1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi penerus bangsa dan akan menjadi orang tua bagi generasi berikutnya. Oleh karena itu dapat dibayangkan, betapa besar segala tindakan yang mereka lakukan saat ini dan kelak di kemudian hari tumbuh dewasa dan lebih jauh lagi bagi bangsa di masa depan (Manuaba, 1998). Remaja berarti menjalani proses yang berat karena membutuhkan banyak penyesuaian dan sering kali menimbulkan kecemasan. Problema kesehatan reproduksi remaja dapat dikatakan sebagai masa kebingungan, di mana pada saat itu remaja belum memiliki pengetahuan yang memadai mengenai perkembangan tubuhnya sendiri. Pertumbuhan badan dan pematangan organ organ reproduksi seperti pematangan seksual merupakan salah satu masalah besar yang mereka hadapi. Salah satu perkembangan seorang anak kearah pematangan seksual adalah pada masa pubertas (BKKBN, 2004). Menurut Root dalam Hurlock (1999), masa puber adalah suatu tahap dalam perkembangan dimana terjadi pematangan alat alat seksual dan tercapainya kemampuan reproduksi. Masa puber dianggap sebagai periode
2 tumpang tindih karena pada masa ini terjadi garis pembagi antara masa kanakkanak dan masa remaja. Dimana kriteria yang digunakan untuk mengetahui timbulnya pubertas serta memastikan tahap pubertas yang telah dicapai yaitu dengan adanya menarche (haid pertama) pada anak perempuan (Hurlock, 1999). Rentang usia menarche normal antara 9 17,7 tahun dengan rata rata 12,8 tahun (Kartono, 1995). Menurut Wiknjosastro (1999) usia menarche bervariasi lebar yaitu antara umur 10 16 tahun dengan rata rata 12,5 tahun. Menurut Narendra, dkk (2002) sejak berabad abad lalu, umur menarche tidak begitu berbeda dengan sekarang, yaitu antara 11 15 tahun. Llewellyn Jones (1997) mengatakan peristiwa terpenting yang terjadi pada gadis remaja adalah datangnya haid pertama kali, biasanya sekitar 10 16 tahun. Menurunnya rata rata usia menarche berkaitan dengan perubahan keadaan lingkungan, khususnya keadaan gizi dan kesehatan yang semakin baik, serta adanya faktor lainnya seperti rangsangan audio visual yang semakin maju dan bermacam macam jenisnya, sehingga mempercepat pertumbuhan organ organ seksual manusia ( Santrock, 2003). Permulaan menstruasi mungkin akan menjadi peristiwa yang traumatik bagi beberapa remaja putri yang tidak mempersiapkan dirinya terlebih dahulu. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hardjono pada tahun 1998, di Kota Semarang mendapatkan bahwa lebih dari 70% responden di daerah pedesaan
3 maupun perkotaan mengalami rasa takut saat menghadapi menarche (Mayasari, 1998). Menarche merupakan pengalaman yang baru, walaupun pernah mendengar ataupun pernah mendapat penjelasan, kemungkinan pada saat menghadapi pengalaman tersebut dapat pula menimbulkan rasa takut. Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena penjelasan tentang menstruasi yang diterima belum optimal ataupun, karena faktor lain yang belum diketahui remaja, sehingga remaja putri membutuhkan informasi tentang proses menstruasi dan juga kesehatan selama menstruasi dengan jelas (Syarifah, 1997). Disebutkan juga dalam sebuah penelitian terhadap 639 anak perempuan yang dilakukan dalam dekade terakhir ini, tampil reaksi yang luas terhadap menarche. Ada yang kecewa, terkejut dan sedikit gembira tetapi ada juga yang memperlihatkan reaksi positif (Santrock, 2003). Penelitian yang dilakukan oleh Cahyani (1997) tentang fenomena menarche menyebutkan bahwa menstruasi adalah suatu peristiwa alamiah, yang sering kali direspon secara negatif oleh remaja. Oleh karena itu diperlukan suatu kesiapan psikologis dalam menghadapinya. Informasi mengenai menstruasi sangat diperlukan untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi menarche. Namun kebutuhan akan informasi tentang menarche tidak selalu mendapatkan perhatian yang cukup dari orang tua, guru, dan
4 pihak yang berkompeten lainnya, sehingga masih banyak anak perempuan yang merasa tidak siap menghadapi menarche (Imelda, 2000). Jarang sekali ada anak yang mengerti tentang dasar perubahan yang terjadi pada dirinya dan pada temannya. Jika anak puber tidak diberitahu atau tidak dipersiapkan tentang perubahan fisik dan psikologis yang terjadi pada masa puber, maka pengalaman akan perubahan pada dirinya merupakan pengalaman traumatis. Akibatnya anak cenderung mengembangkan sikap yang kurang baik terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya. Penolakan akan perubahan tersebut sering kali terjadi karena anak tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi pada dirinya. Ketidaktahuan peristiwa yang sebenarnya dialami akan berdampak negatif pada perilaku diri mereka sesuai dengan tuntutan peristiwa yang terjadi, yaitu hal hal yang seharusnya dilakukan bila seseorang sudah mengalami menstruasi (Soetjiningsih, 2004) Faktor pendidikan mengenai menstruasi sangat mempunyai pengaruh terhadap kesiapan seseorang dalam menghadapi menstruasi awal untuk membuat seorang menjadi lebih siap dalam menghadapi menstruasi awal. Maka upaya pertama yang harus dilakukan adalah memberikan pengetahuan yang menyeluruh mengenai hal tersebut (Santrock, 2003). Studi pendahuluan yang dilakukan Purnamasari di SD Negeri Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukkan bahwa 1,1% responden sangat kurang siap dan 16,7% responden kurang siap dalam mengalami menarche, ini
5 ditunjukkan dengan adanya perasaan negatif seperti takut, panik, kaget, sedih, dan bingung. Dari hasil penelitian ini juga diketahui pula kurangnya pengetahuan responden tentang menarche (Purnamasari, 2000). Berdasarkan uraian diatas, penulis bermaksud mengadakan penelitian mengenai kesiapan remaja putri Sekolah Dasar dalam menghadapi menarche pada usia 10 12 tahun. Penulis mengambil sampel siswi Sekolah Dasar karena dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti dengan wawancara mendapatkan kurang lebih 13 siswi sudah mengalami menarche pada usia tersebut. Dari 13 orang siswi, 2 di antaranya mengalami perasaan panik, kaget, bingung dan terkejut. Hal ini dikarenakan mereka belum mengetahui dengan jelas mengenai menarche. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimanakah kesiapan remaja putri Sekolah Dasar dalam menghadapi menarche?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
6 Untuk mengetahui kesiapan remaja putri Sekolah Dasar dalam menghadapi menarche pada usia 10 12 tahun. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui tentang kesiapan remaja putri dari aspek pemahaman terhadap menarche. b. Untuk mengetahui tentang kesiapan remaja putri dari aspek penghayatan dalam menghadapi menarche. c. Untuk mengetahui tentang kesiapan remaja putri dari aspek kesediaan dalam menghadapi menarche. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Dapat menambah pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi terutama tentang kesiapan remaja putri dalam menghadapi menarche. 2. Bagi Keperawatan
7 Mengharapkan perawat untuk berpartisipasi dalam memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi remaja. 3. Bagi Masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pengetahuan kesehatan reproduksi khususnya remaja putri dalam kesiapan menghadapi menarche. E. Bidang ilmu Bidang keilmuan yang terkait dengan penelitian ini adalah ilmu keperawatan khususnya ilmu keperawatan maternitas dan keperawatan anak.