Prosiding Seminar ACE 22-23

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI KINERJA SIMPANG TIGA TAK BERSINYAL DENGAN METODE MKJI 1997 (Studi Kasus Simpang Tiga Jalan Ketileng Raya-Semarang Selatan)

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERSEMBAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN HALAMAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

Dari gambar 4.1 maka didapat lebar pendekat sebagai berikut;

DAFTAR ISI. Judul. Lembar Pengesahan. Lembar Persetujuan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuantitatif yang menerangkan kondisi operasional fasilitas simpang dan secara

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 7 (Tujuh)

Kata kunci : Tingkat Kinerja, Manajemen Simpang Tak Bersinyal.

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

EVALUASI DAN PERENCANAAN LAMPU LALU LINTAS KATAMSO PAHLAWAN

SIMPANG TANPA APILL. Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Data Masukan

BAB IV ANALISIS DATA. Data simpang yang dimaksud adalah hasil survey volume simpang tiga

ANALISA KINERJA SIMPANG TIDAK BERSINYAL DI RUAS JALAN S.PARMAN DAN JALAN DI.PANJAITAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Simpang Tak Bersinyal Notasi, istilah dan definisi khusus untuk simpang tak bersinyal di bawah ini :

DAFTAR ISI. i ii iii iv v. vii. x xii xiv xv xviii xix vii

MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT BEROPERASINYA TERMINAL PESAPEN SURABAYA

UNSIGNALIZED INTERSECTION

BAB 3 METODOLOGI. Tahapan pengerjaan Tugas Akhir secara ringkas dapat dilihat dalam bentuk flow chart 3.1 dibawah ini : Mulai

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 3 METODOLOGI Metode Pengamatan

JURNAL EVALUASI KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL PADA SIMPANG TIGA JALAN CIPTOMANGUNKUSUMO JALAN PELITA KOTA SAMARINDA.

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

IV. ANALISA DATA BAB IV ANALISIS DATA. 4.1 Geometri Simpang. A B C D. Gambar 4.1 Geometri Jl. Sompok Baru IV - 1.

PENGENDALIAN LALU LINTAS 4 LENGAN PADA PERSIMPANGAN JL. RE. MARTADINATA JL. JERANDING DAN PERSIMPANGAN JL. RE. MARTADINATA JL. HARUNA KOTA PONTIANAK

BAB III LANDASAN TEORI

Gambar 2.1 Rambu yield

TINJAUAN KINERJA PERSIMPANGAN PRIORITAS KAMPUNG KALAWI KOTA PADANG (Studi Kasus: Simpang Tiga Kampung Kalawi)

KINERJA SIMPANG LIMA TAK BERSINYAL JL. TRUNOJOYO, BANDUNG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA MARANATHA BANDUNG

MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT BEROPERASINYA TERMINAL TIPE C KENDUNG BENOWO SURABAYA

BAB III LANDASAN TEORI. lebih sub-pendekat. Hal ini terjadi jika gerakan belok-kanan dan/atau belok-kiri

EVALUASI KINERJA SIMPANG HOLIS SOEKARNO HATTA, BANDUNG

STUDI KINERJA SIMPANG BERSINYAL JALAN CIPAGANTI BAPA HUSEN BANDUNG

ANALISIS KINERJA SIMPANG TIGA PADA JALAN KOMYOS SUDARSO JALAN UMUTHALIB KOTA PONTIANAK

BAB 4 PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

TUGAS AKHIR. ANALISA KARAKTERISTIK KONFLIK LALU LINTAS PADA SIMPANG TAK BERSINYAL TIGA KAKI (studi kasus pada Jalan RC Veteran)

BAB IV HASIL DAN ANALISA. kondisi geometrik jalan secara langsung. Data geometrik ruas jalan Kalimalang. a. Sistem jaringan jalan : Kolektor sekunder

PERHITUNGAN KINERJA BAGIAN JALINAN AKIBAT PEMBALIKAN ARUS LALU LINTAS ( Studi Kasus JL. Kom. Yos Sudarso JL. Kalilarangan Surakarta ) Naskah Publikasi

ANALISA A KINERJA SIMPANG DAN RUAS JALAN AKIBAT PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT ROYAL DI KAWASAN RUNGKUT INDUSTRI SURABAYA

BAB V ANALISI DATA DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja atau tingkat pelayanan jalan menurut US-HCM adalah ukuran. Kinerja ruas jalan pada umumnya dapat dinyatakan dalam kecepatan,

STUDI KINERJA SIMPANG LIMA BERSINYAL ASIA AFRIKA AHMAD YANI BANDUNG

2.6 JALAN Jalan Arteri Primer Jalan Kolektor Primer Jalan Perkotaan Ruas Jalan dan Segmen Jalan...

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Lokasi Penelitian. Pengumpulan Data

STUDI KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL YANG TIDAK SEBIDANG DI KOTA MAKASSAR: STUDI KASUS SIMPANG JALAN URIP SUMOHARJO-JALAN LEIMENA

KAJIAN KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL DI KAWASAN PASAR TANAH MERAH BANGKALAN UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN RENCANA SIMPANG TAK SEBIDANG

Kajian Kinerja Persimpangan Jalan Harapan Jalan Sam Ratulangi Menurut MKJI 1997

Bundaran Boulevard Kelapa Gading mempunyai empat lengan masing-masing lengan adalah

ANALISIS KINERJA PERSIMPANGAN MENGGUNAKAN METODE MKJI 1997 (Studi Kasus : Persimpangan Jalan Sisingamangaraja Dengan Jalan Ujong Beurasok - Meulaboh)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diambil kesimpulan:

KAJIAN MANAJEMEN LALU LINTAS SEKITAR KAWASAN PASAR DAN RUKO LAWANG KABUPATEN MALANG

BAB 4 PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang dijabarkan dalam sebuah bagan alir seperti gambar 3.1.

MANAJEMEN LALU LINTAS SIMPANG SURAPATI SENTOT ALIBASA DAN SEKITARNYA

METODE BAB 3. commit to user Metode Pengamatan


BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. saling berpotongan, masalah yang ada pada tiap persimpangan adalah kapasitas jalan dan

BAB III LANDASAN TEORI. yang mempegaruhi simpang tak bersinyal adalah sebagai berikut.

PERENCANAAN LAMPU PENGATUR LALU LINTAS PADA PERSIMPANGAN JALAN SULTAN HASANUDIN DAN JALAN ARI LASUT MENGGUNAKAN METODE MKJI

ANALISA KINERJA SIMPANG JALAN MANADO BITUNG JALAN PANIKI ATAS MENURUT MKJI 1997

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL (Studi Kasus Simpang Empat Telukan Grogol Sukoharjo) Naskah Publikasi Tugas Akhir

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dimulainya penelitian terlebih dahulu dibuat tahapan-tahapan dalam

EVALUASI SIMPANG BERSINYAL ANTARA JALAN BANDA JALAN ACEH BANDUNG

ANALISIS KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL (STUDI KASUS SIMPANG EMPAT TAMAN DAYU KABUPATEN PASURUAN)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perempatan Cileungsi Kabupaten Bogor, terdapat beberapa tahapan pekerjaan

ANALISA PENENTUAN FASE DAN WAKTU SIKLUS OPTIMUM PADA PERSIMPANGAN BERSINYAL ( STUDI KASUS : JL. THAMRIN JL. M.T.HARYONO JL.AIP II K.S.

ANALISIS SIMPANG BERSINYAL JL. RADEN MOHAMMAD MANGUNDIPI - JL. LINGKAR TIMUR SIDOARJO TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL PERSETUJUAN PENGESAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

STUDI PUSTAKA PENGUMPULAN DATA SURVEI WAKTU TEMPUH PENGOLAHAN DATA. Melakukan klasifikasi dalam bentuk tabel dan grafik ANALISIS DATA

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

MANAJEMEN LALU-LINTAS DAN EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus : Jl. Semolowaru-Jl. Klampis Semolo Timur-Jl.Semolowaru- Jl.

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS : JLN. RAYA KARANGLO JLN. PERUSAHAAN KOTA MALANG)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai pertemuan dari jalan-jalan yang terlibat pada sistem jaringan jalan

BAB III LANDASAN TEORI. lintas (traffic light) pada persimpangan antara lain: antara kendaraan dari arah yang bertentangan.

ANALISIS KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL (Studi Kasus: Jalan Anyelir Jalan Akasia Jalan Hayam Wuruk)

BAB III LANDASAN TEORI

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus Simpang Bangak di Kabupaten Boyolali)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Ruas Jalan A. Data Umum, Kondisi Geometrik, Gambar dan Detail Ukuran

STUDI KAPASITAS, KECEPATAN DAN DERAJAT KEJENUHAN PADA JALAN LEMBONG, BANDUNG MENGGUNAKAN METODE MKJI 1997

Irvan Banuya NRP : Pembimbing : Ir. Silvia Sukirman FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. simpang terutama di perkotaan membutuhkan pengaturan. Ada banyak tujuan dilakukannya pengaturan simpang sebagai berikut:

PENENTUAN EKIVALENSI MOBIL PENUMPANG PADA SIMPANG TIGA TAK BERSINYAL ATAS DASAR KINERJA ARUS LALU LINTAS

EVALUASI GEOMETRIK DAN PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS PADA SIMPANG EMPAT POLDA PONTIANAK

BAB IV PEMBAHASAN. arus dan komposisi lalu lintas. Kedua data tersebut merupakan data primer

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Perumusan Masalah 1.3. Tujuan Penulisan

EVALUASI KINERJA SIMPANG BUNDARAN BARON SURAKARTA

PENGARUH PENUTUPAN CELAH MEDIAN JALAN TERHADAP KARAKTERISTIK LALU LINTAS DI JALAN IR.H.JUANDA BANDUNG

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

MANAJEMEN LALU LINTAS DI SEKITAR JALAN RAYA ABEPURA DI JAYAPURA

Kajian Kinerja Bagian Jalinan (Studi Kasus : Jl. Niaga 1 Jl. Yos Sudarso, Kota Tarakan)

BAB III LANDASAN TEORI Kondisi geometri dan kondisi lingkungan. memberikan informasi lebar jalan, lebar bahu, dan lebar median serta

Pristiwa Sugiharti 1, Wahyu Widodo 2. 2 Staff Pengajar Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta

Kata kunci : Simpang Bersinyal, Kinerja, Bangkitan Pergerakan

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

ACE 3-044 Evaluasi Kinerja Persimpangan Tak Bersinyal Sebagai Jalur Evakuasi (Jalan M.Hatta dan Jalan Benteng, Pasar Baru, Limau Manih) Titi Kurniati 1*, M. Azhar 1, 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Andalas *titi@ft.unand.ac.id Intisari Kampus Unand Limau Manih dimanfaatkan masyarakat kota Padang sebagai lokasi evakuasi saat terjadi gempa berpotensi tsunami. Untuk mencapai kampus Unand pengendara mestilah melewati persimpangan tak bersinyal bersinyal Jalan M.Hatta - Jalan Benteng, Pasar Baru. Saat ini kondisi lalu lintas pada jam sibuk terjadi kemacetan, untuk itu perlu dievaluasi kinerja persimpangan agar dapat dilakukan perbaikan. Penelitian dilakukan di simpang tak bersinyal tiga lengan (Jalan M.Hatta - Jalan Benteng). Survei dilakukan pada jam puncak pagi, jam puncak siang, dan jam puncak sore selama dua hari secara manual. Analisis Kinerja simpang tak bersinyal menggunakan MKJI 1997. Pada kondisi eksisting saat jam puncak pagi, kinerja simpang mempunyai kapasitas (C) = 2243 smp/jam, volume lalu lintas (Q)= 2149 smp/jam, derajat kejenuhan (DS) = 0,958, tundaan lalu lintas simpang (DTI) = 14, 730 detik/smp, Sesuai standar MKJI 1997 kinerja simpang dengan DS>0,75 sudah memerlukan perbaikan. Pengendalian persimpangan yang cocok dilakukan untuk menurunkan derajat kejenuhan adalah pertama menghilangkan hambatan samping dengan cara memasang rambu dilarang parkir, dan memasang rambu dilarang berhenti pada Jalan. M. Hatta sisi Timur, sehingga lebar pendekat menjadi 7,5 m. Kedua menerapkan larangan belok kanan pada Jalan M. Hatta yang akan menuju Jalan Benteng. Kinerja simpang setelah dilakukan pengendalian adalah kapasitas simpang, C = 3522 smp/jam, volume lalu lintas (Q)= 2576 smp/jam, DS = 0,731, Tundaan lalu lintas simpang (DTI) = 7, 873 detik/smp. Teknik Sipil, FakultasTeknik, Universitas Andalas 603

Kata kunci: simpang tak bersinyal, kinerja simpang, derajat kejenuhan, tundaan LATAR BELAKANG Persimpangan jalan M. Hatta dan jalan Benteng di kawasan Pasar Baru Limau Manih merupakan akses utama menuju Kampus Unand dan akses menuju jalan raya Indarung. Pada saat jam puncak lalu lintas di persimpangan ini sangat padat sehingga berakibat seringkali terjadi kemacetan. Apalagi kampus Unand seringkali digunakan masyarakat sebagai tempat evakuasi jika ada peringatan tsunami. Karena pentingnya peranan persimpangan ini, perlu dilakukan kajian terhadap kinerjanya. Penelitian ini bertujan untuk menganalisis kinerja simpang tiga lengan tak bersinyal tipe 324M dan pemilihan jenis pengendalian persimpangan yang tepat diterapkan pada simpang Jalan M.Hatta - Jalan Benteng untuk perbaikan kinerjanya. Pengumpulan data melalui survei primer meliputi survei volume lalu lintas, geometrik persimpangan, tipe lingkungan, dan hambatan samping. Metode pengambilan data volume lalu lintas dilakukan secara manual pada jam puncak pagi (07.00-10.00 WIB), jam puncak siang (12.00-14.00 WIB), dan jam puncak sore (16.00-18.00 WIB) selama dua hari. Diperlukan pula data sekunder berupa jumlah penduduk kota Padang pada tahun sebelum survei. Pengolahan data dan analisis kinerja simpang didasarkan pada Manual kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997. Parameter kinerja simpang adalah derajat kejenuhan dan tundaan simpang. Perencanaan Simpang Tak Bersinyal Penentuan tipe simpang Tipe simpang diklasifikasikan berdasarkan jumlah lengan, jumlah lajur jalan utama/mayor dan minor. Dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Nilai Tipe Simpang (MKJI, 1997) Kode Jumlah lengan simpang Jumlah lajur jalan minor Jumlah lajur jalan utama 322 3 2 2 324 3 2 4 342 3 4 2 Teknik Sipil, FakultasTeknik, Universitas Andalas 604

Arus lalu lintas Arus lalu lintas yang digunakan dalam analisis kapasitas simpang adalah arus lalu lintas yang paling padat per jam dari keseluruhan gerakan kendaraan. Arus kendaraan total adalah kendaraan per jam untuk masing-masing gerakan dihitung dengan % kendaraan konversi yaitu mobil penumpang mengunakan rumus (1). Q SMP = Q KEND x F SMP (1) Keterangan: Q SMP = arus total pada persimpangan (smp/jam) = arus pada masing-masing simpang (smp/jam) Q KEND F SMP = faktor smp Faktor smp untuk berbagai jenis kendaraan dapat dihitung dengan rumus (2) F SMP = (LV% x emp LV + HV% x emp HV + MC% x emp MC )/100 (2) Keterangan LV : mobil penumpang, emp = 1 HV : kendaraan berat, emp = 1,3 MC : sepeda motor, emp = 0,5 emp : ekivalensi mobil penumpang Kapasitas (C) Kapasitas simpang tak bersinyal dihitung menggunakan rumus (3). C = Co x F W x F M x F CS x F RSU x F LT x F RT x F MI (3) Keterangan : C C o F W F M F CS FR SU F LT F RT F MI Derajat Kejenuhan (DS) = Kapasitas aktual (sesuai kondisi yang ada) = Kapasitas Dasar = Faktor penyesuaian lebar masuk = Faktor penyesuaian median jalan utama = Faktor penyesuaian ukuran kota = Faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan, hambatan samping dan kendaraan tak bermotor = Faktor penyesuaian rasio belok kiri = Faktor penyesuaian rasio belok kanan = Faktor penyesuaian rasio arus jalan minor Derajat kejenuhan dapat dihitung dengan menggunakan rumus (4). Teknik Sipil, FakultasTeknik, Universitas Andalas 605

DS = Q TOT /C (4) Tundaan lalu lintas simpang (D T1) Tundaan lalu lintas simpang dihitung dengan rumus (5) dan (6), berdasarkan nilai DS. - Untuk DS 0,6: DTi = 2 + (8.20 78x DS) - [(1-DS)x2] (5) - Untuk DS > 0,6: D,0 0 0 0 0 DS ( ) (6) Pengendalian pada simpang tiga lengan tak bersinyal dapat dilakukan dengan menerapkan manajemen lalu lintas rambu berhenti/stop, mengurangi hambatan samping, bundaran, pulau lalu lintas, dan memberikan lampu lalu lintas pada simpang. Pengendalian bertujuan menurunkan nilai DS sehingga nilai DS < 0,75 METODOLOGI STUDI Metodologi studi pada penelitian ini digambarkan dalam bagan alir pada Gambar 1. Gambar 1 Bagan alir penelitian Data sekunder berupa lokasi penelitian dalam bentuk peta ditampilkan pada gambar 2. Teknik Sipil, FakultasTeknik, Universitas Andalas 606

Gambar 2 Peta lokasi penelitian (Google Maps, 2012) Data geometrik simpang hasil pengukuran di lapangan ditampilkan pada Gambar 3. Berdasarkan Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa simpang pada lokasi studi tergolong tipe 324. Gambar 3 Layout geometrik simpang Data lingkungan pada lokasi studi adalah seperti pada tabel 2. Tabel 2 Tipe lingkungan lokasi studi Data volume lalu lintas diperoleh melalui survei volume lalu lintas yang dilakukan pada jam puncak pagi (07.00-10.00 WIB), jam puncak siang (12.00-13.00 WIB), dan jam puncak sore (16.00-18.00 WIB) selama dua hari, yaitu hari Rabu dan Kamis. Hasil pengolahan data untuk menilai kinerja simpang apabila kinerja simpang sudah memerlukan perbaikan pengendalian lalu lintas maka dilakukan teknik perekayasaan dan manajemen lalu lintas untuk perbaikan kinerja. Sebaliknya apabila kinerja belum memerlukan Teknik Sipil, FakultasTeknik, Universitas Andalas 607

perbaikan, dilakukan prediksi pertumbuhan lalu lintas untuk 5 tahun ke depan untuk dinilai kinerjanya. HASIL STUDI DAN PEMBAHASAN Rekapitulasi dan pengolahan terhadap data survei volume lalu lintas menghasilkan jam puncak terjadi pada jam puncak pagi (07.00-08.00 WIB) hari Rabu dan Kamis jam puncak sore. Hasil pengolahan data ditampilkan pada gambar 4 dan 5 dan tabel 3 dan 4. Tabel 3. Volume jam puncak pagi Rabu 5 Desember kend/jam smp/jam Waktu 1 1,3 0,5 TOTAL smp/jam LV HV MC UM LV HV MC 07.00-07.15 190 7 552 0 190 9 276 475 07.15-07.30 289 7 603 0 289 9 302 600 07.30-07.45 223 12 854 0 223 16 427 666 07.45-08.00 198 5 658 0 198 7 329 534 08.00-08.15 220 20 700 0 220 26 350 596 08.15-08.30 219 20 577 0 219 26 289 534 08.30-08.45 275 6 564 0 275 8 282 565 08.45-09.00 209 12 487 0 209 16 244 468 09.00-09.15 208 16 460 0 208 21 230 459 09.15-09.30 204 10 485 0 204 13 243 460 09.30-09.45 231 16 660 1 231 21 330 582 09.45-10.00 191 14 600 0 191 18 300 509 Gambar 4 Volume jam puncak pagi 5 Desember 2012 Tabel 4. Volume jam puncak sore Kamis 6 Desember kend/jam smp/jam Waktu 1 1,3 0,5 TOTAL smp/jam LV HV MC UM LV HV MC 16.00-16.15 166 15 615 0 166 20 308 493 16.15-16.30 918 11 751 0 918 14 376 1308 16.30-16.45 145 7 534 1 145 9 267 421 16.45-17.00 175 25 530 3 175 33 265 473 17.00-17.15 228 22 902 3 228 29 451 708 17.15-17.30 1138 23 929 2 1138 30 465 1632 17.30-17.45 206 21 849 3 206 27 425 658 17.45-18.00 187 16 820 3 187 21 410 618 Teknik Sipil, FakultasTeknik, Universitas Andalas 608

Gambar 5 Volume jam puncak sore Kamis 6 Desember 2012 Hasil pengolahan data untuk menilai kinerja simpang yaitu kapasitas dan derajat kejenuhan ditampilkan pada tabel 3 dan 4. Sebelumnya hasil survei terhadap hambatan samping simpang diperoleh kelas hambatan samping tinggi dengan rasio kendaraan tak bermotor 0 (nol). Nilai hambatan samping adalah 0,93. Tabel 3. Kapasitas actual PILIHAN LEBAR PENDEKAT RATA-RATA FW MEDIAN JALAN UTAMA FM UKURAN KOTA FCS HAMBATAN SAMPING FRSU BELOK KIRI FLT BELOK KANAN FRT RASIO MINOR/TOT AL FMI KAPASITAS ( C ) smp/jam RABU KAMIS 07.00-08.00 WIB 0,935 1,050 0,940 0,930 1,248 0,744 0,849 2162 13.00-14.00 WIB 0,935 1,050 0,940 0,930 1,248 0,809 2,058 5709 16.00-17.00 WIB 0,935 1,050 0,940 0,930 1,300 0,833 1,945 5781 07.00-08.00 WIB 0,935 1,050 0,940 0,930 1,223 0,824 1,986 5495 13.00-14.00 WIB 0,935 1,050 0,940 0,930 1,254 0,848 1,997 5829 17.00-18.00 WIB 0,935 1,050 0,940 0,930 1,146 0,928 1,958 5723 Terlihat dari parameter untuk menghitung kapasitas aktual bahwa rasio volume lalu lintas jalan minor terhadap total volume lalu lintas simpang menyumbang peranan yang besar untuk menurunkan nilai kapasitas aktual simpang pada jam puncak pagi Rabu, sedangkan parameter lainnya tidak terlalu mempengaruhi. Tabel 4 Derajat Kejenuhan Teknik Sipil, FakultasTeknik, Universitas Andalas 609

Tabel 5. Penilaian perilaku lalu lintas Dari hasil penilaian perilaku lalu lintas terlihat bahwa simpang ini memerlukan perbaikan kinerja karena terdapatnya penilaian yang melewati standar untuk nilai derajat kejenuhan. Tindakan perbaikan kinerja simpang dilakukan dengan perekayasaan dan manajemen lalu lintas dengan 3 alternatif. Alternatif 1 : Menghilangkan hambatan samping Jalan M. Hatta Timur Pengendalian yang dilakukan adalah dengan memasang rambu larangan berhenti dan rambu dilarang parkir, seperti pada layout gambar 5 Gambar 5 Alternatif 1 Pengendalian Simpang Setelah hambatan sampang pada Jl. M. Hatta Timur dihilangkan, sehingga lebar pendekat menjadi 7,5 m, maka diperoleh kinerja simpang sebagai berikut: 1. Kapasitas menjadi 2310 smp/jam 2. Derajat kejenuhan kejenuhan 0,930 3. Tundaan lalu lintas simpang 12,325 detik/smp 4. Tundaan lalu lintas jalan utama 6,620 detik/smp 5. Tundaan lalu lintas jalan minor 21,647 detik/smp 6. Tundaan geometrik simpang 4,062 detik/smp 7. Tundaan simpang 16,307 detik/smp 8. Peluang antrian 34,703 68,462 % Tindakan pengendalian ini belum dapat meningkatkan kinerja derajat kejenuhan sesuai standar. Alternatif 2 : Kombinasi alternatif 1 +larangan kendaraan berat memasuki simpang Teknik Sipil, FakultasTeknik, Universitas Andalas 610

Pengendalian yang dilakukan adalah dengan mengasumsikan kendaraan berat dilarang memasuki simpang selama jam 07.00-08.00 WIB. Setelah dilakukan perhitungan diperoleh kinerja simpang sebagai berikut: 1. Kapasaitas menjadi 2302 smp/jam 2. Derajat kejenuhan kejenuhan 0,916 3. Tundaan lalu lintas simpang 11,877 detik/smp 4. Tundaan lalu lintas jalan utama 6, 470 detik/smp 5. Tundaan lalu lintas jalan minor 20,767 detik/smp 6. Tundaan geometrik simpang 4,074 detik/smp 7. Tundaan simpang 15,951 detik/smp Tindakan pengendalian ini juga belum dapat meningkatkan kinerja derajat kejenuhan sesuai standar. Alternatif 3 : Kombinasi alternatif 1 + larangan belok kanan pada Jalan M. Hatta Timur Dengan anggapan semua kendaraan yang belok kanan menuju jalan Benteng diharuskan mengambil arah lurus menuju Jl. M. Hatta Timur, melakukan berbelok U pada bukaan median depan Sendik BRI kemudian mengambil arah belok kiri memasuki simpang pada jalan Benteng seperti Gambar 6. Gambar 6 Alternatif 3 Pengendalian Simpang Pemasangan rambu dilarang berhenti dan dilarang parkir diletakkan sejauh 15 m dari pendekat simpang. Rambu diletakkan di bahu jalan, sehingga mudah terlihat oleh pengguna jalan. Sedangkan untuk rambu dilarang belok kanan diletakkan pada median jalan agar mudah terlihat oleh pengguna jalan dengan jarak 15 meter sebelum memasuki simpang. Setelah dilakukan perhitungan, maka diperoleh kinerja simpang sebagai berikut: 1. Kapasaitas menjadi 3522 smp/jam 2. Derajat kejenuhan kejenuhan 0,731 Teknik Sipil, FakultasTeknik, Universitas Andalas 611

3. Tundaan lalu lintas simpang 7,873 detik/smp 4. Tundaan lalu lintas jalan utama 4,864 detik/smp 5. Tundaan lalu lintas jalan minor 14,365 detik/smp 6. Tundaan geometrik simpang 4,154 detik/smp 7. Tundaan simpang 12,028 detik/smp 8. Peluang antrian 21,743 43,769 % Alternatif 3 ini cukup dapat meningkatkan kinerja simpang sesuai dengan standar yang berlaku. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KESIMPULAN Pengolahan terhadap data volume lalu lintas diperoleh volume jam puncak terjadi pada jam puncak pagi (pukul 07.00-08.00 WIB) hari Rabu 5 Desember 2012 dan terhadap data survei hambatan samping diperoleh kelas hambatan samping yang tinggi. Kinerja simpang mempunyai kapasitas (C) = 2243 smp/jam, volume lalu lintas (Q)= 2149 smp/jam, derajat kejenuhan (DS) = 0,958, tundaan lalu lintas simpang (DTI) = 14, 730 detik/smp. Sesuai standar MKJI 1997 kinerja simpang dengan DS>0,75 sudah memerlukan perbaikan. Pengendalian persimpangan yang coba dilakukan untuk menurunkan derajat kejenuhan adalah pertama menghilangkan hambatan samping dengan cara memasang rambu dilarang parkir, dan memasang rambu dilarang berhenti pada Jalan. M. Hatta sisi Timur, sehingga lebar pendekat menjadi 7,5 m. Derajat kejenuhan diperoleh 0,93. Alternatif ini belum mampu meningkatkan derajat kejenuhan sesuai standar. Kedua menerapkan larangan belok kanan pada Jalan M. Hatta yang akan menuju Jalan Benteng. Kinerja simpang setelah dilakukan pengendalian ini adalah kapasitas simpang, C = 3522 smp/jam, volume lalu lintas (Q)= 2576 smp/jam, DS = 0,731, Tundaan lalu lintas simpang (DTI) = 7, 873 detik/smp. Alternatif ini merupakan solusi meningkatkan kinerja simpang. REKOMENDASI Untuk dilakukan pengambilan data volume lalu lintas yang terbaru dan sampling hari yang lebih besar untuk studi selanjutnya. REFERENSI Direktorat Jendral Bina Marga, 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta. http://www.google.com/map [diakses pada tanggal 22 November 2012] Teknik Sipil, FakultasTeknik, Universitas Andalas 612