Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

Lampiran 1. Hasil identifikasi daun ekor naga (Rhaphidopora pinnata (L.f.) Schott.)

Lampiran 1. Hasil identifikasi dari jenis rumput laut Kappaphycus alvarezii (Doty)

Lampiran 2. Tumbuhan dan daun ketepeng. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Kecipir

Lampiran 1.Identifikasi tumbuhan

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Jengkol

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.)

Lampiran 1. Identifikasi Tumbuhan

Lampiran 1. Hasil Identifikasi hewan Teripang. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

Lampiran 2. Morfologi Tanaman Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth)

Lampiran I. Hasil Identifikasi/Determinasi Tumbuhan. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Hasil identifikasi tanaman jambu bol (Syzygiun malaccense L. Merr & Perry)

Lampiran 1. Hasil identifikasi bunga lawang

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan rimpang lengkuas merah

Lampiran 1. Tanaman sirih dan daun sirih. Tanaman sirih. Daun sirih segar. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Identifikasi Tumbuhan

Lampiran 1. Hasil identifikasi teripang Holothuria atra Jaeger

Lampiran 1. Hasil identifikasi rumput laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

Lampiran 1. Hasil Persetujuan Etik Penelitian

Lampiran 1. Surat keterangan sampel

Lampiran 1. Hasil identifikasi sponge

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat

Lampiran 1. Lampiran Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Hasil Persetujuan Etik Penelitian

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

BAB III METODE PENELITIAN. Identifikasi tumbuhan dan karakterisasi simplisia dilakukan sebelum pembuatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

Lampiran 1.Surat Hasil Identifikasi Daun Bangun-bangun

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, namun demikian pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Surat Ethical clearance

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

LAMPIRAN 1. Standar zona hambat antibiotik menurut CLSI

BAB III METODE PENELITIAN. pembuatan simplisia, karakterisasi simplisia, skrining fitokimia, pembuatan

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

Koloni bakteri endofit

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Pertanian Universitas Sultan Syarif Kasim Riau.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian terapan dengan menggunakan

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. MIPA dan Laboratorium Universitas Setia Budi Surakarta. B.

LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode ekperimental meliputi penyiapan alat,

SKRINING FITOKIMIA DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK n-heksana DAN ETILASETAT SERTA ETANOL ALGA MERAH (Galaxaura oblongata)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

BAB III METODE PENELITIAN. D. Alat dan bahan Daftar alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 2.

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan daun bangun-bangun (Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng)

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

BAB III METODOLOGI. Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji

SKEMA ALUR PIKIR. Kulit Buah Manggis

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Erlenmeyer 250 ml. Cawan Petri - Jarum Ose - Kertas Saring Whatmann No.14 - Pipet Tetes - Spektrofotometer UV-Vis

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN BUNGUR (LANGERSTROEMIA SPECIOSA (L.) PERS)

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan

III. METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Persiapan Media Bakteri dan Jamur. diaduk hingga larut dan homogen dengan menggunakan batang pengaduk,

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium, mengenai uji potensi antibakteri ekstrak etilasetat dan n-heksan

Lampiran 1. Skema Alur Pikir

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Juni 2014 di Laboraturium

Lampiran 1. Hasil identifikasi daun poguntano (Picria fel-terrae Lour.)

Lampiran 1. Tumbuhan dandang gendis dan simplisia

DAFTAR ISI II METODOLOGI PENELITIAN III Alat dan bahan Alat Bahan Bakteri uji... 36

LAMPIRAN A SKEMA KERJA PEMBUATAN SUSPENSI BAKTERI

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN II. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat Penelitian 3.3 Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. adalah dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 95%. Ekstrak yang

BAB III BAHAN DAN METODA

BAB III METODE PENELITIAN A.

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Tahapan Penelitian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Oktober Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan rimbang

Transkripsi:

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

Lampiran 2.Tumbuhan kurma ina (Ziziphus jujuba Mill.) Gambar 1.2. Tumbuhan kurma ina (Ziziphus jujuba Mill.) yang diakses dari internet pada tangal 7 juli 2012

Lampiran 3. uah kurma ina (Ziziphus jujuba Mill.) yang dibeli dipasaran Gambar 1.3. uah kurma ina yang dibeli dipasaran

Lampiran 4. Simplisia buah kurma ina (Ziziphus jujuba Mill.) Gambar 1.4. Simplisia buah kurma ina

Lampiran 5. Mikroskopik serbuk buah kurma ina (Ziziphus jujuba Mill.) 1 2 3 Gambar 1.5. Mikroskopik serbuk buah kurma ina (Ziziphus jujuba Mill.) 1. Sel rambut yang kolaps 2. Par enkim berisi Kristal kalsium oksalat bentuk jarum 3. Sel rambut biasa

Lampiran 6. agan pembuatan serbuk simplisia dan ekstrak buah kurma ina (Ziziphus jujuba Mill.). agan pembuatan serbuk simplisia buah kurma ina uah kurma ina 2,3 Kg Dibersihkan dari pengotor Dicuci hingga bersih Ditiriskan hingga tidak ada lagi air Ditimbang sebagai berat basah Dikeringkan di lemari pengering Simplisia 1,2 Kg Serbuk simplisia Dihaluskan Dilakukan pemeriksaan karakteristik simplisia makroskopik mikroskopik Kadar abu total Kadar abu tidak larut dalam asam Kadar sari larut air Kadar sari larut etanol Kadar air

Lampiran 6. (Lanjutan). agan pembuatan ekstrak buah kurma ina dengan cara perkolasi menggunakan pelarut etanol 70% Serbuk Simplisia 400 g Direndam dalam bejana tertutup dengan etanol 70% selama 3 jam Hasil rendaman akan menetes secukupnya Dipindahkan ke dalam percolator Dituangi etanol 70% secukupnya Didiamkan selama 24 jam, selanjutnya cairan Ditambahkan cairan penyari berulang-ulang mpas Ekstrak cair evaporator Dipekatkan dengan rotary dan dikering bekukan dengan freeze dryer Ekstrak kental Etanol 70%

Lampiran 6. (Lanjutan). agan pembuatan ekstrak kurma ina dengan cara perkolasi bertahap Serbuk Simplisia 360 g Diperkolasi dengan n-heksana Ekstrak n-heksana (perkolat) Ekstrak n-heksana kental Dipekatkan dengan rotary evaporatory Dikering bekukan dengan freeze dryer Fraksi kloroform (perkolat) mpas dari n- heksana Dikeringkan dengan cara diangin-anginkan Diperkolasi dengan kloroform mpas dari kloroform Dikeringkan dengan cara diangin- Diperkolasi dengan etilasetat anginkan fraksi kloroform kental Dipekatkan dengan rotary Evaporatory Dikering bekukan dengan freeze dryer fraksi etilasetat (perkolat) mpas dari etilasetat Dikeringkan dengan cara di Diperkolasi angin-anginkan Dipekatkan dengan rotary evaporatory Dikering bekukan dengan freeze dryer

dengan metanol fraksi etilasetat kental fraksi metanol (perkolat) mpas dari metanol dengan Dipekatkan dengan rotary evaporatory Dikering bekukan freeze dryer fraksi metanol kental Lampiran 7. agan pengujian aktivitas antimikroba pada bakteri iakan murni bakteri Stok kultur bakteri Diambil dengan jarum ose steril Ditanam pada media N miring Diinkubasi pada suhu 37 O selama 24 jam broth Diambil 1 ose Disuspensikan ke dalam 10 ml nutrient Diukur kekeruhan pada panjang gelombang 580 nm sampai diperoleh transmitan 25% Inokulum bakteri Dimasukkan 0,1 ml inokulum ke dalam cawan petri Ditambahkan 20 ml media cair nutrient agar ke dalam cawan petri Dihomogenkan dan dibiarkan hingga memadat Media padat Dilubangi dengan punch hole Dimasukkan 0,1 ml ekstrak dengan berbagai

konsentrasi dan pelarut DMSO sebagai blanko Dilakukan pra-inkubasi selama 15 menit Diinkubasi pada suhu 36-37 o selama 18-24 jam Diukur diameter zona hambat di sekitar larutan penguji Hasil Lampiran 8. agan pengujian aktivitas antimikroba pada jamur iakan murni jamur Stok kultur jamur Diambil dengan jarum ose steril Ditanam pada media SD miring Diinkubasi pada suhu 20-25 o selama 48 jam broth Diambil 1 ose Disuspensikan ke dalam 10 ml nutrient Diukur kekeruhan pada panjang gelombang 580 nm sampai diperoleh transmitan 25% Inokulum jamur Dimasukkan 0,1 ml inokulum ke dalam cawan petri Ditambahkan 20 ml media cair SD ke

dalam cawan petri Dihomogenkan dan dibiarkan hingga memadat Media padat dilubangi dengan punch hole Dimasukkan 0,1 ml ekstrak dengan berbagai konsentrasi dan pelarut DMSO sebagai blanko Dilakukan pra-inkubasi selama 15 menit Diinkubasi pada suhu 20-25 o selama 48 jam Diukur diameter zona hambat di sekitar larutan penguji Hasil Lampiran 9. Hasil skrining fitokimia simplisia dan ekstrak etanol, ekstrak n- heksana, fraksi kloroform, fraksi etilasetat, dan fraksi metanol buah kurma ina 9.1. Hasil skrining fitokimia simplisia dan ekstrak etanol buah kurma ina Hasil No. Pemeriksaan Serbuk simplisia Ekstrak etanol 1 lkaloida + + 2 Glikosida + + 3 Steroida/ Triterpenoida + + 4 Flavonoida + + 5 Tanin + + 6 Saponin + + 7 ntrakuinon - -

9.2. Hasil skrining fitokimia ekstrak n-heksana, fraksi kloroform, fraksi etilasetat, dan fraksi metanol buah kurma ina Hasil No. Pemeriksaan Ekstrak n- heksana Fraksi kloroform Fraksi etilasetat Fraksi metanol 1 lkaloida - + - - 2 Glikosida - - + + 3 Steroida/ Triterpenoida + - - - 4 Flavonoida - - + + 5 Tanin - - + + 6 Saponin - - + + 7 ntrakuinon - - - - Lampiran 10.Tabel hasil pemeriksaan karakteristik serbuk simplisia buah kurma ina (Ziziphus jujuba Mill.) No. Penetapan Kadar (%) 1. Kadar air 9,28 2. Kadar sari yang larut dalam air 47,06 3. Kadar sari yang larut dalam etanol 49,79 4. Kadar abu total 4,72 5. Kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,26

Lampiran 11. Perhitungan pemeriksaan karakteristik serbuk simplisia buah kurma ina (Ziziphus jujuba Mill.) 1. Perhitungan penetapan kadar air simplisia % Kadar air x 100 % Sampel erat sampel (g) Volume air Kadar air (%) I 5,0152 2,2 7,9757

II 5.0223 2,7 9,9555 III 5,0451 3,2 9,9106 1. erat sampel : 5,0152 g Volume awal Volume akhir : 1,8 ml : 2,2 ml % Kadar air I = 2,2ml - 1,8 ml x 100% = 7,9757 % 5,0152 2. % Kadar air II = 2,7 ml - 2,2 ml x 100% = 9,9555 % 5,0223 3. % Kadar air III = 3,2 ml - 2,7 ml x 100% = 9,9106 % 5,0451 % Kadar air rata-rata =7,9757 % + 9,9555 %+ 9,9106 % = 9,2806 % 3 2. Perhitungan penetapan kadar sari yang larut dalam air % Kadar sari larut dalam air = x 100 % Sampel erat simplisia (g) erat sari (g) kadar sari (%)

I 5,0221 0,4618 45,9768 II 5,0610 0,4768 47,1053 III 5,0420 0,4849 48,0861 1. erat simplisia : 5,0221 g erat sari : 0,4618 g % Kadar sari larut dalam air I = 0,4618 x 100 x 100% = 45,9768 % 5,0221 20 2. % Kadar sari larut dalam air II = 0,4768 x 100 x 100% = 47,1053 % 5,025 20 3. % Kadar sari larut dalam air III = 0,4849 x 100 x 100% = 48,0861 % 5,018 20 % Kadar sari larut dalam air rata-rata = 45,9768 + 47,1053 % + 48,0861 % 3 = 47,0561 % 3. Perhitungan penetapan kadar sari yang larut dalam etanol % Kadar sari larut dalam etanol = x 100 %

Sampel erat simplisia (g) erat sari (g) kadar sari (%) I 5,0591 0,5067 50,0781 II 5,0820 0,236 49,6950 III 5,0131 0,219 49,6100 1. erat simplisia : 5,0591 g erat sari : 0,5067 g % Kadar sari larut dalam etanol I = 0,5067x 100 x 100% = 50,0781 % 5,0591 20 2. % Kadar sari larut dalam etanol II = 0,5051 x 100 x 100% = 49,6950 % 5,0820 20 3. % Kadar sari larut dalam etanol III = 0,4974 x 100 x 100% = 49,6100 % 5,0131 20 % Kadar sari larut dalam etanol rata-rata = 50,0781 % + 49,6950 % + 49,6100 % 3 = 49,7943 % 4. Perhitungan penetapan kadar abu total

% Kadar abu total = x 100% Sampel erat simplisia (g) erat abu (g) kadar abu (%) I 2,0051 0,0954 4,7579 II 2,0028 0,0914 4,5636 III 2,0513 0,0990 4,8262 1. erat simplisia : 2,0051 g erat abu : 0,0954 g % Kadar abu total I = 0,0954 x 100% = 4,7579 % 2,0051 2. % Kadar abu total II = 0,0914x 100% = 4,5636 % 2,0028 3. % Kadar abu total III = 0,0990 x 100% = 4,8262 % 2,0513 % Kadar abu total rata-rata = 4,7579 + 4,5636 % + 4,8262 % 3 = 4,7159 % 5. Perhitungan penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam

% Kadar abu tidak larut asam = x 100% Sampel erat simplisia (g) erat abu (g) Kadar abu (%) I 2,0051 0,0954 0,2792 II 2,0028 0,0914 0,2696 III 2,0513 0,0990 0,2388 1. erat simplisia : 2,0000 g erat abu : 0,0954 g % Kadar abu tidak larut dalam asam I = 0,0056 x 100% = 0,2792 % 2,0051 % % 2. % Kadar abu tidak larut dalam asam II = 0,0054 x 100% = 0,2696 2,0028 3. % Kadar abu tidak larut dalam asam III = 0,0049 x 100% = 0,2388 2,0513 % % Kadar abu tidak larut asam rata-rata = 0,2792 % + 0,2696 % + 0,2388 = 0,2625 % 3

Lampiran 18. Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol buah kurma ina terhadap Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Pseudomonas aeruginosa, Propionibacterium acnes, dan andida albicans Staphylococcus aureus Gambar 1.6. Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol buah kurma ina terhadap Staphylococcus aureus = 500 mg/ml = 400mg/ml = lanko DMSO

Lampiran 18. (Lanjutan) Staphylococcus epidermidis Gambar 1.7. Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol buah kurma ina terhadap Staphylococcus epidermidis = 500 mg/ml = 400mg/ml = lanko DMSO Propionibacterium acnes Gambar 1.8. Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol buah kurma ina terhadap Propionibacterium acnes = 500 mg/ml = 400mg/ml = lanko DMSO

Lampiran 18. (Lanjutan) Pseudomonas aeruginosa Gambar 1.9. Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol buah kurma ina terhadap Psedumonas aeruginosa = 500 mg/ml = 400mg/ml = lanko DMSO andida albicans Gambar 1.10. Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol buah kurma ina terhadap andida albicans = 500 mg/ml = 400mg/ml = lanko DMSO

Lampiran 19. Uji aktivitas antibakteri ekstrak n-heksana buah kurma ina terhadap Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Pseudomonas aeruginosa, Propionibacterium acnes, dan andida albicans Staphylococcus aureus Gambar 1.11. Uji aktivitas antibakteri ekstrak n-heksana buah kurma ina terhadap Staphylococcus aureus = 500 mg/ml = 400mg/ml = lanko DMSO

Lampiran 19. (Lanjutan) Staphylococcus epidermidis Gambar 1.12. Uji aktivitas antibakteri ekstrak n-heksana buah kurma ina terhadap Staphylococcus epidermidis = 500 mg/ml = 400mg/ml = lanko DMSO Propionibacterium acnes Gambar 1.13. Uji aktivitas antibakteri ekstrak n-heksana buah kurma ina terhadap Propionibacterium acne = 500 mg/ml = 400mg/ml = lanko DMSO

Lampiran 19. (Lanjutan) Pseudomonas aeruginosa Gambar 1.14. Uji aktivitas antibakteri ekstrak n-heksana buah kurma ina terhadap Pseudomonas aeroginosa = 500 mg/ml = 400mg/ml = lanko DMSO andida albicans Gambar 1.15. Uji aktivitas antibakteri ekstrak n-heksana buah kurma ina terhadap andida albicans = 500 mg/ml = 400mg/ml = lanko DMSO

Lampiran 20. Uji aktivitas antibakteri fraksi kloroform buah kurma ina terhadap Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Pseudomonas aeruginosa, Propionibacterium acnes, dan andida albicans Staphylococcus aureus Gambar 1.16. Uji aktivitas antibakteri fraksi kloroform buah kurma ina terhadap Staphylococcus aureus = 500 mg/ml = 400mg/ml = lanko DMSO

Lampiran 20. (Lanjutan) Staphylococcus epidermidis Gambar 1.17. Uji aktivitas antibakteri fraksi kloroform buah kurma ina terhadap Staphylococcus epidermidis = 500 mg/ml = 400mg/ml = lanko DMSO Propionibacterium acnes Gambar 1.18. Uji aktivitas antibakteri fraksi kloroform buah kurma ina terhadap Propionibacterium acnes = 500 mg/ml = 400mg/ml = lanko DMSO

Lampiran 20. (Lanjutan) Pseudomonas aeroginosa Gambar 1.19. Uji aktivitas antibakteri fraksi kloroform buah kurma ina terhadap Pseudomonas aeroginosa = 500 mg/ml = 400mg/ml = lanko DMSO andida albicans Gambar 1.20. Uji aktivitas antibakteri fraksi kloroform buah kurma ina terhadap andida albicans = 500 mg/ml = 400mg/ml = lanko DMSO

Lampiran 21. Uji aktivitas antibakteri fraksi etilasetat buah kurma ina terhadap Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Pseudomonas aeruginosa, Propionibacterium acnes, dan andida albicans Staphylococcus aureus Gambar 1.21. Uji aktivitas antibakteri fraksi etil asetat buah kurma ina terhadap Staphylococcus aureus = 500 mg/ml = 400mg/ml = lanko DMSO

Lampiran 21. (Lanjutan) Staphylococcus epidermidis Gambar 1.22. Uji aktivitas antibakteri fraksi etil asetat buah kurma ina terhadap Staphylococcus epidermidis = 500 mg/ml = 400mg/ml = lanko DMSO Propionibacterium acnes Gambar 1.23. Uji aktivitas antibakteri fraksi etil asetat buah kurma ina terhadap Propionibacterium acnes = 500 mg/ml = 400mg/ml = lanko DMSO

Lampiran 21. (Lanjutan) Pseudomonas aeruginosa Gambar 1.24. Uji aktivitas antibakteri fraksi etil asetat buah kurma ina terhadap Pseudomonas aeruginosa = 500 mg/ml = 400mg/ml = lanko DMSO andida albicans Gambar 1.25. Uji aktivitas antibakteri fraksi etil asetat buah kurma ina terhadap andida albicans = 500 mg/ml = 400mg/ml = lanko DMSO

Lampiran 22. Uji aktivitas antibakteri fraksi metanol buah kurma ina terhadap Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Pseudomonas aeruginosa, Propionibacterium acnes, dan andida albicans Staphylococcus aureus Gambar 1.26. Uji aktivitas antibakteri fraksi metanol buah kurma ina terhadap Staphylococcus aureus = 500 mg/ml = 400mg/ml = lanko DMSO

Lampiran 22. (Lanjutan) Staphylococcus epidermidis Gambar 1.27. Uji aktivitas antibakteri fraksi metanol buah kurma ina terhadap Staphylococcus epidermidis = 500 mg/ml = 400mg/ml = lanko DMSO Propionibacterium acnes Gambar 1.28. Uji aktivitas antibakteri fraksi metanol buah kurma ina terhadap Propionibacterium acnes = 500 mg/ml = 400mg/ml = lanko DMSO

Lampiran 22. (Lanjutan) Pseudomonas aeruginosa Gambar 1.29. Uji aktivitas antibakteri fraksi metanol buah kurma ina terhadap Pseudomonas aeruginosa = 500 mg/ml = 400mg/ml = lanko DMSO andida albicans = 500 mg/ml = 400mg/ml = lanko DMSO Gambar1.30. Uji aktivitas antibakteri fraksi metanol buah kurma ina terhadap andida albicans

Lampiran 12. Hasil pengukuran diameter daerah hambatan pertumbuhan mikroba Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Propionibacterium acnes, dan Pseudomonas aeroginosa oleh ekstrak etanol Konsentrasi Diameter daerah hambatan (mm) (mg/ml) Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis Propionibacterium D1 D2 D3 D* D1 D2 D3 D* D1 D2 D3 500 14,65 14,05 13,95 14,22 14,75 14,05 13,75 14,18 14,55 14,05 14,7 400 13,80 13,55 12,80 13,32 13,6 13,60 13,10 13,43 14,10 13,80 12,9 300 10,20 11,60 10,80 10,87 12,25 12,50 11,90 12,22 12,55 11,50 10,6 200 9,80 9,70 8,85 9,45 11,60 12,00 11,50 11,70 11,45 9,90 8,85 100 9,05 7,20 7,05 7,77 10,75 10,60 9,80 10,38 10,45 8,95 7,95 75 - - - - 7.50 7,95 7,05 7,50 - - - 50 - - - - - - - - - - - 25 - - - - - - - - - - - Lampiran 13. Hasil pengukuran diameter daerah hambatan pertumbuhan mikroba Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Propionibacterium acnes, dan Pseudomonas aeroginosa oleh ekstrak n-heksana Konsentrasi Diameter daerah hambatan (mm) (mg/ml) Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis Propionibacterium a D1 D2 D3 D* D1 D2 D3 D* D1 D2 D3 500 - - - - - - - - - - - 400 - - - - - - - - - - - 300 - - - - - - - - - - - 200 - - - - - - - - - - - 100 - - - - - - - - - - - 75 - - - - - - - - - - - 50 - - - - - - - - - - - 25 - - - - - - - - - - -

Lampiran 14. Hasil pengukuran diameter daerah hambatan pertumbuhan mikroba Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Propionibacterium acnes, dan Pseudomonas aeroginosa oleh fraksi kloroform Konsentrasi Diameter daerah hambatan (mm) (mg/ml) Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis Propionibac D1 D2 D3 D* D1 D2 D3 D* D1 D2 500 10,25 11,00 10,90 10,72 11,35 12,20 11,05 11,53 12,00 10,90 400 9,85 8,80 9,70 9,45 11,40 9,95 10,10 10,48 10,25 9,80 300 9,05 6,80 8,05 7,97 11,00 8,75 8,90 9,55 10,10 9,05 200 8,20 6,40 7,80 7,47 10,50 7,70 7,50 8,57 9,50 8,75 100 - - - - - - - - 7,30 7,90 75 - - - - - - - - - - 50 - - - - - - - - - - 25 - - - - - - - - - - Lampiran 15. Hasil pengukuran diameter daerah hambatan pertumbuhan mikroba Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis,,propionibacterium acnes, dan Pseudomonas aeruginosa oleh fraksi etilasetat Konsentrasi Diameter daerah hambatan (mm)