BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep pengambilan keputusan konsumen merupakan rangkaian proses yang tidak statis. Dinamika proses pengambilan keputusan konsumen ini banyak ditentukan oleh motivasi konsumen. Manusia memiliki kemauan dan kecerdasan karena itu akan selalu ada motivasi dalam setiap perilakunya sehingga bagaimana bentuk-bentuk motivasi tersebut mempengaruhi keputusan pembeliannya menarik untuk diselidiki. Proses keputusan pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor budaya (peran budaya, sub budaya, dan kelas sosial pembeli), sosial (kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status), pribadi (usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli) dan psikologis (motivasi, persepsi, pengetahuan, serta keyakinan dan pendirian. Psikologi konsumen seperti persepsi terhadap kualitas produk, persepsi pada kualitas layanan, persepsi pada harga terbukti mempengaruhi keputusan pembelian hingga kesetiaan konsumen (Teddy, 2006). Keputusan pembelian konsumen merupakan hasil dari dorongan kebutuhannya atau motivasi. Motivasi memiliki banyak bentuk, dan telah pula terbukti mempengaruhi keputusan pembelian konsumen dan bagaimana mereka memilih cara untuk memenuhi kebutuhan mereka (Teddy, 2006). Dunia bisnis saat ini tumbuh dan berkembang sangat pesat, demikian halnya dengan pemasaran juga tumbuh dan berkembang seiring dengan berkembangnya zaman.
Perusahaan (organisasi) membuat produk dan jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Pemasaran bertugas memperkenalkan produk atau jasa tersebut kepada konsumen, agar konsumen bisa memenuhi kebutuhannya pada waktu dan tempat yang sesuai. Pada umumnya kebutuhan manusia tidak ada batasnya. Semakin ketatnya persaingan dalam dunia usaha jasa pada saat ini, maka pengelola salon kecantikan dituntut tidak sekedar memenuhi kebutuhan konsumen saja, dimana masyarakat menginginkan mutu dari layanan suatu salon kecantikan. Tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan konsumen saja, tetapi bagaimana agar konsumen tersebut mendapatkan apa yang mereka inginkan dan butuhkan sehingga nantinya mereka akan merasa puas. Salah satunya adalah melalui kualitas layanan yang diberikan, dimana kualitas layanan yang baik merupakan salah satu strategi yang penting bagi badan usaha jasa untuk memuaskan konsumennya. Kepuasan konsumen inilah yang mendorong intensitas kunjungan lebih kuat. Bisnis salon kecantikan harus mempunyai kemampuan untuk menghadapi lingkungan yang serba dinamis dengan lebih berorientasi kepada konsumen dimana selera konsumen seperti model rambut mudah berubah dari waktu ke waktu. Salon kecantikan yang baik harus memperhatikan layanan yang diberikan kepada konsumen yang sesuai sebagai target pasarnya, serta fasilitas tambahan lainnya yang menunjang dan memberikan persepsi yang baik bagi konsumen. Mengingat banyaknya salon kecantikan di Medan menyebabkan terjadinya persaingan ketat antar badan usaha, dimana mereka tidak dapat bersaing dengan memberikan kepada konsumen sesuai dengan kebutuhan konsumen saja.
Persaingan antar salon sebagian besar terletak pada kualitas layanan yang diberikan kepada konsumen, yang berarti kemampuan salon tersebut untuk memberikan layanan yang sebaik-baiknya kepada konsumen. Selain itu bagi pengusaha yang bergerak di bidang salon kecantikan terutama yang sudah maju biasanya memberikan pelajaran atau berupa kursus kecantikan, panggilan make up pengantin juga disertai dengan penjualan alat-alat atau obat kecantikan (Anonim, 2003). Konsumen pengguna jasa salon kecantikan akan menentukan pilihan terbaiknya, terhadap jasa itu sendiri maupun tempat di mana jasa tersebut disediakan. Layanan yang diberikan kepada konsumen terhadap akan menunjukkan kecenderungan konsumen untuk melakukan kunjungan ulang. Loyalitas ini terbentuk karena adanya kepuasan yang dirasakan oleh konsumen. Kepuasan tersebut tercipta karena beberapa alasan diantaranya karena kualitas pelayanan yang baik dan lokasi mudah dijangkau. Kualitas layanan merupakan hal mutlak yang harus dimiliki bagi perusahaan salon kecantikan, tanpa kualitas pelayanan atau service dari perusahaan maka salon kecantikan tidak akan berarti apa-apa dan tidak berkesan bagi konsumen, karena konsumen merasa belum puas dengan layanan yang ada. Mode atau tren selalu menjadi hal yang menarik karena terus berubah dan berkembang secara dinamis dari waktu ke waktu. Hal ini membuat bisnis di industri salon kecantikan menjadi bisnis yang menarik, sehingga membuat bisnis ini tidak pernah sepi, baik dari segi konsumen maupun penyedia jasanya. Untuk dapat terus bertahan dalam bisnis ini, maka penyedia jasa harus meningkatkan kualitas layanannya agar pelanggannya merasa puas dan terus menjadi pelanggan salon tersebut serta tidak pindah ke salon pesaing.
Namun, The Queen s Beauty Centre Medan memiliki kendala dalam memuaskan konsumen terkait dengan kualitas layanan seperti reliability (kinerja yang menurun, pelayanan yang buruk), responsiveness (tidak professional dalam bekerja), assurance (citra perusahaan yang negatif, persaingan bisnis yang tidak sehat), empathy (tidak mengerti keinginan konsumen) dan tangibles (bukti fisik/langsung yang disebabkan oleh fasilitas yang tidak memadai, lingkungan fisik tidak mendukung). Masalah tersebut tentunya akan menimbulkan keluhan dari konsumen sehingga berpengaruh terhadap pengambilan keputusan konsumen yang berkunjung pada The Queen s Beauty Centre Medan. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, guna dapat meneliti lebih dalam berdasarkan sudut pandang kualitas layanan terhadap pengambilan keputusan konsumen pada The Queen s Beauty Centre Medan, maka penulis tertarik untuk mengajukan skripsi dengan judul Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Pengambilan Keputusan Konsumen pada The Queen s Beauty Centre Medan. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengidentifikasikan beberapa masalah yang akan diteliti dan dibahas sebagai berikut : Apakah kualitas layanan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan konsumen pada The Queen s Beauty Centre Medan.
C. Kerangka Konseptual Menurut Yahya, (2005:12) mempersepsikan kualitas layanan sebagai nihil cacat, kesempurnaan dan kesesuaian terhadap persyaratan. Kualitas layanan sebagai kesesuaian terhadap spesifikasi, jika dilihat dari sudut pandang produsen. Menurut Kotler (2001:56) secara obyektif kualitas layanan ada 5 (lima) dimensi yaitu reliability (kehandalan), responsiveness (daya tanggap), assurance (jaminan), empathy (empati) dan tangibles (bukti fisik/langsung). Kualitas pelayanan yang dijabarkan kedalam 5 (lima) dimensi kualitas layanan harus bisa dipahami oleh perusahaan dan diupayakan untuk bisa diwujudkan. Tentunya hal ini merupakan tugas berat bagi perusahaan, sehingga dalam kenyataannya sering muncul keluhan yang dilontarkan konsumen dapat mengambil keputusan terhadap layanan yang diterima tidak sesuai dengan layanan yang mereka harapkan. Sebagai alur pikir berikut kerangka konseptual dalam penelitian sebagai berikut : Kualitas Layanan (X) : Reliability (X 1 ) Responsiveness (X 2 ) Assurance (X 3 ) Empathy (X 4 ) Tangible (X 5 ) Pengambilan Keputusan Konsumen (Y) Sumber : Kotler (2001) (Diolah) 2010 Gambar 1.1 Kerangka Konseptual D. Hipotesis Kualitas layanan berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan konsumen pada The Queen s Beauty Centre Medan.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Mengetahui pengaruh kualitas layanan terhadap pengambilan keputusan konsumen pada The Queen s Beauty Centre Medan. 2. Manfaat Penelitian a. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak manajemen The Queen s Beauty Centre Medan yang berupa informasi empirik yang dapat digunakan sebagai bahan evaluasi terhadap upaya-upaya yang telah ditempuh perusahaan dalam merancang, strategi dan mengimplementasikan program-program perbaikan kepuasan konsumen untuk mendorong dan memperkuat kualitas layanan. b. Bagi Penulis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesempatan untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang pemasaran khususnya tentang kualitas layanan, citra, kepuasan konsumen, dan pengambilan kuputusan konsumen. c. Bagi Pihak Lain Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran dan informasi yang dapat dijadikan sebagai perbandingan bagi peneliti lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasiona Untuk menghindari kesimpangsiuran dalam pembahasan penelitian, maka luas penelitian dibatasi sebagai berikut : a. Variabel bebas (X) : Reliability (X 1 ), Responsiveness (X 2 ), Assurance (X 3 ), Empathy (X 4 ) dan Tangible (X 5 ) b. Variabel tidak bebas (Y) : Pengambilan Keputusan Konsumen 2. Defenisi Operasional Variabel Variabel independen dan dependen dalam penelitian ini meliputi : 1. Reliability, yaitu kemampuan untuk memberikan jasa yang dijanjikan yang dapat dipercayai secara akurat. 2. Responsiveness, yaitu kemauan untuk membantu konsumen dan menyediakan jasa yang cepat dan tepat kepada konsumen. 3. Assurance, yaitu kemampuan dan pengetahuan karyawan dalam membangun kepercayaan dan keyakinan konsumen terhadap jasa yang akan diberikan. 4. Empathy, yaitu keperdulian dan perhatian individu yang diberikan oleh karyawan kepada konsumen. 5. Tangibles, yaitu penampilan dan fasilitas fisik dari peralatan yang tersedia dalam melayani konsumen dengan baik. 6. Pengambilan keputusan konsumen adalah pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang dapat membuat keputusan, haruslah tersedia beberapa alternatif pilihan.
Tabel 1.1 Operasional Variabel Variabel Defenisi Operasional Indikator Skala Pengukuran Reliability (X 1 ) Kemampuan perusahaan untuk 1. Kualitas layanan yang memberikan jasa dan baik melaksanakannya sesuai dengan 2. Produk sesuai keinginan apa yang telah dijanjikan secara 3. Kompetensi karyawan tepat waktu Likert Responsiveness (X 2 ) Daya tanggap atau respon yang 4. Kesigapan melayani dapat menumbuhkan persepsi 5. Penanganan keluhan yang positif terhadap kualitas jasa konsumen yang diberikan 6. Transaksi yang cepat Likert Assurance (X 3 Jaminan merupakan pengetahuan 7. Melayani/ Melindungi dan perilaku employee untuk konsumen membangun kepercayaan dan 8. Percaya terhadap layanan keyakinan pada diri konsumen9. Reputasi/citra perusahaan dalam mengkonsumsi jasa yang10. Produk dari bahan aman ditawarkan Likert Empathy (X 4 ) Kemampuan perusahaan yang dilakukan langsung oleh karyawan untuk memberikan perhatian kepada konsumen secara individu, termasuk juga kepekaan akan kebutuhan konsumen. 11. Mampu mengatasi permasalahan 12. Perhatian khusus pada konsumen 13. Memahami keinginan konsumen Likert Tangible (X 5 ) Dimensi bukti fisik atau tangible14. Peralatan kerja muncul karena konsumen 15. Kenyamanan ruangan dihadapkan pada janji-janji yang16. Kerapian karyawan ditawarkan dari penyedia jasa 17. Fisik bangunan 18. Tata ruang Likert Pengambilan Mengidentifikasikan semua 19. Keputusan konsumen Keputusan pilihan yang mungkin untuk terhadap suatu kebutuhan Konsumen memecahkan persoalan itu dan20. Jasa yang disediakan (Y) menilai pilihan-pilihan secara 21. Menganalisa keinginan sistematis dan obyektif serta sasaran-sasarannya yang menentukan keuntungan serta kerugiannya masing-masing Sumber : Kotler (2001), Tjiptono (2001) (Diolah), 2010 Likert
3. Pengukuran Variabel Skala pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert yaitu skala yang berasal dari pernyataan kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan, dan digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial yang telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti dan disebut sebagai variabel penelitian (Sugiyono, 2006:86). Skala Likert disusun dalam tabel isian dengan 5 (lima) pilihan jawaban. Adapun bobot nilai yang diberikan untuk setiap jawaban adalah sebagai berikut : Tabel 1.2 Instrument Skala Likert No Pertanyaan Skor 1 Sangat Setuju (SS) Skor 5 2 Setuju ( S ) Skor 4 3 Kurang Setuju (KS) Skor 3 4 Tidak Setuju (TS) Skor 2 5 Sangat Tidak Setuju (STS) Skor 1 Sumber : Sugiyono (2006:86) 4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada The Queen s Beauty Centre Medan, yang berlokasi di Jln. Bambu II No. 22A Medan. Penelitian ini direncanakan pada bulan November 2009 sampai dengan Februari 2010.
5. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi adalah keseluruhan dari sekumpulan elemen atau objek dan subjek yang memiliki sejumlah karakteristik umum yang diminati oleh peneliti untuk dipelajari, diteliti dan kemudian ditarik kesimpulan. (Sugiyono, 2006:99). Maka, yang menjadi populasi adalah seluruh konsumen yang berkunjung pada The Queen s Beauty Centre Medan. b. Sampel Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap dapat menggambarkan populasinya (Tresnati, 2007:64). Penulis menggunakan metode Sampling Aksidental pada penarikan sampel yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan dan siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel (Tresnati, 2007:64). Populasi dalam penelitian ini bersifat infinite (tidak terbatas), maka penentuan jumlah minimum sampel yang mewakili populasi sebagai berikut: ( Z. α).( p. q) n = 2 d Dimana : n p = Jumlah sampel = Estimator proporsi populasi q = 1-p Z,α d = Harga standar normal = Penyimpangan yang ditolerir
Sehingga jumlah sample menjadi: (1.96).(0,5).(0,5) n = 2 (0,1) n = 96,04 Maka sampel dalam penelitian ini adalah 96,04 responden atau dapat dibulatkan menjadi 96 orang responden. 6. Jenis dan Sumber Data Supranto (2000:10), dilihat dari cara memperolehnya, data yang digunakan dalam penelitian ini berupa : a. Data primer merupakan data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber utama untuk kemudian diolah dan dianalisis berupa hasil pengisian kuesioner yang berisikan pertanyaan tentang variabel yang diteliti. b. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari perusahaan sebagai tambahan dan data pelengkap dari data primer, antara lain seperti sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi, dan keterangan lain yang diperlukan penulis berhubungan dengan penelitian ini. 7. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut : a. Angket/kuesioner Teknik ini dilakukan dengan cara memberikan daftar pertanyaan kepada responden untuk dijawab, kemudian dari jawaban setiap pertanyaan tersebut ditentukan skornya dengan menggunakan skala likert.
b. Studi dokumentasi Studi dokumentasi yaitu memperoleh data dengan cara meninjau, membaca dan mempelajari dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. 8. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas a. Uji Validitas Uji validitas dilakukan untuk mengukur data yang telah didapat setelah penelitian dimana merupakan data valid dengan menggunakan kuesioner sebagai tolak ukur. Uji validitas dilakukan terlebih dahulu dengan memberikan kuesioner kepada 30 orang responden yang diambil dari luar sampel yaitu pada Jhonny Andrean Medan Plaza. Pengujian validitas instrumen menggunakan program SPSS 12.00 for windows, dengan kriteria sebagai berikut : Jika r hitung > r tabel, maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid. Jika r hitung < r tabel, maka pertanyaan tersebut dinyatakan tidak valid. Jika ada butir pertanyaan yang tidak valid maka dihilangkan, kemudian dilakukan pengujian ulang sampai akhirnya semua pertanyaan dinyatakan valid. b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas merupakan tingkat keandalan suatu instrument penelitian. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang apabila digunakan berulang kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Pengujian dilakukan dengan program SPSS 12.00 for windows. Butir pertanyaan yang sudah dinyatakan valid dalam uji validitas akan ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut :
Jika r alpha > r tabel, maka pertanyaan reliabel. Jika r alpha < r tabel, maka pertanyaan tidak reliabel. 9. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dilakukan sebelum melakukan analisis regresi, agar didapat perkiraan yang tidak biasa dan efisiensi maka dilakukan pengujian asumsi klasik yang harus dipenuhi, yaitu: a. Uji Normalitas Uji normalitas adalah untuk mengetahui distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan kolmogrov smimov. Dengan menggunakan tingkat signifikan 5% maka nilai Asymp.sig. (2-tailed) diatas nilai signifikan 5% artinya variabel residual berdistribusi normal. (Tresnati, 2007:64). b. Uji Multikolineritas Artinya variabel independen yang satu dengan yang lain dalam model regresi berganda tidak saling berhubungan secara sempurna. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) melalui program SPSS. Tolerance mengukur variabilitas variabel terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai umum yang biasa dipakai adalah nilai Tolerance > 1 atau nilai VIF < 5, maka tidak terjadi multikolinearitas. (Tresnati, 2007:64). c. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas varians variabel independen adalah konstanta untuk setiap nilai tertentu variabel independen (homokedastisitas). Model regresi yang baik adalah tidak terjalin heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas diuji dengan menggunakan uji Gletser dengan pengambilan keputusan jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel independen, maka ada indikasi terjadinya heteroskedastisitas. Jika probabilitas
signifikannya diatas tingkat kepercayaan 5% dapat disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas menguji terjadinya perbedaan varians residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan lainnya. 10. Metode Analisis Data a. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif, merupakan suatu cara menganalisis dimana data yang sudah dikumpulkan, dikelompokkan, dianalisis dan diinterpretasikan sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang pengaruh kualitas layanan terhadap pengambilan keputusan konsumen pada The Queen s Beauty Centre Medan. b. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi liniear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (X) yang lebih dari 2 (dua) variabel terhadap variabel terikat (Y). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS 12.00 for windows. Analisis regresi berganda menggunakan persamaan, sebagai berikut: Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + b 5 X 5 + e Dimana: Y a b 1 b 5 X 1 X 2 X 3 = Pengambilan Keputusan Konsumen = Nilai intercept = Koefisien Regresi yang akan dihitung = Reliability = Responsiveness = Assurance
X 4 X 5 e = Empathy = Tangible = Standart error Suatu perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada di dalam daerah kritis (daerah apabila nilai uji statistiknya berada di dalam daerah kritis (dimana H 0 ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan bila uji nilai statistiknya berada dalam daerah dimana H 0 diterima. Dalam analisis regresi ada 3 (tiga) jenis kriteria ketepatan yaitu: 1. Uji-F Uji-F digunakan untuk menguji apakah setiap variabel bebas (X) mempunyai pengaruh yang positif dan sifnifikan terhadap variabel terikat (Y) secara serentak. Jika F hitung > F tabel, maka H 0 ditolak dan H a diterima. Jika F hitung < F tabel, maka H 0 diterima dan H a ditolak Kriteria Pengujian sebagai berikut: H 0 : b1, b2, b3, b4, b5 = 0, Artinya tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan secara bersama-sama dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat. H 1 : b1, b2, b3, b4, b5 0, Artinya terdapat pengaruh positif dan signifikan secara bersama-sama dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Kriteria Pengambilan Keputusan: H 0 diterima apabila F hitung < F tabel pada α = 5% H 1 diterima apabila F hitung > F tabel pada α = 5%. F tabel dapat dilihat dengan Tabel F kemudian dibandingkan apakah F hitung > atau < dari F hitung. Sehingga dapat diperoleh keputusan apakah seluruh variabel bebas (X) secara serempak signifikan terhadap variabel terikat (Y).
Rumus F hitung = mean sguare regression mean square residual. 2. Uji t Uji-t digunakan untuk menguji setiap variabel bebas (X) apakah mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel terikat (Y) secara parsial. Jika t hitung < t tabel, maka H 0 diterima atau H a ditolak Jika t hitung > t tabel, maka H 0 ditolak dan H a diterima. Kriteria Pengujian sebagai berikut: H 0 : b1, b2, b3, b4, b5 = 0, Artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat. H 0 : b1, b2, b3, b4, b5 0, Artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Kriteria Pengambilan Keputusan sebagai berikut : H 0 diterima apabila t hitung < t tabel pada α = 5% H 1 diterima apabila t hitung > t tabel pada α = 5% 3. Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) Koefisien Determinasi (R 2 ) merupakan ukuran untuk mengetahui kesesuaian atau ketepatan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dalam suatu persama regresi dapat dilihat dari koefisien determinasi (R 2 ) dimana 0<R 2 <1. Hal ini menunjukkan jika nilai R 2 semakin dekat dengan 1 maka pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) semakin kuat. Sebaliknya jika R 2 semakin mendekati 0 maka pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) semakin lemah.