BAB I PENDAHULUAN. berhak mendapatkan perlindungan fisik, mental dan spiritual maupun sosial

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap anak mempunyai permasalahan atau berhadapan dengan hukum berhak mendapatkan perlindungan fisik, mental dan spiritual maupun sosial sesuai dengan apa yang termuat dalam prinsip-prinsip konvensi hak-hak anak yang telah diratifikasi melalui Keppres Nomor 36 Tahun 1990 tentang Ratifikasi Hak Anak. 1 Dalam penerapannya pemerintah memiliki inisiatif untuk menerbitkan beberapa peraturan perundang-undangan berkaitan dengan anak yang berhadapan dengan hukum pengaturan khusus anak nakal yaitu Undang- Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak yang mulai berlaku tanggal 3 Januari 1998, pengadilan anak dibentuk sebagai upaya pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan sosial anak secara utuh, serasi, selaras, dan seimbang. Ketentuan mengenai penyelenggaraan pengadilan bagi anak dilakukan secara khusus. Meskipun demikian KUHAP diterapkan pula dalam acara pengadilan anak, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 pasal Saat ini dalam pengadilan hakim masih berkiblat terhadap rule of law atau berpedoman dengan prosedur formal daripada penyelesaian dengan adil dan benar, di mana dipastikan tidak adanya sebuah keadilan bagi masyarakat khususnya terhadap anak yang melakukan pidana. 1 Yunan Prasetyo Kurniawan Penanganan Anak yang Berahadapan dengan Hukum, dengan Pendekatan Restorative Justice di Indonesia, Jurnal Themis Universitas Pancasila. Jakarta. Vol 4, hal Bambang Waluyo Pidana dan Pemidaan. Sinar Grafika, Jakarta. Hal

2 2 Anak-anak yang berhadapan dengan hukum pada setiap proses peradilan, baik ketika berususan dengan polisi, jaksa, maupun dalam persidangan pengadilan, pada dasarnya memiliki hak untuk didampingi atau diwakili pengacara, didampingi petugas kemasyarakatan dari bapas, atau didampingi orang tua atau walinya, tetapi, dalam banyak kasus anak, pengacara, petugas kemasyarakatan bapas, orang tua atau walinya seringkali tidak hadir, bahkan yang muncul adalah, dalam persidangan anak-anak tidak boleh didampingi oleh petugas kemasyarakatan bapas. Ketukan palu hakim paling menentukan atas nasib anak. Anak akan menjadi anak negara, di penjara, atau dikembalikan pada orang tuanya, tergantung putusan hakim. 3 Dalam putusan perkara anak haruslah memenuhi pasal 197 KUHAP yang mana harus memenuhi prosedur putusan yang mana akan menentukan pemenuhan keadilan prosedural, kemudian juga dalam pasal 198 KUHAP mengenai penasehat hukum dan hakim serat penuntut umum, kemudian dalam pasal 199 KUHAP mengenai penyidikan dan penahanan juga perlu diperhatikan dikarenakan tersangka merupakan anak di bawah umur. Mengenai aspek keadilan substantif hakim dalam menjatuhkan putusan harus berdasarkan bukti yang tercantum dalam pasal 183 KUHAP, keterangan saksi dalam pasal 185 KUHAP dan keterangan terdakwa dalam pasal 189 KUHAP. 3 M. Imam Purwadi,2011, Advokasi Anak Dalam Proses Peradilan Anak. Jurnal univ.muhamadiyyah mataram diambil 16 maret 2012.

3 3 Seperti dalam putusan 29/Pid.Sus/2011/PN.Pkl di mana anak divonis penjara yang mana anak tersebut sudah menjalani penahanan sebelumnya baik dalam penyidik, jaksa ataupun hakim terdakwa anak dalam persidangan hakim yang berwenang dalam dalam memutus sebuah perkara, dengan penerapan hukum pidana, maka pada penerapannya penegak hukum terutama hakim selalu bersifat represif, jadi alternatif pidana yang ditawarkan oleh undangundang tidak pernah digunakan oleh hakim. Padahal semestinya penjatuhan pidana penjara kepada anak justru dilakukan ketika tidak ada alternatif yang lain. Vonis atau putusan perkara seharusnya hakim dapat memperoleh gambaran yang tepat untuk memberikan putusan yang seadil-adilnya bagi anak yang bersangkutan, dikarenakan akan mempengaruhi kehidupan selanjutnya dari anak yang bersangkutan, oleh sebab itu hakim harus yakin dan benar, bahwa putusan yang diambil akan dapat menjadi salah satu dasar yang kuat, yang mana sesuai dengan kewajiban hakim yaitu hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. 4 Bagi sebagian orang, menjatuhakan pidana terhadap anak dianggap tidak bijak akan tetapi, ada yang sebagian beranggapan bahwa pemidanaan terhadap anak penting dilakukan agar sikap buruk tidak terus menjadi permanen sampai anak dewasa. Melalui instrumen penegakan hukum diupayakan perilaku yang melanggar hukum ditanggulangi secara preventif maupun represif. Mengajukan ke sidang pengadilan untuk selanjutnya dijatuhkan pidana bagi yang terbukti 4 Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman Nomor 4 Tahun 2004 pasal 28 ayat (1).

4 4 melakukan tindak pidana merupakan upaya represif. Penjatuhan pidana bukan semata-mata sebagai pembalasan dendam yang paling penting adalah pemberian bimbingan dan pengayoman. Pengayoman sekaligus kepada masyarakat dan juga si terpidana sendiri supaya insaf dan dapat menjadi anggota masyarakat yang baik. 5 Dengan adanya Undang-Undang Pengadilan Anak Nomor 3 Tahun 1997 tersebut telah menyerat anak hingga peradilan, dalam peradilan juga harus memperhatikan perlindungan anak di mana merupakan tujuan utama dan anak merupakan potensi cita-cita bangsa, penerus dan harapan bangsa. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengangkat suatu kajian penelitian berjudul ANALISIS YURIDIS NORMATIF TERHADAP PUTUSAN HAKIM NOMOR 29/Pid.Sus/2011/PN.Pkl TENTANG PERKARA TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN TERDAKWA ANAK B. Rumusan Masalah Sesuai penjelasan di atas, maka rumusan masalah yang diajukan penulis sebagai berikut: 1. Apakah putusan Nomor 29/Pid.Sus/2011/PN.Pkl telah memenuhi aspek keadilan prosedural ditinjau dari pasal 197, 198, 199 KUHAP? 2. Sejauh mana pertimbangan hakim dalam putusan Nomor 29/Pid.Sus/2011/PN.Pkl telah mengakomodasi aspek keadilan substantif bagi anak ditinjau dari pasal 183, 185, 189 KUHAP? 5 Tanpa nama. Disparitas Dalam Tindak Pidana. http// jurnal/perlakuan-hukum-terhadapanak-menuju-keadilan-yang-restorative.html. Diakses 20 Maret 2012.

5 5 C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penelitian sebagai berikut; 1. Untuk mengetahui dan menganalisis putusan Nomor 29/Pid.Sus/2011/PN.Pkl telah memenuhi aspek keadilan prosedural ditinjau dari Pasal 197, 198, 199 KUHAP. 2. Untuk mengetahui dan menaganalisis sejauhmana pertimbangan hakim dalam putusan No. 29/Pid.Sus/2011/PN.Pkl telah mengakomodasi aspek keadilan substantif bagi anak ditinjau dari Pasal 183, 185, 189 KUHAP. D. Manfaat Penulisan Penelitian ini memiliki manfaat baik secara teoritis maupun praktis: 1. Secara Teoritis Diharapkan penelitian yang dilaksanakan penulis ini akan berguna untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang hukum perlindungan anak dan pengadilan anak. 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan penulis dalam menerapkan teori sehingga dapat memperluas wawasan penulis, khususnya bidang hukum perlindungan anak dan pengadilan anak, selain itu penelitian dimaksudkan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Starata 1 (S-1) dalam bidang Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Muhamadiyyah Malang.

6 6 b. Bagi penegak hukum (hakim) Diharapkan mampu menegakkan keadilan mengenai penjatuhan putusan pidana terhadap terdakwa anak yang melakukan pidana. c. Bagi penegak hukum (penuntut umum) Dalam tuntutan kasus terdakwa anak diharapkan jaksa atau penuntut umum dapat melihat aspek perlindungan anak di mana tuntutan dakwaan terhadap anak sebisa mungkin bisa meringankan terdakwa anak, di mana anak merupakan masa depan bangsa yang perlu dilindungi. E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Sebuah penelitian tidak terlepas dari metode yang digunakan, dalam kaitannya dengan permasalahan yang dikemukakan maka metode pendekatan yang digunakan adalah metode pendekatan yuridis normatif, yaitu dengan menganalisis kasus dan penyelesaiannya dengan prosedur undang-undang, dan melihat hukum sebagai norma dalam masyarakat. 6 Pendekatan ini mengkaji aspek-aspek dalam pengadilan anak di Indonesia yang dikaitkan dengan putusan Nomor 29/Pid.Sus/2011/PN.Pkl dalam perkara tindak pidana pencurian oleh anak. 2. Jenis Bahan Hukum Bahan hukum yang digunakan dalam penulisan ini yaitu: a. Bahan hukum primer Bahan hukum yang diperoleh dari hukum positif yang mana terdiri atas perundang-undangan dan catatan resmi lainnya. Perundang-undangan yang terkait dengan penulisan hukum ini adalah: 6 Pedoman Penulisan Hukum, 2007, Fakultas Hukum UMM, hal 12.

7 7 1) Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun ) Undang-Undang Pengadilan Anak Nomor 3 Tahun ) Undang-Undang Hak Asai Manusia Nomor 39 Tahun1999 4) Undang-Undang Kesejahteraan Anak Nomor 4 Tahun ) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana 6) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana b. Bahan hukum sekunder Bahan hukum yang mendukung bahan hukum yang mendukung bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder ini berupa publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnaljurnal hukum, yurisprudensi, kasus-kasus hukum, termasuk artikel-artikel hukum dalam internet. c Bahan tersier Bahan hukum yang diperoleh dari pustaka, ensiklopedi, jurnal, kamus, penelitian terdahulu, dan lain-lain 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan dalam pengumpulan bahan hukum ini yaitu meliputi bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang mana dilakukan dengan cara: a. Melakukan pengumpulan dan pemilihan bahan-bahan hukum dari teoriteori yang sesuai dengan perumusan masalah. b. Menyajikan bahan hukum dan teori yang telah dipilih untuk melakukan penarikan kesimpulan.

8 8 4. Teknik Analisis Data Metode yang digunakan oleh penulis yaitu metode deskriptif kualitatif analisis, adalah suatu metode untuk memperoleh gambaran singkat mengenai suatu permasalahan yang tidak didasarkan atas bilangan statistik namun berdasarkan atas analisis yang diuji dengan norma-norma dan kaidah-kaidah hukum yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. 7 Metode ini dipilih penulis karena melakukan penelitian sehubungan terhadap keadilan prosedural mengenai pasal 197 ayat (1) memenuhi aspekaspek sebagai berikut: a. Kepala putusan yang dituliskan berbunyi: DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. b. Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama, dan pekerjaan terdakwa. c. Dakwaan, sebagaimana terdapat dalam surat dakwaan d. Pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai fakta dan keadaan beserta alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di sidang yang menjadi dasar penentuan kesalahan terdakwa e. Tuntutan pidana, sebagaimana terdapat dalam surat tuntutan f. Pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pemidanaan atau tindakan dan pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum dari putusan disertai keadaan yang memberatkan dan meringankan terdakwa g. Hari dan tanggal diadakannya musyawarah majelis hakim kecuali perkara diperiksa oleh hakim tunggal 7 Jefri Hari Akbar Analisis Politik Hukum Terhadap Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik dalam Mewujudkan Demokrasi di Indonesia.

9 9 h. Pernyataan kesalahan terdakwa, peryataan telah terpenuhi semua unsur dalam rumusan tindak pidana disertai dengan kualifikasi dan pemidanaan atau tindakan yang dijatuhkan i. Ketentuan kepada siapa biaya perkara dibebankan dengan menyebutkan jumlahnya yang pasti ketentuan mengenai barang bukti j. Keterangan bahwa seluruh surat ternyata palsu atau keterangan di mana letaknya kepalsuan itu, jika terdapat surat otentik dianggap palsu k. Perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap dalam tahanan atau dibebaskan l. Hari dan tanggal putusan, nama penuntut umum, nama hakim yang memutus dan nama panitera. Kemudian mengeanai keadilan substantif pada anak yang ditinjau dari pasal 183 di mana meliputi: a. Pembuktian b. Dasar pertimbangan hakim yang meliputi: 1) Pertimbangan hakim yuridis 2) Pertimbangan hakim non yuridis F. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan dan kegunaan penulisan, metode penulisan hukum dan sistematika penulisan.

10 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menyajikan mengenai tinjauan pustaka sebagai teori, doktrin, atau pendapat sarjana kajian berdasarkan ketentuan yang berlaku, terkait dengan permasalahan yang akan dijadikan dalam penulisan hukum. BAB III PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan bahan hukum hasil penulisan hukum serta analisis bahan hukum penulisan yang berkaitan dengan masalah berdasarkan teori BAB IV PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan dari pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, serta berisi tentang saran-saran sebagai rekomendasi terhadap pihak-pihak yang berkepentingan.