PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 2 TUGUMULYO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Wagino¹, Ahmad Amin², Hj.Hurhayati³ Alumni S1 STKIP-PGRI Lubuklinggau Email: ginokputra@gmail.com ABSTRAK Skripsi ini berjudul Penggunaan Model Pembelajaran Jigsaw dalam Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Tugumulyo Tahun Pelajaran 2015/2016. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Apakah Terdapat Peningkatan yang Signifikan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Tugumulyo Tahun Pelajaran 2015/2016 Setelah diterapkan Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw. Metode penelitian ini adalah eksperimen semu, dengan pola desain penelitian one groub pretest-postest design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Tugumulyo Tahun Pelajaran 2015/2016. Satu kelas sebagai sampel yang diambil secara Simple random sampling yaitu kelas VII.A dengan jumlah 27 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dalam bentuk essay berjumlah 8 butir soal. Data hasil tes siswa dianalisis dengan menggunakan uji t. Berdasarkan hasil analisis data Gain kelas eksperimen menggunakan uji t didapat t hitung (36,44) dan t tabel = (1,706) karena t hitung > t tabel, yang berarti H 0 ditolak dan H a diterima. Selanjutnya dari hasil penelitian bahwa presetanse hasil belajar siswa terdapat peningkatan. maka diperoleh kesimpulan bahwa Terdapat Peningkatan yang Signifikan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Tugumulyo Tahun Pelajaran 2015/2016 Setelah Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw. Kata kunci : Jigsaw, Hasil Belajar, Fisika ¹ Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau. ² ³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.
A. Latar Belakang Perubahan dan perkembangan aspek kehidupan perlu ditunjang oleh adanya pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas serta mampu bersaing di era globalisasi. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar dalam membentuk karakter, perkembangan ilmu dan mental seorang anak yang nantinya akan tumbuh menjadi seorang manusia dewasa yang akan berinteraksi dan melakukan banyak hal terhadap lingkungannya, baik secara individu maupun sebagai makhluk sosial. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujutkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam dunia pendidikan, salah satu masalah dalam pembelajaran di sekolah adalah rendahnya hasil belajar siswa. Hasil belajar ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor dari dalam (internal) maupun faktor dari luar (eksternal). Faktor internal adalah faktor fisiologis dan psikologis, misalnya kecerdasan, motivasi, berprestasi dan kemampuan kognitif. Sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah faktor lingkungan dan instrumental, misalnya guru, kurikulum, dan model pembelajaran. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMP Muhammadiyah 2 Tugumulyo pada tanggal 18 September 2015, diperoleh informasi dari beberapa siswa bahwa siswa kurang berminat untuk belajar fisika karena mata pelajaran fisika merupakan pelajaran yang cukup sulit. Berdasarkan wawancara penulis dengan guru fisika kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Tugumulyo, beliau mengatakan bahwa rata-rata nilai ulangan harian fisika siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 73. Hal ini terlihat dari nilai ulangan harian pada semester ganjil di salah satu kelas VII B yang berjumlah 27 siswa, hanya 10 siswa (37,04 %) yang sudah mencapai KKM, sedangkan 17 siswa (62,96 %) belum mencapai KKM yang ditetapkan oleh sekolah. Kenyataan ini menunjukkan masih rendahnya motivasi dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran fisika. Hal ini dikarenakan kegiatan Pembelajaran lebih cenderung menggunakan model yang berpusat pada guru. Model pembelajaran Jigsaw menurut Slavin (2005:237), dalam teknik ini siswa bekerja dalam anggota kelompok yang sama, yaitu empat sampai lima siswa, dengan latar belakang kemampuan yang berbeda. Setelah itu guru memberikan penjelasan
secara ringkas para siswa ditugaskan untuk memahami materi yang telah diberikan. Tiap anggota tim ditugaskan secara acak untuk menjadi tim ahli dalam aspek tertentu dari tugas pemahaman tersebut. Setelah mempelajari materinya para ahli dari masingmasing tim bertemu untuk mendiskusikan topik yang mereka bahas, lalu mereka kembali kepada timnya untuk mengajarkan topik mereka kepada teman satu timnya. Model pembelajaran Jigsaw termasuk dalam pembelajaran Cooperative. Dipilih model pembelajaran ini karena pembelajaran ini memberi kesempatan pada siswa untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama akan lebih menarik, menyenangkan, meningkatkan aktivitas dan kerja sama siswa dalam belajar fisika. Aktivitas pembelajaran Cooperative melatih kesadaran siswa akan pentingnya berkomunikasi untuk memahami dan mengaplikasikan pengetahuan, konsep, keterampilan kepada siswa yang membutuhkan atau anggota lain dalam kelompoknya. Menurut Jhonson 1994 (Trianto, 2009:57) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar Cooperative adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akedemik dan pemahaman baik secara individu maupaun secara kelompok. sehingga belajar Cooperative dapat saling menguntungkan antara siswa berkemampuan rendah dan siswa berkemampuan tinggi. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Penggunaan Model Pembelajaran Jigsaw dalam Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Tugumulyo Tahun Pelajaran 2015/2016. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah Terdapat Peningkatan yang Signifikan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Tugumulyo Tahun Pelajaran 2015/2016 Setelah Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw?. Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Apakah Terdapat Peningkatan yang Signifikan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Tugumulyo Tahun Pelajaran 2015/2016 Setelah Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw. B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu akivitas yang dapat dilakukan oleh psikologis maupun secara sisiologis. Aktivitas yang besifat psikologis yaitu aktivitas yang
merupakan proses mental, misalnya aktivitas berfikir, memahami,,menyimpulkan, menyimak, menelaah, membandingkan, membedakan mengungkapkan, menganalisis dan sebagainya. Sedangkan aktivitas yang bersifat fisiologis yaitu aktivitas yang merupakan proses penerapan atau praktik, misalnya melakukan eksperimen atau percobaan, latihan kegiatan praktik, membuat karya (produk), epresiasi dan sebagainya Rusman (2013:85). Sedangkan menurut winkel (Purwanto, 2011:39) belajar adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan dengan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan kompetensi yang dihasilkan dari pengalamannya sendiri. 2. Pengertian Hasil Belajar Menurut Purwanto (2011:30-39) belajar merupakan proses dalam individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam prilakunya. Sedangkan menurut Rusman (2013:123) menyatakan hasil belajar adalah sejumblah pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif, efektif, dan psikomotorik. Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang timbul setelah terjadinya proses pembelajaran yang meliputi aspek kognitif, psikomotorik dan afektif. Dalam peneliti akan mengamati hasil belajar dalam segi kognitif saja. 3. Pembelajaran Kooperatif Menurut Johnson (Isjoni, 2009:17) menuliskan bahwa cooperative learning adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut. Sedangkan menurut Lie (2008:12) menyebutkan cooperative learning merupakan sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Menurut Johnson 1994 (Trianto, 2009:57), menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Terdapat lima unsur penting dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:
a) Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. b) Interaksi antara siswa yang semakin meningkat. c) Tanggung jawab individual. d) Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. e) Proses Kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif, terdapat empat pendekatan yang seharusnya merupakan bagian dari kumpulan strategi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif, yaitu: Student Teams Achievement Division (STAD), Jigsaw, Teams Games Tournaments (TGT), dan pendekatan struktural meliputi Think Pair Share (TPS) dan Numbered Head Together (NHT). Menurut Rusman (2011:211), ada enam langkah-langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif, dapat dilihat pada tabel 2.1. Tahap 1 Tahap Menyampaikan Tujuan dan Memotivasi Siswa Tahap 2 Menyajikan Informasi Tahap 3 Mengorganisasikan Siswa ke dalam Kelompokkelompok Belajar Tahap 4 Membimbing Kelompok Bekerja dan Belajar Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tingkah laku Guru Guru menyampaikam tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi siswa belajar. Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efesien. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Tahap 5 Evaluasi Tahap 6 Memberikan Penghargaan Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masingmasing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. Dari pendapat yang telah dikemukakan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk dapat bekerja sama satu sama lainnya. 4. Model Pembelajaran Jigsaw Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengambil pola cara berkerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk tujuan bersama.menurut Rusman (2011:218) model pembelajaran kooperatif Jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Sedangkan menurut (Uno dan Mohamad, 2011:110) Jigsaw adalah salah satu pendekatan dalam pembelajaran kooperatif di mana dalam penerapannya siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok, tiap kelompok terdiri atas tim ahli sesuai dengan pertanyaan yang disiapkan guru sesuai dengan jumlah tim ahli. Menurut Slavin (2005:237) dalam teknik ini siswa bekerja dalam anggota kelompok yang sama, yaitu empat sampai lima siswa, dengan latar belakang kemampuan yang berbeda. Setelah itu guru memberikan penjelasan secara ringkas para siswa ditugaskan untuk memahami materi yang telah diberikan. Tiap anggota tim ditugaskan secara acak untuk menjadi tim ahli dalam aspek tertentu dari tugas pemahaman tersebut. Setelah mempelajari materinya para ahli dari masing-masing tim bertemu untuk mendiskusikan topik yang mereka bahas, lalu mereka kembali kepada timnya untuk mengajarkan topik mereka kepada teman satu timnya. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Jigsaw adalah sebuah model pembelajaran kooperatif dimana siswa bekerja dalam anggota kelompok yang sama, yaitu empat sampai lima siswa, dengan latar belakang kemampuan yang berbeda. Setelah itu guru memberikan penjelasan secara ringkas para siswa ditugaskan untuk memahami materi yang telah diberikan. Tiap anggota
tim ditugaskan secara acak untuk menjadi tim ahli dalam aspek tertentu dari tugas pemahaman tersebut. Setelah mempelajari materinya para ahli dari masing-masing tim bertemu untuk mendiskusikan topik yang mereka bahas, lalu mereka kembali kepada timnya untuk mengajarkan topik mereka kepada teman satu timnya. a) Adapun langkah- langkah model pembelajaran Jigsaw menurut beberapa ahli. 1) Menurut aronson 1975 (Hamid, 2013:21) sebagai berikut langkah-langkahnya: a. Siswa dikelompokan kedalam 4 anggota tim. b. Tiap orang dalam tim diberi bagian bagian materi yang berbeda. c. Tiap orang dalam tim diberi bagian bagian materi yang ditugaskan. d. anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/subbab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan subbab mereka. e. Setelah diskusi sebagian dari tim ahli tiap anggota kembali kekelompok asal dan bergatian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasi dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh. f. tiap tim ahli mempersentasikan hasil diskusi. g. guru memberi evaluasi. h. penutup. 2) Menurut Uno dan Mohamad (2011:110) sebagai berikut langkah-langkahnya: a. Menyiapkan bahan pembelajaran. b. Menempatkan siswa dalam kelompok belajar, maksimal 4-5 orang secara heterogen (sama rata). c. Menempatkan siswa dalam kelompok pakar atauahli. d. Membaca. e. Diskusi kelompok pakar. f. Laporan kelompok. g. Para pakar atau ahli kembali ke dalam kelompok asal. h. Tes hasil diskusi dilakukan secara menyeluruh untuk semua siswa. i. Para siswa mengambil kuis individu yang mencakup semua topik. j. Penghargaan kelompok. Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka langkah-langkah model pembelajaran Jigsaw dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Menyiapkan bahan pembelajaran dan menjelaskan ringkasan meteri 2. Siswa dikelompokkan dengan anggota ±5 orang.
3. Tiap siswa dalam tim diberi materi dan tugas yang berbeda. 4. Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok baru (kelompok ahli) Selanjutnya kelompok ahli tersebut berdiskusi. 5. Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai. 6. Setelah peserta didik berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu dari anggota kelompok. 7. Guru memberikan latihan soal kepada kelompok dan memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai. 8. Perlu penjelasan materi untuk persiapan selanjutnya jika ingin menggunakan model Jigsaw ini agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. b) Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw Dalam setiap model pembelajaran yang diterapkan dalam proses belajar akan memiliki kelebihan dan kelemahan, begitu juga halnya dengan model kooperatif tipe Jigsaw. Jhonson (Rusman, 2011:219), melakukan penelitian tentang pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang hasilnya menunjukkan bahwa interaksi kooperatif memiliki berbagai pengaruh positif terhadap perkembangan anak. Pengaruh positif tersebut adalah: 1) Meningkatkan hasil belajar. 2) Meningkatkan daya ingat. 3) Dapat digunakan untuk mencapai tarap penalaran tingkat tinggi. 4) Mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik (kesadaran individu). 5) Meningkatkan hubungan antar manusia yang heterogen. 6) Meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah. 7) Meningkatkan sikap positif terhadap guru. 8) Meningkatkan harga diri anak. 9) Meningkatkan perilaku penyesuaian social yang positif. 10) Meningkatkan keterampilan hidup bergotong royong. Hal-hal yang dapat menghambat proses pembelajaran terutama dalam pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Kurangnya pemahaman guru mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. 2) Jumlah siswa yang terlalu banyak yang mengakibatkan perhatian guru terhadap proses pembelajaran relatitif kecil sehingga yang hanya segelintir orang yang menguasai arena kelas, yang lain hanya sebagai penonton. 3) Kurangnya buku sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran Cooperative Learning. 4) Kurangnya buku sumber sebagai media pembelajaran. 5) Terbatasnya pengetahuan siswa akan sistem teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran. 6) Jika guru tidak mengingatkan agar siswa selalu menggunakan keterampilanketerampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet. 7) Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbuklan masalah, missal jika ada anggota yang hanya membonceng dalam menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi. 8) Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan ruang belum terkondisi dengan baik. 9) Merubah posisi yang dapat juga menimbulkan gaduh. C. METODE PENELITIAN Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, maka dalam penelitian ini menggunakan pola desain penelitian one group pretest-postest design. dapat dilihat pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Desain Penelitian Pre-tess Treatment Post-test O 1 X O 2 Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VII Muhammadiyah 2 Tugumulyo pada Tahun Pelajaran 2015/2016, Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Penggunaan teknik dan alat pengumpul data yang tepat memungkinkan diperoleh data yang objektif, maka dalam penelitian ini teknik pengumpul data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes.
Nilai rata-rata Untuk mengetahui hasil penelitian merupakan hipotesis diterima atau ditolak maka data diuji dengan menggunakan t-tes dimana kelas eksperimen harus normal, oleh karena itu terlebih dahulu mencari nilai rata-rata dan varians dari masing-masing kelompok data, kemudian melakukan uji normalitas. D. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian Penelitian dengan model Jigsaw ini diajarkan pada siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Tugumulyo dengan uraian materi Kalor. Penelitian dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 2 Tugumulyo pada tanggal 21 September 2015 sampai tanggal 21 Agustus 2015 tahun Pelajaran 2015/ 20165. Pada pertemuan pertama dilakukan Pre-test yang diikuti oleh 27 siswa. Soal yang digunakan dalam pre-test sebanyak 8 soal. Berdasarkan pengolahan data hasil belajar pre-test siswa diperoleh nilai rata-rata (X) sebesar 18,92 dengan nilai tertinggi 31 dan nilai terendah 2. Siswa yang mendapat nilai lebih dari atau sama dengan 73 (KKM) dalam pre-test ini sebanyak 0 siswa (0%), sedangkan siswa yang mendapat nilai kurang dari 70 (KKM) sebanyak 27 siswa (100%). Pelaksanaan post-test dilakukan diakhir pembelajaran diikuti oleh siswa kelas VII dengan jumlah 27 siswa. Jumlah soal yang diberikan sebagai soal post-test sebanyak 8 soal. Berdasarkan analisis hasil post-test, nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 77,59. Siswa yang mendapat nilai lebih dari atau sama dengan 73 (KKM) sebanyak 22 siswa (81,48%). Sedangkan siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 73 (KKM) sebanyak 2 siswa (34,48%). Berdasarkan hasil perhitungan pre-test dan post-test dapat dilihat pada nilai rata-rata pre-test ( tes awal ) diperoleh sebesar 18,92 sedangkan pada post-test (tes akhir) diperoleh sebesar 77,59. Terjadi peningkatan rata-rata nilai sebesar 58,67. Perbandingan nilai rata-rata pre-test dan post-test pada gambar 4.1 Gambar 4.1 Nilai rata-rata pre-test dan post-test 100 80 60 40 20 0 18,92 Pre-test 77,59 Post-test
Uji gain ini dilakukan untuk melihat peningkatan hasil belajar dari model pembelajaran Jigsaw dalam mata pelajaran fisika gain = ( ) ( ) gain = = = tinggi Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat peningkatan yang signifikan setelah diterapkan model pembelajaran Jigsaw. Hipotesis penelitian yang diuji adalah Terdapat Peningkatan yang Signifikan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Tugumulyo Tahun Pelajaran 2015/2016 Setelah Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw?. Rumusan hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah: H a H 0 = rata-rata nilai post-test siswa setelah menggunakan model pembelajaran Jigsaw lebih dari rata-rata nilai pre-test (µ 2 > µ 1 ). = rata-rata nilai post-test siswa setelah menggunakan model pembelajaran Jigsaw kurang dari atau sama dengan rata-rata nilai pre-test (µ 2 < µ 1 ). Kriteria pengujian adalah diterima jika t hitung t tabel maka H 0 diterima dan H a ditolak jika t hitung t tabel maka H 0 ditolak dan H a diterima pada taraf signifikasi yaitu = 0,05 dan dk = n 1. t Md x 2 d N( N 1) Dengan: Md= 58,67 ΣX2d= 1830,93 N= 27 Maka diperoleh t = 36,44 Selanjudnya t hitung dibandingkan dengan t tabel pada datar distribusi t dengan derajat kebebasan dk = n 1 = 27 1 = 26 dan = 5% di peroleh t tabel 1,706, Jika t hitung > t tabel berarti H a diterima dan H 0 ditolak artinya hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya sehingga disimpulkan bahwa Terdapat
Peningkatan yang Signifikan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Tugumulyo Tahun Pelajaran 2015/2016 Setelah diterapkan Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw. 2. Pembahasan Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu Apakah Terdapat Peningkatan yang Signifikan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Tugumulyo Tahun Pelajaran 2015/2016 Setelah Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw?. Berdasarkan analisis data pre-test dapat dilihat bahwa tidak ada siswa yang mendapatkan nilai lebih dari 73 (tuntas), analisis tersebut dapat diamati melalui rekapitulasi hasil pre-test yang berdasarkan perhitungan lampiran C dan dapat disimpulkan hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Tugumulyo sebelum penerapan model pembelajaran Jigsaw secara signifikan belum tuntas. Setelah diberikan pre-test maka dilanjutkan dengan penerapan model pembelajaran Jigsaw yang dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan. Sebelum proses pembelajaran, terlebih dahulu peneliti menginformasikan kepada siswa cara belajar yang akan ditempuh dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw. Dalam pertemuan pertama, guru (dalam hal ini peneliti) menjelaskan tentang pelaksanaan model pembelajaran Jigsaw. Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran. Setelah itu guru memberi apersepsi serta motivasi siswa dengan mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari siswa. Pada kegiatan inti, guru mengelompokan siswa dengan anggota 5 orang. Kemudian memberikan tiap siswa dalam tim tugas yang berbeda untuk dipelajari. Selanjutnya guru menugaskan anggota kelompok yang berbeda dangan penugasan yang sama membentuk kelompok ahli dan melakukan diskusi kelompok ahli. Setelah itu guru meminta tiap anggota kembali ke kelompok asal dan meminta mereka melakukan diskusi kelompok asal (induk), kemudian dilanjukan dengan diskusi kelas. Pada pertemuan ini siswa terlihat lebih antusias dan semangat walaupun masih ada sedikit kegaduhan pada saat pembagian kelompok. Namun hal tersebut masih dapat dikendalikan pada saat siswa mengerjakan tugasnya. Pada pertemuan pertama hanya 2 kelompok yang dapat menyelesaikan tugas dengan baik dari jumlah total 5 kelompok. Hal ini dikarenakan masih terdapat siswa didalam kelompoknya belum terbiasa dan kurang memahami tugasnya.
Pada pertemuan kedua, pembelajaran masih seperti pertemuan yang pertama, guru memeriksa kesiapan siswa kemudian memberikan apersepsi kepada siswa disertai dengan motivasi. Selanjutnya menjelaskan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi dasar dan menyampaikan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw. Pada pertemuan kedua siswa mulai merasa nyaman dan sudah terbiasa dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Jigsaw serta memberikan respon positif terhadap pembelajaran fisika. Pada pertemuan ini ada 4 kelompok yang dapat menyelesaikan serta menjelaskan tugasnya dengan baik, dan 1 kelompok lagi dalam perbaikan. Pada pertemuan ketiga, terjadi peningkatan bila dibandingkan dengan pertemuan sebelumya. Pada pertemuan ini siswa sudah memperlihatkan kemampuannya dalam pemahaman materi serta menyelesaikan tugasnya. Pada pertemuan ini semua kelompok dapat menyelesaikan dan menjelaskan tugasnya dengan baik dan benar. Selama proses pembelajaran dengan model pembelajaran Jigsaw, siswasiswa dapat terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar. Siswa tidak lagi pasif menerima informasi dari guru, tetapi siswa lebih termotivasi dan aktif dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru sehingga hasil belajarnya dapat meningkat. Model pembelajaran Jigsaw adalah model pembelajaran dimana siswa diberi tugas sebagai penerima tamu yaitu menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu tersebut dan sebagai tamu yaitu berkewajiban untuk bertamu kepada semua kelompok. Hal ini sesuai dengan keunggulan model pembelajaran Jigsaw yaitu meningkatkan kemampuan dan hasil belajar siswa serta meningkatkan daya ingat siswa. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hasil belajar fisika siswa meningkat tetapi dalam pelaksanaan model pembelaran Jigsaw masih ada kendala yaitu beberapa siswa masih kurang percaya diri dalam mengerjakan tugas denga tim kelompoknya pada saat pembelajaran berlangsung dan juga beberapa siswa masih kesulitan menyelesaikan tugasnya. Walaupun ada kendala namun hal ini tidak menyurutkan konsentrasi siswa dalam belajar. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajarnya, ada 22 siswa yang tuntas (81,48%) dan 5 siswa (18,52) yang belum mencapai kriteria ketuntasan minamal sebesar 73. Namun, hasil tersebut sudah mengalami peningkatan yang signifikan. Berdasarkan analisi secara statistik mengenai kemampuan akhir siswa menunjukan bahwa siswa kelas VII.A SMP Muhammadiyah 2 Tugumulyo adalah
tuntas pada taraf kepercayaan = 0,05 karena t hitung > t tabel yaitu t hitung (36,44) > t tabel (1,706) terbukti bahwa pembelajaran fisika dengan penggunaan model pembelajaran Jigsaw Signifikan meningkat dalam peningkatan hasil belajar siswa. Dengan demikian hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya, maka dapat disimpulkan bahwa Terdapat Peningkatan yang Signifikan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Tugumulyo Tahun Pelajaran 2015/2016 Setelah Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw. E. SIMPULAN Berdasarkan analisis data hasil penelitian nilai rata-rata Gain sebesar 58,67 dan dibuktikan hasil uji hipotesis dengan uji t menunjukan t hitung = 36,44 > t tabel = 1,706 yang berarti H a diterima dan H 0 ditolak. Dapat disimpulkan Terdapat Peningkatan yang Signifikan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Tugumulyo Tahun Pelajaran 2015/2016 Setelah diterapkan Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw. F. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid 1 (Terjemahan). Jakarta: Erlangga. Uno, Hamzah.b dan Mohamad Nurdin, 2011. Belajar dengan Pendekatan pailkem: pembelajaran aktif, inovatif, lingkungan, kreatif. Efektif, Menarik. Jakarta: Bumi Akasara. Isjoni. 2009. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta. Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo. Meltzer, David E. 2002. The Relationship Beetwen Mathematic Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: A Possible Hidden Variable in Diagnostic Pretest Scores. American journal of physics, 70 (12),1259-1267. Nar herrhyanto dan Akib hamid. 2008. Statika dasar. jakarta: universitas terbuka. Purwanto, 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2013. Belajar dan pembelajaran berbasis komputer. Bandung: Alfabeta.
Suherman dan Sukjaya. 1990. Petunjuk Praktik untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusuma. Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta 2012. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Tarsinto. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito Bandung. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana. Yamin, Martinis. 2012. Desain Baru Pembelajaran Konstruktivistik. Jakarta: Ciputat Mega Mall Zainal Aqib 2013. Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Konstektual (Inovatif). Bandung: CV Yrama Widya.