Indikator pelayanan rumah sakit By : Setiadi



dokumen-dokumen yang mirip
INDIKATOR KINERJA UTAMA

LAPORAN KINERJA TRIWULANAN RSUD LAWANG TAHUN 2015

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, ISSN: X, Vol.1, No.2, Oktober 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RENCANA KINERJA TAHUNAN RSUD PLOSO KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 RUMUS/ FORMULA. tahun = Jumlah pasien rawat inap + Jumlah pasien rawat jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencari dan menerima pelayanan kedokteran dan tempat pendidikan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta,

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Medan sebagai organisasi yang bergerak

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, padat pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Rekam Medis menurut Huffman EK, diagnosa dan pengobatan serta merekam hasilnya. (6)

2 Sumber daya manusia medis dan non medis merupakan kunci keberhasilan rumah sakit, karena rumah sakit adalah suatu bentuk organisasi yang berfungsi s

BAB 1 : PENDAHULUAN. sehat. Namun saat ini rumah sakit bukan hanya sebagai fasilitas sarana kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Tahun Pemerintah berkewajiban mengupayakan tersedianya pelayanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1204/Menkes/SK/X/2004. pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. (14) 340/MENKES/PER/III/2010

BAB 1 PENDAHULUAN. mengutamakan pelaksanaannya melalui upaya penyembuhan pasien, rehabilitasi dan pencegahan gangguan kesehatan. Rumah sakit berfungsi

ABSTRAK. Kepustakaan : 11 ( )

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KABUPATEN SIDOARJO

ANALISIS EFISIENSI PELAYANAN RAWAT INAP BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON PADA BANGSAL KELAS III DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI PERIODE TRIWULAN TAHUN

GAMBARAN EFFISIENSI PENGGUNAAN TEMPAT TIDUR RUANG PERAWATAN KELAS III DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TASIKMALAYA TAHUN 2011 DAN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

PENILAIAN EFISIENSI PELAYANAN RAWAT INAP BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN PERIODE TRIWULAN TAHUN 2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat, baik kuratif maupun preventif, rumah sakit juga

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit mempunyai peran yang penting dalam memberikan

15. komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan yang dipimpin oleh katim atau penanggung jawab tim disebut:

EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015

Penampilan rumah sakit dapat diketahui dari beberapa indikator antara lain : a. Cakupan dan mutu pelayanan dilihat melalui indikator :

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu aspek yang penting dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Obyek yang dipilih dalam penelitian ini adalah Rumah Sakit Graha Husada

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi tempat kerja merupakan wadah dimana para pegawai melakukan interaksi

SISTEM PENGOLAHAN DATA RAWAT INAP DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN BERBASIS MULTIUSER

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, maka tuntutan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas atau mutu pelayanan yang ada di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesehatan dan. mencegah penyakit dengan sasaran utamanya adalah masyarakat.

INDIKATOR KINERJA UTAMA

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan jasa kesehatan. Keberhasilan sebuah rumah sakit dinilai dari mutu

BAB 1 PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. dan Undang-undang No. 36 tahun 2010 tentang kesehatan, membawa

BAB I PENDAHULUAN. kelima Pancasila serta Undang-Undang Dasar Negara Republik. kebutuhan dasar hidup yang layak dan memberikan kepastian

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, hal itu disebabkan karena semakin tingginya kesadaran masyarakat akan

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015

Analisis pemanfaatan data sensus harian rawat inap untuk pelaporan indikator pelayanan rawat inap di rumah sakit umum daerah dr.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan dengan fungsi yang

HUBUNGAN KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DENGAN PERSENTASE PENGGUNAAN TEMPAT TIDUR DI RSUD SRAGEN PERIODE TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks. Undang-undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 rumah sakit

ANALISIS DESKRIPTIF NILAI TOI PADA BANGSAL BAITUL MA RUF DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG TAHUN

Penilaian pelayanan di RSUD AM Parikesit menggunakan indikator pelayanan kesehatan, adapun data indikator pelayanan dari tahun yaitu :

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan non profit, yaitu unit usaha yang bertujuan tidak untuk mencari

BAB I PENDAHULUAN. adalah sumber daya manusia (Depkes, 2002). penunjang lainnya. Diantara tenaga tersebut, 40% diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. (Sumber: diakses pada 25/04/2014 pukul WIB)

PREDIKSI KEBUTUHAN TEMPAT TIDUR MENURUT STANDAR EFISIENSI BOR DEPKES TIAP BANGSAL RAWAT INAP RSUD KABUPATEN KUDUS BULAN JUNI DESEMBER TAHUN 2014

ANALISIS PELAKSANAAN MANAJEMEN MUTU PELAYANAN DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT ISLAM MALAHAYATI MEDAN

HUBUNGAN JUMLAH PASIEN RAWAT INAP DENGAN BOR (BED OCCUPANCY RATE) DI RSUD DR. MOEWARDI PERIODE TAHUN

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. American Hospital Association mendefinisikan rumah sakit. sebagai sebagai organisasi yang didalamnya terdiri atas tenaga

INDIKATOR KINERJA UTAMA

BAB III. METODyE PENELITIAN

Edi Susilo, Nopriadi, Efisiensi Pendayagunaan Tempat Tidur Dengan Metode Grafik Barber-Johnson Di Rs Lancang Kuning Pekanbaru Tahun 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang, termasuk kesehatan dituntut agar lebih berkualitas. Rumah sakit juga berubah

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN. Indikator URI BOR LOS TOI BTO GDR NDR. Gambar 3.1 Kerangka Konsep

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mengakibatkan ketertarikan masyarakat umum semakin berlomba

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tidak terlepas dari peran tenaga medis dan nonmedis.

RSUD DATU SANGGUL RANTAU KABUPATEN TAPIN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Nursalam, Manajemen Keperawatan, Ed 3, Salemba Medika, Jakarta, Hal : 295

PENGELOLAAN DATA PASIEN MASUK, KELUAR DAN TRANSFER DI TEMPAT PENDAFTARAN PASIEN RSU JATI HUSADA KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. agar staf medis di RS terjaga profesionalismenya. Clicinal governance (tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. tidak dilepaskan dari kebijaksanaan pembangunan yaitu harus sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan. penelitian dan manfaat penelitian.

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ancaman yang akan datang. Rumah Sakit yang memiliki perencanaan strategis akan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan keunggulan masing-masing agar bisa bertahan. Rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. profesional sesuai kebutuhan masyarakat (Wuryanto, 2010). swaktu diperlukan untuk berangkat dan pulang kerja.

BAB 1 PENDAHULUAN. memperbaiki standar mutu pelayanannya. Dengan adanya peningkatan mutu

DAFTAR ISI. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka B. Landasan Teori C. Kerangka Konsep Penelitian D. Pertanyaan Penelitian...

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan (1, 2)

BAB I PENDAHULUAN. emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya (Hasibuan, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. gawat darurat. Sedangkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. pencegahan penyakit serta upaya perbaikan.

TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI : BERKUALITAS DI SEMUA LINI PELAYANAN MISI TUJUAN SASARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu proses pekerjaan yang berlangsung untuk mencapai hasil kerja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS DESKRIPTIF FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NILAI BTO DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK TAHUN 2013 EVIANA ANJAR SUSANTI

ANALISIS RASIO FINANCIAL DAN RASIO NON FINANCIAL SEBAGAI DASAR PENGUKURAN KINERJA RSUP DR. MUHAMMAD HOESIN PALEMBANG JURNAL MASNAH

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Kesehatan Nasional menyebutkan bahwa salah satu bentuk dari

BAB I PENDAHULUAN. nyata penyediaan layanan publik di bidang kesehatan adalah adanya rumah

ANALISIS PENGARUH KINERJA PELAYANAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN RUMAH SAKIT BOGOR MEDICAL CENTER. Oleh YUSRI CHAERONIZA H

PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE BALANCED SCORECARD

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL DI RUANG RAWAT INAP RS. JIWA PROF.

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta. 1. Hadi Soebroto, 2. Robby Sumampow,

Pelayanan kesehatan komoditas jasa yg unik; Mutu pelayanan kesehatan terkait dengan faktor 2 subyektivitas memiliki beberapa perspektif

BAB III METODOLOGI. Dokumentasi berupa data harian, bulanan, dan tahunan yang dilakukan di Rumah

Transkripsi:

Indikator pelayanan rumah sakit By : Setiadi Tugas elearning: Bacalah makalah ini dengan seksama dan jawab pertanyaan dengan baik pakai metode tulisan tangan sebagai tugas per individu dan dikumpulkan tepat pada akhir jam kuliah, Pertanyaan: 1. Di Rumah Sakit Setya Husada diruangan melati pada bulan mei 2015 tersedia 20 tempat tidur dan tercatat total HP sebanyak 230 maka bor periode bulan januari adalah :... 2. Di Rumah Sakit Setya Husada diruangan melati pada bulan pebruari 2015 tersedia 20 tempat tidur dan tercatat total HP sebanyak 410 maka bor periode bulan februari adalah:... 3. Di Rumah Sakit Setya Husada pada tanggal 1 mei pasien yang dirawat 70 orang, pada tanggal 2 mei 85 orang, pada tanggal 3 mei 80, tanggal 4 mei 70, dan tanggal 5 mei 90. Jumlah tempat tidur 100, maka bor selama 5 hari ini adalah :... 4. Rumah Sakit setya Husada memiliki tempat tidur tersedia 50. Pada tanggal 25 mei 2015 terjadi penambahan 20 tempat tidur. Jumlah total HP hingga akhir periode Januari 2015 = 1300. Maka BOR periode Januari 2015 yaitu :... 5. Rumah Sakit setya Husada pada tanggal 10 bulan Mei 2015 ada 6 pasien pulang - Pasien a dengan lama dirawat 3 hari - Pasien b dengan lama dirawat 5 hari - Pasien c dengan lama dirawat 4 hari - Pasien d dengan lama dirawat 4 hari - Pasien e dengan lama dirawat 5 hari - Pasien f dengan lama dirawat 2 hari Berapa Alos :... 6. Rumah Sakit setya Husada memiliki tempat tidur 500 dengan periode 1 hari, jumlah hari perawatan 150 jumlah pasien keluarh hidup dan meninggal 35 orang maka TOInya adalah :... 7. Pasien keluar hidup & meninggal ada 70 orang pada tanggal 4 September 2014 Jumlah Tempat tidur ada 150 TT, berapa BTO nya: :... 8. Standar internasional BOR dianggap baik adalah :... 9. Standar BOR yang ideal menurut Depkes RI (2005) adalah antara :... 10. BOR adalah:... 11. ALOS (Average Length of Stay ) adalah :... 12. Secara umum nilai ALOS yang ideal :... 13. TOI (Turn Over Interval ) adalah:... 14. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran :... 15. BTO (Bed Turn Over) adalah:... 16. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata :... 17. GDR (Gross Death Rate) adalah:... 18. Sebutkan indikator mutu khusus:... 19. Sebutkan indikator mutu umum:... 20. Bor disebut juga :...

A. Pendahuluan Output (hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan agar memenuhi keinginan (standar)yang telah ditetapkan. Pengendalian difokuskan pada proses yaitu pelaksanaan asuhan keperawatan dan pada output (hasil) yaitu kepuasan pelanggan, keluarga, perawat dan dokter. Indikator mutu yang merupakan output adalah BOR, LOS, TOI, dan Audit dokumentasi keperawatan. Kepala ruangan akan membuat laporan hasil kerja bulanan tentang semua kegiatan yang dilakukan (proses evaluasi = audit proses) terkait dengan MPKP. Data tentang indikator mutu dapat bekerjasama dengan tim rumah sakit atau ruangan membuat sendiri. Audit dokumentasi keperawatan dilakukan pada rekam medik yang pulang atau yang sedang dirawat lalu dibuat rekapitulasinya untuk ruangan. Survey masalah pasien yang diambil dari pasien baru yang dirawat pada bulan yang bersangkutan untuk menganalisa apakah ada masalah baru yang belum dibuat standar asuhannya. Ketua tim akan memberi kontribusi data yang dibutuhkan oleh kepala ruangan dalam menilai pencapaian kegiatan MPKP. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengendalian / pengontrolan meliputi : 1) Menetapkan standart dan menetapkan metode mengukur prestasi kerja 2) Melakukan pengukuran prestasi kerja 3) Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standart 4) Mengambil tindakan korektif Peralatan atau instrument dipilih untuk mengumpulkan bukti dan untuk menunjukkan standart yang telah ditetapkan atau tersedia. Audit merupakan penilaian pekerjaan yang telah dilakukan dan terdapat tiga katagori audit keperawatan, yaitu : 1) Audit struktur Berfokus pada sumber daya manusia, lingkungan perawatan, termasuk fasilitas fisik, peralatan, organisasi, kebijakan, prosedur, standart, SOP dan rekam medic, pelanggan (internal maupun external). Standart dan indikator diukur dengan mengunakan cek list. 2) Audit proses Merupakan pengukuran pelaksanaan pelayanan keperawatan apakah standar keperawatan tercapai. Pemeriksaan dapat bersifat retrospektif, concurrent, atau peer review. Retrospektif adalah audit dengan menelaah dokumen pelaksanaan asuhan keperawatan melalui pemeriksaan dokumentasi. Concurent adalah mengobservasi saat kegiatan keperawatan sedang berlangsung. Peer review adalah umpan balik sesame anggota tim terhadap pelaksanaan kegiatan. 3) Audit hasil Audit hasil adalah produk kerja yang dapat berupa kondisi pasien, kondisi SDM, atau indikator mutu. Kondisi pasien dapat berupa keberhasilan pasien dan kepuasan. Kondisi SDM dapat berupa efektifitas dan efisiensi serta kepuasan. Untuk indikator mutu berupa BOR, ALOS, TOI, angka infeksi nosokomial dan angka dekubitus. B. Indikator pelayanan rumah sakit Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap. Pada pelaksanaan MPKP kegiatan pengendalian diterapkan dalam bentuk kegiatan pengukuran : 1. Indikator Mutu Umum a. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur) BOR menurut Huffman (1994) adalah the ratio of patient service days to inpatient bed count days in a period under consideration. Menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. BOR sering disebut juga :

Percent of Occupancy Occupancy Percent Occupancy Ratio Periode penghitungan BOR ditentukan berdasarkan kebijakan internal RS, bisa bulanan, tribulan, semester, atau bahkan tahunan. Lingkup penghitungan BOR juga ditentukan berdasarkan kebijakan internal rumah sakit, misalnya BOR per bangsal atau BOR untuk lingkup rumah sakit (seluruh bangsal). Standar internasional BOR dianggap baik adalah 80 90 %. Standar BOR yang ideal menurut Depkes RI (2005) adalah antara 60-85%. Nilai ideal untuk BOR yang disarankan adalah 75% - 85%. Angka ini sebenarnya tidak bisa langsung digunakan begitu saja untuk semua jenis Ruah Sakit, misalnya rumah sakit penyakit khusus tentu beda polanya dengan Rumah sakit umum. Begitu pula Rumah sakit disuatu daerah tentu beda penilaian tingkat kesuksesan BOR-nya dengan daerah lain. Hal ini bisa dimungkinkan karena perbedaan sosial budaya dan ekonomi setempat. Sebagai catatan bahwa semakin tinggi nilai BOR berarti semakin tinggi pula penggunaan tempat tidur yang ada untuk perawatan pasien. Namun perlu diperhatikan bahwa semakin banyak pasien yang dilayani berarti semakin sibuk dan semakin berat pula beban kerja petugas di unit tersebut. Akibatnya, pasien bisa kurang mendapat perhatian yang dibutuhkan (kepuasan pasien menurun) dan kemungkinan infeksi nosokomial juga meningkat. Disisi lain, semakin rendah BOR berarti semakin sedikit tempat tidur yang digunakan untuk merawat pasien dibandingkan dengan TT yang telah disediakan. Jumlah pasien yang sedikit ini bisa menimbulkan kesulitan pendapatan ekonomi bagi pihak RS. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas maka perlu adanya suatu nilai ideal yang menyeimbangkan kualitas medis, kepuasan pasien, keselamatan pasien, dan aspek pendapatan ekonomi bagi pihak Rumah Sakit. Rumus : BOR dihitung dengan cara membandingkan jumlah tempat tidur yang terpakai (O) dengan jumlah TT yang tersedia (A). Perbandingan ini ditunjukkan dalam bentuk persentase (%). Jadi, rumus dasar untuk menghitung BOR yaitu: BOR = (O/A) x 100% O : tempat tidur yang terpakai A : tempat tidur yang tersedia Nilai rata-rata (rerata) jumlah tempat tidur terpakai dalam suatu periode (O) sama dengan jumlah HP (hari perawatan) dalam periode tersebut dibagi dengan jumlah hari dalam periode yang bersangkutan (t), O = (jumlah HP) / t Misalnya BOR untuk bulan Januari 2015 dapat dihitung : BOR = ((jumlah HP Januari) / (A x t)) x 100% Misalnya dalam bulan Januari 2015 tersedia 10 TT dan tercatat total HP periode Januari 2014 = 23.436, maka BOR periode Januari 2015 = (23.436 / (10x31)) x 100%= 75,6 %

Jadi secara rumus baku adalah = Jumlah hari perawatan Rumus : Jumlah tempat tidur X jumlah hari persatuan waktu X 100 % : Jumlah hari perawatan adalah jumlah total pasien dirawat dalam satu hari kali jumlah hari dalam satu satuan waktu Jumlah hari persatuan waktu, jika diukur persatu bulan maka jumlahnya 28-31 hari, tergantung jumlah hari dalam bulan tersebut Contoh Kasus : Diketahui : Pasien yang dirawat tanggal 1 september = 97 pasien; 2 september = 98 pasien; 3 september = 100 pasien; tanggal 4 september = 89 pasien. Maka Jumlah Hari Perawatan dari tanggal 1 4 september adalah 384. Selama 4 hari (periode) jumlah Tempat Tidur = Banyaknya tempat tidur yang ada/yang beroperasional di RS, misalnya jumlah TT ada 200 TT. Maka BORnya adalah : Jumlah HP = 384 BOR = X 100 % (Jumlah TT = 200) X (Periode = 4 hr) 384 BOR = X 100 % 200 X 4 384 BOR = X 100 % 800 BOR = 48 % Jika terjadi perubahan jumlah TT dalam periode yang akan dihitung BOR-nya, maka BOR dapat dihitung dengan cara seperti contoh berikut ini : Misalnya, Rumah Sakit setya Husada memiliki tempat tidur tersedia 50. Pada tanggal 25 Januari 2015 terjadi penambahan 5 tempat tidur. Jumlah total HP hingga akhir periode Januari 2015 = 1250. Maka untuk menghitung BOR periode Januari 2015 yaitu : (1.250 / ((50x24)+(55x7))) x 100% = 78,9 % b. ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat) ALOS menurut Huffman (1994) adalah The average hospitalization stay of inpatient discharged during the period under consideration. ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah ratarata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).

Rumus penghitungan ALOS : Rumus : Jumlah hari perawatan pasien keluar X 100 Jumlah pasien keluar (hidup + mati) % : Jumlah hari perawatan pasien keluar adalah jumlah hari perawatan pasien keluar hidup atau mati dalam satu periode waktu Jumlah pasien keluar (hidup + mati) adalah jumlah pasien yang pulang atau meninggal dalam satu periode tertentu Lama Dirawat = Lamanya 1 orang pasien dirawat setelah pasien tersebut keluar hidup (pulang atas izin dokter, pulang paksa, melarikan diri dan dirujuk) atau meninggal. Contoh : Pada tanggal 4 September ada 5 orang pasien pulang. Pasien A pulang dengan lama dirawat 4 hari Pasien B pulang paksa dengan lama dirawat 2 hari Pasien C meninggal dengan lama dirawat 10 hari Pasien D pulang dengan lama dirawat 3 hari Pasien E pulang dengan lama dirawat 6 hari Jadi Jumlah Lama Dirawat pada tanggal 4 september tersebut adalah 25 hari dan pasien yang pulang (baik hidup ataupun meninggal) ada 5 orang. Maka pada tanggal 4 September tersebut ALOSnya adalah : Jumlah Lama Dirawat = 25 hari Jumlah Pasien Keluar hidup & meninggal = 5 orang Jadi ALOS nya = 25/5 : 5 Untuk mendapatkan lama dirawat pada setiap pasien dihitung dari kapan pasien pulang dan pasien tersebut masuk. Misalnya. Pasien A masuk tanggal 31 Agustus dan pulang tanggal 4 September, maka lama dirawat Pasien A adalah 4 hari. c. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran) TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. Rumus penghitungan TOI : Rumus : (Jumlah TT x hari) hari perawatan RS Jumlah pasien keluar (hidup + mati) X 100 % : - Jumlah TT : jumlah total kapasitas tempat tidur yang dimiliki - Hari perawatan :jumlah total hari perawatan pasien yang keluar hidup dan mati - Jumlah pasien keluar (hidup + mati) adalah jumlah pasien yang dimutasikan keluar baik pulang, lari atau meninggal Contoh : Rumah Sakit setya Husada memiliki tempat tidur 200 dengan periode 1 hari, jumlah hari perawatan 90 jumlah pasien keluarh hidup dan meninggal 5 orang maka TOInya adalah : TOI : (jumlah TT = 200) X (jumlah periode =1) (Hari perawatan = 90) (Jumlah pasien keluar hidup & meninggal = 5) : (200 X 1) 90 5 : 110/5 TOI : 22 hari

d. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur) BTO menurut Huffman (1994) adalah the net effect of changed in occupancy rate and length of stay. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. Rumus penghitungan BTO : Rumus : Jumlah pasien keluar (hidup + mati) X 100 % : Jumlah tempat tidur - Jumlah TT : jumlah total kapasitas tempat tidur yang dimiliki - Jumlah pasien keluar (hidup + mati) adalah jumlah pasien yang dimutasikan keluar baik pulang, lari atau meninggal Contoh kasus : Pasien keluar hidup & meninggal ada 5 orang pada tanggal 4 September 2014 Jumlah Tempat tidur ada 200 TT Maka BTOnya adalah : Jumlah Pasien Keluar Hidup & Meninggal = 5 BTO = Jumlah Tempat Tidur = 200 TT 5 BTO = 200 BTO = 0.025 kali BTO : (Jumlah pasien keluar hidup & meninggal = 5) (Jumlah tempat tidur = 200) : 5/200 : 0,025 kali e. NDR (Net Death Rate) NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit. Rumus penghitungan NDR : Rumus : Jumlah pasien mati > 48 jam Jumlah pasien keluar (hidup +mati) X 100 % : - Jumlah pasien meninggal > 48 jam dirawat - Jumlah pasien keluar (hidup + mati) adalah jumlah pasien yang dimutasikan keluar baik pulang, lari atau meninggal NDR = - X 1000 Jumlah pasien keluar hidup & meninggal NDR = Net Death Rate adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar RS.

f. GDR (Gross Death Rate) GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar rumah sakit. Rumus : Jumlah pasien mati seluruhnya 100% (jumlah pasien keluar (hidup + mati)) 2. Indikator mutu khusus a. Kejadian infeksi nosokomial Angka infeksi nosokomial adalah jumlah pasien infeksi yang didapat atau muncul selama dalam perawatan dirumah sakit. b. Kejadian cedera Angka cedera adalah jumlah pasien yang mengalami luka selama dalam perawatan yang disebabkan karena tindakan jatuh, fiksasi dan lainnya. Indikator ini dapat menggambarkan mutu pelayanan yang diberikan pada pasien. Idealnya tidak ada kasus pasien yang cedera 3. Kondisi pasien a. Audit dokumentasi asuhan keparawat Audit dokumentasi keperawatan dilakukan pada rekam medik yang pulang atau yang sedang dirawat lalu dibuat rekapitulasinya untuk ruangan. Survey masalah pasien yang diambil dari pasien baru yang dirawat pada bulan yang bersangkutan untuk menganalisa apakah ada masalah baru yang belum dibuat standar asuhannya. Ketua tim akan memberi kontribusi data yang dibutuhkan oleh kepala ruangan dalam menilai pencapaian kegiatan MPKP. b. Survey masalah baru Survey masalah keperawatan adalah survey dengan standart Nanda untuk pasien baru opname yang dilakukan untuk satu periode waktu tertentu (satu bulan). c. Kepuasan pasien dan keluarga Kepuasan pelanggan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari membandingkan penampilan atau outcome produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan harapan seseorang. Survey kepuasan yang dilakukan diruang MPKP adalah kepuasan pasien, keluarga, perawat dan tenaga kesehatan lain. 4. Kondisi SDM a. Kepuasan tenaga kesehatan (perawat dan dokter) b. Penilaian kinerja perawat

REFERENSI Depkes RI, (2001). Standart Manajemen Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan di Sarana Kesehatan, Jakarta Direktorat Pelayanan Keperawatan Depkes RI Depkes RI, (2002). Standart Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit, Jakarta Direktorat Pelayanan Keperawatan Depkes RI Keliat, B.A., dkk (2000). Pedoman manajemen sumber daya manusia perawat ruang model praktek keperawatan profesional rumah sakit Marzoeki Mahdi Bogor. Makalah : tidak dipublikasikan Nawawi, H. (1990). Administrasi Personel untuk Peningkatan Produktivitas Kerja. Jakarta : Haji Masagung Nitisemito, A.S. (1991). Manajemen Personalia. Cetakan ke-8. Jakarta: Ghalia Indonesia. Robbins, S.P.(2001). Organizational Behavior : Consepts, Contoversies and Aplication. 3 edition, New Jersey : Prentice Hall Russel C. Swanburg.(1994). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Untuk Perawat Klinis, Jakarta : EGC Siagian, S.P. (2000). Mangemen sumber daya manusia. Cetakan 7, jakarta : PT Bumi Aksara Sitorus, R, Yulia (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit; Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta Sudarsono, R.S. (2000). Berbagai model praktek keperawatan profesional di rumah sakit. Makalah seminar dan semiloka MPKP II. Jakarta : tidak dipublikasikan Soejadi, DR, DHHSA, 1996, Efisiensi Pengelolaan Rumah Sakit, Katiga Bina: Jakarta. Swansburg & swansburg, (1999). introductory managemen and leaderships for nurses: An Interactive text (2 ed.) Canada : Jones & Bartlett Publishers Wuryanto, Sis, Amd Perkes, SKM, tanpa tahun, Grafik Barber Johnson, Pormiki: Yogyakarta