BAB II TINJAUAN PUSTAKA



dokumen-dokumen yang mirip
Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III SIX SIGMA. Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

PENERAPAN STATISTICAL PROCESS CONTROL SEBAGAI UPAYA IMPLEMENTASI METODE SIX SIGMA (Studi Kasus: PT. INDONESIAN MARINE Divisi Boiler) SKRIPSI

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. setiap ahli memiliki teori sendiri-sendiri mengenai hal ini. Menurut (Davis, 1994)

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 Landasan Teori

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sigma bukan merupakan program kualitas yang berpegang pada zero defect (tanpa

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB II LANDASAN TEORI. suatu produk atau jasa yang ditentukan oleh pemakai atau customer dan diperoleh

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK KERTAS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PABRIK KERTAS Y

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data

Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Mutu 2.2. Pengertian Pengendalian Mutu 2.3. Konsep dan Tujuan Pengendalian Mutu

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah:

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas Pengertian Kualitas Dimensi Kualitas

ANALISIS KUALITAS PRODUK ALUMINIUM FLUORIDA. ) DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. PETROKIMIA GRESIK Tbk. SKRIPSI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB II LANDASAN TEORI. ada lima pakar utama dalam manajemen mutu terpadu (Total Quality. penggunaan itu didasarkan pada lima ciri utama berikut:

Oleh Didik Samanhudi Teknik Industri FTI-UPV Veteran Jatim ABSTRAK

PENGENDALIAN CACAT PRODUK DENGAN PENDEKATAN SIX SIGMA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Modul 5 Six Sigma MODUL 5 SIX SIGMA. Laboratorium OSI & K FT. UNTIRTA (Praktikum POSI 2011)

BAB III SIX SIGMA. Gambar 3.1 Jarak nilai rata-rata terhadap salah satu batas toleransi

3.1 Persiapan Penelitian

ANALISIS DEFECT RATE PENGELASAN DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FMEA DI PT PROFAB INDONESIA

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK MELALUI KONSEP DMAIC PADA SIX SIGMA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pertemuan 10 Manajemen Kualitas

BAB III METODE CONTROL CHART. sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di

STRATEGI PERBAIKAN KUALITAS GULA BERDASARKAN KEMAMPUAN PROSES KONTROL

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPABILITAS PROSES DALAM PENENTUAN LEVEL SIGMA DAN DPMO

Bab II LANDASAN TEORI

MANAJEMEN KUALITAS PROYEK REFERENSI : PMBOK

BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB ll LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2010

Statistical Process Control

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang

DWI PURNOMO FTIP - UNPAD

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan

BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA DAMPAK KEGAGALAN PROSES PRODUKSI TERHADAP KERUSAKAN PRODUK BAN DENGAN METODE FMEA ( FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...iii. HALAMAN MOTTO.. v. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL xiv. DAFTAR GAMBAR...xv. 1.1 Latar Belakang Masalah.

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan


BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

ANALISIS PERBAIKAN POWER QUALITY UNTUK PENCAPAIAN EFISIENSI ENERGI DI RS. X

ABSTRAK. Kata Kunci: Slide Bracket, Kualitas, Six Sigma, DMAIC, DPMO, Usulan Peningkatan Kualitas

ANALISIS PENDEKATAN SIX SIGA SEBAGAI PEREDUKSI KECACATAN PRODUK HERBISIDA CAIR 1 LT (Studi Kasus : PT. Bayer Indonesia - Surabaya)

Seminar Hasil ANALISIS PENINGKATAN KUALITAS KINERJA UNIT KEBERSIHAN DAN ADMINISTRASI AKADEMIK DI JURUSAN STATISTIKA ITS DENGAN METODE SIX SIGMA

Perbaikan Produktivitas Perusahaan Rokok Melalui Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode Six Sigma

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA

KATA PENGANTAR. mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada: Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan masalah Bagaimana cara pengendalian kualitas proses statistik pada data variabel.

IMPLEMENTASI KAIZEN DI CV. FERTILINDO AGROLESTARI MOJOSARI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. research) yaitu penelitian yang melakukan pemecahan

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Statistical Process Control

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KULIAH 4-6 PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIKA UNTUK DATA VARIABEL

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Kualitas merupakan hal yang paling penting untuk diperhatikan dalam setiap proses produksi, kualitas yang baik akan dihasilkan oleh proses yang terkendali. Kualitas menjadi faktor dasar keputusan konsumen dalam banyak produk dan jasa, tanpa membedakan apakah konsumen itu perorangan, kelompok industri, program pertahanan militer, atau toko pengecer. Akibatnya, kualitas adalah faktor kunci yang membawa keberhasilan bisnis, pertumbuhan, dan peningkatan posisi bersaing. (Sumber : Pengantar PKS, hal.3, Gajahmada University Press, Yogyakarta, Montgomery Douglas C, 1993). 2.1.1 Pengertian Kualitas Terdapat dua segi umum tentang kualitas, yaitu kualitas rancangan dan kualitas kecocokan. Dimana pada kualitas rancangan adalah variasi dalam tingkat kualitas yang memang sengaja dibuat. Perbedaan rancangan meliputi jenis bahan yang digunakan dalam pembuatan, daya tahan dalam proses pembuatan, keandalan yang diperoleh, dan perlengkapan atau alat-alat yang lain. Sedangkan untuk kualitas kecocokan adalah seberapa baik produk itu sesuai dengan spesifikasi dan kelonggaran yang disyaratkan oleh rancangan itu. (Sumber : Pengantar PKS, hal.2, Gajahmada University Press, Yogyakarta, Montgomery Douglas C, 1993).

Sedangkan kualitas menurut Tjiptono F. & A. Diana bahwa konsep kualitas sering dianggap sebagai ukuran relatif kebaikan suatu produk atau jasa yang terdiri dari kualitas desain dan kualitas kesesuaian. Kualitas desain merupakan fungsi spesifikasi produk, sedangkan kualitas kesesuaian adalah suatu ukuran seberapa jauh suatu produk memenuhi persyaratan atau spesifikasi kualitas yang telah ditetapkan. (Sumber : TQM, hal.2, Penerbit Andi, Yogyakarta, Tjiptono F. and A. Diana, 2001). Elemen-elemen yang ada dalam pengertian kualitas antara lain : 1. Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. 2. Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan. 3. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa mendatang). (Sumber : TQM, hal.3, Penerbit Andi, Yogyakarta, Tjiptono F. and A. Diana, 2001). Berikut ini akan diberikan definisi kualitas menurut beberapa sumber : a. Juran (1974) Quality is fitness for use. Kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya. (Sumber : Manajemen Kualitas, hal.8, Penerbit Ghalia Indonesia, Yogyakarta, Dorothea.WA, 2002). Atau kualitas adalah kelayakan atau kecocokan pengguna (cocok untuk digunakan). Terdiri dari 2 aspek utama yaitu: 1. Ciri-ciri produk yang memenuhi permintaan pelanggan. 2. Bebas dari kekurangan. (Sumber : TQM, hal.24, Penerbit Andi, Yogyakarta, Tjiptono F. and A. Diana, 2001).

b. Crosby (1979) Quality is conformance to requerements or specification. Kualitas adalah kesesuaian dari permintaan atau spesifikasi (sama dengan persyaratan). Atau kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan yang meliputi availability, delivery, reliability, maintainability, dan cost effectiveness. (Sumber : Manajemen Kualitas, hal.8, Penerbit Ghalia Indonesia, Yogyakarta, Dorothea.WA, 2002). b. Deming (1986) Kualitas adalah suatu tingkat yang dapat diprediksi dari keseragaman dan ketergantungan pada biaya yang rendah dan sesuai dengan pasar. (Sumber : TQM, hal.61, Penerbit Andi, Yogyakarta, Tjiptono F. and A. Diana, 2001). Kualitas harus bertujuan memenuhi kebutuhan pelanggan sekarang dan di masa mendatang. (Sumber : Manajemen Kualitas, hal.8, Penerbit Ghalia Indonesia, Yogyakarta, Dorothea.WA, 2002). c. Feigenbaum (1991) Kualitas merupakan keseluruhan karakteristik produk dan jasa yang meliputi marketing, engineering, manufacture, dan maintenance, dimana produk dan jasa tersebut dalam pemakaiannya akan sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan. (Sumber : Manajemen Kualitas, hal.8, Penerbit Ghalia Indonesia, Yogyakarta, Dorothea.WA, 2002).

d. Scherkenbach (1991) Kualitas ditentukan oleh pelanggan; pelanggan menginginkan produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan harapannya pada suatu tingkat harga tertentu yang menunjukkan nilai produk tersebut. e. Hence Kualitas dari suatu produk atau jasa adalah kelayakan atau kecocokan dari produk atau jasa tersebut untuk memenuhi kegunaannya sehingga sesuai dengan yang diinginkan oleh costumer. f. Goetsch and Davis (1994, p.4) Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Dari definisi-definisi diatas, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa kualitas adalah kesesuaian antara produk yang dihasilkan oleh perusahaan dengan spesifikasi yang diinginkan oleh pelanggan. Meskipun tidak ada definisi mengenai kualitas yang diterima secara universal, dari definisi-definisi yang ada terdapat beberapa kesamaan yaitu dalam elemen-elemen sebagai berikut : a. Kecocokan untuk dipakai b. Kesesuaian dengan spesifikasi c. Menghasilkan produk yang sangat baik d. Keunggulan dalam produk dan jasa e. Kepuasan total pelanggan f. Melampaui harapan pelanggan

Kualitas telah muncul sebagai strategi bisnis baru yang utama. Ini terjadi karena beberapa alasan, meliputi : a. Meningkatkan kesadaran pelanggan akan kualitas dan orientasi pelanggan yang kuat akan penampilan kualitas b. Kemampuan produk c. Peningkatan tekanan biaya pada tenaga kerja, energi dan bahan baku d. Persaingan yang semakin intensif e. Kemajuan yang luar biasa dalam produktivitas melalui program keteknikan kualitas yang efektif. (Sumber : Pengantar PKS, hal.5, Gajahmada University Press, Yogyakarta, Montgomery Douglas C, 1993). 2.1.2 Ciri-ciri Kualitas Setiap produk mempunyai sejumlah unsur yang bersama-sama menggambarkan kecocokan penggunanya. Parameter-parameter ini biasanya dinamakan ciri-ciri kualitas. Ciri-ciri kualitas ada beberapa jenis : 1. Fisik, yaitu Panjang, berat, voltase, kekentalan. 2. Indera, yaitu Rasa, penampilan, warna. 3. Orientasi waktu, yaitu keandalan (dapatnya dipercaya), dapatnya dipelihara, dapatnya dirawat. (Sumber : Pengantar PKS, hal.3, Gajahmada University Press, Yogyakarta, Montgomery Douglas C, 1993).

2.1.3 Perencanaan Kualitas Perencanaan kualitas meliputi pengembangan produk, sistem, dan proses yang dibutuhkan untuk memenuhi atau melampaui harapan pelanggan. Langkahlangkah yang dibutuhkan menurut The Juran Trilogy adalah : 1. Menentukan siapa yang menjadi pelanggan. 2. Mengidentifikasi kebutuhan para pelanggan. 3. Mengembangkan produk dengan keistimewaan yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. 4. Mengembangkan sistem dan proses yang memungkinkan organisasi untuk menghasilkan keistimewaan tersebut. 5. Menyebarkan rencana kepada level operasional. 2.1.4 Pengendalian Kualitas Tidak mungkin untuk memeriksa atau menguji kualitas kedalam suatu produk itu harus dibuat dengan benar sejak awal. Ini berarti bahwa proses produksi harus stabil dan mampu beroperasi sedemikian hingga sebenarnya semua produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi. Pengendalian proses statistik pada jalur adalah alat utama yang digunakan dalam membuat produk dengan benar sejak awal (Sumber : Pengantar PKS, hal.117, Gajahmada University Press, Yogyakarta, Montgomery Douglas C, 1993). Pengendalian kualitas adalah aktivitas keteknikan dan manajemen, yang dengan aktivitas itu kita ukur ciri-ciri kualitas produk, membandingkannya dengan spesifikasi atau persyaratan, dan tindakan penyehatan yang sesuai apabila ada perbedaan antara penampilan yang sebenarnya dan yang standart. (Sumber :

Pengantar PKS, hal.3, Gajahmada University Press, Yogyakarta, Montgomery Douglas C, 1993). Langkah-langkah dalam pengendalian kualitas menurut The Juran Trilogy, yaitu : 1. Menilai kinerja kualitas aktual. 2. Membandingkan kinerja dengan tujuan. 3. Bertindak berdasarkan perbedaan antara kinerja dan tujuan. Tujuan dari pelaksanaan kualitas adalah : 1. Pencapaian kebijaksanaan dan terget perusahaan secara efisien. 2. Perbaikan hubungan manusia. 3. Peningkatan moral karyawan. 4. Pengembangan kemampuan tenaga kerja. Dengan mengarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan diatas maka akan terjadi peningkatan produktivitas dan profibilitas usaha. Secara spesifik dapat dikatakan bahwa tujuan pengendalian kualitas adalah : 1. Memperbaiki kualitas produk yang dihasilkan. 2. Penurunan ongkos kualitas (cost of quality) secara keseluruhan. 2.1.5 Perbaikan Kualitas Perbaikan harus dilakukan secara on-going dan terus-menerus. Langkahlangkah yang dapat dilakukan menurut The Juran Trilogy adalah : 1. Mengembangkan infrastruktur yang diperlukan untuk melakukan perbaikan kualitas setiap tahun. 2. Mengidentifikasi bagian-bagian yang membutuhkan perbaikan dan melakukan proyek perbaikan.

3. Membentuk suatu tim proyek yang bertanggung jawab dalam menyelesaikan setiap proyek perbaikan. 4. Memberikan tim-tim tersebut apa yang mereka butuhkan agar dapat mendiagnosis masalah guan menentukan sumber penyebab utama, memberikan solusi, dan melakukan pengendalian yang akan mempertahankan keuntungan yang diperoleh. (Sumber : TQM, hal.55, Penerbit Andi, Yogyakarta, Tjiptono F. and A. Diana, 2001). 2.1.6 Metode-metode Manajemen Kualitas Dalam melakukan perbaikan kualitas, metode-metode yang dapat digunakan antara lain : a. Total Quality Management (TQM) Evolusi gerakan total quality dimulai dari masa studi waktu dan gerak oleh Bapak Manajemen Ilmiah Frederick Taylor pada tahun 1920- an. Seiring dengan meningkatnya volume dan kompleksitasnya pemanufakturan, kualitas juga menjadi hal yang semakin sulit. Volume dan kompleksitas mendorong timbulnya quality engineering dan reliability engineering. Quality Engineering sendiri mendorong timbulnya penggunaan metode-metode statistik dalam pengendalian kualitas, yang akhirnya mengarah pada konsep control chart dan statistical process control. Kedua konsep terakhir ini merupakan aspek fundamental dari Total Management. Menurut Ishikawa, Total Quality Management diartikan sebagai perpaduan semua fungsi perusahaan ke dalam falsafah holistic yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, team work, produktivitas dan

pengertian serta kepuasan pelanggan. Sedangkan menurut Santoso, TQM merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi. (Sumber : TQM, hal.4, Penerbit Andi, Yogyakarta, Tjiptono F. and A. Diana, 2001). Dari definisi-definisi diatas, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa TQM adalah suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya. (Sumber : TQM, hal.4, Penerbit Andi, Yogyakarta, Tjiptono F. and A. Diana, 2001). Prinsip pokok dalam TQM menurut Hensler dan Brunell, yaitu : 1. Kepuasan pelanggan. 2. Respek terhadap pelanggan. 3. Manajemen berdasarkan fakta. 4. Perbaikan berkesinambungan. Unsur pokok dalam TQM menurut Goetsch dan Davis, yaitu : a. Fokus pada pelanggan. b. Obsesi terhadap kualitas. c. Pendekatan ilmiah. d. Komitmen jangka panjang. e. Kerja sama tim (Teamwork). f. Perbaikan sistem secara berkesinambungan. g. Pendidikan dan pelatihan.

h. Kebebasan yang terkendali. i. Kesatuan tujuan. j. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan TQM, antara lain : 1. Delegasi dan kepemimpinan yang tidak baik dari manajemen senior. 2. Team mania. 3. Proses penyebarluasan (deployment). 4. Menggunakan pendekatan yang terbatas dan dogmatis. 5. Harapan yang terlalu berlebihan dan tidak realistis. 6. Empowerment yang bersifat premature. (Sumber : TQM, hal.16-21, Penerbit Andi, Yogyakarta, Tjiptono F. and A. Diana, 2001). b. Plan-Do-Check-Act (PDCA)/Siklus Deming Ada banyak model perbaikan yang diterapkan pada proses selama bertahun-tahun sejak gerakan kualitas dimulai. Sebagian besar dari model terseut didasarkan pada langkah-langkah yang diperkenalkan oleh W. Edwards Deming. Plan-Do-Check-Act atau PDCA menggambarkan logika dasar dari perbaikan proses berbasis data dimana siklus deming ini dikembangkan untuk menghubungkan antara produksi suatu produk dengan kebutuhan pelanggan, dan memfokuskan sumber daya semua departemen (riset, desain, produksi, pemasaran) dala suatu usaha kerja sama untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Siklus PDCA (siklus deming) dapat digambarkan sebagai berikut :

Action (A) Bertindak A P Plan (P) Merencanakan Check (C) Memeriksa C D Do (D) Melaksanakan Gambar 2.1. Siklus PDCA Dimana : P (Plan) : Mengadakan riset konsumen dan menggunakannya dalam perencanaan produk. D (Do) : Melaksanakan sesuai dengan rencana untuk menghasilkan produk. C (Check) : Memeriksa produk yang dihasilkan, apakah telah sesuai dengan rencana. A (Action) : Memasarkan produk tersebut. (Sumber : TQM, hal.50, Penerbit Andi, Yogyakarta, Tjiptono F. and A. Diana, 2001). c. Six Sigma Six Sigma merupakan sebuah sistem yang komprehensif dan fleksibel untuk mencapai, mempertahankan, dan memaksimalkan sukses bisnis. Six Sigma secara unik dikendalikan oleh pemahaman yang kuat terhadap kebutuhan pelanggan, pemakaian yang disiplin terhadap fakta, data, dan analisis statistik, dan perhatian yang cermat untuk mengelola, memperbaiki dan menanamkan kembali proses bisnis. (Sumber : The

Six Sigma Way, hal.xi, Penerbit Andi, Yogyakarta, Cavanagh, Peter S. Pande, Robert P.Neuman, 2002). Six Sigma adalah suatu visi peningkatan kualitas menuju target 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan (DPMO) untuk setiap transaksi produk (barang dan/atau jasa). Upaya giat menuju kesempurnaan (zero defect-kegagalan nol). (Sumber : Pedoman Implementasi Six Sigma, hal.8, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Gaspersz Vincent, 2002). 2.2 Pengertian Data Data adalah catatan tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif yang dipergunakan sebagai petunjuk untuk bertindak. (Sumber : Pedoman Implementasi Six Sigma, hal.14, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Gaspersz Vincent, 2002). 2.2.1 Jenis-jenis Data Berdasarkan data, kita mempelajari fakta-fakta yang ada dan kemudian mengambil tindakan yang tepat berdasarkan pada fakta itu. Dalam konteks pengendalian proses statistikal dikenal dua jenis data, yaitu : 1. Data Atribut (Attributes Data) Merupakan data kualitatif yang dihitung menggunakan daftar pencacahan atau tally untuk keperluan pencatatan dan analisis. Data atribut bersifat diskrit. Jika suatu catatan hanya merupakan suatu ringkasan atau klasifikasi yang berkaitan dengan sekumpulan persyaratan yang telah ditetapkan. Contoh data atribut karakteristik kualitas adalah : ketiadaan label pada kemasan produk, kesalahan proses administrasi buku tabungan

nasabah, banyaknya jenis cacat pada produk, banyaknya produk kayu lapis yang cacat karena corelap, dan lain-lain. Data atribut biasanya diperoleh dalam bentuk unit-unit nonkonformans/ketidaksesuian atau cacat/kegagalan terhadap spesifikasi kualitas yang ditetapkan. 2. Data Variabel (Variables Data) Merupakan data kuantitatif yang diukurmenggunakan alat pengukuran tertentu untuk keperluan pencatatan dan analisis. Data variabel bersifat kontinyu. Jika suatu catatan dibuat berdasarkan keadaan aktual, diukur secara langsung, maka karakteristik kualitas yang diukur itu disebut sebagai variabel. Contoh data variabel karakteristik kualitas adalah diameter pipa, ketebalan produk kayu lapis, berat semen dalam kantong, konsentrasi elektrolit dalam semen, dll. Ukuran-ukuran berat, panjang, lebar, tinggi, diameter, lebar, tinggi, volume merupakan data variabel. (Sumber : Pedoman Implementasi Six Sigma, hal.14, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Gaspersz Vincent, 2002). 2.3 Pengendalian Proses Suatu sistem produksi merupakan sebuah hirarki dari proses produksi, terdiri dari proses-proses produksi utama yang terurai menjadi subproses-subproses masing- masing. Pengendalian proses berfokus kepada hasil dan meupakan suatu kombinasi komplek dari proses pengukuran, pembandingan, dan perbaikan. Proses pengukuran dilakukan baik terhadap parameter strategis maupun parameter taktis, misalnya mengukur kondisi operasional saat ini. Hasil pengukuran ini

kemudian dibandingkan dengan nilai sasaran masing-masing yang ingin dicapai. Biasanya terdapat beberapa nilai yang melampaui sasaran, disamping juga terdapat nilai yang masih di bawah target. Jika dirasa perlu, dilakukan beberapa tindakan untuk mengembalikan parameter yang telah diukur tadi sehingga sesuai dengan target semula. Secara umum, terdapat tiga macam metode pengendalian proses, yaitu: 1. Berbasis pelaku Dimana manusia melakukan pemilihan/pengukuran, pembandingan, serta perbaikan berdasarkan intuisi dengan tujuan/kuantitas pengukuran dan pembandingan yang terbatas. Contoh: pengalaman, aturan pragmatis (sesuai kegunaan). 2. Berbasis tujuan Dimana manusia dengan bantuan alat/model analisis matematik/statistik melakukan proses pemilihan/pengukuran, pembandingan, maupun perbaikan. Contoh: peta kendali atribut, peta kendali variabel. 3. Berbasis peralatan Dimana peralatan mekanik, elektromekanik, dan/atau elektronik dimanfaatkan untuk melakukan keseluruhan urutan proses pemilihan/pengukuran,pembandingan, maupun perbaikan. Contoh: expert systems, neural networks. Tujuan utama pengendalian proses terlepas dari metode yang digunakan apakah berbasis pelaku, tujuan, ataukah peralatan adalah untuk secara konsisten melakukan proses produksi yang selalu mendekati target yang telah ditetapkan

sehingga menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi, mengurangi atau menghilangkan terjadinya pengerjaan ulang ataupun produk cacat. Pada dasarnya pengendalian dan peningkatan proses industri mengikuti konsep siklus hidup proses (process life cycle) seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.2. Interpretasi dari siklus hidup proses industri dapat dilihat dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1: Analisis Sistem Industri Sepanjang Siklus Hidup Proses Industri Dalam Gambar 2.2 dan Tabel 2.1 dapat diketahui bahwa target dari pengendalian proses adalah membawa proses industri untuk beroperasi pada kondisi No. 3,yaitu proses industri yang memiliki stabilitas (stability) dan kemampuan (capability) hingga mencapai tingkat kegagalan nol (zero defects oriented). 2.3.1 Pengendalian Proses Statistikal Istilah pengendalian proses statistikal (Statistical Process Control SPC) digunakan untuk menggambarkan model berbasis penarikan sampel yang diaplikasikan untuk mengamati aktifitas proses yang saling berkaitan. Meski SPC merupakan alat bantu yang sangat berguna dalam memastikan apakah proses tetap berada dalam batas-batas yang telah ditetapkan, namun umumnya metode ini tidak

dapat menyediakan cara untuk membuat proses tetap dalam batas kendali. Oleh sebab itu, jelas dibutuhkan campur tangan dan pertimbangan manusia untuk menentukan cara yang efektif dan efisien dalam membuat proses tetap dalam kondisi mampu dan stabil. Pengendalian proses statistikal lebih menekankan pada pengendalian dan peningkatan proses berdasarkan data yang dianalisis menggunakan alat-alat statistika, bukan sekadar penerapan alat-alat statistika dalam proses industri. 2.3.2. Kestabilan dan Kemampuan Proses Kestabilan proses (process stability) yang berarti ketepatan proses dalam mencapai target yang telah ditentukan secara tidak langsung menggambarkan bahwa proses dilakukan dengan baik. Hal ini merepresentasikan keadaan proses yang sedang berlangsung, seperti: bahan baku yang datang, mesin-mesin, dan skill operator. Sedangkan kemampuan proses (process capability) adalah suatu ukuran kinerja kritis yang menunjukkan hubungan antara hasil proses dengan spesifikasi proses/produk. Untuk menentukan apakah suatu proses berada dalam kondisi stabil dan mampu, maka dibutuhkan alat-alat atau metode statistika sebagai alat analisis. Prosedur lengkap penggunaan alat-alat statistika untuk pengembangan sistem industri menuju kondisi stabil dan mampu ditunjukkan dalam Gambar 2.3.

Gambar 2.3 : Penggunaan alat statistika untuk pengembangan sistem industry ( Gaspers 2002;204) 2.3.3 Metode Pengendalian Proses Statistikal Alat bantu yang paling umum digunakan dalam pengendalian proses statistikal adalah peta kendali (Control Chart). Fungsi peta kendali secara umum adalah: Membantu mengurangi variabilitas produk. Memonitor kinerja proses produksi setiap saat. Memungkinkan proses koreksi untuk mencegah penolakan. Trend dan kondisi di luar kendali dapat diketahui secara cepat. Peta kendali dibuat secara kontinyu dalam suatu interval keyakinan tertentu, biasanya 3 standar deviasi (3σ). Diagram ini memuat 3 macam garis batas, yaitu: Batas kendali atas (Upper Control Limit UCL) Rata-rata kualitas sampel

Batas kendali bawah (Lower Control Limit LCL) Sampel yang berada dalam rentang UCL LCL dikatakan berada dalam kendali (in-control), sedangkan yang berada di luar rentang tersebut dikatakan di luar kendali (out-of-control). Secara umum peta kendali dapat digolongkan dalam 2 kategori, yaitu: Peta kendali variabel Peta kendali atribut Peta Kendali Variabel Peta kendali yang digunakan untuk mengamati jenis data variabel adalah peta kendali X R s (Shewhart Control Charts). Peta kendali variabel memantau tingkat rata-rata kualitas melalui peta kendali X, sedangkan pemantauan variabilitas kualitas dapat menggunakan pengukuran rentang melalui peta kendali R atau pengukuran standar deviasi melalui peta kendali s. Apabila terdapat sampel sebanyak 1 sampai 10 maka digunakan peta kendali X R, namun bila sampel lebih besar dari 10 maka digunakan peta kendali X s. Pada mulanya, pengendalian proses statistikal hanya dilakukan dengan menggunakan peta kendali. Namun demikian, dalam perkembangannya pengendalian proses statistikal dilakukan dengan menerapkan tujuh metode utama yang umum digunakan (Ishikawa s Basic Seven), yaitu: Diagram Sebab akibat (Cause Effect Diagram) Grafik Histogram Diagram Pareto Lembar Periksa (Check sheets)

Diagram Sebaran (Scatter Diagrams) Peta Kendali (Control Charts) Disamping metode-metode statistikal di atas, terdapat pula beberapa alat bantu yang juga sesuai digunakan untuk melakukan pengendalian proses, diantaranya: Analisis Kapabilitas Design of Experiment (DOE) Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) Gantt Chart Gauge Studies Penggunaan metode-metode statistika dalam industri yang bersifat massal akan meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku dan proses industri, sehingga memberikan dampak ekonomis bagi industri itu untuk menghadapi persaingan global yang sangat kompetitif. 2.4 Konsep Dasar Six Sigma Pada dasarnya pelanggan akan puas apabila mereka menerima nilai sebagaimana yang mereka harapkan. Apabila produk (barang dan/atau jasa) diproses pada tingkat kualitas Six Sigma, perusahaan boleh mengharapkan 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan (DPMO) atau mengharapkan bahwa 99,99966 % dari apa yang diharapkan pelanggan akan ada dalam produk tersebut. Dengan demikian Six Sigma dapat dijadikan ukuran target kinerja sistem industri tentang bagaimana baiknya suatu proses transaksi produk antara pemasok (industri) dan pelanggan (pasar). Semakin tinggi target sigma yang dicapai, kinerja sistem

industri akan semakin baik. Sehingga Six Sigma dapat dipandang sebagai pengendalian proses industri berfokus pada pelanggan, melalui penekanan pada kemampuan proses (process capability). 2.4.1 Sigma Sigma adalah abjad Yunani (σ ) yang yang menotasikan standart deviasi suatu proses pada statistik yang menunjukkan jumlah variasi atau ketidaktepatan suatu proses. Dengan kata lain, sigma merupakan unit pengukuran statistikal yang mendeskripsikan distribusi tentang nilai rata-rata (mean) dari setiap proses atau prosedur. 2.4.2 Six Sigma Six sigma merupakan suatu visi peningkatan kualitas menuju target 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan (DPMO) untuk setiap transaksi produk (barang dan/atau jasa). Upaya giat menuju kesempurnaan (zero defect-kegagalan nol).. (Sumber : Pedoman Implementasi Six Sigma, hal.9, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Gaspersz Vincent, 2002). Simbol Sigma (σ ) sendiri seringkali dihubungkan dengan kemampuan proses yang terjadi terhadap produk yang diukur dengan defect per million opportunities (DPMO). Sumber dari defect atau cacat hampir selalu dihubungkan dengan variasi, misalnya variasi material, prosedur, perlakuan proses. Dengan demikian Six Sigma sendiri telah mengalami pertambahan lingkup seperti keterlambatan deadline, variabilitas lead time, dan lain-lain. Maka perhatian utama dari Six Sigma ini adalah variasi karena dengan adanya variasi maka kurang memenuhi spesifikasi dengan demikian mempengaruhi potensi pasar bahkan juga pertumbuhan pendapatan.

Tingkat kualitas sigma biasanya juga dipakai untuk menggambarkan variasi dari suatu proses. Semakin tinggi tingkat sigma maka semakin kecil toleransi yang diberikan pada kecacatan dan semakin tinggi kemampuan proses. Sehingga variasi yang dihasilkan semakin rendah dan dapat mengurangi frekuensi munculnya defect, biaya-biaya proses, waktu siklus proses mengalami penurunan dan kepuasan konsumen meningkat. (Sumber : Pedoman Implementasi Six Sigma, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Gaspersz Vincent, 2002). Tingkat six sigma sering dihubungkan dengan kapabilitas proses yang dihitung dalam Defect per Million Opportunities (DPMO). Beberapa tingkat pencapaian six sigma sebagai berikut : Tingkat Pencapaian Sigma Tabel 2.2. : Pencapaian Tingkat Six Sigma (Gaspersz, 2002) DPMO Hasil Keterangan 1 691.462 31% Sangat tidak kompetitif 2 308.538 69,2% Rata-rata industri Indonesia 3 66.807 93,32% Rata-rata industri Indonesia 4 6.210 99,379% Rata-rata industri USA 5 233 99,977% Rata-rata industri USA 6 3,4 99,9997% Industri kelas mapan/dunia Pada dasarnya pelanggan akan puas jika mereka menerima nilai sebagaimana yang mereka harapkan. Apabila produk diproses pada tingkat kualitas Six Sigma, perusahaan boleh mengharapkan 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan atau mengharapkan bahwa 99,99966 persen dari apa yang diharapkan pelanggan akan ada dalam produk tersebut. Dengan demikian Six Sigma dapat dijadikan ukuran target kinerja sistem industri tentang bagaimana baiknya suatu proses transaksi produk antara pemasok (industri) dan pelanggan (pasar). Semakin

tinggi target sigma yang dicapai, kinerja sistem industri akan semakin baik. Six Sigma juga dapat dipandang sebagai pengendalian proses industri berfokus pada pelanggan, melalui penekanan pada kemampuan proses (process capability). (Sumber : Pedoman Implementasi Six Sigma, hal.9, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Gaspersz Vincent, 2002). Berikut ini akan diberikan alasan yang membuat Six Sigma berbeda dari TQM dan program-program kualitas sebelumnya : Tabel 2.3 Kelemahan TQM dan solusi Six Sigma No Kelemahan TQM Solusi Six Sigma 1 Kurangnya integrasi Link (Hubungan) ke lini dasar bisnis dan personal 2 Kepemimpinan yang apatis Kepemimpinan di barisan depan 3 4 Konsep yang tidak jelas tentang kualitas Gagal untuk menghancurkan penghalang penghalang internal Pesan sederhana yang diulang ulang Prioritas terhadap fungsi manajemen proses lintas fungsi 5 Pelatihan yang tidak efektif Blackbelts, Greenbelts, Master Blackbelts 6 Fokus pada kualitas produk Perhatian pada semua proses bisnis (Sumber : The Six Sigma Way, hal.46, Penerbit Andi, Yogyakarta, Cavanagh, Peter S. Pande, Robert P.Neuman, 2002). Menurut Gaspersz (2002) dalam aplikasi konsep six sigma terdapat 6 aspek kunci yaitu : 1. Identifikasi pelanggan. 2. Identifikasi produk. 3. Identifikasi kebutuhan dalam memproduksi produk untuk pelanggan. 4. Definisi proses.

5. Menghindari kesalahan dalam proses dan menghilangkan pemborosan yang terjadi. 6. Meningkatkan proses secara terus menerus menuju target yang telah ditetapkan. Terdapat 6 aspek kunci yang perlu diperhatikan dalam penerapan Six Sigma dibidang manufakturing, yaitu : 1. Identifikasi karakteristik produk yang akan memuaskan pelanggan (sesuai kebutuhan dan ekspektasi pelanggan). 2. Mengklasifikasikan semua karakteristik kualitas itu sebagai CTQ (Critical To Quality) individual. Critical To Quality adalah atribut-atribut yang sangat penting untuk diperhatikan karena berkaitan langsung dengan kebutuhan dan kepuasan pelanggan. CTQ merupakan elemen dari suatu produk, proses atau praktek-praktek yang berdampak langsung pada kepuasan pelanggan. 3. Menentukan apakah setiap CTQ itu dapat dikendalikan melalui pengendalian material, mesin, proses-proses kerja, dll. 4. Menentukan batas maksimum toleransi untuk setiap CTQ sesuai yang diinginkan pelanggan (menentukan nilai USL dan LSL dari setiap CTQ). 5. Menentukan maksimum variasi proses untuk setiap CTQ (menentukan nilai maksimum standart deviasi untuk setiap CTQ). 6. Mengubah desain produk atau proses sedemikian rupa agar mampu mencapai nilai target Six Sigma. (Sumber : Pedoman Implementasi Six Sigma, hal.9, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Gaspersz Vincent, 2002).

Six Sigma tidak muncul begitu saja. Sejak dulu konsep ilmu manajemen sudah berkembang di Amerika, kemudian dilanjutkan dengan gebrakan manajemen Jepang dengan konsep Total Quality. Total Quality Manajemen juga merupakan program peningkatan yang terfokus. Didalam Six Sigma terdapat lebih banyak tool improvement yang bisa dipakai. Selain itu didalam six sigma akan diperkenalkan suatu konsep mengenai defect, opportunity, DPMO, yang menjadi rujukan nilai sigma proses. Kita juga akan diperkenalkan dengan variasi proses (konsep untuk data kontinyu). Bukan berarti di dalam TQM hal tersebut tidak ada, hanya saja TQM tidak terlalu mementingkan pembahasan tersebut. Namun apabila ingin lebih mengenal proses, kita lebih mengetahui bagaimana variasi proses/produk kita, artinya juga berapa sigma dari proses/produk kita, maka Six Sigma lebih memadai dalam hal ini. Berikut ini akan diberikan alasan yang membuat Six Sigma berbeda dengan TQM dan program-program kualitas sebelumnya : a. Six Sigma terfokus pada konsumen. Konsumen, terutama eksternal konsumen selalu diperhatikan sebagai patokan arah peningkatan kualitas. b. Six Sigma menghasilkan Returns of investement yang besar (contohnya pada general electrics). c. Six Sigma mengubah cara manajemen beroperasi. Six Sigma lebih dari sekedar proyek peningkatan kualitas. Ia juga merupakan cara pendekatan baru terhadap proses berpikir, merencanakan dan memimpin untuk menghasilkan hasil yang baik.