PANCA SRADDHA Oleh : Ni Kadek Putri Noviasih, S.Sos.H Ada tiga kerangka dasar yang membentuk ajaran agama Hindu, ketiga kerangka tersebut sering juga disebut tiga aspek agama Hindu. Ketiga kerangka dasar itu antara lain : 1. Tattwa, yaitu pengetahuan tentang filsafat agama 2. Susila, yaitu pengetahuan tentang sopan santun, tata krama 3. Upacara, yaitu pengetahuan tentang yajna, upacara agama Di dalam ajaran Tattwa di dalamnya diajarkan tentang Sraddha atau kepercayaan. Sraddha dalam agama Hindu jumlahnya ada lima yang disebut Panca Sraddha. Berbicara tentang agama Hindu kita pasti tidak lepas dari Panca Sraddha bahkan Hindu diidentikkan dengan panca sraddha dimana orang yang ingin memeluk agama Hindu diwajibkan untuk menyakini lima konsep ajaran utama dalam Hindu yaitu panca sraddha. Untuk menciptakan kehidupan yang damai seseorang wajib memiliki sraddha yang mantap. Seseorang yang sraddhanya tidak mantap hidupnya menjadi ragu, canggung, dan tidak tenang. Cobalah perhatikan kegelisahan dan ketakutan seorang anak di arena sirkus. Anak kecil menjerit ketakutan ketika disuruh bersalaman dengan seekor harimau, walaupun di dampingi oleh seorang Pawang. Mengapa ketakutan itu bisa terjadi? Tidak lain karena anak kecil itu belum mempunyai kepercayaan penuh bahwa harimau itu akan jinak dan telah terlatih oleh pawangnya. Jadi kesimpulannya kepercayaan yang mantap dapat menciptakan ketenangan. Panca Sraddha artinya lima dasar keyakinan atau kepercayaan dalam Agama Hindu. Panca Sraddha terdiri dari : 1. Widhi Sraddha, artinya percaya akan adanya Sang Hyang Widhi (Tuhan/Brahman) 2. Atma Sraddha, artinya percaya akan adanya Atman 3. Karmaphala Sraddha, artinya percaya akan adanya hukum Karmaphala 4. Punarbhawa Sraddha, artinya percaya akan adanya kelahiran kembali (Punarbhawa/reinkarnasi) 5. Moksa Sraddha, artinya percaya akan adanya Moksa (penyatuan jiwa/kebahagiaan rohani) 1. Widhi Sraddha Tuhan adalah yang menakdirkan, maha kuasa, dan pencipta semua yang ada. Kita percaya bahwa beliau ada, meresap di semua tempat dan mengatasi semuanya Wyapi Wyapaka Nirwikara Di dalam kitab Brahman Sutra dinyatakan Jan Ma Dhyasya Yatah artinya Tuhan adalah asal mula dari semua yang ada di alam semesta ini. Dari pengertian tersebut bahwa 1
Tuhan adalah asal dari segala yang ada. Kata ini diartikan semua ciptaan, yaitu alam semesta beserta isinya berasal dan ada di dalam Hyang Widhi. Tidak ada sesuatu di luar diri Beliau. Penciptaan dan peleburan adalah kekuasaan Beliau. Agama Hindu mengajarkan bahwa Hyang Widhi Esa adanya tidak ada duanya. Hal ini dinyatakan dalam beberapa kitab Weda antara lain : 1. Dalam Chandogya Upanishad dinyatakan : Om tat Sat Ekam Ewa Adwityam Brahman artinya Hyang Widhi hanya satu tak ada duanya dan maha sempurna 2. Dalam mantram Tri Sandhya tersebut kata-kata : Eko Narayanad na Dwityo Sti Kscit artinya hanya satu Hyang Widhi dipanggil Narayana, sama sekali tidak ada duanya 3. Dalam Kitab Suci Reg Weda disebutkan Om Ekam Sat Wiprah Bahuda Wadanti artinya Hyang Widhi itu hanya satu, tetapi para arif bijaksana menyebut dengan berbagai nama 4. Dalam kekawin Sutasoma dinyatakan : Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa artinya berbeda-beda tetapi satu, tak ada Hyang Widhi yang kedua. Dengan pernyataan-pernyataan tersebut sangat jelas bahwa umat Hindu bukan menganut Politheisme, melainkan mengakui dan percaya adanya satu Tuhan. 2. Atma Sraddha Atma berasal dari Hyang Widhi yang memberikan hidup kepada semua mahluk. Atma atau Sang Hyang Atma disebut pula Sang Hyang Urip. Manusia, hewan dan tumbuhan adalah mahluk hidup yang terjadi dari dua unsur yaitu badan dan atma. Badan adalah kebendaan yang terbentuk dari lima unsur kasar yaitu Panca Maha Butha. Atma adalah yang menghidupkan mahluk itu sendiri, sering juga disebut badan halus. Atma yang menghidupkan badan manusia disebut Jiwatman. Badan dengan atma ini bagaikan hubungan Kusir dengan Kereta. Kusir adalah atma, dan kereta adalah badan. Indria yang ada pada badan kita tidak akan ada fungsinya apabila tidak ada atma. Misalnya, mata tidak dapat digunakan untuk pengelihatan jika tidak dijiwai oleh atma. Telinga tidak dapat digunakan untuk pendengaran jika tidak dijiwai oleh atma. Manusia tanpa Atman tidak mungkin hidup dan menjadi makluk seperti manusia seperti sekarang ini.hubungan antara Atma dengan badan adalah seperti kita memakai baju, kita adalah atma dan baju adalah badan kita. Apabila baju telah usang maka baju tersebut akan dicampakan tidak dipakai lagi, dan kita (Atma) akan mencari pengganti baju baru ini ini yang disebut dengan proses reinkarnasi. Seperti Kresna berkata kepada Arjuna, bahwa engkau adalah pemakai baju tetapi engkau bukan baju, engkau penghuni rumah tetapi engkau bukan rumah. Maka engkau harus menyamakan dirimu dengan atma dengan selalu mengingat atma, atma adalah Brahman dan Brahman adalah atma. 2
Atman yang menghidupi manusia itu dinamakan Jiwatman, sedangkan yang menghidupi binatang disebut Janggama dan jika menghidupi tumbuh-tumbuhan Sthawana. 3. Karma Phala Sraddha Setiap perbuatan yang kita lakukan di dunia ini baik atau buruk akan memberikan hasil. Tidak ada perbuatan sekecil apapun yang luput dari hasil atau pahala, langsung maupun tidak langsung pahala itu pasti akan datang. Kita percaya bahwa perbuatan yang baik atau Subha Karma membawa hasil yang menyenangkan atau baik. Sebaliknya perbuatan yang buruk atau Asubha karma akan membawa hasil yang duka atau tidak baik. Secara garis besar sifat-sifat Hukum Karmaphala itu dapat dijelaskan demikian: a. Hukum Karmaphala itu bersifat abadi, artinya ia ada semenjak terciptanya alam semesta ini dan akan berakhir pada saat pralaya atau kiamat. b. Hukum Karmaphala ini berlaku secara universal, artinya berlaku terhadap siapa saja dan dimanapun mereka berada tanpa kecuali. c. Hukum Karmaphala berlaku sepanjang masa, artinya berlaku sejak dunia ini tercipta sampai kiamat. d. Hukum Karmaphala bersifat sempurna, artinya tidak dapat di tawar dan diganggu gugat. e. Hukum Karmaphala berlaku tanpa kecuali, dan universal. Untuk menjawab pertanyaan demikian, perlu kita pahami bahwa Phala atau hasil dari sebuah Karma (perbuatan) tidaklah langsung diterima oleh seseorang. Di dalam ajaran Hindu Karma Phala dibagi menjadi tiga yaitu : (1) Sancita karma phala Adalah hasil dari perbuatan kita dalam kehidupan terdahulu yang belum habis dinikmati dan masih merupakan benih yang menentukan kehidupan kita sekarang. Bila karma kita pada kehidupan yang terdahulu baik, maka kehidupan kita sekarang akan baik pula. Sebaliknya bila perbuatan kita terdahulu buruk maka kehidupan kita yang sekarang inipun akan buruk. (2) Prarabda karma phala Adalah hasil dari perbuatan kita pada kehidupan sekarang ini tanpa ada sisanya, sewaktu masih hidup telah dapat memetik hasilnya, atas karma yang dibuat sekarang. Sekarang menanam kebijaksanaan dan kebajikan pada orang lain dan seketika itu atau beberapa waktu kemudian dalam hidupnya akan menerima pahala, berupa kebahagiaan. Sebaliknya sekarang berbuat dosa, maka dalm hidup ini dirasakan dan diterima hasilnya berupa penderitaan akibat dari dosa itu. Prarabda karma phala dapat diartikan sebagai karma phala cepat. 3
(3) Kriyamana karma phala Adalah pahala dari perbuatan yang tidak dapat dinikmati langsung pada kehidupan saat berbuat. Tetapi, akibat dari perbuatan pada kehidupan sekarang akan dan di terima pada kehidupan yang akan datang, setelah orangnya mengalami proses kematian serta pahalanya pada kelahiran berikutnya. Apabila karma pada kehidupan yang sekarang baik maka pahala pada kehidupan berikutnya adalah hidup bahagia, dan apabila karma pada kehidupan sekarang buruk maka pahala yang kelak diterima berupa kesengsaraan. Tegasnya cepat atau lambat, dalam kehidupan sekarang atau nanti, segala pahala dari perbuatan itu pasti diterima karena sudah merupakan hukum. Kita tidak dapat menghindari hasil perbuatan kita itu baik atau buruk. Maka kita selaku manusia yang dilengkapi dengan bekal kemampuan berpikir, patutlah sadar bahwa penderitaan dapat diatasi dengan memilih perbuatan baik. Manusia dapat berbuat atau menolong dirinya dari keadaan sengsara dengan jalan berbuat baik, demikianlah keuntungannya dapat menjelma menjadi manusia 4. Punarbhawa Sraddha Samsara disebut juga Punarbhawa yang artinya lahir kembali ke dunia secara berulangulang. Kelahiran kembali ini terjadi karena adanya atma masih diliputi oleh keinginan dan kemauan yang berhubungan dengan keduniawian. Reinkarnasi sama artinya dengan Punarbawa atau Samsara. Punarbawa berasal dari bahasa sansekerta dari kata Punar yang artinya kembali dan Bawa yang artinya lahir. Kalau ada kelahiran berulang ulang berarti ada kematian yang berulang ulang atau hidup yang berulang ulang. Memang kedengarannya aneh tetapi nyata, kelahiran dapat terjadi berulang ulang beberapa kali tanpa batas. Selanjutnya keyakinan adanya Punarbhawa ini akan menimbulkan tindakan-tindakan yang mulia, seperti pelaksanaan Yadnya dan Dana Punya, karena perbuatan ini membawa kebahagiaan setelah meninggal. Kita juga selalu berusaha menghindari semua perbuatan buruk karena jika tidak, akan membawa ke alam neraka atau menglami kehidupan yang lebih buruk lagi. Kehidupan itu abadi dalam hal ini kehidupan Atman. Badan material yang selalu berganti, badan material ini bersifat sementara, namun sang diri sebenarnya adalah sang roh, yang bersifat kekal. Sang roh terus menerus berpindah dari satu badan ke badan lainnya sesuai dengan kesadaran dan perbuatannya (Karma Bandana) masing-masing. Di dalam Bhagawad Gita Krisna mengatakan : Wahai Arjuna, Kamu dan Aku telah lahir berulang ulang sebelum ini, hanya aku yang tahu sedangkan kamu tidak, kelahiran sudah tentu akan diikuti oleh kematian dan kematian akan diikuti oleh kelahiran. Melalui Atman sebagai percikan Brahman, makluk dapat menikmati kehidupan. Karena adanya Atman maka ada kehidupan didunia ini dan Atman dalam proses menghidupkan akan 4
berpindah pindah dan berulang ulang dengan menggunakan badan yang berbeda beda melalui Reinkarnasi (punarbawa/samsara) yaitu penjelmaan kembali sebagai makluk hidup. Karma Phala atau hasil perbuatan seseorang entah baik ataupun buruk, sangat menentukan apakah atmanya akan kembali ke dunia (reinkarnasi) atau tidak. Jika selama hidupnya seseorang melakukan perbuatan baik, maka bisa saja ia mencapai kehidupan yang lebih baik pula nantinya. Demikian juga sebaliknya, jika buruk perbuatannya selama di dunia maka kehidupan berikutnya bisa jadi lebih menderita atau bahkan mendapatkan kehidupan yang lebih rendah misalnya menjadi binatang/tumbuhan. Demikian juga cacat fisik, tanda lahir yang terjadi sangat berhubungan kehidupan masa lalunya. Demikian juga kelainankelainan keperibadian sebagai contoh, seseorang sangat takut dengan air sungai, ternyata pada kehidupan masa lalunya orang tersebut meninggal karena tenggelam. Demikian juga dengan penyakit-penyakit yang diderita saat ini tidak lepas dari karma pada kehidupan yang lalu. Dalam Garuda Purana dan Padma Purana memberikan penjelasan yang sangat rinci tentang hal tersebut seperti, seorang penderita epilepsi dikatakan pada pada kehidupan yang lalu ia adalah seorang yang perkasa, kuat, tetapi kekuatannya tersebut digunakan untuk mencederai orang lain sehingga ia diberikan badan epilepsi. Demikian juga dengan penyakit kusta, penyakit paru-paru, dan sebagainya diungkapkan dengan jelas dalam purana tersebut. Walaupun secara ilmu kedokteran modern telah menemukan patogenesis penyakit sampai pada biomolekuler, ketahui terjadi mutasi pada kromosom tertentu sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik atau terjadinya penyakit. Telah dibuatkan peta kelainan kromosom tersebut secara rinci, namun pertanyaan yang mendasar yang tidak akan pernah dijawab adalah ; siapakah yang melakukan mutasi tersebut, kenapa hanya pada orang-orang tertentu saja terjadi mutasi tersebut? 5. Moksa Sraddha Moksa berarti kebebasan, yaitu bebas dari pengaruh ikatan duniawi, bebas dari Karma Phala, bebas dari Samsara, dan lenyap dalam kebahagiaan yang tiada tara. Karena telah lenyap dan tidak mengalami lagi hukum karma, samsara, maka alam Moksa itu telah bebas dari urusan-urusan kehidupan duniawi, tidak mengalami kelahiran lagi ditandai oleh kebaktian yang suci dan berada pada alam Parama Siwa. Alam moksa sesungguhnya bisa juga dicapai semasa masih kita hidup di dunia ini, keadaan bebas di alam kehidupan ini disebut Jiwan Mukti atau moksa semasa masih hidup. Moksa sering juga diartikan berstunya kembali atma dengan Parama Atma di alam Parama Siwa. Dialam ini tiada kesengsaraan, yang ada hanya kebahagiaan yang sulit dirasakan dalam kehidupan di dunia ini (Sukha tan pawali Duhka). Moksa merupakan tujuan 5
akhir yang harus diraih oleh setiap orang menurut ajaran agama Hindu. Tujuan tersebut dinyatakan dengan kalimat Moksharatam Jagadhita ya ca iti Dharma. Mosha adalah Kebebasan Paripurna, Keselamatan atau Pembebasan- adalah tujuan terakhir dari empat pilar yang menyangga struktur kehidupan kita. Tiga pliar lainnya adalah, Dharma atau Kebajikan, Artha atau Kekayaan dan Kama atau Keinginan. Lazimnya, moksha diartikan sebagai "kebebasan dari siklus kehidupan dan kelahiran." Berdasarkan beberapa uraian yang terdapat dari beberapa kitab Upanisad seperti Chandogya Upanisad, Muktika Upanisad, dan lain-lain maka dapat dirumuskan bahwa moksha adalah suatu kondisi sebagai berikut: 1. Moksha bukan seperti keberadaan di surga, karena pada saat moksha roh tidak lagi menikmati apapun yang sifatnya indriawi. Surga adalah suatu keadaan dimana jiwa masih menikmati kebahagiaan dan kenikmatan yang bersifat indria sedangkan moksha berada di atas itu. 2. Moksha adalah suatu keadaan dimana jiwa telah berhasil menaklukan keinginan, waktu, kelahiran dan kematian serta hukum karma. 3. Moksha adalah suatu keadaan dimana jiwa telah berhasil menaklukan semua bentuk ikatan yang bersifat indria dan tidak lagi menginginkan hal tersebut. 4. Moksha merupakan suatu bentuk dari pencapaian inti kebahagiaan. 5. Moksha adalah bentuk dari kebahagiaan non indria yang tiada bandingnya dan jauh lebih tinggi dari kebahagiaan di dunia ataupun disurga. 6. Moksha merupakan suatu keadaan dimana jiwa telah mengalami kesamaan essensi dengan sumbernya. 7. Moskha adalah suatu tingkatan yang mana jiwa telah mencapi suatu jnana yang tertinggi. Moksa sebagai tujuan akhir dapat dicapai melalui empat jalan yang disebut Catur Marga yang terdiri dari : 1. Bhakti Marga (jalan Bhakti) 2. Karma Marga (jalan Perbuatan) 3. Jnana Marga (Jalan Ilmu Pengetahuan) 4. Raja Marga (Jalan Yoga) 6