BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
Penyimpanan Obat. Standar penyimpanan obat yang sering di gunakan adalah sebagai berikut :

LEBIH DEKAT DENGAN OBAT

OTC (OVER THE COUNTER DRUGS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data ini di lakukan mulai tanggal 6 Januari 2012 sampai 20

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data hasil wawancara mengenai perencanaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Pohuwato HASIL WAWANCARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berupa data primer yang diperoleh melalui kuesioner dan wawancara bulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau kecacatan. Kesehatan dapat terwujud apabila tersedia sumber daya untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obatadalah sediaan atau paduan yang siap digunakan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas menurut Permenkes No. 75 tahun 2014 adalah fasilitas

Perpustakaan Unika LAMPIRAN- LAMPIRAN

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan suatu indikator yang menggambarkan tingkat

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PENANGGUNG JAWAB FARMAKMIN INSTRUMEN PENELITIAN MANAJEMEN PENYIMPANAN OBAT DI PUSKESMAS KECAMATAN JAGAKARSA TAHUN 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN KESESUAIAN PENYIMPANAN SEDIAAN OBAT PADA DUA PUSKESMAS YANG BERADA DI KOTA PALANGKA RAYA. Christine Anggraini Farmasi

2. Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai persyaratan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen adalah suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN

KEGIATAN BELAJAR 2: PENYIMPANAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi

EVALUASI KESESUAIAN PENGELOLAAN OBAT PADA PUSKESMAS DENGAN STANDAR PENGELOLAAN OBAT YANG ADA DI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 SKRIPSI

1. Apakah puskesmas telah memiliki tenaga Apoteker? 2. Apakah Puskesmas juga memiliki tenaga teknisi

KEBIJAKAN PEMESANAN OBAT, PENCATATAN OBAT

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya5.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Apotek menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 tentang Standar

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Permenkes, 2010).

IMPLEMENTASI SISTEM PENYIMPANAN OBAT DI PUSKESMAS RAWAT INAP SIDOMULYO KOTAMADYA PEKANBARU

PROFIL PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS PEMBANTU WATES PINGGIRREJO MAGELANG JULI 2013

Resep. Penggunaan obat berlabel dan tidak berlabel Aspek legal. Pengertian Unsur resep Macam-macam resep obat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. serta memiliki satu Instalasi gudang farmasi kota (Dinkes Kota Solok, 2014).

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

HANDOUT Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa mampu memahami dan memiliki pengetahuan tentang penyimpanan bahan pada katering pelayanan lembaga

EVALUASI PENYIMPANAN DAN PENDISTRIBUSIAN OBAT DI GUDANG FARMASI PSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan obat jadi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan bagian dari pembangunan nasional dengan tujuan

SANITASI DAN KEAMANAN

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk

PENYIMPANAN OBAT Tujuan penyimpanan Agar obat tidak menguap Agar khasiat obat tidak berubah Agar obat tetap dalam keadaan baik dan bersih Agar obat ti

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. secara ekonomi. Instalasi farmasi rumah sakit adalah satu-satunya unit di rumah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I DEFINISI A. Pengertian Perbekalan farmasi Penyimpanan perbekalan farmasi Bahan beracun berbahaya B. Tujuan 1. Tujuan Umum 2.

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG NOMOR : / / / SK / I / TENTANG PELAYANAN OBAT KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI

2. Bentuk setengah Padat contohnya salep,krim,pasta,cerata,gel,salep mata. 3. Bentuk cair/larutan contohnya potio,sirop,eliksir,obat tetes,dan lotio.

PEMERIKSAAN KELAIKAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN 1. Nama rumah makan/restoran :. 2. Alamat :.

PROFIL PENYIMPANAN OBAT DI PUSKEMAS PADA DUA KECAMATAN YANG BERBEDA DI KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan oleh pemerintah dan / atau masyarakat (UU No.36, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena itu perlu pengelolaan yang baik dan benar serta efektif dan efisien secara

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

PENILAIAN PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN HYGIENE SANITASI DI RUMAH MAKAN/RESTORAN

BAB II A. TINJAUAN PUSTAKA. obat atau farmakoterapi. Tidak kalah penting, obat harus selalu digunakan secara

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN

EVALUASI PENYIMPANAN DAN PENDISTRIBUSIAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT SILOAM MANADO

PHARMACY, Vol.07 No. 03 Desember 2010 ISSN Agus Priyanto, Moeslich Hasanmihardja, Didik Setiawan

Tugas pokok pengelolaan perbekalan farmasi :

ANALISIS PROSES PENYIMPANAN OBAT DI PUSKESMAS PINGKAN TENGA KECAMATAN TENGA Debby I. T. Mamahit*, Adisti A. Rumayar*, Paul A.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

No Kode DAR2/Profesional/582/011/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 011: DISTRIBUSI OBAT-OBAT KHUSUS. Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt.

HUBUNGAN DOKTER-APOTEKER APOTEKER-PASIENPASIEN SERTA UU KEFARMASIAN TENTANG OBAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1 KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

a. Pintu masuk pasien pre dan pasca bedah berbeda. b. Pintu masuk pasien dan petugas berbeda. Pintu masuk dan keluar petugas melalui satu pintu.

EVALUASI PENYIMPANAN DAN PENDISTRIBUSIAN OBAT DI PT. UNGGUL JAYA CIPTA USAHA MANADO

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II OBSERVASI. NO OBJEK PENGAMATAN. TOTAL SKOR MASING MASING SETIAP KANTIN BOBOT NILAI LOKASI & BANGUNAN SMA LOKASI : A

Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini, semakin berkembangnya perekonomian telah memunculkan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

-14- TATA CARA PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DARI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SOSIALISASI MENGENAL OBAT AGAR TAK SALAH OBAT PADA IBU-IBU PENGAJIAN AISYIYAH PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Penyimpanan Sediaan Farmasi di Gudang Farmasi RSUD

BAB I PENDAHULUAN. Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan

ANALISIS PROSES PENYIMPANAN OBAT DI PUSKESMAS TELING ATAS KECAMATAN WANEA KOTA MANADO Mohammad Khoirurrizza*, Chreisye K.F Mandagi*, Febi K.

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK

LAPORAN PRATIKUM FARMASETIKA II SEDIAAN INJEKSI AMINOPHYLLIN 2,4%

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG PREKURSOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MATERI PELATIHAN MANAJEMEN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN LEMARI PENDINGIN (REFRIGERATOR) DOMO

PENGAWETAN KAYU. Eko Sri Haryanto, M.Sn

Transkripsi:

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Evaluasi Evaluasi adalah kegiatan membandingkan keadaan berupa kecerdasan, kecakapan nyata (achievement) dalam bidang tertentu, panjang, berat, dan lain-lain dibandingkan dengan norma tertentu sebagai ukuran diiringi dengan interpretasi kualitatif (Nawawi, 2005 : 125). Menurut Depkes (2010: 34), evaluasi adalah serangkaian prosedur untuk menilai suatu program dan memperoleh informasi keberhasilan pencapaian tujuan, kegiatan, hasil dan dampak serta biayanya. B. Puskesmas Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Secara nasional standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan. Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah yaitu desa / kelurahan atau dusun / rukun warga (RW). Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat. Kecamatan sehat mencakup 4 indikator utama, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu dan derajat kesehatan penduduk. Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat mandiri dalam hidup sehat. Untuk mencapai visi tersebut, Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat (Depkes, 2006:1). 4

5 C. Fungsi Puskesmas Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan yang dalam penentu wilayah kerja ini mempertimbangkan faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan infrastruktur lainnya. Secara administrasi, Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II dan bertanggung jawab secara teknis dan salah satunya hak untuk mendapat infomasi (Depkes RI, 2006:1). Fungsi dari Puskesmas antara lain ; 1. Sebagai pusat pengembangan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. 2. Membina peran serta masyarakat diwilayah kerjanya dalam rangka mningkatkan kemampuan untuk hidup sehat. 3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya. D. Obat Obat adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi (Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992). Obat dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu : 1. Obat Bebas Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : Parasetamol 2. Obat Bebas Terbatas Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : CTM

6 3. Obat Keras dan Psikotropika Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : Asam Mefenamat Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif padasusunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh : Diazepam, Phenobarbital 4. Obat Narkotika Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin (Depkes. 2006 : 3) E. Penyimpanan Obat di Puskesmas Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin (Depkes. 2004 : 16 ). a) Tujuan penyimpanan obat adalah untuk : a. Memelihara mutu obat b. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab c. Menjaga kelangsungan persediaan d. Memudahkan pencarian dan pengawasan b) Kegiatan Penyimpanan Kegiatan penyimpanan merupakan mata rantai yang penting dalam proses pengelolaan obat. Upaya-upaya yang dilakukan pada seluruh rangkaian pengelolaan obat akan sia-sia kalau penyimpanan obat tidak dilaksanakan dengan baik.

7 a) Persyaratan gudang Untuk mendapatkan kemudahan dalam peyimpanan, penyusunan, pencarian dan pengawasan obat, maka diperlukan pengaturan tata ruang gudang dengan baik. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang gudang adalah sebagai berikut : 1) Cukup luas minimal 3 x 4 m² 2) Ruangan kering tidak lembab 3) Ada ventilasi agar aliran udara tidak lembab/panas 4) Perlu cahaya yang cukup namun jendela harus mempunyai pelindung untuk mencegah cahaya langsung dan bertralis 5) Lantai terbuat dari tegel/semen yang tidak memungkinkan bertumpukya debu dan kotoran lain. Bila perlu diberi alas papan (palet) 6) Dinding dibuat licin 7) Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam 8) Gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat 9) Mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda 10) Tersedia lemari/laci khusus untuk narkotika dan psikotropika yang selalu terkunci. 11) Sebaiknya ada pengukur suhu ruangan (Depkes RI, 2004: 16). b. Pengaturan tata ruang dan penyusunan stok obat. Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan, pencarian dan pengawasan obat-obatan, maka diperlukan pengaturan tata ruang gudang dengan baik. 1) Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran obat-obatan, ruang gudang dapat ditata dengan sistem: arah garis lurus, arus U, arus L. 2) Disamping faktor arah arus penerimaan dan pengeluaran perlu pula diperhatikan jenis obat-obatan yang disimpan di gudang. 3) Semua obat harus disimpan dalam ruangan, disusun menurut bentuk sediaan dan bentuk abjad. Apabila tidak memungkinkan, obat yang sejenis dikelompokkan menjadi satu.

8 4) Untuk memudahkan pengendalian stok maka dilakukan langkahlangkah penyusunan stok sebagai berikut : a. Menyusun obat yang berjumlah besar di atas pallet atau diganjal dengan kayu secara rapi dan teratur. b. Mengunakan lemari khusus untuk menyimpan narkotika dan obatobatan yang berjumlah sedikit tetapi harganya mahal. c. Menyusun obat yang dapat dipengaruhi oleh temperatur, udara, cahaya dan kontaminasi bakteri pada tempat yang sesuai. d. Menyusun obat dalam rak dan berikan nomor kode, pisahkan obat dalam dengan obat-obatan untuk pemakaian luar. e. Mencantumkan nama masing-masing obat pada rak dengan rapi. f. Apabila gudang tidak mempunyai rak maka dus-dus bekas dapat dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan. g. Barang-barang seperti kapas dapat disimpan dalam dus besar dan obat-obatan dalam kaleng disimpan dalam dus kecil. h. Apabila persediaan obat cukup banyak maka biarkan obat tetap dalam bok masing-masing, ambil seperlunya dan susun dalam dus bersama obat lainnya. i. Obat-obatan yang mempunyai batas waktu pemakaian perlu dilakukan rotasi stok agar obat tersebut tidak selalu berada di belakang yang dapat menyebabkan kadaluarsa. j. Dalam menyusun obat,obat lama diletakan dan disusun paling depan, obat baru diletakkan paling belakang. Cara ini disebut FIFO, artinya obat yang pertama diterima harus pertama juga digunakan, sebab umumnya obat yang datang pertama biasanya akan kadaluarsa lebih awal juga (Depkes RI, 1990: 35-37). Tata Cara Menyimpan dan Menyusun Obat : 1) Pengaturan Penyimpanan Obat Pengaturan dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaan dan disusun secara alfabetis berdasarkan nama generiknya, contoh kelompok sediaan tablet, kelompok sediaan sirup dan lain-lain

9 2) Penerapan Sistem FEFO dan FIFO Penyusunan dilakukan dengan sistem First In First Out (FIFO) untuk masing-masing obat, artinya obat yang datang pertama kali harus dikeluarkan lebih dahulu dari obat yang datang kemudian, dan First Expired First Out (FEFO) untuk masing-masing obat, artinya obat yang lebih awal kadaluarsa harus dikeluarkan lebih dahulu dari obat yang kadaluarsa kemudian, hal ini sangat penting karena : a. Obat yang sudah terlalu lama biasanya kekuatannya atau potensinya berkurang. b. Beberapa obat seperti antibiotik mempunyai batas waktu pemakaian artinya batas waktu dimana obat mulai berkurang efektifitasnya. ( Depkes. 2004 : 22 ) 3) Penimpanan Narkotika Narkotika berdasarkan UU Kesehatan No. 35 tahun 2009 adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Cara penyimpanan Narkotika adalah sebagai berikut : 1) Lemari harus dibuat seluruhnya dari kayu atau dari bahan lain yang kuat. 1) Harus mempunyai kunci yang kuat. Pintu rangkap 2 masingmasing dengan kunci yang berbeda. 2) Dibagi 2 rak dengan kunci yang berlainan. Rak pertama digunakan untuk morfin, petidin dan garamnya serta persediaan narkotika. Sedangkan rak kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotik yang dipakai sehari-hari. 3) Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari maka ukurannya kurang lebih 40 x 80 x 100 cm, maka lemari tersebut harus

10 menempel pada tembok atau lantai dengan cara dipaku atau disekrup. Lemari ini tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika. Anak kunci lemari dipegang oleh pegawai yang dikuasakan. Lemari ini tidak boleh terlihat oleh umum (Umar, 2005). 4) Penyimpanan Psikotropika UU No.5 tahun 1997 tentang psikotropika menyatakan bahwa psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupun sintesis yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Penyimpanan obat golongan psikotropika belum diatur oleh peraturan perundang-undangan. Obat-obat psikotropik cenderung disalah gunakan, maka disarankan penyimpanan obat-obat golongan psikotropika diletakan tersendiri dalam rak atau lemari khusus dan tidak telihat oleh umum. c. Pengamanan Mutu Obat Untuk menjaga mutu obat perlu diperhatikan faktor-faktor sebagi berikut : 1. Kelembaban Udara lembab dapat mempengaruhi obat-obatan yang tidak tertutup sehingga mempercepat kerusakan. Untuk menghindari udara lembab tersebut maka perlu di lakukan upaya-upaya sebagi berikut : a. Ventilasi harus baik, jendela dibuka b. Menyimpan obat di tempat yang kering c. Wadah harus selalu tertutup rapat, jangan di biarkan terbuka d. Bila memungkinkan pasang kipas angin atau AC. Karena semakin panas udara di dalam ruangan maka udara semakin lembab e. Membiarkan pengering tetap dalam wadah tablet atau kapsul f. Kalau ada atap yang bocor harus segera diperbaiki

11 2. Sinar matahari Kebanyakan cairan, larutan dan injeksi cepat rusak karena pengaruh sinar matahari. Sebagai contoh : Injeksi klorpromazin yang terkena sinar matahari, akan berubah warna menjadi kuning terang sebelum tanggal kadaluarsa. Cara mencegah kerusakan karena sinar matahari : a. Menggunakan wadah botol atau vial yang berwarna gelap (coklat) b. Tidak meletakan botol atau vial di udara terbuka c. Obat yang penting dapat disimpan di dalam lemari d. Jendela-jendela diberi gorden e. Kaca jendela dicat putih (Depkes. 2004 : 17,18 ). 3. Temperatur / panas Obat seperti Salep, krim, supositoria sangat sensitif terhadap pengaruh panas, dapat meleleh. Oleh karena itu hindari obat dari udara panas. Sebagai contoh : Salep Oksi Tetrasiklin akan lumer bila suhu penyimpanan tinggi dan akan mempengaruhi salep tersebut. Ruangan obat harus sejuk, beberapa jenis obat harus disimpan dalam lemari pendingin pada suhu 4-8ºC, seperti : a. Vaksin b. Sera dan produk darah c. Antitoksin d. Insulin e. Injeksi antibiotika yangsudah di pakai (sisa) f. Injeksi oksitoksin Cara mencegah kerusakan karena panas : a. Memasang ventilasi udara b. Atap gedung jangan dibuat dari bahan metal c. Membuka jendela sehingga terjadi sirkulasi udara 4. Kerusakan fisik Untuk menghindari kerusakan fisik :

12 a. Dus obat jangan ditumpuk terlalu tinggi karena obat yang ada di dalam dus bagian tengah ke bawah dapat pecah dan rusak, selain itu akan menyulitkan pengambilan obat di dalam dus yang teratas b. Penumpukan dus obat sesuai dengan petunjuk pada karton, jika tidak tertulis pada karton maka maksimal ketinggian dumpukan delapan dus c. Hindari kontak dengan benda-benda yang tajam 5. Kontaminasi bakteri Wadah obat harus selalu tertutup rapat. Apabila wadah terbuka, maka obat tercemar oleh bakteri atau jamur. 6. Pengotoran Ruangan yang kotor dapat mengundang tikus dan serangga lain yang kemudian merusak obat. Etiket dapat menjadi kotor dan sulit terbaca. Oleh karena itu membersihkan ruangan paling sedikit satu minggu sekali. Lantai disapu dan dipel, dinding dan rak dibersihkan. (Depkes. 2004 : 19 ). Mutu obat yang disimpan di gudang mengalami perubahan baik karena faktor fisik maupun kimiawi. Tanda-tanda perubahan obat adalah sebagai berikut : 1. Tablet a.) Terjadi perubahan warna, bau dan rasa, serta lembab b.) Kerusakan fisik seperti pecah, retak sumbing, gripis dan rapuh c.) Kaleng atau botol rusak, sehingga dapat mempengaruhi mutu obat d.) Untuk obat salut, disamping informasi diatas juga basah dengan lengket satu dengan yang lainnya, bentuknya sudah berbeda e.) Wadah yang rusak 2. Kapsul a.) Cangkangnya terbuka, kosong, rusak atau melekat satu dengan yang lainnya, wadah rusak

13 b.) Kapsul terbuka, kosong, rusak atau melekat satu sama lainnya c.) Terjadi perubahan warna baik cangkang ataupun yang lainnya 3. Injeksi a.) Kebocoran wadah (vial, ampul) b.) Terdapat partikel untuk sediaan injeksi yang seharusnya jernih sehingga keruh atau partikel asing dalam serbuk untuk injeksi c.) Wadah rusak atau terjadi perubahan warna d.) Kejernihan larutan 4. Cairan a.) Cairan jernih menjadi keruh, timbul endapan b.) Cairan suspensi tidak bisa dikocok c.) Cairan emulsi memisah dan tidak tercampur kembali 5. Salep a) Konsistensi, warna dan bau berubah (tengik) b) Pot/tube/rusak atau bocor (Depkes. 2006: 6,7) c. Pencatatan Stok Obat Pencatatan stok obat merupakan rangkain kegiatan dalam rangka penatausahaan obat-obatan secara tertib, baik obat-obatan yang diterima, disimpan, didistribusikan maupun yang digunakan di unitunit pelayanan Puskesmas dan Rumah sakit. Pencatatan stok obat merupakan sarana perhitungan dalam rangka pertanggungjawaban obat-obatan yang berada dalam gudang. Pencatatan stok merupakan sarana informasi dalam rangka pengendalian persediaan. Tujuan dari pencatatan stok obat yaitu tersedianya data mengenai jenis, jumlah, penerimaan, persediaan pengeluaran/penggunaan dan data mengenai waktu dari seluruh rangkaian kegiatan mutasi obat. Kegiatan-kegiatan stok obat antara lain : 1) Pencatatan atas penerimaan obat 2) Pencatatan atas pengeluaran atau pemakaian obat 3) Pencatatan atas persediaan obat

14 Kegiatan pencatatan obat-obatan di Puskesmas dilakukan menggunakan formulir, kartu dan buku berikut : 1) Daftar permintaan dan penyerahan obat Merupakan dokumen permintaan obat-obatan dan sekaligus merupakan dokumen bukti penyerahan obat-obatan. Daftar ini digunakan oleh Puskesmas untuk mengajukan permintaan obatobatan kepada Dinas Kesehatan Dati II atau gudang farmasi dan sekaligus merupakan tanda bukti penyerahan obat-obatan gudang farmasi kepada Puskesmas. Daftar tersebut digunakan oleh Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling dan unit pelayanan kesehatan lainnya untuk tujuan yang sama. 2) Buku agenda dokumen permintaan atau penyerahan Merupakan dokumen pencatatan atas pengajuan setiap daftar permintaan dan penyerahan obat-obatan oleh Puskesmas dan unit pelayanan kesehatan lainnya. Dari buku agenda ini dapat diketahui jumlah pengajuan permintaan obat-obatan selama periode tertentu. 3) Kartu stok obat Merupakan dokumen pencatatan persediaan obat yang diletakkan pada tempat penyimpanan obat yang bersangkutan atau di tempat yang sedekat mungkin dengan tempat penyimpanan obat tersebut. Kegunaan kartu obat stok adalah : a) Untuk mengetahui jumlah obat dengan cepat b) Untuk pertanggungjawaban petugas c) Sebagai alat bantu kontrol bagi kepala gudang 4) Lembaran catatan harian penggunaan obat Merupakan dokumen pencatatan harian atas pengeluaran obat-obatan melalui resep. Dari lembaran ini dapat diketahui jumlah pengeluaran tiap jenis obat dalam satu hari 5) Lembaran penerimaan dan penggunaan obat Merupakan dokumen pencatatan atas penerimaan obat-obatan

15 dan pemakaian obat setiap hari di Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling dan unit pelayanan kesehatan lainnya. Formulir pencatatan ini digunakan sebagai laporan kepada pimpinan Puskesmas atas penerimaan dan penggunaan obat-obatan selama satu bulan 6) Laporan bulanan obat-obatan Merupakan laporan berkala mengenai mutasi obat yang di lakukan dalam periode tertentu. Bulanan atau tahunan yang mencatat jumlah penerimaan, pengeluaran dan sisa persediaan obat digudang. (Depkes. 1990 : 42)