BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Masalah kemiskinan sangatlah kompleks dan bersifat multidimensional, dimana berkaitan dengan aspek sosial, aspek ekonomi, budaya, dan aspek lainnya. Kemiskinan tidak hanya berkaitan dengan rendahnya tingkat pendapatan dan konsumsi, tetapi juga berkaitan dengan rendahnya tingkat pendidikan, kesehatan, ketidakberdayaan untuk berpartisipasi dalam pembangunan, dan berbagai masalah yang berkenaan dengan pembangunan manusia. Dimensi dimensi kemiskinan tercermin dari kekurangan gizi, air, perumahan yang sehat, perawatan kesehatan yang kurang baik, dan tingkat pendidikan yang rendah (Wijayanti Wahono, 2005). Menurunkan tingkat kemiskinan adalah salah satu sasaran pembangunan nasional karena kemiskinan menghambat tercapainya pembangunan wilayah, pemerataan pembangunan, dan demokrasi ekonomi. Kemiskinan bisa meningkatkan permasalahan sosial dimana dengan meningkatnya jumlah penduduk miskin maka jumlah gelandangan dan anak jalanan juga akan meningkat. Selain itu, kemiskinan juga bisa menyebabkan tingkat kriminalitas bertambah, seperti perampokan dan pencurian. Menurut Badan Pusat Statistik (2010), penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan dibawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan merupakan penjumlahan dari garis kemiskinan 1
makanan dan garis kemiskinan non makanan. Garis kemiskinan makananmerupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100kilokalori perkapita perhari. Sedangkan garis kemiskinan non makanan adalah kebutuhan minimum untuk perumahan (luas lantai bangunan, penggunaan air bersih, dan fasilitas tempat pembuangan air besar); pendidikan (angka melek huruf, wajib belajar 9 tahun, dan angka putus sekolah); dan kesehatan (rendahnya konsumsi makanan bergizi, kurangnya sarana kesehatan sertalingkungan yang tidak memadai). Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2014 mencapai 28,28 juta orang atau sekitar 11.25 persen, turun sebesar0,32 juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2013 yang sebesar 28.60 juta orang. Selama periode September 2013 Maret 2014 jumlah penduduk miskin daerah turun sebanyak 0.17 juta dari 10.68 juta pada September 2013 menjadi 10.51 juta pada Maret 2014. Sementara di pedesaan turun sebanyak 0.15 juta orang dari 17.92 orang pada September 2013 menjadi 17.77 juta pada Maret 2014. Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011-2013 Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 Rata-Rata Nias 25.39 24.99 23.28 24.6 Mandailing Natal 49.05 48.39 40.69 46 Tapanuli Selatan 30.39 29.91 30.77 30.4 Tapanuli Tengah 50.21 49.61 52 50.6 Tapanuli Utara 33.57 33.09 33.75 33.5 Toba Samosir 16.93 16.64 16.96 16.8 Labuhan Batu 42.61 42.08 38.14 40.9 2
Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 Rata-Rata Asahan 73.39 72.32 80.54 75.4 Simalungun 84.35 83.09 87.72 85.1 Dairi 25.87 25.49 24 25.1 Karo 37.22 36.71 36.93 34 Deli Serdang 92.33 91.19 91.97 91.8 Langkat 100.8 99.27 104.31 101.5 Nias Selatan 57.8 56.94 56.96 57.2 Humbang Hasundutan 17.5 17.25 17.94 17.6 Pakpak Bharat 5.39 5.32 4.94 5.2 Samosir 18.95 18.48 17.18 18.2 Serdang Bedagai 60.5 59.53 56.55 58.9 Batu Bara 44.34 43.66 46.86 45 Padang Lawas Utara 24.04 23.72 25.01 24.3 Padang Lawas 24.04 23.64 21.23 23 Labuhanbatu Selatan 41.74 41.21 37.33 40.1 Labuhanbatu Utara 39.34 38.68 39.09 39 Nias Utara 39.15 38.51 40.78 39.4 Nias Barat 24.24 23.84 24.88 24.3 Sibolga 11.25 11.13 11.08 11.2 Tanjungbalai 24.24 23.86 24.2 24.1 Pematang Siantar 26.45 26.01 26.61 26.4 Tebing Tinggi 18.27 18.02 17.98 18.1 Medan 204.19 201.06 209.69 205 Binjai 17.41 17.16 17.48 17.4 Padangsidimpuan 19.52 19.24 18.44 19.1 Gunungsitoli 40.97 40.4 41.1 40.8 Jumlah 1421.44 1400.44 1416.39 1410 Sumber: BPS Sumatera Utara Menurut tabel 1.1 diatas, dapat dilihat bahwa jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara selama tahun 2011-2013 paling banyak terdapat di kota Medan dengan rata-rata sebesar 205 ribu jiwa, diikuti oleh kabupaten Langkat 3
sebesar 101.5 ribu jiwa. Sedangkan jumlah penduduk miskin terendah terdapat di kabupaten Pakpak Bharat sebesar 5.2 ribu jiwa, diikuti oleh kota Sibolga sebesar 11.2 ribu jiwa. Namun jika dilihat secara persentase, pada tahun 2013 kota Gunungsitoli dan kabupaten Nias Utara memiliki persentase penduduk miskin paling banyak yaitu sebesar 30.94 persen, diikuti oleh kabupaten Nias Barat sebesar 29.65 persen. Sedangkan tingkat persentase terendah terletak di kabupaten Deli Serdang sebesar 4.71 persen, diikuti oleh kota Binjai sebesar 6.75 persen. Memasuki tahun 2015, masalah kemiskinan masih menjadi tantangan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) menunjukkan jumlah penduduk miskin di Sumut terus bertambah. Jika dibandingkan dengan Maret 2014 yang berjumlah 1.286.700 orang atau di kisaran 9,38 persen bertambah 73.900 orang menjadi 1.360.600 orang atau 9,85 persen pada September 2014. Kondisi ini lebih buruk jika dibandingkan dengan kondisi Maret 2014 yang jumlah penduduk miskinnya sebanyak 1.286.700 orang atau sebesar 9,38 persen. Ini berarti, ada peningkatan jumlah penduduk miskin sebanyak 73.900 orang serta peningkatan persentase penduduk miskin sebesar 0,47 persen. Salah satu upaya pemerintah dalam menurunkan jumlah penduduk miskin yang cukup tinggi tersebut adalah melalui pengeluaran pemerintah. Pengeluaran pemerintahmerupakan kebijakan fiskal yang dapatdigunakan untuk mengalokasikan anggaranbelanjanya pada kepentingan publik,khususnya masyarakat miskin, sehingga kebijakan anggaran yang tepat akan 4
mampumengurangi angka kemiskinan.dari tahun ke tahun pemerintah telah mengeluarkan banyak anggaran untuk menekan angka kemiskinan Tahun Tabel 1.2 Jumlah Pengeluaran Pemerintah dan Kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara Pengeluaran Pemerintah (milyar Rp) Persentase Perubahan (%) Kemiskinan (ribu jiwa) Persentase Perubahan (%) 2007 2560.7-1768.5-2008 2967.3 115.9 1613.8 91.3 2009 3444.56 134.5 1499.7 84.8 2010 3666.7 143.2 1490.9 84.3 2011 4611.47 180.1 1481.3 83.8 2012 7633.63 298.1 1407.2 79.6 2013 8866.92 346.3 1339.2 75.7 Sumber : BPS, Sumut Dalam Angka Dari tabel 1.2 diatas dapat dilihat bahwa selama tahun 2007 2013 jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara terus mengalami penurunan, namun tidak signifikan. Sedangkan, pengeluaran pemerintah selama tahun 2007 2013 mengalami perkembangan rata rata berada diatas 100 %. Namun, kenaikan pengeluaran pemerintah yang cukup tajam tersebut hanya sedikit menurunkan jumlah penduduk miskin. Seperti pada tahun 2012, dapat dilihat bahwa pengeluaran pemerintah naik secara signifikan sebesar 3022.16 milyar rupiah dibandingkan tahun 2011, tetapi jumlah penduduk miskin hanya turun sebesar 74.1 jiwa. Upaya pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan dapat dilihat dari banyaknya program yang dibuat oleh pemerintah untuk pengentasan kemiskinan. Langkah-langkah konsolidasi program penanggulangan kemiskinandiluncurkan pemerintah dalam tiga klaster yaitu Paket Bantuan Program I yang merupakan 5
bantuan dan perlindungan sosial (bantuan langsung tunai, beras miskin, jaminankesehatan masyarakat, program keluarga harapan, bantuan operasional sekolah, bantuan sosial untuk pengungsi/ korban bencana, bantuan untuk penyandang cacat, bantuan untuk kelompok lansia, dan lain-lain), Paket Bantuan II yang merupakan program pemberdayaan masyarakat (PNPM Mandiri), dan paket Bantuan Program III yang merupakan program pemberdayaan usaha mikro dan kecil (UMK-KUR). Walaupun sudah banyak program yang dilakukan pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan, tetapi sampai saat ini jumlah penduduk miskin masih cukup tinggi, ini berarti semua program yang dilakukan pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan belum maksimal dalam menurunkan kemiskinan, sehingga program program tersebut perlu untuk ditinjau ulang. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian guna menyelesaikan skripsi ini dengan judul Analisis Hubungan Kointegrasi dan Kausalitas Antara Pengeluaran Pemerintah dan Kemiskinan di Sumatera Utara. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dikaji di dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana hubungan kointegrasi (keseimbangan jangka panjang)antara pengeluaran pemerintah dan kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara? 2. Bagaimana arah hubungan kausalitas (timbal balik) antara pengeluaran pemerintah dan kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara? 6
1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui hubungan kointegrasi (keseimbangan jangka panjang) antara pengeluaran pemerintah dan kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara. 2. Untuk mengetahui arah hubungan kausalitas (timbal balik) antara pengeluaran pemerintah dan kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu: 1. Menjadi masukan bagi pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan dan mengetahui hubungan antara pengeluaran pemerintah dengan kemiskinan. 2. Memberi pemahaman dan wawasan kepada peneliti tentang hubungan kointegrasi dan kausalitas tentang pengeluaran pemerintah dan kemiskinan di Sumatera Utara dan cara menganalisanya. 3. Sebagai referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian tentang hubungan pengeluaran pemerintah dan kemiskinan. 7