BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan cepat dimasa yang akan datang, terutama di negara-negara berkembang.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terutama obat yang mengalami eliminasi utama di ginjal (Shargel et.al, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi penyakit infeksi memiliki kecenderungan yang masih cukup

I. PENDAHULUAN. metabolisme tubuh yang sudah tidak digunakan dan obat-obatan. Laju Filtrasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Obat-obat andalan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di. seluruh dunia. Pneumonia menyebabkan 1,1 juta kematian

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. konsolidasi paru yang terkena dan pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan

BAB I PENDAHULUAN. atau fungsi ginjal yang berlangsung 3 bulan dengan atau tanpa disertai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN GAGAL GINJAL DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis didefinisikan sebagai adanya infeksi bersama dengan manifestasi

ABSTRACT. Keywords : Rational, antibiotic, acute exacerbation of chronic bronchitis, elderly ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi di Indonesia masih termasuk dalam sepuluh penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. infeksi bakteri. Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri berubah dalam

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. konsolidasi paru yang terkena dan pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan

BAB I PENDAHULUAN. masalah besar yang harus benar-benar diperhatikan oleh setiap orang tua. Upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan kasus sebanyak 300 juta penduduk dunia, dengan asumsi 2,3%

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demam tifoid merupakan suatu infeksi tropis yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dan air dalam bentuk urine (Stein, 2007). Gagal Ginjal Kronik (GGK)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Antibiotik merupakan obat yang sering diberikan dalam menangani

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang rasional dimana pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kualitas hidup pasien dan menimbulkan masalah ekonomi (Ducel dkk., 2002). Pada

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKOHARJO TAHUN 2011 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan

ANALISIS KUALITATIF PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN SEFALOSPORIN DI RUMAH SAKIT X KUPANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Community Acquired Pneumonia (CAP) adalah penyakit saluran

BAB I PENDAHULUAN. Obat merupakan salah satu intervensi medis yang paling efektif, jika

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN DRUG RELATED PROBLEMs PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIATRIK DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG TESIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: Seno Astoko Putro J

BAB VI PEMBAHASAN. Selama penelitian bulan Januari 2010 Desember 2010 terdapat 77 neonatus

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Penyakit ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan progresif, kadang sampai bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Kesesuaian Dosis Vankomisin pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Stadium 3 dan 4 di Bangsal Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang

BAB I PENDAHULUAN. kelompok penyakit yang berhubungan dengan infeksi. Penyakit ini banyak ditemukan

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal stadium akhir (gagal ginjal kronik tahap 5) dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi kesembuhan penyakit dan komplikasi yang mungkin timbul.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA GERIATRI DI RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN JAWA TENGAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014 SKRIPSI

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI JUNI

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak, dan ginjal (WHO, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented)

BAB I PENDAHULUAN. keluaran klinik yang diharapkan. Kesalahan pemberian obat (drug administration)

BAB I PENDAHULUAN. banyak pabrik-pabrik yang produk-produk kebutuhan manusia yang. semakin konsumtif. Banyak pabrik yang menggunakan bahan-bahan

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R. D

D. Definisi Operasional Variabel 39 E. Pengumpulan Data.. 41 F. Pengolahan Data dan Analisa. 42 BAB IV. HASIL DAN PENELITIAN A. Gambaran Umum...

BAB I PENDAHULUAN. Di berbagai negara khususnya negara berkembang, peranan antibiotik dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Malnutrisi merupakan salah satu permasalahan yang banyak dialami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

BAB I PENDAHULUAN. nyeri. Nyeri menjadi penyebab angka kesakitan yang tinggi di seluruh dunia.

Rancang Bangun Aplikasi Penetapan Dosis Obat Individual Menggunakan Pemrograman Visual Basic.Net Berdasarkan Perhitungan Data Farmakokinetika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yang tinggi dan seringkali tidak terdiagnosis, padahal dengan menggunakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. RSUD DR M.M Dunda Limboto pada bulan Januari Juni 2012, 70 kasus

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015.

EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI TAHUN 2014

kematian sebesar atau 2,99% dari total kematian di Rumah Sakit (Departemen Kesehatan RI, 2008). Data prevalensi di atas menunjukkan bahwa PGK

ABSTRAK. Kata kunci: Infeksi saluran kemih akibat kateterisasi, antibiotik, rasionalitas, luaran klinik, metode Gyssens ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2 Mei 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. kuman Salmonella Typhi (Zulkoni, 2011). Demam tifoid banyak ditemukan. mendukung untuk hidup sehat (Nani dan Muzakir, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. progresif dan lambat, serta berlangsung dalam beberapa tahun. Gagal ginjal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juta orang atau 8,05 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Persentase keluhan

BAB I PENDAHULUAN. wanita 54,5% lebih banyak dari laki-laki. Namun pada neonatus, ISK lebih

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik. Metode yang digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepsis adalah terjadinya SIRS ( Systemic Inflamatory Respon Syndrome)

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan salah satu kondisi kronis yang sering terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat maupun dalam lingkungan rumah sakit. Penggunaan

Gambaran Fungsi Ginjal pada Pasien Gagal Jantung yang Dirawat di RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode 1 Januari Desember 2012

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) diprediksi akan meningkat dengan cepat dimasa yang akan datang, terutama di negara-negara berkembang. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang juga akan mengalami ledakan jumlah penduduk lansia. Berdasarkan proyeksi penduduk Indonesia tahun 2010-2035, kelompok umur 0-14 dan 15-49 tahun menurun, sedangkan kelompok umur 50-64 dan 65 tahun terus meningkat (Kemenkes RI, 2013). Lansia menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (UU RI, 1998). Kelompok umur lansia memiliki karakteristik khusus, antara lain rentan mengalami penyakit kronis, mengalami penurunan fungsi organ dan penurunan status fungsional (Darmojo, 2011). Penyakit pada lansia sering berbeda dengan dewasa muda, karena penyakit pada lansia umumnya merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat penyakit dan proses penuaan. Menua merupakan proses hilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap penyakit (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Penurunan fungsi fisiologi tubuh berdampak pada munculnya berbagai penyakit degeneratif yang bersifat kronis. Masalah degeneratif dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga lansia rentan terkena infeksi (Kemenkes RI, 2013). 1

2 Penyakit infeksi termasuk dalam sepuluh penyakit terbanyak di Indonesia. Antibiotik merupakan obat yang digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. Soetomo dan RSUD Dr. Kariadi tahun 2008 menunjukkan bahwa 84% pasien di rumah sakit mendapatkan resep antibiotik dan beberapa kuman patogen sudah resisten terhadap antibiotik. Terdapat hubungan antara penggunaan antibiotik yang tidak tepat dengan timbulnya resistensi bakteri penyebab infeksi nosokomial (Kemenkes RI, 2011). Infeksi nosokomial merupakan salah satu faktor penyebab peningkatan angka kematian dan lama perawatan di rumah sakit (Ozdemir dan Dizbay, 2015). Proses penuaan menyebabkan penurunan fungsi beberapa organ, termasuk ginjal. Pertambahan usia mempengaruhi kecepatan aliran darah ginjal, transport maksimum ginjal dan perubahan nilai klirens yang berkaitan dengan fungsi filtrasi ginjal (Ritschel dan Kearns, 2004). Kecepatan aliran darah ginjal berkurang dari 618-689 ml/menit pada usia dewasa menjadi 349-485 ml/menit pada usia lanjut, laju filtrasi glomerulus menurun antara 0,40-1,02 ml/menit setiap tahunnya (Aymanns dkk., 2010). Penurunan fungsi ginjal dapat mempengaruhi proses eliminasi obat dalam tubuh. Perlambatan aliran darah ginjal dan penurunan laju filtrasi glomerulus membuat obat dan metabolitnya cenderung terakumulasi dalam darah, sehingga dapat memperpanjang waktu paro (t½) eliminasi dan durasi efek dari obat tersebut (Shargel dkk., 2005). Lansia cenderung mengalami mild renal impairement (gangguan fungsi ginjal ringan) sehingga penggunaan antibiotik tertentu yang eliminasinya terutama melalui ginjal memerlukan penyesuaian dosis atau perpanjangan interval

3 pemberian (Kemenkes RI, 2011). Dosis pemberian antibiotik pada pasien yang mengalami gangguan fungsi ginjal harus disesuaikan dengan bersihan kreatinin (Creatinine Clearance = CrCl) (APhA s, 2015). Pada praktiknya penyesuaian dosis pemberian antibiotik pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal belum sepenuhnya dilakukan. Penelitian yang dilakukan di Iran menunjukkan rasionalitas dosis antibiotik pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal (CrCl <50 ml/menit) berdasarkan pedoman dosis Drugs Information Handbook (DIH) adalah 43% (Fahimi dkk., 2012). Penelitian lain yang dilakukan di kanada menunjukkan 64% pemberian antibiotik pada lansia rawat jalan dengan penurunan fungsi ginjal dosisnya tidak sesuai dengan CrCl pasien (Faraq dkk., 2014). Pemberian obat dengan dosis yang terlalu besar beresiko menyebabkan kadar obat dalam darah dalam melebihi rentang dosis yang seharusnya dan dapat menimbulkan efek toksik yang merugikan (Kazouini dkk., 2011). Kegagalan dalam penyesuaian dosis obat dapat menyebabkan peningkatan angka morbiditas, mortalitas dan biaya terapi (Fahimi dkk., 2012). Biaya terapi terkait antibiotik tergantung pada banyak faktor, seperti biaya pembelian obat, biaya perawatan berkelanjutan akibat timbulnya efek samping serta biaya monitoring konsentrasi serum dan efikasi klinis (Leekha dkk., 2011). Proses penuaan berdampak pada munculnya berbagai penyakit degeneratif dan umumnya bersifat kronis. Masalah degeneratif dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga lansia rentan terkena infeksi dan sering mendapat terapi antibiotik. Pada lansia cenderung terjadi gangguan fungsi ginjal ringan sehingga penggunaan antibiotik tertentu yang eliminasinya terutama melalui ginjal memerlukan

4 penyesuaian dosis. Dilatarbelakangi pentingnya penyesuaian dosis obat pada pasien lansia, maka dilakukan penelitian tentang evaluasi pendosisan antibiotik pada pasien lansia dengan penurunan fungsi ginjal yang menjalani rawat inap di bangsal penyakit dalam RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. B. Perumusan Masalah 1. Bagaimanakah profil kesesuaian dosis antibiotik pada pasien lansia dengan penurunan fungsi ginjal yang menjalani rawat inap di bangsal penyakit dalam RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Januari Desember 2014? 2. Bagaimanakah luaran klinik pemberian antibiotik dengan dosis yang sesuai dan tidak sesuai untuk pasien lansia dengan penurunan fungsi ginjal? 3. Berapakah perkiraan penghematan biaya pembelian antibiotik apabila dilakukan penyesuaian dosis? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui profil kesesuaian dosis antibiotik pada pasien lansia dengan penurunan fungsi ginjal yang menjalani rawat inap di bangsal penyakit dalam RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Januari Desember 2014. 2. Mengetahui bagaimana luaran klinik pemberian antibiotik dengan dosis yang sesuai dan tidak sesuai untuk pasien lansia dengan penurunan fungsi ginjal. 3. Mengetahui perkiraan penghematan biaya pembelian antibiotik apabila dilakukan penyesuaian dosis.

5 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi praktisi di Rumah Sakit, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam menentukan dosis pemberian antibiotik pada pasien lansia dengan penurunan fungsi ginjal sehingga dapat meningkatkan capaian luaran klinik dan keamanan terapi pada pasien. 2. Bagi peneliti, dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang dosis pemberian antibiotik pada lansia. 3. Bagi institusi pendidikan, dapat digunakan sebagai pendahuluan dan sumber informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya, khususnya yang berkaitan dengan penggunaan antibiotik pada lansia. E. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai penyesuaian dosis antibiotik pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal sudah pernah dilakukan sebelumnya, berikut ini adalah beberapa penelitian tersebut: 1. Dosing Errors in Prescribed Antibiotics for Older Persons with Chronic Kidney Disease (CKD) : A Retrospective Time Series Analysis (Faraq dkk., 2014). Merupakan penelitian retrospektif dengan subjek pasien berusia 66 tahun dengan CKD stages 4 atau 5 (Glomerular Filtration Rate = GFR 30ml/menit/1,73m 2 ) periode Januari 2003 April 2010 di Kanada. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa 64% kasus pemberian antibiotik pada lansia di poli rawat jalan dosisnya melebihi pedoman dosis yang digunakan.

6 Nitrofurantoin, yang dikontraindikasikan pada pasien dengan CKD ditemukan sebanyak 169 kali selama penelitian. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah tempat, waktu dan subjek penelitian. Penelitian ini dilakukan disalah satu rumah sakit di Indonesia pada 2016 dengan subjek penelitian adalah lansia rawat inap dengan penurunan fungsi ginjal. 2. The Rate of Antibiotic Dosage Adjustment in Renal Dysfunction (Fahimi dkk., 2012). Penelitian tersebut bertujuan untuk membandingkan dosis pemberian antibiotik pada pasien dengan CrCl < 50 ml/menit dengan dua pedoman dosis untuk melihat perlu atau tidak dilakukannya penyesuaian dosis. Hasil penelitian menunjukkan 79,9% dari seluruh antibiotik yang diberikan memerlukan penyesuaian dosis berdasarkan kondisi ginjal pasien. Rasionalitas dosis antibiotik pada pasien dengan gangguan ginjal adalah 43% dan 61,4%, dibandingkan dengan DIH dan Drug Prescribing in Renal Failure: Dosing Guideline for Adults. Perbedaan dengan penelitian ini antara lain adalah tempat, waktu, subjek dan pedoman dosis yang digunakan. Penelitian tersebut dilakukan di Iran pada 2012, subjek penelitian adalah pasien dengan CrCl < 50 ml/menit dan menggunakan dua pedoman dosis sebagai pembanding. Penelitian ini dilakukan di Indonesia pada 2016 dengan subjek penelitian adalah pasien lansia yang mengalami penurunan fungsi ginjal dengan pedoman dosis berdasarkan DIH dan persamaan Giusti-Hayton.

7 3. Evaluasi Kerasionalan Penggunaan Antibiotik pada Pasien Lansia dengan Pneumonia di Instalasi Rawat Inap RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Juni 2013 Juli 2014 (Kuluri dkk., 2015). Penelitian tersebut menunjukan jenis antibiotik yang paling banyak digunakan pada pneumonia lansia ialah penggunaan tunggal antibiotik seftriakson sebesar 45,46%. Evaluasi kerasionalan penggunaan antibiotik berdasarkan tepat pasien (100%), tepat indikasi (94,11%), tepat obat (94,11%), tepat dosis (94,11%) dan tepat lama pemberian (92,15%). Perbedaan dengan penelitian ini antara lain adalah tempat, waktu, subjek dan tujuan penelitian. Penelitian tersebut dilakukan di Manado pada 2014, subjek penelitian adalah lansia dengan pneumonia yang menjalani rawat inap dan tujuan penelitian adalah untuk melihat rasionaltas penggunaan antibiotik secara umum. Penelitian ini dilakukan di Yogyakarta, subjek penelitian adalah pasien lansia dengan penurunan fungsi ginjal yang menjalani rawat inap dan tujuannya adalah untuk melihat profil kesesuaian dosis antibiotik pada lansia.