BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputusan untuk menerapkan sebuah teknologi dapat dipahami sebagai sebuah keputusan akibat dari serangkaian perhitungan dengan mempertimbangkan manfaat perubahan, biaya perubahan, keterbatasan informasi, dan ketidakpastian di masa depan (Hall dan Khan, 2002). Capaian manfaat seperti peningkatan kinerja pada organisasi yang berorientasi pada profit dapat menjelaskan mengapa sebuah teknologi diadopsi meski mungkin memakan biaya yang tidak sedikit. Menginvestasikan dana perusahaan untuk mengadopsi teknologi, berarti mengharapkan capaian hasil di masa depan, dengan konsekuensi ketidakpastian yang akan dihadapi. Markvart (2009) menyebutkan, ketidakpastian di masa depan membawa suatu perubahan substantif di mana setiap kejadian membentuk suatu pengalaman yang akan mendorong diri untuk melakukan perbaikan di masa depan. Proses tersebut sendiri dapat dikatakan sebagai sebuah proses kelembagaan. Kejadian di masa lalu mendorong diambilnya sebuah keputusan dari beberapa opsi kemungkinan 2
kejadian di masa depan dengan tujuan memaksimalkan pencapaian manfaat dan meminimalisir resiko yang terjadi. Berangkat dari pemahaman tersebut, maka dapat dikatakan lembaga telah membentuk pola pikir dan perilaku organisasi, karena setiap keputusan yang diambil oleh organisasi adalah cerminan dari pengalamannya di masa lalu (Markvart, 2009). Namun yang menjadi permasalahan saat ini, bagaimana bila sebuah set perilaku dan pola pikir yang sebelumnya sudah terlembagakan dan terbukti membawa dampak positif, telah memberi dampak yang tidak diduga sebelumnya ketika diterapkan di tempat lain dalam kondisi yang serupa seperti yang terjadi pada PT. Pasti Sukses (nama sebenarnya ada pada peneliti). Permasalahan yang terjadi pada PT. Pasti Sukses bermula dari optimisme manajemen puncak yang melihat adanya peluang pasar yang menarik dan didukung oleh ketersediaan sumber daya dalam jumlah yang cukup besar di daerah Boyolali. Pengalaman selama lebih dari 30 tahun bergerak di bidang industri pakaian jadi membawa wawasan yang cukup luas dalam pengelolaan industri ini. Di Boyolali sendiri tak kurang 11 unit usaha di industri tersebut dijalankan oleh grup PT. Pasti Sukses dan menyerap lebih dari 20.000 tenaga kerja. Dalam menjalankan 3
operasionalnya PT. Pasti Sukses mengadopsi berbagai teknologi, di mana keberadaan teknologi tersebut telah membentuk perilaku dan pola pikir yang terlembagakan baik melalui seperangkat aturan normatif, maupun dari kebiasaaan-kebiasaan dan interaksi yang terjadi antar karyawan. Untuk memperbesar kapasitas produksinya, pada tahun 2014 lalu grup PT. Pasti Sukses mendirikan unit usaha baru, dengan investasi teknologi yang cukup besar. Berbagai sistem tata kelola yang telah berhasil diterapkan di unit-unit usaha sebelumnya diterapkan di unit terbaru ini. Pengadaan mesin-mesin berteknologi tinggi yang dinilai sukses memberikan nilai tambah pada unit-unit sebelumnya juga diinvestasikan di unit terbaru ini. Semua ini dilakukan dengan harapan menjadi unit ini menjadi unit yang paling produktif dan efisien dibanding dengan unit-unit lain sebelumnya. Namun, kenyataan yang didapat tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan. Berbagai perilaku kontra produktif terjadi di lapangan. Kedisiplinan yang rendah, resistensi terhadap aturan-aturan normatif, dan tindakan kontra produktif lain muncul hingga pada akhirnya biaya operasional menjadi begitu tinggi, sementara hasil yang dicapai tidak mampu mencapai target yang diharapkan. Dapat digambarkan dalam grafik 4
Gambar 1.1 Grafik Profit / Loss Analysis PT. Pasti Sukses 2015 Profit/Loss Analysis di bawah, PT. Pasti Sukses belum mampu mencapai target penghasilan yang telah disepakati pada manajemen puncak pada rapat pimpinan di tahun 2015. 100% P/L Analysis Based on Target vs Realization 2015 0% -100% Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Profit/Loss on Target Profit/Loss Realization Gambar 1.1 Grafik Profit / Loss Analysis PT. Pasti Sukses 2015 Manajemen PT. Pasti Sukses menyadari ketidakberhasilan yang mereka alami sebagai sesuatu yang tidak diduga sebelumnya. Banyak penelitian dilakukan, yang mengamati penerapan dari teknologi dalam dunia industri dengan menggunakan berbagai perspektif, antara lain Zammuto dan O Connor (1992), Geels dan Smit (2000), Tuan (2010), dan Melitski, et. al. (2010). Kesemua penelitian tersebut melihat adanya pengaruh positif ketika teknologi mampu bersinergi dengan pola-pola yang telah ada dalam lingkungan tersebut sebelumnya. Meski begitu, 5
penelitian-penelitian tersebut belum mengupas secara detail bagaimana proses sinergi yang dilakukan. Dua tahun pertama yang dialami oleh PT. Pasti Sukses tidaklah mudah. Penelitian ini menggunakan persektif kelembagaan untuk menelusuri sinergi yang dilakukan pada proses penerapan teknologi. Penelusuran ini dilakukan dengan mengamati pola interaksi dan skema interpretatif setiap aktor pada dua tahun pertama sejak PT. Pasti Sukses berdiri. Dalam mengamati pola interaksi tersebut, perspektif kelembagaan dianggap sebagai perspektif yang paling tepat digunakan, mengingat perspektif ini didasarkan pada logika untuk mengamati aturan main di balik sebuah fenomena (Kraatz dan Block, 2008). Setiap perilaku dan pola pikir yang nampak, dalam studi kelembagaan dipandang sebagai sebuah manifestasi dari pola interaksi dan skema interpretatif yang telah dibangun sebelumnya (Hotho dan Saka, 2016). Oleh karena itu, penggunaan perspektif kelembagaan dalam penelitian ini diharapkan mampu memperluas wawasan mengenai praktek-praktek manajemen dimana tidak cukup dengan memandang fenomena ini sebagai salah satu bagian dari praktek manajemen sumber daya manusia stratejik (Wright dan Nishi, 2007), namun juga dapat memberikan perhatian terhadap pada aktor- 6
aktor dalam organisasi dan usaha yang mereka lakukan untuk merasionalisasikan tujuan dari penerapan teknologi (Collins, 1980). Dari situ diharapkan dapat didapatkan jawaban yang komprehensif mengenai masalah ini. 1.2 Masalah Penelitian Studi kelembagaan memandang perilaku setiap individu dibatasi oleh konteks kelembagaan di mana dia berada. Dalam kasus ini, PT. Pasti Sukses yang telah berhasil melembagakan pola pikir dan perilaku yang diharapkan kepada aktor, mengalami masalah saat mencoba melembagakan sistem yang telah ada pada unit usaha yang baru dibangunnya. Penerapan teknologi pada dua tahun pertama PT. Pasti Sukses mengalami banyak permasalahan meski telah dipersiapkan dengan matang. Banyaknya hal-hal yang terjadi di luar ekspektasi manajemen pada akhirnya membuat investasi teknologi yang dilakukan menjadi sia-sia karena tidak sesuai dengan target yang diharapkan. Oleh karena itu, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana proses berlangsungnya pelembagaan pada PT. Pasti Sukses dalam dua tahun pertamanya, yang berujung pada unexpected result. 7
1.3 Persoalan Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian sebagaimana yang telah dirumuskan di atas, maka dapat dijabarkan persoalan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana pola pelembagaan teknologi baru ke dalam perilaku karyawan baru pada PT. Pasti Sukses? 2. Mengapa pelembagaan yang dilakukan pada PT. Pasti Sukses tidak mencapai hasil yang diharapkan pada dua tahun pertamanya? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian sebagaimana yang telah dirumuskan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui pola pelembagaan teknologi baru yang dilakukan oleh PT. Pasti Sukses pada perilaku kerja karyawannya. 2. Mengetahui permasalahan yang terjadi dalam proses pelembagaan yang dilakukan oleh PT. Pasti Sukses pada dua tahun pertamanya. 8
1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat untuk: 1. Mengidentifikasi bagaimana proses pelembagaan dalam dua tahun pertama pada unit usaha baru dari sebuah organisasi yang telah mapan. 2. Memberi masukan bagi manajemen PT. Pasti Sukses dalam usaha peningkatan capaian manfaat dari teknologi yang dilakukan dengan memanfaatkan studi kelembagaan. 9