tanaman sudah mengalami recovery setelah perlakuan cekaman. Analisis Data Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan sidik ragam Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 10 ulangan. Untuk mengetahui pengaruh nyata dari perlakuan cekaman, maka digunakan uji F pada α = 5%. Bila terdapat pengaruh nyata dari perlakuan terhadap peubah yang diamati maka setiap taraf perlakuan dibandingkan dengan menggunakan uji lanjut DMRT dengan taraf kesalahan 5%. HASIL Laju Pertumbuhan Hasil analisis tanah (Lampiran 1) menunjukkan bahwa kandungan unsur N total rendah, yakni 0,11% dan untuk P tersedia rendah yakni 3,1 ppm. Kandungan unsur K, Ca, Mg, dan Na juga tergolong rendah, yakni 0,08 ; 5,02 ; 2,64 ; 0,12 (me/100g). Tanah yang digunakan tergolong Asam, yakni memiliki ph 5,50. dengan kandungan partikel pasir 10,89%, debu 20.86%, dan liat 68.25 %. Berdasarkan tekstur di atas, tanah termasuk kategori tanah Liat (Pusat Penelitian Tanah 1983). Kondisi lapangan secara umum (di Dermaga), cukup baik untuk pertumbuhan tanaman obat sidaguri (Widiana 2004). Suhu harian berkisar 22-32 C, dengan rata-rata kelembaban 80,9% dan curah hujan 20 mm. Penelitian dilaksanakan di rumah plastik, dengan fluktuasi suhu antara 27-29 C. Keadaan tanaman yang mendapatkan cekaman kekeringan berbeda dengan tanaman kontrol, yaitu warna daun yang berubah menjadi merah tua hingga kuning keemasan, bentuk daun menjadi mengkerut dan kering, warna batang menjadi kecoklatan dan mengering. Cekaman kekeringan selama 2 minggu menyebabkan penurunan tinggi tanaman, jika dibandingkan dengan tanaman kontrol (Gambar 1). Penurunan tinggi tanaman merata antar tanaman. Adapun fluktuasi yang terjadi pada penurunan pertumbuhan tanaman berkaitan dengan fluktuasi cuaca yang terjadi selama percobaan. Suhu ruangan di rumah plastik pada umumnya selalu lebih tinggi antara 3-5 C. Hal ini juga dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan tanaman yang drastis. file:///c /Documents%20and%20Settings/untha/My%20Documents/SKRIPSI%20PDF.htm (12 of 28)9/18/2008 8:46:27 AM
file:///c /Documents%20and%20Settings/untha/My%20Documents/SKRIPSI%20PDF.htm (13 of 28)9/18/2008 8:46:27 AM
Gambar 1 Pengaruh cekaman air terhadap laju pertumbuhan tanaman sidaguri. file:///c /Documents%20and%20Settings/untha/My%20Documents/SKRIPSI%20PDF.htm (14 of 28)9/18/2008 8:46:27 AM
Gambar 2 Pengaruh cekaman kekeringan terhadap produktivitas dan panjang akar sidaguri. Ket : Data recovery dihitung 1 minggu setelah cekaman tanaman Cekaman kekeringan juga menyebabkan tidak bertambahnya jumlah cabang dan daun, bahkan berkurang karena beberapa cabang mengering. Hal ini disebabkan karena tanaman cenderung mengurangi laju fotosintesis dan transpirasi, sebagai respon terhadap cekaman yang terjadi (Gambar 1). Berdasarkan nilai rata-rata, perlakuan cekaman air menyebabkan terjadinya penurunan bobot kering tanaman. Semua tanaman mengalami penurunan pertumbuhan jumlah daun, jumlah batang, dan panjang akar akibat cekaman air (Gambar 3). Penurunan juga terjadi pada pertumbuhan panjang akar. Pertumbuhan panjang akar tanaman yang mendapat perlakuan cekaman menurun secara signifikan jika dibandingkan tanaman kontrol, yakni sebesar 30%. Uji Fitokimia secara Kualitatif Pengujian fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa tertinggi yang terkandung dalam sidaguri. Uji yang dilakukan meliputi uji alkaloid, flavanoid, saponin, tanin, dan steroid/triterpenoid. Penapisan senyawa metabolit ini menggunakan bagian tanaman sidaguri yang sudah dikeringkan dan ekstrak kasar, yakni bagian daun dan batang. Pengujian ini dilakukan pada tanaman sidaguri yang belum mendapatkan perlakuan. Berdasarkan uji kualitatif, daun dan batang sidaguri mengandung bahan aktif alkaloid, flavanoid, quinon, terpenoid, steroid, tanin dan saponin (Tabel 1). Kandungan bahan aktif daun dan batang sidaguri pada dasarnya sama, yang membedakan hanya pada konsentrasinya. Kadar bahan aktif pada batang lebih tinggi konsentrasinya jika dibandingkan pada daun untuk sampel segar yang sudah dikeringkan. Bahan aktif yang terdeteksi dalam jumlah yang relatif tinggi meliputi steroid, tanin, dan saponin (Tabel 1) Metode ekstraksi untuk menarik senyawa kimiawi tanaman sidaguri yang digunakan ialah maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 75%. Hasil analisis fiokimia dari ekstrak kasar menunjukan bahwa kandungan alkaloid dan tanin semakin terlihat jelas dengan perlakuan cekaman 4 minggu (Tabel 2). Senyawa kimia yang terkandung pada daun dan batang juga hampir sama jika dibandingkan dengan sampel segar, yang membedakan hanya pada konsentrasinya saja. Tabel 1 Kandungan kualitatif tanaman Ssidaguri sebelum dan setelah cekaman air Senyawa Kontrol 4 Minggu Keterangan - : Tidak terdeteksi file:///c /Documents%20and%20Settings/untha/My%20Documents/SKRIPSI%20PDF.htm (15 of 28)9/18/2008 8:46:27 AM
Daun Batang Daun Batang Alkaloid - * *** **** Flavanoid * * * * Quinon * * * * Terpenoid * * * ** Steroid ** ** * ** Tanin * ** *** *** Saponin * ** * * * : Positif Lemah ** : Positif *** : Positif kuat **** : Positif sangat kuat Uji Total Fenol secara Kuantitatif Perlakuan cekaman kekeringan memberikan pengaruh yang nyata terhadap total fenol daun dan batang. Berdasarkan data yang diperoleh, total fenol daun dan batang meningkat untuk setiap perlakuan, yakni sebesar 50% dari total fenol awal. Ketika tanaman memasuki masa recovery, total fenol mengalami sedikit penurunan, sebelum kemudian naik kembali (Tabel 2) Tabel 2 Pengaruh cekaman air terhadap kandungan fenol tanaman sidaguri Sebelum Recovery (%) Setelah Recovery (%) Perlakuan Daun Batang Daun Batang A 2 1.45 2.52 2.17 B 3.3 3.05 3.07 2.46 C 8.67 7.65 3.47 2.25 D 2.36 2.27 4.1 2.3 Pertumbuhan Tanaman terhadap Perlakuan Cekaman Keterangan : A : Kontrol B : Cekaman 2 Minggu C : Cekaman 3 Minggu D : Cekaman 4 Minggu PEMBAHASAN Cekaman dapat meliputi segala sesuatu perubahan lingkungan yang mungkin akan menurunkan atau merugikan pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman (Salisbury & Ross 1992). Salah satu jenis cekaman tersebut adalah cekaman kekeringan yang berkaitan dengan ketersediaan air yang merupakan salah satu faktor pembatas bagi fungsi normal tanaman (Passarakli 2002). Suatu respon fisiologi yang cukup penting ialah kemampuan tanaman mempertahankan tekanan turgor dengan menurunkan potensial osmotik sebagai mekanisme toleransi terhadap cekaman kekeringan (Hamim et al 1996). Banyak proses fisiologi dan biokimia dalam tanaman yang sangat dipengaruhi oleh perubahan tekanan turgor. Terdapat berbagai macam strategi yang dimiliki oleh tanaman untuk dapat beradaptasi pada kondisi cekaman kekeringan (Street & Opik 1984). Tanaman dengan tipe dehydration toleran akan memiliki tingkat efisiensi penggunaan air yang tinggi, yang ditunjukan dengan rendahnya produksi berat kering dari tanaman tersebut (Taiz & Zeiger 2002). Penurunan rata-rata jumlah tinggi tanaman diduga berkaitan dengan rendahnya aktivitas fotosintesis akibat adanya penutupan stomata sebagai respon pertama dari tanaman yang tercekam kekeringan (Gambar 1). Menurut Tang et al (2002), terjadinya penurunan fiksasi CO 2 karena adanya penutupan stomata berdampak terhadap rendahnya sintesis ATP sebagai produk fotokimia dari fotositem II. Cekaman kekeringan menyebabkan penekanan perkembangan tajuk tanaman daripada perkembangan akar. Hal ini menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman. Cekaman juga menyebabkan meningkatnya produksi hormon Asam Absisat (ABA). Produksi hormon absisat yang tinggi mengakibatkan mereduksinya dinding sel tanaman dan terhentinya perluasan daun, disamping penutupan stomata. Kombinasi peningkatan ABA dan penguraian dinding sel tanaman, menyebabkan peningkatan pertumbuhan file:///c /Documents%20and%20Settings/untha/My%20Documents/SKRIPSI%20PDF.htm (16 of 28)9/18/2008 8:46:27 AM