dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT SUPRAVITAL EPITELIUM MUKOSA MULUT

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan orthodonti cekat pada periode gigi bercampur bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gigi tiruan sebagian lepasan (removable partial denture) adalah gigi tiruan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai masalah karies dan gingivitis dengan skor DMF-T sebesar

BAB I PENDAHULUAN. makanan secara mekanis yang terjadi di rongga mulut dengan tujuan akhir proses ini

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Perawatan pendahuluan 4.2 Perawatan utama Rahang atas

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi, jaringan pendukung gigi, rahang, sendi temporomandibuler, otot mastikasi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi tiruan cekat, gigi tiruan lepasan dibagi menjadi dua yaitu gigi tiruan sebagian

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikatakan sebagai mukosa mastikasi yang meliputi gingiva dan palatum keras.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pencegahan dan manajemen yang efektif untuk penyakit sistemik. Pembangunan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif.

Manifestasi Infeksi HIV-AIDS Di Mulut. goeno subagyo

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyebab utama terjadinya kehilangan gigi. Faktor bukan penyakit yaitu sosiodemografi

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ini dapat meningkatkan resiko kehilangan gigi. Kehilangan gigi dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehilangan gigi menyebabkan pengaruh psikologis, resorpsi tulang

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara dengan penduduk yang memiliki kasus

BAB I PENDAHULUAN. tidak diganti dapat menimbulkan gangguan pada fungsi sistem stomatognatik

BAB I PENDAHULUAN. memeliki beberapa fungsi, diantaranya yaitu mastikasi atau pengunyahan, estetik,

LAPORAN PRAKTIKUM. Oleh : Ichda Nabiela Amiria Asykarie J Dosen Pembimbing : Drg. Nilasary Rochmanita FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

II. KEADAAN ANATOMIS SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL

IX. Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Gigi Tiruan Cekat

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya

KONDISI KESEHATAN DAN KEBERSIHAN MULUT PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI

1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel.

Pengelolaan Pasien Dengan Angular cheilitis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan penelanan. Kehilangan gigi merupakan tanggalnya gigi dari soketnya yang

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Rongga mulut adalah ruangan yang di dalamnya terdapat berbagai

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan karena dapat mempengaruhi kualitas kehidupan termasuk

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 0,1%, usia tahun 0,4 %, usia tahun 1,8%, usia tahun 5,9%

PROFIL KESEHATAN GIGI DAN MULUT MASYARAKAT PEDESAAN DAN PERKOTAAN BERDASARKAN STANDAR PENILAIAN DARI WORLD HEALTH ORGANIZATION

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagian besar pasien dengan kehilangan gigi sebagian. 3 Salah satu kelemahan

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini semakin meningkat. Ortodonsi adalah cabang ilmu kedokteran gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Hal tersebut menyebabkan kemungkinan penurunan kondisi tidak

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

TUGAS PEMICU I GUSI BERDARAH DAN GIGI YANG HILANG

BAB I PENDAHULUAN. bagi tubuh. Fungsi gigi berupa fungsi fonetik, mastikasi dan. ataupun yang hilang bisa berdampak pada kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sebanyak 91% dari orang dewasa pernah mengalami karies, dengan

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

BAB I PENDAHULUAN. ortodontik berdasarkan kebutuhan fungsional dan estetik. Penggunaan alat

Grafik 1. Distribusi TDI berdasarkan gigi permanen yang terlibat 8

ABSTRAK. Kata kunci : karsinoma sel skuamosa, rongga mulut, prevalensi.

BAB 2 DESKRIPSI SINGKAT PEMBESARAN GINGIVA. jaringan periodonsium yang dapat terlihat secara langsung sehingga mempengaruhi

Kenali Penyakit Periodontal Pada Anjing

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan adalah perubahan morfologi dan fungsional pada suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, apalagi di kalangan anak-anak dan remaja. Hal ini disebabkan karena

HAL-HAL YANG BERPENGARUH PADA KOMPOSISI SEKRESI SALIVA. Departemen Biologi Oral FKG USU

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA USIA TAHUN ( KUESIONER )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gigi merupakan salah satu komponen penting dalam rongga mulut. Gigi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diagnosis (Melrose dkk., 2007 sit. Avon dan Klieb, 2012). Biopsi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usage and Attitude Urban Indonesia oleh Research International (2008),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gigi tiruan lepasan adalah protesis yang menggantikan sebagian ataupun

BAB 1 PENDAHULUAN. menggantikan struktur rongga mulut atau sebagian wajah yang hilang. 2, 3

I. PENDAHULUAN. terutama pada daerah transformasi epitel gepeng serviks. Sebagian besar

BAB 1 PENDAHULUAN. Mukosa mulut memiliki salah satu fungsi sebagai pelindung atau

BAB I PENDAHULUAN. melalui mulut, dan pada kalangan usia lanjut. 2 Dry mouth berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

KARTU PENCATATAN ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. satu atau lebih gigi asli, tetapi tidak seluruh gigi asli dan atau struktur

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat

Diabetes merupakan faktor resiko periodontitis yang berkembang dua kali lebih sering pada penderita diabetes daripada penderita tanpa diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran I LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN

2.2.1 Klarifikasi Istilah (Step 1) Semua isitilah dimengerti pada skenario sehingga tidak terdapapat isitilah yang harus diklarifikasi.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah anak yang mengalami gangguan fisik atau biasa disebut tuna daksa.

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan tembakau telah lama diketahui merupakan faktor yang merugikan

BAB 2 IMPLAN GIGI. perlindungan gigi tetangga serta pengembangan rasa percaya diri (9).

INDERA PENCIUMAN. a. Concha superior b. Concha medialis c. Concha inferior d. Septum nasi (sekat hidung)

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. mukosa rongga mulut. Beberapa merupakan penyakit infeksius seperti sifilis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2006). Kanker leher kepala telah tercatat sebanyak 10% dari kanker ganas di

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi jaringan periodontal yang tidak sehat sebesar 95,21% atau

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kehilangan Gigi 1. Definisi Kehilangan gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak muncul di masyarakat. 13 Kehilangan gigi dapat menurunkan estetik, fungsi pengunyahan serta perubahan anatomi dalam rongga mulut. Kehilangan gigi akan berpengaruh terhadap terganggunya fungsi mastikasi gigi hal tersebut dapat mempengaruhi pemilihan makanan yang nantinya akan mempengaruhi asupan makanan seseorang dan status nutrisinya selain itu dapat menyebabkan gangguan fungsi fenotik, estetik, perubahan alveolar ridge dantidak segera diganti dapat terjadi perubahan dimensi vertikal serta perubahan status kesehatan gigi dan mulut. 3-20 2. Etiologi Kehilangan gigi dapat dialami oleh siapa saja mulai dari orang dewasamaupun lansia. Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain trauma, karies, penyakit periodontal. 17,20 presentase `tergantung pada usia. Kehilangan gigi pada usia lanjut kebanyakan disebabkan oleh penyakit periodontal sedangkan kehilangan gigi pada usia muda biasanya disebabkan oleh karies gigi. Kehilangan gigi juga dipengaruhi oleh merokok yang akan terjadi periodontitis dan karies gigi. 21 Hilangnya satu gigi atau lebih dari satu gigi dapat menyebabkan pula rasa yang tidak nyaman sehingga dapat mengganggu dalam berbagai aspek kehidupan sehari hari seperti berbicara, makan, minum, sosialisasi dan rasa percaya diri. 19 3. Perawatan kehilangan gigi Perawatan kehilangan gigi sangat perlu untuk mengembalikan fungi estetik, dan fungsi pengunyahan. Gigi tiruan dapat membantu perawatan kehilangan gigi. Pemakaian gigi tiruan dapat disesuikan dengan kondisi kehilangan gigi. Jenis gigi tiruan seperti Gigi tiruan cekat dan gigi 1

tiruan lepasan, bahan yang digunakan terdiri dari berbagai jenis seperti bahan valplast dan bahan akrilik. B. Gigi Tiruan 1. Macam Gigi Tiruan Gigi tiruan bermacam macam ada gigi tiruan cekat (GTC) dan gigi tiruan sebagian lepasan (GTL). Fungsinyayaitu untuk membantu mengembalikan fungsi kunyah yang hilang, estetis dan fungsi bicara. 40 Pemakaian GTC tidak dapat dilepas pasang sendiri oleh pemakainya karena akan dipasang langsung dengan gigi aslinya yang sebelumnya sudah dibentuk. Gigi tiruan sebagian ini diletakkan secara tepat pada satu atau lebih gigi penyangga untuk mengganti satu atau lebih gigi yang hilang dan memiliki desain sederhana sehingga nyaman untuk digunakan. 42 Berbeda dengan GTL jenis gigi tiruan yang dapat dilepas pasang sendiri oleh penggunanya sehingga untuk pembersihannya harus dilepas terlebih dahulu. 7 Bahan gigi tiruan banyak jenisnya seperti GTC terdiri dari bahan akrilik, all porcelain/emax, dari segi estetik dan kekuatannya terbaik adalah bahan zirconia. GTL memiliki jenis bahan yaitu akrilik dan valplast. 41,42 Gambar 2. 1Gigi tiruan cekat 44 2

Gambar 2. 2Gigi tiruan lepasan 45 1. Keunggulan gigi tiruan a. Bahan akrilik 1) Tidak toksik 2) Tidak larut dalam cairan mulut 3) Tidak iritasi 4) Estetik baik 5) Mudah dimanipulasi 6) Reparasi mudah 7) Perubahan dimensi kecil 8) Ekonomis 9) Konduktifitas baik 5,31,34,35 b. Bahan valplast 1) Lentur/ fleksibel 2) Estetik baik 3) Tidak memiliki kawat retensi sebagai penyangga 4) Lebih tipis 5) Translusen 6) Kuat dan tidak mudah patah 3

2. Kekurangan gigi tiruan a. Bahan akrilik 1) Mudah fraktur/ retak jika terjatuh maupun terkena benda keras yang tekanannya cukup tinggi 2) Bahannya lebih tebal 3) Tidak lentur. 4) berkontak dengan saliva, minuman, dan makanan sehingga gigi tiruan merupakan tempat terbentuknya stain, karang gigi, dan plak jika kurangnya pembersihan gigi tiruan tersebut. 31,32 b. Bahan valplast 1) pengerutan 2) perubahan dimensi 3) penyerapan air tinggi 4) kontak dengan gusi terlalu menekan karena retensi pengaitnya langsung gusi. 30-32 5) berkontak dengan saliva, minuman, dan makanan sehingga gigi tiruan merupakan tempat terbentuknya stain, karang gigi, dan plak jika kurangnya pembersihan gigi tiruan tersebut. 31,32 2. Akibat kurang perawatan gigi tiruan Akibat kurang perawatan pemakaian gigi tiruan pasti terjadi pada pasien yang baru memakaianya atau bahkan sudah lama memakainya. Perwatan gigi tiruan juga sangat berpengaruh sekali pada akibat yang muncul pada pemakai gigi tiruan misalnya yang timbul adalah adanya stomatitis, gingivitis, karies, xerostomia, kandidiasis, dan penyakit periodontal. 33 4

3. Perawatan Gigi Tiruan Perawatan gigi tiruan sangat penting sekali menjaga kestabilanoral hygiene. Perawatan gigi tiruan sering sekali di abaikan oleh pemakainya sehingga banyak dampak lain yang muncul sehingga merugikan pemakai gigi tiruan itu sendiri. Perilaku memelihara kebersihan gigi tiruan merupakan faktor penting dalam keberhasilan perawatan gigi tiruan karena mempunyai hubungan yang kuat. Perawatan gigi tiruan yang baik yaitu selalu melepasnya rutin ketika menggosok gigi dan gigi tiruan itu tersebut juga dibersihakan layaknya menggosok gigi. Penyimpananannya juga masing masing jika bahan valplast di simpan ditempat yang kering tidak terkena air karena akan mengerut sehingga tidak sesuai lagi ketika digunakan. Bahan alrilik jika direndam dalam air tidak akan mengerut. 27,28 C. Struktur Anatomis Rongga Mulut Rongga mulut terbagi atas dua bagian yaitu rongga mulut sebelah luar yang dibatasi oleh bibir dan pipi (vestibulum) dan rongga mulut bagian dalam yang dibatasi oleh tulang alveolar. Bagian superior rongga mulut dibatasi oleh palatum keras dan palatum lunak, daerah inferior rongga mulut dibatasi oleh dasr mulut dan dasar lidah, daerah posterior rongga mulut dibatasi dengan tonsil serta dinding yang menuju ke faring.struktur rongga mulut bervariasi di setiap lokasinya, dan berdasarkan fungsinya dapat dikelompokkan kedalam tiga tipe yaitu: 36 1. Masticatory mucosa (mukosa pengunyahan) Lapisan epitel dan mukosa mulut ini tersusun atas epitel gepeng berlapis yang tingkat keratinisasinya tinggi. Batas antara epitel dan jaringan penghubung dibawahnya sangat kuat, begitu juga lamina propianya mempunyai ikatan yang langsung dengan tulang secara umum. Mukosa pengunyahan meliputi gingival dan palatum keras. 2. Lining Mucosa (mukosa pembatas) Lapisan epitel dan mukosa mulut ini tersusun atas epitel gepeng berlapis tidak berkeratin. Batas antara epitel dan jaringan penghubung 5

seperti berombak halus, mukosa pembatas biasa mendapatkan tekanan yang umum dan dapat digerakkan, submukosa nya tebal dan jaringan ikatnya longgar. Meliputi palatum lunak, mukosa bibir, mukosa pipi, ruang vestibulum, sulcus alveolingiual, permukaan dasar lidah dan dasar mulut. Lining mukosa merupakan daerah yang ideal untuk mendapatkan retensi perifer. 3. Specialized mucosa (mukosa khusus) Tipe mukosa ini ditemukan pada lapisan permukaan yang menutupi dorsum lidah. Permukaannya kasar, tidak teratur dan berkeratin, terdiri dari papilla filiformis yang meliputi seluruh permukaan anterior lidah dan dilapisi oleh epitel yang berkeratinisasi, membentuk permukaan yangtahan terhadap gerakan yang terjadi pada saat pengunyahan makanan dan tekanan yang timbul saat lidah menempel pada palatum keras. Gambar 2. 3Struktur anatomi rongga mulut 47 6

Gambar 2. 4Struktur mukosa rongga mulut 48 D. Struktur Sitologis Jaringan Epitel Mukosa Mulut Jaringan epitel mukosa mulut terdiri atas tiga lapisan sel yaitu : 1. Lapisan basal (stratum germinaticum),terdiri atas satu lapis sel bebrbentuk kubiod/silindris atau polihedral. Dengan pewarnaan papanicolou, sitoplasma sel basal tampak berwarna biru atau ungu dengan inti yang besar. 36 2. Lapisan sel prikel atau sel intermediet (prickle cell layer intermediate layer/stratum spinosium) terdiri atas beberapa lapis sel berbentuk polihedral dengan inti yang relative kecil, dengan pewarnaan papanicolou sitoplasma sel intermediet ini tampak berwarna merah atau biru, sel apusan atas stratum spinosium berwarna merah atau ungu sedang sel lapisan bawah spinosium berwarna ungu atau biru. 36 3. Lapisan permukaan (stratum Corneum) merupakan lapisan yang terdiri atas sel sel berbentuk lonjong atau gepeng dengan / tanpa inti sel. Dengan pewarnaan papanicolou, sitoplasma sel permukaan tampak berwarna coklat/oranye (maka disebut juga dengan sel oranye). Inti mungkin besar, tetapi lebih banyak piknotik. 36 7

Gambar 2. 5Diagram sitologis epitel mukosa mulut 30 Proses diferensiasi terjadi pada lapisan basal, sehingga sel sel pada lapisan permukaan terlepas. Sel sel epitel dari lapisan basal akan terdorong kearah permukaan. Sel sel epitel ini secara tetap selalu memperbaiki diri. Dalam keadaan normal jumlah sel yang dilepaskan dari lapisan permukaan seimbang dengan jumlah sel yang baru berbentuk melalui proses mitosis pada sel sel basal. Selama proses sel akan bergerak daru lapisan basal kelapisan permukaan yang akhirnya dilepaskan. Dalam periode tertentu, seluruh lapisan sel epitel akan diganti oleh sel baru. Fungsi utama epitel mukosa mulut yaitu sebagai pertahanan terhadap rangsang mekanis dan masuknya bakteri. 36 E. Pemeriksaan Sitologi Diagnostik sitologi adalah ilmu penilaian dari sel yang berasal dari tubuh manusia, baik yang berasal dari sel yang terlepas dari permukaan epitel atau yang diambil dari berbagai tempat dengan cara tertentu. Sitologi apusan rongga mulut merupakan cara yang cukup efektif sebagai evaluasi awal suatu lesi yang mencurigakan pada rongga mulut. Cara ini juga telah terbukti 8

mempunyai ketepatan yang tinggi dalam mendiagnosa kelainan rongga mulut secara dini, ataupun mendiagnosa karsinoma termasuk karsinoma rongga mulut. Sitologi apusan memang tidak dapat menggantikan biopsy dan tidak dapat digunakan sebagai diagnosa yang definitif dan final. Sitologi apusan lebih berguna sebagai suatu cara screening sejumlah pasien yang diduga menerita keganasan rongga mulut. Disamping ini sitologi apusan juga berguna dalam mengikuti perkembangan penyembuhan dan mendeteksi kemungkinan adanya kekambuan suatu karsinoma yang telah mengalami terapi, baik dengan tindakan oprasi, rasioterapi maupun kemoterapi. 38 Sitologi apusan rongga mulut juga dapat digunakan dalam menegakkan diagnosa beberapa penyakit virus rongga mulut seperti stomatitis, herpagina dan herpes zoozteer dan juga penyakit lain seperti pemphigus atau lesi akibat dari jamur. Tetapi cara ini tidak dapat digunakan untuk mendiagnosa lesi hiperkeratotik, lesi di bawah mukosa dan lesi bibir yang mempunyai lapisan keratin. Cara pemeriksaan sitologi apusan mempunyai keuntungan sebagai suatu cara yang mudah dilakukan, murah, prosedurnya cepat, tidak menyakitkan penderita dan tidak menyebabkan pendarahan. Dalam menilai perubahan pola sitologi yang terjadi biasanya digunakan bermacam macam indeks, salah satunya adalah indeks maturasi. 38 1. Indeks Maturasi Indeks maturasi merupakan indeks yang menunjukan pematangan sel yaitu dengan cara membandingkan jumlah sel superfisialis, sel intermediet dan sel parabasal terhadap jumlah sel total. Untuk mengukur besarnya pematangan (maturasi) yang telah terjadi pada suatu jaringan epitel gepeng berlapis, maka ditentukanlah suatu pengukuran perbandingan antara jumlah sel parabasal, sel intermediet, dan sel superfisialis dengan jumlah sel total yang disebut dengan indeks maturasi. Indeks maturasi ini bisa dijadikan tolak ukur awal terjadinya suatu kelainan epitel rongga mulut, dengan cara membandingakan indeks maturasi normal epitel mukosa mulut dengan indeks maturasi yang didapat. Apabila indeks maturasi yang 9

didapat berbeda dengan indeks maturasi mukosa mulut normal maka bisa disimpulkan telah terjadi perubahan struktur epitel mukosa mulut. 37 Cara perhitungannya sebagai berikut : Presentase sel superfisialis = jumlah sel superfisialis X 100 % Jumlah sel total Presentase sel intermediet = jumlah sel intermediet X 100 % Jumlah sel total Presentase sel parabasal = jumlah sel parabasal X 100 % Jumlah sel total Presentase sel basal = jumlah sel basal X 100 % Jumlah sel total Presentase sel yang dihitung = jumlah sel tersebut x 100 % Jumlah sel total Tabel 1.1 Kriteria penilaian jenis jenis sel 46 Sel basal-parabasal Sel intermediet Sel superfisial Bewarna biru hingga biru tua Berwarna biru atau merah muda Berwarna orange Bentuk bulat atau Bentuk poligonal, Bentuk poligonal, bulat, oval bulat atau oval atau oval Inti sel bulat atau oval Inti bulat atau oval Inti bulat atau piknotik kadang tanpa inti. 10

2. Pola Sitologi Pada Pemakain Gigi tiruan Epitel mukosa rongga mulut seperti kita ketahui bahwa mempunyai mekanisme pertahanan jaringan atau fungsi proteksi pada pemakai gigi tiruan. Pemakaian gigi tiruan itu pasti menekan bagian palatal maupun bagian bukal pada rongga mulut sehingga dapat menyebabkan mekanisme pertahanan jaringan melakukan fungsinya yaiyu dengan mengadakan regenerasi epitel dan menambah keratinisasi epitel mukosa rongga mulut. Perubahan epitel mukosa ini bersifat reversible, bila perubahan tersebut melebihi kemampuan pertahanan jaringan maka keadaan ini lama kelamaan akan cenderung berubah menjadi lesi lesi prakanker maupun keganasan. 37-39 Terdapat perbedaan ketebalan epitel dan struktur epitel antara yang memakai gigi tiruan bahan valplast dan bahan akrilik.karena pemakain gigi tiruan dengan bahan valplast cenderung lebih menekan daripada dengan bahan akrilik untuk pemakaiannya maka terjadi perubahan struktur epitel untuk mengadakan proteksi diri dengan menambah keratinisasi atau terjadinya proses penglupasan lapisan epitel permukaan yang sangat cepat untuk diganti dengan sel epitel dibawahnya. Hal inilah yang memungkinkan terjadinya perbedaan ketebalan epitel dan struktur epitel. 37 11

F. Kerangka Teori Kehilanga n Gigi Masalah Kesehatan Gigi dan mulut Pemakaian Gigi Tiruan Jenis Gigi Tiruan Valplast Akrilik Kekurangan gigi tiruan valplast Kekurangan gigi tiruan akrilik Perawatan Gigi Tiruan Indeks Maturasi Lesi Pra kanker Gambar 2. 6Kerangka Teori 12

G. Kerangka Konsep Variabel Bebas - Pemakaian gigi tiruan Valplast dan akrilik Variabel Terikat Mengukur indeks maturasi sel Variabel Perancu - Merokok - Minum alkohol - Konsumsi obat rutin - Riwayat kesehatan lainnya Gambar 2. 7 Kerangka Konsep H. Hipotesis Penelitian 1. Hipotesis mayor dalam penelitian ini adalah : Pemakaian gigi tiruan valplast dan akrilik dapat meningkatkan indeks maturasi sel rongga mulut 2. Hipotesis minor dalam penelitian ini adalah : a. Ada perbedaan indeks maturasi pemakai gigi tiruan valplast dan akrilik b. Di dapatkan indeks maturasi normal dan tidak normal pada pengukuran apusan mukosa pemakai gigi tiruan jenis gigi tiruan valplast dan akrilik. 13