UJI SITOTOKSIK EKSTRAK PETROLEUM ETER HERBA BANDOTAN (Ageratum conyzoides L.) TERHADAP SEL T47D DAN PROFIL KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
UJI SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL HERBA BANDOTAN (Ageratum conyzoides L.) TERHADAP SEL T47D DAN PROFIL KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS SKRIPSI

UJI SITOTOKSIK EKSTRAK KLOROFORM HERBA BANDOTAN (Ageratum conyzoides L.) TERHADAP SEL T47D DAN PROFIL KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS SKRIPSI

UJI SITOTOKSIK EKSTRAK ETIL ASETAT HERBA BANDOTAN (Ageratum conyzoides L.) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA (T47D) DAN PROFIL KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyakit penyebab kematian utama di dunia setelah penyakit jantung (Baratawidjaya & Rengganis,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peradaban manusia, tumbuhan telah digunakan sebagai bahan pangan, sandang maupun obat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu penyakit yang menempati peringkat tertinggi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL KULIT UMBI KETELA GENDRUWO

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan keanekaragaman hayati dengan bermacam jenis spesies

BAB I PENDAHULUAN. jaringan tubuh yang tidak normal dan tak terkontrol. Sel-sel tersebut terbentuk

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang menjadi vektor dari penyakit Demam Berdarah ini dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UJI TOKSISITAS TERHADAP FRAKSI-FRAKSI DARI EKSTRAK DIKLORMETANA BUAH BUNI

I. PENDAHULUAN. lalapan karena memiliki cita rasa yang khas. Daun muda pohpohan memiliki

AKTIVITAS SITOTOKSIK FRAKSI POLAR EKSTRAK ETANOL BIJI SRIKAYA (Annona squamosa L.) TERHADAP SEL T47D SKRIPSI

DAFTAR ISI. Halaman. viii. PDF created with pdffactory Pro trial version

BAB III METODE PENELITIAN

POTENSI SITOTOKSIK EKSTRAK AIR DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

INTISARI. Kata kunci : Impatiens balsamina L., BST, Artemia salina Leach, KLT. xiv

5. Media Mekanisme kerja antimikroba Pengukuran aktivitas antibiotik Ekstraksi Kromatografi Lapis Tipis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Spons

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. bahan-bahan alam tersebut untuk mengobati berbagai macam penyakit dan

AKTIVITAS SITOTOKSIK FRAKSI NONPOLAR EKSTRAK ETANOL DAUN SRIKAYA (Annona squamosa Linn.) TERHADAP SEL T47D SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. paku di dunia (Jones dan Luchsinger, 1987; Sastrapradja, 1980 dalam Susilawati,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH LAMA WAKTU PENDINGINAN TERHADAP RENDEMEN DAN KEMURNIAN ALFA MANGOSTIN DARI KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana Linn.

Mekanisme Molekuler Sitotoksisitas Ekstrak Daun Jati Belanda Terhadap Sel Kanker

HASIL. (%) Kulit Petai 6.36 n-heksana 0,33 ± 0,06 Etil Asetat 0,32 ± 0,03 Etanol 70% 12,13 ± 0,06

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Indonesia penyakit kanker menduduki urutan ke-3 penyebab kematian sesudah

I. PENDAHULUAN. (medicinal mushroom) adalah Ganoderma lucidum. Jamur ini telah digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kanker diseluruh dunia diperkirakan akan terus meningkat pada tahun 2030 dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. dimanfaatkan oleh nenek moyang sejak zaman dahulu kala untuk memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

Lampiran 1. Prosedur Pembuatan Pereaksi Pendeteksi. Sebanyak 10 gram NaOH dilarutkan dengan aquades dalam gelas beker

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kering, dengan hasil sebagai berikut: Table 2. Hasil Uji Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. banyak komponen kimia yang terdapat di dalam tanaman, sehingga banyak

UJI AKTIVITAS PENGHAMBATAN FRAKSI NON POLAR EKSTRAK KLIKA ANAK DARA (Croton oblongus BURM F.) TERHADAP SEL KANKER HELA

dan tiga juta di antaranya ditemukan di negara sedang berkembang. Di Indonesia diperkirakan

EFEK EKSTRAK KLOROFORM BUAH Brucea javanica (L.) Merr. TERHADAP ANGIOGENESIS TUMOR PAYUDARA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L.)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA

SKRINING TOKSISITAS EKSTRAK HERBA BANDOTAN (Ageratum conyzoides L) DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UJI TOKSISITAS EKSTRAK DAUN Ficus elastica Nois ex Blume TERHADAP Artemia salina Leach DAN PROFIL KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN. masih tingginya angka kematian akibat kanker. Lebih detail, jenis kanker serviks

BAB I PENDAHULUAN. kosmetik. Jenis biota laut di daerah tropis Indonesia diperkirakan 2-3 kali lebih

BIOAKTIVITAS EKSTRAK METANOL DAN FRAKSI N-HEKSANA DAUN SUNGKAI (PERONEMA CANESCENS JACK) TERHADAP LARVA UDANG (ARTEMIA SALINA LEACH)

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatur perbaikan Deoxyribonucleic Acid (DNA) sehingga

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tahap pemanasan sehingga dapat menghindari terjadinya kerusakan komponen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Muhammadiyah Semarang di Jalan Wonodri Sendang Raya 2A Semarang.

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) TERHADAP DPPH (1,1-DIPHENYL-2-PICRYL HYDRAZYL) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Asam urat merupakan senyawa kimia hasil akhir dari metabolisme nucleic

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), negara negara di Afrika, Asia dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia mempunyai kebiasaan bercerita apa yang dilihat, didengar, dan

UJI SITOTOKSISITAS SENYAWA HASIL ISOLASI AKAR PASAK BUMI

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR...vi. DAFTAR ISI.vii. DAFTAR GAMBAR.ix. DAFTAR TABEL.xi. DAFTAR LAMPIRAN xii. INTISARI xiii.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK PETROLEUM ETER BIJI JALI ( Coix lacryma jobi, L. ) DAN HERBA BANDOTAN ( Ageratum conyzoides ) PADA SEL HELA SECARA IN VITRO

ISOLASI DAN KARAKTERISASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK DARI KULIT BATANG TAMPOI (Baccaurea macrocarpa) DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Sitotoksik Analisis Statistik HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Sitotoksik Analisis Siklus Sel dengan Flow Cytometry

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AKTIVITAS SITOTOKSIK FRAKSI POLAR, SEMIPOLAR, DAN NON POLAR EKSTRAK ETANOL DAUN TUMBUHAN SALA (Cynometra ramiflora Linn.) TERHADAP SEL T47D SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keragaman hayati.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami.

I. PENDAHULUAN. alam. Sebagai salah satu negara yang memiliki wilayah pantai terpanjang dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber bahan obat

BAB VI PEMBAHASAN. Rimpang temu putih yang sudah dipotong kecil-kecil didestilasi dengan

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Determinasi Tanaman. acuan Flora of Java: Spermatophytes only Volume 2 karangan Backer dan Van

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

0 UJI SITOTOKSIK EKSTRAK PETROLEUM ETER HERBA BANDOTAN (Ageratum conyzoides L.) TERHADAP SEL T47D DAN PROFIL KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS SKRIPSI Oleh: HANDAYANI ANDARU RETNO K100050037 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2009

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan pertumbuhan sel yang tidak terkontrol diikuti dengan proses invasi ke jaringan sekitarnya dan penyebaran (metastasis) ke bagian tubuh yang lain. Sifat utama sel kanker ditandai dengan hilangnya kontrol pertumbuhan dan perkembangan sel kanker tersebut (King, 2000). Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa lebih dari sepuluh juta kasus kanker terjadi setiap tahun di seluruh dunia (Anonim, 1998). Upaya-upaya pengobatan penyakit kanker sudah dilakukan oleh sebagian masyarakat untuk mengobati kanker seperti dengan pembedahan, radiasi, maupun kemoterapi. Usaha pengobatan kanker secara intensif telah dilakukan, tetapi hingga saat ini belum ditemukan obat kanker secara memuaskan. Hal ini disebabkan karena rendahnya selektivitas obat-obatan antikanker yang digunakan ataupun karena patogenesis kanker itu sendiri belum jelas (Bogoriani, dkk., 2007). Penemuan suatu agen pencegah kanker yang berasal dari alam semakin diminati oleh masyarakat mengingat terapi kanker yang selama ini ada memiliki efek samping. Untuk itu diperlukan suatu usaha dalam rangka menggali potensi tanaman obat khususnya yang ada di Indonesia sebagai alternatif pengobatan kanker terutama sebagai agen kemopreventif (Andika et al., 2008). Di Indonesia, Ageratum conyzoides L. (bandotan) merupakan tumbuhan liar dan lebih dikenal sebagai tumbuhan pengganggu (gulma) di kebun dan di ladang. 1

2 Bagian yang digunakan untuk obat adalah herba (bagian di atas tanah) dan akar. Herba bandotan berkhasiat untuk pengobatan demam, malaria, sakit tenggorok, radang paru, radang telinga tengah, perdarahan rahim, luka berdarah, mencegah kehamilan, tumor rahim, dan perawatan rambut (Anonim, 2007). Beberapa penelitian telah dilakukan terhadap daun bandotan. Sari kloroform dan sari metanol tanaman bandotan telah diuji toksisitasnya pada larva udang (Artemia salina Leach.) dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BST). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sari kloroform dan sari metanol mempunyai efek toksik terhadap larva Artemia salina Leach., dengan nilai LC 50 = 84,58 ± 4,60 µg/ml untuk sari kloroform dan LC 50 dari sari metanol sebesar 954,22 ± 21,49 µg/ml. Suatu senyawa dikatakan toksik bila LC 50 -nya < 1000 µg/ml, sehingga sari kloroform maupun sari metanol tanaman Ageratum conyzoides L. toksik terhadap Artemia salina Leach. (Kuswandi dkk., 2002). Suatu senyawa yang dikatakan toksik terhadap larva Artemia salina Leach. dapat dilanjutkan uji lanjutan berupa uji antibakteri, uji sitotoksik dan uji antiviral. Hasil penelitian yang lain menunjukkan bahwa ekstrak kloroform daun bandotan mempunyai efek sitotoksik terhadap sel Myeloma dengan IC 50 16,33 µg/ml (Gunawan, 2004). Hasil uji sitotoksisitas ekstrak gubal daun bandotan menunjukkan adanya sifat sitotoksik terhadap sel myeloma dengan harga LC 50 sebesar 20,707?g/ml (Wijayanti, 2004) Penelitian lainnya menunjukkan bahwa ekstrak metanol herba bandotan tidak memiliki efek sitotoksik pada kultur sel myeloma mencit (Puspitasari, 2008). Pada uji antiinflamasi ekstrak metanol Ageratum conyzoides dapat menghambat edema dari telapak kaki tikus yang sebelumnya diinduksi dengan carragenan (Galati, 2001).

3 Ekstrak air dan metanol Ageratum conyzoides potensial sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus, Yersinia enterocolitica, Salmonella gallinarum dan Escherichia coli (Okwori, 2007). Dalam penelitian ini akan dilakukan skrining untuk mengetahui efek sitotoksik dari herba bandotan (Ageratum conyzoides L.) terhadap sel T47D. Herba bandotan diekstraksi bertingkat menggunakan pelarut yang berbeda kepolarannya dari non polar sampai polar. Pelarut yang digunakan petroleum eter, kloroform, etil asetat, dan etanol. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek sitotoksik ekstrak petroleum eter herba bandotan terhadap sel T47D dan senyawa apa yang tersari dalam ekstrak petroleum eter tersebut. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : apakah ekstrak petroleum eter Ageratum conyzoides L. mempunyai efek sitotoksik terhadap sel kanker payudara (T47D) dan golongan senyawa apa yang tersari dalam ekstrak petroleum eter Ageratum conyzoides L? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek sitotoksik ekstrak petroleum eter Ageratum conyzoides L. terhadap sel kanker payudara (T47D) dan mengetahui golongan senyawa yang tersari dalam ekstrak petroleum eter Ageratum conyzoides L.

4 D. Tinjauan Pustaka 1. Kanker a) Pengertian Kanker Sel kanker merupakan the outlaw cell karena tumbuh secara tidak teratur, melanggar semua kaidah normal, tidak peduli akan kontrol dalam perbanyakan, dan menggunakan agendanya sendiri (Sofyan, 2000). Pembentukan kanker itu melalui empat tahap. Pada tahap inisiasi, terjadi perusakan DNA atau mutasi, yang mengatur penggandaan sel oleh senyawa penyebab kanker (karsinogen). Selanjutnya, terjadi peningkatan penggandaan sel yang abnormal akibat proses inisiasi. Fase ini dinamakan tahap promosi. Munculnya sel-sel kanker ganas yang diikuti dengan perubahan genetik yang nyata menandai perkembangan tahap progresi. Pada tahap metatasis, sel kanker melakukan ekspansi ke jaringan lain melalui pembuluh darah atau pembuluh limfe. Sel ekspansif itu akan membentuk tumor sekunder di jaringan yang ditulari (Anonim b, 2008). b) Karakteristik Kanker Menurut Hanahan dan Weinberg (2000), sel kanker memiliki karakteristik sebagai berikut : 1) Sel kanker mampu mencukupi kebutuhan sinyal pertumbuhannya sendiri. Sinyal pertumbuhan diperlukan agar sel dapat terus membelah. Berbeda dari sel normal, sel kanker dapat tetap dan terus tumbuh. 2) Tidak sensitif terhadap sinyal antipertumbuhan. Sel kanker tidak merespon adanya sinyal yang dapat menghentikan terjadinya pertumbuhan dan pembelahan sel. Dengan demikian, sel kanker dapat terus membelah.

5 3) Sel kanker mampu menghindar dari mekanisme apoptosis. Apoptosis merupakan program bunuh sel ketika sel tersebut mengalami kerusakan, baik struktural maupun fungsional, yang tidak dapat ditolerir lagi. Namun sel kanker dapat menghindar dari kematian dengan mengeblok jalur terjadinya apoptosis di dalam sel. 4) Sel kanker memiliki potensi tidak terbatas untuk mengadakan replikasi. 5) Sel kanker mampu menginduksi angiogenesis untuk mencukupi kebutuhannya akan oksigen dan nutrisi. Akan terbentuk cabang baru pada pembuluh darah yang menuju sel kanker yang kemudian akan mensuplai kebutuhan nutrisi dan oksigen dari sel kanker. 6) Sel kanker mampu menginvasi jaringan di sekitarnya dan membentuk anak sebar (Anonim a, 2008). c) Penyebab Kanker Penyebab kanker (karsinogen) dapat digolongkan menjadi beberapa faktor antara lain: a. Senyawa kimia (zat karsinogen) Misalnya ter atau jelaga berupa cairan atau gas sebagai hasil pembakaran zat biologi seperti kayu. Di dalam ter banyak mengandung karsinogen berupa benzena, toluen, fenol, areosol. Pada biji kacang-kacangan yang ditumbuhi jamur Aspergilus flavus terdapat aflatoksin yang merupakan karsinogen alami dan dapat menyebabkan kanker hati (Sukardja, 2000).

6 b. Faktor fisika Faktor fisika yang terutama adalah radiasi. Pengaruh radiasi pada molekul DNA dapat menimbulkan: 1) Perubahan yang dapat kembali (reversibel) 2) Molekul DNA berubah (rusak) dan sel akan mati 3) Terjadi perubahan pada molekul DNA yang tidak dapat kembali (irreversibel) dan mulai terjadinya kanker (Mulyadi, 1997). c. Hormon Beberapa data menunjukkan bahwa penggunaan jangka panjang hormone replacement therapy mempertinggi resiko terjadinya kanker payudara (Dipiro, 2005). d. Virus Rous Sarcoma Virus (RSV) dapat menyebabkan kanker pada ayam, leukemia pada burung dan mamalia, Mork Disease Virus (MDV) menyebabkan limphoma pada ayam (Mulyadi, 1997). d) Kanker Payudara Dari berbagai jenis kanker yang ada, kanker payudaralah yang paling ditakuti oleh banyak orang terutama oleh kaum hawa. Kanker payudara banyak diderita kaum wanita di Indonesia setelah kanker leher rahim (Meiyanto et al., 2006). Kanker payudara memperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi duktus atau lobus payudara. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk tumbuh dari satu sel menjadi massa yang cukup besar untuk dapat dipalpasi (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu, sekitar 25% kanker payudara sudah mengalami metastasis (Price, 2005). Beberapa kemoterapi untuk kanker payudara antara lain: 1) Tamoksifen, yang mekanisme kerjanya dengan berikatan pada reseptor modulator secara selektif.

7 2) Letrozole, anastrozole, dan exemestane, dengan mekanisme kerjanya sebagai aromatase inhibitors (menghambat kerja enzim aromatase untuk sisntesis estradiol yang merupakan karsinogen). 3) Doxorubicin (golongan antrasiklin) dan trastuzumab, dengan mekanisme kerja melisiskan sel-sel pembawa protein HER-2. (Dipiro, 2005) e) Sel Kanker Payudara (T47D) Sel kanker payudara T47D merupakan sebuah sel yang morfologinya seperti sel epitel yang diambil dari jaringan sebuah payudara seorang wanita berumur 54 tahun. Sel ini dapat ditambahkan dengan media penumbuh RPMI 1640 dengan Fetal Bovine Serum 10% dan antibiotik bebas pada temperatur 37 o C dan dapat tumbuh secara kontinyu menempel pada dasar flask (Anonim c, 2008). 2. Tanaman Bandotan a) Klasifikasi Tanaman Divisi Sub Divisi Classis Sub Classis Ordo Familia Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledonae : Sympetalae : Campanulatae (Asterales) : Compositae : Ageratum Species : Ageratum conyzoides L. (Steenis, 1997)

8 b) Nama Daerah Sumatera: bandotan, daun tombak, siangit, tombak jantan, siangik kahwa, rumput tahi ayam. Jawa: babadotan, babadontan leutik, babandotan beureum, babandotan hejo, jukut bau, ki bau, bandotan berokan, wedusan, dus wedusan, dus bedusan, tempuyak. Sulawesi: dawet, lawet, rukut, manooe, rukut weru, sopi. (Anonim, 2007) c) Morfologi Tanaman Bandotan tergolong dalam tumbuhan terna semusim, tumbuh tegak atau bagian bawahnya berbaring, tingginya sekitar 30-90 cm dan bercabang. Batang bulat berambut panjang, jika menyentuh tanah akan mengeluarkan akar. Daun bertangkai, letaknya saling berhadapan dan bersilang (Compositae), helaian daun bulat telur dengan pangkal membulat dan ujung runcing, tepi bergerigi, panjang 1-10 cm, kedua permukaan daun berambut panjang dengan kelenjar yang terletak di permukaan bawah daun, warnanya hijau. Bunga majemuk berkumpul 3 atau lebih, berbentuk malai rata yang keluar dari ujung tangkai, warnanya putih. Panjang bonggol bunga 6-8 mm, dengan tangkai yang berambut. Buahnya berwarna hitam dan bentuknya kecil. Daerah distribusi, habitat dan budidaya bandotan dapat diperbanyak dengan biji. Bandotan berasal dari Amerika tropis (Anonim, 2007). Di sini bandotan merupakan salah satu tumbuhan pengganggu yang terkenal. (Steenis, 1997). d) Kandungan Senyawa Bandotan mengandung asam amino, minyak atsiri, kumarin, ageratochromene, friedelin,? -sitosterol, stigmasterol, tannin, dan sulfur (Anonim, 2007). Daun dan bunga mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol, disamping itu daunnya juga mengandung minyak atsiri (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).

9 e) Manfaat Tanaman Bandotan berkhasiat untuk pengobatan: demam, malaria, sakit tenggorok, radang paru, perdarahan rahim, luka berdarah, mimisan, diare, disentri, mulas, muntah, perut kembung, keseleo, pegal linu, mencegah kehamilan, tumor rahim, dan perawatan rambut (Anonim, 2007). Hasil penelitian yang lain menunjukkan bahwa ekstrak kloroform daun bandotan mempunyai efek sitotoksik terhadap sel Myeloma dengan IC 50 16,33 µg/ml (Gunawan, 2004). Hasil uji sitotoksisitas ekstrak gubal daun bandotan menunjukkan adanya sifat sitotoksik terhadap sel myeloma dengan harga LC 50 sebesar 20,707?g/ml ( Wijayanti, 2004). Penelitian lainnya menunjukkan bahwa ekstrak metanol herba bandotan tidak memiliki efek sitotoksik pada kultur sel myeloma mencit (Puspitasari, 2008). Pada uji antiinflamasi ekstrak metanol Ageratum conyzoides dapat menghambat edema dari telapak kaki tikus yang sebelumnya diinduksi dengan carragenan (Galati, 2001). Ekstrak air dan metanol Ageratum conyzoides potensial sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus, Yersinia enterocolitica, Salmonella gallinarum dan Escherichia coli (Okwari, 2007). 3. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Kromatografi lapis tipis merupakan metode pemisahan komponen-komponen atas dasar perbedaan adsorbsi atau partisi oleh fase diam di bawah gerakan pelarut pengembangan atau pelarut pengembangan campur. Pemilihan pelarut pengembangan atau pelarut pengembangan campur sangat dipengaruhi oleh macam dan polaritas zatzat kimia yang dipisahkan (Mulja dan Suharman, 1995).

10 Fase diam yang umum dan banyak dipakai adalah silika gel yang dicampur dengan CaSO 4 untuk menambah daya lengket partikel silika gel pada pendukung (pelat). Adsorban lain yang banyak digunakan adalah alumina, kieselguhr, celite, serbuk sellulose, serbuk poliamida, kanji, dan sephadex (Mulja dan Suharman, 1995). Kromatogram pada KLT merupakan noda-noda yang terpisah setelah visualisasi fisika atau kimia. Visualisasi fisika dengan cara melihat noda kromatogram yang mengadsorbsi radiasi ultraviolet (UV) atau berfluoresensi dengan radiasi UV (254 nm atau 366 nm). Visualisasi kimia adalah dengan mereaksikan kromatogram dengan pereaksi warna yang memberikan warna atau fluoresensi spesifik yaitu dengan penyemprotan atomizer atau memberikan uap zat kimia (Mulja dan Suharman, 1995). Jarak pengembangan senyawa pada kromatrogram dinyatakan dengan retardation factor (Rf) atau hrf. Angka Rf diperoleh dengan membandingkan jarak bercak dari titik awal penotolan dengan jarak yang ditempuh fase gerak dan hrf dperoleh dengan mengalikan angka Rf dengan faktor 100 (h), menghasilkan nilai berjarak 0 100 (Stahl, 1985). 4. Ekstraksi dengan Metode Soxhletasi Ekstraksi atau penyarian merupakan kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Pada umumnya penyarian akan bertambah baik bila permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan dengan penyari semakin luas. Cara penyarian dapat dibedakan menjadi infundasi, maserasi, perkolasi,

11 dan penyarian berkesinambungan (soxhletasi). Dari keempat cara tersebut sering dilakukan modifikasi untuk memperoleh hasil yang lebih baik (Anonim, 1986). Soxhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu (Anonim, 2000). Keuntungan soxhletasi yaitu dibutuhkan bahan pelarut sedikit dan pelarut secara terus-menerus diperbaharui. Bahan yang akan diekstraksi berada dalam sebuah kantong ekstraksi di dalam sebuah alat ekstraksi dari gelas yang bekerja kontinyu. Wadah gelas yang mengandung kantung diletakkan diantara labu suling dan suatu pendingin balik dan dihubungkan dengan melalui pipa pipet, berkondensasi di dalamnya, menetas ke atas bahan yang diekstraksi dan membawa keluar bahan yang diekstrakkan. Larutan berkumpul di dalam wadah gelas dan setelah mencapai tinggi maksimal secara otomatis ditarik ke dalam labu, dengan demikian zat yang terekstraksi tertimbun melalui penguapan kontinyu dari bahan pelarut murni. Keburukan metode soxhletasi adalah waktu yang dibutuhkan untuk ekstraksi cukup lama (sampai beberapa jam) sehingga kebutuhan energinya (listrik, gas) tinggi (Voight, 1971). 5. Uji Sitotoksik Uji sitotoksik dapat menggunakan parameter nilai IC 50. Nilai IC 50 menunjukkan nilai konsentrasi yang menghasilkan hambatan proliferasi sel 50% dan menunjukkan potensi ketoksikan suatu senyawa terhadap sel. Nilai IC 50 dapat menunjukkan potensi suatu senyawa sebagai sitotoksik. Semakin besar harga IC 50 maka senyawa tersebut semakin tidak toksik (Melannisa, 2004).

12 Akhir dari uji sitotoksisitas dapat memberikan informasi konsentrasi obat maksimum yang masih memungkinkan sel mampu bertahan hidup. Akhir uji sitotoksisitas pada organ target memberikan informasi langsung tentang perubahan yang terjadi pada fungsi sel secara spesifik (Doyle and Griffiths, 2000 cit Indriati, 2002). MTT assay merupakan salah satu metode yang digunakan dalam uji sitotoksik. Metode ini merupakan metode kolorimetrik, dimana pereaksi MTT ini merupakan garam tetrazolium yang dapat dipecah menjadi kristal formazan oleh sistem succsinat tetrazolium reductase yang terdapat dalam jalur respirasi sel pada mitokondria yang aktif pada sel yang masih hidup. Kristal formazan ini memberi warna ungu yang dapat dibaca absorbansinya dengan menggunakan ELISA reader (Doyle dan griffith, 2000 cit Nurrochmad, 2001). E. Keterangan Empiris Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh data ilmiah tentang efek sitotoksik ekstrak petroleum eter herba bandotan (Ageratum conyzoides L.) terhadap sel kanker payudara (T47D) dan kandungan kimianya.