Review Jembatan Sutami di Bandar Lampung. Akhmad Dendi Nosya 1) Fikri Alami 2) Surya Sebayang 3)

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah dengan analisis studi kasus

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS FLY OVER SIMPANG BANDARA TANJUNG API-API, DENGAN STRUKTUR PRECAST CONCRETE U (PCU) GIRDER. Laporan Tugas Akhir

Analisis Konstruksi Jembatan Busur Rangka Baja Tipe A-half Through Arch. Yumna Cici Olyvia 1) Bayzoni 2) Eddy Purwanto 3)

Perancangan Struktur Atas P7-P8 Ramp On Proyek Fly Over Terminal Bus Pulo Gebang, Jakarta Timur. BAB II Dasar Teori

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian tugas akhir ini adalah balok girder pada Proyek Jembatan Srandakan

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN SLAB ON PILE SUNGAI BRANTAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK PADA PROYEK TOL SOLO KERTOSONO STA STA.

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

PERENCANAAN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL BOX GIRDER PRESTRESS

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

KONTROL ULANG PENULANGAN JEMBATAN PRESTRESSED KOMPLANG II NUSUKAN KOTA SURAKARTA

BAB II LANDASAN TEORI

Analisis Konstruksi Jembatan Busur Rangka Baja Tipe A-half Through Arch. Bayzoni 1) Eddy Purwanto 1) Yumna Cici Olyvia 2)

LAMPIRAN 1. DESAIN JEMBATAN PRATEGANG 40 m DARI BINA MARGA

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO M. ZAINUDDIN

JURNAL ILMU-ILMU TEKNIK - SISTEM, Vol. 11 No. 1

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II STUDI PUSTAKA

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

PERHITUNGAN SLAB LANTAI JEMBATAN

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

PERENCANAAN PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN BETON BERTULANG JALAN RAPAK MAHANG DI DESA SUNGAI KAPIH KECAMATAN SAMBUTAN KOTA SAMARINDA

OLEH : ANDREANUS DEVA C.B DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN GAYAM KABUPATEN BLITAR DENGAN BOX GIRDER PRESTRESSED SEGMENTAL SISTEM KANTILEVER

PERANCANGAN JEMBATAN KALI KEJI

ANAAN TR. Jembatan sistem rangka pelengkung dipilih dalam studi ini dengan. pertimbangan bentang Sungai Musi sebesar ±350 meter. Penggunaan struktur

ANALISIS KEKUATAN GIRDER AKIBAT KEMIRINGAN MEMANJANG JEMBATAN. Suyadi 1)

TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG STRUKTUR JEMBATAN MERR II-C DENGAN MENGGUNAKAN BALOK PRATEKAN MENERUS (STATIS TAK TENTU)

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN BANGILTAK DESA KEDUNG RINGIN KECAMATAN BEJI KABUPATEN PASURUAN DENGAN BUSUR RANGKA BAJA

PERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU

PERHITUNGAN VOIDED SLAB JOMBOR FLY OVER YOGYAKARTA Oleh : Ir. M. Noer Ilham, MT. [C]2008 :MNI-EC

DESAIN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL SINGLE TWIN CELLULAR BOX GIRDER PRESTRESS TUGAS AKHIR RAMOT DAVID SIALLAGAN

PERENCANAAN ALTERNATIF JEMBATAN BALOK BETON PRATEGANG DENGAN METODE PELAKSANAAN BERTAHAP

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN JUANDA DENGAN METODE BUSUR RANGKA BAJA DI KOTA DEPOK

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

3.3. BATASAN MASALAH 3.4. TAHAPAN PELAKSANAAN Tahap Permodelan Komputer

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir

DAFTAR ISI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Pemilihan Tipe Jembatan Tinjauan Penelitian Pembahasan...

Mencari garis netral, yn. yn=1830x200x x900x x x900=372,73 mm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DESAIN DAN METODE KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 60 METER MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DENGAN SISTIM PENYOKONG

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

PERENCANAAN JEMBATAN COMPOSITE GIRDER YABANDA JAYAPURA, PAPUA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU. Oleh : RIVANDI OKBERTUS ANGRIANTO NPM :

TUGAS AKHIR RC

PERHITUNGAN STRUKTUR BOX CULVERT

Universitas Sumatera Utara

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN BANTAR III BANTUL-KULON PROGO (PROV. D. I. YOGYAKARTA) DENGAN BUSUR RANGKA BAJA MENGGUNAKAN BATANG TARIK

OPTIMASI BERAT STRUKTUR RANGKA BATANG PADA JEMBATAN BAJA TERHADAP VARIASI BENTANG. Heavy Optimation Of Truss At Steel Bridge To Length Variation

PERANCANGAN SLAB LANTAI DAN BALOK JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI DALU-DALU, KABUPATEN BATU BARA, SUMATERA UTARA TUGAS AKHIR

PERHITUNGAN PILECAP JEMBATAN PANTAI HAMBAWANG - DS. DANAU CARAMIN CS

ABSTRAK. Kata kunci: CSiBridge, jembatan balok, balok pratekan menerus, redesain.

PERBANDINGAN KEHILANGAN GAYA PRATEKAN JANGKA PANJANG PADA STRUKTUR BALOK DI GEDUNG*

PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI DELI KECAMATAN MEDAN-BELAWAN TUGAS AKHIR GRACE HELGA MONALISA BAKARA NIM:

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

PERHITUNGAN SLAB LANTAI JEMBATAN

Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector)

BAB III LANDASAN TEORI. jalan raya atau disebut dengan fly over/ overpass ini memiliki bentang ± 200

JEMBATAN. Februari Bahan Bahan Jembatan

PERENCANAAN STRUKTUR ATAS JEMBATAN RANGKA BAJA MUSI VI KOTA PALEMBANG SUMATERA SELATAN. Laporan Tugas Akhir. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

SKRIPSI PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN KOMPOSIT DESA PERJIWA

BAB III METODOLOGI DESAIN

TEGANGAN TEGANGAN IZIN MAKSIMUM DI BETON DAN TENDON MENURUT ACI Perhitungan tegangan pada beton prategang harus memperhitungkan hal-hal sbb.

STRUKTUR JEMBATAN BAJA KOMPOSIT

ANALISIS LENDUTAN SEKETIKA DAN JANGKA PANJANG PADA STRUKTUR PELAT DUA ARAH. Trinov Aryanto NRP : Pembimbing : Daud Rahmat Wiyono, Ir., M.Sc.

Jl. Banyumas Wonosobo

TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG STRUKTUR ATAS JEMBATAN LAYANG JOMBOR DENGAN TIPE PRESTRESS CONCRETE I GIRDER BENTANG SEDERHANA

II. TINJAUAN PUSTAKA. rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain ( jalan

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

STUDI BENTUK PENAMPANG YANG EFISIEN PADA BALOK PRATEGANG TERKAIT DENGAN BENTANG PADA FLYOVER

MODUL 4 STRUKTUR BAJA II S E S I 1 & S E S I 2. Perencanaan Lantai Kenderaan. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

OPTIMASI TEKNIK STRUKTUR ATAS JEMBATAN BETON BERTULANG (STUDI KASUS: JEMBATAN DI KABUPATEN PEGUNUNGAN ARFAK)

DESAIN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL SINGLE TWIN CELLULAR BOX GIRDER PRESTRESS ABSTRAK

DESAIN JEMBATAN BARU PENGGANTI JEMBATAN KUTAI KARTANEGARA DENGAN SISTEM BUSUR

PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN BETON BERTULANG DESA TOKO LIMA CALCULATION OF REINFORCED CONCRETE STRUCTURES BRIDGE VILLAGE TOKO LIMA ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyilang sungai atau saluran air, lembah atau menyilang jalan lain atau

ANALISIS GELAGAR PRESTRESS PADA PERENCANAAN JEMBATAN AKSES PULAU BALANG I MENGGUNAKAN SOFTWARE SAP 2000 v.14

DESAIN STRUKTUR JEMBATAN RANGKA BAJA BENTANG 80 METER BERDASARKAN RSNI T ABSTRAK

PERHITUNGAN GELAGAR JEMBATAN BALOK-T A. DATA STRUKTUR ATAS

Kajian Pengaruh Panjang Back Span pada Jembatan Busur Tiga Bentang

Kajian Pemakaian Profil Fiber Reinforced Polymer (FRP) sebagai Elemen Struktur Jembatan Gantung Lalu Lintas Ringan

PERENCANAAN JEMBATAN MALANGSARI MENGGUNAKAN STRUKTUR JEMBATAN BUSUR RANGKA TIPE THROUGH - ARCH. : Faizal Oky Setyawan

MODUL 4 STRUKTUR BAJA II S E S I 1 & S E S I 2. Perencanaan Lantai Kenderaan. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

MODUL 4 STRUKTUR BAJA II. Perencanaan Lantai Kenderaan. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

DESAIN DAN METODE KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 60 METER MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DENGAN SISTIM PENYOKONG

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

BAB III ANALISA PERMODELAN

PERANCANGAN JEMBATAN WOTGALEH BANTUL YOGYAKARTA. Laporan Tugas Akhir. Atma Jaya Yogyakarta. Oleh : HENDRIK TH N N F RODRIQUEZ NPM :

BAB I PENDAHULUAN. Bab I - Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan dalam bidang ekonomi global menuntut adanya

METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS ALTERNATIF PERKUATAN JEMBATAN RANGKA BAJA (STUDI KASUS : JEMBARAN RANGKA BAJA SOEKARNO-HATTA MALANG)

PERENCANAAN UNDERPASS JALAN LAKSDA ADISUTJIPTO YOGYAKARTA (STUDI KASUS DI PERSIMPANGAN JALAN BABARASARI DAN JALAN LAKSDA ADISUTJIPTO)

MODUL 5 STRUKTUR BAJA II. Perencanaan Lantai Kenderaan. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

PERANCANGAN ALTERNATIF STRUKTUR JEMBATAN KALIBATA DENGAN MENGGUNAKAN RANGKA BAJA

MODIFIKASI PERANCANGAN JEMBATAN TRISULA MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA DENGAN DILENGKAPI DAMPER PADA ZONA GEMPA 4

STUDI PERBANDINGAN PERILAKU JEMBATAN I GIRDER DAN U GIRDER AKIBAT PEMBEBANAN JEMBATAN (STUDI KASUS: FLYOVER PETERONGAN, JOMBANG JAWA TIMUR)

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN KALI BAMBANG DI KAB. BLITAR KAB. MALANG MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA

ANALISIS PERBANDINGAN PERILAKU STRUKTUR JEMBATAN CABLE STAYEDTIPE FAN DAN TIPE RADIALAKIBAT BEBAN GEMPA

Transkripsi:

JRSDD, Edisi Juni 2018, Vol. 6, No. 2, Hal:209-219 (ISSN:2303-0011) Review Jembatan Sutami di Bandar Lampung Akhmad Dendi Nosya 1) Fikri Alami 2) Surya Sebayang 3) Abstract Many structural systems are available to build a bridge. One of them is prestressed concrete bridge. The purpose of this research is to review the design of prestressed concrete bridge using SAP 2000 ver. 14 software. From the analysis results, the longitudinal girder requires bending reinforcement of 12 D13, skin reinforcement of 6 13, and 18 strand with dia. of 0.5" in each tendon. Slab requires bending reinforcement of 16-200, shrinking reinforcement and temperature of 13-250, however the existing design used denser reinforcement, this difference is due to changes in the bending reduction factor which follows the recent code of 2013. Diaphragms requires bending reinforcement of 2 D28, skin reinforcement of 5 13, and shear reinforcement of 13-500. Barrier wall requires bending reinforcement of 19-150 for the thickening area below the wall, 13-150 for the above area, and shear reinforcement of 10 13. The conclusion that can be taken is that the reinforcement used for the main structure component is correct, but some bending reinforcement are used under the need of ρmin and concrete standard of 2013. Keywords: bridge, prestressed concrete, SAP 2000 ver. 14 Abstrak Banyak sistem struktur yang tersedia untuk membangun sebuah jembatan. Salah satunya adalah jembatan beton prategang. Penelitian ini bertujuan mereview desain perencanaan jembatan beton prategang menggunakan software SAP 2000 ver.14. Dari hasil analisis, pada gelagar memanjang diperlukan tulangan lentur 12 D13, tulangan kulit 6 13, dan 18 strand 0,5 pada masing-masing tendon. Pelat lantai kendaraan diperlukan tulangan lentur 16-200, tulangan susut serta suhu 13-250. Diafragma diperlukan tulangan lentur 2 D28, tulangan kulit 5 13, serta tulangan geser 13-500. Tiang sandaran diperlukan tulangan lentur 19-150 untuk daerah penebalan bawah sandaran, 13-150 untuk daerah diatasnya, serta 10 13 tulangan geser. Kesimpulan yang dapat diambil yaitu tulangan yang dipakai pada struktur utama telah memenuhi standar perencanaan, namun ada beberapa tulangan lentur yang digunakan dibawah kebutuhan ρmin/peraturan beton tahun 2013. Diharapkan akan adanya penelitian lanjutan menggunakan software CSI Bridge, dan rencana anggaran biayanya. Kata kunci : jembatan, beton prategang, SAP 2000 ver. 14. 1) Mahasiswa pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung. surel: bz182u@gmail.com 2) Staf pengajar pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung. Jalan. Prof. Sumantri Brojonegoro 1. Gedong Meneng Bandar Lampung. 35145. 3) Staf pengajar pada Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Lampung. Jalan Prof. Sumantri Brojonegoro 1. Gedong Meneng Bandar Lampung. 35145.

Review Jembatan Sutami di Bandar LampungM. Akhmad Fadillah Buktin, Dendi Dalius, Ahmad Nosya, Sasana Zakaria, Fikri Putra, Alami, Ofik Rahayu Surya Taufik Sulistyorini. Sebayang. Purwadi. 1. PENDAHULUAN Jembatan adalah salah satu sarana dalam sistem transportasi yang penting, dan berperan dalam kelancaran arus lalu lintas kendaraan. Perkembangan transportasi khususnya jembatan semakin erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi yang berfungsi untuk memperlancar arus kendaraan sehingga tercipta efisiensi waktu dalam beraktivitas. Oleh karena itu, diperlukan penguasaan teknologi jembatan baik dari aspek perencanaan, peralatan, material, dan juga pada saat proses pelaksanaan. Banyak sistem struktur yang dapat dipilih dalam membangun sebuah jembatan. Salah satunya adalah sistem jembatan beton prategang. Pada jembatan beton prategang, kekuatan dan kehandalan sebuah jembatan sangat dipengaruhi oleh mutu balok girder. Balok beton prategang adalah suatu struktur beton khusus dengan cara memberi tegangan awal tertentu pada balok dengan arah berkebalikan dengan arah beban luar yang akan bekerja. Gaya prategang diberikan dengan menarik baja mutu tinggi yang bentuknya seperti untaian kabel yang disebut sebagai tendon. Karena baja yang digunakan memiliki kuat tarik tinggi, maka menuntut penggunaan beton dengan kuat tekan tinggi. Pada saat ini penggunaan jembatan konstruksi beton prategang semakin banyak dipergunakan, karena jembatan ini memberikan kemudahan dalam pelaksanaannya dan memiliki berat yang lebih ringan dibandingkan jembatan beton yang lain. Hal ini dikarenakan berat baja prategang jauh lebih kecil dibandingkan jumlah berat besi beton biasa, yang tidak lepas dari keberhasilan teknologi pada beton mutu tinggi (fc 40 MPa), sedangkan baja yang digunakan sebagai pemberi prategang pada beton merupakan baja dengan mutu sangat tinggi. Baja bermutu tinggi seperti itu dapat mengimbangi kehilangan prategang dan mempunyai taraf tegangan sisa yang dapat menahan gaya prategang yang dibutuhkan. Salah satu contoh dari penggunaan jembatan dengan konstruksi beton prategang adalah jembatan Sutami yang merupakan jembatan yang berada di ruas jalan Tol Trans Sumatera dengan bentang 40,8 m, sedangkan lebar perkerasan lalu-lintas dari jembatan ini yaitu 23,4 m. Pada tugas akhir ini dilakukan kontrol ulang penulangan struktur atas jembatan beton prategang Sutami. Untuk mengetahui perencanaan jembatan konstruksi beton prategang yang benar diperlukan perencanaan perhitungan yang mengacu pada standar yang ada. Sehingga diharapkan akan mendapatkan gambaran yang jelas dan dapat memahami garis besar dari suatu perencanaan jembatan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berupa informasi mengenai perencanaan pada struktur atas (Superstructures) suatu jembatan beton prategang (prestressed) secara cepat, dan akurat dengan menggunakan bantuan program SAP 2000 ver. 14. Program ini akan membantu mempercepat proses analisis, simulasi, dan desain yang sebelumnya dilakukan dengan manual yang cukup memakan waktu, serta tidak terjamin ketelitiannya. Batasan masalah yang diambil dalam melakukan analisa ini adalah jembatan yang di analisis hanya pada struktur atasnya, perhitungan pembebanan yang digunakan pada jembatan ini mengacu pada peraturan SNI 1725 (2016), kehilangan prategang pada ACI 318 (1995), dan perhitungan kekuatan strukturnya mengacu pada SNI T-12 (2004). Perencanaan ini hanya ditinjau dari aspek teknik saja, dan tidak dilakukan analisa dari segi biaya dan waktu. Untuk analisis perhitungan gempa menggunakan tanah sedang pada daerah gempa yang sesuai dengan kondisi tanah pada jembatan sutami. Perhitungan gaya dalam struktur menggunakan program SAP 2000 ver. 14. Serta Hasil gambar perencanaan berupa gambar penampang dan detail sambungan. 210 2

Akhmad Dendi Nosya, Fikri Alami, Surya Sebayang. Buktin,, 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Tinjauan Umum Jembatan dapat diartikan sebgai suatu konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan jalan yang melalui suatu rintangan. Rintangan ini dapat berupa jalur lalu lintas pada persimpangan jalan, saluran irigasi, rawa, danau, sungai, laut, jurang, dan sebagainya. Revisi desain jembatan pada skripsi ini adalah jembatan beton prategang. Variasi dari jenis jembatan berdasarkan sistem struktur, beserta bentangnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 1. Variasi jenis jembatan, dan bentang. Jenis Jembatan Berdasarkan Sistem Struktur Bentang (meter) Jembatan lengkung 100-300 Jembatan gelagar 5-40 Jembatan cable-stayed 100-600 Jembatan gantung 1000-1400 Jembatan beton prategang 20-40 Jembatan rangka 50-100 Jembatan box girder 20-40 2.2. Pembagian Struktur Jembatan Elemen struktur utama penyusun jembatan dapat dibedakan menjadi tiga, antara lain : 1. Struktur Atas Struktur atas jembatan adalah struktur yang menerima beban langsung yang meliputi beban mati, hidup, angin, dan gempa. 2. Struktur Bawah Struktur bawah jembatan adalah struktur berfungsi untuk meneruskan seluruh beban yang diterima struktur atas menuju pondasi. 3. Pondasi Pondasi pada jembatan adalah struktur yang berfungsi meneruskan seluruh beban yang diterima struktur bawah jembatan ke tanah keras pada bagian bawah jembatan. 2.3. Perencanaan Jembatan Beton Prategang PCI-Girder Prinsip perencanaan jembatan didasarkan pada batas-batas tertentu yang diterapkan terhadap kekuatan, dan kemampuan layan yang berhubungan dengan penggunaan struktur dari tersebut. Pada perhitungan pembebanan, beban harus dikalikan dengan faktor beban, sedangkan pada analisis dari kekuatan pada kapasitas bahan struktur harus dikalikan dengan faktor reduksi kekuatan. 2.3.1. Pembebanan Pada Jembatan Pada perencanaan beton prategang terdapat dua tahap pembebanan yang diperhitungkan, yaitu tahap transfer dan tahap layan. Pada setiap tahap pembebanan tersebut harus dilakukan kontrol terhadap batas-batas tegangan dari penampang girder. 1. Tahap Transfer Pada tahap ini beban yang bekerja adalah berat sendiri struktur, sedangkan beban hidup dianggap belum bekerja. Gaya prategang awal bekerja setelah dilakukan transfer beban/stressing. Tegangan awal kabel prategang sendiri dapat diambil sebesar 75 % dari tegangan tarik batas tendon prategang (f pu ). 211

Review Jembatan Sutami di Bandar LampungM. Akhmad Fadillah Buktin, Dendi Dalius, Ahmad Nosya, Sasana Zakaria, Fikri Putra, Alami, Ofik Rahayu Surya Taufik Sulistyorini. Sebayang. Purwadi. 2. Tahap Layan Tahap layan dimulai ketika beton prategang difungsikan sebagai komponen struktur. Pada tahap ini beban luar yang berupa beban mati, hidup, angin, dan gempa harus diperhitungkan, pada tahap ini juga semua kehilangan gaya prategang sudah harus dipertimbangkan di dalam analisa strukturnya. 2.3.2. Perhitungan Struktur Beton Prategang 1. Gaya Prategang Pemberian gaya prategang pada beton prategang akan menyebabkan penampang beton prategang mengalami tegangan tekan. Tegangan ini memberikan perlawanan terhadap beban luar yang bekerja. Jika gaya prategang bekerja dengan eksentrisitas, hal tersebut memberikan tegangan tambahan akibat dari eksentrisitas tersebut. Gambar 1. Prategang Dengan Eksentrisitas. Gambar 2. Diagram Tegangan Pada Beton Prategang. Berdasarkan asumsi dan gambar diatas diperoleh persamaan tegangan pada balok beton prategang sebagai berikut : Tegangan serat bawah balok (f b ) : Pe f b = A Tegangan serat atas balok (f a ) : + Me.Yb I Mn.Yb =0 (1) I f a = Pe A Me.Yb I + Mn.Yb =0 (2) I 212 4

Akhmad Dendi Nosya, Fikri Alami, Surya Sebayang. Buktin,, 2. Tegangan Izin Beton Menurut Peraturan Perencanaan Struktur Beton Untuk Jembatan SNI T-12 (2004), Pasal 4.4.1.2. Tegangan izin pada beton adalah sebagai berikut : a. Tegangan ijin prategang pada kondisi transfer gaya prategang tidak boleh melebihi nilai berikut ini : 1) Tegangan serat tekan terluar, sebesar 0,60.f ci 2) Tegangan serat tarik terluar, sebesar 0,25. f ci b. Tegangan beton pada kondisi beban layan tidak boleh melebihi nilai berikut ini: 1) Tegangan serat tekan terluar sebesar 0,45.f c 3) Tegangan serat tarik terluar sebesar 0,5. f c ' 3. Lintasan Inti Tendon Untuk menentukan lintasan pada masing-masing tendon yang bekerja pada balok prategang, dapat digunakan rumus berikut ini: Y = 4.f i. X L 2 (L X ) (3) Dengan : Y = Persamaan lintasan tendon X = Jarak yang ditinjau (m) L = Panjang bentang jembatan (m) f i = e s = Eksentrisitas tendon (m) 4. Kehilangan Gaya Prategang Kehilangan prategang yaitu berkurangnya gaya yang bekerja dalam tendon pada tahap-tahap pembebanan. Kehilangan prategang langsung atau kehilangan sesaat setelah transfer adalah : Pi=Pj ( Δfs (short term) Pj) (4) Sedangkan kehilangan prategang akibat pengaruh waktu adalah : Pi=Pj ( Δfs (longterm) Pj) (5) 5. Kontrol Lendutan Karena adanya eksentrisitas kabel prategang, menyebabkan balok prategang mengalami defleksi keatas. Untuk menentukan nilai lendutan keatas digunakan rumus berikut ini : 5 48 P.e. j s L2 (6) C= E.I dimana : c = Lendutan ke atas (mm) P j = Gaya prategang yang terjadi akibat jacking (N) L = Panjang jembatan (mm) E c = Modulus elastisitas beton (MPa) I = Momen inersia balok prategang (mm 4 ) Dalam perencanaan, besarnya defleksi ke atas dan ke bawah harus diperiksa dan dibatasi agar tidak melampaui batas yang diizinkan. Berdasarkan SNI T-12 (2004), batasan dari 213

Review Jembatan Sutami di Bandar LampungM. Akhmad Fadillah Buktin, Dendi Dalius, Ahmad Nosya, Sasana Zakaria, Fikri Putra, Alami, Ofik Rahayu Surya Taufik Sulistyorini. Sebayang. Purwadi. lendutan akibat beban rencana untuk daya layan Jembatan Jalan Raya adalah 1/250 bentang. 3. METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian pada tulisan ini adalah struktur atas jembatan yang menggunakan beton prategang PCI-Girder yang terletak pada ruas Jalan Tol Trans Sumatera yang melewati Jalan Sutami, Bandar Lampung. Panjang bentang jembatan adalah 40,8 m dengan lebar jembatan 25,2 meter dan tinggi bersih jembatan adalah 6 m. 3.2. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh dari literatur-literatur yang berisi standar perencanaan yang diterbitkan oleh Ditjen Bina Marga, SNI, ACI, laporanlaporan dan tulisan-tulisan dari penelitian terdahulu, buku-buku serta website-website yang memuat standar perencanaan jembatan, data asumsi, serta literatur-literatur lain yang terkait dengan perencanaan jembatan. Sedangkan, data umum jembatan diperoleh dari P.T. Waskita Karya, selaku pelaksana pekerjaan Jalan Tol Trans Sumatra seksi 2. 3.3. Analisis Data dan Hasil Analisis dari data-data yang diperoleh akan dilakukan secara manual dan juga dengan bantuan program komputer yang mendukung, sesuai dengan standar perencanaan yang berlaku. Data pembebanan, dan momen nominal akan dianalisis secara manual, dan dengan bantuan program Microsoft Excel, sedangkan perhitungan gaya-gaya dalam seperti momen, gaya geser, dan gaya normal yang bekerja pada jembatan, akan dihitung secara manual ataupun dengan bantuan program Microsoft Excel, dan SAP 2000 V.14. 4. PEMBAHASAN 4.1. Data Umum Jembatan Gambar 3. Potongan Melintang Jembatan. Gambar 4. Potongan Memanjang Jembatan. 214 6

Akhmad Dendi Nosya, Fikri Alami, Surya Sebayang. Buktin,, Gambar 5. Tampak Atas Jembatan. Data umum dari jembatan sutami antara lain : 1. Bentang jembatan (L) : 40,8 meter 2. Lebar jalur lalu-lintas : 11,7 meter 3. Jumlah jalur lalu-lintas : 2 4. Lebar total jembatan : 25,2 meter 5. Jumlah balok girder : 12 buah 6. Jarak antar balok girder (s) : 2,125 m 7. Tebal lapisan aspal (ta) : 0,05 meter 8. Tebal genangan air hujan : 0,05 meter 9. Tebal pelat lantai (tp) : 0,25 meter 10. Tebal deck slab : 0,07 meter 11. Lebar balok diafragma : 0,4 meter 12. Tinggi balok diafragma : 1,78 meter 4.2. Material 1. Data Beton Prategang Mutu Beton = K600 Kuat tekan beton: (saat layan) (f c ') = 49,8 MPa (saat transfer) 85% (f ci ') = 0,85.f c ' = 39,84 MPa Modulus elastik beton: Berat volume beton,(w c ) = 2500 kg/m 3 (saat layan) (saat transfer) (E c ) = w c 1,5.0,043x f c ' = 37930,8993 MPa (E c ) = w c 1,5.0,043x f ci ' = 33926,4278 MPa Tegangan ijin beton saat penarikan (saat transfer): 215

Review Jembatan Sutami di Bandar LampungM. Akhmad Fadillah Buktin, Dendi Dalius, Ahmad Nosya, Sasana Zakaria, Fikri Putra, Alami, Ofik Rahayu Surya Taufik Sulistyorini. Sebayang. Purwadi. Tegangan ijin tekan,(0,6.f ci ') = 23,9 MPa (SNI T-12 (2004) Pasal 4.4.1.2.2) Tegangan ijin tarik, (0,25. f ci ') = 1,6 MPa (SNI T-12 (2004) Pasal 4.4.1.2.4) Tegangan ijin beton pada keadaan akhir (saat layan) Tegangan ijin tekan,(0,45.f c ') = 22,4 MPa (SNI T-12 (2004) Pasal 4.4.1.2.1) Tegangan ijin tarik, (0,5. f c ') = 3,5 MPa (SNI T-12 (2004) Pasal 4.4.1.2.3) 2. Beton untuk Pelat Mutu Beton = K300 Kuat tekan beton, (f c ') = 24,9 MPa Berat volume beton, (w c ) = 2500 kg/m 3 Modulus elastik beton: (E c ) = 4700. fc' = 23452,9529 MPa 3. Baja prategang Tegangan leleh strand, Kuat tarik strand, (f py ) = 1674 MPa (f pu ) = 1860 MPa Diameter selubung tendon, (D t ) = 190 mm Diameter strand, (D) = 12,7 mm Luas penampang, (A s ) = 98,78 mm 2 Beban putus minimal satu strand, (P bs ) = 183,7 kn Modulus elastik strand, (E s ) = 193000 MPa 4.3. Metode Desain Dengan SAP 2000 ver. 14 4.3.1. Permodelan, dan Analisis pada Pelat 1. Modeling Untuk analisa struktur pelat jembatan sutami dengan software SAP 2000 ver. 14, struktur dimodelkan 2D. Struktur pelat dimodelkan sebagai elemen frame, dengan jarak antar girder 2,125 m. 2. Material, dan Penampang. Mengisi data material, yaitu beton dengan berat volume 25 kn/m 3, modulus elastisitas 23452,953 MPa, dan kuat tekan, (f c ) 24,9 MPa. Setelah mengisi data material beton, selanjutnya mengisi data penampang pada pelat beton. 3. Mendefinisikan Beban, dan Mengaplikasikan Beban pada Balok. Berikutnya yaitu mendefinisikan masing-masing beban yang bekerja pada pelat. Langkah selanjutnya yaitu mendefinisikan kombinasi beban ultimit sesuai SNI pembebanan untuk jembatan pada pelat.aplikasikan masing-masing beban yang telah dihitung yang terdiri dari beban mati sendiri, beban mati tambahan, dan beban truk. Untuk mengaplikasikannya klik Assign>Frame Loads, pilih Points untuk beban titik, dan Distributed untuk beban merata. 4. Analisis Struktur. Untuk menganalisa struktur klik Analyze>Set Analysis Options, lalu klik tombol Plane Frame-XZ Frame>OK. Lalu klik tombol Run Analysis, sorot Modal, kemudian klik tombol Run/Do not run, terakhir klik tombol Run now. 216 8

Akhmad Dendi Nosya, Fikri Alami, Surya Sebayang. Buktin,, 5. Hasil Analisa Struktur a. Momen Ultimit Di Lapangan Momen lapangan akibat berat sendiri, (M MS ) = 1,19 knm Momen lapangan akibat beban mati tambahan, (M MA ) = 0,56 knm Momen lapangan akibat beban truk, (M T ) = 42,42 knm Mu = K MS.M MS + K MA.M MA + K T.M T = 79,023 knm b. Momen Ultimit Di Tumpuan Momen tumpuan akibat berat sendiri, (M MS ) = 2,6 knm Momen tumpuan akibat beban mati tambahan, (M MA ) = 0,76 knm Momen tumpuan akibat beban truk, (M T ) = 39,67 knm Mu = K MS.M MS + K MA.M MA + K T.M T = 76,3060 knm 4.3.2. Permodelan, dan Analisis pada Balok Prategang 1. Modeling Untuk analisa struktur balok girder jembatan sutami dengan software SAP 2000 ver. 14, struktur dimodelkan 2D. Struktur gelagar dimodelkan sebagai elemen frame, dengan jarak antar tumpuan 39,64 m. 2. Material, dan Penampang. Untuk data material, yaitu beton dengan berat volume beton 25 kn/m 3, modulus elastisitas beton 37931 MPa, dan kuat tekan beton, (f c ) 49,8 MPa. Setelah mengisi data material beton, selanjutnya mengisi data penampang pada balok beton. 3. Mendefinisikan Beban, dan Mengaplikasikan Beban pada Balok. Berikutnya yaitu mendefinisikan masing-masing beban yang bekerja pada balok girder. Langkah selanjutnya yaitu mendefinisikan kombinasi beban berdasarkan SNI pembebanan untuk jembatan tahun 2016. Aplikasikan masing-masing beban yang telah dihitung yang terdiri dari beban mati sendiri, beban mati tambahan, beban hidup, beban rem, beban angin, dan beban gempa. Untuk mengaplikasikannya klik Assign>FrameLoads, pilih Points untuk beban titik, dan Distributed untuk beban merata. Untuk merancang jalur beban berjalan di lantai kendaraan klik bridge>lanes, lalu isikan data lane. Selanjutnya untuk mendefinisikan beban berjalan klik bridge>vehicles, dan isikan data untuk truk semi trailer. Langkah berikutnya menetapkan jenis truk sebagai beban berjalan dengan mengklik bridge>vehicle classes. 4. Menggambar Kabel Prategang, dan Mengaplikasikan Beban Prategang Pada Tendon. Kabel prategang digambar dengan meng-klik menu draw>frame/cable/tendons, lalu pilih Tendon pada Line object type. Selanjutnya pada kedua ujung balok, akan ditampilkan kotak define parabolic tendon layout, selanjutnya klik parabolic calculator. Masukkan angka 1,2, dan 3 pada Number of Points, lalu ganti nilai pada Coord 2 sesuai jarak titik tengah tendon dengan titik tengah balok, seperti contoh pada tendon 1 yang disajikan pada gambar 68, lalu klik Done. Lakukan juga langkah tersebut pada tendon 2, 3, dan 4. 217

Review Jembatan Sutami di Bandar LampungM. Akhmad Fadillah Buktin, Dendi Dalius, Ahmad Nosya, Sasana Zakaria, Fikri Putra, Alami, Ofik Rahayu Surya Taufik Sulistyorini. Sebayang. Purwadi. Selanjutnya klik Add pada Tendon loads, lalu mengisi data gaya prategang, dan kehilangan gaya prategang yang telah dihitung sebelumnya. 5. Analisis Struktur. Untuk menganalisa struktur klik Analyze>Set Analysis Options, lalu klik tombol Plane Frame-XZ Frame>OK. Lalu klik tombol Run Analysis, sorot Modal, kemudian klik tombol Run/Do not run, terakhir klik tombol Run now. 6. Hasil Analisa Struktur. Tabel 2. Rekapitulasi Momen dan Gaya Geser Pada Girder. No Jenis Beban Simbol Beban Geser Momen KN/m kn knm 1 Berat Sendiri MS 36,5619 724,6565 7181,346 2 Beban mati tambahan MA 3,3798 66,9879 663,8499 3 Beban hidup TT 24,1579 605,7265 4745 4 Gaya rem TB - 10,0531 199,2531 5 Beban angin EW 0,7509 14.882 147,4805 6 Beban gempa EQ 29,3026 580.7774 5755,5041 4.4. Perbandingan Perencanaan Penulangan dari PT. Arkonin Dari perhitungan yang telah dilakukan menggunakan pembebanan jembatan menggunakan acuan SNI 1725 (2016), perhitungan beton untuk jembatan dengan acuan SNI T-12 (2004), perhitungan beton bertulang SNI 2847 (2013), dan kehilangan prategang dengan acuan ACI 318 (1995), terdapat perbedaan pemakaian penulangan dari pihak perencana, dengan rincian sebagai berikut : Tabel 3. Perbandingan Perencaan Penulangan. Jenis Tiang Sandaran Diafragma Pelat Gelagar Perencana Hasil Perhitungan Tulangan Lentur Geser Tulangan Lentur Geser Susut, dan Susut, dan Bagian Atas Bagian Bawah Bagian Atas Bagian Bawah Suhu Suhu 13-150 19-150 13-250 13-150 19-150 13-250 Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan 13-200 2 D25 2 D25 2 D28 2 D28 13-500 Tumpuan Lapangan Susut, dan Susut, dan Tumpuan Lapangan Suhu Suhu 16-150 16-150 13-200 16-200 16-200 13-250 Tumpuan Lapangan Strand Tumpuan Lapangan Strand 6 D13 6 D13 19 D12,7 12 D13 12 D13 18 D12,7 5. KESIMPULAN Berdasarkan review desain jembatan sutami ini dapat di tarik kesimpulan bahwa: 1. Dimensi melintang perkerasan jalan kendaraan adalah 23,4 m untuk 2 jalur 2 arah dengan lebar total beserta tiang sandaran adalah 25,2 m. 2. Tiang sandaran diperlukan penulangan 19-150 untuk daerah penebalan bawah sandaran, 13-150 untuk daerah diatasnya, serta 10 13 untuk tulangan geser. Hal ini sama dengan perencanaan dari PT. Arkonin selaku perencana jembatan sutami, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tulangan yang dipakai telah memenuhi peraturan perencanaan beton tahun 2013. 218 10

Akhmad Dendi Nosya, Fikri Alami, Surya Sebayang. Buktin,, 3. Diafragma menggunakan tulangan lentur 2 D28, dengan tulangan kulit 5 13, serta tulangan geser 13-500. Ada perbedaan perencanaan pada tulangan lentur, dan tulangan geser dari PT. Arkonin yang menggunakan tulangan lentur 2 D25, serta tulangan geser 13-200. Perbedaan ini disebabkan adanya perubahan dalam faktor reduksi untuk tulangan lentur pada standar perencanaan beton tahun 2002, dan 2013, sedangkan pada tulangan geser yang dipakai oleh perencana telah memenuhi peraturan perencanaan beton tahun 2013. 4. Pelat lantai kendaraan memiliki tebal 250 mm, penulangan 16-200 untuk daerah tumpuan, serta lapangan, dan tulangan susut serta suhu 13-250. Ada perbedaan penulangan dibandingkan dengan perencanaan dari PT. Arkonin yaitu 16-150 untuk daerah tumpuan, serta lapangan, dan tulangan susut serta suhu 13-200. Perbedaan ini juga disebabkan adanya perubahan dalam faktor reduksi untuk tulangan lentur pada peraturan perencanaan beton tahun 2013. 5. Gelagar memanjang digunakan tulangan lentur tarik 12 D13, tulangan lentur tekan 12 D13, tulangan kulit 6 13, dan 18 strand 0,5 yang dipasang pada masing-masing tendon. Hal ini berbeda dengan perencanaan dari PT. Arkonin yang menggunakan tulangan lentur tarik 6 D13, tulangan lentur tekan 6 D13, tulangan kulit 6 13, dan 19 strand 0,5 yang dipasang pada masing-masing tendon. Perbedaan ini disebabkan dalam perhitungan yang telah dilakukan, diperlukan jumlah tulangan lentur yang sesuai dengan ρmin yaitu 12 D13, namun oleh pihak perencanaan jembatan sutami tidak dipakai jumlah tulangan yang memenuhi kebutuhan ρmin tersebut, sedangkan pada strand yang dipakai, telah memenuhi peraturan perencanaan yang berlaku. 6. Pada permodelan dengan menggunakan program SAP 2000 ver. 14 bisa dilihat secara visual, bagaimana pola pembebanan maksimum, dan perilaku yang kemungkinan terjadi akibat beban eksternal, sehingga memudahkan perencanan dalam menentukan kebutuhan tulangan yang digunakan. DAFTAR PUSTAKA ACI 318, 1995, ACI 318: Building Code Requirements for Reinforced Concrete, American Concrete Institute (ACI), Farmington Hills. SNI 1725, 2016, Standar Pembebanan untuk Jembatan (SNI 1725-2016), Badan Standardisasi Nasional (BSN) Indonesia, Jakarta. SNI 2847, 2013, Perencanaan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung (SNI 2847-2013), Badan Standardisasi Nasional (BSN) Indonesia, Jakarta. SNI T-12, 2004, Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan (SNI T-12-2004), Badan Standardisasi Nasional (BSN) Indonesia, Jakarta. 219