BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara yang memiliki

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu,indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut faktor sosial seperti pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi,

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ekonomi yang rendah, dan hal ini sangat bertolak belakang dengan peran

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kesejahteraan penduduk dapat dilakukan apabila

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

BAB I PENDAHULUAN. udang, kakap, baronang, tenggiri, kerang, kepiting, cumi-cumi dan rumput laut yang tersebar

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani

BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat melalui kontribusi terhadap PDB dan penyerapan tenaga kerja.

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkumpulnya nelayan dan pedagang-pedagang ikan atau pembeli ikan dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR. sudah dimekarkan menjadi 11 kecamatan. Kabupaten Kepulauan Mentawai yang

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan yang didalamnya. pembangunan perikanan. Namun kenyataannya, sebagian besar

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2000

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan

4 KEADAAN UMUM. 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.2 Keadaan Umum Perikanan di Sulawesi Utara

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

ARAHAN LOKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI KAWASAN PESISIR UTARA KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan

I. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan

BAB III DESKRIPSI AREA

4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN SUKABUMI

4 KEADAAN UMUM. 25 o -29 o C, curah hujan antara November samapai dengan Mei. Setiap tahun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi perikanan. Artinya, kurang lebih 70 persen dari wilayah Indonesia terdiri

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal.

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Kabupaten Sukabumi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Trilogi pembangunan yang salah satunya berbunyi pemerataan pembangunan

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

BERITA NEGARA. No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perikanan skala kecil. Menurut Hermawan (2005) cit. Rahmi,dkk (2013), hanya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. besar dan dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu mereka yang bertempat tinggal

VII. PENGELOAAN SUMBERDAYA IKAN DI PERAIRAN PELABUHANRATU Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Di Pelabuhanratu

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3 DESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia terbentang sepanjang

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

I. PENDAHULUAN. dalam upaya pengelolaan sumberdaya perikanan laut di Kabupaten Malang Jawa

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

PENGARUH PERKEMBANGAN PENDAPATAN NELAYAN TERHADAP KONDISI FISIK PERMUKIMAN NELAYAN WILAYAH PESISIR KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Dunia atau bumi adalah planet ketiga dari matahari yang merupakan planet

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak kepulauan dan lautan yang sangat luas, jumlah pulau di Indonesia yang tercatat menurut dari data yang dirilis Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.504 pulau dan luas perairan laut 5,8 juta km² (terdiri dari luas laut teritorial 0,3 juta km 2, luas perairan kepulauan 2,95 juta km², dan luas Zona Ekonomi Eklusif Indonesia 2,55 juta km 2 ). Negara Indonesia pada tahun 2018 melalui Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) menaikan target perikanan tangkap sebesar 9,45 juta ton, baik hasil tangkapan dari laut maupun perairan darat (sungai) dari target tahun sebelumnya yaitu 2017 hanya sebesar 7,8 juta ton, Peningkatan target hasil perikanan tangkap di Indonesia merupakan bukti nyata bahwa Negara Indonesia memiliki hasil tangkap ikan yang berpotensi untuk dikembangkan. Pada tahun 2017 data kementrian kelautan dan perikanan, produksi perikanan tangkap meningkat sebesar 6,5 juta ton dengan nilai yaitu 121,6 triliun dan rata-rata pendapatan rumah tangga nelayan naik menjadi Rp 2,7 juta per orang per bulan dari tahun sebelumnya yaitu Rp 2,1 juta per orang per nelayan (Data Kementrian Kelautan dan Perikanan). 1

Indikator kinerja utama Kementrian Kelautan dan Perikanan tahun 2018 menargetkan pendapatan nelayan Rp 3,6 juta per orang per bulan, dengan pertumbuhan PDB sebesar 11%. Nilai tukar nelayan 112. Fasilitas penyaluran permodalan usaha perikanan tangkap sebesar 4,8 triliun dan nilai poduksi perikanan tangkap sebesar 209,8 triliun (Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia : 2018). Pembangunan ekonomi dapat dilihat dari sisi kacamata mikro yaitu meningkatkan nilai produksi salah satunya melalui sektor pertanian pada sektor perikanan, maka dengan itu banyak masyarakat Indoenesia yang memenuhi kebutuhan hidupnya dari hasil laut yaitu bermata pencaharian sebagai nelayan. Salah satu sektor informal yang mampu menghasilkan pendapatan untuk memenuhi hidup layak masyarakat yaitu nelayan, secara geografis masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup dan tumbuh berkembang dikawasan pesisir. Kawasan pesisir merupakan tempat pendaratan ikan serta sumber daya laut maupun aliran sumber daya lainnya untuk kemudian di distribusikan ke daratan. Sumber daya perikanan sebenarnya secara potensial dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan nelayan, namun pada kenyataannya masih cukup banyak nelayan belum dapat meningkatkan hasil tangkapannya, maka tingkat kesejahteraan nelayan sangat ditentukan oleh hasil tangkapan yang diperoleh, karena hasil tangkap nelayan mencerminkan pada pendapatan yang diterima, dan hasil pendapatan tersebut untuk memenuhi konsumsi keluarga. Dengan demikian tingkat pemenuhan kebutuhan konsumi 2

keluarga atau Kebutuhan Fisik Minimum (KFM) sangat ditentutakan oleh seberapa besar hasil tangkapan nelayan. Kabupaten Lebak merupakan kabupaten yang terletak di Provinsi Banten, yaitu kabupaten terluas dengan luas wilayah 3.427 km². Luas laut yang menjadi kewenangan Kabupaten Lebak yaitu 731,32 KM², dengan panjang pantai sekitar 91,42 Km² dan laut sebelah selatan Kabupaten Lebak berhadapan langsung dengan Samudra Hindia. Tabel 1.1 Jumlah Rumah Tangga Nelayan di Kabupaten Lebak Menurut Tempat Pelelangan Ikan (TPI) No Nama TPI 2012 2013 2014 2015 2016 1 TPI Binuangen 1860 1811 1823 1742 2110 2 TPI Tanjung Panto 368 331 308 351 234 3 TPI Suka Hujan 140 119 119 135 88 4 TPI Cipunaga 185 173 173 178 112 5 TPI Panyaungan 114 109 112 112 103 6 TPI Situ Regen 126 112 109 121 125 7 TPI Bayah 535 477 476 533 405 8 TPI Pulo Manuk 105 98 98 101 113 9 TPI Sawarna 175 175 175 168 164 10 TPI Cibareno 265 249 249 152 110 11 TPI Citarate - - - 121 92 Jumlah 3873 3654 3642 3714 3646 Pemilik/RTP 804 778 776 900 709 Pandega/RTBP 2803 2632 2604 2540 2681 Bakul/Pengolah 266 244 262 274 266 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lebak 3

Berdasarkan data yang diperoleh maka jumlah rumah tangga nelayan di Kabupaten Lebak mengalami penurunan dari tahun 2012 ke tahun 2016. Pada tahun 2012 ada 3.873 Rumah tangga dan pada tahun 2016 menjadi 3.646 rumah tangga. Dalam waktu 5 tahun rumah tangga nelayan di Kabupaten Lebak berkurang sebanyak 227 rumah tangga. Pengurangan rumah tangga nelayan yang beralih pungsi mata pencaharian yang lain terbanyak terjadi pada wilayah Cibareno sebanyak 155 rumah tangga, Tanjung Panto sebanyak 134 rumah tangga nelayan dan Bayah 130 rumah tangga nelayan. Rumah tangga Nelayan di Kabupaten Lebak setiap tahun mengalami perubahan jumlahnya, hal ini disebabkan diantara seluruh jumlah tangga nelayan lebih banyak sebagai buruh nelayan. Masyarakat nelayan terbanyak di Kabupaten Lebak yaitu dilokasi Binuangen, Karena di Binuangen selain TPI dilengkapi juga dengan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan nelayan seperti pabrik es, pengisian bahan bakar, tempat pengepakan ikan. Sehingga jumlah nelayan di PPI Binuangen mencapai 2110 rumah tangga nelayan atau 57% dari jumlah seluruh rumah tangga nelayan di Kabupaten Lebak. Namun masih terkendala dalam meningkatkan kesejahteraan nelayan sebagai contoh di TPI Binuangen Kabupaten Lebak yang berlokasi di Desa Muara yaitu masih banyak masyarakat dikatagorikan pra sejahtera dan sejahtera tingkat 1 yaitu 926 rumah tangga dari 2.502 rumah tangga yang sebagian besar mata pencahariannya adalah sebagai nelayan. Hasil tangkapan perikanan di Kabupaten Lebak setiap tahun mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2012 mencapai 4.616.027 Kg dan terus meningkat 4

setiap tahunnya sehingga pada tahun 2016 mencapai 5.508.512 kg. pada tahun 2015 rata-rata pendapatan nelayan perbulan mencapai Rp. 1.537.596,- dan mengalami peningkatan pendapatan pada tahun 2016 yaitu mencapai Rp. 2.848.139,-. Peningkatan Hasil tangkap ikan di Kabupaten Lebak ini dikarenakan pada tahun 2015 dan 2016 telah ditambahkan hasil penangkapan dari TPI Citarate yang tahun sebelumnya belum terdata oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lebak. Pada lokasi Tempat pelelangan ikan, hasil tangkap ikan nelayan mengalami peningkatan dan penurunan setiap tahunnya. Terjadi penurunan hasil tangkap ikan laut dalam waktu lima tahun, dari tahun 2012 ke tahun 2016 yaitu di TPI Binuangen sebesar 542.452 Kg. Hasil tangkapannya pada tahun 2012 mencapai 4.296.247 Kg dan pada tahun 2016 hanya mencapai 3.753.795 Kg. Tabel 1.2 Jumlah Hasil Tangkapan Ikan Laut (Kg) No Nama TPI 2012 2013 2014 2015 2016 1 TPI Binuangen 4296247 3895849 4751003 3181228 3753795 2 TPI Tanjung Panto 40713 90162 28775 259795 231401 3 TPI Suka Hujan 13780 19319 7352 283159 134376 4 TPI Cipunaga 24207 45085 11934 151208 197980 5 TPI Panyaungan 18541 22540 7072 115426 165301 6 TPI Situ Regen 6212 31201 16157 82122 141576 7 TPI Bayah 145319 491810 78691 767715 368820 8 TPI Pulo Manuk 22816 67596 17618 157724 224525 9 TPI Sawarna 29571 36886 13809 185426 157682 10 TPI Cibareno 18621 33798 35641 99772 133054 11 TPI Citarate - - - 90143 80563 Kabupaten Lebak 4616027 4734256 4968048 5373718 5508512 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lebak 5

Peningkatan jumlah hasil tangkap ikan di Kabupaten Lebak dari setiap lokasi tempat pelelangan ikan terus mengalami peningkatan dan penurunan setiap tahunnya. Hasil tangkapan ikan terbanyak di Kabupaten Lebak yaitu di lokasi TPI Binuangen, pada tahun 2016 mencapai 3.753.795 Kg atau 68,15% dari seluruh penghasilan ikan tangkap di Kabupaten Lebak. Peningkatan hasil tangkap ikan laut berpengaruh dalam meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan, semakin banyak ikan yang diperoleh maka semakin besar pula pedapatan nelayan yang diterima. Bagi masyarakat nelayan, sumber daya laut merupakan potensi utama yang menggerakan perekonomian. Secara umum, kegiatan perekonomian wilayah pesisir nelayan bersifat fluktuatif karena sangat tergantung pada tinggi rendahnya produktivitas perikanan. Jika produktivitasnya tinggi maka penghasilan nelayan akan meningkat, sehingga daya beli masyarakat yang sebagian besar nelayan juga akan meningkat. Sebaliknya, jika produktivitas rendah, tingkat penghasilan nelayan akan menurun sehingga tingkat daya beli masyarakat rendah. Kondisi demikian sangat mempengaruhi kuat lemahnya pereko-nomian disekitar wialayah nelayan. (Kusnadi dalam Ekaningdyah : 2005). Hasil tangkap ikan laut di Kabupaten Lebak memiliki potensi yang sangat besar, karena laut pesisir Pantai Selatan di Kabupaten Lebak berhadapan langsung dengan Samudra Hindia. Pada tahun 2016, ikan hasil tangkap terbanyak yaitu ikan Tongkol abu-abu sebanyak 1.563.544 Kg, kemudian ikan Cakalang dan Sirip Kuning yaitu sebanyak 707.196 Kg dan 745.342 Kg. Namun nilai produksi dari 6

hasil tangkapan ikan yang diperoleh adalah ikan Sirip Kuning yaitu mencapai Rp.28.322.983.260,- pada tahun 2016. Selain Kabupaten Lebak, pantai yang berhadapan dengan Samudra Hindia yaitu Kabupaten Sukabumi. Penangkapan ikan di Kabupaten Sukabumi yang berhadapan langsung dengan Samudra Hindia yaitu salah satunya penangkapan ikan di Pelabuhanratu. Hasil tangkapan ikan di Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi sebanyak 3.839.057 Kg pada tahun 2016 (Kabupaten Sukabumi dalam angka : 2017) lebih tinggi dari hasil tangkapan ikan di TPI Binuangen Kabupaten Lebak yaitu sebanyak 3.753.795 Kg pada tahun 2016 (Kabupaten Lebak dalam angka : 2017). Hal ini diakibatkan oleh perahu/kapal yang digunakan oleh nelayan di Binuangen lebih sedikit yaitu ada 186 perahu motor temple dan 140 kapal motor pada tahun 2016, sedangkan di Pelabuhanratu mencapai 333 perahu motor tempel dan 227 kapal Motor pada tahun 2016. Perahu yang digunakan berpengaruh terhadap alat tangkap yang digunakan dalam menangkap ikan di laut. Alat tangkap yang digunakan nelayan dalam memperoleh hasil tangkapan ikan sangat berpengaruh, ketepatan penggunaan alat tangkap yang digunakan dapat menentukan besar kecilnya hasil tangkapan ikan, karena keberadaan ikan diperairan pantai pesisir berkaitan erat dengan kondisi musim setiap tahunnya, musim kemarau berlangsung pada bulan Mei-Oktober yang mengakibatkan temperatur panas air laut cukup tinggi sehingga ikan sulit diperoleh dan musim hujan berlangsung pada bulan November-April, keadaan ini menyebabkan tempratur panas air laut rendah maka kondisi ini juga mengakibatkan musim ikan yang ada dilokasi penangkapan menjadi berbeda-beda sehingga nelayan 7

melakukan operasi penangkapan secara intensif dengan penggunaan alat tangkap yang sesuai untuk digunakan. (Kusnadi : 2000). Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lebak alat tangkap yang sering digunakan oleh nelayan pada tahun 2016 adalah Pancing Ulur yaitu sebanyak 16.200 trip dan jaring insang tetap sebanyak 11.230 Trip. Namun hasil tangkapan yang diperoleh dari Pancing Ulur pada tahun 2016 mencapai 808.569 Kg dan Jaring Insang Tetap mencapai 604.188 Kg. Sedangkan hasil tangkapan ikan yang diperoleh terbanyak menggunakan alat tangkap Purse Seine yaitu mencapai 939.812 Kg dari 1.250 Trip pada tahun 2016. Selain dari alat tangkap yang digunakan yang mempengaruhi hasil tangkap perikanan air laut, tenaga kerja yang digunakan menjadi faktor penting dimana menurut Notoadmojo, 2003 dalam Darmayunita (2012) Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi. Dari uraian tersebut pengalaman kerja dapat memberikan keuntungan bagi seseorang dalam melaksanakan kegiatan kerja sehingga seseorang tersebut tidak merasa kesulitan dalam berkerja. Hal ini sesuai dengan pendapat Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Rofi (2012), pengalaman kerja didefinisikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang pernah dialami oleh seseorang ketika mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Balai Pustaka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan). 8

Selain itu pendapat tokoh lain yaitu Pengalaman kerja adalah sesuatu atau kemampuan yang dimiliki oleh para karyawan dalam menjalankan tugas tugas yang dibebankan (Nitisemito dalam Rofi : 2012). Artinya kemudahan dan kesulitan yang dimiliki seseorang dalam suatu pekerjaan akan dipengaruhi oleh seberapa orang tersebut memiliki pengalaman kerja. Selain dari pengalaman tingkat pendidikan berpengaruh terhadap produktifitas bekerja, ketika seseorang memiliki pengetahuan dengan pendidikan yang tinggi maka akan memudahkan dalam mengambil suatu keputusan, dimana jumlah nelayan dalam satu perahu setiap satu kali melaut mempengaruhi jumlah hasil tangkapan ikan yang diperoleh, sehingga dalam penelitian ini pendidikan nelayan menjadi salah satu pengaruh terhadap tenaga kerja nelayan. Sebagai upaya nelayan untuk meningkatkan hasil tangkapannya, adalah melakukan strategi penangkapan ikan dengan menambah waktu operasi penangkapan ikannya. Perahu yang digunakan di Kabupaten Lebak yaitu kapal skala kecil yaitu perahu motor dan kapal tempel motor, sehingga penangkapan ikan skala kecil dilakukan dalam waktu satu hari, biasanya penangkapan ikan dilakukan selama 6 jam yaitu dimulai dari pukul 15:00 21:00 dan paling lama penangkapan ikan dilakukan selama 13 jam yaitu dari pukul 15:00 04:00. Maka lama waktu melaut menjadi salah satu yang mempengaruhi hasil tangkapan ikan yang diperoh, sebagai contoh Hasil dari kajian Eko Sri Wiyono (2012) menunjukkan bahwa lamanya penangkapan ikan sangat berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan karena ikan dilaut lebih dalam akan tersedia lebih banyak dibandingkan ikan yang berada disisi pantai. 9

Kebijakan dan implementasi revitalisasi perikanan tangkap dilakukan dengan menerapkan berbagai strategi yang diarahkan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas usaha, antara lain diwujudkan dalam bentuk program peningkatan kualitas sumberdaya manusia, peningkatan penjagaan mutu dan nilai tambah, perluasan akses pasar dan pemasaran hasil, serta meningkatkan keberhasilan dan prasarana pendukung usaha perikanan tangkap. Melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan, untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan maka pemerintah memberikan bantuan langsung, proses penyaluran dana diberikan kepada kelompok-kelompok nelayan yang sudah terdaftar sebagai kelompok nelayan. Menurut Bapak Akhmad Hadi selaku Plt. Kepala UPT PPI Binuangen, setiap kelompok mendapatkan bantuan dana sebanyak 100 Juta, namun setiap kelompok terlebih dahulu harus membuat Rencana Anggaran Biaya sebelum dana tersebut disalurkan. Adapun penggunaan bantuan tersebut digunakan untuk pembelian alat tangkap, perawatan mesin atau pembelian kapal/katir. Pengaruh alat tangkap ikan yang digunakan oleh nelayan masuk kedalam penelitian ini karena hasil tangkap nelayan sangat dipengaruhi oleh alat tangkap yang digunakannya dalam mencari ikan. Alat tangkap yang digunakan memiliki beragam jenis dan bentuk serta ukurannya. Hal ini berarti bahwa dengan adanya alat tangkap melaut maka nelayan dapat melaut untuk menangkap ikan dan kemudian mendapatkan ikan. Semakin besar, semakin canggih dan tepat alat yang digunakan sesuai dengan musimnya maka semakin besar hasil tangkapan ikan yang diperoleh. 10

Pengaruh tenaga kerja masuk kedalam penelitian ini karena produksi sangat dipengaruhi oleh tenaga kerja. Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam teori faktor produksi jumlah output/produksi yang nantinya berhubungan dengan produksi bergantung pada kualitas dan jumlah tenaga kerja. Pengaruh lama melaut, faktor ini masuk dalam penelitian sebab dalam kegiatan menangkap ikan nelayan memerlukan waktu yang digunakan yaitu lamanya perjalanan nelayan menuju lokasi penangkapan dan waktu nelayan selama mencari ikan, maka dengan ini semakin jauh akan mempunyai lebih banyak kemungkinan memperoleh hasil tangkapan yang lebih banyak dan tentu memberikan pendapatan yang lebih besar dibandingkan penangkapan dekat pantai (Masyhuri dalam Ari Wahyu Prasetyawan : 2011). Selain dari ketiga faktor di atas, bantuan pemerintah dapat mempengaruhi hasil tangkap perikanan air laut, karena bantuan yang diberikan kepada nelayan berupa pemenuhan kebutuhan alat tangkap, perawatan mesin untuk nelayan kemudian digunakan untuk meningkatkan hasil tangkap yang diperoleh nelayan, sehingga bantuan yang diberikan pemerintah mempengaruhi hasil produksi tangkapan perikanan air laut. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka judul dari skripsi ini adalah Pengaruh Alat Tangkap Ikan, Tenaga Kerja, Lama Melaut, Dan Bantuan Pemerintah Terhadap Hasil Tangkap Ikan Laut di TPI Binuangen Kabupaten Lebak. 11

1.2 Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat di indentifikasi masalah adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana karakteristrik nelayan di TPI Binuangen Kabupaten Lebak 2. Bagaimana pengaruh alat tangkap ikan, tenaga kerja, lama melaut dan bantuan pemerintah terhadap peningkatan hasil tangkap ikan air laut di TPI Binuangen Kabupaten Lebak secara parsial dan simultan. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini, berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan adalah sebagai beriktu : 1. Untuk mengetahui karakteristik nelayan di TPI Binuangen Kabupaten Lebak 2. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh alat tangkap ikan, tenaga kerja, lama melaut dan bantuan pemerintah terhadap hasil tangkap ikan air laut di TPI Binuangen Kabupaten Lebak secara parsial dan simultan. 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian menjelaskan tentang manfaat dari penelitian ini sehingga hasil dari penelitian dapat menjadi bahan refrensi yang akurat. Adapun kegunaan dari penelitian ini yaitu bagi teoritis/akademis dan kegunaan bagi praktisi/empiris adalah sebagai berikut: 12

1.4.1. Kegunaan Teoritis/Akademis Kegunaan dari penelitian ini untuk akademisi diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Menambah ilmu pengetahuan ekonomi dalam menigkatkan hasil tangkap perikanan air laut di TPI Binuangen Kabupaten Lebak guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir di Kabuapten Lebak. 2. Menambah pengetahuan untuk peneliti mengenai pengaruh tenaga kerja, alat tangkap ikan, lama melaut dan bantuan pemerintah terhadap peningkatan hasil tangkap perikanan air laut di Kabupaten Lebak. 1.4.2. Kegunaan Praktisi/Empiris Kegunaan dari penelitian ini untuk Praktisi diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Diharapkan dapat digunakan dan memberi masukan kepada pemerintah Kabupaten Lebak dalam menentukan dan merumuskan kebijakan, terutama yang berkaitan dengan peningkatan hasil tangkap perikanan air laut. 2. Dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti selanjutnya, terutama yang berkaitan dengan pengaruh alat tangkap ikan, tenaga kerja, lama melaut dan bantuan pemerintah terhadap peningkatan hasil tangkap perikanan air laut di Kabupaten Lebak. 13