BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional.

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang meningkat. Sekalipun

Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah)

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara, penyedia lapangan kerja, dan juga sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perkebunan merupakan sektor yang berperan sebagai penghasil devisa

Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan.

I. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang

BAB I PENDAHULUAN. Produksi dari suatu usaha penangkapan ikan laut dan perairan umum sebahagian

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 latar Belakang Tanaman karet memiliki peranan yang cukup besar dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Kedaulatan pangan adalah konsep pemenuhan pangan melalui produksi lokal.

I. PENDAHULUAN. sebagai pihak yang menyewakan lahan atau sebagai buruh kasar. Saat itu,

BAB I PENDAHULUAN. lagi sayuran dan buah buahan, karena kedua jenis bahan makanan ini banyak

LAMPIRAN A PERHITUNGAN DATA PENGUJIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas

Lampiran 1. Data Luas Panen dan Produksi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an,

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena pupuk kimia lebih mudah diperoleh dan aplikasinya bagi tanaman

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk yang menguntungkan kan adalah jamur konsumsi. konsumsi atau sering dikenal dengan istilah mushroom merupakan bahan

PENDAHULUAN. banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, isi kebun di Indonesia adalah berupa tanaman buah-buahan,

AGRIBISNIS UBI KAYU DI PROPINSI SUMATERA UTARA DIANA CHALIL. Fakultas Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Sumatera Utara

AGRIBISNIS UBI KAYU DI PROPINSI SUMATERA UTARA DIANA CHALIL. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber mata pencarian mayoritas penduduknya. Dengan demikian,

ANALISIS PERKEMBANGAN KAKAO RAKYAT PADA TIGA KABUPATEN SENTRA PRODUKSI DI PROVINSI SUMATERA UTARA

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Kopi Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang telah di ekspor

I. PENDAHULUAN. Kopi menjadi komoditi penting dan merupakan komoditi paling besar

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

Lampiran 1. Sampel. Universitas Sumatera Utara

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Sumatera Utara Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting, karena selain

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA. Mitrawan Fauzi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya memegang peranan penting dari

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Di antara sayur sayuran yang dapat dibudidayakan di Indonesia, sawi adalah

ANALISIS PRODUKSI DAN PEMASARAN UBI KAYU (Studi Kasus: Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang)

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

PENDAHULUAN. perairan darat yang sangat luas dibandingkan negara Asean lainnya. Sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. berbagai jenis tanaman. Karena itu pertanian merupakan salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan

BAB I PENDAHULUAN. tropis yang dapat tumbuh dimana saja, terkecuali pada tempat tempat yang terlalu tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Bagi Indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Bahkan di

I. PENDAHULUAN. dibandingkan jumlah kebutuhan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam mengatur dan mengurus rumah

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. ekor/tahun dan terdiri dari 240 jenis ikan hias air laut (marine ornamental fish)

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis merupakan serangkaian kegiatan yang terkait dengan upaya

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI :

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan tumbuh-tumbuhan dan

Lampiran 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Buah Manggis Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu daerah pada dasarnya merupakan kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

PENDAHULUAN. dan banyak penduduk masih bergantung pada sektor ini, sehingga di masa

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Di Provinsi Sumatera Utara Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. politik. Oleh karena itu, ketersediaan beras yang aman menjadi sangat penting. untuk mencapai ketahanan pangan yang stabil.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015

Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2010.

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional. Hal ini terlihat dari peranan sektor perkebunan kopi terhadap penyediaan lapangan kerja, penyedia devisa negara melalui ekspor. Dalam hal penyediaan lapangan kerja usahatani kopi dapat memberi kesempatan kerja yaitu sebagai pedagang pengumpul hingga eksportir, buruh perkebunan besar dan buruh industri pengolahan kopi. Indonesia pernah mengalami penurunan produksi kopi hal ini disebabkan oleh umur kopi yang sudah cukup tua dan pemeliharaan yang tidak intensif. Namun, hal tersebut masih dapat ditingkatkan dengan cara merehabilitas tanaman kopi yang tidak produktif lagi dan meningkatkan pemeliharaan terhadap tanaman kopi tersebut. Dengan demikian, peranan kopi tetap dapat dipertahankan dan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan nasional (Retnandari dan Tjokrowinoto, 1991). Kopi merupakan salah satu jenis tanaman tropis, yang dapat tumbuh dimana saja, terkecuali pada tempat-tempat yang terlalu tinggi dengan temperatur yang sangat dingin atau daerah-daerah tandus yang memang tidak cocok bagi kehidupan tanaman. Mutu kopi yang baik sangat tergantung pada jenis bibit yang ditanam,keadaan iklim dan tinggi tempat. Karena meluasnya perkebunan kopi, maka hasilnya dapat melimpah, tetapi produksi belum sampai puncaknya, tibatiba timbul serangan penyakit daun yang sangat ganas sehingga menimbulkan kerugian yang sangat besar (AAK, 1991). 1

2 Produsen atau petani Kopi Arabika perlu mempelajari informasi pasar dalam menyalurkan hasil usahataninya. Informasi pasar ini mencakup tipe pasar dari bermacam-macam produk yang dihasilkan, variasi harga musiman dan trend harga dari hasil usahatani kopi. Disamping itu, petani harus bisa merencanakan penjualan yang efektif dan bisa menyesuaikan rencana produksi dan arah perubahan harga. Petani kopi biasanya menjual hasilnya kepada wholesaler (grosir dan speculator) di pasar pusat secara kontak, artinya perjanjian antara penjual dan pembeli bahwa penerimaan sejumlah barang yang macam dan mutu tertentu dengan harga tertentu pada waktu tertentu di masa depan (Rahardi, 1995). Petani dapat memperbaiki cara pemasaran dan harga kopinya dengan cara mengkaitkan diri dengan rantai pasok, sebagaimana model yang pernah disampaikan sebelumnya. Kondisi seperti ini akan memberikan peluang bagi petani untuk mendapatkan informasi-informasi seperti tentang pasar kopi, persyaratan sertifikasi, mutu kopi, dan informasi teknis. Para petani biasanya dapat memperoleh pelayanan, informasi, dan harga yang lebih baik jika mereka berkelompok. Para petani yang menjual kopinya secara lewat kelompok tani biasanya mendapatkan harga lebih baik dibanding menjual kopinya secara sendirisendiri. Dengan mendapatkan pengetahuan tentang pasar, harga, mutu dan masalah-masalah teknis para petani dapat memperoleh harga jual kopinya lebih baik (Ginting, 2006). Badan-badan yang berusaha dalam menggerakkan barang dari produsen sampai konsumen melalui jual beli, dikenal sebagai pedagang perantara (middleman). Berdasarkan pemilikan barang dagangan, mereka dibagi ke dalam dua kelompok,

3 yaitu kelompok yang memiliki barang dagangan dan kelompok yang tidak memiliki barang dagangan. Kelompok yang memiliki barang dagangan adalah mereka yang membeli dan menjual barang dengan maksud memperoleh laba dankeharusan memikul resiko. Kelompok yang tidak memiliki barang dagangan adalah mereka yang hanya melaksanakan beberapa fungsi tataniaga tertentu dengan memperoleh upah sebagai balas jasa atas pelaksanaan fungsi tersebut, yang sering disebut juga sebagai agen (Rahardi, 1995). Pedagang besar (grosir atau wholesaler) memperdagangkan barang dalam jumlah besar. Pedagang ini aktif di pasar-pasar pusat dan memperoleh barang dari pedagang pengumpul lokal (tengkulak). Pedagang besar sering pula mendatangi pasar pelelangan di daerah produksi untuk membeli barang secara langsung dari produsen. Kemudian barang dagangan itu dijual dalam jumlah lebih kecil kepada pedagang eceran. Selain tugas utamanya melayani permintaan pedagang pengecer, wholesaler juga menjual barang dagangannya ke hotel, restoran, pabrik pengolahan atau lembaga lainnya (Ginting, 2006). Menanggulangi besarnya biaya yang dikeluarkan, pedagang besar akan mengambil kebijakan-kebijakan di dalam usahanya, khususnya kebijakan di dalam pemasaran dan lebih khusus lagi adalah kebijakan harga penjualannya. Salah satu masalah dalam pemasaran pertanian adalah kecilnya persentase harga yang diterima oleh petani dari harga yang dibayar konsumen. Salah satu faktor dalam masalah pemasaran tersebut adalah lemahnya posisi petani di dalam pasar (Soekartawi, 2002).

4 Lembaga pengecer adalah perantara yang menjual barang-barang dalam jumlah kecil secara langsung kepada para konsumen akhir. Biasanya lembaga ini menerima barang dari wholesaler dan terkadang dari pedagang pengumpul lokal (tengkulak) ataupun produsen. Pedagang eceran ini mempunyai fungsi dalam pembelian barang yang mencakup pencarian sumber penawaran, menghimpun barang yang akan disalurkan kepada konsumen, menganalisa secara terus-menerus barang apa yang akan dibeli oleh konsumen serta menetapkan waktu pembelian dan harga pembelian barang tersebut (Rahardi, 1995). Pemasaran adalah kegiatan bisnis yang ditunjukkan untuk memberi kepuasan dari barang dan jasa yang dipertukarkan kepada konsumen. Perpindahan barang dan jasa mulai dari subsistem pengadaan atau penyaluran input pertanian, produsen pertanian, pedagang pengumpul dan lembaga-lembaga yang turut serta di dalam proses pemasaran. Biaya pemasaran dan keuntungan pedagang termasuk tinggi dan pembagian hasil pendapatan dari harga produk kurang adil, dengan kata lain pemberian balas jasa fungsi pemasaran serta balas jasa diantara pedagang perantara kurang sesuai dengan sumbangannya masing-masing (Ginting, 2006). Provinsi Sumatera Utara (Sumut) selama ini dikenal sebagai salah satu daerah penghasil Kopi Arabika terbesar di Indonesia. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, Kabupaten penghasil Kopi Arabika terbesar di Sumatera Utara ialah Kabupaten Samosir, yakni sebesar 2.712 ton/ha selama tahun 2013, hal ini disebabkan karena di Kabupaten Samosir semua petani kopi menanam Kopi Arabika. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

5 Tabel 1. Luas Tanaman dan Produksi kopi Arabika Perkebunan Rakyat Menurut Kabupaten, 2010-2013. Kabupaten/Kota Luas Tanaman(Ha) Produksi TBM TM TTM Jumlah (ton) Kabupaten 1. Nias - - - - - 2. Mandailing Natal 516,00 1 188,00 60,00 1 764,00 1 273,00 3. Tapanuli Selatan - - - - - 4. Tapanuli Tengah - - - - - 5. Tapanuli Utara 3 660,00 9 809,00 299,00 13 768,00 10 123,00 6. Toba Samosir 640,00 2 003,00 194,00 2 837,00 2 353,00 7. Labuhanbatu - - - - - 8. Asahan - - - - - 9. Simalungun 882,00 5 991,00 206,00 7 079,00 8 475,00 10. Dairi 2 292,00 7 398,00 927,00 10 617,00 9 583,00 11. Karo 895,00 4 797,00 198,00 5 890,00 6 848,00 12. Deli Serdang 145,00 543,00 12,00 700,00 546,00 13. Langkat - - - - - 14. Nias Selatan - - - - - 15. Humban Hasundutan 2 896,00 7 298,00 1 131,00 11 325,00 5 899,00 16. Pakpak Bharat 150,00 1 170,00 65,00 1 385,00 1 233,00 17. Samosir 1 230,00 2 659,00 304,00 4 193,00 2 712,00 18. Serdang Bedagai - - - - - 19. Batu Bara - - - - - 20. Padang Lawas Utara - - - - - 21. Padang Lawas - - - - - 22. Labuhanbatu Selatan - - - - - 23. Labuhanbatu Utara - - - - - 24. Nias Utara - - - - - 25. Nias Barat 3,00 13,00 4,00 20,00 7,00 Kota 78. Gunungsitoli - - - - - Sumatera Utara 2013 13 309,00 42 869,00 3 400,00 59 578,00 49 052,00 2012 14 069,91 41 142,84 3 851,25 59 064,00 47 230,23 2011 13 904,48 42 452,71 2 787,48 59 144,67 48 354,26 2010 14 198,34 41 003,45 2 519,27 57 721,06 47 755,11 Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2014 Kopi Arabika merupakan komoditi unggulan Kabupaten Samosir yang sangat potensial untuk dikembangkan karena kondisi geografis Kabupaten Samosir terletak pada wilayah dataran tingggi dengan ketinggian antara 700-1.700 mdpl dengan komposisi : 700 m s/d 1.000 mdpl = ± 10% 1.000 m s/d 1.500 mdpl = ±25% >1.500 mdpl = ±65% merupakan daerah yang cocok untuk pengembangan

6 berbagai jenis tanaman agribisnis dan hortikultura khususnya kopi dengan syarat tumbuh 1000 mdpl. Kabupaten Samosir merupakan daerah perkebunan Kopi Arabika yang memiliki potensi yang baik apabila dikelola dengan baik dengan meningkatkan kualitas budidaya tanaman dan luas lahan dari tanaman. Berdasarkan keterangan tersebut maka Kabupaten Samosir dipilih sebagai daerah penelitian dengan harapan agar daerah tersebut dapat menjadi salah satu sentra produksi Kopi Arabika di masa yang akan datang melalui kerja sama antara semua pihak yang terkait dalam upaya mengembangkan komoditi Kopi Arabika. Tabel 2. Luas Tanam, Produksi, dan Produktivitas Kopi Arabika menurut Kecamatan di Kabupaten Samosir No Kecamatan Luas Tanam Produksi Produktivitas (Ha) (ton) (ton/ha) 1 Sianjur Mulamula 405,40 334,22 0,82 2 Harian 194,70 114,09 0,585 3 Sitiotio 128,50 124,98 0,972 4 Onanrunggu 286,50 192,18 0,670 5 Nainggolan 218,00 158,71 0,728 6 Palipi 602,50 332,62 0,552 7 Ronggur Nihuta 1.447,00 997,11 0,689 8 Pangururan 626,00 447,39 0,714 9 Simanindo 523,30 247,57 0,470 Jumlah 4.431,90 2.948,68 0,68 Sumber : Badan Pusat Statistik Samosir dalam Angka diolah, 2012 Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa Kecamatan Ronggur Nihuta merupakan Kecamatan dengan luas tanam terbesar dari sembilan kecamatan yang ada di Kabupaten Samosir dengan luas tanam terbesar yakni 1.447 ha, produksi 997,11 ton dan produktivitas 0,689 ton/ha dan bukan merupakan produktivitas tertinggi meskipun produksi dan luas tanam terbesar dari antar kecamatan.

7 Walaupun kopi merupakan salah satu komoditi yang sudah berkembang, namun dalam berusahatani kopi ada beberapa hambatan yang dihadapi oleh petani dalam berusaha kopi, yaitu pedagang yang bukan berasal dari Kabupaten Samosir merupakan penentu harga sedangkan petani tidak mempunyai posisi tawar yang memadai. Dengan kondisi demikian mungkin saja petani hanya mendapatkan keuntungan yang sedikit. Di Desa Paraduan Kecamatan Ronggur Nihuta Kabupaten Samosir saat ini 93% petani yang berada di daerah tersebut berusahatani kopi dan masih kesulitan dalam memasarkan serta mendistribusikan hasil usahatani Kopi Arabika mereka, dikarenakan terbatasnya sumber daya manusia yang dapat memasarkan usahatani Kopi Arabika tersebut. Disamping itu, Struktur pasar di daerah penelitian yang kurang mendukung para petani menyebabkan mereka kurang memperoleh informasi akan pembentukan harga yang terjadi sebenarnya di pasar, padahal sebagian besar hasil usahataninya dipasarkan ke luar daerah dan bukan untuk konsumsi pribadi. Hal inilah yang menjadi latar belakang penulis untuk melakukan riset tentang analisis sistem agribisnis Kopi Arabika. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian di atas maka masalah penelitian ini diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Bagaimana sistem agribisnis kopi Arabika yang meliputi sub-sistem praproduksi, sub-sistem produksi, dan sub-sistem post produksi di daerah penelitian? 2. Bagaimana keterkaitan antar subsistem agribisnis kopi Arabika di daerah penelitian?

8 3. Apa faktor-faktor dominan yang mempengaruhi pendapatan usahatani kopi Arabika di daerah penelitian? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis bagaimana sistem agribisnis kopi Arabika yang meliputi sub-sistem pra-produksi, sub-sistem produksi, dan sub-sistem post produksi di daerah penelitian. 2. Untuk menganalisis keterkaitan antar subsistem agribisnis kopi Arabika di daerah penelitian. 3. Untuk menganalisis apa saja faktor-faktor dominan yang mempengaruhi pendapatan usahatani kopi Arabika di daerah penelitian. 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian yang harus dilakukan adalah : 1. Penelitian dan penulisan ini dilakukan sebagai sumber informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan. 2. Penelitian dan penulisan ini ditujukan bagi kalangan akademisi, yang dapat menambah dan memperkaya bahan kajian teori untuk pengembangan penelitian selanjutnya.