BLANK PAGE THE GAME WITH NO NAME CASTARE Diterbitkan secara mandiri oleh Nulisbuku.com
Kata Pengantar Huh... Setelah 3 tahun membaca banyak novel, mengingat apa saja yang harus kita perhatikan dalam novel, apa saja yang sangat penting dalam novel sampai hal-hal kecil yang tidak perlu tapi menarik untuk dilakukan dalam novel, pada akhirnya novel ini selesai juga. Benar-benar melelahkan... <<curhat sedikit>> Ini pertama kalinya saya membuat novel. Jadi mungkin masih banyak kekurangan. Entah itu pada kata-katanya, entah itu pada bahasanya, atau ada beberapa cerita yang saya tidak ceritakan pada anda. Yang penting saya berharap bahwa anda menyukai cerita yang saya buat. Sebelumnya, saya juga akan berterima kasih kepada teman-teman saya dan juga sahabat-sahabat saya yang telah mendukung saya sampai sejauh ini. Ini sungguh luar biasa. Saya tidak tahu harus berkata apa, tapi akan saya katakan terima kasih yang sebesar-besarnya pada kalian semua. Kemudian, untuk orang-orang yang ada di nulisbuku.com, terima kasih sebesar-besarnya saya diberi kesempatan menerbitkan buku ini. Yosh...!!!! selamat membaca...!!! yooo...!!!! kuharap kalian menyukainya. Home, 27 Maret 2016 Castare
Diterbitkan Melalui : www.nulisbuku.com Terima kasih kepada orang yang selalu mendukung saya dari belakang
Act 1 <<Prologue>> No Name New York, Saturday, 31 December 2022 05:12:22 AM Wake Up Benda putih turun dari langit secara perlahan. Jalanan pun hampir ditutupi oleh benda putih tersebut. Beberapa benda bergerak dengan kecepatan yang sangat cepat melintasi sebuah jalan yang berwarna hitam. Beberapa orang berlalu-lalang di sekitarku dan selalu menatapku dengan perasaan heran. Tapi aku tidak memedulikan semua itu, karena aku tak tahu apa yang mereka pikirkan. Cahaya terang di mana-mana. Ada yang membentuk sebuah tulisan dan ada juga yang membentuk sebuah gambar. Banyak orang yang sedang tertawa dan mengobrol bersama teman-temanya dan tidak jarang aku mendengar mereka membicarakanku. Sudah empat hari berlalu, semenjak aku terbangun dari tidurku. Aku terbangun di sebuah tempat yang di kelilingi benda-benda berwarna cokelat dan menjulang ke atas hingga ujungnya yang berwarna cokelat dan lancip muncul. Di sekitarku terdapat benda putih yang menutupi hampir seluruh bagian dari diriku. Aku tak tahu apa-apa dan tak satu pun ingatan yang dapat ku ingat. Hampir terasa seperti hampa di dalam ruangan yang kosong. Aku tidak mengerti apa yang terjadi padaku, di mana sekarang aku berada, dan siapa aku.
Lalu setelah aku bangun, aku mulai berjalan tanpa tujuan. Berjalan dengan dua kaki yang tak pernah lelah menyusuri jalanan berwarna hitam ini. Dua hari kemudian, aku sampai di tempat ini. Di tempat di mana orang-orang bisa keluar masuk dari benda yang tinggi dengan pakaian tebal mereka. Beberapa benda tinggi itu ada yang dilapisi oleh benda lainnya yang tidak berwarna, tetapi aku masih bisa melihat apa yang ada di dalamnya. Anehnya aku tidak bisa melewati benda itu. Entah sudah berapa kali aku mencoba melewati benda itu dan setiap aku mencoba melewati benda itu, selalu saja ada orang yang menertawakanku. Aku tak tahu kenapa tapi aku merasa seperti aku ini orang aneh bagi mereka. Lalu di kota ini juga ada benda bergerak yang di dalamnya terdapat seseorang atau lebih melaju dengan kecepatan yang tidak dapat aku bayangkan. Beberapa ada yang menaiki benda dengan pegangan di kedua tangannya dengan kecepatan yang sama dengan benda bergerak lainnya. Tapi aku merasa pernah melihat itu sebelumnya, hanya saja aku tak ingat benda apa itu. Pada saat malam hari pun, sebuah benda bercahaya tergantung di atasku. Benda-benda tinggi itu pun beberapa ada yang mengeluarkan cahaya sama seperti benda yang berada di sisi jalan berwarna hitam ini. Beberapa benda ada yang mengeluarkan cahaya juga, bahkan mungkin seperti aku melihat sesuatu yang bergerak di dalam benda itu. Ada juga benda yang mengeluarkan suara dan masih banyak benda yang aku lihat di tempat ini. Semenjak aku datang ke tempat ini orang-orang di sekitarku selalu memandangku selama beberapa saat. Ada yang tertawa, keheranan,
terkejut, kagum dan beberapa ada yang berkata Apa kau tidak kedinginan? atau Apa dia bodoh? Entahlah apa yang salah dariku. Padahal aku mengenakan apa yang mereka kenakan. Tapi mereka tetap memberikan respon seperti itu tiap kali mereka melihatku. Walapun aku dapat mengerti beberapa kata, tapi aku tidak tahu apa itu dingin ataupun bodoh. Kata-kata itu tidak ada di dalam ingatanku yang masih menempel hingga saat ini. Hari ini aku masih tetap berjalan dan belum berhenti untuk beristirahat sedikit pun. Hanya saja kali ini, di sebuah persimpangan, kakiku mulai terasa sakit dan memaksaku untuk duduk dan terdiam di dekat benda tinggi tersebut yang di atasnya tertulis Lucky. Aku duduk di dekat tempat orang-orang keluar masuk dari benda tinggi itu. Beberapa menit kemudian, rasa sakit itu mulai hilang dan digantikan oleh rasa sakit di perutku. Sepertinya ada yang salah dengan perutku ini. Aku sudah merasakannya semenjak dua hari yang lalu. Saat itu perutku mulai bergetar dan sekarang getaran itu berubah menjadi sakit yang tak bisa kutahan. Saat perutku mulai berbunyi cukup keras, seseorang berhenti di depanku, memerhatikanku dengan jelas. Sepertinya kau kelaparan, katanya sambil tersenyum kecil kepadaku. Lalu dia mengambil sesuatu dari bajunya dan menjatuhkan beberapa benda ke tanah sambil berkata, Ini sedikit uang untukmu. Kemudian dia pergi. Beberapa orang juga melakukan hal yang sama berturut-turut, tapi mereka tidak mengatakan sesuatu seperti orang yang
pertama. Apa yang mereka lakukan? Dan apa yang mereka berikan padaku? Ini adalah benda yang aneh menurutku. Tapi aku pernah melihat benda ini sebelumnya. Setelah beberapa orang menjatuhkan benda seperti ini terus-menerus, aku pun mulai mengambil benda tersebut. Aku membolak-balikan benda berbentuk bulat itu dan memerhatikannya baik-baik. Benda apa ini? pikirku. Aku memutar benda itu beberapa kali, hingga seseorang berbicara padaku. Itu uang, nak, kata orang yang melihatku dan sekarang berdiri di depanku. Selama beberapa saat aku menatapnya dengan perasaan heran. Siapa dia? Apa dia memberitahuku tentang benda ini? Itulah yang pertama kali terpikirkan olehku saat melihat wajahnya yang penuh dengan senyuman mengatakan hal itu. Tapi selanjutnya dia berkata, Apa aku boleh duduk di sampingmu? Aku hanya mengangguk dan dia mulai duduk di sampingku. Aku melihat orang itu sekali lagi dan memerhatikannya baik-baik. Laki-laki itu berbadan kurus sama sepertiku matanya berwarna hijau gelap yang dapat aku lihat dengan jelas. Dia memakai baju berbulu mungkin, karena aku tidak tahu pasti apa yang dia kenakan itu berwarna biru, kaos berwarna hitam, celana panjang berwarna abu-abu dengan sepatu berwarna hitam putih dan sesuatu yang mengikat di lehernya. Apa dia tidak tercekik? Dia membawa dua benda berbentuk silinder yang mengeluarkan uap air di kedua tangannya. Entahlah apa yang dia bawa itu. Rambut berwarna hitam yang terlihat rapi dengan
wajah yang hampir mirip seperti anak kecil. Tapi kurasa dia berumur 19 tahun. Uang? Apa itu uang? tanyaku, beberapa saat setelah dia duduk. Ini adalah kali pertama aku mengeluarkan suaraku dan aku bisa mendengar suaraku dengan jelas. Ternyata suaraku sangatlah halus. Sama seperti orang itu. Apa? Apa kau tidak tahu uang? katanya dengan ekspresi keheranan. Ya ampun, apa kau benar-benar tidak tahu soal uang? tanyanya lagi dengan pertanyaan yang sama. Tidak, aku tidak tahu, jawabku sambil menggelengkan kepalaku secara perlahan. Lalu dia mendesah dan kemudian duduk di sebelahku. Kukira kau orang asing yang tak tahu mata uang di sini, sepertinya kau itu orang desa, ya. Soalnya kau tidak tahu apa itu uang. Kalau begitu, akan kujelaskan. Uang adalah alat untuk membeli sesuatu yang kau inginkan. Biasanya ini digunakan untuk membeli minuman, makanan, barang-barang lainnya yang kau inginkan. Tapi ini aneh. Belum pernah aku melihat seseorang yang tidak tahu soal uang. Ini sangat lucu," katanya dengan panjang lebar dan diakhiri oleh senyuman. Lalu dia menempelkan bibirnya ke silinder paling ujung dan menghisap sebuah cairan dari benda itu. Aku terus memerhatikannya dengan penasaran. Apa kau mau? kata pria itu yang melihatku memerhatikan benda yang ia hisap itu sambil menyodorkan benda berbentuk silinder itu padaku. Aku hanya menjawab dengan anggukan dan mengambil apa yang dia beri
itu. Lalu aku meniru gerakannya tadi dan mulai menghisapnya dengan perlahan. Rasanya hangat, manis, agak sedikit pahit tapi ini enak. Sepertinya kau menyukai capuchino itu, katanya saat dia melihatku terus menghisap cairan yang ada di benda ini. Aku tidak tahu apa yang dia sebut dengan capuchino, tapi kurasa itu adalah sebuah nama untuk cairan ini. Hei nak, apa kau tidak merasa kedinginan? tanyanya saat aku menikmati cairan yang menyegarkan ini. Dingin? Jangan bilang kau tidak tahu apa itu dingin atau apa itu jaket, kata pria itu dengan nada yang berbeda dari sebelumnya. Aku hanya menggelengkan kepala dengan perlahan untuk merespon semua itu. Ayolah, makhluk Macam apa kau ini? Alien, huh? katanya sambil memegang kepalanya dengan kedua tangannya. Bahkan anak kecil pun tahu apa itu dingin, katanya yang kelihatan menunjukan ekspresi yang lain. Aku... tidak tahu. Dia mendesah keras, kemudian melepaskan benda yang melilit lehernya dan memberikan benda itu padaku. Pakai itu. Kau akan kedinginan jika berpakaian seperti itu, katanya sambil memberikan benda yang tadi melilitnya padaku. Lalu aku mulai memakainya sama seperti yang dia lakukan. Tiba-tiba saja, aku merasakan sesuatu. Ada rasa yang menyentuh di sekitar leherku.
Badanku merasakan rasa di tusuk-tusuk tadi menghilang. Benda apa ini? Ini... ini ajaib... Huh... kau ingin jalan-jalan? tanyanya yang melihatku terkagum- kagum pada benda ini. Aku hanya menganggukan kepala, kemudian dia mulai membawaku pergi. Dia mulai menjelaskan tentang apa itu dingin dan juga jaket. Dia juga menjelaskan tentang benda putih ini, benda yang mencekiknya tadi, benda silinder yang dia berikan, lalu semua yang ada di sekitarku dia menjelaskannya juga. Apa itu sudah jelas? Ya, kataku sambil menganguk kepada orang yang baik itu. Baguslah. Ternyata mengajarkan alien sepertimu tentang teknologi di bumi itu sangat susah. Maaf, tapi jangan salah sangka, aku mengatakan ini bukan berarti kau itu alien, tapi di tempatku orang yang aneh sepertimu itu disebut alien. Aku hanya membalas itu dengan senyuman. Kemudian selama beberapa saat kami terdiam, hingga dia bertanya sesuatu lagi padaku. Ngomong-ngomong kita belum berkenalan, namaku Smith, siapa namamu? katanya sambil mengulurkan tangannya padaku. Aku hanya terdiam melihat tangannya dengan keheranan. Apa semua orang dan benda di sini mempunyai nama? Apa aku juga mempunyai nama sebelum aku terbangun? Lalu siapa namaku? pikirku.
Saat aku ingin membuka mulutku untuk menjawab Aku tidak punya nama, tiba-tiba saja seseorang berteriak dari seberang jalan. Hei kau! kau tidak boleh mengemis di sana!!! sambil menunjuk ke arah kami dan berlari sambil membawa sebuah benda panjang. Oh tidak, sepertinya kita dalam masalah, ayo cepat lari sebelum dia kemari, katanya sambil menarik lenganku dan berlari secepat yang dia bisa. Kenapa kita harus berlari? tanyaku yang tak mengerti apa maksudnya ini. Mungkin saja orang itu adalah orang yang mau bergabung dengan kita dan berbincang-bincang seperti apa yang dia lakukan. Hah... tidak ada waktu untuk menjelaskannya, yang penting selamatkan dirimu sekarang, responnya sambil menambah kecepatan larinya. Orang yang mengejar kami terus-menerus berteriak sambil berlari dengan kecepatan tinggi. Orang itu memakai baju berbulu yang mereka sebut dengan jaket baju berwarna biru muda dan celana berwarna hitam serta sepatu berwarna hitam juga. Kepalanya memakai sesuatu, kulitnya hitam dan matanya berwarna biru tua yang masih bisa kulihat dari jarak sejauh ini. Kejadian ini mengingatkanku pada kejadian kemarin. Seekor binatang mengejar binatang lain yang lebih kecil, hingga binatang yang besar menangkap dan memakan binatang yang kecil itu. Apakah hal itu akan terjadi padaku sekarang? Sambil berlari Smith menjelaskan orang yang mengejar kami itu. Dia bilang, orang itu disebut polisi. Mereka bertugas untuk menertibkan
orang-orang. Mereka paling benci dengan pengemis dan sepertinya aku disangka pengemis oleh orang itu. Selama beberapa lama kami terus berlari tanpa henti dan kelihatannya orang yang mengejar kami mulai kelelahan. Orang yang menarikku hingga sekarang juga terlihat mulai kelelahan juga. Nafasnya sudah menunjukan sesuatu yang tidak bagus. Seperti ada sesuatu masalah pada hidungnya. Lalu pria ini berhenti dan meletakan kedua tangannya di lutut sambil mengeluarkan nafas yang tidak teratur. Apa... dia... sudah pergi? tanyanya sambil diseling oleh nafasnya yang tidak beraturan. Aku rasa, ya. Sambil menoleh ke belakang dan melihat polisi itu sudah menghilang dari penglihatanku. Lalu desahan keras mulai keluar dari mulutnya dan dia mulai terjatuh di atas benda putih ini. Rasanya seperti dikejar oleh seekor anjing ganas, untungnya kita tidak tertangkap, benar kan kawan? Ya jawabku. Padahal aku tidak mengerti apa yang dia katakan. Dia terlihat seperti binatang kecil yang hampir saja dimakan oleh binatang besar. Lalu binatang kecil itu tertidur tanpa ada nafas di dadanya. Selama beberapa menit dia tertidur di atas benda putih itu sambil mengatur nafasnya yang tidak beraturan itu. Sedangkan aku duduk di sebelahnya sambil memikirkan siapa namaku. Lalu dia mulai mendesah lagi kemudian berdiri sambil membersihkan dirinya dari benda putih yang menempel di celananya.
Kurasa aku harus pergi, hari mulai gelap dan waktuku bermain sudah habis. Ya... walaupun aku belum tahu namamu, tapi pertemuan ini cukup menyenangkan. Oh ya, ambil saja syal itu, aku memberikannya untukmu. Sampai jumpa, kata pria itu lalu berlari kecil ke sebuah gang. Beberapa saat kemudian orang itu menghilang. Ini adalah kali pertama aku berbicara dengan seseorang dan ini menjadi hari pertama yang membuatku tahu segalanya. Mungkin jika aku bertemu dia lagi, aku akan berterima kasih sebanyak-banyaknya atas informasi yang dia berikan padaku. Juga atas minuman yang dia berikan padaku, itu sungguh nikmat. Sekarang aku akan kembali berjalan dan kuharap aku bisa mengingat sesuatu lagi setelah ini. Tidak, kurasa aku akan mengikutinya robek []