MATERI SIDANG PENDIDIKAN GRUP II PROGRAM PELATIHAN BERKOMPETENSI ANGGOTA AFFAVETI



dokumen-dokumen yang mirip
RANAH RANAH. Misalnya : istilah fakta aturan urutan metode

RANAH-RANAH TAKSONOMI BLOOM RANAH KOGNITIF-PENGETAHUAN (KNOWLEDGE) Kategori Kemampuan Internal Kata-kata Kerja Operasional Jenis Perilaku

RANAH-RANAH TAKSONOMI BLOOM

Taksonomi Perilaku. 1.mengidentifikasikan. C1 Pengetahuan Mengatahui... Misalnya: istilah, kata benda, kata kerja

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut arti leksikal Hasil adalah sesuatu yang diadakan. 10 Sedangkan belajar

Perencanaan : Pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan

BAB II KAJIAN TEORI. 1 penelitian sosiologi.blogspot.com /2013/03/kajian-sosiologi.perpolisian-masyarakat.html

Pengembangan Media Pembelajaran

SILABUS. : Mengembangkan media video/tv dalam konteks pembelajaran/pendidikan

Taksonomi Bloom (Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor) serta Identifikasi Permasalahan Pendidikan di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

KODE ETIK PROFESI ANGGOTA ASOSIASI FARMAKOLOGI DAN FARMASI VETERINER INDONESIA (AFFAVETI) PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

SILABUS. : Mengembangkan bahan ajar sesuai dengan prinsip-prinsip bahan ajar yang baik dan benar.

MERUMUSKAN KEMAMPUAN AKHIR. Kemampuan akhir yang diharapkan dirumuskan menggunakan kalimat kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. spesialis, dan doktor. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik,

PROGRAM PEMBELAJARAN BERBASIS BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK. Disusun oleh : Rita Mariyana, M.Pd, dkk.

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus

TAKSONOMI TUJUAN INSTRUKSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. mutu sumber daya manusia menuju era globalisasi yang penuh dengan tantangan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

::Sekolah Pascasarjana IPB (Institut Pertanian Bogor)::

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi lulusan (SKL) pada kriteria kualifikasi sikap, kemampuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan keahlian atau kompetensi tertentu yang harus dimiliki individu agar dapat

PEMBELAJARAN KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK Oleh : As ari Djohar. Definisi belajar berbeda-beda, menurut pendapat tradisional belajar itu ialah

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STRATEGI BELAJAR DI PERGURUAN TINGGI

CONTOH LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN KUR INSTIUSI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Seminar Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Mengajar serta mendidik merupakan perbuatan yang bermanfaat dan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SILABUS MATAKULIAH : BAHASA INDONESIA KODE MATAKULIAH : 2 (SKS TEORI ) PROGRAM STUDI : PTBB DOSEN PENGAMPU : Endang Mulyatiningsih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wita Aprialita, 2013

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

A. Latar Belakang Masalah

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

I. PENDAHULUAN. Implementasi peraturan pemerintah No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF DISERTAI METODE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI

PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL PEMBELAJARAN UNIVERSITAS ESAUNGGUL. Modul merupakan sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan,

Bagian 2. EVALUASI : Prinsip, Karakteristik Kualitas, Taksonomi Hasil Belajar, Ragam Bentuk dan Prosedur.

VIII. RUBRIK PENILAIAN KINERJA GURU

PEMBUKAAN PROGRAM MAGISTER ILMU FARMASI VETERINER

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN TES Untuk dapat memperoleh alat penilaian (tes) yang memenuhi persyaratan, setiap penyusun tes hendaknya dapat mengikuti

PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENDEKATAN LINGKUNGAN DALAM PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang

PPL BLOK WAKTU. Universitas Pendidikan Indonesia

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK PADA MATERI :. KELAS 10/11/12 MA SEMESTER GANJIL/GENAP

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Perilaku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

2015 PENERAPAN PENILAIAN OTENTIK D ALAM RANGKA MENINGKATKAN PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA PAD A MATA PELAJARAN TEKNOLOGI MEKANIK D I SMK

TAHAPAN SKRIPSI. Apa itu Skripsi? Program Ekstensi ILKOM IPB 2014/2015

TEKNIK PENILAIAN TES NON TES

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM) DOSEN

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya yang profesional adalah aspek yang saling berkaitan. dapat meningkat sesuai dengan yang diharapkan.

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya manusia yang bermutu. lagi dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia bangsa

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE ETIK RUMAH SAKIT DAN MAJELIS KEHORMATAN ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA PERSI - MAKERSI

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi serta nilai-nilai budaya dalam bentuk kegiatan pembelajaran, baik. formal di sekolah maupun non formal di masyarakat.

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

Penilaian Proses dan Hasil Belajar

2013, No Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-U

EMOSI DAN SUASANA HATI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

Perubahan Yang Dilakukan: Beban Belajar

PELATIHAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU SMPN 3 NGUNUT

UNIT 5 MERANCANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PELAKSANAAN SKRIPSI PROGRAM STUDI S1 FARMASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ETIKA DAN KEPROFESIAN VETERINER. oleh : Drh.Wiwiek Bagja PB- Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan proses pembelajaran yang baik adalah mengenai hasil belajar

BAB I. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses. karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak.

TAXONOMY BLOOM'S THEORY. Membagi kemampuan belajar menjadi 3 (tiga) domain: Kognitif (Pengetahuan) Psikomotorik (Keterampilan) Afektif (Sikap)

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Satuan Kredit Profesi (SKP) Ikatan Laboratorium Kesehatan Indonesia (ILKI) PENDAHULUAN

Pengembangan Strategi Pemanfaatan Inkubator Akademik Untuk Meningkatkan Karya Akademik Mahasiswa di Lingkungan Fakultas Ekonomi

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. (Dalam bukunya Purwanto,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA MAKASSAR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Felder (1994: 5) menjelaskan bahwa dalam strategi TAPPS siswa mengerjakan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. rendah. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator. Pertama, lulusan dari

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat telah

3. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMA/SMK/MA/MAK

DASAR DAN TEKNIK PENETAPAN KUOTA PESERTA SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2009

Transkripsi:

MATERI SIDANG PENDIDIKAN GRUP II PROGRAM PELATIHAN BERKOMPETENSI ANGGOTA AFFAVETI 1

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Dalam kegiatan sosialisasi AFFAVETI di lingkungan KOM I JABODETABEK dan Sumatera pada 26 Juli 2010 di ruang pertemuan Gd. Asosias Obat Hewan Indonesia (ASOHI), dipaparkan bahwa gaung AFFAVETI dan kemaslahatan AFFAVETI bagi anggota kelak akan dipertanyakan manakala kegiatan AFFAVETI tak dikenal. Pada Tanggal 20 Oktober 2010 selanjutnya dilakukan kegiatan seminar sehari di Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan Gn. Sindur BOGOR. Dalam seminar tersebut banyak terungkap harapan-harapan besar dari para peserta seminar sekaligus sebagai calon pendaftar anggota AFFAVETI baru. Diantara harapan-harapan tersebut diantaranya adalah diharapkan selalu mengadakan pelatihan-pelatihan yang amat diperlukan oleh para anggota serta mampu memberikan nilai penguasaan kompetensi serta diakui ditingkat nasional. Seiring dengan perkembangan zaman dan pengetahuan maka pada bulan Juli 2009, telah disahkan undang-undang no. 18 tahun 2009, tentang peternakan dan kesehatan hewan. Dalam undang-undang tersebut sangat nyata disebutkan bahwa untuk mengimplementasikan pengetahuan sesuai profesi diperlukan dokumen pengakuan penguasaan kompetensi. Oleh sebab itu pada awal Februari 2010, PB PDHI bersama-sama dengan Fakultas Kedokteran Hewan seluruh Indonesia menyusun baku kompetensi mulai dari tingkat Diploma 3 hingga doktoral. Dalam penyusunan tersebut juga disinggung tentang perlunya level kompetensi bagi setiap jenjang pelatihan. Didasarkan uraian tersebut di atas maka dalam konggres nasional ini akan ditetapkan bahwa semua jenjang pelatihan yang dilakukan oleh ONT AFFAVETI harus memiliki tingkat kompetensi tertentu dan memiliki nilai satuan kredit pendidikan berkelanjutan (SKPB) yang ditetapkan oleh PB PDHI. 2. Pelatihan berkompetensi Pelatihan berkompetensi dimaksudkan adalah suatu proses penguasaan ilmu pengetahuan yang dilakukan untuk menguasai 3 faktor yaitu (1) faktor pengetahuan kognitif, (2) pengetahuan faktor afektif dan (3) pengetahuan faktor psikomotor. Ke tiga faktor tersebut harus ada dalam suatu tingkat pelatihan apapun dan hasil akhir pelatihan tersebut dapat dijadikan tolok ukur apakah penguasaan kognitif, afektif dan psikomotor telah berhasil dikuasai oleh pengikut pelatihan. 2

Penguasaan kognitif, afektik serta psikomotor memiliki tingkatan katagori jenis perilaku untuk menguasai hasil pelatihan dari penguasaan kemampuan terendah hingga tertinggi sebagai berikut : Ranah kognitif (C) Tingkatan C Katagori jenis perilaku Kemampuan internal C1 Pengetahuan Mengetahui... Misal : Istilah Fakta Aturan Urutan Metode C2 Pemahaman Menterjemahkan Menafsirkan Memperkirakan Menentukan...dst... - Misal : metode Prosedur Memahami...dst - Misal : konsep Kaidah Prinsip Kaitan antara Fakta Isi pokok Mengartikan/menginterpretasikan... - Misal: tabel, grafik, bagan C3 Penerapan Memecahkan masalah Membuat bagan dan grafik Menggunakan...dst - Misal : metode/prosedur Konsep,kaidah,prinsip C4 Analisa Mengenali kesalahan Membedakan... Misalnya : fakta dari interpretasi Kata kerja operasional Mengidentifikasikan Menyebutkan Menunjukkan Memberi nama pada Menyusun daftar Menggarisbawahi Menjodohkan Memilih Memberikan definisi Menyatakan Menjelaskan Menguraikan Merumuskan Merangkum Mengubah Memberikan contoh tentang Menyadur Meramalkan Menyimpulkan Memperkrakan Menerangkan Menggantikan Menarik kesimpulan Meringkas Mengembangkan Membuktikan Mendemonstrasikan Menghitung Menghubungkan Memperhitungkan Membuktikan Menghasilkan Menunjukkan Melengkapi Menyediakan Menyesuaikan Menemukan Memisahkan Menerima Menyisihkan 3

Data dari kesimpulan Menganalisa... Misal : - Struktur dasar - Bagian-bagian - Hubungan antara C5 Sintesa Menghasilkan... Misalnya klasifikasi, karangan, kerangka teoritis Menyusun... Misalnya : rencana, skema, program kerja C6 Evaluasi Menilai berdasarkan norma Internal... Misalnya : hasil karya seni Mutu karangan Mutu ceramah Program penataran Menilai berdasarkan norma eksternal Misal : hasil karya seni Mutu karangan Mutu ceramah Program penataran Mempertimbangkan... Misal : baik buruknya Pro-kontranya Untung ruginya Menghubungkan Memilih Membandingkan Mempertentangkan Membagi Memubuat diagram/skema Menunjukkan hubungan antara Membagi Mengkatagorikan Mengkombinasikan Mengarang Menciptakan Mendesain Mengatur Menyusun kembali Merangkaikan Menghubungkan Menyimpulkan Merancangkan Membuat pola Memperbandingkan Menyimpulkan Mengkritik Mengevaluasi Memberikan argumen Menafsirkan Membahas Menyimpulkan Memilih antara Menguraikan Membedakan Melukiskan Mendukung Menyokong Menolak Ranah Afektif (A) Tingkatan Katagori jenis perilaku Kemampuan internal A1 Penerimaan Menunjukkan... Misal : kesadaran, kemauan, perhatian Mengakui... Misal: kepentingan, perbedaan A2 Partisipasi Mematuhi... Misal : peraturan, tuntutan, perintah Kata kerja operasional Menanyakan Memilih Mengikuti Menjawab Melanjutkan Memberi Menyatakan Menempatkan Melaksanakan Membantu 4

A3 Penilaian/penentuan sikap Ikut secara aktif... Misal: di laboratorium Dalam diskusi Dalam kelompok belajar Dalamkelompok tentir Menerima suatu nilai Menyukai Menyepakati Menghargai... Misal : karya seni, sumbangan ilmu, pendapat Bersikap (positif/negatif) Mengakui A4 Organisasi Membentuk sistem nilai Menangkap relasi antara nilai Bertanggungjawab Mengintegrasikan nilai A5 Pembentukan pola Menunjukkan... Misal: kepercayaan diri, disiplin pribadi, kesadaran Mempertimbangkan, melibatkan diri Menawarkan diri Menyambut Menolong Mendatangi Melaporkan Menyumbangkan Menyesuaikan diri Berlatih Menampilkan Membawakan Mendiskusikan Menyelesaikan Menatakan persetujuan Mempraktekkan Menunjukkan Melaksanakan Menyatakan pendapat Mengikuti Mengambil prakarsa Memlih Ikut serta Menggabungkan diri Mengundang Mengusulkan Membela Menuntun Membenarkan Menolak Mengajak Merumuskan Berpegang pada Mengintegrasikan Menghubungakan Mengaitkan Menyusun Mengubah Melengkapi Menyempurnakan Menyesuaikan Menyamakan Mengatur Memperbandingkan Mempertahankan Memodifikasikan Bertindak Menyatakan Memperlihatkan Mempraktekkan Melayani Mengundurkan diri Membuktikan Menunjukkan Bertahan Mempertimbangkan Mempersoalkan 5

Ranah psikomotor (P) Tingkatan Katagori jenis perilaku Kemampuan internal Kata kerja oprasional P1 Persepsi Menafsirkan rangsangan Peka terhadap rangsangan Mendiskriminasikan Memilih Membedakan Mempersiapkan Menyisihkan Menunjukkan Mengidentifikasikan P2 Kesiapan Berkonsentrasi Menyiapkan diri (fisik dan mental) Menghubungkan Memulai Mengawali Bereaksi Mempersiapkan Memprakasai Menanggapi Mempertunjukan P3 Gerakan terbimbing Meniru contoh Mempraktekkan Memainkan Mengikuti Membuat Mencoba Memperlihatkan Memasang Membongkar P4 Gerakan terbiasa Berketrampilan Berpegang pada pola P5 Gerakan kompleks Berketrampilan secara... Misal lancar, luwes, supel. Gesit, lincah Mengoperasikan Membangun Memasang Membongkar Memperbaiki Melaksanakan Mengerjakan Menyusun Menggunakan Mengatur Mendemonstrasikan Memainkan Menangani Mengoperasikan Membangun Memasang Membongkar Memperbaiki Melaksanakan Mengerjakan Menyusun Menggunakan Mengatur Mendemonstrasikan Memainkan Menangani P6 Penyesuaian pola Menyesuaiakn diri Mengubah 6

gerakan Bervariasi Mengadaptasikan Mengatur kembali Membuat variasi P7 Kreativitas Menciptakan yang baru Berinisiatif Merancang Menyusun Menciptakan Mendesain Mengkombinasikan Mengatur Merencanakan 3. Pendidikan dengan kriteria Satuan Kredit Pendidikan Berkelanjutan (SKPB) Pendidikan ber-skpb merupakan salahsatu ciri dari suatu pengembangan profesionalitas seseorang dalam penguasaan ilmu tertentu yang dilakukan sepanjang hayat. Ciri lain adalah profesional justification, profesional project, mendapatkan monopoli dari kewenangan, legitimasi otoritas, memiliki ikatan profesi. Makna SKPB adalah mutu suatu pelatihan berkompotensi dimana akan dapat dimanfaatkan untuk (i) pengurusan pangkat, (ii) portofolio jenis pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan digunakan untuk prasyarat izin praktek. Sebagai ekspresi dari pelatihan berkompetensi dengan SKPB adalah sertifikat pelatihan akan tercantum nilai SKPB hasil proses suatu pelatihan yang disahkan oleh PB PDHI. Untuk mendapatkan SKPB maka terdapat persyaratan yaitu (1) penitia pelatihan harus mengajukan proposal pelatihan pada PB PDHI dan (2) mengirimkan biodata para pembicara atau narasumber pada PB PDHI. Selanjutnya PB PDHI akan menetukan berapa nilai SKBP pelatihan tersebut. Pendidikan berkelanjutan memiliki nilai setara dengan 0,25 Satuan Kredit Semester (SKS) Di bawah ini adalah tingkatan SKPB yang disetujui oleh PB PDHI: Pelatihan tingkat Nasional : - Bila pembicara dan peserta seluruhnya berasal dari dalam negeri Pelatihan International : - Bila pembicara ada yang berasal dari luar negeri Pelatihan lokal : - Bilamana pembicara dan peserta berasal dari wilayah cabang 7

Penyelenggara Peserta Pembicara Level/status Nasional Nasional/Internasional Nasional Nasional Nasional Nasional/Internasional Internasional Nasional/Internasional tergantung rasio pembicara nasional: tergantung rasio internasional (Internasional > 50%) pembicara nasional: internasional (Internasional > 50%) Nasional Nasional/Internasional Nasional/Internasional Internasional tergantung rasio pembicara nasional: internasional (Internasional > 50%) Internasional Nasional/Internasional Nasional/Internasional Internasional tergantung rasio pembicara nasional: internasional (Internasional > 50%) Internasional Internasional Nasional/internasional Internasional Loka (1 institusi) Lolak (1 institusi) Lokal (1 institusi) Nasional / Lokal Internasional Penentuan SKPB Nasional Topik kedokteran Hewan Lamanya Kuliah/praktikum SKPB Umum 1 hari K/P 1 + 1 = 2 K/P 1 + 2 = 3 Spesifik 1 hari K/P 2 + 1 = 3 2 + 2 = 4 Umum 2 hari K/P 1 + 2 = 3 K/P 1 +3 =4 Spesifik 2 hari K/P 2 + 2 = 4 2 + 3 = 5 Internasional Topik kedokteran Hewan Lamanya Kuliah/praktikum SKPB Umum 1 hari K/P 2 + 2 = 4 K/P 2 + 3 = 5 Spesifik 1 hari K/P 3 + 2 = 5 3 + 3 = 6 Umum 2 hari K/P 2 + 3 = 5 K/P 2 +4 =6 Spesifik 2 hari K/P 3 + 3 = 6 3 + 4 = 7 8

PB PDHI 1. Seminar Internasional - Pembicara 4 SKPB - Peserta 2 SKPB 2. Seminar nasional - Pembicara 3 SKPB - Peserta 1 SKPB 3. Seminar lokal - Pembicara 2 SKPB - Peserta 0,5 SKPB 4. Menulis artikel - International 12 SKPB - National 8 SKPB - Lokal 4 SKPB 5. Kursus/pelatihan - Luar negeri 4 SKPB - Dalam negeri 2 SKPB/6 jam efektif 9

BAB II MACAM PELATIHAN AFFAVETI Dalam pengembangan profesi diperlukan aneka pelatihan berkompetensi dengan pengajaran tingkat nasional maupun international. Di bawah ini adalah isian yang mungkin dapat di bahas dalam KONAS I ini sebagai berikut AFFAVETI Jenis pelatihan Tingkat kompetensi Kognitif Afektif Psikomotor SKPB Nasional Internasional Bidang Farmasi Veteriner (2011-2013) Bidang Farmakologi dan toksdsikologi (2011-2013) Catatan : 10

BAB III PENUTUP Dalam pengembangan kemampuan profesional anggota AFFAVETI, maka seyogyanya terdapat unit terkecil dari ONT AFFAVETI yang mengurusi masalah pelatihan berkompetensi. Dengan demikian terdapat orientasi pengembangan pengetahuan dari waktu ke waktu. 11