Implementasi Capital Asset Pricing Model (CAPM) Dalam Penentuan Saham Efisien : Studi Pada Bank ECA, BRI, dan BNI Periode 2012-2013



dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN METODE CAPITAL ASSET PRICING MODEL

BAB I PENDAHULUAN. long-trem financial assets (Sartono, 2008). Salah satu kegiatan pasar modal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Muhammad Fauzan Arif, 2014 Pengaruh Risiko Sistematis terhadap Return Ekspektasian Portofolio Saham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang

I. PENDAHULUAN. dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal

PENERAPAN METODE CAPITAL ASSET PRICING MODEL

BAB I PENDAHULUAN. ini diperlukan peranan pasar modal sebagai suatu wadah untuk memobilisasi. dana masyarakat selain lembaga keuangan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL

Arinda Sasmita Rahma Raden Rustam Hidayat Devi Farah Azizah Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

BAB I PENDAHULUAN. dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu investasi (investment), sering juga

BAB 1 PENDAHULUAN. saham, dengan harapan expected return yang diperoleh akan tinggi. Namun pada

BAB I PENDAHULUAN. fiskal dan moneter (Fahmi, 2013). Pasar modal menjalankan dua fungsi utama, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang akan menginvestasikan dananya (investor). Prinsip-prinsip

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1.1 Analisis Portofolio Pada Aktiva Berisiko (Saham dan Emas)

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan dengan ditandai semakin maraknya kegiatan investasi di Pasar

BAB I PENDAHULUAN. yang memberi return maksimal dengan risiko tertentu atau return tertentu

BAB 1 PENDAHULUAN. 2010:26), dengan adanya pasar modal (capital market), investor sebagai pihak

LANDASAN TEORI. atau keuntungan atas uang tersebut (Ahmad, 1996:3). Investasi pada hakikatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketidakpastian kondisi penghasilan dan kebutuhan akan konsumsi di masa

BAB I PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah kesejahteraan secara finansial. Di dalam investasi terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis. Investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk

Wildan Deny Saputra Suhadak Devi Farah Azizah Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

PEMBENTUKAN PORTOFOLIO SAHAM DENGAN MODEL INDEKS TUNGGAL PADA PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan. mengharapkan return (tingkat pengembalian) berupa capital gain, dan

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah saham kepada public di pasar modal atau go public. Selain untuk

ANALISIS FUNDAMENTAL DENGAN PENDEKATAN PRICE EARNING RATIO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Investasi merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke

ANALISIS FUNDAMENTAL SAHAM SEKTOR PERBANKAN PERIODE TAHUN BERDASARKAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM)

BAB I PENDAHULUAN. berinvestasi. Layaknya pasar, bursa efek dapat dikaitkan sebagai tempat

ANALISIS HUBUNGAN RETURN DAN RISIKO SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) PADA JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan perekonomian suatu negara termasuk di Indonesia. Pasar modal

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Simpulan. pembahasan pada bagian sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian, hasil analisis dan

HISTORY ANALISIS KASUS PORTOFOLIO DENGAN METODE CAPITAL ASSET PRICING MODEL ATAS SAHAM INDUSTRI PERBANKAN DI PT. BES DENGAN PT BEI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh

Menentukan Return Portofolio yang Dikenakan Pajak terhadap Deviden dan Capital Gain Menggunakan Capital Asset Pricing Model

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, pertanyaan, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keadaan perekonomian Indonesia yang selama beberapa tahun terakhir

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi tersebut ada suatu keuntungan (return) yang diinginkan oleh investor.

BAB 1 PENDAHULUAN. semuannya tidak dapat dipenuhi jika hanya mengandalkan gaji take home pay.

BAB I PENDAHULUAN. analisis investasi sering menghadapi masalah yaitu tentang penaksiran risiko yang

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Ferikawita Magdalena Sembiring

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi Gambaran Umum LQ Kriteria Pemilihan Saham LQ45

Ilona Cherie Darminto Devi Farah Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal yang semakin berkembang dan meningkatnya keinginan masyarakat

Retno Dwi Sulistiani Topowijono Maria Gorreti Wi Endang NP Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

I. PENDAHULUAN. ditopang oleh banyaknya permintaan akan hunian yang semakin tinggi sejalan

ANALISIS PORTOFOLIO MENGGUNAKAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) UNTUK PENETAPAN KELOMPOK SAHAM-SAHAM EFISIEN

PENGGUNAAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan adanya pasar modal (capital market), pemodal sebagai pihak yang

BABI PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh satu fenomena tentang begitu kuatnya

I. PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu lembaga yang berpengaruh besar terhadap

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dilakukan dalam bentuk investasi riil (real investment) dan dalam bentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal (capital market) adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini terdapat 9 sampel perusahaan dari sektor Property dan

II. LANDASAN TEORI. dananya untuk investasi dengan harapan akan menerima keuntungan di masa yang

Din Haidiati Topowijono Devi Farah Azizah Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang ABSTRACT ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. pasif dan investor aktif. Investor pasif menganggap bahwa pasar modal adalah

BAB IV PEMBAHASAN. saham adalah Dividend Discount Model (DDM) dan Price Earning Ratio (PER)

BAB I PENDAHULUAN. keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk utang

I. PENDAHULUAN. juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung resiko atas

ANALISIS CAPITAL ASSET PRICING MODEL

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan manusia di masa yang akan datang dapat terjamin.

BAB I PENDAHULUAN. dana yang produktif dari pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) kepada pihak

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam mengambil keputusan untuk melakukan investasi ke dalam surat

BAB I PENDAHULUAN. untuk modal di masa yang akan datang. Selain untuk perencanaan di masa yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang sangat jelas tercermin dalam Pasal 4 (empat) Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. dengan kapitalisasi pasar cukup besar. Pasar modal memiliki peran besar bagi

PENGGUNAAN METODE CAPITAL ASSET PRICING MODEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. semakin bervariasi akan semakin meningkat. Para pemilik atau investor dapat

ANALISIS PENERAPAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL

BAB I PENDAHULUAN. masukan ke aktiva produktif selama periode waktu tertentu. Dengan adanya aktiva

BAB I PENDAHULUAN. karena pasar modal menyediakan fasilitas yang mempertemukan dua

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

PENERAPAN CAPM (Capital Asset Pricing Model) SEBAGAI DASAR MENENTUKAN TINGKAT PENGEMBALIAN DAN RISIKO SAHAM SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Khususnya pada kegiatan investasi, baik berupa real asset maupun. terkandung apabila kita ingin melakukan investasi.

I. PENDAHULUAN. reksadana pertama oleh PT. BDNI Reksadana. Pengesahan Undang-Undang. sebagai salah satu instrument investasi di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh solusi yang optimal (Eddy Herjanto, 2007: 43). kendala dan fungsi tujuan yang digunakan untuk mendiskripsikan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pada tahun 2006, secara bertahap akan

BAB 1 PENDAHULUAN. memfasilitasi jual-beli sekuritas yang umumnya berumur lebih dari satu tahun,

BAB 1 PENDAHULUAN. kondisi perekonomian dalam aktivitas-aktivitas ekonomi, membuat negara ini

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan ekonomi saat ini dihadapkan dengan pilihan untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan masing-masing sebesar 3,2 persen dan 3,0 persen.

(Studi Pada Perusahaan Sektor Semen Yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh

Penerapan Model Indeks Tunggal dalam Menghitung Beta Saham Jakarta Islamic Index untuk Mengukur Risiko Sistematis

BAB I PENDAHULUAN. alternatif bagi perusahaan (Lubis, 2006). Dari sudut pandang ekonomi, pasar modal

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kondisi perekonomian Indonesia belakangan ini menunjukkan kondisi yang

Transkripsi:

URL :, w.stiestembi.ac.id ISSN : 1693-4474 Implementasi Capital Asset Pricing Model (CAPM) Dalam Penentuan Saham Efisien : Studi Pada Bank ECA, BRI, dan BNI Periode 2012-2013 John Henry Wijaya Dosen Universitas Widyatama Email : John.hentvbwidvatama.ac.id Abstrak Penelitian ini dimaksudkan untuk memilih saham efisen dengan menggunakan pendekatan Capital Asset Pricing Model (CAPM), sehingga investor dapat mengambil keputusan investasi yang tepat Objek penelitian ini dilakukan pada saham sektor perbankan tahun 2012-2013. Sampel yang digunakan berdasarkan perusahaan perbankan pada MNC36. Metode yang digunakan di dalam melaksanakan penelitian ini adalah dengan metode deskripti' Berdasarkan hasil penelitian dan analisisyang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa dari 3 saham perusahaan sektor perbankan yang dijadikan sebagai sampel penelitian, terdapat 2 saham perusahaan (BBCA dan BBRI) yang masuk dalam kelompok saham efisen disebabkan tingkat pengembalian saham tersebut lebih besar dari tingkat pengembalian yang diharapkan, sehingga keputusan yang harus diambil oleh investor adalah membeli saham tersebut sebelum Aarganya undeivalue. Sementam saham perusahaan BBNI dikatakan tidak efisien karena memiliki tingkat pengembalian saham Iebih kecil dari tingkat pengembalian yang diharapkan, sehingga keputusan yang harus diambil oieh investor adalah menjual saham tersebut sebelum overvalue. Kata Kunci : CAPM, ~ingkat Pengembalian, Overvalue, Undervalue. PENDAHULUAN Pasar modal di Indonesia merupakan salah satu sarana pembentukan modal dan alokasi dana yang diarahkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional pasar modal merupakan instrumen keuangan yang sangat menjanjikan, baik sebagai alat sumber dana eksternal bagi suatu perusahaan dan juga sebagai salah satu alat sumber investasi bagi investor. Tidak sedikit investor yang memperhatikan seberapa besar profit yang diperoleh oleh perusahaan sehingga dapat menggambarkan seberapa besar dividend yang akan diperoleh investor (investor yang bersifat jangka panjaiig) tetapi tidak sedikit pula investor yang memperhatikan harga saham perusahaan dikarenakan dengan semakin tinggi harga saham maka akan semakin baik pula kinerja perusahaan, sehingga investor akan mudah menjual kembali saham perusahaan untuk memperoleh capital gain (investor yang bersifat jangka pendek). Tetapi dengan semakin meningkatnya return yang diharapkan oleh seorang investor akan semakin meningkat pula tingkat risk. Investor yang rasional akan memilih saham efisien untuk meminimumkan risiko investasi tersebut, karena investor selalu ingin memaksimalkan return harapan dengan risk tertentu yang bersedia ditanggungnya, atau mencari portofolio yangh menawarkan risk terendah dengan tingkat return tertentu (Tandelilin, 2010:157). "Saham yang efisien dapat ditentukan dengan memilih tingkat

URL : www.stiesternbi.ac.id ISSN : 1693-4474 return ekspektasi tertentu, kemudian meminimumkan risikonya atau meminimumkan tingkat risiko tertentu, kemudian memaksimumkan return ekspektasinya" (Tandelilin, 2010: 116). Pendekatan yang digunakan untuk mengetahui saham mana yang memiliki tingkat keuntungan tinggi dengan risiko tertentu serta meminimalkan risiko tersebut salah satunya adalah pendekatan dengan menggunakan model Capital Asset Pricing Model (CAPM). Menurut Jogiyanto (2009, 339) "Model CAPM merupakan keseimbangan yang menggambarkan hubungan antara risiko dan return. Berdasarkan vendahuluan diatas, maka permasalahan ya& akan dibahas yaitu bagaimana menentukan dari ketiga sampel yang diambil yang memiliki nilai yang efisien dimata investor. Mengacu pada permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui saham perusahaan yang efisien, sehingga ilivestor dapat memiliki laba sesuai dengan yang diharapkannya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanhat baik teoritis dan praktis, yaitu sebagai berikit: 1. Manfaat Teoritis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan teori atau konsep khusus yang berhubungan dengan penetuan saham perusahaan yang efisien. 2. Manfaat Praktis. Untuk dosen, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi nyata bagaimana saham perusahaan yang efisien terbentuk Untuk ueneliti lain. Hasil penelitian ini hiharapkan dapat digunakan sebagai masukar, dalam upaya alternatif aplikasi CAPM. TUNJAUAN PUSTAKA Investad Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan dimasa mendatang. (Halim, 2003: 2) Return dan Risiko Menurut Jogiyanto (2003:109) saham dibedakan menjadi dua: (1) return realisasi merupakan return yang telah terjadi, (2) return ekspektasi rnerupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa yang akan datang. Berdasarkan pengertian return, bahwa return suatu saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga saham periode berjalan ciengan periode sebelumnya dengan meilgabaikan dividen, maka dapat ditulis rumus: Ross et al. (2003:238) dikutip dari Michell Suharli (2005:lOl) Keterangan: Ri = Return saham Pt = Harga saham pada periode t Pt.l = Harga saham pada periode t-1 Selain return saham terdapat juga return pasar (Rm) yang dapat dihitung dengan rumus: Jogiyanto (2003 : 232) dikutip dzri Michell Suharli (2005:101) IHSG, - IHSGt,1 Rm = IHSG,-l Keterangan: Rm = Return pasar IHSGt = lndeks llarga saham gabungan pada periode t IHSGt-1= Indeks harga saham gabungan pada periode t-1 Tingkat Pengembalian Bebas Risiko Tingkat pengembalian ini merupakan ukuran tingkat pengembalian minimum pada saat risiko beta ((3) bernilai nol. Tingkat pengembalian bebas risiko diwakili oleh tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Tingkat pengembalian bebas risiko. dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut menurut Husnan (2005:176) yang dikutip dari Susanti, Suhadak dan Topowijono - - (2014:3): SMART - stad J & Management Rt3SearCh 1 VO~ XI, NO 3-201

URL : www.stiestembi.ac.id l SS N : 1 693-4474 Rfsiko STstematis Beta Beta adalah kovarians return sekuritas dengan return pasar yang distandarisasi dengan varians return saham (Tandelilin: 2010,521). Model CAPM menyztakan bahwa semakin besar beta (p) maka sernakin besar tingkat pengembalian saham yang akan diperoleh oleh investor. Saham yang memiliki beta lebih besar dari satu (p >1) adalah saham dengan risiko tinggi dan saham yang memiliki beta kurang dari satu (P c 1) adalah saham yang risikonya rendah. Beta dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut, yang dikutip dari Susanti, Suhadak dan Topowijono (20143): atau dapat diuraikan sebagai berikut menurut jogiyanto (2003:274) yang dikutip dari Susanti, Suhadak dan Topowijono (20143): Tingkat Pengembaliar. yang Diharapkan Tingkat pengembalian yang diharapkan merupakan bagian dari tingkat keuntungan aktual yang diperkirakan atau diharapkan oleh para investor di masa yang akan datang terhadap investasi yang dilakukan. Secara sistematis tingkat pengembalian yang diharapkan ditunjukkan dalam rumus sebagai berikut, yang dikutip dari Susanti, Suhadak dan Topowijono (2014:4): Pengelompokan Saham Efisien Berdasarkan Metode CAPM Menurut Tandelilin (20 10:198) "saham yang efisien adalah saham-saham dengan tingkat pengembalian individu lebih besar dari tingkat pengembalian yang diharapkan [(Ri] >E(Ri)lW. Menurut Fahmi dan Yovi (2009:143), keputusan investasi terhadap saham yang efisien maupun tidak efisien, yang dikutip dari Susanti, Suhadak dantopowijono (20144) adalah: J Efisien/ Good. Keputusan yang diambil oleh invest~r adalah mengambil atau membeli saham, dengan kata lain harga saham mengalami underpriced] undervalue, yaitu suatu kondisi dimana harga sekuritas tersebut lebih rendah dari harga sekuritas pasar atau harga wajar, kondisi saham undervalue akan berpeluang untuk turun, maka pada saat harga saham tersebut turun investor akan membeli dan menahannya untuk kemudian pada saat naik investor akan menjualnya kembali. J TidakEfisien/ Not Good. Keputusan yang diambil oleh investor adalah menjual saham sebelum harga saham turun, atau dengan kata lain harga saham mengalami overpriced/overvalue. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan di dalam melaksanakan penelitian ini adalah dengan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah studi untuk menentukan fakta dengan interpretasi yang tepat, dimana terrzasuk di dalarnnya termasuk studi untuk melukiskan secara a!<urat sifat-sifat dari beberapa fenomena kelompok dan individu, serta studi untuk menentukan hekuensi terjadinya suatu keadaan untuk meminimalisasikan bias dan memaksimumkan realibilitas (Nazir 2005:89). HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil perhitungan, maka dapat dijelaskan sebagai berikut: ). Untuk tingkat pengembalian dari masingmasing saham, dimana dalam.penelitian ini sampel yang diambil adalah bank BNI, bank BRI dan bank BCA, tingkat pengembalian terendah didapatkan oleh bank BNI sebesar 0,00498 atau 0,489% dan tingkat pengembalian tertinggi didapatkan oleh bank BCA sebesar 0,00987 atau 0,987%.

URL : www.stiestembi.ac.id ISSN : 1693-4474 -*.-. -.,,.,... b Tingkat pengembalian pasar dan tingkat pengembalian bebas risiko masing-masing sebesar 0,00557 dan 0,00510, ini dapat diartikan bahwa dengan tingkat pengembalian pasar yang lebih besar dibandingkan dengan tingkat pengembalian bebas risiko (0,00557 > 0,00510) kondisi investasi pada sektor perbankan sangat baik b Risiko sistematis beta menggambarkan risiko yang ditanggung oleh seorang investor akan kepemilikan saham perusahaan yang dimilikinya, dari perhitungan ketiga sampel yang diambil diketahui bahwa ketiga sampel tersebut memiliki risiko yang tinggi (P>1), tertinggi oleh bank BRI sebesar 4,959 dan terendah oleh bank BCA sebesar 2,521. 9 Tingkat pengembalian yang diharapkan dari ketiga sampel penelitian, tingkat pengembalian yang diharapkan terendah didapatkar? oleh bank BCA sebesar 0,00627 atau 0,627% dan tingkat pengembalian tertinggi didapatkan oleh bank BRI sebesar 0,00740 atau 0,740%. 9 Dengan membandingkan antara tingkat pengembalian yang diharapkan dengan tingkat pengembalian dari masing-masing saham, diketahui bahwa hanya saham bank BNI yang tidak efisien (0,00689 > 0,00498) sementara untuk saham bank BR! dan BCA efisen (0,00740 < 0,00741 dan 0,00627 c 0,00987). Tabel 1.1. Hasil perhitungan ESIMPULAN DAN SARAN erdasarkan pembahasan, penulis dapat ~emberikan kesimpulan sebagai berikut: Bank BCA memiliki tingkat pengembalian yang diharapkan terendah didapatkan oleh bank BCA sebesar 0.00627 atau 0,627% dan tingkat pengembalian SMART - SIII~Y & Manage --,. tertinggi didapatkan oleh bank BRI sebesar 0,00740 atau 0,740%. Untuk risiko yang ditanggung oleh masingmasing saham, tertinggi oleh bank BRI sebesar 4,959 dan terendah oleh bank BCA sebesar 2,521. Hasil ini sejalan dengan penelitian Susanti, Suhadak dan Topowijono (2014:6) bahwa terdapat hubungan yang positif. searah atau linear antara risiko sistematis beta dengan tingkat keuntungan yang diharapkan. b Saham bank BNI tidak efisien (0,00689 > 0,00498) sementara untuk saham bank BiU dan BCA efisen (0,00740 < 0,00741 dan 0,00627 c 0,00987). Saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut: > Investor hendaknya lebih jeli dan teliti dalam menentukan saham yang akan dipilihnya, yang mana sebaiknya dipilih saham yang efisien sehingga dapat meminimalisir risiko dan rnendapatkan keuntungan sesuai dengan yang diharapkannya. > Ragi peneliti lain, hendaknya dapat melak~kan model CAPM dengan sampel dan periode yang berbeda dan lebih banyak sampel. DAFTAR PUSTAKA Fahmi dan Yovi Lavianti Hadi. 2009. Teori portofolio dun ana1is:s investasi. Bandung: Alfabeta. Fama, Eugene F and French, Kenneth R 2004. The Capital Asset Procing Model: Theory and Evidence. Journal of Economic Perspectives-Volume 18, Number 3- Summer 200PPages 25-46 Husnan, Suad. 2005. Dasar-dasar teori portofolio dan analisis sekurifas. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dun analisis investasi: ed. 5. Yopyakarta: - BPFE. Dempsey, Mike. 2013. The Capital Asset Pricing Model [UPM):The History of a Failed Revolutionary Idea in Finance?. ABACUS, Vol. 49, Supplement, 2013

URL : www.stiestembi.ac.id ISSN : 1693-4474 Nazir, Mohammad. 2005. Metodologi Malang. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Penelitian. Jakarta, Graha Indonesia Vol. 9 No. 1 April 2014 Susanti, Ariska Yuli, Suhadak dan Topowijono. Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan 2014. Penerapan Metode Capital Asset investasi teori dun aplikasi. Yogyakarta: Pn'cfng Model (Capm) Sebagai Salah Satu Kanisius (Anggota IKAPI). Upaya Untuk Menentukan Kelompok Saham Efisien [Studi Pada Saham Peruiahaan ekeo or- Industri Pengolahan Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2009-2012).