BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Setelah data diperoleh, peneliti perlu melakukan uji asumsi. Uji asumsi terdiri dari dua bagian, yaitu uji normalitas dan uji linieritas. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sebaran item normal atau tidak, sedangkan uji linieritas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan linier antara variabel tergantung dan bebas dari penelitian ini. a. Uji Normalitas i. Ketidakpuasan terhadap Tubuh Uji Normalitas pada skala ketidakpuasan terhadap tubuh menggunakan Kolmogorov-Smirnov dan diperoleh hasil sebesar 0,531 (p>0,05) yang menunjukkan bahwa distribusi penyebaran normal. Hasil perhitungan uji normalitas ketidakpuasan terhadap tubuh dapat dilihat pada lampiran E-1. ii. Perbandingan Sosial Uji Normalitas pada skala perbandingan sosial menggunakan Kolmogorov-Smirnov dan diperoleh hasil sebesar 1,019 (p>0,05) yang menunjukkan bahwa distribusi penyebaran normal. Hasil perhitungan uji normalitas perbandingan sosial dapat dilihat pada lampiran E-1. 36
37 b. Uji Linieritas Hasil uji linieritas variabel menunjukkan korelasi linier antara perbandingan sosial dengan ketidakpuasan terhadap tubuh. Hal tersebut ditunjukkan dengan F linier sebesar 69,413 (p<0,01) yang berarti terdapat hubungan linier antara perbandingan sosial dengan ketidakpuasan terhadap tubuh. Hasil perhitungan uji linieritas dapat dilihat pada lampiran E-2. 2. Uji Hipotesis Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan bantuan program komputer Statistical Packages for Social Sciences versi 16.0 for Windows. Teknik analisa data yang digunakan adalah korelasi Product Moment dari Carl Pearson dan diperoleh hasil 0,609 (p<0,01). Hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif sangat signifikan antara perbandingan sosial dengan ketidakpuasan terhadap tubuh. Semakin tinggi perbandingan sosial, maka semakin tinggi ketidakpuasan terhadap tubuh, begitu pula sebaliknya. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan pada penelitian ini diterima. Hasil perhitungan uji normalitas ketidakpuasan terhadap tubuh dapat dilihat pada lampiran F. B. Pembahasan Menurut Berg, dkk (2007,h.264), perbandingan sosial merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ketidakpuasan terhadap tubuh pada siswa SMP dan SMA. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
38 perbandingan sosial, maka semakin tinggi ketidakpuasan terhadap tubuh yang dialami. Pendapat tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini. Berdasarkan hasil uji hipotesis, koefisien korelasi diperoleh nilai postif dengan r xy =0,609 (p<0,01) yang berarti terdapat hubungan positif sangat signifikan antara perbandingan sosial dengan ketidakpuasan terhadap tubuh pada mahasiswa. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang diajukan pada penelitian ini diterima, yaitu semakin tinggi perbandingan sosial, semakin tinggi ketidakpuasan terhadap tubuh, begitu pula sebaliknya. Semakin rendah perbandingan sosial yang dilakukan, semakin rendah ketidakpuasan terhadap tubuh yang dialami mahasiswa. Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa kelompok mahasiswa mengalami ketidakpuasan terhadap tubuh dikarenakan perbandingan sosial yang dilakukan tinggi. Menurut Eccles dan Gootman (dalam Zarett dan Eccles, 2006, h.16), mahasiswa memiliki tugas untuk perencanaan masa depan dan pengambilan langkah-langkah untuk mewujudkannya yaitu karier dan pernikahan. Untuk mewujudkannya, kondisi fisik diperlukan untuk memenuhi tugas perkembangan mahasiswa (Asci, 2002, h.369). Pada penelitian ini, sumbangan efektif yang diperoleh sebesar 37,09%. Angka tersebut menunjukkan bahwa tingkat konsistensi variabel tergantung (ketidakpuasan terhadap tubuh) diprediksi oleh variabel bebas (perbandingan sosial), sedangkan sisanya sebesar 62,91% berasal dari faktor-faktor lain yang tidak dibahas pada penelitian ini, seperti konsep tubuh ideal, dukungan sosial, emosi negatif, harga diri, self objectification, self efficacy, dan apresiasi pada tubuh.
39 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan ketidakpuasan terhadap tubuh pada mahasiswa laki-laki dan perempuan, ditunjukkan dengan t=-3,112 (p=0,02) yang berarti terdapat perbedaan antara mahasiswa laki-laki dan perempuan dalam masalah ketidakpuasan terhadap tubuh. Mahasiswi perempuan mengalami ketidakpuasan terhadap tubuh yang lebih tinggi dibanding mahasiswa laki-laki, ditunjukkan dengan mean mahasiswa perempuan sebesar 64,83 dan mean remaja laki-laki sebesar 58,94. Hasil perhitungan uji beda ketidakpuasan terhadap tubuh pada remaja laki-laki dan perempuan dapat dilihat pada lampiran G. Hal tersebut sesuai dengan Hargeaves dan Tiggemann (2004, h.357) yang menunjukkan bahwa perbandingan sosial yang berasal dari media massa dengan ketidakpuasan terhadap tubuh lebih kuat terjadi pada perempuan dibanding laki-laki. Pendapat lain juga mengungkapkan bahwa mahasiswi perempuan yang melakukan perbandingan sosial dikaitkan dengan BMI (body mass index). Mahasiswi perempuan dengan skor BMI tinggi lebih sering melakukan perbandingan sosial yang menyebabkan ketidakpuasan terhadap tubuh (Van de Berg,dkk, 2007, h.264). Hasil penelitian variabel ketidakpuasan terhadap tubuh berdasarkan Mean Hipotetik (MH) diperoleh skor 72,5 dengan standar deviasi hipotetik (SDh) sebesar 14,5. Skor tersebut menunjukkan bahwa ketidakpuasan terhadap tubuh mahasiswa Universitas Katolik Soegijapranata berada pada tingkat sedang. Pada variabel perbandingan sosial, skor MH adalah 57,5 dengan SDh sebesar 11,5. Skor tersebut
40 menunjukkan bahwa tingkat perbandingan sosial yang dilakukan mahasiswa Universitas Katolik Soegijapranata berada pada level sedang. Hasil penelitian variabel ketidakpuasan terhadap tubuh berdasarkan Mean Empirik (ME) diperoleh skor 62,32. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat ketidakpuasan terhadap tubuh mahasiswa Universitas Katolik Soegijapranata berada pada level sedang, namun skor ME masih dibawah skor MH. Pada variabel perbandingan sosial, skor ME adalah 51,73. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat perbandingan sosial mahasiswa Universitas Katolik Soegijapranata berada pada level sedang, namun skor ME masih dibawah skor MH. Peneliti menyadari bahwa penelitian ini memiliki kelemahan. Kelemahan tersebut adalah tidak adanya sistem pre eliminary dan pada identitas lembar pengisian skala. Tidak adanya sistem pre eliminary menyebabkan item skala ketidakpuasan terhadap tubuh dan perbandingan sosial belum tersaring, sehingga masalah yang diteliti tidak terlalu terlihat. Pada lembar pengisian skala, identitas subjek tercantum nama, sehingga kerahasiaan subjek diketahui dan tidak tercantum jenis kelamin.