk bakar dari tiga merek. Untuk uji perolehan kembali diambil sampel yang tidak mengandung pestisida yang diuji. Penyiapan sampel Antinyamuk bakar dipotong kecil-kecil kemudian dihaluskan menggunakan penggiling. LOQ = 10 SB S SB = simpangan baku S = slope dari kurva kalibrasi Ekstraksi Ekstraksi untuk diklorvos dan klorpirifos Sejumlah 25 gram sampel yang telah dihaluskan dimaksukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml 81

ditambahkan 70 ml etil asetat, diaduk dengan pengaduk mekanik selama 60 menit, didiamkan selama 20 menit, kemudian disaring [8]. Ekstraksi untuk d-aletrin Sejumlah 70 gram sampel yang telah dihaluskan di maksukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml ditambahkan 100 ml aseton, diaduk dengan pengaduk mekanik selama 120 menit, didiamkan selama 20 menit kemudian disaring [13]. Penetapan Penetapan untuk klorpirifos dan diklorvos ibuat 3 konsentrasi larutan baku dengan masingmasing 3 kali pengulangan. Perhitungan perolehan kembali (PK) dengan menggunakan rumus : PK = X X x 100% Xr = kadar hasil pengukuran sampel Xa = kadar larutan baku yang ditambahkan Dalam pengujian formulasi pestisida nilai perolehan kembali pada rentang 80-110 %, dengan rata-rata di atas 80%, menunjukkan bahwa metode pengujian yang dievaluasi memiliki kinerja yang baik. Penyiapan dan Pengukuran Sampel Sampel yang diuji adalah antinyamuk bakar dari tiga merek. Untuk uji perolehan kembali diambil sampel yang tidak mengandung pestisida yang diuji. dengan kondisi sebagai berikut : kecepatan alir gas pembawa nitrogen 55 ml/menit, tekanan gas untuk detektor adalah hidrogen 70 kpa, oksigen 180 kpa dan nitrogen 20 kpa. Suhu kolom 210 C, suhu detektor 230 C dan njektor masing-masing 230 C. Penetapan untuk d-aletrin Sebanyak 4-5 µl ekstrak disuntikkan ke dalam injektor dari kromatografi gas, yang dilengkapi dengan detektor ionisasi nyala dengan kondisi sebagai berikut: kecepatan alir gas pembawa nitrogen 40 ml/menit, tekanan gas untuk detektor adalah hidrogen 0,7 kg/cm 2, dan nitrogen 0,5 kg/cm 2. Suhu kolom 180 C, suhu detektor dan injektor masing-masing 210 C. Kadar pestisida untuk antinyamuk bakar dinyatakan dalam persen (%) dapat dihitung dengan rumus [13]. Kadar (%) = A /A C V F /V W x 100% Au = Tinggi/area kromatogram contoh Ab = Tinggi/area kromatogram baku pembanding Cb = Konsentrasi baku pembanding Vb = Volume baku pembanding yang diinjeksikan Vu = Volume contoh yang diinjeksikan Fp = Faktor pengenceran Wu = Berat contoh Hasil pemeriksaan terhadap sampel dapat dilihat pada Gambar 4. Penyiapan sampel Antinyamuk bakar dipotong kecil-kecil kemudian dihaluskan menggunakan penggiling. Ekstraksi Ekstraksi untuk diklorvos dan klorpirifos Sejumlah 25 gram sampel yang telah dihaluskan dimaksukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml ditambahkan 70 ml etil asetat, diaduk dengan pengaduk mekanik selama 60 menit, didiamkan selama 20 menit, kemudian disaring [8]. Ekstraksi untuk d-aletrin Sejumlah 70 gram sampel yang telah dihaluskan di maksukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml ditambahkan 100 ml aseton, diaduk dengan pengaduk mekanik selama 120 menit, didiamkan selama 20 menit kemudian disaring [13]. Penetapan Penetapan untuk klorpirifos dan diklorvos Sebanyak 1-2 µl ekstrak disuntikkan ke dalam injektor dari kromatografi gas, yang dilengkapi dengan detektor fotometri nyala dengan filter fosfor Gambar 4. Kromatogram sampel d-aletrin dengan waktu retensi 3,28 menit 82

III. PEMBAHASAN Kromatografi gas yang dilengkapi dengan kolom kemas OV-17 yang mengandung fase diam poli (fenilmetil) siloksan (50 % fenil) bersifat semi polar dapat digunakan dengan baik untuk memisahkan pestisida organofosfat. Ekstraksi pestisida dari sampel dilakukan dengan etil asetat. Detektor fotometri nyala yang dilengkapi dengan filter fosfor sehingga hanya senyawa yang mengandung fosfor yang terdeteksi, cocok digunakan dalam analisis pestisida golongan organofosfat, tanpa terganggu zat lain yang tidak mengandung fosfor. Dengan laju nitrogen sebagai gas pembawa pada 55 ml/menit dengan suhu kolom 210 C, suhu detektor dan injektor masing-masing 230 C diperoleh waktu retensi klorpirifos 6,47 menit dan diklorvos 0,73 menit. Perbedaan waktu retensi antara klorpirifos dan diklorvos disebabkan oleh perbedaan bobot molekul, diklorvos yang mempunyai bobot molekul (220,98) lebih kecil dari klorpirivos (350,6) terelusi lebih cepat sehingga mempunyai waktu retensi lebih kecil, kemudian dengan menurunkan laju alir gas nitrogen menjadi 45 ml/menit diperoleh waktu retensi diklorvos 1,13 menit. Untuk analisis senyawa piretroid kromatografi gas dilengkapi dengan kolom kapiler HP-1 dengan detektor ionisasi nyala yang merupakan detektor untuk senyawa-senyawa yang dapat terionisasi, Ekstraksi sampel dilakukan dengan aseton. Detektor ionisasi nyala cocok digunakan dalam analisis pestisida senyawa piretroid. Dengan kondisi laju alir nitrogen sebagai gas pembawa 40 ml/menit, suhu kolom 180 C, suhu detektor dan injektor masingmasing 210 C diperoleh waktu retensi 4,28 menit. Penentuan keseksamaan untuk mengetahui kinerja alat pada kondisi pengukuran yang ditetapkan dari simpangan baku relatif hasil pengukuran larutan baku pembanding Simpangan baku relatif yang memenuhi syarat adalah apabila kurang dari 5% untuk area kromatogram dan 2% untuk waktu retensi. Diperoleh hasil dari ketiga pestisida yang diuji untuk area kromatogram dan waktu retensi berturut-turut adalah klorpirifos (1,120 dan 0,463); diklorvos (0,731 dan 0,232); dan d-aletrin (0,524 dan 0,214). Uji linieritas dilakukan untuk menunjukkan respons atau hasil uji secara langsung berbanding lurus terhadap konsentrasi, kemudian dilakukan perhitungan koefisien korelasi (r) persamaan linier dan pembuatan kurva kalibrasi. Dari persamaan linier dan kurva kalibrasi di tentukan batas deteksi dan batas kuantisasi. Batas deteksi dan batas kuantisasi yang diperoleh jauh di bawah batas toleransi bahan aktif sehingga metode ini dapat digunakan untuk menganalisis kandungan pestisida antinyamuk bakar melebihi atau tidak dari batas toleransi yang dipersyaratkan. Ekstraksi sampel menggunakan etil asetat untuk klorpirifos dan diklorvos serta aseton untuk d- aletrin. Nilai perolehan kembali adalah klorpirifos 92,61 %; diklorvos 93,04 %; dan d-aletrin 97,81 %. Nilai perolehan kembali menunjukkan efisiensi suatu ekstraksi, makin besar nilai perolehan kembali menunjukkan tingginya efisiensi suatu ekstraksi Hasil pengujian terhadap beberapa sampel antinyamuk bakar tidak diperoleh kandungan klorpirifos dan diklorvos, untuk d- aletrin dapat di periksa dan dideteksi. Kadar d- aletrin yang diperoleh pada salah satu sampel melebihi dari batas toleransi yang dianjurkan. Pada sampel B diperoleh kadar d-aletrin yang melebihi batas toleransi yang dianjurkan, sedangkan pada sampel A dan C diperoleh kadar masih dalam batas toleransi. KESIMPULAN Analisis bahan aktif terhadap tiga contoh antinyamuk bakar yaitu A, B, dan C dari merek dagang berbeda menggunakan kolom OV-17 pada alat kromatografi gas dengan detektor fotometri nyala tidak ditemukan adanya klorpirifos dan diklorvos, sedangkan bahan aktif d-aletrin dalam sampel antinyamuk bakar dapat dipisahkan dan dideteksi dengan kolom kapiler HP-1 pada alat kromatografi gas dengan detektor ionisasi nyala. Nilai perolehan kembali dari cara ektraksi dengan etil asetat untuk diklorvos dan klorpirifos maupun dari cara ekstraksi dengan aseton untuk d-aletrin diperoleh rata-rata diatas 80 %, sehingga metode ini dapat digunakan untuk menganalisis kadar pestisida pada antinyamuk bakar dalam batas konsentrasi yang dipersyaratkan. Pengujian sampel B diperoleh kadar konsentrasi yang melebihi konsentrasi yang ditetapkan organisasi pangan dan pertanian PBB (FAO). UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Sudana Atmawidjaja, DEA dan Dr. Amir Musadad atas bantuannya sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik. REFERENSI 1. Eiceman, G.A., (2001), Instrumentationt of Gas Chromatography, New Mexico State University, New York, 1-7. 83

2. World Health Organization, (2003), Data Sheets on Pesticides, WHO, Geneva, 1-6. 3. Tjie Kok (1997), Kromatografi Gas Teori dan Instrumentasi, Kristal (15) 1-7. 4. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (2000) 2 (14) BPOM, Jakarta,1-3. 5. Krieger, R.I., Dinoff, T.M., and X Zhang, (2003), Invironmental Helath Perspektive, 3 (12), University California, California, 1-5. 6. World Health Organization, (2002), Spesifications and Evaluations for Public Helath Pesticides for d-allethrin, WHO, Geneva. 1-24. 7. McNair, M.H., Bonelli, E.J., (2011), Basic Gas Chromatography, Second Ed, John Wiley & Sons, 7-25. 8. Komisi Pestisida Departemen Pertanian RI (1997), Metode Pengujian Residu Pestisida dalam Hasil Pertanian, Departemen Pertanian RI, Jakarta, 212-215. 10. Tomlin, C., (2009), The Pesticide Manual, 15th ed., Croportion Protection Publications, 27-28, 200-201 11. Skoog, D.A, Holler, F.J., and Crouch, S.R., (2007), Principles of Instrumental Analysis, 4th ed., Harcourt Brace College, Miami, 301-311. 12. Manjohn B.M (1978), Manual for Training in Pesticide Analysis, University of Miami School of Medicine,Miami, 203-311. 13. Horwitz, W (2000), The Scientific Association Dedicated to Analytical Excellence, J. AOAC International, Vol I, 50-51. 14. Budavari, S (2001), The Merck Indek, 13th ed., Merck & Co, New York, 541, 2206. 15. William C.S (1997), Statistik untuk Biologi, Farmasi, Kedokterna, dan Ilmu yang Bertautan, terjemahan Surosa, ITB Bandung, 5354, 10140. 9. Komisi Pestisida Departemen Pertanian RI (2006), Pestisida Higiene Lingkungan, Departemen Pertanian RI, Jakarta, 26-38. 84