HASAN BASRI PROGRAM STUDI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASAN BASRI PROGRAM STUDI"

Transkripsi

1 PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP TAMPILAN GILLNET : UJI COBA DI FLUME TANK HASAN BASRI PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 ABSTRAK HASAN BASRI, C Pengaruh Kecepatan Arus terhadap Tampilan Gillnet : Uji Coba di Flume Tank. Dibimbing oleh DINIAH. Bentuk tampilan gillnet atau jaring insang ketika dioperasikan di laut sangat dipengaruhi oleh arus dan gaya hidrodinamika yang dialami oleh seluruh alat. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan laboratorium, menggunakan potongan badan gillnet dalam flume tank untuk mengetahui pengaruh kuat arus terhadap tampilan konstruksi gillnet di dalam air. Hasil pengamatan terhadap komponen perlengkapan gillnet menunjukkan bahwa interaksi antara gaya apung dan gaya berat memberikan pengaruh ketegangan terhadap mata jaring, sehingga dapat meningkatkan beban jaring. Kecepatan arus dan konstruksi mata jaring memberikan pengaruh yang berbeda terhadap tingkat rebahnya jaring. Tahanan hidrodinamika semakin besar seiring dengan meningkatnya kecepatan arus. Tahanan hidrodinamika pada jaring dipengaruhi oleh luasan badan jaring, serta perimbangan gaya apung dan gaya berat dari pelampung dan pemberat yang dipasang pada potongan badan gillnet. Buoyancy sebuah pelampung sebesar 102,6 gf dan sinking force sebuah pemberat di dalam air sebesar 65,58 gf. Agar tetap terapung, maka pemakaian pelampung dan pemberat haruslah. 1 1 Konstruksi gillnet PA multifilamen 4 dalam ukuran 1 meter dan berat 180 g memerlukan 2 buah pelampung untuk menahan jaring agar tidak tenggelam. Konstruksi gillnet PA monofilamen dalam ukuran yang sama dan berat 67,5 g memerlukan 1 buah pelampung agar tidak tenggelam. Kata kunci: tampilan gillnet, flume tank, kecepatan arus, gaya tahanan hidrodinamika.

3 KATA PENGANTAR Tampilan gillnet di dalam perairan dipengaruhi oleh arus dan faktor lingkungan lain. Diperlukan penelitian pada alat tangkap gillnet untuk mengetahui tampilannya di dalam air. Pengamatan terhadap gillnet sulit jika dilakukan langsung di lapangan, karena faktor kondisi alam yang tidak dapat dikontrol. Oleh karena itu, untuk mengetahui hal tersebut, maka penelitian bertopik tampilan gillnet ini dilakukan di dalam flume tank. Gillnet atau jaring insang adalah jenis alat penangkap ikan yang berbentuk empat persegi panjang dilengkapi dengan pelampung, pemberat, tali ris atas dan bawah atau tanpa tali ris bawah untuk menghadang ikan sehingga ikan tertangkap dengan cara terjerat ataupun terpuntal. Alat tangkap gillnet dioperasikan di permukaan, pertengahan dan dasar perairan secara menetap, hanyut dan melingkar dengan tujuan menagkap ikan pelagis dan demersal. Mata jaring pada gillnet yang dibuat dari bahan polyamide (PA) umumnya lebih banyak dipakai oleh nelayan karena memiliki keunggulan lebih kuat dan kelenturan yang baik. Gillnet millenium dan monofilamen termasuk kelompok jaring insang. Mata jaring millenium menggunakan beberapa helai benang PA yang dipilin lemah, sedangkan monofilamen menggunakan benang tunggal. Perbedaan pada konstruksi mata jaring tersebut berpengaruh pada kekuatan mata jaring, namun di sisi lain berpengaruh pada peningkatan berat jaring. Dengan demikian pemakian pelampung dan pemberat seharusnya tidak disamakan pada masing-masing gillnet tersebut. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Bogor, Juli 2009 Penulis

4 UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1) Ir. Diniah, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan nasihat selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini; 2) Prof.Dr.Ir. Bambang Murdiyanto, M.Sc. atas arahannya selama melakukan uji coba di flume tank; 3) Ir. Moch. Prihatna Sobari MS. dan Dr. Sulaeman Martasuganda B.Fish.Sc, M.Sc. selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan perbaikan penulisan skripsi bagi penulis; 4) Dr.Ir. Mohammad Imron M.Si. selaku komisi pendidikan dan Prof.Dr.Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc. selaku Ketua Departemen yang telah memberikan masukan maupun saran yang sangat berarti bagi penulis; 5) Kedua orang tuaku yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di IPB; 6) Keluarga Bapak Nahrowi Ramli atas kesediaan waktunya dan kesabarannya dalam mendidik penulis hingga dapat menempuh pendidikan di IPB; 7) Yayasan Danamon Peduli, Bank Danamon Indonesia atas bantuan beasiswa pendidikan dan training yang telah diberikan. Kepada Ibu Tya, Om Hery, Ibu Like, Mas Chris, Pak Fauzan, Ibu Risa, Pak Dedy beserta rekan terimakasih atas kebersamaannya; 8) Presiden Direktur PT. Net Manufacturing Bandung Bapak Hendra Gunawan beserta staf; 9) Teman-teman PSP 41 yang tidak akan terlupakan dalam kebersamaan we want you to be one of us to help the fisherman and to feed the hungry world. 10) Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuan dan dorongannya dalam penyusunan skripsi ini.

5 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat TINJAUAN PUSTAKA Alat Tangkap Jaring Insang (Gillnet) Monofilamen Millenium Rancang Bangun Alat Tangkap Gillnet Hanging Ratio Gaya Berat dan Gaya Apung Tahanan Hidrodinamika Gillnet METODOLOGI Lokasi dan Waktu Bahan dan Alat Bahan Alat Rancangan Percobaan Pengumpulan Data Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Kecepatan Arus Terhadap Tampilan Gillnet di Flume tank Tampilan pada Badan Gillnet Tampilan pada Perlengkapan Gillnet Tahanan Hidrodinamika pada Badan Gillnet Tahanan Hidrodinamika pada Pelampung dan Pemberat Rancangan Gillnet Gillnet PA multifilamen Gillnet PA monofilamen KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran... 56

6 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 60

7 DAFTAR TABEL Halaman 1 Berat jenis, koefisien daya apung dan daya tenggelam bahan alat perikanan Berat jenis (γ) pada pelampung, pemberat dan bahan jaring Konstruksi drift gillnet (per piece) berdasarkan target ikan Hubungan gaya apung dan gaya tenggelam pada beberapa gillnet Koefisien tahanan hidrodinamika (C x ) pada beberapa bentuk khusus Spesifikasi flume tank milik Departemen PSP FPIK IPB Material konstruksi gillnet PA multifilamen dan monofilamen pada penelitian di flume tank Berat bahan pelampung dan pemberat di udara dan di dalam air Struktur pengisian rataan data hasil pengamatan Koefisien gaya tarik untuk benda tertentu pada permukaan yang menerima gaya hidrodinamis Kecepatan arus air dalam flume tank Pengaruh kecepatan arus terhadap tahanan hidrodinamika pada badan Jaring PA multifilamen dan monofilamen Spesifikasi pada drift gillnet PA multifilamen dan monofilamen untuk satu pis sepanjang 90 m Spesifikasi komponen gillnet PA multifilamen... 48

8 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Metode pengoperasian gillnet Konstruksi gillnet PA multifilamen nelayan di Cirebon Flume tank milik Departemen PSP FPIK IPB Badan jaring gillnet PA multifilamen dan PA monofilamen Badan gillnet berukuran 7x7 mata pada percobaan di flume tank Pelampung dan pemberat Potongan badan gillnet dengan frame di dalam flume tank Alat-alat yang dipakai pada penelitian gillnet di laboratorium Menentukan buoyancy pelampung dengan percobaan sederhana Ilustrasi menghitung buoyancy pelampung dan gaya tenggelam pemberat Metode pengukuran arus di flume tank Ilustrasi mengukur beban dorong hidrodinamika pada miniatur gillnet Tampilan miniatur badan gillnet pada percobaan di dalam flume tank Mengukur tingkat rebah pelampung dan pemberat di flume tank Mengukur tahanan hidrodinamika pada pelampung dan pemberat Tampilan badan gillnet PA multifilamen pada frame akibat kecepatan arus Tampilan badan gillnet PA monofilamen pada frame akibat arus Pengujian tahanan pelampung dan tampilannya terhadap arus Pengujian tahanan pemberat dan tampilannya terhadap arus Rataan tahanan hidrodinamika badan gillnet PA multifilamen dan PA monofilamen berukuran 7x7 mata pada kisaran arus 0,7 1,4 knot Nilai tahanan hidrodinamika gillnet PA multifilamen dan PA monofilamen pada kisaran kecepatan arus 0,7 1,4 knot hasil perhitungan rumus Pengaruh kecepatan arus terhadap tingkat rebah dan tahanan hidrodinamika pada pelampung dan pemberat Pengaruh kecepatan arus terhadap tahanan hidrodinamika pelampung Pengaruh kecepatan arus terhadap tahanan hidrodinamika pemberat Konstruksi gillnet PA multifilamen berukuran 1600x100 mata mesh size Konstruksi gillnet PA monofilamen berukuran 1600x100 mata mesh size 4 53

9 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 27 Nilai tahanan hidrodinamika dengan pendekatan rumus Sudut kemiringan pelampung dan pemberat Pengukuran gaya apung dan gaya tenggelam Menghitung tahanan hidrodinamika lift force dan drag force pada percobaan dengan tiga buah pelampung dan enam buah pemberat... 66

10 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alat penangkap ikan terus berkembang seiring berjalannya waktu. Gillnet merupakan salah satu contoh alat tangkap yang banyak mengalami modifikasi dalam penggunaannya. Alat tangkap gillnet lebih banyak digunakan oleh nelayan dibandingkan dengan alat tangkap lain. Bahan-bahan untuk membuat alat tangkap ini mudah diperoleh dan relatif murah. Pada dasarnya, alat tangkap gillnet bisa dibuat oleh seseorang yang memiliki kemampuan menghitung secara teknik dan pengalaman yang cukup, namun agar mendapatkan hasil tangkapan yang maksimal diperlukan teknik perhitungan konstruksi gillnet yang lebih baik. Operasional gillnet dilakukan dengan cara dipasang di perairan, sejajar atau menghadang arus untuk menghadang ruaya ikan. Saat dioperasikan bentuknya dapat berubah-ubah karena tahanan hidrodinamika yang ditimbulkan oleh arus yang melewati gillnet tersebut. Tampilan gillnet akan membentang empat persegi tegak secara sempurna pada kondisi tanpa arus, seperti terlihat pada saat dibentangkan di darat. Pada saat dioperasikan di dalam perairan yang berarus, maka gillnet akan mengalami perubahan bentuk, yaitu menjadi miring atau bahkan rebah dengan bentuk tampilan yang tidak teratur. Hal ini disebabkan oleh gaya hidrodinamika yang bekerja pada seluruh perlengkapan gillnet. Fridman (1988) melaporkan bahwa gaya hidrodinamika timbul akibat tekanan air yang bergerak menerobos atau gerakan alat tangkap menyaring kolom air, reaksi dengan dasar perairan, gaya yang diakibatkan ikan dan beban akibat penggantungan alat. Pengamatan terhadap tampilan gillnet di dalam air perlu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan tangkap alat tangkap tersebut. Pengamatan yang dilakukan langsung di lapangan dapat dilakukan dengan cara menyelam, namun memiliki banyak kendala, karena kondisi arus yang sulit dikontrol, memerlukan waktu yang lama serta menghabiskan biaya yang mahal. Dengan pertimbangan tersebut, maka pengamatan terhadap komponen dan perlengkapan gillnet di dalam flume tank dilakukan untuk mengetahui keragaan teknis saat dioperasikan.

11 2 Pengamatan di flume tank disadari memang tidak sama persis dengan kondisi yang ada di lapangan, akan tetapi hasilnya dapat digunakan untuk memperkirakan kondisi yang sebenarnya. Penelitian yang dilakukan di dalam flume tank menggunakan sebagian kecil gillnet PA multifilamen dan PA monofilamen. Gillnet PA multifilamen saat ini telah banyak dioperasikan oleh nelayan di daerah Cirebon dan Indramayu dan pada mata jaringnya telah dilakukan modifikasi. Gillnet PA multifilamen menggunakan 6 helai atau lebih benang tunggal yang dipilin lemah. Penggunaan benang berlapis pada konstruksi mata jaring tersebut meningkatkan kekuatan jaring, akan tetapi di sisi lain berakibat meningkatnya beban jaring. Oleh karenanya penggunaan pelampung dan pemberat yang dipasang pada satu pis gillnet PA multifilamen akan berbeda jumlahnya dengan gillnet PA monofilamen. Di pabrik pembuatan jaring milik PT. Indoneptune Net Manufacturing Bandung diproduksi gillnet PA multifilamen maupun PA monofilamen dengan berbagai ukuran mata jaring. Gillnet PA multifilamen diproduksi dengan jumlah helai 6, 8, 10, dan 12 helai yang dipilin lemah. Gillnet PA multifilamen dan PA monofilamen pada penelitian ini dibuat menggunakan bahan polyamide atau PA sebagaimana jenis gillnet yang dioperasikan nelayan di Cirebon dan Indramayu. Bahan PA memiliki sifat mudah tenggelam, disamping itu memiliki kelenturan dan daya tahan putus yang tinggi. Pengujian alat tangkap dengan permodelan atau miniatur tidak hanya lebih murah dan lebih mudah dipakai untuk mempelajari suatu peristiwa, juga merupakan satu-satunya cara yang memungkinkan untuk alat tangkap yang besar. Penelitian untuk mengetahui tampilan gillnet di dalam tangki percobaan masih sangat jarang dilakukan oleh akademisi di Indonesia. Oleh karena itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam membuat maupun memodifikasi alat tangkap yang lebih baik, khususnya untuk gillnet PA multifilamen yang merupakan model baru untuk alat tangkap gillnet. Dalam kajian ini, selanjutnya gillnet PA multifilamen disebut gillnet PA multifilamen karena memang dibuat dari bahan PA dengan beberapa benang tunggal yang telah dipilin.

12 3 1.2 Rumusan Masalah Tampilan gillnet di dalam perairan dipengaruhi oleh gaya internal dan gaya eksternal yang bekerja pada alat tangkap. Gaya-gaya tersebut diantaranya gaya berat, gaya apung dan gaya hidrodinamika. Gaya hidrodinamika pada suatu alat timbul karena gerak alat melalui air atau gerak air melewati alat. Gaya hidrodinamika yang timbul dapat dibedakan menjadi gaya yang bekerja searah dengan arah arus yang disebut gaya tarik atau drag force serta gaya yang bekerja tegak lurus terhadap arah arus yang disebut dengan gaya angkat atau lift force (Fridman 1988). Gaya-gaya ini akan mempengaruhi bentuk dan posisi gillnet di dalam air. Gaya apung bekerja berlawanan arah dengan gaya berat, adanya dua gaya yang berlawanan ini memungkinkan gillnet dapat membentang vertikal. Di dalam perairan tanpa arus, gillnet akan terbentang lebih menegak karena hanya gaya tenggelam dan gaya apung hidrostatika yang paling mempengaruhi tampilan gillnet. Bagaimana tampilan badan gillnet di dalam air yang berarus, belum ada yang mengkajinya. Oleh karena itu, penelitian ini dimaksudkan untuk mengamati pengaruh arus terhadap tampilan badan gillnet. 1.3 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah 1) Mengamati pengaruh kecepatan arus terhadap tampilan badan gillnet PA multifilamen dan PA monofilamen di flume tank; 2) Menentukan nilai tahanan hidrodinamik pada gillnet PA multifilamen dan gillnet PA monofilamen berdasarkan kecepatan arus yang berbeda; 3) Menentukan kombinasi jumlah pelampung dan pemberat yang menghasilkan tampilan gillnet terbaik. 1.4 Manfaat Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberi informasi tentang 1) Nilai tahanan hidrodinamika dan tampilan gillnet PA multifilamen dan gillnet PA monofilamen akibat kecepatan arus yang mempengaruhinya; 2) Komposisi pelampung dan pemberat pada alat tangkap gillnet agar memiliki tampilan yang terbaik.

13 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alat Tangkap Jaring Insang (Gillnet) Jaring insang atau gillnet adalah suatu alat penangkap ikan berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pelampung, pemberat, tali ris atas dan tali ris bawah (Subani dan Barus 1989). Sainsbury (1971) memaparkan alat tangkap gillnet sebagai badan jaring lebar yang ditempatkan di atas dasar laut untuk menangkap ikan demersal, atau ditempatkan di semua lapisan dari lapisan kolom pertengahan sampai permukaan laut apabila target tangkapan adalah ikan pelagis. Welcomme (2001) menyatakan bahwa gillnet terdiri atas badan jaring yang sederhana yang dilengkapi dengan tali pelampung di bagian atas dan tali pemberat di bagian bawahnya. Menurut von Brandt (2005), gillnet termasuk alat tangkap pasif dan biasanya dipasang menghadang arah migrasi ikan, sehingga ikan akan berusaha tetap melewati bentangan badan jaring tersebut dan akhirnya terjerat. Gillnet dapat dipasang menghadang atau sejalan arah arus. Posisi ini dapat mengubah bentuk alat karena tekanan dinamika air yang kemudian dapat mempengaruhi kapasitas hasil tangkapan. Dalam hal ini, gillnet dapat dioperasikan dengan cara dihanyutkan dari kapal. Drift gillnet atau disebut jaring insang hanyut dapat dioperasikan di fishing ground yang luas dengan rangkaian jaring yang panjang. Menurut Nomura dan Yamazaki (1987), jaring insang dioperasikan dalam rangkaian yang panjang hingga mencapai m. Dalam hal ini gillnet dioperasikan secara terhanyut bersama dengan kapalnya atau ditetapkan kedudukannya dengan bantuan jangkar pada lapisan kedalaman tertentu. Fyson (1985) mengungkapkan bahwa jenis kapal dapat mempengaruhi metode pengoperasian alat tangkap. Ia mengelompokkan drift gillnet ke dalam kelompok static gear. Menurut Welcomme (2001), drift gillnet dioperasikan dengan cara set-and-wait gear. Jaring insang yang dioperasikan secara pasif umumnya dilakukan pada malam hari. Pengoperasian gillnet pada kondisi ini bertujuan untuk menghindari terlihatnya badan gillnet oleh ikan yang sedang beruaya.

14 5 Gillnet seharusnya dibuat agar tidak mudah dilihat ikan. Dalam hal ini cara yang sederhana adalah dengan memilih warna yang menyerupai kondisi perairan tempat mengoperasikan alat tangkap jaring insang tersebut. Misalnya pada perairan dangkal di atas pasir yang cerah maka jaring yang berwarna putih kurang terlihat, sedangkan untuk jaring yang berwarna hijau lebih sesuai di atas dasar perairan yang ditumbuhi alga. Di lapisan pertengahan dengan transparansi yang tinggi warna gelap umumnya lebih disukai dan pada kedalaman mencapai sepuluh kali transparansi sebaiknya menggunakan warna putih (Fridman 1988). Fridman (1988) mengungkapkan bahwa bentuk, posisi dan keadaan dimensi alat penangkap ikan bergantung pada besaran dan arah gaya yang bekerja padanya. Gaya ini mencakup gaya berat (gravitasi), hidrostatik dan hidrodinamika yang ditimbulkan akibat tekanan air yang bergerak melewati alat. Lebih jauh lagi Fridman (1988) melaporkan bahwa gaya gravitasi dan hidrostatik dapat tersebar sepanjang permukaan gillnet dan tali atau terpusat pada titik di sekitar pelampung, pemberat serta perlengkapan gillnet lainnya. Gaya gravitasi (W) arahnya ke bawah, sementara gaya hidrostatik (B) atau gaya apung arahnya ke atas. Bekerjanya gaya-gaya tersebut akan mengakibatkan adanya tegangan pada badan gillnet. Ketegangan (tension) gillnet akan menjaga ikan yang tertangkap agar tetap berada pada gillnet meskipun ikan berusaha berontak untuk meloloskan diri. Namun jika gillnet memiliki ketegangan yang terlalu kuat ataupun terlalu kendur, maka akan mengurangi hasil tangkapan karena ikan mudah meloloskan diri. Pada drift gillnet ketegangan pada badan jaring dipengaruhi oleh gaya tenggelam pemberat dan pada bottom gillnet dipengaruhi oleh gaya apung pelampung (Nomura 1977) Gillnet Monofilamen Gillnet monofilamen merupakan jaring insang yang sudah lama dikenal oleh banyak nelayan, dibuat dari bahan nylon atau PA (polyamide). Benang jaring dari bahan PA disukai oleh banyak nelayan, karena memiliki sifat mudah tenggelam di dalam air. Klust (1987) melaporkan bahwa nylon atau PA merupakan bahan yang baik untuk gillnet karena memiliki kelenturan dan daya tahan putus yang baik. Kelenturan diperlukan oleh gillnet untuk bisa menjerat ikan dengan baik. Ia

15 6 menambahkan bahwa benang PA monofilamen paling halus misalnya 0,1 dan 0,2 mm yang digunakan untuk gillnet memiliki kekakuan yang sangat rendah. Di dalam air kekakuan semua PA monofilamen menjadi semakin kecil. Dengan demikian bahan ini akan semakin lembut dibandingkan dalam keadaan kering (Klust 1987). Bentuk umum gillnet adalah empat persegi panjang dan bentuk ini merupakan bentuk yang paling sederhana (Sadhori, 1985). Sainsbury (1971) dan Nomura (1981) menerangkan bagian-bagian utama pada jaring insang, yaitu pelampung (float) dan tali pelampung (float line), tali ris atas dan tali ris bawah, badan jaring (webbing atau net), pemberat (sinker) dan tali pemberat (sinker line atau lead line), serta srampad (selvedge). Ukuran dan jumlah bagian bagian tersebut bergantung pada posisi pengoperasiannya di dalam laut (Gambar 1). Adapun konstruksi jaring insang terdiri atas : 1) Pelampung (float) Pelampung yang dipakai pada jaring insang biasanya terbuat dari berbagai bahan seperti styrofoam, polyvinyl chlorida, gelas, plastik, karet atau bahan lainnya yang mempunyai gaya apung dengan bentuk beraneka ragam. Jumlah pelampung yang dipasang dalam satu pis gillnet dapat mempengaruhi ketegangan pada mata jaring dan tahanan hidrodinamika gillnet. 2) Tali pelampung Tali pelampung adalah tali yang dipakai untuk memasang pelampung. Bahan tali dibuat dari bahan sintetis seperti haizek, saran, vinylon, polyvinyl chlorida, atau bahan lainnya yang bisa dijadikan untuk tali pelampung. Di setiap ujung dari tali ris biasanya dilebihkan cm untuk mempermudah dalam penggabungan antar piece gillnet. 3) Tali ris atas Tali ris atas adalah tali untuk menggantungkan jaring utama dan tali pelampung. Agar gillnet tidak terbelit sewaktu dioperasikan, maka tali ris dibuat dengan arah pintalan yang berlawanan dengan arah pintalan tali pelampung (arah S Z).

16 7 4) Badan gillnet atau jaring utama Badan gillnet atau jaring utama merupakan susunan dari mata jaring yang memiliki ukuran yang homogen. Badan gillnet umumnya dibuat dari bahan sintetis seperti amilon, nylon, tengus atau bahan sintetis lainnya. Pemilihan warna benang yang menyerupai kondisi perairan mengurangi penglihatan ikan terhadap gillnet. Pemakaian benang yang lebih lembut meningkatkan daya tangkap gillnet. (a) Gillnet permukaan (surface gillnet) (b) Gillnet pertengahan (midwater gillnet) (c) Gillnet dasar (bottom gillnet) Gambar 1 Metode pengoperasian gillnet. Sumber : Sainsbury (1971, 1986) 5) Tali pemberat Tali pemberat adalah tali yang dipakai untuk memasang pemberat. Tali untuk pemberat umumnya dibuat dari bahan sintetis seperti haizek, saran, vinylon, polyvinyl chloride atau bahan lainnya yang bisa dijadikan untuk tali pemberat.

17 8 6) Tali ris bawah Tali ris bawah dipakai untuk menggantungkan tali pemberat dan badan jaring bagian bawah. Martasuganda (2002) mengatakan bahwa panjang tali ris bawah lebih panjang dari tali ris atas supaya kedudukan jaring di perairan dapat terentang dengan baik. 7) Pemberat Pemberat pada gillnet berfungsi menegakkan badan gillnet secara vertikal. Jumlahnya diatur agar badan gillnet tidak terlalu kendur atau tegang. Bahan yang digunakan untuk pemberat umumnya dibuat dari timah dengan ukuran tertentu. Bahan selain timah yang mempunyai gaya tenggelam dapat dipakai sebagai pengganti timah. Di beberapa daerah bahan yang dipakai untuk pemberat dibuat dari campuran semen dan pasir, atau dengan benda lainnya yang mampu menenggelamkan badan gillnet. 8) Tali selambar Tali selambar adalah tali yang dipasang pada kedua ujung alat tangkap gillnet. Pada saat operasional alat tangkap gillnet, pada ujung yang satu diikatkan pelampung tanda, sedangkan ujung yang satunya diikatkan pada kapal. Panjang tali selambar umumnya berkisar antara m bergantung pada ukuran alat tangkap dan kapal yang digunakan Gillnet Millenium atau PA Multifilamen Gillnet millenium atau PA multifilamen oleh nelayan Indramayu dan Cirebon disebut jaring grondong. Mata jaring pada badan gillnet PA multifilamen dibuat dari beberapa helai benang yang dipilin menjadi satu. Jumlah helai benang yang dipakai untuk gillnet millenium adalah 6,8,10 atau 12 ply dari bahan nylon (PA) monofilamen. Gillnet PA multifilamen dapat memantulkan cahaya ketika dioperasikan di perairan. Konstruksi ini diduga lebih kuat dan mempengaruhi hasil tangkapan yang diperoleh nelayan (Putra 2007). Gillnet PA multifilamen (Gambar 2) terdiri atas komponen-komponen berikut :

18 9 1) Pelampung (float) dan tali pelampung (float line) Pelampung dipasang pada tali pelampung terbuat dari bahan polyvinil chloride (PVC). Pelampung berbentuk elips, berwarna merah bata. dengan ukuran panjang 13,8 cm, berat 75 g dan diameter 3,8 cm. Keterangan: 1. Badan jaring (webbing), 2. Pemberat, 3. Tali pelampung, 4. Tali ris, 5. Tali penggantung badan jaring, 6. Tali pemberat, 7. Pelampung, 8. Pelampung umbul (pelampung tanda), 9. Tali kulu, 10. Tali kolor, 11.Tali selambar Sumber : Putra I (2007) Gambar 2 Konstruksi gillnet millenium nelayan Cirebon. Jumlah pelampung yang digunakan dalam satu piece gillnet PA multifilamen adalah 61 buah dengan jarak antar pelampung 150 cm. Panjang tali pelampung yang digunakan adalah 91 m, dibuat dari bahan PE multifilament berdiameter 7 mm. Ramdhan (2008) menambahkan bahwa gillnet PA multifilamen yang dioperasikan oleh nelayan di Karangsong Indramayu, selain menggunakan pelampung jaring juga menggunakan pelampung tanda. Pelampung tambahan biasa disebut umbul, dibuat dari bahan plastik berbentuk kapsul dengan jarak pemasangan 25 m antara satu dan lainnya.

19 10 2) Tali ris Panjang tali ris yang digunakan untuk gillnet PA multifilamen di Cirebon adalah 91 m, dibuat dari bahan PE multifilament berdiameter 7 mm (Putra 2007). Sementara di Indramayu panjang tali ris atas 75 m dan dibuat dari PE berdiameter 6 mm (Ramdhan 2008). Gillnet PA multifilamen yang dioperasikan oleh nelayan di Cirebon dan Indramayu tidak menggunakan tali ris bawah. Pemberat langsung digantungkan di badan jaring. 3) Badan jaring (Webbing) Badan jaring dibuat dari bahan nylon (PA) monofilamen berwarna putih. Menggunakan serat pilinan 8 10 ply (terdiri dari 8 atau 10 helai benang monofilamen pada setiap mesh size) dengan nomor jaring D15. Mesh size yang digunakan 3 4 inch. Satu piece gillnet memiliki panjang pada tali ris atas 90 meter dan tingginya 9 meter. Jumlah mata jaring ke arah panjang 1620 mata dan ke arah dalam 101 mata (Putra 2007). 4) Pemberat dan tali pemberat Pemberat dibuat dari bahan coran semen, berbentuk cetakan bulat pipih yang berlubang untuk tempat mengikatkan tali pemberat. Berat satu pemberat berkisar antara 0,5 1 kg. Jumlah pemberat yang dipakai untuk satu piece sebanyak 11 pemberat dengan jarak antar pemberat terdekat adalah 10 meter. Pemberat diikatkan langsung pada badan jaring bagian bawah. Gillnet PA multifilamen menggunakan perlengkapan tambahan dalam pengoperasiannya, yaitu : 1) Tali selambar/pengumbar Tali pengumbar digunakan untuk menarik gillnet agar mempermudah proses hauling. Panjang tali selambar gillnet PA multifilamen di Indramayu sekitar 30 m berdiameter 12 mm (Ramdhan 2008). 2) Tali kolor Tali kolor menempel pada tepi atas badan jaring. Tali kolor berfungsi sebagai tempat untuk mengikatkan tali selambar agar tersambung dengan jaring. Nelayan di Indramayu menggunakan tali PE multifilament diameter 6 mm untuk tali kolor (Ramdhan 2008).

20 11 3) Roller Roller berfungsi sebagai penggulung tali untuk mempermudah penarikan jaring atau hauling. 4) Pelampung tambahan. Pelampung tambahan hanya berfungsi sebagai tanda kepemilikan jaring atau mengetahui keberadaan jaring saat dipasang di perairan. 2.2 Rancang Bangun Alat Tangkap Gillnet Sebagian besar alat penangkap ikan dibuat berdasarkan pengalaman. Alat tangkap yang dibuat dengan cara trial and error dapat menghasilkan alat tangkap yang baik, akan tetapi metode seperti ini memakan biaya dan waktu yang banyak. Rancang bangun alat penangkap ikan merupakan metode pembuatan alat penangkap ikan yang memperhatikan keterkaitan antar komponen alat tangkap dan mempelajari pengaruhnya terhadap kerja alat tersebut. Pengetahuan mengenai jenis material alat tangkap diperlukan dalam merancangbangun alat penangkap ikan maupun cara penangkapannya (Subani dan Barus 1989). Pendekatan secara empiris dalam menentukan parameter suatu rancangan alat penangkap ikan dapat dilakukan dengan metoda analitis yang berdasar atas prinsip kesamaan gaya. Dengan menggunakan kesamaan perbandingan dapat diketahui nilai tahanan gillnet tanpa perhitungan yang rumit dari keadaan sesungguhnya. Gaya-gaya dari tahanan hidrodinamika, berat jaring di dalam air, hanging ratio, gaya apung dan gaya berat dari pelampung dan pemberat, perlu diperhatikan untuk meningkatkan mutu alat penangkap ikan. Faktor skala untuk gaya ditentukan oleh hukum Newton yang menerangkan bahwa perbandingan tekanan hidrodinamika pada permukaan yang padat dari gillnet adalah sama, baik untuk prototip ataupun model. Oleh karena itu, parameter bentuk yang dipilih untuk sifat dimensi linier dari alat harus sama baik bagi prototip maupun model (Fridman 1988). Ditinjau dari metode pengoperasiannya, gillnet merupakan alat tangkap yang bersifat pasif. Agar dapat menunjang efisiensi penangkapan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor dalam merancang konstruksi alat tangkap gillnet. Menururt Ayodhyoa (1981), agar ikan mudah terjerat (gilled) atau terpuntal

21 12 (entangled) pada jaring, maka pada waktu pembuatannya perlu diperhatikan halhal berikut : 1) Kekakuan, jaring yang digunakan sebaiknya lembut, tidak kaku dan mudah diatur. Gillnet dari bahan PA lebih disukai daripada PE karena lebih lembut. 2) Ketegangan rentangan tubuh jaring tidak besar, sehingga jaring tidak terlalu tegang. Keadaan tersebut mempermudah tertangkapnya ikan karena mata jaring yang terbuka sempurna. 3) Nilai rasio penggantungan jaring harus sesuai agar ikan yang tertangkap tidak mudah lepas. Menurut Fridman (1988), hanging ratio yang dipakai untuk drift gillnet berkisar antara 0,5 0,7. Nilai hanging ratio yang paling rendah sebesar 0,3 umumnya digunakan pada bottom gillnet untuk menambah gaya puntal (entangling). 4) Ukuran mata jaring harus disesuaikan dengan diameter tubuh ikan. Hal ini bertujuan untuk mengefisiensikan pembuatan jaring. Drift gillnet yang menggunakan mesh size 4 inch biasanya digunakan untuk menangkap ikan pelagis seperti tenggiri, tongkol, cakalang, tuna, hiu dan layaran (Martasuganda 2002) Hanging ratio Bentuk mata jaring sesungguhnya ditentukan oleh proses penggantungannya pada tali rangka (Fridman 1988). Kajian bentuk dan tampilan gillnet akibat kecepatan arus, dipakai untuk merancang, membuat dan mengoperasikan gillnet untuk meningkatkan efisiensi penangkapan dan mengurangi harga alat. Pengaturan hanging ratio akan menentukan kekenduran badan gillnet, sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan hasil tangkapan. Keberhasilan operasi penangkapan ikan menggunakan gillnet sangat ditentukan oleh bukaan mata jaring ketika dioperasikan di dalam perairan. Pengaruh gaya apung dan gaya berat akan menentukan kekenduran pada badan jaring, dan pada gilirannya akan mempengaruhi besarnya tahanan hidrodinamika jaring (Fridman 1988). Hanging ratio pada jaring dibedakan menurut arah panjang atau hanging ratio primer dan ke arah tinggi jaring atau hanging ratio sekunder. Hanging ratio primer (E 1 ) dapat dihitung dengan rumus :

22 13 L E =... (1) 1 L O dengan L = panjang tergantung dari jaring pada tali ris Lo = panjang jaring tersebut bila direntang penuh Hanging ratio (E 2 ) sekunder dirumuskan : H E =... (2) 2 H O dengan H = tinggi tergantung dari jaring pada tali ris Ho = tinggi jaring tersebut bila direntang penuh Putra (2007) melaporkan bahwa hanging ratio primer pada gillnet millenium yang dipakai nelayan Indramayu sebesar 62,49 % dengan mesh size 3,5 inch. Panjang jaring setelah terpasang pada tali ris adalah 90 meter dan tingginya 9 meter. Dalam membuat jaring, apabila hanging ratio primer sudah ditentukan maka hanging ratio sekunder dapat menyesuaikan. Jadi dalam prakteknya, kedua dimensi tersebut tidak dapat dilihat sekaligus, karena jaring tidak dapat direntang penuh menurut panjang dan tinggi secara bersama-sama (Fridman 1988). Hanging ratio akan menentukan bukaan mata jaring atau lebar mata jaring. Besar sudut bukaan pada mata jaring akan mempengaruhi kemampuan tangkap gillnet. Semakin besar hanging ratio, maka tinggi mata jaring semakin kecil sementara lebar jaring semakin besar. Rengi (2002) menyatakan bahwa jumlah hasil tangkapan ikan parang-parang pada gillnet dengan hanging ratio sebesar 0,55 lebih banyak daripada hanging ratio 0,6 dan 0,7. Penggunaan nilai hanging ratio ditentukan oleh jenis gillnet. Sebagai perbandingan, pada drift gillnet atau jaring insang hanyut menggunakan hanging ratio antara 0,5 0,7. Akan tetapi pada bottom gillnet atau jaring insang dasar dasar, hanging ratio yang dipakai berkisar antara 0,3 0,5. Nilai hanging ratio yang lebih rendah dimaksudkan untuk menambah daya puntal atau entangling (Fridman 1988). Bila M adalah jumlah mata menurut panjang, N jumlah menurut tingginya, m s adalah panjang kaki (bar) dan m 1 panjang mata jaring, maka panjang jaring dalam keadaan tegang menjadi :

23 14 Lo 2 ms M = m M... (3) = 1 dan tinggi dalam keadaan tegang menjadi : Ho 2 ms N = m N... (4) = 1 Substitusi persamaan (1) dengan (3), diperoleh persamaan untuk menghitung panjang gillnet dalam keadaan tergantung, yaitu : L = Lo E... (5) 1 = m1 M E1 Substitusi persamaan (2) dengan (4), diperoleh persamaan untuk menghitung tinggi gillnet dalam keadaan tergantung, yaitu : H = Ho E... (6) 2 = m1 N E2 Perkalian antara Lo dengan Ho disebut luas semu (A f ) dari jaring persegi empat dan dirumuskan : A f = Lo Ho Sementara perkalian antara L dengan H merupakan luas kerja sebenarnya (A n ) dari jaring, yaitu : A n = L H Perbandingan antara A f dengan A n disebut koefisien penggunaan pada jaring (E u ). Koefisien ini menunjukkan berapa bagian luas yang tertutup oleh sejumlah bahan jaring yang membentuk alat penangkap ikan. E u dirumuskan dengan persamaan berikut : E u = A A n f L H = = E 1 E 2 Lo Ho Gaya Berat dan Gaya Apung Gaya apung bekerja berlawanan arah dengan gaya berat. Gaya pada pelampung memungkinkan jaring dapat membentang vertikal. Pada kondisi perairan yang berarus sangat kecil, gaya pada pelampung mengakibatkan jaring dapat berdiri tegak. Kecepatan tenggelam jaring terutama ditimbulkan oleh gaya berat yang digunakan (Fridman 1988). Akan tetapi pada alat tangkap gillnet kecepatan tenggelam tidak terlalu diperhatikan, karena gillnet dioperasikan untuk menjerat ikan secara pasif. Bahkan pemakaian jumlah pemberat dalam jumlah besar mengakibatkan ketegangan mata jaring semakin besar dan berpengaruh pada

24 15 penurunan hasil tangkapan. Menurut Sadhori (1985), gaya apung dan gaya berat diperlukan untuk mengangkat badan jaring. Jumlah pelampung dan pemberat yang dipakai pada gillnet bergantung pada metode pengoperasiannya. Gillnet yang dioperasikan untuk menangkap ikan demersal (bottom gillnet) memerlukan pelampung yang relatif lebih sedikit daripada gillnet yang dioperasikan untuk menangkap ikan pelagis (surface gillnet). Bahan atau material badan gillnet yang dipakai juga mempengaruhi kemampuan tenggelam gillnet. Bahan seperti PA monofilamen (bahan senar) adalah salah satu contoh material yang digunakan untuk membuat gillnet. Bahan tersebut dipilih karena lebih lembut dan mudah tenggelam. Dengan demikian akan mengurangi jumlah pemberat yang digunakan. Gillnet yang halus yang dibuat dari PA monofilamen tunggal transparan memiliki kemampuan tangkap yang tinggi, karena gaya tampak yang rendah ketika di dalam air (Klust 1987). Menurut Sadhori (1984), jumlah pemakaian pelampung dan pemberat pada jaring akan mempengaruhi metode pengoperasian gillnet. Pada gillnet permukaan, pelampung berfungsi untuk mengapungkan seluruh alat. Pada gillnet pertengahan, fungsi pelampung adalah untuk mengangkat tali ris dan menempatkan gillnet di lapisan pertengahan atau kolom perairan yang dikehendaki. Sementara pada gillnet dasar pelampung hanya berfungsi untuk mengangkat tali ris atas saja agar gillnet dapat berdiri vertikal terhadap permukaan air. Besarnya berat terapung ataupun berat terbenam pada perlengkapan jaring dapat dicari dengan persamaan (Fridman 1988): Q = W B dengan Q = berat terapung atau berat terbenam dari benda dalam air (kgf) W = berat benda di udara B = gaya hidrostatika Nilai gaya tenggelam dan gaya apung dari sebuah benda dapat ditentukan secara matematis apabila nilai berat jenis dari bahan tersebut telah diketahui. Berat jenis dari beberapa bahan pelampung dan pemberat disajikan pada Tabel 1 dan 2. Perkalian antara koefisien gaya apung (Eγ) dengan bobot pelampung (W) dapat menghasilkan nilai berat pelampung di dalam air (Q). Sementara nilai gaya

25 16 apung bersih dari sebuah pelampung (B) adalah perkalian antara berat jenis zat cair dengan volumenya (Fridman 1988). Tabel 1 Berat jenis, koefisien gaya apung dan gaya tenggelam bahan alat perikanan Berat jenis Koefisien gaya apung (+) atau gaya tenggelam (-) Bahan (gf/cm 3 ) Air tawar Air berat di air (%) gaya apung di air (%) polyamide 1,14 +0,12 l +0,10 t 12 - Polyvinil 1,28 +0,22 +0, Polyester 1,38 +0, Polyethylene 0,95 +0,05 +0,08-5 polypropylene 0,92-0,09-0,11-9 Cotton, hemp 1,50 +0,33 0, Foam plastic 0,12 0,18-7,3 to -4, Cork 0,25-3,00-3, Black poplar 0,33-2,03-2, Reed 0,10-9,00-9,25-82 Spruce 0,55-0,82-0,86-41 Birch 0,71-0,41-0,44-18 Oak 0,85-0,18-0, Lead 11,3 +0,91 +0, Copper alloy 8,5 +0,88 +0, Cast iron, steel 7,4 +0,86 +0, Stone 2,7 +0,63 +0, Burned clay 2,2 +0,55 +0, Fresh water 1, Sea water 1, Sumber : Fridman (1988) Tabel 2 Pelampung Berat jenis (γ) pada pelampung, pemberat dan bahan jaring Berat Berat jenis Berat jenis j i Pemberat Bahan jaring (gf/ cm 3 ) (gf/ cm 3 ) (gf/ cm 3 ) Art rubber 0,24 Brass 7,28 Cotton 1,54 Cork 0,18 Brick stone 1,90 Nylon 1,14 Glas ball Ø 30 mm 0,24 China sinker 2.15 Nylon+Saran 1,47 Glas ball Ø 15 mm 0,35 Chain 7,63 Polyvinyl chloride 1,39 Paulonia wood 0,30 Cement 2,15-3,00 Polyester 1,38 Polyvinyl chloride 0,12-0,18 Iron 7,86 Polyprovilen 0,91 Rubber 0,29 Lead 11,35 Rami 1,5 Shacle 7,63 Marble 2,65 Silk 1,33-1,45 Sponge 0,10 Metal t 7,80 Tin 7,29 Styrene 0,28 Porcelain 2,50 Tevilon+Nylon 1,23 Synthetic rubber 0,22-0,24 Sand 1,8-2,66 Vinyliden 1,70 Wire rope 1,57 Soil 1,5-2,0 Vinylon 1,26-1,30 Wood 0,50 Wrought 7,78 i Sumber : Martasuganda (2004)

26 17 Pada material yang homogen gaya berat dan gaya apung dapat diperkirakan menggunakan persamaan (Fridman 1988) : W = γ v dan B = γ v w dengan ν = volume benda dalam air (m 3 ) γ = berat jenis benda (kgf/m 3 ) γ w = berat jenis fluida ((kgf/m 3 ) Jika berat benda di udara diketahui (W), beratnya di dalam air dapat dihitung dari rumus (Fridman 1988) : Q = E γ W ( γ γ w ) γ Eγ = = 1 w γ γ Diketahui E γ adalah koefisien gaya apung atau gaya benam dalam air setiap kilogram benda tertentu. Nilai γ benda terapung lebih kecil dari γ w, sedangkan untuk benda tenggelam nilai γ lebih besar dari γ w. Nilai berat jenis pada beberapa benda dan fluida, dapat digunakan untuk menaksir nilai matematis dari perlengkapan alat tangkap gillnet (Fridman 1988). Pemilihan ukuran mata jaring pada gillnet disesuaikan dengan target hasil tangkapan. Panjang peace gillnet ditentukan berdasarkan hanging ratio dan jumlah mata jaring ke arah panjangnya. Tabel 3 menampilkan konstruksi untuk drift gillnet monofilamen berdasarkan target ikan yang akan ditangkap, sedangkan komposisi penggunaan pelampung dan pemberatnya disajikan pada Tabel 4. Tabel 3 Konstruksi drift gillnet (per piece) berdasarkan target ikan Taget ikan Amilan 210 D Mesh size (mm) Mesh depth (mata) Mesh length (m) Tali pelampung (m) Tali pemberat (m) Yellow tail Sardine Flying fish ,5 75, Meckerel 5,5 8, Spanish Mackerel Hering Red sea bream ,3 50 Sumber : Martasuganda (2004)

27 18 Tabel 4 Hubungan gaya apung dan gaya tenggelam pada alat tangkap gillnet Target ikan Jenis jaring insang Gaya apung (gf/m) Gaya tenggelam (gf/m) Gaya apung ekstra (gf/m) Gaya tenggelam ekstra (gf/m) Flat fish Bottom gillnet Crab Bottom gillnet Flying fish Drift gillnet Lobster Bottom gillnet Rock fish Bottom gillnet Sea bream Bottom gillnet Shark Bottom gillnet Spanish Mackerel Drift gillnet Sardine Drift gillnet Yellow tail Bottom gillnet Sumber : Martasuganda (2004) Menurut Fridman (1988), penggunaan perbandingan total gaya apung dan gaya tenggelam yang dianjurkan, yaitu 4 : 1 (Qf = 4Qn, dan Qs = Qn) untuk drift gillnet pada kondisi arus kecil setara dengan arus sungai ayang tenang. Sementara pada bottom gillnet, gaya apung (Qf) yang diperlukan dapat dirumuskan : Qf = Kq Qn Qn adalah berat keseluruhan tali dan jaring di dalam air dan Kq merupakan nilai koefisien yang nilainya berkisar antara 3 6. Gaya berat pemberat (Qs) dalam air dibuat lebih besar dari pada gaya apung dengan persamaan Qs = KB Qf KB adalah koefisien ballast pemberat dengan kisaran nilai 1,25 6, bergantung pada kecepatan arus di lokasi penangkapan. Arus yang kuat memerlukan KB yang lebih tinggi, begitu sebaliknya untuk arus yang lebih rendah. Penentuan besar kecilnya gaya apung (bouyancy force) dan gaya tenggelam (sinking force) pada gillnet bergantung pada sasaran hasil tangkapan. Gillnet yang dioperasikan di permukaan atau drift gillnet harus memiliki total gaya apung yang lebih besar dari total gaya tenggelamnya. Sebaliknya untuk jaring insang dasar harus memiliki total gaya apung yang lebih kecil dari total gaya tenggelamnya. Ukuran mata jaring mempengaruhi ukuran ikan hasil tangkapan, juga berpengaruh terhadap peningkatan tahanan hidrodinamika akibat pengaruh kecepatan arus pada badan gillnet. Tahanan hidrodinamika semakin besar seiring bertambahnya ukuran mata jaring. Oleh karena itu, jumlah pemakaian pelampung

28 19 dan pemberat untuk satu piece gillnet pada panjang yang sama akan berbeda. Menurut Martasuganda (2004), drift gillnet 4 inch dan tinggi jaring 300 mata memerlukan jumlah gaya apung per meter antara 47,0 s/d 146 gf/m dengan ratarata sebesar 92 gf/m. Gaya tenggelam pemberat dapat memakai 30,0 s/d 81 gf/m dengan rata-rata sebesar 51 gf/m. Gaya apung ekstra yang dipakai antara 13,0 s/d 83 gf dengan rata-rata sebesar 41,0 gf/m Tahanan Hidrodinamika Gillnet Tahanan hidrodinamika merupakan faktor penting yang mempengaruhi setting alat tangkap di perairan. Tahanan hidrodinamika alat penangkap ikan bergantung pada material benang, mesh size, serta dimensinya. Faktor kecepatan arus air dapat mempengaruhi bentuk tampilan gillnet di perairan. Pada kondisi arus yang kuat gillnet dapat rebah atau bergeser. Perhitungan untuk menduga tahanan hidrodinamika drag force (R) suatu alat penangkap ikan dapat dilakukan menggunakan persamaan (Fridman 1988, Steele 1977), yaitu: R = 1 ρ C V 2 2 A t dengan R = tahanan hidrodinamika air yang diukur (kgf) ρ = massa jenis air (kgf/m 3 ) C = koefisien hidrodinamika V = kecepatan alat di dalam air atau kecepatan air melewati alat (m/s) A t = luas penampang frontal benang jaring (m 2 ) Nilai tahanan hidrodinamika pada jaring bergantung pada sudut yang dibentuk oleh arah arus. Fridman (1988) mengungkapkan bahwa selembar jaring akan terkena tekanan kelembaman oleh arus bila posisinya tegak lurus dengan arah arus dan akan terkena gaya samping apabila posisinya sejajar dengan arah arus. Akan tetapi bila arahnya bersudut atau miring, maka kedua gaya tersebut dialami oleh jaring. Nilai koefisien C x pada selembar jaring yang tegak lurus arah arus ditentukan sebesar 1,4 dan bila arahnya sejajar C x bernilai 0. Beberapa bentuk benda yang dikenai aliran arus memiliki koefisien C x yang berbeda. Nilai koefisien benda pada beberapa bentuk khusus disajikan pada Tabel 5.

29 20 Tabel 5 Koefisien tahanan hidrodinamika (C x ) pada beberapa bentuk khusus Bentuk benda C x Arah arus (V) Luas penampang (A) Piringan bulat/ persegi 1,1 Tegak lurus permukaan Satu permukaan Bola 0,5 - Bidang lingkaran Lonjong 0,06 Sejajar Lingkaran maksimal Lonjong 0,6 Tegak lurus Lingkaran Lonjong maks Silinder 1,2 Tegak lurus Panjang x diameter Prisma 2,0 Tegak lurus Panjang x lebar Setengah bulatan 0,38 Axial ke luar Bagian muka (π r 2) Setengah bulatan 1,35 Axial ke dalam Bagian muka (π r 2) Kerucut 60 o 0,52 Axial ke puncak Dasarnya Kerucut 30 o 0,34 Axial ke puncak Dasarnya Sumber : Fridman AL (1988) Posisi dan kedudukan jaring terhadap arah arus dapat mempengaruhi nilai koefisien tahanan hidrodinamika C x dan C y. Fridman (1973) melaporkan bahwa koefisien C x tertinggi terjadi pada arah sudut 90 o terhadap arah arus, sedangkan pada sudut α = 90 o koefisien tahanan hidrodinamika C y bernilai nol. Nilai koefisien C x dan C y tersebut diberikan sebagai fungsi dari sudut penyimpangan jaring dari arah arus. Tahanan hidrodinamika pada jaring datar yang tegak lurus arah arus setara dengan persamaan berikut : R 2 90 = 360 Dt m1 An V Sementara pada posisi jaring yang sejajar dengan arah arus, yaitu R = 0, 8 1 A V n 2 D t /m 1 adalah perbandingan antara diameter benang dengan ukuran mata jaring (m 1 ) dan A n adalah luas bentangan jaring sesungguhnya. Nilai tahanan hidrodinamika semakin meningkat pada jaring yang memiliki kerapatan yang tinggi (Fridman 1988). Badan gillnet sering menggembung bila terkena arus bahkan menjadi rebah akibat tidak mampu menahan gaya dorong hidrodinamika oleh arus yang mengenainya. Agar bentuk tampilan gillnet di dalam perairan dapat terentang dengan baik yang disebabkan gerakan dinamika arus, maka pada saat merancang bangun alat tangkap gillnet perlu diperhatikan untuk jumlah dan konstruksi pemasangan pelampung dan pemberatnya.

30 21 3 METODOLOGI 1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di laboratorium Teknologi Alat Penangkapan Ikan dan menggunakan fasilitas flume tank milik Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Spesifikasi flume tank (Gambar 3) seperti tercantum dalam Tabel 6. Penelitian ini dilakukan pada Bulan November 2007 Januari Tabel 6 Spesifikasi flume tank milik Departemen PSP FPIK IPB Bagian Kerja Bagian Pengamatan Panjang 10 m Panjang 3 m Lebar 4 m Tinggi 1 m Tinggi 1,9 m Tebal kaca belakang 16 mm Ukuran funnel 1,2 x 1,2 m 2 Tebal kaca depan 24 mm Kapasitas air liter Gambar 3 Flume tank milik Departemen PSP FPIK IPB.

31 Bahan dan Alat Bahan Penelitian menggunakan gillnet millenium dan gillnet monofilamen (Gambar 4). Kedua bahan jaring tersebut diproduksi PT. Indoneptune Net Manufacturing di Bandung. Material jaring dibuat dari PA monofilamen atau nylon monofilamen dengan mesh size 4 inch. Pelampung yang digunakan dibuat dari bahan PVC berbentuk bulat lonjong, sedangkan pemberatnya dari timah berbentuk silindris (Gambar 5). Bahan jaring dipasang pada frame kawat sebanyak 4 lapis, dengan jumlah mata ke arah panjang dan ke arah dalam masingmasing 7 mata (Gambar 5). Kemudian dilengkapi dengan pelampung dan pemberat. Pemakaian pelampung dan pemberat memperhatikan keseimbangan gaya berat dan gaya apung pada potongan badan. a) b) Gambar 4 Bahan gillnet untuk pengamatan di flume tank : (a) Millenium 4" ; (b) Monofilamen 4". Spesifikasi bobot pelampung, pemberat, serta berat frame kawat untuk potongan badan gillnet disajikan pada Tabel 7. Badan gillnet millenium dan monofilamen memiliki mesh size berukuran sama untuk mempermudah melihat perbedaannya. Penggunaan badan gillnet yang berlapis dilakukan dengan maksud menghasilkan beban dorong hidrodinamika lebih besar.

32 23 Tabel 7 Material konstruksi potongan badan gillnet millenium dan monofilamen pada penelitian di flume tank Material Millenium Monofilamen Jumlah & Ukuran mata jaring 7x7 (mata), 4" 7x7 (mata), 4" pemberat (g) ,0 pelampung (g) 2 = 61 45,0 jaring 4 rangkap (g) 19,6 7,35 frame kawat (g) 65 35,0 total (g) 273,6 151,35 Gambar 5 Badan gillnet sebanyak 4 lapis berukuran 7x7 (mata) dipasang pada frame kawat. Pelampung berukuran besar dan berat 30,8 gf memiliki buoyancy sebesar 102,6 gf, sedangkan pemberat ukuran besar dan berat 72,2 gf memiliki gaya tenggelam 65,5 gf (Tabel 8). Berat badan gillnet berukuran 7x7 mata pada millenium adalah 4,9 gf dan pada monofilamen adalah 1,8 gf. Tabel 8 Berat bahan pelampung dan pemberat di udara dan di dalam air yang terukur Ukuran (panjang diameter) Berat di udara (g) Berat dalam air (g) Pelampung Jenis besar (13,6 x 3,8) cm 2 30,8 71,8 (-) Jenis kecil (7,0 x 3,0) cm 2 15,0 45,0 (-) Pemberat Jenis besar (3,0 x 2,0) cm 2 72,2 65,6 Jenis sedang (2,7 x 1,4) cm 2 31,0 28,1 Jenis kecil (1,9 x 1,2) cm 2 12,3 11,3

33 24 Gambar 6 Perlengkapan gillnet : Pelampung (ukuran besar dan kecil) dan pemberat (ukuran besar, sedang dan kecil). Hanging ratio primer (E 1 ) pada badan jaring digunakan sebesar 60 % dan hanging ratio sekunder (E 2 ) sebesar 80 %. Pemasangan empat lembar badan gillnet pada rangka kawat dilakukan agar tahanan hidrodinamika pada badan jaring lebih mudah dibaca dari alat pengukur ketika sedang diamati. Rangka kawat dibentuk bangun segi empat dengan sudut 90 o pada keempat sudutnya. Panjang total frame yang dipakai untuk membentuk rangka persegi panjang adalah 199,14 cm. Potongan badan gillnet dipasang di dalam flume tank dengan arah tegak lurus terhadap arah kecepatan arus (Gambar 7). Pemilihan hanging ratio ini mengacu pada koefisien tahanan hidrodinamik yang telah dibuat Fridman (1988). Koefisien tahanan hidrodinamik pada badan jaring dengan arah tegak lurus arah arus (α = 90 o ) memiliki nilai C x sebesar 1,4 dan C y hampir nol. Pegas (F) Arus (V) Gambar 7 Tampilan potongan badan gillnet di flume tank.

34 Alat Peralatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah 1) Coban, untuk memasang mataa jaring serta pelampung dan pemberat pada kawat rangka; 2) Jangka sorong, untuk mengukur diameter pelampung dan mesh size; 3) Gunting, untuk memotong benang jaring; 4) Pisau atau cutter, untuk memotong tali; 5) Selotip, untuk membungkus tali ketika akan dipotong; 6) Meteran kain, untuk mengukur panjang sampel jaring; 7) Arloji, untuk menghitung waktu; 8) Kamera, untuk mendokumentasikan rangkaian percobaan; 9) Current meter (Gambar 8-a), untuk mengukur kecepatan arus; 10) Electronic balance (Gambar 8-b), untuk menimbang bobot pelampung dan pemberat; 11) Neraca pegas, untuk mengukur beban dorong hidrodinamika pada badan jaring (Gambar 8-c) ). Gambar 8 a) b) c) Alat-alat yang digunakan pada penelitian di flume tank. a) electronic balance, b) current meter, c) spring balance. 1.3 Prosedur Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan obyek penelitian adalah badan gillnet millenium dan monofilamen. Pencatatan data dilakukan pada tiga kategori tingkat kecepatan arus, yaitu 0,3 0,7 knot, 0,7 1,0 knot dan 1,0 1,4 knot. Badan gillnet milleniumm dan monofilamen dipasang dengan arah

35 26 menghadang arus. Pemasangan dengan arah ini dilakukan karena merupakan posisi yang mengakibatkan resistensi terbesar pada bidang jaring. Tabulasi data disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Struktur pengisian rataan data hasil pengamatan Jenis Gillnet Kecepatan Arus Air (knots) 0,3 0,7 0,7 1,0 1,0 1,4 Total Keseluruhan Millenium Y 11 Y 12 Y 13 Y 1. Monofilamen Y 21 Y 22 Y 23 Y 2. Total Y.1 Y.2 Y.3 Y.. Dalam penelitian ini pengambilan data dilakukan dalam beberapa tahap, meliputi pengukuran di laboratorium Teknologi Alat Penangkapan Ikan (TAP) dan flume tank. Penelitian di laboratorium TAP secara berurutan meliputi : 1) Mengukur dan menimbang pelampung dan pemberat; 2) Menentukan nilai berat Q di dalam air dan buoyancy B dari pemberat dan pelampung dengan percobaan sederhana; 3) Menyiapkan dan membuat potongan gillnet dengan frame kawat. Percobaan yang dilakukan di dalam flume tank meliputi : 1) Mengukur kecepatan arus; 2) Menetapkan kisaran kecepatan arus; 3) Menguji tahanan hidrodinamik pelampung dan pemberat; 4) Mengukur tahanan hidrodinamik drag force potongan badan gillnet; 5) Mengamati tampilan perlengkapan gillnet; Pengukuran pada Pelampung dan Pemberat Diameter pelampung dan pemberat diukur menggunakan jangka sorong. Pelampung berbentuk bulat lonjong, sehingga pengukuran diameternya meliputi diameter di bagian tengah, ujung pelampung bagian luar dan ujung pelampung bagian dalam. Panjang total pelampung diukur pada titik terluar dari lubang pelampung. Sementara pemberat timah berbentuk silindris, diameternya diukur di bagian tengah dan panjang total diukur dari titik terluar lubang pemberat Menghitung nilai berat di air Q dan buoyancy force B Nilai berat Q di dalam air pada pemberat timah dan nilai buoyancy pelampung dicari melalui percobaan sederhana menggunakan electronic balance.

36 27 Electronic balance diletakkan di atas permukaan air menggunakan penampang kaca (Gambar 9). Di atas meja timbang electronic balance tersebut diletakkan kawat untuk mengaitkan tali penggantung pada sisi kiri dan kanan timbangan. Gaya tenggelam pemberat dan gaya apung pelampung dihitung seperti ilustrasi pada Gambar 10. Nilai F adalah berat seluruh benda yang dicelupkan di dalam air dan dinyatakan dengan Q. Gaya apung B serta berat di udara adalah W. Gaya tenggelam pada pemberat adalah Qs dan berat pelampung di dalam air adalah Q f. Gaya apung dihitung dari selisih berat di udara dengan berat dalam air. Gambar 9 a) Menentukan buoyancy pada pelampung b) dengan sederhana. a) tampak samping, b) tampak depan. percobaan Mengukur Arus Kecepatan arus di flume tank diukur berdasarkan tingkat kecepatan yang dihasilkan oleh mesin penggerak propeller, yaitu kecepatan putaran lemah, kecepatan sedang dan kecepatan tinggi. Pengukuran titik-titik pada flume tank ditentukan berdasarkan pola seperti tampak dalam Gambar 11. Gambar 10 Ilustrasi menghitungg buoyancy pelampung dan berat pemberat.

37 28 Flume tank memiliki 3 sisi funnel untuk pengamatan, yaitu bagian muka (sebelah kanan pengamat), bagian tengah dan bagian belakang (sebelah kiri pengamat). Titik pengukuran arus ditentukan sebanyak 9 titik pada masingmasing sisi funnel, yaitu lapisan permukaan: depan, tengah dan belakang; lapisan kolom tengah: depan, tengah dan belakang; lapisan dasar : depan, tengah dan belakang. Jumlah titik pengukuran arus seluruhnya adalah 27 titik Dimensi funnel pada flume tank memiliki lebar dan tinggi 120 x 120 cm 2, sehingga ketinggian maksimum pengisian air pada tangki diperkirakan mencapai 1 meter. Jadi, jarak titik pengukuran yang terdekat dengan dinding kaca flume tank adalah 30 cm dan jarak antar dua titik pengukuran terdekat secara vertikal adalah 25 cm. Pengukuran arus dilakukan pada tiga kondisi kecepatan arus, yaitu arus lemah, sedang dan kuat. Kecepatan arus di flume tank ditentukan oleh kecepatan motor penggerak propeller. Kecepatan mesin penggerak dapat diatur dengan menggeser tuas mesin. Percobaan pada potongan badan gillnet ataupun perlengkapannya, disesuaikan berdasarkan kondisi arus yang telah diukur. Karakteristik flume tank sebagai sarana pengujian alat tangkap terhadap kecepatan arus air bersifat fluktuatif beraturan. Hal tersebut disebabkan oleh tingkat kecepatan motor penggerak propeller. Arus yang terukur selalu menghasilkan kecepatan arus minimum hingga maksimum secara beraturan. Tinggi air arah arus 25 cm 30 1,2m 12 Kaca pengamatan Dinding flume tank Titik pengukuran 1,2 m Gambar 11 Ilustrasi penentuan titik-titik pengukuran arus di flume tank pada satu funnel

38 Percobaan di Flume Tank 1) Percobaan Potongan badan Gillnet Tampilan badan gillnet dan beban dorong hidrodinamika pada gillnet millenium dan monofilamen di flume tank diamati padaa tiga kategori tingkat kecepatan arus. Pada potongan badan gillnet dipasang tali penahan padaa tiap sudut frame. Kedua ujung tali yang melekat pada sisi atas potongan badan gillnet dihubungkann dengan timbangan pegas, sedangkan kedua ujung tali bagian bawah diikatkan pada dinding flume tank. Pemasangan tali digunakan untuk mengukur sudut yang terjadi akibat gaya dorong arus yang melewati potongan badan gillnet. Di dalam flume tank, potongan badan gillnet dipasang tegak lurus menghadang arus air (Gambar 12 dan 13). Pemasangan potongan badan yang tegak lurus arus mengakibatkan resistensi terbesar pada badan gillnet. Tahanan hidrodinamika pada arah tersebut tidak dipengaruhi oleh proyeksi sudut kemiringan badan gillnet. Hal ini akan mempermudah perhitungan. F Net Sample Arah Arus Jendela Pengamatan Gambar 12 Ilustrasi mengukur beban dorong hidrodinamika pada badan gillnet berukuran 7 x 7 mata. (a) tampilan badan gillnet (b) timbangan pegas. Gambar 13 a) b) Pengaruh kecepatan arus terhadap tahanan hidrodinamika badan gillnet ukuran 7x7 mata. a) tampilan badann gillnet, b) pengukuran beban dorong hidrodinamika.

39 30 Kecepatan arus air yang bergerak melalui badan gillnet mengakibatkan adanya tahanan hidrodinamika padaa gillnet. Pengambilan data terhadap tampilan potongan badan gillnet di flume tank dilakukan mengunakan kamera digital, sedangkan beban dorong hidrodinamika pada badan gillnet diukur dengan timbangan pegas. Percobaan pada potongan badan gillnet di dalam flume tank dilakukan untuk mengetahui pengaruh konstruksi mata jaring berlapis terhadap perubahan bentuk, serta gaya dorong hidrodinamika yang terukur pada timbangan pegas. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan jumlah pelampung dan pemberat yang harus dipasang pada setiap pis gillnet millenium dan monofilamen. 2) Percobaan pada Pelampung dan Pemberat Pelampung dan pemberat diamati kemiringan sudut yang terjadi pada tiga tingkat arus. Pelampung dan pemberat diletakkan pada lapisan pertengahan air dengan seutas tali. Pelampung dibiarkan melayang di kolom air dengan ditahan oleh pemberat di dasar lantai flume tank. Sementara percobaan mengamati tampilan pemberat cukup digantungkan dari sisii atas flume tank (Gambar 14). (a) (b) Gambar 14 Ilustrasi pengukuran sudut : (a) pelampung (b) pemberat

40 31 Beban penahan pelampung menggunakan pemberat sebesar 297 gf atau sebanyak 4 buah pemberat. Pengamatan dilakukan terhadap ketiga kondisi arus di flume tank. Mula-mula diamati padaa kategori lemah kemudian meningkat menjadi sedang dan kuat. Apabila pelampung telah bergeser pada saat pengamatan, maka jumlah pemberat harus ditambah. Penambahan pemberat diupayakan sampai pelampung tidak bergeser terbawa arus. Setelah kondisinya stabil, maka dilakukan pemotretan dan pencatatan data yang diperlukan. Kemampuan terapung dari pelampung dapat diuji dengann percobaan sederhana berupa kombinasi antara 3 buah pelampung dengan 6 buah pemberat (Gambar 15). Tiga buah pelampung dan enam buah pemberat masing-masin ng dirangkaii menjadi satu menggunakan sebuah tali. Di bagian tengah antara pelampung dan pemberat dihubungkan ke pegas. Panjang tali yang digunakan disesuaikan dengan tinggi kolom air di dalam flume tank dan panjang tali pegas yang digunakan adalah 2 meter. A s = A 0 cos α α A p = A 0 (1+2cos α) A 0 = π(a b) ke stoper 2a b 2b Gambar 15 Mengukur tahanan hidrodinamika pada pelampung dan pemberat.

41 Analisis Data Tahanan Hidrodinamika Tahanan hidrodinamik badan gillnet millenium dan monofilamen yang dipasang di dalam flume tank dengan arah tegak lurus kecepatan arus dihitung menggunakan persamaan (Fridman 1988); R = C. q. A Keterangan : C = koefisien hidrodinamik q = ρ. v 2 /2 (tekanan hidrodinamik tetap) dalam kgf/m 2 ρ = densitas air, (air tawar = 100 kgf sec 2 /m 4, air laut = 105 kgf sec 2 /m 4 ) v = kecepatan air melewati alat (m/sec) A = luas permukaan benda yang menerima arus (m 2 ) Besarnya tahanan hidrodinamik drag force dalam percobaan di flume tank mengikuti formula R = ½ ρ. C. v 2. A, yang berarti gaya hidrodinamika dapat sebanding dengan bentuk benda yang dikenai arus air, viskositas dan densitas air serta kuadrat kecepatan arusnya. Gaya hidrodinamika yang timbul dibedakan atas gaya yang bekerja sejajar dengan arah arus yang disebut gaya geser atau drag force maupun gaya yang tegak lurus terhadap arah arus yang disebut dengan gaya angkat atau lift force. Drag force (R x ) dianggap sebagai komponen gaya hidrodinamika yang bekerja pada sumbu X atau sejajar arah arus, sedangkan lift force (R y ) merupakan komponen gaya hidrodinamika yang bekerja searah sumbu Y (Steele 1977). Persamaan tahanan hidrodinamika berdasarkan arah vektor gaya adalah R x = C x. q. A dan R y = C y. q. A C x dan C y adalah koefisien gaya tarik dan gaya angkat yang bergantung pada bentuk benda, arahnya terhadap arus dan bilangan Reynolds (Fridman 1988). Koefisien gaya tarik C x untuk beberapa bentuk khusus diberikan dalam Tabel 10. Tahanan air yang dialami oleh badan gillnet dihitung dengan pendekatan rumus R = C. q. A t A t adalah luas proyeksi badan gillnet. Koefisien C terdiri atas koefisien gaya tarik C x atau koefisien tahanan hidrodinamika drag force dan C y atau koefisien tahanan hidrodinamika lift force. A t dirumuskan : A t = n D t m 1 2 E k

42 33 Diketahui n adalah jumlah mata jaring, D t ketebalan benang, m 1 mesh size, E k merupakan nilai koefisien yang besarnya antara 1,1 1,6. Koefisien C pada jaring bergantung pada sudut antara lintasan arus air dan bidang jaring, nilai C x dan C y dapat dilihat pada kurva yang menggambarkan hubungan koefisien gaya tahan dan gesekan hidrodinamik pada jaring sebagai fungsi sudut kejadian (Gambar 3.6 hal 68, Fridman 1986). Tabel 10 Koefisien gaya tarik untuk benda tertentu pada permukaan yang menerima gaya hidrodinamika Bentuk benda C x Arah arus (v) Permukaan benda (A) Piringan bulat atau persegi 1,1 Tegak lurus ke permukaan Satu permukaan Bulatan 0,5 - Bidang lingkaran Bulat telur atau lonjong 0,06 Sejajar sumbu utama Lingkaran penuh Bulat telur atau lonjong 0,6 Tegak lurus sumbu utama Lingkaran maksimal Tabung bulat 1,2 Tegak lurus pada sumbu Panjang x diameternya Tabung bersudut atau prisma 2,0 Tegak lurus pada sumbu Bagian muka (pjg x lebar) Setengah bulatan 0,38 Axial ke luar Bagian muka (π. r 2 ) Setengah bulatan 1,35 Axial ke dalam Bagian muka (π. r 2 ) Kerucut 60 o 0,52 Axial ke puncak Dasarnya Kerucut 30 o 0,34 Axial ke puncak Dasarnya Sumber : Fridman (1988) Tahanan R terhadap badan jaring diduga dengan rumus : R = K h A n V 2. Diketahui K h adalah koefisien empiris dalam kgf det 2 /m 4 pada badan gillnet yang tegak lurus terhadap arus (α = 90 o ) dan hanging ratio yang besar (E 0,7) sebanding dengan K h 360 D t /m 1. Dalam hal ini pengaruh bilangan Reynold (Re) diabaikan karena dalam aliran air biasa Re lebih besar dari 500 dan pengaruhnya terhadap koefisien hidrodinamika tidak berarti. Bilangan Re hanya berarti jika nilainya kurang dari 500 (Fridman 1988). Dengan demikian nilai tahanan jaring yang dipasang tegak lurus menghadang arus dirumuskan : R 90 = 360 D t /m 1 A n v 2, keterangan D t adalah diameter benang, m 1 ukuran mata jaring atau mesh size, A n luas bentangan jaring yang sesungguhnya dan v kecepatan air. Hasil perhitungan tahanan hidrodinamika disajikan secara grafik untuk menjelaskan pengaruh kecepatan arus terhadap beban dorong hidrodinamika yang diterima badan gillnet. Desain yang diuji coba tidak sama dengan desain yang digunakan di lapangan. Hal ini diakibatkan jaring sangat sulit untuk dibentang sehingga dibutuhkan bingkai agar mata jaring terbuka sempurna. Badan gillnet yang diamati di dalam flume tank dibuat agar jaring tidak terbawa oleh arus. Hal ini

43 34 dilakukan karena dalam penelitian kali ini belum dilakukan pengamatan terhadap pengaruh kecepatan arus yang mengakibatkan jaring terseret. Dari hasil keseluruhan percobaan ini dapat diberikan rancangan prototipe jaring millenium dan monofilamen dengan antisipasi kecepatan arus air sampai dengan 1,4 knot, yaitu dengan menetapkan komponen jumlah pelampung dan pemberat dari jaring millenium dan monofilamen dengan ukuran standar sesuai dengan gillnet yang telah dipakai oleh nelayan. Ukuran gillnet yang telah dioperasikan memiliki panjang 1600 mata dan tingginya 100 mata. Tahanan hidrodinamik drag force terhadap pelampung dan badan jaring pada kecepatan arus mencapai 1,4 knot dihitung dengan rumus : F (float) = C x ρ V 2 0,5 A f untuk pelampung dan F net = C x ρ V 2 0,5 A t. Jumlah pemberat pada jaring yang dibutuhkan untuk menahan gaya arus air dengan kecepatan 1,4 knot dapat dihitung memakai rumus : N F (sinker) = N C x ρ V 2 0,5 A (sinker). Jumlah pemberat (N) adalah N = (F (float) + F (net) / C x ρ V 2 0,5 A (sinker).

44 35 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Kecepatan Arus Terhadap Tampilan Gillnet di Flume tank Kecepatan arus air di dalam flume tank selama pengujian berkisar antara 0,3 1,4 knot. Secara lengkap disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Kecepatan arus air dalam flume tank Flow speed Kisaran kecepatan arus yang terukur (knot) Posisi muka Posisi tengah Posisi belakang Bagian atas 0,3 ~ 0,7 0,3 ~ 0,4 0,3 ~ 0,4 0,3 0,7 knot Bagian tengah 0,3 ~ 0,4 0,3 ~ 0,4 0,3 ~ 0,4 Bagian bawah 0,3 ~ 0,7 0,3 ~ 0,4 0,3 ~ 0,4 Bagian atas 0,7 ~ 1,0 0,4 ~ 0,7 0,4 ~ 0,7 0,7 1,0 knot Bagian tengah 0,4 ~ 0,7 0,4 ~ 0,7 0,4 ~ 0,7 Bagian bawah 0,7 ~ 1,0 0,4 ~ 0,7 0,4 ~ 0,7 Bagian atas 1,0 ~ 1,4 0,7 ~ 1,0 0,7 ~ 1,0 1,0 1,4 knot Bagian tengah 0,7 ~ 1,0 0,7 ~ 1,0 0,7 ~ 1,0 Bagian bawah 1,0 ~ 1,4 0,7 ~ 1,0 0,7 ~ 1,0 Tabel 11 menjelaskan bahwa lapisan air bagian atas dan bagian bawah pada flume tank menghasilkan kecepatan arus lebih tinggi daripada lapisan tengah kolom air. Sisi muka flume tank yang terletak di ujung sisi kanan pengamat memiliki tingkat kecepatan arus yang lebih besar daripada sisi lainnya untuk posisi yang sama. Tingkat kecepatan rendah pada mesin menghasilkan kecepatan arus minimum sebesar 0,3 knot dan kecepatan tinggi menghasilkan kecepatan arus maksimum sebesar 1,4 knot. Di antara ketiga posisi pengamatan dari flume tank, posisi muka memiliki kisaran arus yang lebih besar daripada posisi tengah dan belakang. Kecepatan arus semakin besar seiring meningkatnya kecepatan putaran propeller. Namun, kecepatan arus yang dihasilkan senantiasa fluktuatif antara minimum dan maksimum secara periodik. Hal ini akibat gesekan massa air dengan dinding flume tank. Gesekan massa air dengan dinding flume tank tidak hanya menyebabkan terjadinya gelombang kecil tetapi juga mempengaruhi sirkulasi massa air yang mengalir menuju propeller. Kecepatan rendah dari mesin penggerak propeller menghasilkan kisaran arus 0,3 0,7 knot, tingkat kecepatan sedang antara 0.7 1,0 knot dan tingkat

45 36 kecepatan maksimum antara 1,0 1,4 knot. Konversi untuk kecepatan arus ke dalam satuan m/det digunakan acuan 1 knot = 0,5144 m/det Tampilan pada Badan Gillnet Arus air yang melewati badan jaring dengan arah saling tegak lurus dapat mempengaruhi tampilan jaring. Bentuk tampilannya diperlihatkan pada Gambar 16 dan 17. Tampilan badan jaring PA multifilamen saat diamati di dalam flume tank tampak menegang pada kecepatan arus 0,3 0,7 knot dan menggembung pada kecepatan arus 0,7 1,0 knot. Pada tingkat kecepatan arus yang lebih kuat (1,0 1,4 knot) badan jaring tampak lebih menggembung dengan posisi terangkat menuju batas permukaan air (Gambar 16). Dalam kondisi yang sama, badan jaring monofilamen tampak menegang pada kecepatan arus 0,3 0,7 knot. Tampilannya menggembung serta terangkat mendekati kolom permukaan air pada kecepatan arus 0,7 1,0 knot. Akan tetapi, pada kecepatan arus 1,0 1,4 knot badan jaring tampak terangkat ke permukaan air dan bentuknya berlekuk-lekuk (Gambar 17). Kecepatan arus dan bentuk konstruksi badan jaring dapat mempengaruhi tampilan gillnet. Tahanan hidrodinamika semakin meningkat pada kecepatan arus yang lebih kuat. Peningkatan tahanan hidrodinamika lebih besar dialami oleh badan jaring PA multifilamen daripada monofilamen. Pada kecepatan arus 0,3 0,7 knot pengaruh perbedaan tersebut belum terlihat secara signifikan, akan tetapi pada tingkat kecepatan arus maksimum perbedaannya dapat terlihat jelas. Tampilan badan jaring PA multifilamen lebih menggembung dibandingkan dengan badan jaring monofilamen. Bentuk tampilan yang menggembung disebabkan luasan jaring mengalami proses kelembaman (inersia) hidrodinamika. Kerapatan jaring juga dapat meningkatkan nilai tahanan jaring, sehingga gaya dorong oleh arus air akan semakin besar. Menurut Fridman (1988), selembar jaring yang diletakkan tegak lurus terhadap arus, ia akan terkena tekanan inersia dan bila sejajar dengan arus akan terkena gaya samping (shear force) atau gesekan hidrodinamika. Akan tetapi bila arahnya bersudut maka resultan gaya yang terjadi adalah gabungan kedua gaya tersebut.

46 37 a) Gambar 16 b) c) Tampilan badan jaring PA multifilamen di flume tank ketika menahan kecepatan arus : a) 0,3-0,7 knot; b) 0,7-1,0 knot; c) 1,0-1,4 knot. a) b) c) Gambar 17 Tampilan badan jaring monofilamen di flume tank ketika menahan kecepatan arus : a) 0,3-0,7 knot; b) 0,7-1,0 knot; c) 1,0-1,4 knot. Perbedaan tampilan gillnet di dalam flume tank antaraa PA multifilamen dan monofilamenn akibat gaya dorong arus dipengaruhi oleh perbedaan luasan jaring. Dengan ukuran mata jaring yang sama, diameter benang gillnet monofilamen adalah 0,4 mm, sedangkan diameter gillnet PA multifilamen 0,1 mm dengan 10 helai benang dalam satu mata jaring. Konstruksi mata jaring berlapis tidak hanya mempengaruhi bentuk tampilan dari gillnet, namun juga dapat meningkatkan tahanan hidrodinamika yang diterima oleh seluruh badan jaring.

47 Tampilan Perlengkapan Gillnet Parameter untuk menentukan nilai tahanan pelampung dan pemberat adalah kemiringan sudut yang terbentuk akibat gaya dorong yang diakibatkan oleh kecepatan arus air. Pelampung ataupun pemberat akan berada pada titik keseimbangannya apabila pengaruh kecepatan arus dan gaya eksternal lainnya hampir tidak ada. Kondisi tersebut menyebabkan pelampung dan pemberat tidak bergeser dari titik semula dicelupkan. Dalam hal ini, sudut α dibentuk dari garis normal dengan garis kemiringan tali penahan pelampung ataupun pemberat. (1) Pelampung Hasil percobaan terhadap tampilan pelampung saat diuji dengann kecepatan arus air di flume tank diperlihatkan pada Gambar 18. Pada Gambar 18 terlihat ada sudut α yang terbentuk antara kemiringan pelampung dan garis vertikal. Saat diuji di flume tank dari kecepatan arus rendah sampai arus kuat, sudut yang terbentuk berkisar antara 16,7 o 32,7 o. Padaa tingkat arus 0,3 0,7 knot diperoleh rataan sudut sebesar 17,0 o, selanjutnya meningkat menjadi 21,5 o untuk tingkatt arus 0,7 1,0 knot, berikutnya 31, 8 o untuk kecepatan arus 1,0 1,4 knot. Gambar 18 Pengujian tahanan pelampung dan tampilannya terhadap arus Kecepatan arus 0,,3 1,4 knot mampu mendorong gaya apung pelampung 102,6 gf dengan posisi rebah sampai bergeser. Pada kisaran kecepatan arus 0,3

48 39 1,0 knot posisi 4 buah pemberat penahan pelampung masih tetap berada pada tempatnya. Akan tetapi, pada kecepatan arus kuat, penahan pelampung bergeser terbawa arus. Penggunaan penahann pelampung dengan 8 buah pemberat mampu menahan kecepatan arus sampai 1,4 knot. Besarnya kemiringan sudut α yang dihasilkan dalam pengujian tahanann pelampung tersebut dipengaruhi oleh tingkat kecepatan arus dan gayaa apung yang dimiliki pelampung. (2) Tampilan Pada Pemberat Hasil pengamatann tampilan pemberat saat diuji dengan kecepatan arus di flume tank diperlihatkan pada Gambar 19. Dari Gambar 19 diketahui bahwa pemberat dengan posisi menggantung di kolom air dapat bergeser dari posisinya setelah menerima gaya luar. Kemiringan sudut β yang dihasilkan padaa pemberat tersebut lebih dipengaruhi oleh kecepatan arus dan gaya tenggelam pada pemberat. Nilai sudut kemiringan yang terjadi berkisar antara 0 11,97 o. Rataan sudut kemiringan yang terbentuk saat diuji dengan kecepatan arus 1,4 knot pada sebuah pemberat yang memiliki sinking force sebesar 65,8 gf adalah sekitar 8,83 o. Gambar 19 Pengujian tahanan pemberat dan tampilannya terhadap arus

49 Tahanan Hidrodinamika pada Badan Gillnet Hasil pengukuran tahanan hidrodinamika di flume tank pada dua tipe konstruksi mata pada gillnet -PA multifilamen dan monofilamen- ditunjukkan pada Tabel 12. Analisis gaya hidrodinamika akibat pengaruh arus terhadap badan gillnet menunjukkan bahwa nilai drag force pada badan gillnet PA multifilamen lebih besar dibandingkan monofilamen. Tabel 12 Pegaruh kecepatan arus terhadap tahanan hidrodinamika pada badan jaring PA multifilamen dan monofilamen Gillnet 0,7-1,0 knot 1,0-1,4 knot min-maks rataan (gf) min-maks (gf) rataan (gf) (gf) PA multifilamen PA monofilamen Konstruksi mata jaring gillnet dan kecepatan arus memberikan pengaruh berbeda terhadap beban dorong hidrodinamika pada badan gillnet PA multifilamen dan monofilamen (Tabel 12). Beban dorong yang dihasilkan pada konstruksi mata jaring gillnet PA multifilamen lebih besar daripada monofilamen. Pada kisaran kecepatan arus 0,7 1,0 knot, beban dorong minimum pada badan gillnet PA multifilamen 7x7 mata adalah sebesar 140 gf dan pada monofilamen sebesar 60 gf. Sementara pada kecepatan arus 1,0 1,4 knot beban dorong maksimum pada badan jaring PA multifilamen adalah sebesar 500 gf dan pada monofilamen sebesar 250 gf. Tahanan hidrodinamika drag force dalam bentuk beban dorong pada badan gillnet PA multifilamen dan monofilamen semakin besar dengan meningkatnya kecepatan arus. Beban dorong pada mata jaring gillnet PA multifilamen terhadap pengaruh kecepatan arus dari 0,7 sampai 1,4 knot hasilnya dua kali lebih besar dibandingkan monofilamen (Gambar 19). Perbedaan ini terutama dipengaruhi oleh luasan benang pada mata jaring. Konstruksi satu mata jaring gillnet PA multifilamen terdiri dari 10 helai benang tunggal yang dipilin lemah, sedangkan pada gillnet monofilamen menggunakan hanya satu helai benang tunggal. Tahanan hidrodinamika drag force hasil perhitungan menggunakan koefisien drag force C x = 1,4 pada sudut α = 90 o, menunjukkan bahwa kecepatan arus air dari

50 41 0,7 sampai 1,4 knot dapat menghasilkan tahanan drag force sebesar gf untuk PA multifilamen dan gf untuk monofilamen. Gambar 20 Rataan tahanan hidrodinamika 4 lembar badan gillnet berukuran 7x7 mata pada percobaan di flume tank. Hasil pengukuran tahanan hidrodinamikaa badan gillnet pada percobaan di flume tank ternyata lebih kecil bila dibandingkan dengan hasil perhitungan rumus. Selisihnya semakin besar seiring bertambahnya kecepatan arus (Gambar 20). Pada kisaran kecepatan arus 0,7 1,0 knot dihasilkan beban dorong sekitar gf pada PA multifilamen, tetapi bila menggunakan pendekatan rumus dengan C x 1,4 dihasilkan nilai tahanan hidrodinamika sebesar gf. Selisihnya meningkat menjadi 1,1 kgf pada PA multifilamen dan 350 gf pada monofilamen untuk kecepatan arus sebesar 1,4 knot. Hal tersebut diduga pengaruh kecepatan arus yang tidak konstan, tetapi selalu berfluktuasi antar minimum dan maksimum secara periodik. Akibatnya kecepatan arus di flume tank tidak menyebar secara merata. Tahanan hidrodinamika (kgf) Kecepatan arus (m/s) Millenium Monofilamenn Gambar 21 Nilai tahanan hidrodinamika badan gillnet monofilamen berdasarkan perhitungan. PA multifilamen dan

51 42 Menurut Fridman (1988), ukuran mata jaring dan kecepatan arus merupakan faktor yang berpengaruh terhadap nilai tahanan hidrodinamika gillnet. Beban dorong hidrodinamika semakin besar seiring meningkatnya kecepatan arus dan ukuran gillnet. Perubahan mesh size maupun hanging ratio alat tangkap berpengaruh terhadap nilai tahanan hidrodinamika drag force pada gillnet. Mesh size yang semakin besar dapat meningkatkan tahanan hidrodinamika drage force oleh karena luasan jaring bertambah besar. Demikian pula bukaan mata jaring yang semakin rapat akibat hanging ratio terlalu besar atau kecil akan meningkatkan tahanan hidrodinamika. Hal ini disebabkan kerapatan mata jaring semakin tinggi mengakibatkan aliran air yang melewati gillnet semakin terhambat, sehingga pada akhirnya dapat mempengaruhi bentuk jaring yang terkena arus. Hasil percobaan menunjukkan bahwa tingkat kecepatan arus dan bentuk kontruksi gillnet menghasilkan gaya hidrodinamika berupa gaya tahanan geser gillnet (drag force) yang berbeda. Tahanan hidrodinamika drag force dialami lebih besar oleh badan jarung PA multifilamen dibandingkan monofilamen (Gambar 20). Dengan demikian perubahan terhadap kontruksi alat tangkap di satu sisi tidak hanya mengubah keragaan alat tangkap secara teknik, tetapi juga dapat mempengaruhi daya tangkap alat tersebut. Oleh karena itu, meskipun memiliki ukuran mata jaring yang sama akan tetapi nilai tahanan bisa berbeda bergantung pada kontruksinya. Berarti, jumlah pelampung dan pemberat yang harus dipasang dalam kaitannya dengan tahanan untuk dua tipe gillnet ini adalah berbeda. Jadi, standar pemakaian jumlah pelampung dan pemberat untuk surface gillnet, semestinya tidak digunakan di antara kedua tipe gillnet tersebut. 4.3 Tahanan Hidrodinamika pada Pelampung dan Pemberat Pengaruh kecepatan arus terhadap keseimbangan pelampung dan pemberat diperlihatkan pada Gambar 21. Kecepatan arus dapat mempengaruhi daya apung pelampung dan gaya tenggelam pemberat. Rebahnya pelampung dapat menyebabkan tampilan jaring menjadi tidak teratur bahkan dapat mengurangi kemampuan tangkap akibat luasan jaring tidak terentang dengan baik. Besarnya sudut kemiringan pelampung berbanding lurus dengan luas penampang yang

52 43 dikenai aliran massa air. Semakin besar luas pelampung yang terkena arus, maka tahanan hidrodinamika drag force juga semakin meningkat. Dalam Gambar 21 terlihat bahwa tingkat rebah pelampung semakin berkurang seiring dengan banyaknya pelampung, akan tetapi banyaknya pelampung dapat meningkatkan tahanan hidrodinamika lift force. Gambar 22 Pengaruh kecepatan arus terhadap tingkat rebah dan tahanan hidrodinamika pada pelampung dan pemberat. Nilai koefisien daya apung (Eγ) dari pelampung, dimana Eγ setara dengan 1 (γ w /γ) berkisar antara 7,3 s/d 4,5 untuk bentuk plastik. Hasil percobaan diperoleh nilai daya apung (B) sebesar 102,6 gf dan perhitungan rumus diperoleh 107,64 gf. Bobot pemberat berdasarkan perhitungan diperoleh sebesar 66,15 gf. Sementara berdasarkan hasil penelitian diketahui bobot sebuah pemberat di udara adalah 72,7 gf dan beratnya di dalam air menjadi 65,8 gf. Dengan demikian dapat dibandingkan bahwa gaya apung pemberat timah hasil perhitungan memberikan selisih 0,35 gf lebih besar daripada nilai gaya apung yang diperoleh dari hasil pengukuran. Akan tetapi selisih ini dianggap tidak berbeda nyata karena persentasenya sangat kecil, yaitu 0,52 %. Tahanan hidrodinamika lift force dan drag force pada pelampung dan pemberat semakin besar seiring dengan meningkatnya kecepatan arus. Mula-mula tahanan hidrodinamika lift force dan drag force meningkat lambat, lalu semakin besar seiring dengan meningkatnya kecepatan arus (Gambar 22 dan 23). Pada kecepatan arus 0,15 m/s sampai dengan 0,2 m/s peningkatannya tampak tidak signifikan, akan tetapi pada kecepatan arus mencapai 0,72 m/s perbedaannya terlihat semakin besar. Peningkatan nilai tahanan hidrodinamika lift force dan drag force lebih besar dialami oleh pelampung daripada pemberat.

53 44 Tahanan hidrodinamika (kgf) lift force drag force Gambar 23 Pengaruh kecepatan arus terhadap tahanan hidrodinamika pelampung Tahanan hidrodinamika(kgf) lift force 0.02 drag force Kecepatan arus (m/s) Gambar 24 Pengaruh kecepatan arus terhadap tahanan hidrodinamika pemberat Nilai drag force pelampung berkisar antara 0,004 0,078 kgf, sedangkan pada pemberat berkisar antara 0,0006 0,0088 kgf pada kisaran kecepatan arus dari 0,15 sampai dengan 0,72 m/s. Sementara nilai lift force pada pelampung untuk kecepatan arus dari 0,15 sampai dengan 0,72 m/s berkisar antara 0,013 0,123 kgf, sedangkan pada pemberat berkisar antara 0,006 0,059 kgf. Dalam percobaan ini terlihat bahwa tahanan hidrodinamika lift force dan drag force pada pelampung dan pemberat berbeda pada setiap tingkat kecepatan arus. Hal ini terutama disebabkan perbedaan luas penampang antara pelampung dan pemberat yang mengalami gaya dorong oleh arus. Gaya apung pelampung dan gaya tenggelam pemberat juga berpengaruh terhadap nilai tahanan hidrodinamika lift force dan drag force. 4.4 Rancangan Gillnet Dari keseluruhan percobaan dapat dibuat rancangan untuk jaring PA multifilamen dan monofilamen dengan prototipe gillnet yang telah dipakai pada

54 45 nelayan di Cirebon. Spesifikasi alat tangkap gillnet PA multifilamen milik nelayan adalah sebagai berikut: panjang jaring pada tali ris atas adalah 90 m dan tinggi gillnet saat tergantung pada tali ris adalah 9 m; badan gillnet berukuran sekitar 1620 x 100 mata; terdiri atas 61 buah pelampung PVC 75 g dengan jarak antar pelampung adalah 1,5 m; bahan pemberat dari coran semen atau beton dengan bobot 0,5 1 kg terdiri dari 11 buah dengan jarak antar pemberat adalah 10 m (Putra I 2007). Ramdhan (2008) menambahkan bahwa pemberat pada gillnet PA multifilamen dibentuk pipih dengan diameter 150 mm dan ketebalannya 20 mm serta dipasangi tali penggantung dari sisi pinggirnya. Pemberat tidak dipasang pada tali ris tetapi digantungkan langsung pada badan jaring. Penambahan pelampung dilakukan sesuai kebutuhan saat pengoperasian gillnet, seperti pemasangan pelampung tanda atau pelampung umbul untuk mengetahui keberadaan jaring. Menurut Fridman (1988), jarak pelampung tidak boleh lebih 75 % dari kedalaman jaring untuk menghindari hilangnya luasan jaring. Hilangnya luasan efektif badan jaring terjadi akibat cekungan diatara dua pelampung. Pengaturan jarak pelampung ini secara praktis akan mempengaruhi jumlah pelampung yang dipakai untuk 1 pis gillnet. Pada arus yang kecil, disarankan besarnya gaya apung pelampung dapat menggunakan perbandingan yang setara dengan empat kali berat jaring dan tali di dalam air. Rancangan gillnet PA multifilamen dan monofilamen berdasarkan percobaan di flume tank disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Spesifikasi pada drift gillnet PA multifilamen dan monofilamen untuk satu pis sepanjang 90 m Komponen PA multifilamen Monofilamen Net Float Sinker Net Float Sinker Jumlah * * Mata jaring ke arah panjang (#) Mata jaring ke arah tinggi (#) Berat di udara W (kgf) 16-0,73 6-0,73 Berat di air Q (kgf) 1,92-6,5 0,6-0,216 Drag force (kgf) 6,53-0,77 3,59-0,29 Lift force (kgf) 5,85 5,85 0,088-7,82 0,026 Buoyancy force (kgf) 14,08 4,72 0,5 5,4 3,8 0,36 Sinking force (kgf) - - 3, ,69 Extra buoyancy (kgf) - 7, ,5 - Extra sinking force (kgf) , ,45 Keterangan : *) penambahan jumlah pemberat dilakukan untuk arus mencapai 1,4 knot.

55 46 Buoyancy force satu buah pelampung sebesar 102,6 gf dan sinking force sebuah pemberat di dalam air sebesar 65, 58 gf. Tali tambang PE diameter 7 mm memiliki berat per meter 29,5 g dan buoyancy force 32,36 gf. Jumlah pelampung dan pemberat pada konstruksi gillnet PA multifilamen adalah 46 dan 51 buah, sedangkan jumlah pelampung dan pemberat pada gillnet monofilamen adalah 37 dan 41 buah. Pengaruh perlengkapan seperti pada tali-temali tidak dihitung disini, sehingga nilai tahanan hidrodinamika yang sebenarnya dapat lebih besar dari nilai yang telah disajikan di atas. Gaya dorong oleh kecepatan arus air pada badan jaring PA multifilamen dapat diperkirakan dua kali lebih besar dibandingkan monofilamen. Hal ini sangat mungkin dikarenakan perbandingan diameter benang antara PA multifilamen dan monofilamen adalah 2:1. Pada Tabel 15 disajikan spesifikasi konstruksi gillnet PA multifilamen yang dioperasikan di Cirebon (Putra 2007) dan Indramayu (Ramdhan 2008). Modifikasi alat tangkap gillnet berdasarkan penelitian di flume tank disajikan sebagai pembanding. Konstruksi berdasarkan percobaan di flume tank hanya mengamati pengaruh gaya apung dan gaya berat pada pelampung serta nilai tahanan hidrodinamika pada badan jaring. Pengaruh tali-temali belum diperhitungkan di sini, sehingga hasil yang sesungguhnya bisa saja lebih besar. Saat alat tangkap gillnet dioperasikan, agar badan jaring dapat menahan tahanan hidrodinamika akibat pengaruh kecepatan arus di atas 1,4 knot, maka diperlukan pelampung tambahan pada beberapa tali ris atas selain pelampung jaring. Umumnya terdapat beberapa jenis pelampung berdasarkan kemapuan daya apungnya. Pelampung tambahan atau pelampung umbul yang berbentuk bulat lonjong dari bahan plastik memiliki daya apung sebesar 1,5 kgf. Pelampung jenis ini telah dipakai oleh nelayan di daerah cirebon dan Indramayu untuk mengoperasikan surface gillnet PA multifilamen. Dengan mengamati gaya hidrodinamika dan gaya hidrostatika dengan baik, maka akan diperoleh bentuk alat tangkap yang tidak hanya mengurangi biaya pembuatan alat, tetapi juga menghasilkan bentuk tampilan yang baik ketika dioperasikan.

56 47 Tabel 14 Spesifikasi komponen gillnet PA multifilamen di Cirebon dan Indramayu Bahan, Bentuk dan Ukuran No Komponen gillnet Cirebon Indramayu Flume Tank PA monofilamen; PA monofilamen PA monofilamen serat pilinan 6, 8, serat pilinan 10 serat pilinan 10 1 Badan jaring 10 atau 12 ply; ply, mesh size 4 ; ply, mesh size 4; mesh size 3-4 ; x 90 mata x 100 mata x 100 mata 2 Tali ris dan tali pelampung 2 Pelampung jaring PE multifilamen; l = 91 m, ф = 7 mm PVC; tipe Y8 elips; l = 13,8 cm, ф = 3,8 cm. Jumlah 61 buah, jarak pemasangan 1,5 m PE multifilamen; l = 80 m, ф = 6 mm PVC; tipe Y8 elips; l = 13,9 cm, ф = 3,8 cm. Jumlah 25 buah, jarak pemasangan 3 m PE ф = 7 mm; 29,5 g/m dan buoyancy force 32,36 gf/m. PVC; tipe Y8 elips; l = 13,6 cm, ф luar = 2 cm, ф dalam = 1 cm ф tengah 3,8 cm 3 Pelampung tanda PVC; kubus. PVC ; kubus; 40х50x50cm 3-4 Pelampung umbul - 5 Pemberat Semen cor; bulat pipih; 0,5-1 kg sebanyak 11 buah 6 Tali selambar PE multifilamen Tali pengikat ris - Plastik; kapsul; l = 25 cm, ф = 10 cm Semen cor; lingkaran pipih; d = 2 cm, ф = 15 cm sebanyak 10 buah PE multifilamen; l =30 m, ф =12 mm PA multifilamen No. D20 Timah; silindris; l = 3 cm, ф = 2 cm; sinking force = 65,58 gf - - PA multifilamen Di dalam merancang alat tangkap gillnet perlu memperhatikan masalah teknis, seperti jumlah, posisi, dan jarak pemasangan untuk pelampung dan pemberat pada konstruksi supaya tampilan gillnet dapat terentang sempurna. Rancangan drift gillnet atau jaring insang hanyut PA multifilamen dan monofilamen untuk selengkapnya tertulis dalam uraian selanjutnya. Material untuk membuat alat tangkap gillnet berdasarkan penelitian terdiri atas : 1) Bahan jaring PA multifilamen dan PA monofilamen 4 (M = 1600 ; N = 100 ); 2) Pelampung PVC (l = 13,6 cm; φ =3,8 cm) berat 30,5 g dan buoyancy 102,6 gf; 3) Pemberat timah berbentuk silindris (l = 3 cm; φ = 2 cm); 4) Tali ris bahan PE multifilament berdiameter 7 mm dengan berat per meter 29,8 g dan buoyancy 32,36 gf. Sementara pada tali pemberatnya berdiameter 5 mm.

57 48 5) Benang dan perlengkapan lainnya untuk memasang pelampung dan pemberat Gillnet PA multifilamen Konstruksi pada surface gillnet untuk gillnet PA multifilamen hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 24. Jumlah mata jaring ke arah panjang berjumlah 1600 mata dan ke arah tinggi sebanyak 100 mata. Tali ris pada jaring menggunakan bahan PE diameter 7 mm, pelampung PVC berbentuk bulat lonjong dan pemberat timah silinder. Keterangan selengkapnya disajikan pada uraian berikut : 1) Jumlah pelampung yang diperlukan Total pelampung yang dipasang sepanjang 90 m tali ris gillnet PA multifilamen adalah 46 buah. Jarak pasang antara dua pelampung terdekat adalah 2 meter. Daya apung sebuah pelampung adalah 102,6 gf. Jadi, total daya apung dalam 1 piece adalah ,6 gf = 4.719,6 gf. Sementara pada alat tangkap gillnet yang telah dioperasikan oleh nelayan Cirebon jarak antar pelampung terdekat adalah 1,5 meter dan hanging ratio jaring antara % dengan gaya apung dari pelampung jaring sebesar 6.258,6 gf (Putra I 2007). Dengan demikian konstruksi hasil penelitian mengurangi pemasangan pelampung yang berlebihan sebanyak 10 buah. 2) Jumlah pemberat yang diperlukan Gaya tenggelam yang diperlukan untuk satu meter gillnet PA multifilamen sebesar 33 gf/m. Satu buah pemberat timah memiliki berat 72,15 g dan gaya tenggelam sebesar 65,8 gf. Jadi, jarak antar dua buah pemberat dipasang pada tali pemberat sejauh 65,8/33 = 1,99 2 meter. Panjang tali ris bawah untuk 1 pis dibuat 100 m, sehingga total gaya pemberat yang dipakai dalam 1 pis gillnet adalah (100 / 2 + 1) 65,8 = 3.355,8 gf atau sekitar 51 buah pemberat. Sementara nelayan Cirebon yang mengoperasikan gillnet PA multifilamen sepanjang 90 m, mesh size 4, menggunakan 11 buah pemberat dari cor semen dengan kisaran bobotnya antara 0,5 1 kg (Putra I 2007). Gaya tenggelam pemberat cor semen adalah 353,25 gf. Jadi, konstruksi gillnet hasil penelitian mengurangi gaya tenggelam sebesar 529,95 gf. Ketegangan

58 49 mata jaring sebanding dengan banyaknya pemberat yang dipakai, sedangkan pemakaian pemberat berpengaruh terhadap banyaknya jumlah pelampung yang dipakai. A C D Gambar 25 Konstruksi gillnet PA multifilamen berukuran 1600x100 mata mesh size 4. 3) Jumlah mata jaring di bawah dan diantara pelampung Jumlah mata jaring yang dipakai untuk membuat jaring insang dengan panjang 90 m pada bagian tali ris atas adalah mata dengan mesh size 4.

59 50 Jadi, dalam satu meter harus dipasang 17,78 mata/meter atau 0,18 mata/cm, sehingga pada jarak 90 m terpasang mata jaring sebanyak 1600 mata. Hanging ratio pada tali ris atas adalah 55,36 %. Jarak antara dua buah pelampung terdekat pada tali ris adalah 2 meter, sedangkan 1 buah pelampung panjangnya adalah 13,6 cm. Dengan demikian jumlah mata jaring di bawah setiap pelampung adalah 0,18 13,6 = 3 mata. Sementara jumlah mata jaring pada tali ris di antara dua buah pelampung adalah 36 3 = 33 mata. Oleh karena dua pelampung terdekat dipasang pada jarak dua meter satu sama lain, maka di antara kedua pelampung tersebut sedikitnya dibuat satu tali stoper. Tali stoper berfungsi untuk menjaga posisi mata jaring agar dapat terpasang merata pada tali ris, tidak menumpuk pada salah satu bagian tali ris. Pemasangan satu tali stoper akan membagi mata jaring di antara dua pelampung yang memiliki 33 mata tersebut menjadi 16 mata di satu sisi dan 17 mata di sisi lainnya. Agar masing-masing jumlah mata berjumlah sama, maka pembuatan stoper harus mengikat satu mata, sehingga kedua sisi di antara stoper dan pelampung berjumlah masing-masing 16 mata. Perhitungan perlu dicek agar tidak terjadi kesalahan dalam penempatan mata jaring. Jumlah mata jaring di bawah pelampung ditambah mata jaring di luar pelampung haruslah sama dengan keseluruhan mata jaring yang akan dipasang. Keseluruhan mata jaring yang akan terpasang berdasarkan perhitungan, yaitu (46 3)+(45 33) = 1.623, kelebihan 23 mata. Di ujung pelampung pada setiap tali ris ditempatkan masing-masing dua mata jaring. Secara keseluruhan pemasangan mata jaring akan kelebihan sebanyak = 27 mata. Cara menyikapinya cukup dengan mengurangi masing-masing 1 mata di antara tali stoper dan pelampung sebanyak 27 mata. 4) Jumlah mata jaring di atas dan di antara pemberat Mesh length tali ris bawah adalah 100 m dan diisi mata. Oleh karena hanging ratio pada tali ris bawah adalah 61,51 %. Jumlah pemberat yang dipasang pada satu piece gillnet sebanyak 51 buah, panjang pemberat 3 cm. Jarak antara dua buah pemberat terdekat adalah dua meter. Dengan demikian, jumlah mata jaring pada setiap dua meter gillnet adalah 1.600/50 = 32 mata. Jumlah mata

60 51 jaring di bawah setiap pemberat adalah satu mata, dan di antara dua buah pemberat adalah 32 1 = 31 mata. Di antara dua buah pemberat dipasangi tali stoper pada jarak satu meter dari pemberat. Pemasangan tali stoper tersebut akan membagi mata jaring di antara dua buah pemberat menjadi 15 mata di satu sisi dan 16 mata di sisi lainnya. Agar masing-masing jumlah mata berjumlah sama, maka pembuatan stoper harus mengikat satu mata, sehingga kedua sisi di antara stoper dan pelampung berjumlah 15 mata. Mata jaring yang akan dipasang pada tali ris bawah berdasarkan perhitungan adalah (51 1) + (50 31) = mata, ada kelebihan satu mata. Di ujung tali ris gillnet dipasangi masing-masing dua mata yang ditempatkan di luar pemberat, sehingga kelebihan secara keseluruhan adalah lima mata jaring. Kelebihan mata jaring ini disiasati dengan cara mengurangi satu buah mata pada setiap mata jaring di antara dua buah pemberat sebanyak lima kali. Secara praktis, sebanyak lima meter tali ris akan dikurangi masing-masing satu buah mata jaring Gillnet Monofilamen Konstruksi pada surface gillnet untuk gillnet monofilamen hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 24. Jumlah mata jaring ke arah panjang berjumlah 1600 mata dan ke arah tinggi sebanyak 100 mata. Tali ris pada jaring menggunakan bahan PE diameter 7 mm, pelampung PVC berbentuk bulat lonjong dan pemberat timah silinder. Keterangan selengkapnya disajikan pada uraian berikut : 1) Jumlah pelampung yang diperlukan Total pelampung yang dipasang pada tali ris gillnet monofilamen sepanjang 90 m adalah 37 buah. Jarak pemasangan dua pelampung terdekat adalah 90/(37 1) = 2,5 meter. Daya apung sebuah pelampung adalah sebesar 73 gf. Jadi, total daya apung dalam satu piece adalah gf = gf. 2) Jumlah pemberat yang diperlukan Gaya tenggelam untuk satu meter gillnet monofilamen memakai 27 gf/m. Satu buah pemberat timah memiliki berat 72,15 g dan gaya tenggelam sebesar

61 52 65,8 gf. Panjang tali ris bawah untuk satu pis gillnet dibuat 100 m. Total gaya tenggelam pemberat yang dipakai dalam satu pis gillnet adalah (100 / 2,5 + 1) 65,8 = 2.697,8 gf atau setara dengan 41 buah pemberat timah. Jarak antara dua buah pemberat terdekat dipasang sejauh 100/(41-1) = 2,5 meter. C D Gambar 26 Konstruksi gillnet PA monofilamen berukuran 1600x100 mata mesh size 4. 3) Jumlah mata jaring di bawah dan diantara pelampung Jumlah mata jaring yang dipakai untuk membuat jaring insang dengan panjang 90 m pada bagian tali ris atas adalah mata dengan mesh size 4.

HASAN BASRI PROGRAM STUDI

HASAN BASRI PROGRAM STUDI PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP TAMPILAN GILLNET : UJI COBA DI FLUME TANK HASAN BASRI PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

(Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi

(Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi GILL NET (Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi Pendahuluan Gill net (jaring insang) adalah jaring yang berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pemberat pada tali ris bawahnya dan pelampung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih TINJAUAN PUSTAKA Alat Tangkap Jaring Insang (Gill net) Jaring insang (gill net) yang umum berlaku di Indonesia adalah salah satu jenis alat penangkapan ikan dari bahan jaring yang bentuknya empat persegi

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Gebang Mekar Kabupaten Cirebon (Lampiran 1). Survey dan persiapan penelitian seperti pencarian jaring,

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember 2011. Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember 2011. Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan SAMBUTAN Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayahnya serta kerja keras penyusun telah berhasil menyusun Materi Penyuluhan yang akan digunakan bagi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Nopember Penyusun

KATA PENGANTAR. Jakarta, Nopember Penyusun KATA PENGANTAR Buku materi penyuluhan teknologi penangkapan ikan merupakan informasi yang memuat gambaran umum, klasifikasi, rancang bangun, metode pengoperasian, daerah penangkapan, tingkah laku ikan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA Sifat Jaring. Raharjo (1978) yang diacu oleh Robinson (1981) menyebutkan bahwa selama

2. TINJAUAN PUSTAKA Sifat Jaring. Raharjo (1978) yang diacu oleh Robinson (1981) menyebutkan bahwa selama 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Jaring Material yang digunakan untuk membentuk alat penangkapan ikan menghendaki persyaratan tertentu. Selwuh persyaratan ini sebaiknya diketahui, apalagi setiap material

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS ALAT TANGKAP JARING KURAU YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PERAIRAN KABUPATEN BENGKALIS

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS ALAT TANGKAP JARING KURAU YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PERAIRAN KABUPATEN BENGKALIS Berkala Perikanan Terubuk, Juli 2013, hlm 32 39 ISSN 0126-4265 Vol. 41. No.2 IDENTIFIKASI DAN ANALISIS ALAT TANGKAP JARING KURAU YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PERAIRAN KABUPATEN BENGKALIS ISNANIAH 1), IRWANDY

Lebih terperinci

DESIGN AND CONSTRUCTION OF GILLNET IN THE VILLAGE NIPAH PANJANG 2 SUBDISTRICT OF NIPAH PANJANG TANJUNG JABUNG TIMUR REGENCY PROVINCE OF JAMBI

DESIGN AND CONSTRUCTION OF GILLNET IN THE VILLAGE NIPAH PANJANG 2 SUBDISTRICT OF NIPAH PANJANG TANJUNG JABUNG TIMUR REGENCY PROVINCE OF JAMBI DESIGN AND CONSTRUCTION OF GILLNET IN THE VILLAGE NIPAH PANJANG 2 SUBDISTRICT OF NIPAH PANJANG TANJUNG JABUNG TIMUR REGENCY PROVINCE OF JAMBI By : ; ; 3) Email : Taufiqurrahman.j@student.unri.ac.id ABSTRACT

Lebih terperinci

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar 21 3METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada tanggal 15 September 11 Desember 2010 ini bertempat di TPI Palabuhanratu. Sukabumi Jawa Barat. Kegiatan penelitian meliputi eksperimen langsung

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP DINAMIKA JARING KEJER PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK

PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP DINAMIKA JARING KEJER PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP DINAMIKA JARING KEJER PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK SINGGIH PRIHADI AJI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Penangkapan Ikan. Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa penangkapan ikan adalah suatu usaha

II. TINJAUAN PUSTAKA Penangkapan Ikan. Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa penangkapan ikan adalah suatu usaha II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penangkapan Ikan Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa penangkapan ikan adalah suatu usaha manusia untuk menghasilkan ikan dan organisme lainnya di perairan, keberhasilan usaha penangkapan

Lebih terperinci

PAPER TEKNIK PENANGKAPAN IKAN ALAT TANGKAP IKAN

PAPER TEKNIK PENANGKAPAN IKAN ALAT TANGKAP IKAN PAPER TEKNIK PENANGKAPAN IKAN ALAT TANGKAP IKAN PINTA PURBOWATI 141211133014 MINAT TIHP FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Penangkapan ikan merupakan salah satu profesi yang telah lama

Lebih terperinci

Diterima : 2 Maret 2010 Disetujui : 19 Maret 2010 ABSTRAK

Diterima : 2 Maret 2010 Disetujui : 19 Maret 2010 ABSTRAK STUDI KOMPARATIF ALAT TANGKAP JARING INSANG HANYUT (drift gillnet) BAWAL TAHUN 1999 DENGAN TAHUN 2007 DI DESA MESKOM KECAMATAN BENGKALIS KABUPATEN BENGKALIS PROPINSI RIAU Irwandy Syofyan S.Pi. M.Si 1),

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Alat Tangkap Alat tangkap gillnet millenium

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Alat Tangkap Alat tangkap gillnet millenium aa3 a 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Alat Tangkap 2.1.1 Alat tangkap gillnet millenium Jaring insang adalah salah satu dari jenis alat penangkap ikan dari bahan jaring monofilamen atau

Lebih terperinci

Oleh : Mukhtar, A.Pi, M.Si

Oleh : Mukhtar, A.Pi, M.Si CARA MENGUKUR MATA JARING Oleh : Mukhtar, A.Pi, M.Si Webbing atau jaring merupakan lembaran yang tersusun dari beberapa mata jaring yang merupakan bahan dasar untuk membuat berbagai alat Penangkapan ikan.

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN ARUS DAN MESH SIZE TERHADAP DRAG FORCE DAN TINGGI JARING GOYANG PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK MUHAMMAD RIFKI SKRIPSI

PENGARUH KECEPATAN ARUS DAN MESH SIZE TERHADAP DRAG FORCE DAN TINGGI JARING GOYANG PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK MUHAMMAD RIFKI SKRIPSI PENGARUH KECEPATAN ARUS DAN MESH SIZE TERHADAP DRAG FORCE DAN TINGGI JARING GOYANG PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK MUHAMMAD RIFKI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

Bentuk baku konstruksi jaring tiga lapis (trammel net ) induk udang

Bentuk baku konstruksi jaring tiga lapis (trammel net ) induk udang Standar Nasional Indonesia Bentuk baku konstruksi tiga lapis (trammel net ) induk udang ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... Error! Bookmark not defined. Prakata...ii Pendahuluan...

Lebih terperinci

Bentuk baku konstruksi jaring tiga lapis (trammel net)

Bentuk baku konstruksi jaring tiga lapis (trammel net) Standar Nasional Indonesia Bentuk baku konstruksi jaring tiga lapis (trammel net) ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1

Lebih terperinci

PEMBAGIAN KEKENDURAN PADA TRAMMEL NET: PENGARUHNYA TERHADAP KOMPOSISI DAN KERAGAMAN HASIL TANGKAPAN SUGENG HARTONO

PEMBAGIAN KEKENDURAN PADA TRAMMEL NET: PENGARUHNYA TERHADAP KOMPOSISI DAN KERAGAMAN HASIL TANGKAPAN SUGENG HARTONO PEMBAGIAN KEKENDURAN PADA TRAMMEL NET: PENGARUHNYA TERHADAP KOMPOSISI DAN KERAGAMAN HASIL TANGKAPAN SUGENG HARTONO DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

Bentuk baku konstruksi jaring insang dasar monofilamen bawal putih

Bentuk baku konstruksi jaring insang dasar monofilamen bawal putih Standar Nasional Indonesia Bentuk baku konstruksi jaring insang dasar monofilamen bawal putih ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian penangkapan rajungan dengan menggunakan jaring kejer dilakukan di perairan Gebang Kabupaten Cirebon, Jawa Barat (Lampiran 1 dan Lampiran 2). Penelitian

Lebih terperinci

ABSTRAK Desty Maryam. Pengaruh kecepatan arus terhadap komponen desain jaring millenium (percobaan dengan prototipe dalam flume tank

ABSTRAK Desty Maryam. Pengaruh kecepatan arus terhadap komponen desain jaring millenium (percobaan dengan prototipe dalam flume tank PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP KOMPONEN DESAIN JARING MILLENIUM (Percobaan dengan Prototipe dalam Flume Tank) Desty Maryam SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian penangkapan ikan dengan menggunakan jaring arad yang telah dilakukan di perairan pantai Cirebon, daerah Kecamatan Gebang, Jawa Barat

Lebih terperinci

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Lampiran 1. Ilustrasi Peta Lokasi Penelitian 42 Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Lampiran 3. Alat yang Digunakan GPS (Global Positioning System) Refraktometer Timbangan Digital

Lebih terperinci

Ukuran Mata Jaring. Judul desain. Ukuran Utama Kapa; Gross Tonase; Nama Alat tangkap; Kode klasifikasi;

Ukuran Mata Jaring. Judul desain. Ukuran Utama Kapa; Gross Tonase; Nama Alat tangkap; Kode klasifikasi; PRAKTEK MENGGAMAR DAN MEMACA DESAIN ALAT TANGKAP IKAN 1. Petunjuk Umum Menggambar Desain Alat tangkap a. Dibuatkan kotak pembatas gambar b. Terdapat Judul, Kode alat, hasil tangkapan, Ukuran Utama kapal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. jenis merupakan sumber ekonomi penting (Partosuwiryo, 2008).

TINJAUAN PUSTAKA. jenis merupakan sumber ekonomi penting (Partosuwiryo, 2008). TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Perikanan Indonesia terletak di titik puncak ragam jenis ikan laut dari perairan tropis Indo-Pasifik yang merupakan sistem ekologi bumi terbesar yang terbentang dari pantai

Lebih terperinci

By: Febria Khairi ¹. Yusuf Syofyan ². Nofrizal ². ABSTRACT

By: Febria Khairi ¹. Yusuf Syofyan ². Nofrizal ². ABSTRACT ANALYSIS OF THE CONSTRUCTION AND DESIGN OF FISHING GEAR DRIFT GILLNET ARE USED IN WATERS KUALA KAMPAR, KUALA KAMPAR SUB DISTRICTS, PELALAWAN DISTRICTS RIAU PROVINCE By: Febria Khairi ¹. Yusuf Syofyan ².

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI NELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di bulan Maret hingga bulan April 011. Penelitian ini meliputi pembuatan alat dan pengambilan data di Cisolok. Jaring rampus

Lebih terperinci

Muhammad Rifai Siregar 1), Irwandy Syofyan 2), and Isnaniah 2) Fisheries and Marine Science Faculty Riau University ABSTRACT

Muhammad Rifai Siregar 1), Irwandy Syofyan 2), and Isnaniah 2) Fisheries and Marine Science Faculty Riau University ABSTRACT Study Comparative On Design And Construction Longline Gear (Mini Long Line) For Fishing Giant Thread Fish (Eleutheronema Tetradactylum) In 2004 To 2012 At Teluk Pambang Village Bantan District Bengkalis

Lebih terperinci

Volume 6, No. 2, Oktober 2013 ISSN:

Volume 6, No. 2, Oktober 2013 ISSN: GAYA EXTRA BOUYANCY DAN BUKAAN MATA JARING SEBAGAI INDIKATOR EFEKTIFITAS DAN SELEKTIFITAS ALAT TANGKAP PURSE SEINE DI PERAIRAN SAMPANG MADURA Guntur 1, Fuad 1, Abdul Rahem Faqih 1 1 Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 33 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Unit penangkapan ikan 1) Kapal Kapal yang digunakan merupakan sarana untuk mengangkut nelayan beserta alat tangkap ke daerah penangkapan ikan. Kapal yang biasa

Lebih terperinci

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA)

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA) Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/btl e-mail:btl.puslitbangkan@gmail.com BULETINTEKNIKLITKAYASA Volume 15 Nomor 2 Desember 2017 e-issn: 2541-2450 BEBERAPA JENIS PANCING

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2008

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2008 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2008 TENTANG PENGGUNAAN ALAT PENANGKAPAN IKAN JARING INSANG (GILL NET) DI ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

Keywords: Konstruksi Alat Tangkap, Alat Tangkap Pukat Cincin (Purse seine), Pelabuhan Perikanan Nusantara Sibolga

Keywords: Konstruksi Alat Tangkap, Alat Tangkap Pukat Cincin (Purse seine), Pelabuhan Perikanan Nusantara Sibolga STUDI KONSTRUKSI ALAT TANGKAP PUKAT CINCIN (PURSE SEINE) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) SIBOLGA KELURAHAN PONDOK BATU KOTA SIBOLGA PROVINSI SUMATERA UTARA Candra Silitonga 1*, Isnaniah 2, Irwandy

Lebih terperinci

Bentuk baku konstruksi jaring insang dasar monofilamen

Bentuk baku konstruksi jaring insang dasar monofilamen Standar Nasional Indonesia Bentuk baku konstruksi jaring insang dasar monofilamen ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1

Lebih terperinci

Bentuk baku konstruksi jaring insang pertengahan multifilamen tanpa saran

Bentuk baku konstruksi jaring insang pertengahan multifilamen tanpa saran Standar Nasional Indonesia Bentuk baku konstruksi jaring insang pertengahan multifilamen tanpa saran ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1

Lebih terperinci

Bentuk baku konstruksi jaring insang permukaan multifilamen lemuru

Bentuk baku konstruksi jaring insang permukaan multifilamen lemuru Standar Nasional Indonesia Bentuk baku konstruksi jaring insang permukaan multifilamen lemuru ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

CARA MENGUKUR MATA JARING Oleh : Mukhtar, A.Pi, M.Si

CARA MENGUKUR MATA JARING Oleh : Mukhtar, A.Pi, M.Si CARA MENGUKUR MATA JARING Oleh : Mukhtar, A.Pi, M.Si Webbing atau jaring merupakan lembaran yang tersusun dari beberapa mata jaring yang merupakan bahan dasar untuk membuat berbagai alat Penangkapan ikan.

Lebih terperinci

Bentuk baku konstruksi jaring insang banyar

Bentuk baku konstruksi jaring insang banyar Standar Nasional Indonesia Bentuk baku konstruksi jaring insang banyar ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2. Istilah

Lebih terperinci

Perubahan Sifat-sifat Fisik Mata Jaringan Insang Hanyut Setelah Digunakan 5, 10, 15, dan 20 Tahun

Perubahan Sifat-sifat Fisik Mata Jaringan Insang Hanyut Setelah Digunakan 5, 10, 15, dan 20 Tahun Jurnal Penelitian Sains Volume 12 Nomer 3(D) 12310 Perubahan Sifat-sifat Fisik Mata Jaringan Insang Hanyut Setelah Digunakan 5, 10, 15, dan 20 Tahun Gondo Puspito Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,

Lebih terperinci

Jurnal Mangrove dan Pesisir IX (1), Februari 2009: ISSN: PENGARUH ARUS TERHADAP TEGANGAN DAN BENTUK KELENGKUNGAN MODEL TRAMMEL NET

Jurnal Mangrove dan Pesisir IX (1), Februari 2009: ISSN: PENGARUH ARUS TERHADAP TEGANGAN DAN BENTUK KELENGKUNGAN MODEL TRAMMEL NET Jurnal Mangrove dan Pesisir IX (1), Februari 2009: 38-47 ISSN: 1411-0679 PENGARUH ARUS TERHADAP TEGANGAN DAN BENTUK KELENGKUNGAN MODEL TRAMMEL NET Gondo Puspito Lab. Teknologi Alat Penangkapan Ikan Departemen

Lebih terperinci

KAPAL IKAN PURSE SEINE

KAPAL IKAN PURSE SEINE KAPAL IKAN PURSE SEINE Contoh Kapal Purse Seine, Mini Purse Seine, Pengoperasian alat tangkap. DESAIN KAPAL PURSE SEINE Spesifikasi kapal ikan yang perlu di perhatikan : 1. Spesifikasi teknis : khusus

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelayakan Bisnis 2.2 Perikanan Tangkap

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelayakan Bisnis 2.2 Perikanan Tangkap 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau analisis tentang suatu kegiatan investasi yang dilaksanakan dapat memberikan manfaat atau tidak. Studi kelayakan

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan SAMBUTAN Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayahnya serta kerja keras penyusun telah berhasil menyusun Materi Penyuluhan yang akan digunakan bagi

Lebih terperinci

Rancang Bangun Jaring Insang Ikan Terbang di Perairan Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan *)

Rancang Bangun Jaring Insang Ikan Terbang di Perairan Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan *) 1 Rancang Bangun Jaring Insang Ikan Terbang di Perairan Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan *) Najamuddin 1), Mahfud Palo 2) dan Ahmad Affandy 3). 1) dan 2) Staf pengajar Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,

Lebih terperinci

siswa mampu menentukan hubungan tekanan, gaya yang bekerja dan luas permukaan. tanah liat, nampan, balok kayu, balok besi, balok alumunium.

siswa mampu menentukan hubungan tekanan, gaya yang bekerja dan luas permukaan. tanah liat, nampan, balok kayu, balok besi, balok alumunium. 6.5 Tekanan Apa kamu pernah mendengar orang terkena penyakit darah tinggi? Hal itu terjadi karena adanya penyempitan pada pembuluh darah. Kejadian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara besar tekanan

Lebih terperinci

STUDI RANCANG BANGUN JARING INSANG DASAR (BOTTOM GILLNET) DI PERAIRAN DESA SANJAI KECAMATAN SINJAI TIMUR KABUPATEN SINJAI SULAWESI SELATAN

STUDI RANCANG BANGUN JARING INSANG DASAR (BOTTOM GILLNET) DI PERAIRAN DESA SANJAI KECAMATAN SINJAI TIMUR KABUPATEN SINJAI SULAWESI SELATAN STUDI RANCANG BANGUN JARING INSANG DASAR (BOTTOM GILLNET) DI PERAIRAN DESA SANJAI KECAMATAN SINJAI TIMUR KABUPATEN SINJAI SULAWESI SELATAN SKRIPSI UMRIANI L231 13 511 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

ALAT PENANGKAPAN IKAN GILL NET

ALAT PENANGKAPAN IKAN GILL NET ALAT PENANGKAPAN IKAN GILL NET 1. A. PENDAHULUAN 1. Definisi Alat Tangkap Gill net sering diterjemahkan dengan jaring insang, jaring rahang, dan lain sebagainya. Istilah gill net didasarkan pada pemikiran

Lebih terperinci

UJI OPERASIONAL ALAT TANGKAP RAMAH LINGKUNGAN JARING CIKER (JARING TIGA LAPIS ATAU TRAMMEL NET)

UJI OPERASIONAL ALAT TANGKAP RAMAH LINGKUNGAN JARING CIKER (JARING TIGA LAPIS ATAU TRAMMEL NET) Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/btl e-mail:btl.puslitbangkan@gmail.com BULETINTEKNIKLITKAYASA Volume 15 Nomor 1 Juni 2017 p-issn: 1693-7961 e-issn: 2541-2450 UJI OPERASIONAL

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. jika dibandingkan dengan panjangnya, dengan perkataan lain jumlah mesh depth

TINJAUAN PUSTAKA. jika dibandingkan dengan panjangnya, dengan perkataan lain jumlah mesh depth TINJAUAN PUSTAKA Alat Tangkap Jaring Insang (Gillnet) Gillnet adalah jaring dengan bentuk empat persegi panjang, mempunyai mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh jaring, lebar jaring lebih pendek

Lebih terperinci

STUDI PERUBAHAN PANJANG BENANG JARING Polyamide (PA) YANG DIRENDAM DIDALAM AIR TAWAR DAN AIR LAUT OLEH TRI RAHMADHANI

STUDI PERUBAHAN PANJANG BENANG JARING Polyamide (PA) YANG DIRENDAM DIDALAM AIR TAWAR DAN AIR LAUT OLEH TRI RAHMADHANI STUDI PERUBAHAN PANJANG BENANG JARING Polyamide (PA) YANG DIRENDAM DIDALAM AIR TAWAR DAN AIR LAUT OLEH TRI RAHMADHANI FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 217 STUDI PERUBAHAN PANJANG

Lebih terperinci

1. Mendeskripsikan proses pelolosan ikan pada tiga jenis BRD yaitu TED super shooter, square mesh window dan fish eye

1. Mendeskripsikan proses pelolosan ikan pada tiga jenis BRD yaitu TED super shooter, square mesh window dan fish eye 85 6 PROSES PELOLOSAN IKAN MELALUI BYCATCH REDUCTION DEVICE (BRD): PERCOBAAN LABORATORIUM 6. Pendahuluan Pemasangan bycatch reduction device pada trawl ditujukan untuk mengurangi ikan-ikan hasil tangkapan

Lebih terperinci

PURSE SEINE (PUKAT CINCIN)

PURSE SEINE (PUKAT CINCIN) PURSE SEINE (PUKAT CINCIN) Guru Pengampu: ADZWAR MUDZTAHID TEKNIKA KAPAL PENANGKAP IKAN SMK NEGERI 3 TEGAL Hal-1 METODE PENANGKAPAN DAN ALAT TANGKAP PUKAT CINCIN (PURSE SEINE) PENDAHULUAN P ukat cincin

Lebih terperinci

Fishing Methods: Gillnetting. By. Ledhyane Ika Harlyan

Fishing Methods: Gillnetting. By. Ledhyane Ika Harlyan Fishing Methods: Gillnetting By. Ledhyane Ika Harlyan Tujuan Instruksional Khusus (Semoga) Mahasiswa dapat: 1. Menyebutkan macam-macam gillnet 2. Teknis tertangkapnya ikan dengan menggunakan gillnet 3.

Lebih terperinci

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Riil Fasilitas Kebutuhan Operasional Penangkapan Ikan di PPN Karangantu Fasilitas kebutuhan operasional penangkapan ikan di PPN Karangantu dibagi menjadi dua aspek, yaitu

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat Penelitian 23 3 METODE NELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di bulan Maret hingga bulan April tahun 2011. Penelitian ini meliputi: pembuatan alat dan pengambilan data di Cisolok. Jaring rampus

Lebih terperinci

Fishing Technology: Longline. Ledhyane Ika Harlyan

Fishing Technology: Longline. Ledhyane Ika Harlyan Fishing Technology: Longline Ledhyane Ika Harlyan Tujuan Instruksional Khusus Mahasiswa mampu: Menjelaskan bagian-bagian longline Menjelaskan alat bantu longline Mampu menganalisis teknis untuk mengukur

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB Soal No. 1 Seorang berjalan santai dengan kelajuan 2,5 km/jam, berapakah waktu yang dibutuhkan agar ia sampai ke suatu tempat yang

Lebih terperinci

4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keragaman Unit Penangkapan Ikan Purse seine (1) Alat tangkap

4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keragaman Unit Penangkapan Ikan Purse seine (1) Alat tangkap 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keragaman Unit Penangkapan Ikan 4.1.1 Purse seine (1) Alat tangkap Pukat cincin (purse seine) di daerah Maluku Tenggara yang menjadi objek penelitian lebih dikenal dengan sebutan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. Sumber: Bleeker (1985).

2 TINJAUAN PUSTAKA. Sumber: Bleeker (1985). 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Ikan Layang (Decapterus kurroides) 2.1.1 Klasifikasi dan morfologi ikan layang Menurut Bleeker (1855) diacu dalam Saanin (1984), ikan layang dapat diklasifikasikan sebagai

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 14 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu pengukuran iluminasi cahaya pada medium udara, pengoperasian bagan apung, dan pengukuran iluminasi

Lebih terperinci

Rancang Bangun Alat Tangkap Jaring Insang Dasar di Korong Ujung Labung Nagari Malai V Suku Kecamatan Batang Gasan Kabupaten Padang Pariaman

Rancang Bangun Alat Tangkap Jaring Insang Dasar di Korong Ujung Labung Nagari Malai V Suku Kecamatan Batang Gasan Kabupaten Padang Pariaman Rancang Bangun Alat Tangkap Jaring Insang Dasar di Korong Ujung Labung Nagari Malai V Suku Kecamatan Batang Gasan Kabupaten Padang Pariaman Pie Opra Ramanda 1), Yuspardianto 2), dan Suardi ML 2) 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 33 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ukuran Mata Jaring Lintasan Masuk Bubu Hasil pengamatan terhadap tingkah laku kepiting bakau saat melewati bidang lintasan masuk menunjukkan bahwa kepiting bakau cenderung

Lebih terperinci

Engtangling Nets: TRAMMEL NET (GILTONG (Gillnet Berkantong)/Jaring Gondrong)

Engtangling Nets: TRAMMEL NET (GILTONG (Gillnet Berkantong)/Jaring Gondrong) Engtangling Nets: TRAMMEL NET (GILTONG (Gillnet Berkantong)/Jaring Gondrong) By. Ledhyane Ika Harlyan 1 Tujuan Instruksional Khusus Mahasiswa dapat menjelaskan: 1. Metode Penangkapan menggunakan: a. Single-walled

Lebih terperinci

Jaring Angkat

Jaring Angkat a. Jermal Jermal ialah perangkap yang terbuat dari jaring berbentuk kantong dan dipasang semi permanen, menantang atau berlawanlan dengan arus pasang surut. Beberapa jenis ikan, seperti beronang biasanya

Lebih terperinci

BAB FLUIDA A. 150 N.

BAB FLUIDA A. 150 N. 1 BAB FLUIDA I. SOAL PILIHAN GANDA Jika tidak diketahui dalam soal, gunakan g = 10 m/s 2, tekanan atmosfer p 0 = 1,0 x 105 Pa, dan massa jenis air = 1.000 kg/m 3. dinyatakan dalam meter). Jika tekanan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai September 2010. Pengambilan data lapangan dilakukan di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara, sejak 21 Juli

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.11/MEN/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.11/MEN/2009 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.11/MEN/2009 TENTANG PENGGUNAAN PUKAT IKAN (FISH NET) DI ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

KERAMAHAN GILLNET MILLENIUM INDRAMAYU TERHADAP LINGKUNGAN: ANALISIS HASIL TANGKAPAN

KERAMAHAN GILLNET MILLENIUM INDRAMAYU TERHADAP LINGKUNGAN: ANALISIS HASIL TANGKAPAN 28 KERAMAHAN GILLNET MILLENIUM INDRAMAYU TERHADAP LINGKUNGAN: ANALISIS HASIL TANGKAPAN DIMAS RAMDHAN SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN)

BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN) BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN) 2.1 Potensi dan Usaha Perikanan di Indonesia 2.1.1 Perikanan dan Potensi Indonesia Berdasarkan UU. No 31 tahun 2004. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Unit Penangkapan Ikan Alat tangkap jaring insang hanyut

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Unit Penangkapan Ikan Alat tangkap jaring insang hanyut 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Unit Penangkapan Ikan Menurut Martasuganda (2002) jaring insang (gillnet) adalah jenis alat penangkap ikan dari bahan jaring yang bentuknya empat persegi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebagai lapisan atas struktur jalan selain aspal atau beton. Paving block dibuat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebagai lapisan atas struktur jalan selain aspal atau beton. Paving block dibuat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paving block merupakan salah satu bahan bangunan yang dimanfaatkan sebagai lapisan atas struktur jalan selain aspal atau beton. Paving block dibuat dari bahan campuran

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di perairan Teluk Mutiara Kabupaten Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur. Peta lokasi penelitian ditampilkan pada Gambar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut martasuganda (2004), jaring insang (gillnet) adalah satu dari jenis

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut martasuganda (2004), jaring insang (gillnet) adalah satu dari jenis TINJAUAN PUSTAKA Unit Penangkapan Ikan Jaring insang Menurut martasuganda (2004), jaring insang (gillnet) adalah satu dari jenis alat penangkap ikan dari bahan jaring yang dibentuk menjadi empat persegi

Lebih terperinci

TINGKAT KETERGANTUNGAN NELAYAN GILLNET DI KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU TERHADAP SUMBERDAYA IKAN

TINGKAT KETERGANTUNGAN NELAYAN GILLNET DI KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU TERHADAP SUMBERDAYA IKAN Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 4. No. 1 Mei 2013: 63-71 ISSNN 2087-4871 TINGKAT KETERGANTUNGAN NELAYAN GILLNET DI KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU TERHADAP SUMBERDAYA IKAN (DEPENDENCY OF

Lebih terperinci

Fishing Methods: Gillnetting. By. Ledhyane Ika Harlyan

Fishing Methods: Gillnetting. By. Ledhyane Ika Harlyan Fishing Methods: Gillnetting By. Ledhyane Ika Harlyan Tujuan Instruksional Khusus (Semoga) Mahasiswa dapat: 1. Menyebutkan macam-macam gillnet 2. Teknis tertangkapnya ikan dengan menggunakan gillnet 3.

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Pengumpulan Data

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Pengumpulan Data 17 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Juli 2009 bertempat di PPN Tanjungpandan, Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka Belitung (Lampiran 1). 3.2 Bahan

Lebih terperinci

Kesesuaian ukuran soma pajeko dan kapalnya di Labuan Uki Kabupaten Bolaang Mongondow

Kesesuaian ukuran soma pajeko dan kapalnya di Labuan Uki Kabupaten Bolaang Mongondow Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 1(3): 93-97, Juni 2013 ISSN 2337-4306 Kesesuaian ukuran soma pajeko dan kapalnya di Labuan Uki Kabupaten Bolaang Mongondow The suitability of purse seine and

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan SAMBUTAN Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayahnya serta kerja keras penyusun telah berhasil menyusun Materi Penyuluhan yang akan digunakan bagi

Lebih terperinci

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton Standar Nasional Indonesia Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

Soal :Stabilitas Benda Terapung

Soal :Stabilitas Benda Terapung TUGAS 3 Soal :Stabilitas Benda Terapung 1. Batu di udara mempunyai berat 500 N, sedang beratnya di dalam air adalah 300 N. Hitung volume dan rapat relatif batu itu. 2. Balok segi empat dengan ukuran 75

Lebih terperinci

Tingkah Laku Ikan Terhadap Alat Tangkap Statis. Oleh: Ririn Irnawati

Tingkah Laku Ikan Terhadap Alat Tangkap Statis. Oleh: Ririn Irnawati Tingkah Laku Ikan Terhadap Alat Tangkap Statis Oleh: Ririn Irnawati Sub Bahasan: a. TLI terhadap jaring insang b. TLI terhadap pancing c. TLI terhadap perangkap d. TLI terhadap set net Jaring Insang (Gillnet)

Lebih terperinci

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

Gambar 6 Peta lokasi penelitian. 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan dimulai dengan penyusunan proposal dan penelusuran literatur mengenai objek penelitian cantrang di Pulau Jawa dari

Lebih terperinci

Pengalaman Membuat dan Memasang Tanda Batas Di Taman Nasional Kepulauan Seribu

Pengalaman Membuat dan Memasang Tanda Batas Di Taman Nasional Kepulauan Seribu Pengalaman Membuat dan Memasang Tanda Batas Di Taman Nasional Kepulauan Seribu A. Pemilihan pelampung Ada beberapa bahan pelampung yang bisa dipilih, tapi alasan kami memilih drum plastik ukuran 200 liter

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. dibanding alat tangkap lainnya. Alat ini di Kalimantan Selatan oleh nelayan

1. PENDAHULUAN. dibanding alat tangkap lainnya. Alat ini di Kalimantan Selatan oleh nelayan 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha perikanan trnnznzel net mulai berkembang di Kalimantan Selatan sejak tahun 1983 dengan beroperasinya 234 unit dan pada tahun 1998 meningkat menjadi 1542 unit, merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Manfaat Modul C. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang  B. Manfaat Modul C. Tujuan Pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gill net Milenium adalah sejenis jaring insang ialah suatu alat penangkapan ikan yang berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pelampung, pemberat, tali

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 FLUIDA STATIS. K e l a s. A. Fluida

FIsika KTSP & K-13 FLUIDA STATIS. K e l a s. A. Fluida KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI FLUID STTIS Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi fluida statis.. Memahami sifat-sifat fluida

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian mengambil tempat di pulau Pramuka Kepulauan Seribu, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Propinsi DKI Jakarta (Peta Lokasi Lampiran

Lebih terperinci

Karamba jaring apung (KJA) kayu untuk pembesaran ikan kerapu di laut

Karamba jaring apung (KJA) kayu untuk pembesaran ikan kerapu di laut Standar Nasional Indonesia Karamba jaring apung (KJA) kayu untuk pembesaran ikan kerapu di laut ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah

Lebih terperinci

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R DOKUMEN ASaFN. Sebuah uang logam diukur ketebalannya dengan menggunakan jangka sorong dan hasilnya terlihat seperti pada gambar dibawah. Ketebalan uang tersebut adalah... A. 0,0 cm B. 0, cm C. 0, cm D.

Lebih terperinci

The Effect Of Shortening The Difference Catches Gill Net Fishing Gear By ABSTRACT

The Effect Of Shortening The Difference Catches Gill Net Fishing Gear By ABSTRACT The Effect Of Shortening The Difference Catches Gill Net Fishing Gear By 1) Nofri Yanto, 2) Irwandy Syofyan, 3) Arthur Brown ABSTRACT This study conducted in May 2015 in the Village Teluk Air, District

Lebih terperinci

B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis

B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis BAB II RESULTAN (JUMLAH) DAN URAIAN GAYA A. Pendahuluan Pada bab ini, anda akan mempelajari bagaimana kita bekerja dengan besaran vektor. Kita dapat menjumlah dua vektor atau lebih dengan beberapa cara,

Lebih terperinci

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy. SOAL HIDRO 1. Saluran drainase berbentuk empat persegi panjang dengan kemiringan dasar saluran 0,015, mempunyai kedalaman air 0,45 meter dan lebar dasar saluran 0,50 meter, koefisien kekasaran Manning

Lebih terperinci

Lampiran 1. Desain dan spesifikasi alat tangkap gillnet dan trammel net. Gillnet

Lampiran 1. Desain dan spesifikasi alat tangkap gillnet dan trammel net. Gillnet Lampiran 1. Desain dan spesifikasi alat tangkap gillnet dan trammel net Gillnet Keterangan: 1. Tali pelampung 2. Pelampung 3. Tali ris atas 4. Badan jarring 5. Tali ris bawah 6. Tali pemberat 7. Pemberat

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 24 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Tanah Bahan Timbunan 1. Berat Jenis Partikel Tanah (Gs) Pengujian Berat Jenis Partikel Tanah Gs (Spesific Gravity) dari tanah bahan timbunan hasilnya disajikan dalam

Lebih terperinci

RANCANGBANGUN PUKAT PANTAI DI PERAIRAN BAROMBONG KOTA MAKASSAR*) Najamuddin 1) dan Yahya 2)

RANCANGBANGUN PUKAT PANTAI DI PERAIRAN BAROMBONG KOTA MAKASSAR*) Najamuddin 1) dan Yahya 2) 1 RANCANGBANGUN PUKAT PANTAI DI PERAIRAN BAROMBONG KOTA MAKASSAR*) Najamuddin 1) dan Yahya 2) *) Disampaikan pada seminar nasional dalam Konferensi Nasional (KONAS) VII Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan

Lebih terperinci

KELOMPOK SASARAN. 1. Nelayan-nelayan yang telah mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam pengoperasian jaring trammel.

KELOMPOK SASARAN. 1. Nelayan-nelayan yang telah mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam pengoperasian jaring trammel. JARING TRAMMEL Trammel net (Jaring trammel) merupakan salah satu jenis alat tangkap ikan yang banyak digunakan oleh nelayan terutama sejak pukat harimau dilarang penggunaannya. Di kalangan nelayan, trammel

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis Ikan pelagis adalah ikan yang hidupnya di dekat permukaan laut. Salah satu sifat ikan pelagis yang paling penting bagi pemanfaatan usaha perikanan yang komersil

Lebih terperinci