2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Alat Tangkap Alat tangkap gillnet millenium

dokumen-dokumen yang mirip
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Alat Tangkap Alat tangkap gillnet millenium

OPTIMASI TEKNIS PERIKANAN GILLNET MILLENIUM DI DESA KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU WILLY ARISTAKING

(Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

KERAMAHAN GILLNET MILLENIUM INDRAMAYU TERHADAP LINGKUNGAN: ANALISIS HASIL TANGKAPAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar

TINJAUAN PUSTAKA. jika dibandingkan dengan panjangnya, dengan perkataan lain jumlah mesh depth

KATA PENGANTAR. Jakarta, Nopember Penyusun

TINGKAT KETERGANTUNGAN NELAYAN GILLNET DI PPI KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU TERHADAP SUMBERDAYA IKAN IIN SOLIKHIN

BAB III BAHAN DAN METODE

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

TINGKAT KETERGANTUNGAN NELAYAN GILLNET DI KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU TERHADAP SUMBERDAYA IKAN

MANAJEMEN OPERASI UNIT PENANGKAPAN GILLNET MILLENIUM 30 GT DI PPI KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU DHIMAS SETIADI

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelayakan Bisnis 2.2 Perikanan Tangkap

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta

PAPER TEKNIK PENANGKAPAN IKAN ALAT TANGKAP IKAN

TINJAUAN PUSTAKA. jenis merupakan sumber ekonomi penting (Partosuwiryo, 2008).

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut martasuganda (2004), jaring insang (gillnet) adalah satu dari jenis

BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN)

ANALISIS SISTEM USAHA PERIKANAN GILLNET MILLENIUM DI KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU

Diterima : 2 Maret 2010 Disetujui : 19 Maret 2010 ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak pada lintang LS LS dan BT. Wilayah tersebut

HASAN BASRI PROGRAM STUDI

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

HASAN BASRI PROGRAM STUDI

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

ALAT PENANGKAPAN IKAN GILL NET

PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA

Lampiran 1. Desain dan spesifikasi alat tangkap gillnet dan trammel net. Gillnet

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

OPTIMASI TEKNIS PERIKANAN GILLNET MILLENIUM DI DESA BAKAMBAT KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN

Bentuk baku konstruksi jaring tiga lapis (trammel net ) induk udang

ANALISIS FAKTOR PRODUKSI HASIL TANGKAPAN IKAN KEMBUNG (Rastrelliger sp) PADA ALAT TANGKAP DRIFT GILL NET DI KAB. KETAPANG, KALIMANTAN BARAT

BAB III BAHAN DAN METODE

Bentuk baku konstruksi jaring insang dasar monofilamen bawal putih

Bentuk baku konstruksi jaring tiga lapis (trammel net)

Jaring Angkat

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS ALAT TANGKAP JARING KURAU YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PERAIRAN KABUPATEN BENGKALIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 HASIL. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base.

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2. TINJAUAN PUSTAKA Sifat Jaring. Raharjo (1978) yang diacu oleh Robinson (1981) menyebutkan bahwa selama

Ukuran Mata Jaring. Judul desain. Ukuran Utama Kapa; Gross Tonase; Nama Alat tangkap; Kode klasifikasi;

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Alat tangkap payang

4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keragaman Unit Penangkapan Ikan Purse seine (1) Alat tangkap

Fishing Methods: Gillnetting. By. Ledhyane Ika Harlyan

5 HASIL PENELITIAN. Tahun. Gambar 8. Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun

ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DAN KOMPOSISI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN DI SEKITAR PULAU BENGKALIS, SELAT MALAKA

TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karakteristik dan Klasifikasi Usaha Perikanan Tangkap

DESIGN AND CONSTRUCTION OF GILLNET IN THE VILLAGE NIPAH PANJANG 2 SUBDISTRICT OF NIPAH PANJANG TANJUNG JABUNG TIMUR REGENCY PROVINCE OF JAMBI

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis

KAPAL IKAN PURSE SEINE

Fishing Methods: Gillnetting. By. Ledhyane Ika Harlyan

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi

KELOMPOK SASARAN. 1. Nelayan-nelayan yang telah mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam pengoperasian jaring trammel.

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Bentuk baku konstruksi jaring insang pertengahan multifilamen tanpa saran

By: Febria Khairi ¹. Yusuf Syofyan ². Nofrizal ². ABSTRACT

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Unit Penangkapan Ikan Alat tangkap jaring insang hanyut

Volume 6, No. 2, Oktober 2013 ISSN:

Bentuk baku konstruksi jaring insang banyar

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

C E =... 8 FPI =... 9 P

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Selektivitas Drift Gillnet pada Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) Di Perairan Belawan Pantai Timur Sumatera Utara Provinsi Sumatera Utara

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alat Tangkap Cantrang SNI SNI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Bentuk baku konstruksi jaring insang permukaan multifilamen lemuru

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi

USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI SADENG, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Small Scale Fisheries Effort At Sadeng, Yogyakarta Province)

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Alat Tangkap Jaring Insang Hanyut

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Perubahan Sifat-sifat Fisik Mata Jaringan Insang Hanyut Setelah Digunakan 5, 10, 15, dan 20 Tahun

4 KONDISI PERIKANAN DEMERSAL DI KOTA TEGAL. 4.1 Pendahuluan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Perikanan adalah kegiatan manusia yang berhubungan dengan pengelolaan dan

PURSE SEINE (PUKAT CINCIN)

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI

UJI OPERASIONAL ALAT TANGKAP RAMAH LINGKUNGAN JARING CIKER (JARING TIGA LAPIS ATAU TRAMMEL NET)

BAB I PENDAHULUAN. udang, kakap, baronang, tenggiri, kerang, kepiting, cumi-cumi dan rumput laut yang tersebar

Transkripsi:

aa 3 a 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Alat Tangkap 2.1.1 Alat tangkap gillnet millenium Menurut Ramdhan (2008) gillnet millenium, atau yang biasa dikenal sebagai jaring gondrong oleh nelayan Indramayu, adalah alat tangkap yang termasuk ke dalam jenis jaring insang. Jaring insang adalah alat penangkap ikan yang terbuat dari bahan berjenis jaring monofilament atau multifilament yang dirangkai menjadi bentuk empat persegi panjang. Gillnet memiliki jumlah mata jaring horisontal jauh lebih banyak dibanding dengan jumlah mata jaring arah vertikal. Badan jaring gillnet bagian atas dilengkapi dengan pelampung dan bagian bawahnya dilengkapi dengan pemberat sehingga memungkinkan untuk dipasang dalam keadaan tegak guna menghadang biota perairan (Martasuganda, 2008). Metode pengoperasian gillnet millenium diklasifikasikan ke dalam jaring insang hanyut (drift gillnet). Menurut Martasuganda (2008), jaring insang hanyut adalah jaring insang yang cara pengoperasiannya dibiarkan hanyut di perairan, baik dihanyutkan di permukaan perairan, kolom perairan, atau di dasar perairan. Drift gillnet sendiri dikelompokkan menjadi tiga yakni surface drift gillnet (drift gillnet yang dioperasikan di dekat permukaan perairan), mid water drift gillnet (drift gillnet yang dioperasikan di kolom perairan), dan bottom drift gillnet (drift gillnet yang dioperasikan di dasar perairan). Gillnet millenium masih merupakan alat tangkap yang tergolong baru di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari konstruksi alat tangkap yang mengalami modifikasi dari alat tangkap jaring insang yaitu pada bahan jaring, pengoperasian yang jauh dari pantai, hasil tangkapan, dan alat bantu roller dalam pengoperasian. Gillnet millenium memiliki badan jaring yang terbuat dari bahan senar/pe monofilament berwarna putih dengan nomor benang D15, dengan ukuran bukaan mata jaring (mesh size) 3-4 inch dalam keadaan tegang. Dengan warna yang putih transparan, maka jaring akan mengeluarkan cahaya apabila dipasang di dalam air, sehingga akan menarik perhatian ikan-ikan yang melakukan migrasi. Panjang setiap piece jaring adalah 90 meter, atau sekitar 1620 mata. Lebar jaring adalah 9 meter atau sekitar 101 mata. Jumlah pelampung yang digunakan dalam satu piece

4 jaring gillnet millenium adalah sebanyak 61 buah dengan jarak antar pelampung 150 cm. Gillnet millenium memiliki jumlah pemberat sebanyak 11 buah dalam satu piece jaring dengan jarak antara pemberat 10 m (Ramdhan, 2008). 2.1.2 Kapal dan nelayan gillnet millenium Kegiatan perikanan gillnet millenium di desa Karangsong dilakukan nelayan dengan menggunakan 3 jenis kapal, yaitu perahu motor tempel berukuran 5 GT, kapal motor 15 GT, dan kapal motor 30 GT dengan bahan bakar berupa solar. Untuk perahu yang lebih kecil, bahan bakar solar seringkali diganti dengan minyak tanah guna mengurangi biaya melaut. Tiap kapal biasanya dilengkapi dengan roller yang berfungsi untuk menarik jaring pada saat penarikan jaring (hauling). Nelayan untuk gillnet millenium dibedakan menjadi nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik adalah nelayan yang memiliki unit penangkapan ikan dan penyedia modal untuk kebutuhan melaut. Nelayan buruh dalam satu kapal gillnet millenium biasanya terdapat 4-5 orang nelayan untuk kapal yang berukuran 5 dan 15 GT, dan 11-12 orang nelayan untuk kapal berukuran 30 GT. Pembagian tugas dari tiap-tiap nelayan tersebut adalah sebagai juru mudi, fishing master, teknisi mesin, dan ABK. Rata-rata nelayan yang mengoperasikan jaring millenium adalah nelayan asli Indramayu, dan hanya sedikit yang adalah pendatang dari Cirebon dan Jakarta (Putra, 2007). 2.1.3 Metode pengoperasian Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan oleh Ramdhan (2008), pengoperasian gillnet millenium biasanya dilakukan pada sore sampai malam hari dan berlangsung sepanjang tahun. Satu trip pengoperasian gillnet millenium biasanya membutuhkan waktu 1-2 hari. Berikut ini adalah proses pengoperasian gillnet millenium:

5 Berangkat menuju fishing ground pukul 15.00-16.00 selama 3-4 jam Jaring diturunkan di fishing ground pada pukul 18.00-19.00 Pelampung tanda pada tadi selambar diturunkan, kemudian piece pertama, kedua, dan selanjutnya diturunkan hingga pelampung tanda terakhir Setelah 5-6 jam, pelampung tanda mulai diangkat, dan jaring ditarik menggunakan roller Hasil tangkapan langsung dimasukkan ke dalam cool box yang berisi es Gambar 1 Proses Pengoperasian Gillnet Millenium 2.1.4 Hasil tangkapan Ikan hasil tangkapan utama jaring millenium adalah ikan tongkol (Auxis thazard) dan ikan tenggiri (Scomberomorus commersoni). Hasil tangkapan sampingannya yaitu pepetek (Leiognathus sp), bawal hitam (Formio niger), golok-golok (Chirocentrus dorab), kembung (Rastrelliger sp), manyung (Arius thalassinus), tetengkek (Megalaspis cordyla), cendro (Tylosurus sp) (Ramdhan, 2008).

6 2.2 Faktor Teknis Pengoperasian Gillnet 2.2.1 Warna jaring Untuk penangkapan ikan dengan gillnet, sebaiknya warna jaring di dalam air diusahakan tidak mudah terlihat oleh ikan. Pada umumnya, warna jaring akan disesuaikan dengan warna perairan daerah penangkapan dan tidak membuat kontras dengan warna dasar perairan (Nomura dan Yamazaki, 1977; Ayodhyoa, 1981). Warna jaring di dalam air akan dipengaruhi oleh sinar bulan, sinar matahari, dan kemampuan melihat ikan. Menurut Nomura dan Yamazaki (1977), pada pengoperasian sembilan sardine drift gillnet dengan warna jaring yang berbeda yaitu putih, kuning, oranye, merah, hijau, biru, abu-abu, coklat, dan hitam yang dioperasikan pada kedalaman 50-60m dengan cuaca terang menunjukkan bahwa jaring warna putih memiliki catch ratio terendah, sedangkan catch ratio jaring warna abu-abu merupakan yang tertinggi. Selanjutnya, penelitian di perairan laut Pasifik Utara dengan kecerahan rendah, yakni di sore hari menunjukkan bahwa jaring warna hijau hitam merupakan jaring yang paling efektif dalam menangkap ikan. Nukun dan Narayaman vide Paryono (1980) mengatakan bahwa penggunaan bahan jaring serat sintetis lebih baik daripada bahan jaring serat alami karena bahan jaring serat sintetis memiliki bentuk yang lebih halus dengan derajat rendah terlihat oleh ikan. 2.2.2 Ukuran mata jaring (mesh size) Secara umum, alat tangkap yang termasuk dalam jaring insang memiliki sifat yang selektif. Ukuran mata jaring tertentu hanya dapat menangkap ikan dengan ukuran tertentu pula, dengan demikian ukuran mata jaring harus benarbenar diperhatikan (Nomura dan Yamazaki, 1977; Ayodhyoa, 1981). Dalam menentukan ukuran mata jaring yang optimal untuk bisa menangkap jenis ikan tertentu perlu dipertimbangkan faktor-faktor mengenai elastisitas tubuh ikan, kemuluran twine, bentuk ikan, tegangan tubuh ikan, dan gaya-gaya eksternal yang bekerja pada tubuh jaring seperti gaya yang disebabkan dari arus, gelombang, dan gaya-gaya yang dihasilkan ikan saat menggelepar ketika terjerat (Nomura dan Yamazaki, 1977; Ayodhyoa, 1981).

7 2.2.3 Ketegangan rentangan tubuh jaring Ketegangan rentangan tubuh jaring memaksudkan rentangan jaring ke arah panjang maupun ke arah lebar. Ketegangan rentangan akan mengakibatkan terjadinya tension pada float line ataupun pada tubuh jaring. Ketegangan rentangan ini akan berpengaruh pula terhadap ikan hasil tangkapan. Jaring yang direntangkan terlalu tegang akan membuat ikan sulit terjerat, bahkan ikan yang sudah terjerat akan dengan mudah dapat lolos kembali. Ketegangan rentangan tubuh jaring ditentukan oleh gaya apung pelampung, berat tubuh jaring, talitemali, gaya dari pemberat dan shortening (Nomura dan Yamazaki, 1977; Ayodhyoa, 1981). 2.2.4 Bahan jaring Untuk penangkapan udang atau ikan dengan cara membelit, bahan benang (twine) pembentuk jaring hendaklah memiliki sifat yang lembut dan tidak kaku, serta memiliki sifat pliancy dan supplenesss (Ayodhyoa, 1981). Beberapa bahan jaring sintetik yang memiliki sifat-sifat demikian adalah nilon, amilon, polyester, polypropylene, dan polyvinylalcohol. Bahan serat alami seperti sifat-sifat di atas dimiliki bahan sutera. Penggunaan serat sintetik lebih diutamakan dibandingkan penggunaan serat jaring alami. Hal ini disebabkan bahan serat jaring sintetis banyak memberikan keuntungan seperti tidak mudah membusuk, menyerap sedikit air, lebih kuat, dan memunyai daya mulur yang baik, yakni antara 25%- 30% (Murdiyanto, 1975). 2.2.5 Pengerutan (shortening) Pengerutan jaring sangat penting pada alat tangkap gillnet, khususnya untuk menangkap ikan secara membelit (entangled). Pengerutan adalah perbandingan antara beda panjang jaring dalam keadaan teregang sempurna dengan panjang jaring setelah dijuraikan pada tali ris dengan panjang jaring dalam keadaan teregang sempurna. Nilai tersebut kemudian dinyatakan dalam persentase (Ayodhyoa, 1981).

8 2.2.6 Tinggi jaring Tinggi jaring adalah jarak antar tali ris atas (float line) ke tali ris bawah (sinker line) pada saat jaring telah terpasang di perairan (Ayodhyoa, 1981). Pada umumnya, tinggi jaring bottom gillnet lebih kecil daripada surface gillnet dan drift gillnet. Demikian pula jenis jaring yang menangkap ikan dengan cara gilled lebih lebar daripada jaring yang menangkap ikannya dengan cara terbelit (entangled). Tinggi jaring bergantung pada swimming layer jenis ikan yang akan ditangkap dan kedalaman perairan fishing ground. 2.3 Faktor Produksi Produksi adalah segala kegiatan untuk menciptakan atau menambah guna atas sesuatu benda, atau segala kegiatan yang ditujukan untuk memuaskan orang lain melalui pertukaran (transaksi). Produksi merupakan kegiatan yang diukur sebagai tingkat output per satuan waktu. Dalam proses produksi, terdapat hubungan yang sangat erat antara faktor-faktor produksi yang digunakan dan produk yang dihasilkan (Partadiredja 1981 diacu dalam Ariestine 2001). Dalam suatu usaha, pertimbangan yang dilakukan tidak hanya dari segi ekonomi, tetapi juga dari segi teknis (Gaspersz, 1992). Soekartawi (1993) menyatakan bahwa analisa fungsi produksi sering dilakukan oleh para peneliti, karena mereka menginginkan informasi tentang bagaimana sumberdaya yang terbatas dapat dikelola secara baik sehingga produksi maksimum dapat tercapai. Maragunung (1986) menyatakan bahwa produksi adalah sebuah proses transformasi dari berbagai faktor-faktor produksi dalam suatu satuan ekonomi sehingga menghasilkan output atau material yang dapat memberikan manfaat kepada manusia. Hubungan antara berbagai faktor produksi dan output yang dihasilkan dalam suatu kegiatan produksi dapat dijelaskan dengan suatu fungsi produksi. Menurut Teken dan Asnawi (1981) dalam Sugiarta (1992), fungsi produksi adalah hubungan teknis antara produksi yang dihasilkan per satuan waktu dengan jumlah faktor-faktor produksi yang dipakai, tanpa memperhatikan harga faktor-faktor produksi maupun produksi itu sendiri. Jadi, fungsi produksi merupakan hubungan matematik antara produksi (output) dan faktor-faktor produksi (input). Hubungan tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:

9 Y = f (X 1, X 2, X 3,..., X n ), dimana X 1, X 2, X 3,..., X n merupakan faktor produksi (input) yang dipakai untuk menghasilkan output (Y). Fungsi di atas hanya menerangkan bahwa produk yang dihasilkan bergantung pada faktor-faktor produksi, tetapi belum memberikan hubungan kuantitatif antara faktor-faktor produksi dengan produksi. Hubungan kuantitatif didapatkan dengan cara membuat fungsi tersebut dalam bentuk khusus seperti fungsi Cobb Douglass, fungsi linier, dan fungsi kuadratik (Teken dan Asnawi, 1984). Menurut Supranto (1983), apabila dalam persamaan garis regresi terdapat dua jenis variabel yaitu variabel tak bebas (dependent variable) dan variabel bebas (independent variable), maka fungsi-fungsi produksi yang umum dipakai adalah fungsi linier dan analisa regresi. Oleh karena itu, maka regresi ini dinamakan regresi liner berganda (multiple linear regression). Dalam regresi ini, variabel tak bebas (Y) bergantung pada dua atau lebih variabel bebas. Persamaan garis tersebut dapat ditulis sebagai berikut: Y= b 1 + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 +... + b n X n 2. 4 Optimasi Suatu perusahaan perikanan harus memiliki faktor produksi yang cukup dengan kombinasi yang tepat untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Faktorfaktor produksi yang dimaksud adalah kekayaan alam (seperti sumberdaya perikanan), tenaga kerja (nelayan), keterampilan yang dimiliki manusia dan modal finansial (Panjaitan,1986). Keterbatasan faktor-faktor produksi ini menyebabkan diperlukannya suatu pengaturan dalam alokasi sumberdaya agar dapat mencapai keseluruhan atau sebagian tujuan yang diinginkan. Dalam upaya mengalokasikan faktor-faktor produksi ini agar dapat digunakan secara efektif dan efisien, maka digunakanlah teknik optimasi. Teknik optimasi diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan berkaitan dengan keterbatasan sumberdaya yang ada dengan tujuan yang ingin dicapai. Pada dasarnya optimasi adalah suatu proses pencarian hasil terbaik dari setiap alternatif yang dipertimbangkan, kemudian dari hasil itu dipilihlah alternatif yang menghasilkan keadaan terbaik (Gaspersz, 1992).

10 Menurut Beveridge, et al. (Burhani, 1990), optimasi merupakan kemampuan proses untuk mendapatkan suatu kondisi yang dibutuhkan dalam mencapai hasil terbaik dari situasi tertentu. Persoalan optimasi dapat berbentuk maksimasi atau minimasi, dan apabila terdapat sebuah fungsi kendala, maka dapat berbentuk persamaan atau pertidaksamaan. Teori optimasi mencakup studi kuantitatif tentang titik optimum dan cara-cara untuk mencarinya (Haluan 1985 diacu dalam Kurniawati 2005). Salah satu model optimasi berkendala adalah pemrograman secara linear (Gaspersz, 1992). Model optimasi ini memiliki batasan-batasan yang dapat ditentukan. Apabila batasan-batasan tersebut sukar untuk ditentukan, maka penyelesaian optimasi dapat dilakukan dengan menggunakan model optimasi tanpa kendala yang memiliki arti bahwa tidak ada kendala yang ditempatkan pada fungsi dibawah pertimbangan. aa a