BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Manusia mempunyai kecenderungan untuk tetap hidup dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gizinya (BKP, 2013). Menurut Suhardjo dalam Yudaningrum (2011), konsumsi

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

22/02/2017. Outline SURVEI KONSUMSI PANGAN. Manfaat survei konsumsi pangan. Metode Survei Konsumsi Pangan. Tujuan Survei Konsumsi Pangan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal.

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT

METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

Peran Perempuan Pada Upaya Penganekaragaman Pangan Di Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang

BAB I PENDAHULUAN. strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional, bahkan politis.

ANALISIS KEBUTUHAN PANGAN DI KECAMATAN RUMBAI PESISIR KOTA PEKANBARU. Niken Nurwati, Enny Mutryarny, Mufti 1)

DINAMIKA POLA DAN KERAGAMAN KONSUMSI RUMAH TANGGA PERDESAAN PADA AGROEKOSISTEM LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS NERACA BAHAN MAKANAN (NBM) DAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KABUPATEN SIDOARJO

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA ANALISISS KERAGAAN DAN STRATEGI PENCAPAIAN DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN PROVINSI BANTEN

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PADI DI DESA MALIGAS TONGAH KECAMATAN TANAH JAWA KABUPATEN SIMALUNGUN 2014

BAB III METODE PENELITIAN. belum mampu memenuhi kebutuhan hidup sebagian besar petani di Indonesia. Hal

BAB 2 LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola

Faktor Pendukung Peningkatan Kualitas

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

HARGA BAHAN PANGAN POKOK DI TINGKAT KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi yang berkualitas dapat diwujudkan apabila makanan yang. kesadaran terhadap pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman.

POLA KONSUMSI PANGAN

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes

SUSTAINABLE DIET FOR FUTURE

Zulfadly Urufi, Salahudin, Tofan Dwi Rahardjo. Abstrak

TINJAUAN PUSTAKA Ketahanan Pangan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam melakukan kegiatan sehingga juga akan mempengaruhi banyaknya

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

Pola Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia 2013

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) DI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO

POLA PANGAN HARAPAN PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN BANMATI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO

PERBEDAAN POLA PANGAN HARAPAN DI PEDESAAN DAN PERKOTAAN KABUPATEN SUKOHARJO (Studi di Desa Banmati dan Kelurahan Jetis)

PERENCANAAN KEBUTUHAN PANGAN PADA REPELITA VI DI TIGA PROPINSI DI INDONESIA (Penerapan Pedoman Pola Pangan Harapan)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI

METODE PENELITIAN. Jumlah sampel dalam kecamatan (KK) Nama Desa. KK tidak

Kata Pengantar. Assalamu alaikum Wr. Wb.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pangsa Pengeluaran Pangan Rumah Tangga. Ketahanan pangan merupakan kondisi dimana terpenuhinya pangan bagi

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk

Program Studi : Ilmu Gizi / Ilmu Kesehatan Masyarakat (Lingkari salah satu) Umur Sampel : tahun

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI

TINJAUAN PUSTAKA. Konsumsi Pangan dan Faktor yang Mempengaruhinya

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT. Nur Indrawaty Liputo. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014

ANALISIS POLA KONSUMSI PANGAN DAN TINGKAT KONSUMSI BERAS DI DESA SENTRA PRODUKSI PADI

Identifikasi Sumber Makanan Pokok untuk Meningkatkan Sistem Ketahanan Pangan Menggunakan Analisa Hirarki Process (AHP)

PERAN SEKTOR INDUSTRI DALAM MENDUKUNG KEANEKARAGAMAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. peradaban masyarakat untuk memenuhi kualitas hidup semakin dituntut

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. sandang, papan, pendidikan dan kesehatan. Pangan berfungsi sebagai sumber tenaga

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Baliwati, dkk,

NERACA BAHAN MAKANAN BAB I PENDAHULUAN

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014

Gambar 1.1 Persentase konsumsi pangan di Indonesia

Transkripsi:

11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia mempunyai kecenderungan untuk tetap hidup dengan mempertahankan bakat dan kehidupan sosialnya. Sebagai konsekuensinya, manusia harus memenuhi kebutuhan hidupnya, baik primer maupun sekunder agar hidup layak sesuai dengan harkatnya sebagai anggota masyarakat. Kebutuhan pangan untuk konsumsi rumah tangga merupakan kebutuhan pokok dalam kelangsungan hidup. Selain ketersediaannya juga perlu diperhatikan, pola konsumsi pangan rumah tangga atau keseimbangan kontribusi diantara jenis pangan yang dikonsumsi juga harus diperhatikan sehingga dapat memenuhi standar gizi yang dianjurkan. Kebutuhan terbagi dalam arti sempit dan arti luas. Dalam arti sempit, kebutuhan meliputi barang dan jasa, sedangkan dalam arti luas, kebutuhan meliputi kebutuhan akan pendidikan, kesehatan, sosial, transportasi, dan lain sebagainya. Kebutuhan pokok merupakan tingkat minimum yang harus dipenuhi oleh seseorang. Hal ini berarti kebutuhan pokok setiap kalangan masyarakat berbeda. Kebutuhan pokok bersifat spesifik karena dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti latar belakang budaya, jenis kelamin, pendidikan, dan lain sebagainya. 11

12 Untuk dapat menyediakan kebutuhan dasar dari sebuah rumah tangga, perlu diketahui konsep kebutuhan dasar rumah tangga yang disesuaikan dengan tingkat pendapatannya. Artinya masing-masing masyarakat dapat menentukan apa yang diperlukan maupun berapa jumlah yang dibutuhkan. 2.1.2. Pola Konsumsi Pangan Pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Pola konsumsi masyarakat ini dapat menunjukkan tingkat keberagaman pangan masyarakat yang selanjutnya dapat diamati dari parameter Pola Pangan Harapan (PPH). Hasil Widya Karya Nasiona Pangan dan Gizi (WKNPG) VIII tahun 2004 menetapkan bahwa Angka Kecukupan Gizi/Energi (AKG/AKE) di tingkat konsumsi sebesar 2000 kkal per kapita per hari dan protein sebesar 52 gram per kapita per hari, serta 57 gram per kapita per hari di tingkat ketersediaan (BKP Bengkulu, 2011). Bahan pangan yang dikonsumsi sehari-hari dikelompokkan menjadi 9 (sembilan) kelompok besar. Secara nasional, bahan pangan dikelompokkan sebagai berikut: a. Padi-padian : beras, jagung, sorghum, dan terigu b. Umbi-umbian : ubi kayu, ubi jalar, kentang, talas, sagu, dan umbi lainnya c. Pangan hewani : ikan, daging, susu, dan telur d. Minyak dan lemak : minyak kelapa, minyak sawit (minyak goreng, margarin, minyak jagung) e. Buah/biji berminyak : kelapa, kemiri, jambu mete, dan coklat 12

13 f. Kacang-kacangan : kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang merah, dan kacang lainnya g. Gula : gula pasir, gula merah h. Sayur dan buah : semua jenis sayuran dan buah-buahan yang biasa dikonsumsi i. Lain-lain : teh, kopi, sirup, bumbu-bumbuan, makanan dan minuman jadi. Pola konsumsi pangan sangat ditentukan oleh faktor sosial ekonomi rumah tangga, seperti pendapatan, harga pangan, selera dan kebiasaan makan. Dalam melakukan survei pola konsumsi pangan di Desa Kepala Sungai, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat menggunakan pendataan jenis dan jumlah bahan pangan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat di daerah penelitian. 2.1.3. Pola Pangan Harapan Pola Pangan Harapan (PPH) atau Desireable Dietary Pattern adalah susunan beragam pangan yang didasarkan pada sumbangan energi dari kelompok pangan utama (baik secara absolut maupun relatif) dari suatu pola ketersediaan dan atau konsumsi pangan. Menurut Khomsan (2004), PPH adalah suatu konsumsi norma (standar) pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi penduduk, sekaligus juga mempertimbangkan keseimbangan gizi (nutritional balance) yang didukung oleh cita rasa (palatability), daya cerna (digestibility), kuantitas dan kemampuan daya beli (affortability). Pola Pangan Harapan (PPH) dapat digunakan sebagai ukuran keseimbangan dan keanekaragaman pangan dengan terpenuhi kebutuhan energi dari berbagai kelompok pangan. Skor pola konsumsi pangan mencerminkan mutu gizi 13

14 konsumsi pangan dan tingkat keragaman konsumsi pangan serta mencerminkan susunan konsumsi pangan anjuran. Susunan menu pada setiap waktu makan sebaiknya terdiri dari makanan pokok, satu jenis lauk hewani, satu jenis lauk nabati, satu jenis hidangan sayur, dan satu jenis buah. Hal ini diperlukan agar terciptanya pola konsumsi yang seimbang dan juga merata. Untuk mempermudah dalam penyusunan menu, digunakan Ukuran Rumah Tangga (URT) dan Daftar Bahan Penukar Pangan (DBPP). Tabel 2.1. Standar Pola Pangan Harapan (PPH) Nasional No Kelompok Pangan Skor PPH 1. Padi-padian 25 2. Umbi-umbian 2,5 3. Pangan Hewani 24 4. Minyak dan Lemak 5 5. Buah/Biji Berminyak 1 6. Kacang-kacangan 10 7. Gula 2,5 8. Sayur dan Buah 30 9. Lain-lain 0 Total 100 Sumber : Badan Ketahanan Pangan Sumatera Utara 2.2. Landasan Teori 2.2.1. Teori Konsumsi Engel Hukum Engel menyatakan bahwa semakin kecil pendapatan seseorang, semakin besar bagian dari pendapatan yang digunakan untuk konsumsi pangan. Sebaliknya, semakin besar pendapatan seseorang, semakin kecil bagian dari pendapatan yang digunakan untuk konsumsi pangan. Engel menyatakan empat kesimpulan dari teori yang dikemukakan, yaitu: 1. Jika pendapatan meningkat, maka persentasi pengeluaran untuk konsumsi pangan semakin kecil. 14

15 2. Persentase pengeluaran untuk konsumsi pakaian relatif tetap dan tidak tergantung pada tingkat pendapatan. 3. Persentase pengeluaran konsumsi untuk pengeluaran rumah relatif tetap dan tidak tergantung pada tingkat pendapatan. 4. Jika pendapatan meningkat, maka persentase pengeluaran untuk pendidikan,kesehatan,rekreasi,barang mewah,dan tabungan semakin meningkat. 2.2.2. Karakteristik Sosial Ekonomi Konsumen memiliki karakteristik sosial ekonomi yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Dimana karakteristik sosial ekonomi tersebut berhubungan dengan permintaan konsumen terhadap pola konsumsi pangan rumah tangga. Menurut Sumarwan (2004), ada beberapa karakteristik sosial ekonomi yang berhubungan dengan perilaku konsumen, yaitu: 1. Tingkat pendapatan Pendapatan sangat menentukan pola konsumsi suatu masyarakat. Tingkat pendapatan yang berbeda mempengaruhi jumlah dan jenis bahan pangan dari masing-masing kelompok rumah tangga. Rumah tangga dengan pendapatan tinggi cenderung mengkonsumsi bahan pangan dengan jumlah yang lebih sedikit tetapi kualitas yang lebih tinggi, dan sebaliknya untuk rumah tangga dengan pendapatan rendah. 2. Umur Umur sangat penting dalam menentukan pola konsumsi suatu masyarakat, karena konsumen yang berbeda umur akan mengkonsumsi pangan yang berbeda juga. Perbedaan umur akan mengakibatkan perbedaan selera terhadap suatu jenis 15

16 pangan. Ketika umur semakin bertambah, maka orang akan semakin mengurangi konsumsi pangannya, dan sebaliknya. 3. Jumlah anggota keluarga Jumlah anggota rumah tangga akan mempengaruhi konsumsi pangan. Rumah tangga dengan jumlah anggota keluarga yang lebih banyak akan mengkonsumsi pangan dengan jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan rumah tangga dengan jumlah anggota keluarga yang lebih sedikit. Untuk mencukupi konsumsi pangan seluruh anggota rumah tangga, maka pada kondisi ini pula lebih mengutamakan kuantitas dibandingkan kualitas pangan. 4. Jumlah belanja per hari Jumlah belanja per hari juga ikut menentukan pola konsumsi pangan masingmasing rumah tangga. Harga bahan pangan yang beragam dan berfluktuasi menyebabkan masyarakat menjadi lebih selektif dalam memilih bahan pangan yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing rumah tangga. Ketika jumlah belanja per hari semakin tinggi, maka akan mengakibatkan jumlah bahan pangan yang dibelanjakan semakin banyak pula, sehingga konsumsi juga akan semakin tinggi pula. 2.3. Penelitian Terdahulu Isnawaty, D. (2004) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Karyawan PT. Astra Credit Companies Medan menyimpulkan bahwa pendapatan dan jumlah tanggungan berpengaruh nyata terhadap pola konsumsi karyawan PT. Astra Credit Companies Medan. 16

17 Widyaningsih, R. (2000) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Masyarakat (Studi Kasus: Kentucky Fried Chicken dan Wong Solo Cabang Medan) menyimpulkan bahwa jumlah pendapatan, jumlah anggota keluarga, dan selera masyarakat berpengaruh nyata terhadap pola konsumsi masyarakat (konsumen KFC dan Wong Solo Cabang Medan). Selain itu, dari ketiga variabel independent, jumlah pendapatan merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi pengeluaran untuk mengkonsumsi ayam di KFC dan Wong Solo Cabang Medan. Krishanti, D. (2000) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Masyarakat (Studi Kasus: Pengemudi Becak di Kecamatan Medan Helvetia) menyimpulkan bahwa tingkat pendapatan dan jumlah anggota keluarga berpengaruh nyata terhadap pola konsumsi masyarakat, sedangkan tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap pola konsumsi masyarakat. Hasibuan, M. (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pola Konsumsi Pangan Non Beras Sumber Karbohidrat di Kecamatan Medan Tuntungan menyimpulkan bahwa secara parsial hanya pendapatan dan jumlah anggota keluarga yang berpengaruh nyata terhadap konsumsi pangan non beras sumber karbohidrat sedangkan variabel lain seperti umur dan tingkat pendidikan secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi pangan non beras sumber karbohidrat. Secara serempak, keempat faktor berpengaruh nyata terhadap konsumsi pangan non beras sumber karbohidrat. 17

18 2.4. Kerangka Pemikiran Penelitian dilakukan di Desa Kepala Sungai, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat dengan sasaran responden ibu rumah tangga di Desa Kepala Sungai. Pola konsumsi pangan tiap rumah tangga masing-masing berbeda, baik dalam jumlah maupun jenis. Polakonsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsimayarakat dan dapat menunjukkan tingkat keberagaman pangan mayarakat. Pola konsumsi pangan dapat diketahui dengan menghitung jumlah konsumsi pangan masing-masing rumah tangga per harinya. Pola konsumsi pangan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang digunakan adalah tingkat pendapatan rumah tangga, jumlah anggota keluarga, umur, dan jumlah belanja per hari. Keempat faktor tersebut akan dianalisis untuk mengetahui adanya pengaruh terhadap pola konsumsi pangan rumah tangga di daerah penelitian. Pola konsumsi pangan akan membentuk skor Pola Pangan Harapan (PPH) di daerah penelitian, yaitu Desa Kepala Sungai. Kemudian, skor PPH di Desa Kepala Sungai akan dibandingkan dengan PPH Ideal Nasional, sehingga akan diketahui skor PPH di Desa Kepala Sungai ideal atau tidak ideal. 18

19 tangga: Berikut adalah skema pemikiran yang mempengaruhi pola konsumsi rumah Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga 1. Tingkat Pendapatan Rumah Tangga 2. Jumlah Anggota Keluarga 3. Umur 4. Jumlah Belanja per Hari Pola Pangan Harapan Pola Pangan Harapan Ideal Ideal Tidak Ideal Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga di Desa Kepala Sungai, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat Keterangan: : Menyatakan pengaruh : Menyatakan hubungan : Menyatakan perbandingan 19

20 2.5. Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pola konsumsi di Desa Kepala Sungai, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat belum mencapai angka ideal yang beragam dan berimbang. 2. Tingkat pendapatan rumah tangga, jumlah anggota keluarga, umur, dan jumlah belanja per hari berpengaruh terhadap pola konsumsi pangan rumah tangga di Desa Kepala Sungai, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat baik secara serempak maupun secara parsial. 20