BAB IV PENUTUP. maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa: pidana korupsi pada Terdakwa Angelina Sondakh dalam Putusan Pengadilan

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS TERHADAP PUTUSAN BEBAS MURNI OLEH JUDEX JURIST

I. PENDAHULUAN. Asas legalitas dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP memiliki tujuan dalam menegakkan

-2- memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dipe

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


Abstrak. Kata kunci: Peninjauan Kembali, Kehkilafan /Kekeliranan Nyata, Penipuan. Abstract. Keywords:

BAB IV PENUTUP. A. Simpulan

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 43/PUU-XI/2013 Tentang Pengajuan Kasasi Terhadap Putusan Bebas

BAB I PENDAHULUAN. berhak mendapatkan perlindungan fisik, mental dan spiritual maupun sosial

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penuntutan terhadap terdakwa tindak pidana narkotika adalah:

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

MANTAN BOS ADHI KARYA KEMBALI DAPAT POTONGAN HUKUMAN.

II. TINJAUAN PUSTAKA. hukum tetap ini merupakan upaya hukum luar biasa, dalam memperoleh kekuatan

2 tersebut dilihat dengan adanya Peraturan Mahkamah agung terkait penentuan pidana penjara sebagai pengganti uang pengganti yang tidak dibayarkan terp

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

Wewenang Penahanan Berujung OTT

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB IV PENUTUP. A. Simpulan

PUTUSAN. No K/Pid.Sus/2011 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

INDONESIA CORRUPTION WATCH 1 Oktober 2013

BAB I PENDAHULUAN. diperiksa oleh hakim mengenai kasus yang dialami oleh terdakwa. Apabila

II. TINJAUAN PUSTAKA. adalah adanya kekuasaan berupa hak dan tugas yang dimiliki oleh seseorang

HUKUM ACARA PIDANA HENDAK HIJRAH Oleh Adnan Paslyadja

ANALISIS DISPARITAS PUTUSAN HAKIM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI KASUS WISMA ATLET (STUDI PUTUSAN No K/Pid.Sus/2013 & No K/Pid.

BAB IV PENUTUP A. Simpulan

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Hakekatnya hukum mengandung ide atau konsep-konsep yang dapat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

HAK JAKSA MENGAJUKAN PK DAN BATASANNYA. OLEH: Paustinus Siburian, SH., MH. ABSTRAK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

dengan aparatnya demi tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan harkat dan martabat manusia. Sejak berlakunya Undang-undang nomor 8 tahun 1981

Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (RUU-KUHAP) Bagian Keempat Pembuktian dan Putusan

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

BAB II TNJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori

PERTIMBANGAN HAKIM MENOLAK KASASI DALAM KASUS NARKOTIKA (STUDI KASUS PUTUSAN NO. 2338/K.Pid.Sus/2013 MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA) S K R I P S I

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2002 TENTANG GRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA

BAB I PENDAHULUAN. dua jenis alat bukti seperti yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan pemeriksaan investigatif oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Hukum Acara Pidana. Pertemuan XXVIII & XXIX Malahayati, S.H., LL.M. (c) 2014 Malahayati 1

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 29/PUU-XV/2017 Perintah Penahanan yang Termuat dalam Amar Putusan

Berdasarkan angka 1 dan 2 diatas dan dengan pertimbangan hal-hal, antara lain: 1. Azas peradilan yang cepat, sederhana dan biaya ringan

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYESUAIAN BATASAN TINDAK PIDANA RINGAN DAN JUMLAH DENDA DALAM KUHP

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAGAN ALUR PROSEDUR PERKARA PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan yang merusak moral

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2002 TENTANG GRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ATMAJAYA YOGYAKARTA

BAB IV KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Perbedaan Kewenangan Jaksa dengan KPK dalam Perkara Tindak

Pernyataan Pers MAHKAMAH AGUNG HARUS PERIKSA HAKIM CEPI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874]

V. PENUTUP. 1. Alasan yang menjadi dasar adanya kebijakan formulasi Hakim Komisaris. dalam RUU KUHAP Tahun 2009 atau hal utama digantinya lembaga pra

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara hukum, hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (3)

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya disebut UUD 1945 secara tegas menyatakan bahwa. berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pelaksanaan dan penerapan ketentuan hukum pidana materiil,

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan hukum dan penegakkan hukum yang sah. pembuatan aturan atau ketentuan dalam bentuk perundang-undangan.

Nama : ALEXANDER MARWATA

BAB III PENUTUP. bersifat yuridis adalah pertimbangan yang didasarkan pada fakta - fakta yang

I. PENDAHULUAN. disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk menentukan

Pengadilan Tinggi.). 7. Berkas perkara yang telah ditetapkan Majelis Panitera Muda Pidana,

Pengurangan Arus Perkara ke Mahkamah Agung

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2000 TENTANG

Makalah Rakernas

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kesatu, Wewenang-Wewenang Khusus Dalam UU 8/2010

1. PELAPORAN Proses pertama bisa diawali dengan laporan atau pengaduan ke kepolisian.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pertimbangan Hakim Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi Dalam

Makalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN

KETERKAITAN ARSIP ELEKTRONIK SEBAGAI ALAT BUKTI SAH DI PENGADILAN

ANALISA YURIDIS PENARIKAN KEMBALI KETERANGAN TERDAKWA DALAM BERITA ACARA PENYIDIKAN. Sering terjadi, seorang terdakwa di depan sidang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA

RANCANGAN PENJELASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

P U T U S AN No. 700 K/Pid/2003 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G

BAB I PENDAHULUAN. adanya jaminan kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum (equality

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN. hanya dapat dilakukan satu kali saja. 1 Hal itu berarti putusan yang

2014, No c. bahwa dalam praktiknya, apabila pengadilan menjatuhkan pidana tambahan pembayaran uang pengganti, sekaligus ditetapkan juga maksimu

Sepanjang 2017, KY Terima Laporan Masyarakat

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penulisan skripsi ini dilakukan dengan menggunakan penelitian lapangan dengan

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2000 TENTANG

STANDARD OPERATING PROCEDURES (S.O.P) PENANGANAN PERKARA PIDANA ACARA BIASA PADA PENGADILAN NEGERI TENGGARONG

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peradilan Pidana di Indonesia di selenggarakan oleh lembaga - lembaga peradilan

BAB III DASAR HUKUM PEMBERHENTIAN TIDAK TERHORMAT ANGGOTA KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA MENURUT PERPRES NO 18 TAHUN 2011

1. HUKUM ACARA PIDANA ADALAH hukum yang mempertahankan bagaimana hukum pidana materil dijalankan KUHAP = UU No 8 tahun 1981 tentang hukum acara

BAB 1V ANALISIS PEMBERATAN HUKUMAN YANG DILAKUKAN ARTIDJO ALKOSTAR DALAM MEMUTUS SUATU PERKARA KORUPSI

DR. R. HERLAMBANG P. WIRATRAMAN MAHKAMAH KONSTITUSI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA, 2015

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2002 TENTANG GRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

119 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan pembahasan dan analisis secara komprehensif, dengan memperhatikan pokok-pokok permasalahan yang diuraikan di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa: Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan pemidanaan tindak pidana korupsi pada Terdakwa Angelina Sondakh dalam Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor : 54/PID.B/TPK/2012/PN.JKT.PST, Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor : 11/PID/TPK/2013/PT.DKI dan Putusan Mahkamah Agung Nomor : 1616 K/PID.SUS/2013, yang dikaitkan dengan tujuan pemidanaan dapat dilihat dari hal-hal yang dapat digunakan sebagai pertimbangan hakim untuk menjatuhkan jenis dan berat ringannya pemidanaan. Hal-hal tersebut adalah hal-hal yang memberatkan dan hal-hal yang meringankan pemidanaan baik yang terdapat di dalam undang-undang maupun di luar undang-undang. Pertimbangan hakim dalam putusan yang mengandung pemidanaan ada dua, yaitu pertama, pertimbangan yang bersifat yuridis antara lain: dakwaan jaksa penuntut umum, keterangan terdakwa dan saksi, barang-barang bukti dan pasal-pasal dalam peraturan hukum pidana; kedua, pertimbangan yang bersifat non yuridis antara lain: latar belakang perbuatan terdakwa, akibat perbuatan terdakwa, kondisi diri terdakwa, keadaan sosial ekonomi terdakwa dan faktor-faktor agama terdakwa. 119

120 Adapun hal-hal yang memberatkan dari diri terdakwa Angelina Sondakh, diantaranya : 1. Perbuatan terdakwa tidak mendukung program Pemerintah yang saat ini sedang giat-giatnya memberantas tindak pidana korupsi akan tetapi justru memanfaatkan jabatannya selaku Anggota DPR-RI untuk melakukan tindak pidana korupsi; 2. Perbuatan terdakwa telah merenggut hak sosial dan hak ekonomi masyarakat karena anggaran yang telah ditetapkan tidak sepenuhnya digunakan untuk kepentingan masyarakat; 3. Terdakwa yang merupakan wakil rakyat dan publik figur justru tidak memberikan teladan yang baik kepada masyarakat; 4. Terdakwa tidak mengakui dan tidak menyesali perbuatannya; Sedangkan hal-hal yang meringankan dari diri terdakwa Angelina Sondakh, diantaranya: 1. Terdakwa bersikap sopan di persidangan; 2. Terdakwa mempunyai tanggungan keluarga yakni seorang anak yang masih kecil; 3. Terdakwa belum pernah dihukum dan relatif masih berusia muda sehingga diharapkan dapat memperbaiki diri; Sebagai lembaga peradilan tertinggi, Mahkamah Agung juga memiliki kewenangan untuk mengadili sendiri suatu perkara yang mana perkara tersebut menurut Mahkamah Agung memenuhi kualifikasi bahwa telah dikeluarkan putusan yang tidak sesuai dengan hukum acara yang sebenarnya,

121 misalnya kurangnya pertimbangan (onvoldoende gemotiveerd) hukum hakim pada putusan sebelumnya termasuk dalam kasus Angelina Sondakh. Dengan alasan kurangnya pertimbangan hakim sebelumnya, maka untuk menciptakan putusan yang adil, maka Hakim MA diberi kewenangan untuk menilai fakta fakta persidangan dan membuat putusan sendiri. Sehingga tidak tertutup kemungkinan jika putusan yang dikeluarkan pun mungkin saja lebih berat dari putusan pengadilan sebelumnya. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka penulis disarankan kepada: 1. Hakim selaku orang yang memutus perkara di pengadilan seharusnya menerapkan atau menegakkan hukum sesuai dengan ilmu hukum yang selalu berorientasi kepada keilmuan (scientific approach), sebab citra buruk lembaga pencari keadilan tersebut yang sarat dengan mafia peradilan sudah bukan menjadi rahasia umum lagi bagi masyarakat luas. 2. Hakim dalam menjatuhkan pidana agar selalu memerhatikan tujuan pemidanaan (purpose of sentencing), yang bukan hanya sebagai pembalasan, melainkan juga guna mendidik dan memperbaiki perilaku untuk kembali kepada masyarakat serta pemidanaan tersebut memenuhi rasa keadilan (justice) baik bagi terpidana, korban maupun masyarakat luas.

122 3. Pemerintah perlu menyediakan lembaga khusus yang diberi wewenang untuk menentukan berat-ringannya pidana (strafmaat) atau ada pertimbangan-pertimbangan lain (selain hakim) yang dijadikan pertimbangan untuk menjatuhkan pidana. 4. Untuk menjamin terpenuhinya keadilan terkait penjatuhan pidana seseorang, seharusnya Mahkamah Agung diberi kewenangan yang lebih luas untuk menilai fakta hukum yang telah dinilai sebelumnya oleh hakim judex faxtie karena dalam praktek seringkali ditemukan kekeliruan yang dilakukan oleh hakim judex facti terkait penilainya terhadap fakta persidangan, sehingga menyebabkan penjatuhan pidana menjadi kurang tepat. Oleh sebab itu, perlu dilakukan revisi terhadap R-KUHAP sebelum pengesahan, khususnya terkait poin yang membatasi kewenangan Mahkamah Agung untuk menjatuhkan putusan yang lebih berat dari yang telah dijatuhkan hakim judex factie, karena mungkin saja Mahkamah Agung memberi putusan yang lebih berat karena penilain fakta yang ditemukan Mahkamah Agung memungkinkan untuk penjatuhan pidana yang demikian. 5. Terkait hal yang meringankan dan memberatkan pemidanaan, harusnya dibuat suatu aturan yang memberikan arahan kepada jaksa untuk hal apa saja yang menjadi faktor peringan dan pemberat pidana si terdakwa. Kemudian untuk penentuanya pun harusnya ditentukan oleh jaksa yang memang memeriksa si tersangka semenjak awal pemeriksaan hingga proses persidangan. Hal demikian adalah penting karena memang jaksa

123 yang memeriksa itulah yang mengetahui kondisi si terdakwa, bukan atasan dari jaksa yang bersangkutan.