BAB III PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL ROSYID. kita harus dapat memahami perubahan-perubahan di dalam pondok pesantren. 1 Dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV USAHA-USAHA KH. MASRUR QUSYAIRI DALAM MENGEMBANGKAN PONDOK PESANTREN HIDAYATUL UMMAH PRINGGOBOYO MADURAN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pesantren ada beberapa hal yang menjadi kendala

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

2. BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia

BAB III SEJARAH PONDOK PESANTREN TA'SISUT TAQWA

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA

BAB III PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN BAHAUDDIN AL- ISMAILIYAH. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.

[103] Ponpes Putri Al Hasan, Panti, Jember, Jawa Timur Pencetak Pemimpin Umat Thursday, 16 May :37

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Gambaran Umum Pondok Pesantren TPI Al Hidayah Plumbon Limpung

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.

BUPATI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 6 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Lia Nurul Azizah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. jasmaniah dan rohaniah berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran

YPI Darussa adah. Nama Pondok Pesantren YPI Darussa adah

PONDOK PESANTREN DALAM UNCERTAINTY SISTEM PENDIDIKAN INDONESIA

PEDOMAN WAWANCARA PENGASUH DI PONDOK PESANTREN MA HADUT THOLABAH BABAKAN LEBAKSIU TEGAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada Bab III ini dijelaskan pendekatan dan metode penelitian, subjek dan

Dhiaul Huda. Sejarah Pendirian

Meski siswa SMK pakainnya penuh oli lantaran bergelut dengan mesin otomotif, tetap tunaikan shalat tanpa alasan tanggung kotor.

Nama Dayah Lembaga Pendidikan Dayah Terpadu Dinul Islam. Alamat Jl. H. Pansuri Kap. Lae Pinang Kec. Singkohor Aceh Singkil. Pendiri Muzakki Salim

PONDOK PESANTREN MODERN DI REMBANG PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR ISLAM

BAB II RIWAYAT HIDUP KH. ALI MAS UD

---DARUSSA`ADAH--- Nama pondok pesantren DARUSSA`ADAH. Lokasi Jalan putoe ijo Desa Leuhan,meulaboh Aceh Barat. Pendiri dan Pengasuh Abu H.

NURUL FATA. Nama Dayah NURUL FATA. Lokasi Gampong Alue Bilie Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya. Pendiri Alm. ABUYA TGK. H.

Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah Diniyah (Madin), Taman Pendidikan Qur an(tpq) Tahun Pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. sempurna yang bertaqwa pada Allah SWT. Serta untuk mencapai kehidupan

DAFTAR PUSTAKA. Sholeh, Muhammad. Al-Risalatu al-shafiyah fi al-masa il al-fiqhiyah. Bojonegoro: Pondok Pesantren At-Tanwir

BAB 1 PENDAHULUAN. segenap kegiatan pendidikan (Umar Tirtarahardja, 2005: 37).

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN. yang diperoleh dari hasil wawancara (interview), observasi dan data

BAB IV PEMBAHASAN. A. Langkah-Langkah Yang Dilakukan Oleh Pondok Pesantren Al Huda. Dalam Menuntaskan Wajib Belajar 9 Tahun

BAB V KESIMPULAN. peran yang cukup penting bagi dinamika intelektual bangsa Indonesia. Pesantren

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan antara satu

BAB III DISKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Gambaran Umum Pondok Pesantren Al-Itqon Bugen Kota Semarang

BAB IV PERAN KH. MUHAMMAD SHOLEH DALAM MENGEMBANGKAN PONDOK PESANTREN AT-TANWIR PADA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Amzah, 2007), hlm Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur an,

BAB I PENDAHULUAN. (lisan) dan bahasa nonverbal (tulisan, simbol, isyarat). Fungsi bahasa dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun dan mengembangkan karakter manusia yang seutuhnya.

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM PESANTREN AL-AZHAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. TPA At-taubah adalah taman pengajian al-quran yang terletak di desa

Ditulis oleh Wiwi Siti Syajaroh Kamis, 25 Juni :37 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 18 Agustus :56

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia

BAB III TINJAUAN UMUM YAYASAN PONDOK PESANTREN TURUS. Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten kurang lebih 2,5 km dari Kota Pandeglang, ke

Nama Dayah Nurul Kamal Al-A ziziyyah. Lokasi / Alamat Gampong Tutong Kecamatan Matangkuli Kabuapaten Aceh Utara. No.

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN BANYURIP KECAMATAN PEKALONGAN SELATAN KOTA PEKALONGAN

BAB II GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN MADRASAH TARBIYAH ISLAMIAH TG BERULAK KECAMATAN KAMPAR KABUPATEN KAMPAR

BAB I PENDAHULUAN. diselaraskan dengan tuntutan dari lingkungan, sehingga perubahan-perubahan

BAB III PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN HIDAYATUL UMMAH PRIGGOBOYO ( M) Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami tentang

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 308 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAGAMAAN ISLAM NON FORMAL

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan masyarakat muslim di Indonesia. 1. pesantren; dalam hal ini kyai dibantu para ustadz yang mengajar kitab-kitab

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG

Tabel 13 : Rekapitulasi angket indikator variabel y pengalaman religiusitas santri BAB I PENDAHULUAN

Dayah Darul Muridin. Nama Pondok Pesantren Dayah Darul Muridin (Abu Meulaboh)

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 19

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI METODE SOROGAN DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA KITAB KUNING DI PONDOK PESANTREN NURUL HUDA BANIN SIMBANGKULON PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

Dayah Raudhatul Jadid

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Strategi Pembentukan Jiwa Kewirausahaan Santri di Pondok Pesantren Al-Ittifaq

I. PENDAHULUAN. pesantren terus tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan dunia

BAB I PENDAHULUAN. (punishment) sebagai ganjaran atau balasan terhadap ketidakpatuhan agar

POLA KEPEMIMPINAN K. H. M. THOHIR ABDULLAH, A.H DALAM UPAYA PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN RAUDLOTUL QUR AN DI MANGKANG SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. kekhasan tersendiri dan berbeda dengan pendidikan lainnya. Pendidikan

BAB III PEMBELAJARAN KITAB KUNING DI MADRASAH DINIYAH PONDOK PESANTREN ADDAINURIYAH 2 SEMARANG

BAB I. masyarakat yang maju, adil dan makmur, serta memungkinkan warganya. berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945.

b. Sering d. Tidak sama sekali 3. Apakah pengasuh selalu berkomunikasi atau berkoordinasi dengan pengurus pondok pesantren Hidayatul Mubtadiin?

DAFTAR PUSTAKA. Asmuni, Syukri. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al Ihsan, 1985.

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

Nurul Hidayah. Nama Pondok Pesantren Nurul Hidayah. Lokasi Jl. Rintis Kampong Ujung Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB V PENUTUP. Berdasarkan diskripsi hasil penelitian yang telah penulis lakukan di MTs. NU TBS Kudus, maka dapat penulis simpulkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

Yayasan Al Mubarok Al Fath, Tegal Sumedang, Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Mizan,1995), hlm Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat,

BAB I PENDAHULUAN. tempat untuk belajar dan mengajarkan ilmu agama Islam. Pesantren dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Nama pondok pesantren LPI MUDI PUTRI SAMALANGA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia yang semakin tanpa batas ini, tidak memungkinkan suatu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bulan, dimulai sejak pertengahan bulan november 2015 dan berakhir

KIAI WAHID HASYIM SANG PEMBAHARU PESANTREN. Oleh, Novita Siswayanti, MA. *

LEMBARAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Abd A la dalam bukunya pembaruan pesantren menyebutkan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. banyak berperan dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat. Sejarah perkembangan

Sabda Pembuka. Bengkel Sabda Foundation

BAB III TINJAUAN UMUM YAYASAN SUNANULHUDA. Ma'had Sunanulhuda yang didirikan oleh Almarhum Almagfurlah KH. Uci Sanusi

2015 PERKEMBANGAN PENDIDIKAN PESANTREN CIPARI DESA SUKARASA KECAMATAN PANGATIKAN KABUPATEN GARUT TAHUN

BAB III LOKASI PENELITIAN. desa sumber rezeki beserta tokoh agama setempat. Menurut Ustadz Sya dun Toyyib Al-Hafidz selaku pimpinan Pondok

2014 PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-ISLAMIYYAH DESA MANDALAMUKTI KECAMATAN CIKALONGWETAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB IV. A. Analisis Ta zir di Pondok Pesantren Roudhotut Tholibin

BAB IV ANALISIS PERANAN ORANG TUA DALAM MEMOTIVASI ANAKNYA UNTUK BELAJAR AL QUR AN DI TAMAN PENDIDIKAN

Transkripsi:

40 BAB III PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL ROSYID Untuk dapat mengetahui perkembangan suatu pondok pesantren, tentunya kita harus dapat memahami perubahan-perubahan di dalam pondok pesantren. 1 Dan seharusnya juga diketahui terlebih dahulu sebab-sebab yang mendorong terjadinya perubahan itu sendiri. Perubahan itu dapat kita lihat pada pondok, masjid, santri, pengajaran kitabkitab Islam klasik dan kiai yang merupakan elemen dasar dari tradisi pesantren. Ini berarti bahwa suatu lembaga yang telah berkembang akan mengubah statusnya menjadi pesantren. 2 Dengan melihat dari perubahan-perubahan itu maka penulis dapat mengetahui perkembangan dari pondok pesantren. Di dalam perkembangan pondok pesantren Al Rosyid ini ada tiga periode, yaitu: A. Periode I KH. Masyhur (1959-1974) Pada tahun 1959 pondok pesantren didirikan oleh Kiai Masyhur di Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro sebagai permulaan untuk merintis sebuah pesantren. Kiai Masyhur hanya menyediakan rumah sederhana untuk mengaji. Lambat laun Kiai Masyhur dianggap oleh masyarakat 1 Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi Esai-esai Pesantren (Yogyakarta: LkiS, 2001), 79. 2 Zamakhsyari Dhofir, Tradisi Pesantren (Yogyakarta: LP3ES, 1996), 44.

41 sebagai ulama yang mampu dan menguasai agama. Dari situlah masyarakat mempercayakan anaknya untuk nyantri di rumah Kiai Masyhur. Setelah pondok pesantren didirikan akhirnya berbondong-bondonglah santri untuk mengaji akan tetapi pada periode awal tersebut jumlah santri 12 orang diantaranya berasal dari Semarang, Cepu, Tuban, Cirebon, Surabaya, Pekalongan, dan Yogyakarta. Sebagaimana yang disampaikan oleh Nyai Malikah sebagai berikut: sak wise ngadeke pondok awale jumlah santri yo muk rolas nduk, iku teko Semarang, Cepu, Tuban, Cirebon, Suroboyo, Pekalongan mbik Jugjo (Artinya: setelah berdinya pondok pesantren dulu itu hanya ada dua belas santri dari Semarang, Cepu, Tuban, Cirebon, Surabaya, Pekalongan, dan Yogyakarta). 3 Pada tahun 1960 Dimulai dengan datangnya beberapa santri yang mengaji di rumahnya hingga esoknya bertambah, pada saat itu hanya ada santri putra. Lambat laun santri semakin bertambah banyak hingga 30-an santri, sehingga dibuatkan kamar-kamar yang terbuat dari bambu oleh Kiai Masyhur dijadikan tempat untuk mengaji para santri. Beliau mengajarkan kitab diantaranya adalah kitab Awamil jurumiyah, Imriti, Qowaidul I ra, Hidayatus Shibyan, Tuhfatul Athfal, Sulam Taufiq, taqrib, ta limul Muta lim dan kitab-kitab lainnya Dengan jumlah santri yang semakin bertambah, membuat Kiai Masyhur berkeinginan untuk memperluas tempat para santri untuk belajar. Dari sini, istrinya pun merelakan sebuah perhiasan emas yang dimiliki satu-satunya untuk dijual dan hasil dari jerih payah Kiai Masyhur yang bekerja sebagai pedagang 3 Malikah Masyhur (istri kiai Masyhur), Wawancara, Bojonegoro, 9 Mei 2016

42 sebagai modal pembangunan pondok. Selain itu juga banyak bantuan sumbangan dari para pejabat kaya seperti kepala desa yang saat itu dipegang oleh H. Ridwan yang berhubungan dekat sebagai teman dengan Kiai Masyhur. Nyai Malikah berkeyakinan bahwa dengan merelakan hartanya untuk jalan kebaikan, maka akan akan mendatangkan kebaikan pula. 4 Sebagai mana seperti yang dituturkan oleh Nyai Malikah (istri KH. Masyhur) yang di wawancarai oleh penulis: Biyen nuk kene ki yo rong ono bangunane, santri pertama seng melok mbah hur ki yo muk cah rolas kui teko Semarang, Cepu, Tuban, Suraboyo, Cirebon, Pekalongan, Jogja trus ono cah Bojonegoro kene yo onok. Pas nganten anyar gres lo mbak aku rong duwe anak rung duwe opo-opo, sak durunge ki y owes ngaji karo mbah hur nuk mejid Ngumpak, lakok suwesuwe podo mangkat njalok mondok nuk kene omae mbah hur, na aku rong duwe omah kok podo jalok mondok. Byien ki rong luas bangunane ijek akeh tanah kosong,trus dibangun sa tek-sa tek karo mbah hur. Riwayate gek bien iku yo rakaruan mbak kok jengenge rialat yo tirakat yo riwayat yo mlarat. Nomer jiji yo niat yo tekat kui, hallah y owes rakaruan. 5 Artinya: dulu disini itu belum ada bangunan, santri pertama yang ikut mbah Hur itu Cuma ada 12 orang itu dari daerah semarang, tuban, Suraboyo, Cirebon, Pekalongan, Jogja, kemudian Bojonegoro juga ada. Waktu itu saya dan mbah Hur penganti baru belum punya anak, jadi ya belum ada apa-apa. Sebelumnya juga sudah mengaji dengan mbah Hur di Masjid Ngumapakdelem, lama kelamaan mintak mondok di rumah mbah Hur. Pada saat itu mbah Hur masih ikut mertua dan belum mempunyai rumah sendiri. trus dibangunkan kamaran sedikit demi sedikit. Riwayatnya dulu itu banyak, ada rialat, tirakat, riwayat dan mlarat. Yang utama yakni niat dan tekat. Pada tahap awal pendidikan di Pondok Pesantren Al Rosyid bertujuan semata-mata mengajarkan ilmu-ilmu agama saja lewat kitab-kitab klasik atau kitab kuning diantaranya kitab Dirrasam Safinah dan belajar Al-Quran, sistem pendidikan yang digunakan merupakan sistem pendidikan tradisional. 4 Malikah Masyhur (istri KH. Masyhur), Wawancara, Bojonegoro, 19 Mei 2016 5 Ibid.,

43 Pendidikan tradisional tersebut menggunakan sistem yang sangat sederhana. Misalnya santri hanya belajar bagaimana mengucapkan lafadh Quran secara hafalan yang diajarkan oleh sang guru. Sistem pendidikan ini biasanya dikenal dengan istilah wetonan. Istilah tersebut berasal dari bahasa Jawa yaitu wektu (waktu). Dinamakan demikian karena pelajaran ini diberikan pada waktu tertentu. Biasanya waktu yang dipilih untuk belajar ini adalah ketika habis sholat maghrib hingga isya. Pembelajaran tersebut dilakukan tiga kali dalam seminggu. Kemudian tambahan pelajaran yang diberikan dalam satu minggu sekali yakni menggunakan metode badogan atau halaqah. 6 Pada tahun 1960, Pondok Pesantren Al Rosyid sudah mengalami peningkatan dalam sistem pembelajaran. Misalnya mengenai sistem sorogan termasuk belajar secara individual dimana seorang santri berhadapan dengan seorang kiai atau guru dan terjadi interaksi saling mengenal diantara keduanya. 7 Sorogan merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan cara kiai membacakan isi dari sebuah kitab dan santri mendengarkan serta menyimak apa yang dibacakan oleh sang kiai. Kemudian santri membuka bagian kitab yang dikaji dan meletakkannya diatas meja yang telah tersedia dihadapan kiai. Di sini para santri mendengarkan apapun yang diucapkan oleh sang guru. 6 Zamakhsyari Dhofir, Tradisi Pesantren (Yogyakarta: LP3ES, 1996), 44. 7 Direktur jendral Kelembagaan Agama Islam dan Direktur Pendidikan Agama dan Pondok Pesantren, Pondok Pesantren Dan Madrasah Diniyah: Pertumbuhan Dan Perkembangannya (Jakarta: Departemen Agama Islam RI, 2003), 38.

44 Perkembangan pesantren hingga tahun 1970-an masih mengedepankan sistem tradisional. Misalnya pada pesantren ini menggunakan kitab-kitab klasik, kitab kuning. Adapun kitab-kitab kuning yang digunakan menggunakan kitabkitab tertentu sesuai cabang ilmu yang dipelajari hingga tuntas sebelum naik ke kitab lain yang lebih tinggi kesukarannya. Kitab kuning yang bisa digunakan dalam referensi pondok pesantren adalah kitab Fiqih, Nahwu, dan Sorof sebagai cabang ilmu yang utama. 8 Selama kurang lebih lima belas tahun pesantren dipegang oleh Kiai Masyhur, santri-santri mulai banyak berdatangan hingga jumlah kurang lebih 150-an santri. Saat mulai mau berkembang pada tahun 1974 Kiai Masyhur meninggal, setelah itu pondok pesantren mengalami kavakuman yang cukup panjang. Pada waktu itu pesantren dipegang oleh santriwan yang dipercayakan, namun selama dua tahun tersebut pesantren tidak berjalan dengan lancar, karena pihak luar yang menjalankan sehingga tidak berkuasa penuh untuk menjalankan berbagai kebijakan yang ada di pesantren. Tabel 1 Jumlah Santri Pondok Pesantren Al Rosyid tahun 1959-1974 Tahun Asal Daerah Jumlah Santri Laki-laki Perempuan 1959-1960 Semarang, Cepu, Tuban, Surabaya, 12-8 Malikah Masyhur (istri kiai Masyhur), Wawancara, Bojonegoro, 9 Mei 2016

45 Pekalongan, Yogyakarta, Bojonegoro 1960-1965 Tuban, Bojonegoro, dan Blitar 30-1965 - 1974 Tuban, Bojonegoro, 106 Jumlah 150 Santri - Sumber: Data diperoleh dari sumber informan ibu nyai Malikah masyhur Adapun fasilitas pondok pada saat itu masih sangat terbatas sekali. Misalnya jumlah kamar yang digunakan tempat tinggal santri, musholla, dan tempat mengaji. Pada awalnya santri ikut bertempat tinggal di rumah kiai, kemudian lambat laun kiai memiliki anak dan terpaksa para santri dibuatkan kamar-kamar kecil yang terbuat dari bambu. Kamar tersebut pun digunakan sebagai tempat menginap sekaligus tempat mereka belajar mengaji, sebelum ada Kiai Masyhur mendirikan musholla. Sebagai mana seperti yang dituturkan oleh Nyai Malikah (istri KH. Masyhur) yang di wawancarai oleh penulis: Suwe tambah suwe santrine malah akeh telung puluhan santri tetep mempeng ndosok-ndosok njaluk mondok numae mbah Hur, yo omah joglo elek kui di gae panggonan pondok. Akhire lama-lama mbah hur tuku omah gone mbah Nai ip warisan teko gone kaji Riduwan, bien regane rong puloh ewu, trus dibanguno kamaran cilik-cilik mbik bangun mushola. 9 Artinya: lama-kelamaan santri bertambah banyak kira-kira 30-an santri yang pada saat itu memaksakan mbah Hur untuk ikut mondok dirumahnya. Kemudian mbah Hur membeli sebidang tanah seharga dua puluh ribu rupiah untuk membangun kamar-kamar kecil dan musholla. 9 Malikah Masyhur (istri kiai Masyhur), Wawancara, Bojonegoro, 9 Mei 2016

46 B. Periode II KH. Shajjidun (1976-1989) Pada tahun 1976, kekuasaan atas pondok sudah dipegang oleh Kiai Sajjidun. Dengan kearifan dan kebijaksanaannya kiai Sajjidun dapat memimpin pondok dan mengayomi para santri. Seiring berjalannya waktu perubahan pun sudah mulai terlihat. Sedikit demi sedikit perubahan terjadi baik secara fisik maupun secara internal, seperti keadaan santri yang tidak terkondisikan dan jumlah pengajar yang ada. Pengangkatan Kiai Sajjidun menjadi pemimpin pondok pesantren dikarenakan beberapa alasan, diantaranya: pertama, tidak adanya penerus kepemimpinan di Pondok Pesantren Al Rosyid dari Kiai Masyhur. Kedua, karena Kiai Sajjidun merupakan menantu pertama dari putri pertama Kiai Masyhur, sehingga tidak mungkin seorang perempuan memimpin pesantren, sedangkan putra Kiai Masyhur masih mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Gontor Ponorogo dan Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. Ketiga, karena kecerdasan dan pengalaman Kiai Sajjidun selama menjadi santri di Lirboyo sehingga dipercaya menjadi menantu seorang kiai besar di pesantren Ngumpakdalem. Keempat, karena Kiai Sajjidun bukan putra dari seorang kiai yang mempunyai pesantren sehingga tidak ada alasan untuk tidak menerima amanah menjadi pemimpin pondok pesantren Al Rosyid. Pada awal kepemimpinan Kiai Sajjidun kondisi pesantren masih belum tertata dengan baik. Dengan ketekunan Kiai Sajjidun santripun semakin

47 bertambah setiap tahunnya. Semua santri yang belajar di Pondok Pesantren Al Rosyid ini dituntun agar akhlaknya selalu terjaga. Hal tersebut untuk membentuk kepribadian masyarakat melalui santrinya. Pada mulanya pesantren tidak lain sebagai lembaga keagamaan yang mengajarkan dan mengembangkan serta menyebarkan ilmu agama Islam. 10 Namun pada saat ini pesantren sudah berkembang yaitu dengan mengenalkan sistem sekolah, sistem pendidikan berkelas dan berjenjang dengan nama Madrasah. Dari tahun 1972 sampai 1978 Pondok Pesantren Al Rosyid merupakan sebuah lembaga pendidikan yang masih menggunakan sistem pendidikan tradisional. Di mana pada saat itu lembaga madrasah Diniyah antara Pondok Pesantren Al Rosyid dengan pondok pesantren Abu Darrin masih bergabung sebagai lembaga pendidikan yang bernama Al-Wasilah dan berbasis lokal. Ijazah yang dikeluarkanpun bukan merupakan ijazah yang dikeluarkan dari Departemen Agama. Meskipun pesantren Abu Darrin masih keluarga jauh dari Kiai Masyhur namun pemikiran dan cara dalam mengelola pondok pesantren berbeda, akan tetapi pada saat itu sangat memungkinkan untuk bersatu. Bersatu dalam madrasah atu sekolah diniyahnya saja karena letaknya berdekatan sehingga menjalin kerjasama. 11 10 M. Dawam Rahardjo, Dunia Pesantren dalam peta pembaharuan pesantren dan pembaharuan (Jakarta: LP3ES, 1983), 2. 11 Malikah Masyhur (istri KH. Masyhur), Wawancara, Bojonegoro, 19 Mei 2016

48 Pada kepemimpinan Kiai Sajjidun ini lebih banyak mempertahankan, saat itu perkembangan hanya terjadi pada perbaikan kamar santri yang rusak dan perubahan sistem pendidikan, perubahan sistem pendidikan tersebut dari sistem salaf ke sistem modern, namun tidak meninggalkan sistem kesalafannya. Pada awalnya masyarakat tidak menerima begitu saja perubahan itu. Banyak penolakan dari berbagai pihak, tetapi Kiai Sajjidun tetap gigih untuk meneruskan sistem pendidikan baru demi perkembangan pesantren. Lambat laun masyarakat pun akhirnya menyadari bahwa perkembangan pendidikan yang harus diikuti. Perubahan tersebut mengakibatkan banyaknya santri yang berdatangan dari luar daerah seperti Lamongan, Surabaya, Jakarta, bahkan hingga Kalimantan. Sebagai mana seperti yang dituturkan oleh Nyai Masturotun (istri KH. Sajjidun sekaligus anak pestama KH. Masyhur) yang di wawancarai oleh penulis: Pada saat kepemimpinan pak Sajjidun ada penambahan sistem pendidikan, yang dulunya sistem tradisional kemudian ditambah sistem pendidikan modern. Dulu itu tidak semu masyarakat itu mau menerima pendidikan modern, kemudian lama-kelamaan msyarakat bisa menerima dan menyadari perkembangan pendidikan yang harus diikuti untuk lebih maju. Dari perubahan itu mulai banyak santri yang datang. 12 Sistem pengajaran di Pondok Pesantren Al Rosyid pada kepemimpinan Kiai Sajjidun tidak serta-merta menghilangkan sistem pendidikan yang lama begitu saja, ada pembagian waktu dalam pengajaran dua sistem ini. Setengah hari untuk pendidikan agama dan setengah harinya lagi untuk pelajaran umum, sehingga ibadah tidak hilang esensinya dengan begitu saja. Suatu lembaga 12 Masturotun (anak pertama KH. Masyhur dan istri dari KH. Sajjidun), Wawancara, Bojonegoro, 21 Mei 2016

49 pendidikan akan berhasil menyelenggarakan kegiatannya jika ia dapat mengintegrasikan dirinya ke dalam kehidupan masyarakat yang melingkupinya. Suatu lembaga pendidikan akan diminati oleh anak-anak, orang tua, dan seluruh lapisan masyarakat apabila mampu memenuhi kebutuhan mereka akan kemampuan ilmu dan teknologi untuk menguasai suatu bidang kehidupan tertentu. Kemampuan moral keagamaan serta sosial budaya untuk mempatkan diri di tengah-tengah pergaulan bersama sebagai manusia terhormat. Berkaitan dengan hal tersebut, pesantren mampu menyatu dengan masyarakat. Di sini masyarakat sekitar juga sering mengikuti kajian di pesantren ini, sehingga adanya pesantren diakui dan berdampak positif bagi warga sekitar. Beginilah yang terjadi di lingkungan Pondok Pesantren Al Rosyid. Di sini pendidikan sangat berpengaruh terhadap cerdasnya masyarakat dan kesertaannya masyarakat. Berbagai peristiwa yang terjadi di Indonesia menjadikan orang tua percaya terhadap sistem pendidikan pesantren di Indonesia termasuk yang terjadi di Al Rosyid. Dari situlah orang tua beranggapan bahwa pondok pesantren merupakan tempat yang paling bagus untuk anaknya dengan bermodal agama sebagai pegangannya. Dari dukungan para masyarakat ini, pesantren dapat berkembang karena bagaimanapun hubungan antara pesantren, kiai dan para masyarakat luas menjadi pemicu perkembangan suatu pondok pesantren. Semakin bertambahnya para santri setiap tahunnya, menunjukkan bahwa

50 pesantren ini berkualitas dan mendapat tanggapan baik dari masyarakat. Dengan demikian pesantren mempunyai pengaruh baik terhadap masyarakat. Setelah adanya kiai Sajjidun, keadaan santri berangsur-angsur membaik karena santri dan guru sudah mempunyai rujukan dan mempunyai tempat pertimbangan dalam setiap masalah, selain itu juga mempunyai penanggung jawab. Perubahan yang terjadi tidak hanya perubahan terhadap jumlah santri dan gurunya, akan tetapi perubahan bentuk fisik bangunan gedung yang terjadi di Pondok Pesantren Al Rosyid sudah mulai terlihat. Beberapa diantaranya adalah renovasi beberapa bangunan yang sudah mengalami kerusakan. Kerusakan tersebut diantaranya merupakan bangunan peninggalan Kiai Masyhur yang digunakan sebagai sebagai tempat sekolah dan juga bangunan pondok santri putra yang pertama dibangun oleh Kiai Masyhur. Pada saat itu santri ditempatkan di kediaman Kiai Sajjidun dan kediaman istri Kiai Masyhur sebagai tempat yang nyaman untuk belajar para santri. Sebagai mana seperti yang dituturkan oleh Nyai Masturotun (istri KH. Sajjidun sekaligus anak pestama KH. Masyhur) yang di wawancarai oleh penulis: Pada saat itu perubahan tidak terjadi pada santri yang bertambah banyak dan bertambahnya guru pengajar, tetapi juga memperbaiki kamar-kamar santri yang rusak yang kemudian dijadikan tempat sekolah. Para santri dipindahkan ke rumah Pak Sajjidun. 13 13 Ibid.,

51 Pada tahun 1977 Kiai Sajjidun mulai membangun mushola dengan sedikit bantuan dari salah seorang teman dekatnya. Dengan berjalannya waktu, mulailah berdatangan santri putri. Dari situlah Kiai Sajjidun mulai berfikir dan berniat untuk menambah bangunan kamar untuk bermukim. Pada tahun 1979 Kiai Sajjidun membangun beberapa kamar untuk santri putri, kamar tersebut pun terletak dekat dengan rumah Nyai Malikah. 14 Setelah beberapa tahun sistem pendidikan di pesantren Al Rosyid berubah menjadi LPHM (Lembaga Pendidikan Hidayatul Mubtadi in) yang berdiri sendiri tanpa campur tangan pihak luar. Sistem pendidikan semi modern sudah mulai masuk karena dirasa sangat membantu dalam pendidikan santrinya setelah lulus nanti. Pendidikan agama dan umum sudah mulai digabungkan dalam pelajaran madrasah. Akan tetapi pelajaran agama masih dominan karena dasar dari sebuah pesantren adalah pelajaran agama. Pondok Pesantren Al Rosyid sudah mulai membuka diri dari sistem modern yang ada. Sistem pendidikan modern ini dimasukkan ketika berdiri sebuah LPHM yang berdiri dan diresmikan Pondok Pesantren Al Rosyid pada tahun 1979. Setelah beberapa tahun Pondok Pesantren Al Rosyid membuat lembaga pendidikan formal independen berupa MA (Madrasah Aliyah) pada tanggal 3 April 1982, kemudian ditambah MTs (Madrasah Tsanawiyah). Sebelum akhir kepemimpinan kiai Sajjidun pada tahun 1988 LPHM berubah nama menjadi YPPPA (Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren). Yayasan tersebut mempunyai 14 Malikah Masyhur (istri kiai Masyhur), Wawancara, Bojonegoro, 9 Mei 2016

52 pendidikan formal mulai dari Taman Kanak-kanak, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah. C. Periode III KH. Alamul Huda (1989-2016) Sepeninggalnya kiai Sajjidun puncak kepemimpinan pondok pesantren Al Rosyid Pada tahun 1989 mulai dipegang oleh KH. Alamul Huda yakni putra KH. Masyhur, ketika itu beliau berusia 25 tahun. Pada saat itu Kiai Huda baru pulang dari Pondok Pesantren Gontor Ponorogo pada tahun 1988. Kemudian disusul pada tahun 1991 pulanglah putra KH. Masyhur yakni KH. Muhammad Syafiullah dari Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. Sebagai mana seperti yang dituturkan oleh Kiai Alamul Huda (anak KH. Masyhur) yang di wawancarai oleh penulis: Setelah meninggalnya Kiai Sajjidun kepemipinan diteruskan oleh gus Huda, yang dulunya mondok di gontor kemudian pulang pada tahun 1988. Kemudian tiga tahun kemudian saya pulang dari mondok dari Lirboyo pada tahun 1991. Pada saat itu saya juga ikut serta membantu untuk membangun dan mengembangan pondok. 15 Untuk pertama kali sasaran gedung yang dibangun adalah membangun gedung untuk sekolah Madrasah Aliyah, karena pada saat itu tempat yang digunakan untuk belajar kurang memadai. Sejak kepemimpinan beliau yang di bantu oleh saudara-saudaranya, mulailah diadakan perbaikan-perbaikan dan pembangunan antara lain pemugaran pondok pesantren yang semula satu lantai 15 Alamul Huda (anak KH. Masyhur), Wawancara, Bojonegoro, 9 Juni 2016

53 menjadi dua hingga empat lantai. Gedung tersebut digunakan untuk aktivitas kegiatan santri seperti sekolah dan mengaji. Gedung sekolah formal dibangun dengan cara mendapat sumbangan, wakaf dan mandiri oleh pesantren. 16 Untuk bangunan asrama santri secara umum masih tampak sederhana tetapi dengan prinsip kesederhanaan dan kemandirian hidup yang dinanamkan di pondok pesantren Al Rosyid. Pada saat kepemimpinan kiai Huda lokasi pondok sekitar kurang lebih 1500 m 2. Untuk perkembangan selanjutnya atas bantuan dan usaha pribadi kiai huda bisa membeli beberapa bidang tanah untuk didirikan gedung-gedung baru, dikarenakan bertambah banyaknya santri yang ingin belajar ilmu agama dan umum di pondok pesantren Al Rosyid. Kemudian pada tahun berikutnya disusul pembangunan gedung untuk Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Ibtidaiyah, dan RA, hingga sekarang beliau mengembangkan luas tanah hingga 2 hektar lebih yang merupakan tanah wakaf dari dunatur masyarakat, swadaya pemerintah dan lain sebagainya kecuali tanah rumah milik pribadi kiai. Sebagai mana seperti yang dituturkan oleh Kiai Alamul Huda (anak KH. Masyhur) yang di wawancarai oleh penulis: Dulu peninggalan Kiai Sajjidun luas tanah hanya 1500m 2, kemudian lama kelamaan berkembang mulai bertambahnya santri hingga sekarang luas tanah menjadi 2 Hektar lebih. Semua itu merupakan usaha sendiri, tanah wakaf dari dunatur masyarakat, swadaya pemerintah dan lain sebagainya. 17 16 Moh. Syafiyullah (anak KH. Masyhur), Wawancara, Bojonegoro, 9 Juni 2016 17 Alamul Huda (anak KH. Masyhur), Wawancara, Bojonegoro, 9 Juni 2016

54 Pada awal kepemimpinan Kiai Huda santri berjumlah 250, berbagai peristiwa yang terjadi di Indonesia menjadikan orang tua percaya terhadap pendidikan pesantren. Demikian pula yang terjadi di pondok pesantren Al Rosyid, para orang tua beranggapan bahwa agama sebagai landasan dan pegangannya sehingga masyarakat pun semakin percaya positif bagi anak yang luar biasa. Dari dukungan masyarakat pesantren dapat berkembang karena bagaimanapun hubungan antara pesantren, kiai dan para masyarakat luas menjadi pemicu perkembangan suatu pondok. Selain penekanan pada tauhid, aqidah, fiqih dan akhlak juga ditekankan pada santri untuk menguasai Bahasa Arab dan Bahasa Inggris, bahkan bahasa tersebut digunakan sebagai bahasa sehari-hari, adapun program hafalan Al- Qur an. Semakin berkembangnya para santri setiap tahunnya, menunjukkan bahwa pesantren ini berkualitas dan mendapat tanggapan baik dari masyarakat. Dari situlah pondok pesantren mulai berkembang dan santri datang dari berbagai kalangan daerah, sehingga perkembangan santri mulai bertambah, pada tahun 2014 mencapai 1300 santri yang bermukim, kemudian pada tahun 2016 mencapai 1600 lebih hamper mencapai 2000 santri, terdiri dari santri putra dan santri putri. Santri tersebut berasal dari berbagai kabupaten di Jawa Timur seperti Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik, Surabaya, Kediri, Jember, Blitar. Selain dari Jawa Timur juga datang dari provinsi lain, yaitu Jawa Tengah diantaranya Cepu, Blora, Pati, Semarang, Jepara, Kudus, dan Magelang, jawa barat, Sumatra Barat, dan Kalimantan Selatan. Dalam menimba ilmu agama para santri

55 dibimbing oleh bapak kiai serta dibantu oleh para pembimbing (guru pengajar), tenaga administrasi dan pustakawan. Dewan guru pondok pesantren Al Rosyid berasal dari beberapa lembaga pendidikan. 18 Tabel C.1 Jumlah Santri Pondok Pesantren Al Rosyid tahun 1989-2016 No. Tahun Asal Daerah Jumlah Santri 1. 1989 Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik, Surabaya, Kediri 250 2. 1995 Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik 500 3. 2004 Bojonegoro, Tuban, Lamongan 750 4. 2010 Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik, Surabaya 1000 5. 2014 Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik, Surabaya, Kediri, Jember, Blitar 1300 6. 2016 Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik, Surabaya, Kediri, Jember, Blitar, Cepu, Blora, Pati, Semarang, Jepara, Kudus, dan Magelang, jawa barat, Sumatra Barat, dan Kalimantan Selatan 1600 Sumber: Data diperoleh melalui wawancara dengan pengasuh Pondok Pesantren Al Rosyid 18 Alamul Huda (anak KH. Masyhur), Wawancara, Bojonegoro, 9 Juni 2016

56 Seiring berjalannya waktu, KH. Alamul Huda yang dibantu oleh KH. Muhammad Syafiullah dan para dewan asatidz pengajar, melihat bahwa segala kepeduliannya terhadap dunia pendidikan dan kepada santri-santrinya yang bermukim di Pondok Pesantren Al Rosyid untuk menambah ilmu. Beliau berusaha untuk mempertahankan dan mengembangkan pondok pesantren, dimana pada pendidikan yang sudah dimulai pada periode kedua kepemimpinan Kiai Sajjidun, yakni menciptakan sitem pendidikan modern, namun tidaklah menghilangkan sistem tradisional yang sebelumnya. Pada dasarnya Kiai Huda dengan landasan berfikirnya yang lebih maju dan lebih aspek terhadap pekembangan zaman. Pada saat itu pendidikan di Pondok Pesantren Al Rosyid sudah ada pendidikan formal mulai jenjang RA, MI, MTS dan MA, namun muridnya hanya sedikit, lambat laun siswa semakin banyak. Berdasarkan hasil wawancara penulis kepada KH. Alamul Huda, beliau menyampaikan bahwa Mengembangkan dan mempertahankan itu lebih sulit dari pada mendirikan. 19 Sejak awal perkembangan pondok pesantren, dengan bentuknya yang khas dan bervariasi pondok pesantren terus berkembang. Selain itu pondok pesantren juga banyak berperan dan berfungsi sebagai lembaga pengembangan masyarakat. Sebagai konsekuensi keikutsertaan pondok pesantren dalam laju kehidupan masyarakat yang bergerak dinamis. Selain berkembang pada aspek pokoknya yaitu pendidikan dan dakwah juga berkembang hampir semua aspek kemasyarakatan terutama yang berkaitan dengan kebudayaan, seperti halnya 19 Moh. Syafiyullah (anak KH. Masyhur), Wawancara, Bojonegoro, 9 Juni 2016

57 yang ada di Pondok Pesantren Al Rosyid. Berikut adalah beberapa contoh aspek kehidupan kemasyarakatan yang berkembang di pesantren. 1. Pendidikan Agama dan Pengajian Kitab 2. Pendidikan Dakwah 3. Pendidikan Formal 4. Pendidikan Seni 5. Pendidikan Kepramukaan 6. Penyelenggaraan Kegiatan Sosial