Cici Kurniawati 1), Imam Sujadi 2), Rubono Setiawan 3) Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS 2),3)

dokumen-dokumen yang mirip
Shinta Metikasari 1), Imam Sujadi 2), Yemi Kuswardi 3) Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS

PENERAPAN DISKUSI KELOMPOK

Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS. Alamat Korespondensi:

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA MELALUI COOPERATIVE LEARNING JIGSAW

Anna Revi Nurutami Universitas PGRI Yogyakarta

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil observasi awal yang dilakukan di kelas XI IPS2 SMA NEGERI 1

Jl. Ir. Sutami no. 36 A, Kentingan Surakarta, , 3)

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN MELALUI PEMBELAJARAN TWO STAY-TWO STRAY (TS-TS)

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

Almiati SMK Negeri 8 Semarang. Abstrak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Diajukan Oleh: Eliana Rahmawati

BAB III METODE PENELITIAN

Bismar Yogaswara Universitas Negeri Malang

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga kali

: PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN

*Keperluan korespondensi, HP: ,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan sebanyak 1 x pertemuan, yaitu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS Dengan Pendekatan CTL Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Lisan dan Koneksi Matematis

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION

Penelitian Tindakan Kelas Rumpun Bidang Fisika, Biologi, Kimia dan IPA

BAB III METODE PENELITIAN

ARTIKEL. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh : Nur Aeni Ratna Dewi

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY DALAM PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS LESSON STUDY YANG MENERAPKAN MODEL KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

PENGGUNAAN TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PESAWAT SEDERHANA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode NHT (Numbered Head Together) Pada Pokok Bahasan Gaya Kelas V SDN 6 Tambun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dimulai pada tanggal 7 Januari 2013 dan diawali dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika ISBN:

C027. Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sebelas Maret ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkapura ini menggunakan model cooperative learning Tipe TSTS dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Inta Rafika Hudi. Program studi Pendidikan Sosiologi Antropologi FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN TWO STAY TWO STRAY SISWA KELAS X-AK SMK BHUMI PAHALA PARAKAN TEMANGGUNG

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

Mahasiswa S1 Pendidikan Kimia PMIPA, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia 2 Dosen Pendidikan Kimia PMIPA, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia

Joko Setiyono* Kata kunci: inkuiri, menulis teks berita, multikultural

JEMBER TAHUN PELAJARAN

Mahasiswa Program Sarjana Pendidikan Kimia FKIP,UNS, Surakarta, Indonesia 2. Dosen Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia

METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Oleh: Tita Yulianti Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

MENINGKATKAN HASIL DAN PROSES BELAJAR SISWA KELAS XI IPA SMA PGRI 6 BANJARMASIN PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE

Lukluk Ibana 1, Pujiastuti 2, Iis Nur Asyiah 3 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

Keperluan korespondensi, HP : ,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS 2),3) Dosen Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS

Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI Tulungagung

JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 3 No. 3 November 2015

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berjumlah 29 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 17 siswa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE KANCING GEMERINCING

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 1, Tahun 2012 Lorentya Yulianti Kurnianingtyas & Mahendra Adhi Nugroho Halaman 66-77

*Keperluan Korespondensi, telp: ,

Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia FKIP UNS, Surakarta, Indonesia. Dosen Prodi Pendidikan Kimia FKIP UNS, Surakarta, Indonesia

*Keperluan Korespondensi, tel/fax: (0271) /648939, ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research), dimana

*Keperluan Korespondensi, telp: ,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 10 NOMOR 2 OKTOBER 2014

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Alamat Korespondensi: Jl. Ir. Sutami 36A Kentingan Surakarta, , 3)

SP Proceeding Biology Education Conference (ISSN: ), Vol 13(1) 2016:

Keperluan korespondensi, tel: , ABSTRAK

*Keperluan korespondensi, tel/fax : ,

Khoirun Nisa Nurul Fitri 1, Lilis Sugiyanti 2 PTE FT UNNES 1, SMA Negeri 2 Ungaran 2

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

Oleh: P E Teja Purnamadewi Mahasiswi Jurusan Matematika FMIPA UM

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking

PENGGUNAAN METODE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PETA

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

Uni Harnika 1), Chumdari 2), Hasan Mahfud 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Selamet Riyadi 449 Surakarta 1)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Administrasi Perkantoran SMK Kristen Salatiga, peneliti berhasil

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

PENGGUNAAN TIPE STAD DENGAN MEDIA FLIP CHART DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri I Tulang Bawang Tengah Kecamatan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Purhandayani SMP Teuku Umar Semarang

Singgih Bayu Pamungkas Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Key Words: Student Teams Achievement Division, mind mapping, students test result, students activities.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK

Transkripsi:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VIII D SMP NEGERI 1 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Cici Kurniawati 1), Imam Sujadi 2), Rubono Setiawan 3) 1) Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS 2),3) Dosen Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS Alamat Korespondensi: 1) 085712370727, cici.kurniawatii@gmail.com 2) 08121565696, imamsujadi@ymail.com 3) 085725497241, rubono.matematika@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Two Stay Two Stray (TSTS) yang dapat meningkatkan keaktifan siswa, mengetahui peningkatan keaktifan siswa setelah dilakukan model TSTS dan mengetahui dampak penerapan model TSTS terhadap ketuntasan hasil belajar siswa. Data penelitian diperoleh melalui observasi dan tes. Validitas isi dari instrumen dilakukan sebelum validitas data dari hasil belajar siswa. Sedangkan untuk keaktifan siswa digunakan triangulasi penyidik. Indikator keberhasilan penelitian ini setidaknya rata-rata persentase keaktifan siswa dari observasi mencapai 75%. langkah pembelajaran dengan model TSTS yang dapat meningkatkan keaktifan siswa adalah:1) pendahuluan: guru menyampaikan apersepsi, tujuan pembelajaran dan motivasi serta gambaran pembelajaran. 2) inti: guru menjelaskan sedikit materi, membagi kelompok (4 siswa) untuk berdiskusi, siswa membagi tugas untuk menjadi tuan rumah dan tamu selanjutnya melakukan diskusi kunjungan kemudian apabila telah selesai melaksanakan diskusi kunjungan, siswa kembali dan membahas hasil pekerjaan kelompok asal serta beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusi. 3) penutup: guru bersamasama siswa menyimpulkan pelajaran. Dari hasil observasi pada siklus I diperoleh rata-rata persentase keaktifan siswa mencapai 63,72% dengan persentase kegiatan visual sebesar 71,19%, kegiatan lisan 46,61%, kegiatan menulis 68,02%, kegiatan mendengarkan 63,18% dan kegiatan mental 69,58%. Pada siklus II mengalami peningkatan rata-rata persentase keaktifan siswa sebesar 15,16% menjadi 78,88% dengan persentase kegiatan visual sebesar 82,02%, kegiatan lisan 67,86%, kegiatan menulis 83,09%, kegiatan mendengarkan 80,24% dan kegiatan mental 81,19%. Sedangkan dari hasil tes pada siklus I, persentase ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 43,75% dan pada siklus II persentase ketuntasan hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 78,12%. Kata kunci: Two Stay Two Stray(TSTS), keaktifan siswa, hasil belajar. Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.5 September 2017 10

PENDAHULUAN Salah satu cara membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilakukan melalui pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika berarti proses belajar kepada siswa melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga siswa memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari. Ketika pembelajaran sedang berlangsung, guru berperan sebagai pencipta sumber daya manusia yang berkualitas dan dapat bersaing seiring pesatnya perkembangan teknologi. Guru bertanggungjawab dalam meningkatkan mutu pembelajaran matematikanya. Pada umumnya, model pembelajaran yang masih dilakukan guru sampai saat ini adalah model pembelajaran konvensional yaitu dengan metode ceramah. Siswa hanya menerima informasi dari buku-buku dan guru atau ahli selanjutnya siswa diminta untuk mengerjakan tugas secara individu. Pola mengajar seperti ini dapat menyebabkan cara pikir siswa tidak berkembang sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai. Keberhasilan pembelajaran akan terwujud dari keberhasilan belajar siswa yang terlihat pada pencapaian hasil belajar siswa yang diperoleh dari nilai siswa setelah pembelajaran. Dalam kelas, keterlibatan aktif siswa adalah salah satu komponen penting ketika berjalan suatu proses pembelajaran. Keaktifan siswa dalam suatu pembelajaran dapat dikondisikan agar siswa dapat membiasakan diri untuk belajar, sehingga dapat dikatakan keaktifan siswa akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Terdapat pengaruh keaktifan siswa terhadap prestasi belajar [5]. Hal ini berarti, keaktifan siswa yang rendah akan menyebabkan hasil belajar yang rendah sedangkan keaktifan siswa yang tinggi akan menyebabkan hasil belajar yang tinggi pula. Oleh karena itu, keaktifan siswa dalam pembelajaran menjadi penting. Keterlibatan aktif siswa akan mendorong siswa untuk lebih mengerti apa yang mereka lakukan sehingga memberikan pemahaman yang lebih baik. Jika belajar dilakukan secara aktif maka siswa akan terdorong untuk mencari sesuatu. Mereka akan mencari jawaban atas pertanyaan, mencari informasi untuk memecahkan masalahnya atau mencari cara untuk menyelesaikan tugasnya. Saat ini yang terjadi, keaktifan siswa masih rendah dalam proses pembelajaran. Siswa hanya pasif mendengarkan ceramah dari guru. Masalah rendahnya keaktifan siswa dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti proses pembelajaran yang masih bersifat teacher centered. Proses pembelajaran yang demikian juga dapat menyebabkan siswa merasa bosan. Apabila dalam proses pembelajaran masih berpusat pada guru dan siswa tidak terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran maka siswa akan merasa kurang berkesan dalam menerima materi [4]. Akibatnya siswa lebih sulit memahami materi yang diberikan guru. Rendahnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran ditemui di kelas VIII D SMP N 1 Kartasura. Hal ini berdasarkan pengamatan Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.5 September 2017 11

peneliti selama tiga bulan melaksanakan PPL di sekolah tersebut. Peneliti mengamati proses pembelajaran dan masih banyak siswa yang tidak memperhatikan apa yang disampaikan guru. Siswa mempunyai kegiatan sendiri seperti membaca buku mata pelajaran lain, bercerita dengan teman sebangku dan enggan untuk menanyakan permasalahan yang terjadi. Hal tersebut mengakibatkan tidak adanya peran aktif dari siswa dalam proses pembelajaran matematika. Padahal ketika guru memberikan pemahaman tentang suatu materi matematika, siswa harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran yang diberikan oleh guru. Karena jika siswa tidak aktif dalam pembelajaran dapat mengakibatkan siswa sulit dalam memahami materi yang diajarkan akibatnya berdasarkan daftar perolehan nilai pada materi fungsi, banyak siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 6,25%. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas pembelajaran belum maksimal. Hasil wawancara dengan Drs. B. Haryatmo selaku guru matematika SMP Negeri I Kartasura juga memperkuat adanya permasalahan keaktifan siswa yang rendah di SMP Negeri I Kartasura. Hal yang ditemui peneliti ketika mengamati pembelajaran juga dialami guru matematika di sekolah tersebut. Hal yang dirasakan guru karena ketuntasan hasil belajar yang rendah disebabkan keaktifan siswa yang rendah dalam pembelajaran. Hal ini dialami ketika guru memberikan pancingan pertanyaan untuk suatu materi yang belum dipahami siswa, siswa tidak tertarik untuk menanyakan pada guru permasalahan yang dihadapi selain itu ketika guru memberikan pertanyaan, siswa hanya diam saja serta siswa tidak mencatat materi jika tidak disuruh oleh guru. Hasil observasi awal memperkuat adanya masalah keaktifan siswa dalam pembelajaran dengan hasil rata-rata persentase keaktifan siswa adalah 47,34% dengan kegiatan visual 64,06%, kegiatan lisan 33,59%, kegiatan menulis 46,87%, kegiatan mendengarkan 48,44% dan kegiatan mental 47,34%. Dalam observasi awal tersebut digunakan indikator dengan kegiatan visual yaitu memperhatikan penjelasan teman atau guru, kegiatan lisan yaitu bertanya kepada guru atau teman, berdiskusi dan berpendapat, kegiatan menulis yaitu siswa mencatat materi pelajaran, kegiatan mendengarkan yaitu siswa mendengarkan penjelasan guru atau teman serta kegiatan mental yaitu siswa dapat menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru. Selain itu, guru sering menggunakan model pembelajaran dengan metode ceramah. Pemahaman konsep-konsep tersebut tidak dapat diperoleh hanya dengan metode ceramah. Hal ini karena metode tersebut kurang mengaktifkan siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri sehingga pada akhirnya siswa hanya menghafal materi tanpa memahami konsepnya. Faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar adalah tipe belajar siswa. Melalui metode ceramah tentu guru tidak dapat mengakomodasi semua tipe belajar siswa sehingga membuat siswa kurang tertarik dengan mata Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.5 September 2017 12

pelajaran matematika. Ketika melaksanakan PPL (Program Pengalaman Lapangan), peneliti pernah menerapkan pembelajaran langsung dibantu dengan menggunakan powerpoint. Hasilnya, keaktifan siswa terhadap pembelajaran tidak mengalami peningkatan yang cukup berarti karena ketuntasan hasil belajar yang masih rendah. Selain itu rendahnya hasil belajar berkaitan dengan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa dituntut aktif secara fisik, intelektual dan emosional agar memperoleh pembelajaran yang efektif [3]. Dengan pembelajaran yang efektif diharapkan siswa dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Dengan demikian, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang menarik dan strategi yang tepat. Agar masalah di atas tidak berkelanjutan maka perlu diterapkan model pembelajaran yang dapat melibatkan peran siswa secara menyeluruh supaya keaktifan siswa dalam pembelajaran dapat meningkat. Salah satu teknik dalam pembelajaran yang memungkinkan dapat meningkatkan keaktifan siswa ketika pembelajaran di kelas adalah model pembelajaran kooperatif melalui teknik TSTS. Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS adalah suatu model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa dan memberikan kesempatan kepada kelompokkelompok siswa untuk saling membagikan informasi yang diperoleh. Model pembelajaran tipe TSTS dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran ekonomi di SMA N 1 Teras Boyolali tahun ajaran 2011/2012 [1]. Perilaku siswa menjadi lebih fokus dalam memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan guru dan siswa aktif mempelajari bahan diskusi atau hal yang akan dilaporkan. Selain itu, siswa berperan aktif dan bertanggungjawab untuk mempelajari bahan tersebut bersama kelompok ketika menjadi tamu maupun menjadi tuan rumah. Hal ini membuat pengetahuan dan wawasan siswa menjadi lebih berkembang serta lebih menguasai materi yang dipelajari sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran kooperatif teknik TSTS merupakan metode pembelajaran interaktif karena menekankan pada keterlibatan aktif siswa selama proses pembelajaran. Melalui metode kooperatif teknik TSTS diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya dalam kelompoknya sendiri, kemudian dalam kelompok lain. TSTS memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Melalui teknik TSTS ini, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok heterogen, masing-masing kelompok 4 siswa. Mereka berdiskusi menyelesaikan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang diberikan guru. Ketika siswa berkelompok menyelesaikan LKS, indikator keaktifan yang dapat ditingkatkan adalah berdiskusi dengan teman. Apabila mengalami kesulitan, siswa memiliki kesempatan untuk bertanya mengenai kesulitan yang dialami dalam kelompoknya kepada guru. Setelah selesai, dua siswa dari Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.5 September 2017 13

masing-masing kelompok akan bertamu ke kelompok lain. Dua siswa yang tinggal dikelompoknya bertugas membagi hasil kerja atau menyampaikan informasi kepada tamu mereka. Dalam diskusi kunjungan tersebut indikator keaktifan siswa yang dapat ditingkatkan adalah mendengarkan penjelasan teman, bertanya kepada teman tentang materi yang dipelajari dan siswa dapat berpendapat atau menjawab pertanyaan dari teman mengenai LKS yang masih belum dimengerti. Apabila diskusi kunjungan telah berakhir, maka siswa kembali ke kelompoknya untuk mendiskusikan kembali apa yang telah mereka dapatkan dari kelompok lain. Tahap ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa pada indikator menyelesaikan tugas yang diberikan guru dan siswa aktif dalam diskusi kelompok. Setelah diskusi selesai, beberapa perwakilan kelompok maju untuk mempresentasikan hasil diskusinya sedangkan kelompok yang lain memberikan pendapat, sanggahan maupun tanggapan. Dalam tahap ini dapat meningkatkan indikator keaktifan siswa yaitu memperhatikan teman ketika presentasi. Setelah itu guru memberikan klarifikasi atas hasil diskusi siswa. Model pembelajaran kooperatif teknik TSTS menuntut siswa bekerja secara berkelompok sehingga semakin menambah pengetahuan siswa. Keunggulan lain adalah melalui teknik TSTS tersebut, siswa dikondisikan aktif mempelajari bahan diskusi atau hal yang akan dilaporkan, karena setiap siswa memiliki peran dan tanggung jawab untuk mempelajari bahan tersebut bersama kelompok ketika menjadi tamu maupun tuan rumah. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik TSTS guru harus mampu berperan sebagai fasilitator. Untuk itu guru harus memiliki wawasan pengetahuan yang luas dan dapat menjadikan potensi lingkungan sekitar untuk dijadikan sebagai sumber belajar dan media pembelajaran. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan dalam siklus-siklus. Setiap siklus dalam penelitian ini mencakup 4 kegiatan, yaitu: (1) perencanaan tindakan (planning); (2) pelaksanaan tindakan (acting); (3) pengamatan (observing); dan (4) refleksi (reflecting) [2]. Penelitian tindakan kelas tentang upaya meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran selanjutnya hasil belajar siswa. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VIII D SMP Negeri I Kartasura tahun pelajaran 2015/2016 sebanyak 32 siswa. Penelitian ini dimulai dari bulan Juli 2015 hingga Desember 2015. Pelaksanaan penelitian ini dibagi dalam 3 tahapan kegiatan. Tahap pertama yaitu persiapan penelitian yang berlangsung pada bulan Juni 2014 hingga pertengahan bulan Agustus 2015. Tahap kedua yaitu pelaksanaan tindakan yang berlangsung pada bulan September- Oktober 2015. Tahap ketiga yaitu analisis data dan pelaporan yang dilaksanakan pada bulan Oktober- Desember 2015. Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.5 September 2017 14

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi dan tes akhir siklus siswa. Hasil observasi keterlaksanaan proses pembelajaran dan hasil observasi keaktifan siswa. Sedangkan hasil tes akhir siklus merupakan data hasil belajar siswa pada materi persamaan garis lurus. Berdasarkan sumber data yang digunakan, digunakan dua metode pengumpulan data. Pertama adalah metode observasi, yaitu mengamati peristiwa dan kegiatan di dalam kelas selama proses pembelajara. Kegiatan yang diamati meliputi indikator-indikator keaktifan siswa seperti memperhatikan penjelasan teman dan guru, mendengarkan penjelasan teman dan guru, berpendapat atau menjawab pertanyaan dari teman atau guru, bertanya kepada teman atau guru, berdiskusi bersama kelompok, menyelesaikan tugas yang diberikan guru dan menulis materi yang diberikan guru. Kedua adalah metode tes, yaitu cara pengumpulan data yang menghadapkan sejumlah pertanyaan kepada subjek penelitian. Untuk menguji validitas data keterlaksanaan pembelajaran dan keaktifan siswa dalam pembelajaran digunakan triangulasi penyidik. Sedangkan untuk data yang diperoleh dari tes dilakukan dengan uji validitas isi. Analisis hasil observasi keterlaksanaan proses pembelajaran meliputi pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan, kendala yang muncul saat pelaksanaan, dan kegiatan yang dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung. Analisis deskripsi komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan membandingkan hasil antarsiklus [6]. Peneliti membandingkan hasil sebelum penelitian dengan hasil akhir pada setiap siklus. Analisis hasil observasi keaktifan siswa dengan memperhitungkan peningkatan keaktifan siswa setiap siklusnya dengan menggunakan rumus berikut: Keterangan : = persentase keaktifan siswa = jumlah skor amatan = jumlah skor maksimal amatan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Keterlaksanaan pembelajaran pada pra siklus yaitu pembelajaran berpusat pada guru. Guru menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu dengan metode ceramah sehingga tidak melibatkan partisipasi aktif siswa. Sedangkan keterlaksanaan pembelajaran setelah dilakukan tindakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dengan model pembelajaran teknik TSTS selama dua siklus. Dari dua siklus yang dilakukan oleh peneliti diperoleh proses pembelajaran dengan penerapan model TSTS dapat meningkatkan keaktifan siswa dengan perbaikan yang dilakukan pada tahap refleksi adalah dengan menghasilkan tahapan sebagai berikut : a. Kegiatan Pendahuluan Guru menyampaikan apersepsi, tujuan pembelajaran dan motivasi. Dengan teknik tanya jawab siswa bertanya dan menjawab pertanyaan guru terkait pertanyaan apersepsi mengenai Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.5 September 2017 15

materi-materi sebelumnya atau materi pendukung dari materi yang akan dipelajari. Guru memotivasi siswa dengan menunjukkan kegunaan dari mempelajari materi lebih jauh serta memotivasi siswa agar aktif dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu guru juga menyampaikan tentang gambaran kegiatan pembelajaran. b. Kegiatan Inti, yaitu: Siswa memperhatikan penjelasan guru yang memberikan materi pembelajaran. Siswa berkelompok sesuai dengan kelompoknya masing-masing untuk berdiskusi mengerjakan tugas yaitu LKS. Guru memantau dan membimbing siswa kearah penyelesaian soal. Siswa bekerjasama dalam kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 siswa. Guru memberikan tugas pada setiap kelompok untuk didiskusikan dan dikerjakan bersama. Setelah selesai, 2 anggota masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok lain, dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagi informasi dan hasil kerja mereka ke tamu mereka. Apabila sudah jelas, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok yang semula dan melaporkan apa yang mereka temukan dari kelompok lain kemudian membandingkan dan membahas hasil pekerjaan mereka. Selanjutnya, beberapa siswa maju untuk mempresentasikan hasil diskusi dan siswa yang lain memberikan komentar. Sedangkan guru akan memberikan klarifikasi terkait hasil diskusi. c. Kegiatan Penutup, yaitu: Siswa dan guru bersamasama siswa menyimpulkan pelajaran yang telah dipelajari. Siswa mencatat kesimpulan materi pelajaran. Demikian tadi tahapantahapan dalam pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik TSTS yang sudah mengalami perbaikan setelah diterapkan dalam siklus I dan siklus II yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa. Pada kegiatan pra siklus, didapatkan hasil rata-rata persentase keaktifan siswa adalah 47,34% dengan kegiatan visual 64,06%, kegiatan lisan 33,59%, kegiatan menulis 46,87%, kegiatan mendengarkan 48,44% dan kegiatan mental 47,34%. Dari observasi pra siklus, perlu dilaksanakan tindakan 1 dengan penerapan model TSTS. Rata-rata persentase keaktifan siswa pada siklus I mencapai 63,72% dengan kegiatan visual 71,19%, kegiatan lisan 46,61%, kegiatan menulis 68,02%, kegiatan mendengarkan 63,18% dan kegiatan mental 69,58%. Dibandingkan dengan hasil pada kegiatan pra siklus,rata-rata persentase keaktifan siswa meningkat sebesar 16,38%. Akan tetapi rata-rata keaktifan siswa belum mencapai target yang ditentukan yaitu setidaknya 75%. Sehingga perlu dilakukan tindakan selanjutnya yakni siklus II dengan melihat refleksi dari beberapa hambatan dari siklus I. Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.5 September 2017 16

Setelah adanya tindakan siklus II dengan penerapan model TSTS dan refleksi siklus I, didapatkan hasil siklus II yaitu ratarata persentase keaktifan siswa 78,88% dengan kegiatan visual 82,02%, kegiatan lisan 67,86%, kegiatan menulis 83,09%, kegiatan mendengarkan 80,24% dan kegiatan mental 81,19%. Dibandingkan dengan hasil pada kegiatan siklus I, rata-rata persentase keaktifan siswa meningkat sebesar 15,16%. Dengan demikian, semua aspek keaktifan siswa mencapai target yang ditentukan yaitu rata-rata keaktifan siswa setidaknya 75%, sehingga tidak dilakukan tindakan lanjutan. Ketuntasan hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan berupa penerapan model TSTS peneliti menggunakan nilai ulangan pada materi Fungsi. Setelah mengetahui kurangnya hasil belajar siswa, dilanjutkan dengan tindakan siklus. Setelah pelaksanaan tindakan pada setiap siklus selesai, dilakukan tes siklus. Untuk mengetahui peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa pada tes siklus I dapat diperoleh dengan cara membandingkan nilai siklus I dengan nilai sebelum dilakukan tindakan (pra siklus). Dari hasil analisa dapat diketahui bahwa pada pra siklus hanya 6,25% siswa yang mencapai KKM dengan nilai rata-rata kelas hanya 47,96 sedangkan pada siklus I 43,75% siswa yang mencapai KKM dengan nilai rata-rata kelas 64,23. Hal ini dimungkinkan karena proses pembelajaran kooperatif teknik TSTS pada siklus I yang menekankan pada diskusi kelompok belum berjalan dengan efektif karena beberapa siswa masih ada yang diam saja dan beberapa siswa masih enggan bertanya kepada guru. Dalam pembelajaran masih terdapat langkah-langkah pembelajaran yang tidak dilaksanakan guru sehingga kurang berhasil dalam menerapkan model TSTS. Selain itu, guru kurang memotivasi siswa untuk aktif bertanya, berpendapat dan menjawab pertanyaan. Siswa yang terlihat tidak aktif dalam diskusi kelompok harus mendapatkan perhatian guru agar dapat aktif seperti siswa yang lain. Beberapa siswa yang enggan bertanya kepada guru dimungkinkan karena siswa malu, tidak berani bahkan tidak mempunyai masalah untuk mengajukan pertanyaan. Oleh karena itu peneliti perlu melakukan tindakan siklus II. Setelah dilakukan tindakan siklus II dengan menerapkan model TSTS diperoleh ketercapaian ratarata keaktifan siswa mencapai persentase lebih dari 75%. Diketahui pula bahwa rata-rata persentase keaktifan siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan rata-rata persentase keaktifan siswa pada kondisi awal (pra siklus) dan juga mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan rata-rata persentase keaktifan siswa pada siklus I yaitu sebesar 78,88%. Untuk hasil analisa siklus II diketahui bahwa banyaknya siswa yang mencapai KKM adalah 78,12%, hasil ini meningkat dibandingkan dengan capaian KKM siswa pada kegiatan pra siklus dan siklus I. Nilai rata-rata kelas pada siklus II juga meningkat Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.5 September 2017 17

menjadi 79,6. Dengan demikian, persentase hasil belajar siswa telah mencapai target yang ditentukan sehingga tidak dilakukan tindakan lanjutan. Berdasarkan uraian di atas diperoleh bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik TSTS dapat meningkatkan keaktifan siswa. Hal ini karena model pembelajaran tersebut memberi kesempatan pada siswa untuk aktif berdiskusi dalam kelompok, berani mengemukakan pendapat, jawaban dan mengajukan pertanyaan, serta mempresentasi hasil diskusi di depan kelas. Dengan presentasi hasil diskusi, dapat merespon siswa dari kelompok lain untuk menanggapi, memberikan masukan, atau bertanya pada kelompok tersebut. Beberapa permasalahan yang muncul melalui pertanyaan yang diajukan memicu siswa untuk berusaha lebih memahami materi agar nantinya dapat menjawab pertanyaan sehingga berdampak pada peningkatan pemahaman siswa terhadap suatu materi dan pada akhirnya akan berdampak positif terhadap ketuntasan hasil belajar siswa. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan uraian pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Proses pembelajaran dengan model TSTS yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran adalah dengan langkah pendahuluan yaitu guru menyampaikan tujuan pembelajaran, apersepsi dan motivasi. Dengan teknik tanya jawab siswa bertanya dan menjawab pertanyaan guru terkait pertanyaan apersepsi mengenai materi-materi sebelumnya atau materi pendukung dari materi yang akan dipelajari. Guru memotivasi siswa dengan menunjukkan kegunaan dari mempelajari materi lebih jauh serta memotivasi siswa agar aktif dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu guru juga menyampaikan tentang gambaran kegiatan pembelajaran. Kegiatan inti dengan langkah siswa memperhatikan penjelasan guru yang memberikan materi pembelajaran. Siswa berkelompok sesuai dengan kelompoknya masing-masing untuk berdiskusi mengerjakan tugas yaitu LKS. Guru memantau dan membimbing siswa kearah penyelesaian soal. Siswa bekerjasama dalam kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 siswa. Guru memberikan tugas pada setiap kelompok untuk didiskusikan dan dikerjakan bersama. Setelah selesai, 2 anggota masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok lain, dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagi informasi dan hasil kerja mereka ketamu mereka. Apabila sudah jelas, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok yang semula dan melaporkan apa yang mereka temukan dari kelompok lain kemudian membandingkan dan membahas hasil pekerjaan mereka. Selanjutnya, beberapa siswa maju untuk mempresentasikan hasil diskusi dan siswa yang lain memberikan komentar. Sedangkan guru akan memberikan klarifikasi terkait hasil diskusi. Kegiatan Penutup yaitu Siswa dan guru bersama-sama siswa menyimpulkan Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.5 September 2017 18

pelajaran yang telah dipelajari. Siswa mencatat kesimpulan materi pelajaran. Penerapan model TSTS dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran pada pokok bahasan persamaan garis lurus di kelas VIII D SMP Negeri 1 Kartasura tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini terbukti dari hasil observasi siklus I dan hasil observasi siklus II bahwa rata-rata keaktifan mengalami peningkatan dari yaitu 63,72% pada siklus I dan 78,88% pada siklus II. Apabila dibandingkan dengan siklus I maka terjadi peningkatan pada siklus II yaitu sebesar 15,16%. Penerapan model TSTS yang dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Kartasura tahun pelajaran 2015/2016 berdampak positif terhadap ketuntasan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dari hasil tes sikus I dan siklus II mengalami peningkatan dan mencapai target yang telah dietapkan. Persentase siswa yang mempunyai nilai di atas KKM pada siklus I sebesar 43,75% dan siklus II sebesar 78,12%. Saran terhadap penelitian ini adalah: (1) Siswa hendaknya memahami pentingnya interaksi dengan siswa lain dalam kegiatan kelompok sehingga menumbuhkan sikap keberanian dalam menyampaikan pendapat, jawaban, atau pertanyaan dan secara tidak langsung dapat membantu menyelesaikan permasalahan selama proses pembelajaran sehingga siswa mampu memaksimalkan potensi yang dimilikinya misal dalam kegiatan diskusi kunjungan dalam model pembelajaran TSTS.(2) Guru sebaiknya lebih memperhatikan model pembelajaran yang mampu melibatkan siswa secara aktif, meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan adalah dengan teknik TSTS. Diharapkan TSTS ini dapat digunakan sebagai alternatif yang digunakan dan dapat diintegrasikan dengan model pembelajaran lain karena TSTS bisa meningkatkan keaktifan. (3) Diharapkan model pembelajaran kooperatif teknik TSTS ini dapat digunakan sebagai metode alternatif yang digunakan di SMP Negeri 1 Kartasura dan dapat digunakan secara bergantian dengan teknik pembelajaran kooperatif lainnya karena dengan model pembelajaran kooperatif teknik TSTS dapat meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa. (4) Kepada peneliti lain yang tertarik dengan model pembelajaran kooperatif teknik TSTS diharapkan mampu menyempurnakan kekurangan yang ada di dalam penelitian ini. Disarankan untuk dapat menggunakan model ini pada tingkat dan materi yang berbeda dengan sudut pandang peninjauan yang sama atau sudut pandang peninjauan yang lain. Peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sjenis sedapat mungkin mampu mengatasi kekurangan berupa alokasi waktu yang cukup panjang. Hal ini dapat diatasi dengan cara menganalisis kembali perangkat pembelajaran yang telah dibuat untuk disesuaikan dengan materi pembelajaran agar Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.5 September 2017 19

lebih baik dari penelitian sebelumnya. DAFTAR PUSTAKA [1] Arifah, Nur aini. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Ekonomi di SMA N 1 Teras Boyolali. Surakarta: UNS Press. [6] Suwandi, Sarwiji. 2011. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) & Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta : Yuma Pustaka. [2] Arikunto, S., Suhardjono dan Sapardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara. [3] Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta. [4] Primandaru, Yustinus. 2012. Meningkatkan Keaktifan Siswa dalam Pembelajran IPA Tentang Sumber Daya Allam Melalui Model Pembelajaran KooperatifTipe Make A Match pada Siswa Kelas IV SD Negeri Dukuhan Kerten Surakarta Tahun 2011-2012. Surakarta : UNS Press. [5] Ramlah, Firmansyah,D., dan Zubair,H. 2014. Pengaruh Gaya Belajar dan Keaktifan Siswa terhadap Prestasi Belajar Matematika (Survey pada SMP Negeri di Kecamatan Klari Kabupaten Karawang. Jurnal Ilmiah Solusi, 1 (3) September- Nopember 2014: 68-75. Diperoleh 9 Agustus 2015 dari digilib.unsika.ac.id. Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.5 September 2017 20