BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Perkembangan Ekspor Rumput Laut Indonesia di Pasar Rumput Laut Dunia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengenai hasil dari uji statistik yang terdiri dari uji F, uji t, dan uji R-squared.

1) Kriteria Ekonomi Estimasi model dikatakan baik bila hipotesis awal penelitian terbukti sesuai dengan tanda dan besaran dari penduga.

III. METODE PENELITIAN. Thailand, India, Vietnam, Malaysia, China, Philipines, Netherlands, USA, dan Australia 9 2 Kentang (HS )

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Regional Bruto tiap provinsi dan dari segi demografi adalah jumlah penduduk dari

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Perdagangan, Kementrian ESDM, Badan Pusat Statistika, serta penelusuran

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. per fungsi terhadap pertumbuhan ekonomi 22 kabupaten tertinggal dengan

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

BAB III METODE PENELITIAN. Utara. Series data yang digunakan dari tahun

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Perkembangan GDP Riil Pertanian (Constant 2000, Juta US$) Negara Berkembang Tahun Indonesia Thailand Cina India Brasil Argentina Meksiko

IV METODOLOGI PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perbankan Indonesia. kategori bank, diantaranya adalah Bank Persero, Bank Umum Swasta Nasional

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

METODE PENELITIAN. tingkat migrasi risen tinggi, sementara tingkat migrasi keluarnya rendah (Tabel

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang merupakan data deret waktu mulai dari tahun

BAB IV PEMBAHASAN. tumbuh dan sebagai salah satu indikator yang menunjukkan keberhasilan

ANALISIS FAKTOR PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI, EKSPOR, DAN KONSUMSI PEMERINTAH TERHADAP PDRB KALIMANTAN BARAT DENGAN MODEL DATA PANEL INTISARI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Estimasi Fungsi Dampak Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pertanian dan Industri Terhadap Emisi Gas Rumah Kaca

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. syarat kriteria BLUE (Best Unbiased Estimato). model regresi yang digunakan terdapat multikolinearitas.

III. METODE PENELITIAN. data sudah dikompilasi ke dalam bentuk digital file, publikasi, buku, laporan dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh debt to equity ratio. sampel penelitian dengan rincian sebagai berikut :

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 5.1 Trend Ketimpangan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. atau tidak dalam penelitian ini jarque-berra dimana hasilnya dapat. ditunjukkan dari nilai probabilitas Jarque-Berra.

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Pengumpulan Data

LAMPIRAN Langkah-Langkah Pemilihan Model Regresi Data Panel

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji akar akar unit yang bertujuan untuk menganalisis data time series

Pusat Statistik. Adapun data yang telah di olah terdapat terdapat pada tabel 6.1

BAB 5 ANALISA MODEL PERSAMAAN REKURSIF FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN EKSPOR CPO INDONESIA

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. provinsi. Dalam satu karesidenan terdiri dari beberapa kapupaten atau kota.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 2007) perekonomian ekonomi Indonesia pada tahun 2003 hingga 2007 mengalami

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) selama 15 tahun pada periode

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Setelah dilakukan pengolahan data time series bulanan tahun 2005 sampai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Model Regresi dengan Variabel Dependen PAD. a. Pemilihan Metode Estimasi untuk Variabel Dependen PAD

HASIL DAN PEMBAHASAN. GLS menggunakan White Heteroscedaticity.

IV METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pada Bab ini akan dibahas tentang hasil analisis yang diperoleh secara rinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sekunder deret waktu (time series) mulai dari Januari 2013 sampai

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota Se propinsi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERMINTAAN PERHIASAN INDONESIA DI NEGARA TUJUAN EKSPOR NANDHA RIZKI AWALIA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan data dari tiga variabel independen serta dua

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Tingkat Kesenjangan Pendapatan dan Trend Ketimpangan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data

PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. dilakukan untuk mengetahui seberapa pengaruh variabel-variabel independen

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. standar deviasi suatu data. Hasil analisis deskiptif didapatkan dengan. Tabel 4.1 Analisis Statistik Deskriptif

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

REGRESI LINIER SEDERHANA

BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEH PTPN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS INDONESIA TAHUN JURNAL PUBLIKASI

III. METODE PENELITIAN. berupa data panel terdiri dari dua bagian yaitu : (1) time series dan (2) cross

BAB IV. Analisis Data. 4.1 Gambaran Umum dan Depskriptif Obyek Penelitian

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dilakukan melalui tiga cara, yaitu common effect, fixed effect, dan random

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan dalam

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data. merupakan data sekunder yang bersumber dari data yang dipublikasi oleh

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. semua variabel independen tidak signifikan pada tingkat 1%.

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Letak dan Luas Wilayah Kota Surakarta

V HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Kebijakan WTO terhadap Perdagangan CPO Indonesia dan Empat Mitra Dagang Utama

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tengah.secara astronomis DIY terletak antara Lintang Selatan dan

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja,

SEMINAR PENULISAN ILMIAH

V. PEMBAHASAN Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang Produksi Pupuk Urea

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis akan melaksanakan langkah-langkah sebagai

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tabungan masyarakat, deposito berjangka dan rekening valuta asing atau

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

LAMPIRAN. Lampiran 1. Daftar Sampel Perusahaan Makanan dan Minuman

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Deskriptif Rata-rata Standar Deviasi

BAB III METODE PENELITIAN. antara tahun Data dalam penelitian ini adalah data dari 20 Negara

BAB III METODE PENELITIAN. yang mempengaruhi aliran ekspor Surakarta ke Negara tujuan utama ekspor.

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun Data

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Trend Kesenjangann Ekonomi Antar Wilayah di Provinsi Jawa Tengah

Lampiran 1 Daftar Populasi Sampel Penelitian

PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR MIGAS (MINYAK DAN GAS) DI INDONESIA; PENDEKATAN ERROR CORRECTION MODEL

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. tahun terakhir yaitu tahun 2001 sampai dengan tahun Data yang. diambil adalah data tahun 2001 sampai 2015.

Transkripsi:

62 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Perkembangan Ekspor Rumput Laut Indonesia di Pasar Rumput Laut Dunia Berdasarkan Tabel 4.2, pada tahun 2008, volume ekspor rumput laut Indonesia telah mencapai 99.948 ton. Apabila dibandingkan dengan volume ekspor tahun 2004 sebesar 51.011 ton, maka ekspor rumput laut selama dekade 2004 2008 mengalami peningkatan sebesar 19,61 persen pertahunnya. Pada tahun 2009 kebutuhan rumput laut dunia adalah sebanyak 200.000 ton/tahun Cotonii, 30.000 ton Spinossum serta 28.000 ton Chondrus, Gigartina dan lainnya. Berdasarkan analisis perdagangan dunia untuk komoditas rumput laut, secara global Jepang, Amerika Serikat, dan China membeli lebih dari 50 persen dari perdagangan dunia rumput laut dan algae lain. Indonesia merupakan pemasok utama rumput laut kering jenis Eucheuma cotonii karena sekitar 80 persen produksi rumput laut kering jenis Eucheuma cotonii Indonesia merupakan komoditi ekspor. Tabel 4.2. Volume Ekspor Rumput Laut Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan, Tahun2004-2008 No Negara 2004 2005 2006 2007 2008 Pertumbuhan TOTAL(Kg 51.010.828 69.264.256 95.588.055 94.073.398 99.948.576 19,61 1 China 13.784.961 24.926.415 35.834.441 23.318.145 43.620.103 44,18 2 Philipina 5.301.542 8.060.284 11.145.030 10.878.315 17.908.449 38,13 3 Vietnam 81.861 364.949 4.135.009 10.140.303 8.252.129 376,37 4 Hongkong 9.214.038 8.384.605 15.673.859 20.890.153 7.070.165 11,26 5 Korsel 1.152.000 5.142.814 3.842.918 5.421.272 5.613.115 91,44 6 France 1.554.550 2.918.973 603.800 2.191.839 3.182.022 78,56 7 Chili 2.360.842 1.696.737 2.841.939 3.498.999 2.323.091 7,22 8 Denmark 6.294.242 3.754.053 2.125.044 2.098.109 1.868.980 23,98 9 USA 1.749.844 1.064.750 5.750.878 2.453.907 1.512.607 76,32 10 U.Kingdom 395.469 831.636 848.179 670.500 1.305.900 46,52 11 Spanyol 4.716.190 4.735.984 4.430.991 4.492.961 1.269.254 19,09 12 Brazilia 917.000 1.542.899 1.258.884 1.600.000 1.200.000 12,99 13 Malaysia 320.628 142.710 1.235.295 1.091.045 1.167.990 176,37 Sumber : Statistik Ekspor Hasil Perikanan, Ditjenkan Budidaya (2008)

63 Pada Tabel 4.2, diantara 13 negara yang menjadi negara tujuan ekspor rumput laut Indonesia, terlihat bahwa volume ekspor ke negara Vietnam, Malaysia, Korea Selatan, dan France mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi. Volume ekspor rumput laut ke Vietnam mengalami pertumbuhan sebesar 376,37 persen pertahunnya, yaitu dari 81 ton tahun 2004 meningkat menjadi 8.252 ton pada tahun 2008. Hal serupa juga terjadi pada negara Malaysia, dimana terjadi peningkatan volume ekspor dari 320 ton di tahun 2004 menjadi 1.16 ton di tahun 2008 atau mengalami peningkatan sebesar 176,37 persen pertahun. Sebaliknya terjadi penurunan volume ekspor rumput laut Indonesia ke negara Denmark dan Spanyol masing masing sebesar 23,98 persen dan 19,9 persen pertahunnya. Hal yang menarik adalah dilakukannya terobosan ekspor ke negara Vietnam sebesar 82 ton pada tahun 2004 dengan harga rata-rata yang relatif tinggi sebesar USD 5,94 per kg sehingga diperoleh devisa sebesar USD 0,486 juta. Besarnya perolehan devisa dari hasil ekspor rumput laut kering selama tahun 2008 telah mencapai USD 110,15 juta. Jika dibandingkan dengan perolehan devisa negara tahun 2004 sebesar USD 25,29 juta maka terjadi peningkatan sebesar 46,88 persen pertahunnya. 5.1.1. Perkembangan Ekspor Rumput Laut Indonesia ke China Pada Gambar 4.1 dan 4.2, perkembangan ekspor rumput laut Indonesia ke China dalam sepuluh tahun terakhir memang cukup fluktuatif, namun dengan kecenderungan meningkat. Pada tahun 2001, China mengimpor sekitar 1.603 ton rumput laut Indonesia dengan nilai ekspornya mencapai 452.000 US$. Jumlah tersebut meningkat di tahun 2002 hingga mencapai 4.187 ton dengan nilai 2.553.000 US$. Di tahun 2003 ekspor ke China sebesar 9.337 ton dengan nilai

64 ekspor sebesar 3.139.000 US$ $. Ekspor rumput laut Indonesia ke China tidak selalu meningkat setiap tahunnya. Di tahun 2007 ekspor rumput laut Indonesia ke China mengalami penurunan menjadi 23..318 ton dari tahun sebelumnya yang mencapai 35.834 ton. Kenaikann rata-rata ekspor rumput laut Indonesia ke China dari tahun 2006-20100 sebesar 27,65 persen. 80000 60000 40000 20000 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Volume Ekspor(ton) Gambar 4.1. Perkembangan Volume Ekspor Rumput Laut Indonesia ke China, 2001-20100 80000 60000 40000 20000 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Nilai Ekspor(US$ 1.000) Gambar 4.2. Perkembangan Nilai Ekspor Rumput Laut Indonesia ke China, 2001-2010 5.1.2. Perkembangan Ekspor Rumput Laut Indonesia ke Hongkong Dari Gambar 4.3 dan 4..4, perkembangan ekspor rumput laut yang terjadi dari Indonesia ke negara Hongkong adalah salah satu yang sangat fluktuatif, dimana kenaikan rata-rata dari tahun 2006-2010 sekitar 13,71 persen. Pada tahun 2001 ekspor rumput laut Indonesia ke Hongkong cukup besar yakni sekitar 7.809

65 ton dengan nilai ekspor mencapai 3.451..000 US$. Di tahun 2002, ekspornya sedikit menurun dari tahun sebelumnya, yakni sekitar 7.164 ton dengan nilai ekspor 2..103.000 US$. Perubahan yang paling menarik adalah di tahun 2008, yakni terjadi penurunan yang cukup signifikan dari tahun 2007 yang sebelumnya sebesar 20.890 ton atau mencapai 8.037.000 US$ menjadi 2.835 ton atau sekitar 2.018.0000 US$. 25000 20000 15000 10000 5000 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Volume Ekspor(ton) Gambar 4.3. Perkembangan Volume Ekspor Rumput Laut Indonesia ke Hongkong, 2001-2010 10000 5000 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Nilai Ekspor( (US$ 1.000) Gambar 4.4. Perkembangann Nilai Ekspor Rumput Laut Indonesia ke Hongkong, 2001-2010 5.1.3. Perkembangan Ekspor Rumput Laut Indonesia ke Jepang Ekspor rumput laut Indonesia ke Jepang jumlahnya memang tidak begitu besar, namun mampu menghasilkan nilai ekspor yang tinggi sehingga menjadikan Jepang sebagai salah satu tujuan ekspor rumput laut Indonesia yang

66 potensial. Berdasarkan Gambar 4.5 dan 4.6, pada tahun 2001, Indonesia mengekspor sekitar 188 ton rumput laut atau mencapai nilaii ekspor sebesar 2.697.0000 US. Di tahun 2002 jumlahnya sedikit menurun menjadi hanya sekitar 179 ton dengan nilai ekspor 2. 005.000 US$. Di tahun 2003 terjadi peningkatan ekspor rumput laut Indonesia ke Jepang dengan volume ekspor 392 ton atau 2.258.0000 US$. Penurunan volume ekspor yang cukup besar terjadi di tahun 2008, dimana hanya sekitar volume ekspornya 94 ton namun dengan nilai ekspor yang tetap tinggi yaitu 2.946.000 US$. Volume ekspor tersebut menurun drastis dari tahun 2007 sebesar 604 ton atau dihargai sekitar 4.090.0000 US$. Kenaikan rata-rata ekspor rumput laut Indonesia ke Jepang padaa tahun 2006-2010 mencapai 21,01 persen dan pada tahun 2009-2010 sebesar 15,98 persen. 800 600 400 200 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Volume Ekspor(ton) Gambar 4.5. Perkembangan Volume Ekspor Rumput Laut Indonesia ke Jepang, 2001-2010 5000 4000 3000 2000 1000 0 2001 20022 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 20100 Nilai Ekspor(US$ 1.000) Gambar 4.6. Perkembangann Nilai Ekspor Rumput Laut Indonesia ke Jepang, 2001-2010

67 5.1.4. Perkembangan Ekspor Rumput Laut Indonesia ke Amerika Serikat Secara global Amerika kurang lebih 50 persen dari Serikat adalah salah perdagangan rumput satu negaraa yang membeli laut dunia dan Indonesia menjadi negara yang menjadi pemasok utama karena 80 persen produksinya merupakan produk ekspor. 8000 6000 4000 2000 0 2001 20022 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Volume Ekspor(ton) Gambar 4.7. Perkembangan Volume Ekspor Rumput Laut Indonesia ke Amerika Serikat, 2001-2010 5000 4000 3000 2000 1000 0 2001 20022 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Nilai Ekspor(US$ 1.000) Gambar 4.8. Perkembangann Nilai Ekspor Rumput Laut Indonesia ke Amerika Serikat, 2001-2010 Dari Gambar 4.7 dan 4.8, padaa tahun 2001 Amerika serikat mengekspor sekitar 1.662 ton rumput laut Indonesia dengan nilai ekspor 821.000 US$ $. Di tahun 2002 Amerika Serikat meningkatkann volume ekspornya menjadi 1.804 ton dan nilai ekspornya sekitar 1. 077.000 US$. Kenaikan volume ekspor terbesar terjadi pada

68 tahun 2006 yaitu meningkat 4.686 ton dari 1.065 ton (1.296.000 US$) di tahun 2005 menjadi 5.751 ton dengan nilai ekspor 3.843.000 US$. Sama seperti negara tujuan ekspor lainnya, ekspor ke negara Amerika Serikat menurun di tahun 2008 yaitu dari 2.454 ton (3.017.000 US$) menjadi hanya 414 ton dengan nilai ekspornya 2.563.000 US$ 5.2. Hasil Estimasi Faktor-faktor Yang Memengaruhi Ekspor Rumput Laut Indonesia 5.2.1. Pengujian Kesesuaian Model Pengujian kesesuaian model ini dilakukan dengan menggunakan Uji Chow, dimana hipotesa yang digunakan adalah: H 0 H 1 : model Pooled Least Square : model Fixed Effect Jika hasil dari Uji Chow signifikan, yaitu probabilitas < taraf nyata 5 persen maka tolak H 0, artinya model yang digunakan adalah Fixed Effect Model. Tabel 5.1. Tabel Uji Chow Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-Section F 9,891900 (3,31) 0.0001 Hasil dari Uji Chow pada tabel 5.1 di atas menunjukkan nilai probabilitas (0.0000) < taraf nyata (5 persen) yang berarti tolah H 0, artinya model yang digunakan adalah Fixed Effect Model. 5.2.2. Pengujian Kriteria Ekonometrika Menurut Gujarati (2004), untuk memperoleh model yang baik harus memenuhi asumsi regresi klasik yakni model harus terbebas dari masalahmasalah dalam regresi yaitu heteroskedastisitas, multikolinearitas,autokorelasi,

69 dan normalitas. Untuk mengetahui ada atau tidaknya heteroskedastisitas, diberikan perlakuan Generalized Least Square (GLS) dan membandingkan Sum Squared Resid pada Weighted Statistic dengan Sum Squared Resid Unweighted Statistic. Oleh karena model fixed effect yang digunakan telah diberi perlakuan GLS dengan cross-section weights maka asumsi adanya heteroskedastisitas dapat dihilangkan Kemudian untuk melihat ada atau tidaknya autokorelasi dalam model yang diuji dapat dilakukan dengan melihat nilai Durbin-Watson (DW) statistik, yaitu dengan membandingkan nilai DW sebelum diberi bobot dan nilai DW setelah diberi bobot. Apabila nilai DW sebelum diberi bobot lebih kecil daripada nilai DW setelah diberi bobot maka asumsi adanya masalah autokorelasi dapat diabaikan. Dari hasil regresi diperoleh nilai DW sebelum diberi bobot adalah 1,98 dan nilai DW setelah diberi bobot sebesar 2,33 yang berarti nilai DW sebelum diberi bobot lebih kecil daripada nilai DW setelah diberi bobot. Oleh karena itu maka asumsi adanya masalah autokorelasi pada model yang diuji dapat diabaikan atau yang berarti model terbebas dari masalah autokorelasi. Selanjutnya untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai probabilitas t-statistik dan nilai probabilitas F-statistik. Dari hasil regresi yang dilakukan semua variabel bebas yang diuji signifikan pada taraf nyata lima persen, sedangkan nilai probabilitas F-statistik signifikan pada taraf nyata sepuluh persen. Dari hasil regresi yang didapat maka model terbebas dari asumsi adanya masalah multikolinearitas. Uji normalitas dilakukan untuk mendeteksi apakah error term mendekati distribusi normal atau tidak yang dapat dilihat dari nilai probabilitas Jarque Bera

70 yang lebih besar dari taraf nyata sepuluh persen. Dari hasil estimasi diketahui nilai probabilitas Jarque Bera sebesar 0,30 sehingga dapat disimpulkan bahwa error dalam model telah terdistribusi secara normal. Tabel 5.2. Hasil Analisis Regresi Model Ekspor Rumput Laut Indonesia dengan menggunakan Fixed Effect Model Variabel Coefficient Std, Error t-statistic Prob, XRL 0,320683 0,065837 4,870847 0,0000 PX -0,568417 0,072417-7,849210 0,0000 POP 0,311295 5,055678 0,061573 0,9513 NT 3,805591 0,934849 4,070807 0,0003 GDP 2,166772 0,469939 4,610753 0,0001 C -31,41768 88,05835-0,356783 0,7237 Weighted Statistics R-squared 0,981576 Mean dependent var 24,24103 Adjusted R-squared 0,976821 S,D, dependent var 10,59408 S,E, of regression 1,125402 Sum squared resid 39,26241 F-statistic 206,4447 Durbin-Watson stat 2,335524 Prob(F-statistic) 0,000000 Unweighted Statistics R-squared 0,939671 Mean dependent var 8,234193 Sum squared resid 7,606949 Durbin-Watson stat 1,980812 5.2.3. Pengujian Kriteria Statistik a. Uji F Uji F statistik digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independennya secara bersama-sama berpengaruh secara nyata terhadap variabel dependennya pada tingkat kepercayaan 95 persen atau pada taraf nyata ( ) lima persen. Nilai probabilitas F statistic harus lebih kecil dari taraf nyatanya sehingga dapat diindikasikan bahwa setidaknya ada satu variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variable dependennya. Berdasarkan Tabel 5.1 nilai probabilitas F statistic memiliki nilai 0,0000 yang lebih kecil dari taraf nyatanya (5 persen) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat satu variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependennya.

71 b. Uji-t Uji-t statistik digunakan untuk mengetahui apakah koefisien masing masing variabel independen secara individu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependennya. Pada persamaan model yang digunakan ditunjukkan bahwa variabel independen yakni harga ekspor rumput laut Indonesia, nilai tukar di negara importir, GDP per kapita negara importir, dan ekspor rumput laut Indonesia pada tahun sebelumnya memiliki nilai probabilitas lebih kecil dari taraf nyata lima persen, Hal ini berarti bahwa variabel independen tersebut secara individu berpengaruh signifikan terhadap ekspor rumput laut Indonesia. Sedangkan variabel populasi penduduk negara importir memiliki probabilitas yang lebih besar dari taraf nyata lima persen sehingga variabel tersebut tidak memengaruhi ekspor rumput laut Indonesia secara signifikan. c. Koefisien Determinasi (R 2 ) Pada persamaan regresi untuk ekspor rumput laut Indonesia ke China, Hongkong, Jepang, dan Amerika Serikat didapatkan nilai R-squared sebesar 0,9815. Nilai ini menunjukkan bahwa 98,15 persen perubahan ekspor rumput laut Indonesia dapat dijelaskan oleh variabel bebas (volume ekpor rumput laut Indonesia pada tahun sebelumnya, harga ekspor rumput laut Indonesia, nilai tukar di negara importir, GDP per kapita negara importir, dan populasi penduduk negara importir), sedangkan sisanya 1,85 persen dijelaskan oleh faktor-faktor diluar model.

72 5.3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Rumput Laut Indonesia ke China, Hongkong, Jepang, dan Amerika Serikat Berdasarkan estimasi dan pengujian asumsi regresi klasik terhadap model fixed effect, maka dapat disimpulkan bahwa model tersebut layak untuk digunakan. Berdasarkan hasil estimasi model data panel dengan menggunakan fixed effect dan setelah melalui serangkaian uji, model terbaik yang diperoleh dengan hasil estimasi adah sebagai berikut : LnXRLit = 0,32LNXRLit -1-0,56LNPXit + 3,8LNNTit + 2,16LNGDPit + 0,31LNPOP it 31,41+ μit Hasi l estimasi menunjukkan bahwa variabel yang signifikan memengaruhi ekspor rumput laut Indonesia ke negara China, Hongkong, Jepang, dan Amerika Serikat pada periode 2001 2010 adalah harga ekspor rumput laut Indonesia (LNPX), nilai tukar (LNNT), GDP per kapita negara importir (LNGDP), dan volume ekspor rumput laut Indonesia pada tahun sebelumnya (XRL), sedangkan variabel populasi penduduk negara importir (LNPOP) tidak memengaruhi ekspor rumput laut Indonesia. 5.3.1. Volume Ekspor Rumput Laut Indonesia Pada Tahun Sebelumnya Dalam hipotesis penelitian yang telah dikemukakan, volume ekspor rumput laut Indonesia pada tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap ekspor artinya peningkatan volume ekspor rumput laut Indonesia pada tahun sebelumnya akan meningkatkan permintaan ekspor rumput laut Indonesia. Hal tersebut sesuai dari hasil regresi, yaitu sebesar 0,32 yang artinya setiap kenaikan satu persen dari volume ekspor rumput laut Indonesia ke negara China, Hongkong, Jepang, dan Amerika Serikat pada tahun sebelumnya

73 akan meningkatkan ekspor di tahun bersangkutan sebesar 0,32 persen. Nilai probabilitasnya pun menunjukkan hasil yang signifikan pada taraf nyata lima persen sehingga volume ekspor rumput laut Indonesia pada tahun sebelumnya memengaruhi ekspor secara signifikan. Hal ini terjadi karena kemungkinan ketika negara tujuan ekspor rumput laut Indonesia memutuskan untuk melakukan impor akan melihat data jumlah impor rumput laut Indonesia di tahun sebelumnya. 5.3.2. Harga Ekspor Rumput Laut Indonesia Dalam teori permintaan ekspor dinyatakan bahwa jika harga suatu barang meningkat maka hal tersebut akan menyebabkan jumlah barang yang diminta akan turun. Dari hasil regresi diketahui bahwa variabel harga ekspor bersifat inelastis dikarenakan koefisiennya bernilai negatif sebesar 0,56. Hasil tersebut berarti jika harga ekspor rumput laut Indonesia meningkat sebesar satu persen maka akan menurunkan volume ekspor rumput laut Indonesia sebesar 0,56 persen dengan asumsi cateris paribus. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan bahwa harga ekspor rumput laut Indonesia memiliki hubungan negatif terhadap volume ekspor. Dari hasil regresi juga diketahui bahwa variabel harga ekspor memengaruhi ekspor rumput laut Indonesia secara signifikan pada taraf nyata lima persen karena nilai probabilitasnya (0,0000) lebih kecil dari p- value (0,005). Nilai koefisien yang negatif ini menunjukkan bahwa harga ekspor rumput laut Indonesia merupakan salah satu hambatan atau faktor yang memengaruhi besar atau kecilnya ekspor rumput laut Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor, terutama China, Hongkong, Jepang, dan Amerika Serikat.

74 5.3.3. Nilai Tukar Riil Negara Importir Dalam hipotesis telah dikemukakan bahwa nilai tukar riil negara tujuan ekspor memiliki hubungan positf, artinya jika nilai tukar riil tinggi maka akan menyebabkan volume ekspor rumput laut Indonesia meningkat Nilai tukar riil yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai tukar domestik negara tujuan ekspor terhadap mata uang dollar Amerika Serikat, karena sebagian besar negara di dunia menggunakan dan menerima dollar Amerika Serikat sebagai alat pembayaran pada transaksi perdagangan internasional. Dari hasil regresi diperoleh hasil variabel nilai tukar riil bernilai positif sebesar 3,8 yang artinya jika nilai tukar riil domestik negara importir terhadap US$ meningkat sebesar satu persen maka akan meningkatkan volume ekspor rumput laut Indonesia sebesar 3,8 persen dengan asumsi cateris paribus. Probabilitas variabel nilai tukar riil sebesar 0,000 membuktikan bahwa nilai tukar riil memengaruhi volume ekspor rumput laut Indonesia secara signifikan pada taraf nyata lima persen. Jika nilai tukar riil di negara tujuan ekspor seperti China, Hongkong, dan Jepang) tinggi maka harga barang barang luar negeri akan lebih murah daripada harga barang-barang di negara tersebut, sehingga penduduk negara tersebut akan lebih memilih menggunakan produk dari luar negeri. Hal inilah yang menyebabkan volume ekspor rumput laut Indonesia meningkat di negara-negara tujuan ekspor tersebut meningkat. 5.3.4. GDP perkapita Negara Importir GDP per kapita menjelaskan tentang ukuran daya beli masyarakat terhadap suatu barang dan jasa. Dari hasil estimasi diperoleh elastisitas GDP per kapita negara importir sebesar 2,16 yang menunjukkan bahwa jika GDP negara

75 importir meningkat sebesar satu persen maka ekspor rumput laut Indonesia ke negara tersebut akan meningkat sebesar 2,16 persen, cateris paribus. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan bahwa GDP per kapita negara tujuan ekspor berpengaruh positif terhadap ekspor rumput laut Indonesia. Dari hasil estimasi juga diketahui bahwa GDP per kapita berpengaruh nyata pada taraf nyata lima persen, yang berarti GDP per kapita negara-negara tujuan ekspor yaitu China, Hongkong, Jepang, dan Amerika Serikat memiliki pengaruh yang signifikan dalam memengaruhi ekspor rumput laut Indonesia. 5.3.5. Populasi Penduduk Negara Importir Populasi penduduk negara importir akan memberikan pengaruh positif terhadap ekspor suatu barang. Hal ini disebabkan karena dari setiap penambahan penduduk negara tujuan ekspor maka akan diikuti oleh penambahan barang yang dikonsumsi, sehingga apabila negara tersebut tidak dapat memenuhi konsumsi seluruh penduduknya maka negara tersebut akan melakukan impor dari negara lain. Dalam hipotesis dikemukakan bahwa populasi penduduk di negara China, Hongkong, Jepang, dan Amerika Serikat sebagai negara tujuan ekspor rumput laut Indonesia memiliki keterkaitan positif, artinya semakin besar jumlah penduduk di negara tersebut maka akan meningkatkan ekspor rumput laut Indonesia ke negara-negara tersebut. Berdasarkan hasil regresi data panel menggunakan model yang telah diuji diperoleh nilai koefisien variabel populasi sebesar 0,31. Hal ini berarti apabila penduduk negara importir bertambah satu persen maka akan meningkatkan ekspor rumput laut Indonesia ke negara tersebut sebesar 0,31 persen, cateris paribus. Hasil tersebut sesuai dengan hipotesis yang telah dikemukakan, namun

76 variabel populasi tidak berpengaruh nyata terhadap ekspor rumput laut Indonesia karena nilai p-value (0,0005) lebih besar dari taraf nyata lima persen (0,95). Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa populasi bukanlah faktor yang memengaruhi naik atau turunnya jumlah ekspor rumput laut Indonesia secara signifikan ke negara China, Hongkong, Jepang, dan Amerika Serikat. 5.4. Rekomendasi Kebijakan Bagi Pemerintah Untuk Meningkatkan Volume Ekspor Rumput Laut Indonesia dan Tingkat Kesejahteraan Petani Rumput Laut Indonesia Berdasarkan hasil analisis terkait faktor faktor yang memengaruhi ekspor rumput laut Indonesia ke negara China, Hongkong, Jepang, dan Amerika Serikat maka dapat dirumuskan sebuah kebijakan yang nantinya diharapkan m ampu menyelesaikan berbagai persoalan terkait ekspor rumput laut Indonesia termasuk peningkatan kesejahteraan petani rumput laut Indonesia. Dari faktorfaktor yang ada, terdapat variabel dimana pemerintah tidak mampu melakukan intervensi atau membuat kebijakan yang dapat merubah volume atau nilai ekspor rumput laut Indonesia, antara lain variabel GDP per kapita negara importir dan populasi penduduk negara importir. Pemerintah dapat merumuskan suatu kebijakan melalui variabel harga ekspor, volume ekspor sebelumnya, dan nilai tukar. Agar dapat terus meningkatkan volume ekspor rumput lautnya, Indonesia perlu menjaga dan meningkatkan kualitas rumput laut yang diproduksi dalam negeri. Peningkatan kualitas tersebut merupakan suatu kewajiban untuk dapat bersaing dengan negara pengekspor lainnya, seperti China dan Filipina. Peningkatan kualitas yang ada dapat dilaksanakan jika Pemerintah secara berkala mampu memberikan pelatihan dan pendidikan terkait proses budidaya rumput laut yang baik agar petani rumput laut yang selama ini ala kadarnya dalam

77 membudidaya dapat mengoptimalkan produksinya. Selain itu pemerintah juga perlu memberikan kemudahan akses bagi para petani rumput laut, baik pada saat proses pembibitan, panen, pemasaran, dll agar proses budidaya yang ada lebih efektif dan efisien sehingga meminimalkan biaya produksi. Apabila rumput laut Indonesia memenuhi standar kualitas yang ada dan dihasilkan dengan biaya produksi rendah maka rumput laut Indonesia dapat bersaing dari sisi harga dengan negara pengekspor lainnya dengan kualitas yang tetap terjaga. Selain itu untuk menjaga volume ekspor rumput laut Indonesia tetap pada kisaran yang menguntungkan, pemerintah perlu mengadakan komunikasi politik secara aktif dengan negara-negara tujuan ekspor yang memberlakukan hambatan non tarif terhadap rumput laut Indonesia, contohnya negara Chili. Sejak awal 2012 Chili memberlakukan peraturan yakni hanya akan mengimpor rumput laut Indonesia yang dihasilkan dari proses budidaya saja dan bukan yang berasal dari perikanan tangkap. Hal tersebut dilakukan Chili dengan alasan untuk menjaga ekosistem laut dan mendukung kelestarian lingkungkan. Peraturan tersebut membuat Indonesia perlu mencari strategi yang tepat karena produksi rumput laut Indonesia tidak semua berasal dari budidaya. Hal lain dilakukan oleh negara China yang mengharuskan petani rumput laut Indonesia memiliki surat kelayakan untuk melakukan ekspor rumput laut ke negara nya. Kedua hal tersebut perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah selaku penyelenggara negara agar dampaknya tidak sampai merusak peta ekspor rumput laut Indonesia. Pemerintah melalui instansi terkait juga perlu melakukan intervensi dalam pengelolaan valuta asing untuk tetap menjaga nilai tukar rupiah stabil karena nilai tukar riil negara importir berpengaruh nyata terhadap volume ekspor rumput

78 laut Indonesia. Ketika nilai tukar negara importir apresiasi maka untuk menstabilkan nilai tukar rupiah, Bank Indonesia perlu menjual cadangan mata uang asing yang bersangkutan di pasar valuta asing.