BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN MASALAH. dari kegiatan akuntansi perusahaan yang bersangkutan. IV. 1 Analisis vertical dan horizontal dari neraca

dokumen-dokumen yang mirip
AKTIVA LANCAR Kas dan setara kas 2c,2e,4, Penyertaan sementara 2c,2f,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Tbk dari tahun 2002 hingga tahun 2004 dengan menggunakan metode analisis horizontal

Catatan 31 Maret Maret 2010

Lampiran 1. Neraca Konsolidasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan

ASET ASET LANCAR Kas dan setara kas Rp Penyertaan sementara Rp Piutang usaha

1,111,984, ,724,096 Persediaan 12 8,546,596, f, ,137, ,402,286 2h, 9 3,134,250,000 24,564,101,900

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP. Ace Hardware Indonesia Tbk adalah sebagai berikut: 1. Rasio likuiditas PT Ace Hardware Indonesia Tbk bila dilihat dari current

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PT MUSTIKA RATU Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN

PT BENTOEL INTER LAPORAN POSISI KE 200 KETERANGAN 2009 ASSET ASSET LANCAR kas dan setara kas 84,310,801,719 piutang usaha pihak ketiga

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

RASIO LAPORAN KEUANGAN

L2

PT Argo Pantes Tbk dan Anak Perusahaan Neraca Konsolidasi Per tanggal 31 Desember 2007, 2006, dan

PT ASTRA GRAPHIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN. Catatan 2009*) Kas dan setara kas 2d,

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. dan interprestasi terhadap laporan keuangan badan yang bersangkutan.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. PT. Kimia Farma Tbk merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang

Lampiran 1. Rasio Market PT. Indoritel Makmur Internasional Tbk dan PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk Tahun 2013 dan 2014.

PT ASTRA GRAPHIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN. Catatan 2009*) Kas dan setara kas 2d,

ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI

LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Febriyanto, S.E., M.M.

BAB IV. Analisis dan Pembahasan. dan 2012 terdapat analisis keuangan sebagai berikut :

Neraca Konsolidasi PT. GUDANG GARAM, Tbk.

PT ASTRA GRAPHIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN

JUMLAH ASET LANCAR

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun

Alat analisis laporan keuangan H A S B I A N A D A L I M U N T H E S E., M. A K

Alur Pikir. Lampiran 1. Alur Pikir 73. Analisis Trend Analis Forecasting Analisis Common Size Analisis Rasio Analisis Du pont

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. suatu perusahaan dalam periode tertentu. Salah satu cara dalam penilaian

Nani Soetarmiyati ABSTRACT

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. perusahaan serta proyeksi keuangan, dan harus mengevaluasi akuntansi. untuk meramalkan laba, deviden, dan harga saham.

PT TEMPO SCAN PACIFIC Tbk. DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI 31 Maret 2010 dan 2009 (Dinyatakan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA. Sartono, Agus Manajemen Keuangan : Teori dan Aplikasi. Edisi Keempat.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisa yang telah diuraikan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB IV PEMBAHASAN. kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan sampai sejauh mana tagihan-tagihan jangka

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. TOKO GUNUNG AGUNG, Tbk TAHUN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS RASIO KEUANGAN SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PT. MANDOM INDONESIA TBK.

JUMLAH AKTIVA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR PUSTAKA. Bandung.

BAB IV. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT GUDANG GARAM Tbk. modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Hal ini berarti bahwa

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Umumnya Laporan Keuangan terdiri dari 4 laporan penting, yaitu: neraca,

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. By: Budi Setiawan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk

PT JEMBO CABLE COMPANY Tbk NERACA 31 Desember 2003 dan 2002 (dalam Ribuan Rupiah, kecuali di nyatakan lain)

PRESS RELEASE No. TEL.96/PR.000/COP-A /2011

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT. SEMEN INDONESIA (PERSERO) TBK FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 2016

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

PT SARASA NUGRAHA Tbk NERACA Per 31 Desember 2004 dan 2003 (Dalam Ribuan Rupiah, Kecuali Data Saham)

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH FINANCIAL LEVERAGE TERHADAP RETURN ON EQUITY DAN EARNING PER SHARE PADA PT PAKUWON JATI, Tbk. DAN ENTITAS ANAK

Kata kunci : Rasio Aktivitas, Rasio Leverage, Rasio Likuiditas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN. 1. Ikhtisar Laporan Keuangan PT. Holcim Indonesia Tbk

DAFTAR ISI. SURAT PERNYATAAN RIWAYAT HIDUP. KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR ISTILAH.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

P.T. SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 30 JUNI 2008 DAN 2007

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN. Laporan keuangan peruahaan merupakan sumber informasi bagi pihakpihak

Bab 2: Analisis Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Arti Pentingnya Laporan Keuangan. suatu proses akuntansi. Laporan keuangan berisikan data-data yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODUL ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Manajemen Keuangan ANALISIS RASIO KEUANGAN : PT. HOLCIM tbk

Ade Heryana ANALISA LAPORAN KEUANGAN

PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI. Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Keuangan

PROGRAM MAGISTER STUDI EKONOMI MANAJEMEN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. skripsi ini, mengggunakan buku acuan Manajemen Keuangan: Prinsip

Analisis Rasio Keuangan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan Bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan ini

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PT JAYA REAL PROPERTY TBK LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 30 Juni 2011 dan 31 Desember 2010 (Dalam Ribuan Rupiah) 31 Desember 2010

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penilaian Kinerja PT Tambang Batu Bara Bukit Asam, Tbk dan PT

Bab 9 Teori Rasio Keuangan

30 Juni 31 Desember

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. seluruh kewajiban lancarnya. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN MASALAH Laporan keuangan mencerminkan kondisi keuangan dan sebagai alat komunikasi bagi para pihak yang berkepentingan yang merupakan hasil akhir dari kegiatan akuntansi perusahaan yang bersangkutan. Pada bab IV ini penulis mencoba menganalisis laporan keuangan dengan metode analisis horizontal dan vertical serta membahas tentang rasio-rasio keuangan berupa rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas dan rasio aktivitas pada laporan keuangan untuk tahun yang berakhir 31 desember 2005, 2006, 2007. IV. 1 Analisis vertical dan horizontal dari neraca Analisis horizontal merupakan analisis persentase kenaikan dan penurunan dalam pos-pos yang sepadan pada laporan keuangan komparatif. Jumlah setiap pos pada laporan yang terbaru dibandingkan dengan pos yang sepadan pada satu atau lebih laporan terdahulu. Analisis vertical meupakan anlisis yang dapat juga digunakan untuk memperlihatkan hubungan antara bagian komponen dengan totalnya dalam satu laporan. 45

PERUSAHAAN PERSEROAN(PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN ANALISIS HORIZONTAL DAN VERTIKAL NERACA KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2005, 2006, 2007 AKTIVA Uraian Neraca 2005 Neraca 2006 Neraca 2007 Analisis horizontal kenaikan atau penurunan 2005 2006 2006 2007 Jumlah Persen Jumlah Persen Analisis vertikal 2005 2006 2007 AKTIVA LANCAR Kas dan Setara kas 5,374,684 8,315,836 10,140,791 2,941,152 55% 1,824,955 22% 8.64% 11.07% 12.36% penyertaan sementara 22,064 84,492 159,504 62,428 283% 75,012 89% 0.04% 0.11% 0.19% Piutang usaha pihak yang mempunyai hubungan istimewa 530,370 520,689 449,085 9,681 2% 71,604 14% 0.85% 0.69% 0.55% Pihak ketiga 3,047,539 3,196,588 2,912,403 149,049 5% 284,185 9% 4.90% 4.25% 3.55% Piutang lain lain 153,247 147,735 150,508 5,512 4% 2,773 2% 0.25% 0.20% 0.18% Persediaan 220,327 213,329 211,441 6,998 3% 1,888 1% 0.35% 0.28% 0.26% Beban dibayar dimuka 777,869 1,073,329 1,407,410 295,460 38% 334,081 31% 1.25% 1.43% 1.72% Piutang restitusi pajak 0 359,582 420,550 359,582 60,968 17% 0.00% 0.48% 0.51% Pajak dibayar di muka 18,913 2,390 47,683 16,523 87% 45,293 1895% 0.03% 0.00% 0.06% Aktiva lancar lainnya 159,537 6,822 78,720 152,715 96% 71,898 1054% 0.26% 0.01% 0.10% Jumlah aktiva lancar 10,304,550 13,920,792 15,978,095 3,616,242 35% 2,057,303 15% 16.57% 18.53% 19.47% AKTIVA TIDAK LANCAR Penyertaan jangka panjang bersih 101,400 89,197 113,990 12,203 12% 24,793 28% 0.16% 0.12% 0.14% Aktiva tetap 45,643,243 54,267,060 60,463,892 8,623,817 19% 6,196,832 11% 73.42% 72.23% 73.68% Aktiva tetap pola bagi hasil 549,405 965,632 705,091 416,227 76% 260,541 27% 0.88% 1.29% 0.86% Pensiun dibayar dimuka 640 103 398 537 84% 295 286% 0.00% 0.00% 0.00% Uang muka dan aktiva tidak lancar lainnya 946,037 1,454,283 1,408,764 508,246 54% 45,519 3% 1.52% 1.94% 1.72% Goodwill dan aktiva tidak berwujud lainnya 4,493,272 4,436,605 3,387,128 56,667 1% 1,049,477 24% 7.23% 5.90% 4.13% rekening escrow 132,497 2,073 1,402 130,424 98% 671 32% 0.21% 0.00% 0.00% Jumlah aktiva tidak lancar 51,866,494 61,214,953 66,080,665 9,348,459 18% 4,865,712 8% 83.43% 81.47% 80.53% Jumlah aktiva 62,171,044 75,135,745 82,058,760 12,964,701 21% 6,923,015 9% 100.00% 100.00% 100.00% KEWAJIBAN DAN EKUITAS KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Hutang usaha Pihak yang mempunyai hubungan istimewa 11,014,389 1,116,496 942,912 9,897,893 90% 173,584 16% 17.72% 1.49% 1.15% Pihak ketiga 4,281,285 5,801,457 5,962,022 1,520,172 36% 160,565 3% 6.89% 7.72% 7.27% Hutang lain lain 6,677 9,219 16,679 2,542 38% 7,460 81% 0.01% 0.01% 0.02% Hutang pajak 2,469,765 2,569,002 3,052,149 99,237 4% 483,147 19% 3.97% 3.42% 3.72% Hutang dividen 3,276 1,380 0 1,896 58% 1,380 100% 0.01% 0.00% 0.00% Beban yang masih harus dibayar 1,521,247 3,475,698 2,741,076 1,954,451 128% 734,622 21% 2.45% 4.63% 3.34% Pendapatan diterima dimuka 1,592,718 2,037,772 2,413,952 445,054 28% 376,180 18% 2.56% 2.71% 2.94% Uang muka pelanggan dan pemasok 223,086 161,262 141,361 61,824 28% 19,901 12% 0.36% 0.21% 0.17% Hutang bank jangka pendek 173,800 687,990 573,669 514,190 296% 114,321 17% 0.28% 0.92% 0.70% hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun 2,226,925 4,675,409 4,830,809 2,448,484 110% 155,400 3% 3.58% 6.22% 5.89% Jumlah kewajiban jangka pendek 13,513,168 20,535,685 20,674,629 7,022,517 52% 138,944 1% 21.74% 27.33% 25.19% KEWAJIBAN JANGKA PANJANG Kewajiban jangka panjang bersih 2,391,810 2,665,397 3,034,100 273,587 11% 368,703 14% 3.85% 3.55% 3.70% Pendapatan pola bagi hasil ditangguhkan 425,484 817,174 503,385 391,690 92% 313,789 38% 0.68% 1.09% 0.61% 46

Uraian Neraca 2005 Neraca 2006 Neraca 2007 Analisis horizontal kenaikan atau penurunan 2005 2006 2006 2007 Jumlah Persen Jumlah Persen Analisis vertikal 2005 2006 2007 Hutang jangka panjang,setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun Kewajiban sewa guna usaha 235,537 217,108 201,994 18,429 7.82% 15,114 6.96% 0.38% 0.30% 0.25% Pinjaman penerusan pihgak yang mempunyai hubungan istimewa 4,760,199 4,006,935 3,727,884 753,264 15.82% 279,051 6.96% 7.66% 5.30% 4.50% Wesel bayar dan hutamg obligasi 1,456,669 0 0 1,456,669 2.34% 0.00% 0.00% Hutang bank 1,752,104 2,487,913 4,165,168 735,809 41.99% 1,677,255 67.42% 2.82% 3.30% 5.10% Nilai perolehan penggabungan usaha yang ditangguhkan 3,127,959 3,537,082 2,500,273 409,123 13.08% 1,036,809 29.31% 5.03% 4.70% 3.05% Jumlah kewajiban jangka panjang 19,060,282 18,344,284 18,330,790 715,998 3.80% 13,494 0.07% 30.66% 23.08% 22.34% HAK MINORITAS 6,305,193 8,187,087 9,304,762 1,881,894 29.84% 1,117,675 13.70% 10.14% 10.89% 11.34% EKUITAS Modal saham 5,040,000 5,040,000 5.040.00 0 1% 1% 8.11% 6.70% 6.14% Tambahan modal disetor 1,073,333 1,073,333 1,073,333 0 1% 0 1% 1.73% 1.40% 1.30% Modal saham yang diperoledh kembali 0 952,211 2,176,611 952,211 1,224,400 128.58% 0.00% 1.30% 2.70% Selisih transaksi restrukturasasi entitas sepengendali 90,000 180,000 270,000 90,000 50% 90,000 50% 0.14% 0.20% 0.33% Selisih transaksi perubahan ekuitas perusahaan asosiasi 385,595 385,595 385,595 0 1% 0 1% 0.62% 0.51% 0.50% Laba (rugi) beumn direalisasi atas pemilikan efek yang etersedia untuk dijual 748 8,865 11,237 9,613 1085.16% 2,372 226.70% 0.00% 0.01% 0.14% Selisih kurs karena penjabaranlaporn keuangan 233,253 227,669 230,017 5,584 2.51% 2,348 1.03% 0.38% 0.30% 0.30% Saldo laba Ditentukan pengunaan 1,803,397 1,803,397 6,700,879 0.00% 4,897,482 271.57% 2.90% 2.40% 8.20% Belum ditentukan penggunaannya 14,667,571 20,302,041 22,214,129 5,634,470 38.40% 1,912,088 9.41% 23.59% 27.02% 27.07% Jumlah ekuitas 23,292,401 28,068,401 33,748,579 4,776,000 20.50% 5,680,178 20.20% 37.47% 37.35% 41.13% JUMLAH EKUITAS DAN KEWAJIBAN 62,171,044 75,135,745 82,058,760 12,964,701 20.80% 6,923,015 9.20% 100.00% 100% 100% Tabel IV.1 Analisis horizontal dan vertical neraca. 1. Kas dan setara kas Pada analisis horizontal, keadaan kas dan setara kas untuk tahun 2005-2006 mengalami kenaikan sebesar 55 % atau sebesar Rp 2.941.152 dari Rp 5.374.684 pada tahun 2005. Sedangkan keadaan kas dan setara kas pada tahun 2006-2007 mengalami kenaikan sebesar 22% atau sebesar Rp 1. 824. 955 dari Rp 8.315.836 pada tahun 2006 Pada analisis vertical, keadaan kas dan setara kas untuk tahun 2005-2006 mengalami kenaikan sebesar 2,46 % dari 8,6 % pada tahun 2005 dan 11,06% pada tahun 2006. Sedangkan untuk tahun 2006-2007 mengalami kenaikan sebesar 1,3 % dari 11,06 tahun 2006 dan 12,36 tahun 2007. 47

Kenaikan keadaan kas dan setara kas ini mengalami kenaikan ini disebabkan oleh adanya transaksi oleh pihak yang memiliki hubungan istimewa, pihak ketiga, dan deposito berjangka bertambah. 2. Penyertaan sementara. Pada analisis horizontal, keadaan penyertaan sementara untuk tahun 2005-2006 mengalami kenaikan sebesar 283 % atau sebesar Rp 62. 428 dari Rp 22. 064 pada tahun 2005. Sedangkan keadaan penyertaan sementara pada tahun 2006-2007 mengalami kenaikan sebesar 89% atau sebesar Rp 75. 012 dari Rp 84. 492 pada tahun2006. Pada analisis vertical, keadaan penyertaan sementara untuk tahun 2005-2006 mengalami kenaikan sebesar 0,06 % dari 0,04% untuk tahun 2005 dan 0,1 % untuk tahun 2006. Sedangkan untuk tahun 2005-2006 mengalami kenaikan sebesar 0,1 % dari 0,1% untuk tahun 2006 dan 0,2 % untuk tahun 2007 Kenaikan keadaan penyertaan sementara ini mengalami kenaikan karena adanya transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan sementara, penyertaan lainnya, dan penyertaan pada perusahaan asosiasi bertambah. 3. Piutang usaha Pada analisis horizontal, untuk tahun 2005-2006 (yaitu untuk pihak yang mempunyai hubungan istimewa) mengalami penurunan sebesar Rp- 9.681 atau sebesar 1,8% dari Rp 530.570. Sedangkan untuk tahun 2006-48

2007 mengalami penurunan menjadi Rp -71. 604 atau sebesar -13,7% dari Rp 520. 689 pada tahun 2006. Pada analisis vertical, untuk tahun 2005-2006 (yaitu untuk pihak yang mempunyai hbungan istimewa) mengalami penurunan sebesar 0,15 % dari 0,85% pada tahun 2005 dan 0,7% pada tahun 2006. Sedangkan untuk tahun 2006-2007 juga mengalami penurunan sebesar 0,2 % atau 0,7 % pada tahun 2006 dan 0,5% pada tahun 2007. Penurunan pada piutang usaha untuk pihak yang mempunyai hubungan istimewa disebabkan oleh adanya transaksi eliminasi piutang usaha dengan KSO VII sebagai akibat penggabungan usaha dengan KSO VII dan peningkatan penyisihan piutang ragu-ragu sebesar 0,8 miliar atau 0,9% dari Rp 84,3 miliar pada posisi 31 desenber 2005 menjadi Rp 85,1 miliar pada akhir tahun 2006. Pada analisis horizontal untuk piutang usaha pihak ketiga pada tahun 2005-2006 mengalami kenaikan sebesar 4,8% atau sebesar Rp 149.049 dari Rp 3.047.539. Sedangkan untuk tahun2006-2007 mengalami penurunan menjadi -8,8% atau sebesar Rp -284. 185 dari Rp 3.196.588. Pada analisis vertikal, untuk tahun 2005 2006 ( untuk piutang uasaha pihak ketiga ) mengalami penurunan sebesar 0,6 % atau dari 4,9 % tahun 2005 dan 4,3% tahun 2006. Sedangkan untuk tahun 2006-2007 mengalami penurunan sebesar 0,8 % dari 4,3 % tahun 2006 dan 3,5% tahun 2007. Kenaikan pada analisis horizontal untuk tahun 2005-2006 49

disebabkan oleh adanya peningkatan piutang usaha dari pelanggan perumahan dan bisnis. 4. Persediaan Pada analisis horizontal untuk tahun 2005-2006 mengalami penurunan sebesar -3,2% atau sebesar Rp -6.998 dari Rp 220.327 pada tahun 2005 menjadi Rp 213, 329. Sedangkan pada tahun 2006-2007 mengalami penurunan sebesar -0,88% atau sebesar -1888 dari Rp 213. 329 pada tahun 2005 menjadi Rp 211.441 pada tahun2007. Pada analisis vertical, untuk tahun 2005-2006 mengalami penurunan sebesar 0,05% dari 0,35 % pada tahun 2005 menjadi 0,3% pada tahun 2006. Sedangkan untuk tahun 2006-2007 mengalami penurunan lagi sebesar 0,04% dari 0,3% pada tahun 2006 menjadi 0,26 % pada tahun 2007. Penurunan pada persediaan disebabkan karena meningkatnya penjualan dari tahun 2005-2007. 5. Beban dibayar dimuka Pada analisis horizontal, untuk tahun 2005-2006 mengalami kenaikan sebesar Rp 295.460 atau sebesar 37,9% dari Rp 777.869 tahun 2005 menjadi 1.073.329 pada tahun 2006. Sedangkan untuk tahun 2006-2007 mengalami kenaikan sebesar 31,1% atau sebesar Rp 334.081 dari 1.073.329 pada tahun 2006 menjadi Rp 1.407.410 pada tahun 2007. 50

Pada analisis vertical,untuk tahun 2005-2006 mengalami kenaikan sebesar 0,1 % dari 1,3% pada tahun 2005 menjadi 1,4 % pada tahun 2006. Sedangkan untk tahun 2006-2007 mengalami kenaikan sebesar 0,3% atau 1,4% dari tahun 2006 menjadi 1,7% pada tahun 2007. 6. Aktiva tetap Pada analisis horizontal, untuk tahun 2005-2006 mengalami kenaikan sebesar 18,8 % atau sebesar Rp 8.623.817 atau dari Rp 45.643.243 pada tahun 2005 menjadi Rp 54.267.060 pada tahun 2006. Sedangkan untuk tahun 2006-2007 mengalami kenaikan sebesar 11,4% atau sebesar Rp 6.196.832 atau dari Rp 54.267.060 pada tahun 2006 menjadi Rp 60.463.892 pada tahun 2007 Pada analisis vertical, untuk tahun 2005-2006 mengalami penurunan sebesar 1,18% atau dari 73,4 % pada tahun 2005 menjadi 72,22 % pada tahun 2006. Sedangkan pada tahun 2006-2007 mengalami kenaikan sebesar 1,46% atau dari 72,22% pada tahun 2005 menjadi 73,68% pada tahun 2007. Kenaikan pada aktiva tetap disebabkan meningkatnya pembelian aktiva tetap pada tahun 2007. 7. Aktiva tetap pola bagi hasil Pada analisis horizontal, untuk tahun 2005-2006 mengalami kenaikan sebesar 75,75% atau sebesar Rp 416.227 atau dari Rp 549.405 pada tahun 2005 menjadi Rp 965.632. Sedangkan untuk tahun 2006-2007 mengalami 51

penurunan sebesar -26,9% atau sebesar Rp -260.541 atau dari Rp 965.632 pada tahun 2006 menjadi Rp 705.091 pada tahun 2007. Pada analisis vertical, untuk tahun 2006-2007 mengalami kenaikan sebesar 0,4 % atau dari 0,9% pada tahun 2005 menjadi 1,3% pada tahun 2006. Sedangkan untuk tahun 2006-2007 mengalami penurunan sebesar 0,4% atau dari 1,3% menjadi 0,9%. Kenaikan dan penurunan aktiva tetap pola bagi hasil disebabkan adanya peningkatan pendapatan pola bagi hasil pada tahun 2006 serta penurunan pada pendapatan pola bagi hasil pada tahun 2007. 8. Pensiun dibayar dimuka Pada analisis horizontal, untuk tahun 2005-2006 mengalami penurunan yaitu sebesar -83,9% atau sebesar -537 atau penurunan pada tahun 2005 sebesar Rp 640 dan Rp 103 pada tahun 2006. Sedangkan pada tahun 2006-2007 mengalami kenaikan sebesar 286,4% atau sebesar Rp 295 atau dari Rp 103 pada tahun 2006 menjadi Rp 398 pada tahun 2007 Pada analisis vertical, untuk tahun 2005-2007 tidak ada kenaikan atau penirunan secara signifikan. Kenaikan atau penurunan pension dibayar dimuka disebabkan karena berfluktuasinya kewajiban pensiun dan nilai wajar aktiva program pensiun. 52

IV.2 Analisis horizontal dan vertical pada laporan laba rugi. Analisis horizontal dan vertikal pada laporan laba rugi dapat dilihat dari tabel berikut ini PERUSAHAAN PERSEROAN ( PERSERO) P.T. TELEKOMUNIKASI Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN ANALISIS HORIZONTAL DARI LAPORAN LABA RUGI UNTUK TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2005, 2006, 2007 Laporan Laporan Laporan Analisis Horizontal Kenaikan atau penurunan Uraian Laba Rugi Laba Rugi Laba Rugi 2005-2006 2006-2007 2005 2006 2007 Jumlah Persen Jumlah Persen PENDAPATAN USAHA Telepon Tidak bergerak 10,781,252 10,979,033 11,001,211 197,781 1.83% 22,178 0.20% Seluler 14,570,958 20,622,647 22,638,065 6,051,689 41.53% 2,015,418 9.77% Interkoneksi Pendapatan 10,723,800 11,703,805 12,705,911 980,005 9.14% 1,002,106 8.56% Beban (2,981,716) (3,112,344) (3,054,604) -130,628 4.38% 57,740-1.86% Bersih 7,742,084 8,681,461 9,651,307 939,377 12.13% 969,846 11.17% Data dan internet 6,934,324 9,065,187 14,684,135 2,130,863 30.73% 5,618,948 61.98% Kerja sama operasi 588,647 489,414 - -99,233-16.86% 0 0.00% Jaringan 586,636 718,738 707,374 132,102 22.52% -11,364-1.58% Pola bagi hasil 302,282 415,477 427,978 113,195 37.45% 12,501 3.01% Jasa telekomunikasi lainnya 301,001 322,051 329,941 21,050 6.99% 7,890 2.45% Jumlah pendapata usaha 41,807,184 51,294,008 59,440,011 9,486,824 22.69% 8,146,003 15.88% BEBAN USAHA Penyusutan 7,570,739 9,178,343 9,545,004 1,607,604 21.23% 366,661 3.99% Karyawan 6,563,047 8,513,765 8,494,890 1,950,718 29.72% -18,875-0.22% Operasi, pemeliharaan, dan jasa telekomunikasi 5,916,341 7,495,728 9,590,596 1,579,387 26.70% 2,094,868 27.95% Umum dan administrasi 2,763,951 3,271,427 3,567,666 507,476 18.36% 296,239 9.06% Pemasaran 1,126,229 1,241,504 1,769,147 115,275 10.24% 527,643 42.50% Penurunan nilai aktiva 616,768 0 0-616,768-100.00% 0 0.00% Kerugian dari komitmen pembelian 79,359 0 0-79,359-100.00% 0 0.00% Jumlah beban usaha 24,636,434 29,700,767 32,967,303 5,064,333 20.56% 3,266,536 11.00% LABA USAHA 17,170,750 21,593,241 26,472,708 4,422,491 25.76% 4,879,467 22.60% ( BEBAN ) PENGHASILAN LAIN-LAIN Pendapatan bunga 344,686 654,984 518,663 310,298 90.02% -136,321-20.81% Bagian laba ( rugi ) bersih perusahaan asosiasi 10,879 (6,619) 6,637-17,498-160.84% 13,256-200.27% Beban bunga (1,177,268) (1,286,354) (1,436,165) -109,086 9.27% -149,811 11.65% ( Kerugian ) keuntungan selisih kurs-bersih (516,807) 836,328 (294,774) 1,353,135-261.83% -1,131,102-135.25% Lain-lain-bersih 409,184 202,025 328,584-207,159-50.63% 126,559 62.65% ( Beban ) penghasilan lain-lain (929,326) 400,364 (877,055) 1,329,690-143.08% -1,277,419-319.06% LABA SEBELUM PAJAK 16,241,424 21,993,605 25,595,653 5,752,181 35.42% 3,602,048 16.38% (BEBAN ) MANFAAT PAJAK Pajak kini (5,719,644) (7,097,202) (7,233,874) -1,377,558 24.08% -136,672 1.93% Pajak tangguhan 535,757 57,275 (693,949) -478,482-89.31% -751,224-1311.61% (5,183,887) 7,039,927 7,927,823 12,223,814-235.80% 887,896 12.61% LABA SEBELUM HAK MINORITAS ATAS LABA BERSIH ANAK PERUSAHAAN YANG DIKONSOLIDASI 11,057,537 14,953,678 17,667,830 3,896,141 35.24% 2,714,152 18.15% HAK MINORITAS ATAS LABA BERSIH ANAK PERUSAHAAN YANG DIKONSOLIDASI (3,063,971) (3,948,101) (4,810,812) -884,130 28.86% -862,711 21.85% LABA BERSIH 7,993,566 11,005,577 12,857,018 3,012,011 37.68% 1,851,441 16.82% Tabel IV. 2.1 Tabel analisis horizontal dari laporan laba rugi 53

ANALISIS VERTIKAL LAPORAN LABA RUGI PERUSAHAAN PERSEROAN ( PERSERO ) PT TELEKOMUNIKASI DAN ANAK PERUSAHAAN UNTUK TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2005, 2006, 2007 Uraian Laba Rugi Laba Rugi Laba Rugi Analisis Vertikal 2005 2006 2007 2005 2006 2007 PENDAPATAN USAHA Telepon Tidak bergerak 10,781,252 10,979,033 11,001,211 25.79% 21.40% 18.51% Seluler 14,570,958 20,622,647 22,638,065 34.85% 40.20% 38.09% Interkoneksi Pendapatan 10,723,800 11,793,805 12,705,911 25.65% 22.99% 21.38% Beban (2,981,716) (3,112,344) (3,054,604) -7.13% -6.07% -5.14% Bersih 7,742,084 8,681,461 9,651,307 18.52% 16.92% 16.24% Data dan internet 6,934,324 9,065,187 14,684,135 16.59% 17.67% 24.70% Kerja sama operasi 588,647 489,414-1.41% 0.95% 0.00% Jaringan 586,636 718,738 707,374 1.40% 1.40% 1.19% Pola bagi hasil 302,282 415,477 427,089 0.72% 0.81% 0.72% Jasa telekomunikasi lainnya 301,001 322 329,941 0.72% 0.00% 0.56% Jumlah pendapata usaha 41,807,184 51,294,008 59,440,011 100.00% 100.00% 100.00% BEBAN USAHA Penyusutan 7,570,739 9,178,343 9,545,004 18.11% 17.89% 16.06% Karyawan 6,563,047 8,513,765 8,494,890 15.70% 16.60% 14.29% Operasi, pemeliharaan, dan jasa telekomunikasi 5,916,341 7,495,728 9,590,596 14.15% 14.61% 16.13% Umum dan administrasi 2,763,951 3,271,427 3,567,666 6.61% 6.38% 6.00% Pemasaran 1,126,229 1,241,504 1,769,147 2.69% 2.42% 2.98% Penurunan nilai aktiva 616,768 - - 1.48% Kerugian dari komitmen pembelian 79,359 - - 0.19% Jumlah beban usaha 24,636,434 29,700,767 32,967,303 58.93% 57.90% 55.46% LABA USAHA 17,170,750 21,593,241 26,472,708 41.07% 42.10% 44.54% ( BEBAN ) PENGHASILAN LAIN-LAIN Pendapatan bunga 344,686 654,984 518,663 0.82% 1.28% 0.87% Bagian laba ( rugi ) bersih perusahaan asosiasi 10,879 (6,619) 6,637 0.03% -0.01% 0.01% Beban bunga (1,177,268) (1,286,354) (1,436,165) -2.82% -2.51% -2.42% ( Kerugian ) keuntungan selisih kurs-bersih (516,807) 836,328 (294,774) -1.24% 1.63% -0.50% Lain-lain-bersih 409,184 202,025 328,584 0.98% 0.39% 0.55% ( Beban ) penghasilan lain-lain (929,326) 400,364 (877,055) -2.22% 0.78% -1.48% LABA SEBELUM PAJAK 16,241,424 21,993,605 25,595,653 38.85% 42.88% 43.06% (BEBAN ) MANFAAT PAJAK Pajak kini (5,719,644) (7,097,202) (7,233,874) -13.68% -13.84% -12.17% Pajak tangguhan 535,757 57,275 (693,949) 1.28% 0.11% -1.17% Total (beban) manfaat pajak (5,183,887) (7,039,927) (7,927,823) -12.40% -13.72% -13.34% LABA SEBELUM HAK MINORITAS ATAS LABA BERSIH ANAK PERUSAHAAN YANG DIKONSOLIDASI 11,057,537 14,953,678 17,667,830 26.45% 29.15% 29.72% HAK MINORITAS ATAS LABA BERSIH ANAK PERUSAHAAN YANG DIKONSOLIDASI (3,063,971) (3,948,101) (4,810,812) -7.33% -7.70% -8.09% LABA BERSIH 7,993,566 11,005,577 12,857,018 19.12% 21.46% 21.63% Tabel IV. 2.2 Tabel analisis vertical dari laporan laba rugi. 54

1. Pendapatan usaha Pada analisis horizontal, untuk tahun 2005-2006 mengalami kenaikan sebesar 22,69% atau sebesar Rp 9.486.824 atau dari Rp 41.807.184 pada tahun 2005 menjadi Rp 51.294.008 pada tahun 2006. Sedangkan untuk tahun 2006-2007 mengalami kenaikan sebesar 15,88 % atau sebesar Rp 8.146.003 atau dari Rp 51.294.008 pada tahun 2006 menjadi Rp 59.440.011 pada tahun 2007 Pada analisis vertical, untuk tahun 2005-2007 tidak mengalami kenaikan ataupun penurunan. Kenaikan pada tahun 2005-2006 disebabkan oleh adanya peningkatan dari pendapatan selular, interkoneksi, dan pendapatan data dan internet. Sedangkan kenaikan pada tahun 2006-2007, kenaiakan disebabkan oleh peningkatan dari pendapatan data dan internet, selular, interkoneksi, dan telepon tetap nirkabel. 2. Beban usaha Pada analisis horizontal, untuk tahun 2005-2006 mengalami kenaikan sebesar 20,5% atau sebesar Rp 5.064.333 atau kenaikan dari Rp 24.636.434 pada tahun 2005 menjadi Rp 29.700.767 pada tahun 2006. Sedankan untuk tahun 2006-2007 mengalami kenaikan juga sebesar 11% atau sebesar Rp 3.266.536 atau dari Rp 29.700.767 pada tahun 2006 menjadi Rp 32.967.303 pada tahun 2007. Pada analisis vertical, untuk tahun 2005-2006 mengalami penurunan sebesar 1,1% atau dari 59% pada tahun 2005 menjadi 57,9% pada tahun 55

2006. Sedangkan pada tahun 2006-2007 juga mengalami penurunan sebesar 2,44% atau dari 57,9% pada tahun 2006 menjadi 55,46 % pada tahun 2007. Kenaikan pada tahun 2005-2006 disebabkan oleh meningkatnya beban karyawan, beban penyusutan, beban operasi, serta pemeliharaan dan jasa telekomunikasi. Kenaikan pada tahun 2006-2007 disebabkan oleh meningkatnya beban operasi, pemeliharaan dan jasa telekomunikasi, beban pemasaran, beban penyusutan serta beban administrasi dan umum. 3. Laba usaha Pada analisis horizontal, untuk tahun 2005-2006 mengalami kenaikan sebesar 25,8% atau naik sebesar Rp 4.422.491 atau dari Rp 17.170.750 pada tahun 2005 menjadi Rp 21.593.241 pada tahun 2006. Sedangkan untuk tahun 2006-2007, mengalami kenaikan sebesar 22,6% atau sebesar Rp 4.879.467 atau dari Rp 21.593.241 pada tahun 2006 menjadi Rp 26.472.708 pada tahun 2007. Pada analisis vertical, untuk tahun 2005-2006 mengalami kenaikan sebesar 0,1% atau dari 41,1% pada tahun 2005 dan 42,10% pada tahun 2006. Sedangkan untuk tahun 2006-2007 mengalami kenaikan sebesar 2,44% atau dari 42,10% pada tahun2006 menjadi 44,54% pada tahun 2007. Kenaikan pada laba usaha disebabkan oleh kenaikan pendapatan usaha lebih besar dari pada kenaikan beban usaha. 56

4. ( Beban ) Penghasilan lain-lain Pada analisis horizontal, untuk tahun 2005-2006 mengalami kenaikan sebesar -143,08% atau sebesar Rp 1.329.690 atau dari Rp - 929.326 pada tahun 2005 menjadi Rp 400.364 pada tahun 2006. Sedangkan untuk tahun 2006-2007 mengalami penurunan sebesar -319,06% atau sebesar Rp -1.277.419atau dari Rp 400.364 pada tahun 2006 menjadi Rp - 877.055 pada tahun 2007. Pada analisis vertical, untuk tahun 2005-2006 mengalami kenaikan sebesar 2,98 atau dari -2,2% pada tahun 2005 menjadi 0,78% pada tahun 2006. Sedangkan untuk tahun 2006-2007 mengalami penurunan sebesar 2,28% atau dari 0,78% pada tahun 2006 menjadi -1,5% pada tahun 2007. Kenaikan atau penurunan (beban) penghasilan lain-lain disebabkan berfluktuatifnya jumlah pendapatan bunga. 5. Laba sebelum pajak Pada analisis horizontal, untuk tahun 2005-2006 mengalami kenaikan sebesar 35,42% atau sebesar Rp 5.752.181 atau dari Rp 16.241.424 pada tahun 2005 menjadi Rp 21.993.605 pada tahun 2006. Sedangkan untuk tahun 2006-2007 mengalami kenaikan sebesar 16,4% atau sebesar Rp 3.602.048 atau dari Rp 21.993.605 pada tahun 2006 menjadi Rp 25.595.653 pada tahun 2007. Pada analisis vertical, untuk tahun 2005-2006 mengalami kenaikan sebesar 4% atau dari 38,8% pada tahun 2005 menjadi 42,8% pada tahun 57

2006. Sedangkan untuk tahun 2006-2007 mengalami kenaikan sebesar 0,2% atau dari 42,8% pada tahun 2006 menjadi 43% pada tahun 2007. Kenaikan pada laba sebelum pajak disebabkan oleh meningkatnya laba usaha dari tahun ke tahun. 6. (Beban ) Manfaat Pajak tangguhan. Beban atau Manfaatnya terdiri dari dua pos yaitu pajak kini dan pajak a. Pajak kini Pada analisis horizontal, untuk tahun 2005-2006 mengalami kenaikan sebesar 24,08 atau sebesar (Rp 1.377.558) atau dari ( Rp 5.719.644) pada tahun 2005 menjadi (Rp 7.097.202) pada tahun 2006. Sedangkan untuk tahun 2006-2007 mengalami kenaikan sebesar 1,93% atau sebesar ( Rp 136.672) atau dari ( Rp 7.097.202) pada tahun 2006 menjadi ( Rp 7.233.874) pada tahun 2007. Pada analisis vertical, untuk tahun 2005-2006 mengalami penurunan sebesar 0,13 % atau dari -13,7% pada tahun 2005 menjadi -13,83% pada tahun 2006. Sedangkan untuk tahun 2006-2007 mengalami kenaikan sebesar 1,66% atau dari -13,83% pada tahun 2006 menjadi - 12,17% pada tahun 2007. 58

b. Pajak tangguhan Pada analisis horizontal, untuk tahun 2005-2006 mengalami penurunan sebesar -89,3% atau sebesar ( Rp 478.482) atau dari Rp 535.757 pada tahun 2005 menjadi Rp 57.275 pada tahun 2006. Sedangkan untuk tahun 2006-2007 mengalami penurunan sebesar 1311,6% atau sebesar ( Rp 751.224) atau dari Rp 57.275 pada tahun 2006 menjadi (Rp 693.949) pada tahun 2007. Pada analisis vertical, untuk tahun 2005-2006 mengalami penurunan sebesar 1,2% atau dari 1,8% pada tahun 2005 menjadi 0,1% pada tahun 2006. Sedangkan untuk tahun 2006-2007 mengalami kenaikan sebesar 1,15% atau dari 0,1% pada tahun 2006 menjadi 1,16% pada tahun 2007. Kenaikan ( beban ) manfaat pajak disebabkan oleh jumlah laba sebelum pajak yang bertambah. 7. Laba bersih Pada analisis horizontal, untuk tahun 2005-2006 mengalami kenaikan sebesar 37,68% atau sebesar Rp 3.012.011 atau dari Rp 7.993.566 pada tahun 2005 menjadi Rp 11.005.577 pada tahun 2006. Sedangkan untuk tahun 2006-2007 mengalami kenaikan sebesar 16,82% atau sebesar Rp 1.851.411 atau dari Rp 11.005.577 pada tahun 2006 menjadi Rp 12.857.018 pada tahun 2007 59

Pada analisis vertical, untuk tahun 2005-2006 mengalami kenaikan sebesar 2,38% atau dari 19,12% pada tahun 2005 menjadi 21,5% pada tahun 2006. Sedangkan untuk tahun 2006-2007 mengalami kenaikan sebesar 0,13 % atau dari 21,5% pada tahun 2006 menjadi 21,63% pada tahun 20007 Kenaikan laba bersih disebabkan oleh laba sebelum hak minoritas atas laba bersih anak perusahaan yang dikonsolidasi bertambah setiap tahunnya. IV. 3 Analisis rasio 1. Current ratio Current ratio PT Telekomunikasi Tbk untuk tahun 2005-2007 adalah Uraian 2005 2006 2007 Aktiva lancar Rp10,304,550 Rp13,920,792 Rp 15,978,095 Kewajiban lancar 13,513,168 20,535,685 20,674,629 Current Ratio 76% 67 % 77% rata-rata kompetitor 132% 105% 98% Tabel IV. 3. 1 Tabel Perhitungan Current Ratio Dari table IV.3.1 dapat diketahui bahwa pada tahun 2006 current ratio mengalami penurunan yang disebabkan oleh peningkatan pada aktiva lancar tidak sebanding dengan peningkatan kewajiban lancarnya. ini berarti likuiditas dari PT Telekomunikasi Tbk mengalami penurunan. Tetapi pada 60

tahun 2007 mengalami kenaikan, ini disebabkan oleh meningkatnya aktiva lancar dan kewajiban lancar yang tidak signifikan naik. Ini berarti likuiditas PT Telekomunikasi Tbk membaik. Pada tahun 2007 nilai current ratio PT Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar 0,77 artinya setiap 0,77 rupiah aktiva lancar dapat menjamin satu rupiah kewajiban lancar. Current ratio PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Indonesia lebih rendah dari rata-rata competitor. Ini berarti keyakinan bahwa kewajiban lancar akan dibayar masih rendah bila dibandingkan dengan competitor. 2. Acid test ratio. Perhitungan rasio likuiditas lainnya adalah acid test ratio. Metode perhitungan ini mempunyai kemiripan dengan current ratio. Pada perhitungan acid test ratio ini tidak memasukkan unsur persediaan.tidak adanya unsur persediaan ini disebabkan unsur persediaan ini paling sulit jika dicairkan sebagai uang kas. Sulitnya unsur ini untuk dicairkan menjadi uang kas disebut juga tidak likuid. Bagi para kreditor yang menginginkan tingkat pengembalian yang cepat rasio ini sangat bemanfaat. Uraian 2005 2006 2007 aktiva lancar 10,304,550 13,920,792 15,978,095 ( )Persediaan 220,327 213,329 211,441 Acid test ratio 10,084,223 13,707,463 15,366,654 Kewajiban lancar 13,513,168 20,535,685 20,674,699 Acid test ratio 74,6% 67,4% 74,32% rata rata kompetitor 129.00% 100.00% 96.00% Tabel IV. 3. 2 Tabel Perhitungan Acid Test Ratio 61

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa untuk tahun 2005-2006 mengalami penurunan hal ini disebabkan oleh naiknya kewajiban lancar tidak diimbanngi dengan naiknya aktiva lancar sedangkan untuk tahun 2006-2007 naik karena kewajiban lancar yang naiknya tidak begitu signifikan serta besarnya kenaikan aktiva lancar dan kurangnya persediaan sebagai pengurang menyebabkan angka rasio menjadi naik. Dari perhitungan diatas juga dapat dilihat bahwa acid test ratio PT Telekomunikasi Indonesia Tbk masih dibawah rata-rata competitor hal ini tidak bagus bagi perusahaan karena makin menyebabkan para kreditor enggan meminjamkan dananya pada PT Telekomunikasi Tbk. 3. Equity to total asset ratio. Perhitungan equity to total asset ratio PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dari tahun 2005-2007 dapat dilihat sebagai berikut: Uraian 2005 2006 2007 Ekuitas 23,292,401 28,068,689 33,748,579 Total aktiva 62,171,044 75,135,745 82,058,760 Equity to total asset ratio 37,4% 37.00% 41.00% rata rata kompetitor 36.00% 120.00% 27.00% Tabel IV. 3. 3 Tabel Perhitungan Equity tototal Asset Ratio Dari hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa equity to total asset ratio PT Telekomunikasi Indonesia Tbk mengalami kenaikan. Pada tahun 2007 besarnya equity to total asset ratio adalah 41%. Ini berarti 62

bahwa PT Telekomunikasi Indonesia Tbk membiayai aktivanya dengan modal sendiri yaitu 41 % dibiayai dengan sendiri dan 59% nya dibiayai oleh pinjaman. Dari tahun ke tahun equity to total asset ratio ada yang tetap dan mengalami kenaikan pada tahun 2007. Kenaikan ini berarti PT Telekomunikasi Indonesia Tbk mengurangi jumlah pinjaman pada pihak luar. Makin tinggi ratio ini semakin bagus. Akan tetapi untuk tahun 2006 Equity to total asset ratio PT Telekomunikast Indonesia Tbk masih lebih rendah dari rata-rata competitor ini berarti kinerja keuangan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk belum baik hal ini disebabkan oleh besarnya peningkatan total aktiva yang tidak diimbangi oleh jumlah ekuitas. 4. Equity to fixed asset ratio Ratio lain yang dapat digunakan untuk menilai solvabilitas adalah equity to fixed asset ratio. Perhitungan equity to fixed asset ratio dapat dilihat sebagai berikut: Uraian 2005 2006 2007 Ekuitas 23,292,401 28,068,689 33,748,579 Aktiva tetap 46,192,648 55,232,692 61,168,983 Equity to fixed asset ratio 50.40% 51.08% 55% rata rata kompetitor 36.00% 51.60% 30.55% Tabel IV. 3. 4 Tabel Perhitungan Equity to Fixed Asset Ratio 63

Dengan melihat perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa equity to fixed asset ratio PT Telekomunikasi Indonesia Tbk mengalami kenaikan. Di tahun 2007, angka equity to fixed asset ratio PT Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar 55%, Ini berarti bahwa perusahaan membiayai aktiva tetap dengan modal sendiri sebesar 55% dan lebihnya dibiayai dengan pinjaman. Dari perhitungan diatas juga dapat dilihat bahwa untuk tahun 2005 dan 2007,angka equity to fixed asset ratio PT Telekomunikasi Indonesia diatas rata-rata competitor. Hal ini bagus bagi perusahaan karena kemampuan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dalam membiayai modal sendiri terhadap aktiva lancar semakin naik dari tahun ke tahun. Akan tetapi karena equity to fixedasset ratio PT Telekomnikasi Tbk Indonesia masih dibawah 100% maka sebagian aktiva tetapnya masih dibiayai oleh pinjaman. 5. Debt ratio. Perhitungan debt ratio ini memperhitungkan berapa banyak PT Telekomunikasi Indonesia Tbk menggunakan hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang untuk menjalankan usahanya. Rasio yang rendah yang diinginkan oleh para kreditor tetapi pemegang saham menginginkan leverage yang besar. Perhitungan debt ratio dapat dilihat sebagai berikut: 64

Uraian 2005 2006 2007 Total kewajiban Rp 32,573,450 Rp 38,879,969 Rp 39,005,419 Total aktiva 62,171,044 75,135,745 82,058,760 Debt ratio 52.30% 51.70% 47.80% rata rata kompetitor 40.40% 52.50% 68.00% Tabel IV. 3. 5 Tabel Perhitungan Debt Ratio Pada perhitungan diatas dapat diketahui bahwa porsi pinjaman PT Telekomunikasi Indonesia Tbk mengalami penurunan bahkan untuk tahun 2005 sampai tahun 2007 mengalami penurunan dan juga dibawah rata-rata competitor. Hal ini baik bagi perusahaan karena berarti PT Telekomunikas Indonesia Tbk mengurangi pinjaman untuk menjalankan usahanya. Ini terlihat dalam peningkatan pinjaman yang hanya sedikit bertambah untuk tahun 2006 ke tahun 2007. 6. Time interest earned Perhitungan time interest earned menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba kemudian dari laba tersebut dapat dilihat bagaimana laba membayar kelipatan bunga dari posisi kewajiban. Perhitungan time interest earned dapat dilihat sebagai berikut: Uraian 2005 2006 2007 EBIT 17,418,692 23,279,959 27,031,788 Beban bunga 1,177,268 1,286,354 1,436,165 Time interest earned 14,79 % 18,09 % 18,82 % rata rata kompetitor 1.80% 3,41% 1,75% Tabel IV. 3. 6 Tabel Perhitungan Time Interest Earned 65

Dari perhitungan diatas dapat dilihat bahwa angka time interest earned PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dari tahun ke tahun mengalami kenaikan dan diatas rata-rata competitor. Hal ini makin bagus bagi perusahaan karena perusahaan mampu membayar kelipatan bunga dengan menghasilkan laba perusahaan. 7. Operating profit margin. Operating profit margin menggambarkan seberapa besar perusahaan dapat menghasilkan laba dalam setiap rupiah pendapatan usaha. Perhitungan operating profit margin dapat dilihat sebagai berikut: Uraian 2005 2006 2007 Laba usaha Rp 17,170,750 Rp 21,593,241 Rp 26,472,708 Pendapatan usaha 41,807,184 51,294,008 59,440,011 Operating profit margin 41.00% 42.00% 44.50% rata rata kompetitor 8.50% 24.30% 28.50% Tabel IV. 3. 7 Tabel Perhitungan Operating Profit Margin Dari perhitungan diatas dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun angka ratio PT telekomunikasi Indonesia Tbk mengalami peningkatan dan diatas rata-rata competitor. Hal ini bagus bagi perusahaan karena kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba termasuk baik. Untuk tahun 2007, menghasilkan 0,445 ratio operating profit margin. Ini berarti setiap rupiah dari pendapatan usaha PT Telekomunikasi Tbk dapat menghasilkan 0,445 laba usaha perusahaan. 66

Dari perhitungan diatas dapat diketahui juga bahwa pertumbuhan operating profit margin TELKOM masih dibawah rata-rata competitor. Untuk tahun 2005 ke 2006 pertumbuhan TELKOM sebesar 2,4 % sedangkan pertumbuhan rata-rata competitor sebesar 185,8%. Untuk tahun 2006 ke 2007 pertumbuhan TELKOM sebesar 6% sedangkan pertumbuhan rata-rata competitor sebesar 17,3%. Dalam hal ini berarti competitor lebih dapat mengendalikan biaya daripada TELKOM. 8. Net profit margin Perhitungan net profit margin memperhitungkan bagaimana perusahaan mendapatkan laba bersih dengan menggunakan pendapatan usaha. Perhitungan laba bersih ini juga memasukkan unsur beban bunga dari pinjaman dan pajak yang dipungut oleh pemerintah. Perhitungan net profit margin dapat dilihat sebagai berikut: Uraian 2005 2006 2007 Laba bersih Rp 7,993,566 Rp 11,005,577 Rp 12,857,018 Pendapatan usaha 41,807,184 51,294,008 59,440,011 Net Profit margin 19% 21% 21.60% rata rata kompetitor 55.00% 13.00% 9.00% Tabel IV. 3. 8 Tabel Perhitungan Net Profit Margin Dari perhitungan diatas dapat dilihat bahwa PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dan diatas ratarata competitor. Hal ini bagus bagi perusahaan karena setiap laba yang dihasilkan mengalami peningkatan. Pada tahun 2007, PT Telekomunikasi 67

Indonesia Tbk memiliki net profit margin sebesar 21,60%, ini berarti setiap rupiah pendapatan usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk menghasilkan Rp 0,2160 laba bersih. 9. Return on Asset. Return on asset menggambarkan seberapa besar penggunaan aktiva dapat menghasilkan keuntungan. Perhitungan return on asset untuk tahun 2005-2007 dapat dilihat sebagai berikut: Uraian 2005 2006 2007 Laba bersih Rp 7,993,566 Rp 11,005,577 Rp 12,857,018 Total aktiva 62,171,044 75,135,745 82,058,760 Return on asset 12% 14.60% 15.60% rata rata kompetitor 6.40% 4.20% 3.10% Tabel IV. 3. 9 Tabel Perhitungan Return on Asset Dari perhitungan diatas dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun PT Telekomunikasi Indonesia Tbk mengalami peningkatan dan diatas rata-rata competitor. Hal ini bagus bagi perusahaan karena setiap penggunaan tiap rupiah aktiva PT Telekomunikasi Indonesai Tbk dapat menghasilkan tingkat keuntungan yang terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2007, return on asset PT Telekomunikasi Indonesia Tbk adalah 0,1560, ini berarti setiap rupiah penggunaan aktiva dapat menghasilkan 0,1560 laba bersih. 68

10. Return on Equity Return on equity menggambarkan tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham berarti rasio ini mengukur seberapa besar perusahaan mampu mengembalikan dana dari investor. Perhitungan return on equity dapat dilihat sebagai berikut dari tahun 2005-2007 Uraian 2005 2006 2007 Laba bersih Rp 7,993,566 Rp 11,005,577 Rp 12,857,018 Ekuitas 23,292,401 28,068,689 33,748,579 Return on equity 34.30% 39% 38% rata rata kompetitor 38.00% 35.00% 18.00% Tabel IV. 3. 10 Tabel Perhitungan Return on Equity Dari perhitungan diatas dapat dilihat bahwa dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 ROE PT Telekomunikasi Indonesia Tbk mengalami peningkatan dan diatas rata-rata competitor. Hal ini baik bagi perusahaan karena makin tinggi ROE maka akan semakin bagus yang berarti bahwa tingkat laba bersih yang akan didapat oleh investor maka semakin tinggi ini menyebabkan para investor merasa tertarik untuk menanamkan uangnya pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. Dan perusahaan pun akan mendapatkan dana untuk menjalankan usahanya dan dapat mengembalikan dana investor dengan persentase laba bersih yang baik. \ 69

11. Earning per share. Earning per share menggambarkan seberapa besar lembar saham biasa dapat menghasilkan keuntungan. Hasil perhitungan EPS dapat dilihat sebagai berikut: Uraian 2005 2006 2007 EPS 396.51 547.15 644.08 rata rata kompetior 255.91 118.94 139.48 Tabel IV. 3.11 Tabel Perhitungan EPS Dari perhitungan diatas dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun EPS PT Telekomunikasi Indonesia Tbk mengalami peningkatan dan diatas ratarata competitornya. Hal ini baik bagi perusahaan karena kemampuan PT Telekomunikai Indonesia Tbk dalam menghasilkan keuntungan dari tiap lembar common share semakin bagus. 12. Asset turn over Asset turn over mengambarkan seberapa besar asset dapat digunakan untuk menghasilkan pendapatan. Semakin tinggi asset turn over maka akan semakin bagus karena kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari setiap penggunaan assetnya maka semakin baik. Perhitungan asset turn over dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 dapat dilihat sebagai berikut: 70

Uraian 2005 2006 2007 Pendapatan usaha Rp 41,807,184 Rp 51,294,008 Rp 59,440,011 Total aktiva 62,171,044 75,135,745 82,058,760 Asset turn over 0,672 X 0,68 X 0,724 X rata rata kompetitor 0.28 X 0.35 X 0.33 X Tabel IV. 3. 12 Tabel Perhitungan Asset Turnover Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa asset turn over PT Telkomunikasi Indonesia Tbk dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hal ini baik bagi perusahaan karena tiap rupiah yang digunakan sebagai aktiva dapat menghasilkan pendapatan usaha yang tinggi misalnya untuk tahun 2007, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk menghasilkan 72,40%, ini berarti bahwa setiap rupiah penggunaan aktiva PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dapat menghasilkan pendapatan usaha sebesar 0,7240 rupiah Dari perhitungan diatas pula dapat diketahui bahwa asset turnover PT telekomunikasi Indonesia Tbk diatas rata-rata competitor. Ini berarti bahwa PT Telekomunikasi Indonesia Tbk lebih efisien dibanding dengan para competitornya. 13. Account receivable turn over Account receivable turn over mengganbarkan volume penjualan yang secara kredit.. Perhitungan account receivable turn over dapat dilihat sebagai berikut: 71

Uraian 2005 2006 2007 Pendapatan usaha Rp 41,807,184 Rp 51,294,008 Rp 59,440,011 Piutang usaha Awal tahun 3,374,872 3,731,156 3,865,012 Akhir tahun 3,731,156 3,865,012 3,511,996 Rata rata piutang usaha 3,553,014 3,798,084 3,688,504 Account receivable turn over 11.766 X 13.5 X 16 X rata rata kompetitor 25.64 X 35.82 X 22.45 X Tabel IV. 3. 13 Tabel Perhitungan Account Receivable Turn Over Dari perhitungan diatas dapat dilihat bahwa account receivable turn over PT Telekomunikasi Indonesia Tbk mengalami peningkatan dari tahunke tahun. Meskipun begitu, Account receivable turn over PT Telekomunikasi Indonesia Tbk masih di bawah rata-rata competitor. Dalam hal ini sebaiknya PT Telekomunikasi Indonesia Tbk menaikkan pendapatan dan menurunkan piutangnya agar dapat menghasilkan account receivable turn over yang tinggi.. 14. Fixed asset turn over Fixed asset turn over menggambarkan seberapa besar pendapatan usaha yang dihasilkan dari mengelola aktiva tetap. Perhitungan fixed asset turn over dari tahun 2005 sampai tahun 2007 dapat dilihat sebagai berikut: 72

Uraian 2005 2006 2007 pendapatan usaha Rp 41,807,184 Rp 51,294,008 Rp 59,440,011 Aktia tetap awal tahun 40,071,226 46,192,648 55,232,692 akhir tahun 46,192,648 55,232.692 61,168,953 rata rata aktiva tetap 43,131,937 50,712,670 58,200,823 Fixed asset turn over 0.97 X 1 X 1.021 X rata rata kompetitor 0.365 X 0.49 X 0.294 X Tabel IV. 3. 14 Tabel Perhitungan Fixed Asset Turn Over. Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa fixed asset ratio PT Telekomunikasi Indonesia Tbk lebih baik dari rata-rata competitor. Hal ini baik bagi perusahaan karena kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dari aktiva tetap termasuk tinggi. Keterangan 2005 2006 2007 Kenaikan atau penurunan 2005 2006 2006 2007 Debt ratio 52.30% 51.70% 47.80% naik naik TATO 0.672 x 0.68 x 0.724 x naik naik ROA 12% 14.60% 15.60% naik naik NPM 19% 21% 21.60% naik naik Tabel IV.3.15 Perbandingan Pencapaian Kinerja Keuangan Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa PT Telekomunikasi Indonesia Tbk adalah perusahaaan yang sehat karena tidak ada keanehan antara rasio-rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas. Hal ini tergambar dari hasil profitabilitasnya yaitu kenaikan pada laba bersih perusahaan yang meningkat tiap tahunnya dan tidak keanehan pada rasio-rasio yang dihitung oleh penulis.. 73

RINGKASAN ANALISIS RASIO TAHUN 2005 NO RASIO TELKOM INDOSAT BAKRI EXCEL RATA RATA COMPETITOR 1 Current Ratio 0.76% 1,39 % 1,98 % 0,6 % 1,32 % 2Acid Test Ratio 0,746 % 13 1,96 % 0,59 % 1299% 3 Equity to Total Asset Ratio 0,37 % 0,44 % 0,55 % 0,0757 % 0,36 % 4 Equity to Fix Asset Ratio 0,5 % 0,775 % 0,095 % 0,36 % 5Debt Ratio 52,30 % 56.00% 44,8% 61.00% 40,40 % 6Time Interest Earned 14,79 % 0% 1,8 % 1,8 % 7 Operating Profit Margin 41% 31,5% 41% 18.00% 8,5 % 8Net Profit Margin 19% 14% 59% 1% 55 % 9Return on Asset 12% 5% 9% 2,4% 6,4 % 10 Return on Equity 34,30 % 11% 17% 32% 38 % 11 Earning per Share Rp. 396,51 Rp.309,04 Rp. 16,13 Rp. 37 Rp 225,91 12 Asset Turn Over 0,672 X 0,35 x 0,16 x 0,33 x 0,28 X 13 Account Receiveble Turnover 11,766 X 45,36 x 7,4 x 23,17 x 25,64 X 14 Fix Asset Turnover 0,97 X 0,25 x 0,48 x 0,365 X Tabel IV. 3.16 Ringkasan analisis rasio tahun 2005 Dari tabel ringkasan analisis rasio tahun 2005 diatas dapat diketahui bahwa ada 8 rasio TELKOM yang berada diatas rata-rata competitor yaitu time interest earned, operating profit margin, net profit margin, return on asset, return on equity, earning per share, asset turn over, dan fixed asset turn over. Untuk competitor, perusahaan bakrie telecom memiliki 4 rasio yang berada lebih tinggi dari TELKOM. INDOSAT dan EXCEL hanya memiliki 1 rasio yang berada diatas TELKOM 74

RINGKASAN ANALISIS RASIO TAHUN 2006 NO RASIO TELKOM INDOSAT BAKRI EXCEL RATA RATA COMPETITOR 1 Current Ratio 0.67% 0,83 % 1,8 % 0,51 % 1,05 % 2Acid Test Ratio 0,674 % 0,816 % 17,16 % 0,49 % 1007% 3 Equity to Total Asset Ratio 0,37 % 0,44 % 0,7 b% 0,06 % 1,2 % 4 Equity to Fix Asset Ratio 0,51 % 0,962 % 0,07 % 0,52 % 5Debt Ratio 51,70 % 55% 32,5% 7% 52,50 % 6Time Interest Earned 18,09 % 3,41 % 3,41 % 7 Operating Profit Margin 42% 28% 23% 21,9% 24,30 % 8Net Profit Margin 21% 12% 12% 14% 13% 9Return on Asset 14,60 % 4,1% 3,29% 5,2% 4,2 % 10 Return on Equity 39% 9% 5% 92% 35% 11 Earning per Share Rp. 547,15 Rp. 260,9 Rp. 3,94 Rp. 0,92 Rp. 118,94 12 Asset Turn Over 0,68 X 0,04 x 0,27 x 0,37 x 0,35 X 13 Account Receiveble Turnover 13,5 X 69,53 x 11,25 x 26.67 x 35,82 X 14 Fix Asset Turnover 1 X 0,46 x 0,52 x 0,49 X Tabel IV. 3.17 Ringkasan analisis rasio tahun 2006 Dari tabel ringkasan analisis rasio tahun 2006 diatas dapat diketahui bahwa ada 7 rasio TELKOM yang berada diatas rata-rata competitor. Rasio TELKOM tersebut adalah time interest earned, operating profit margin, net profit margin, return on asset, earning per share, asset turn over, fixed aset turn over. Sedangkan untuk competitor, INDOSAT dan BAKRI memiliki 3 rasio yang berada diatas TELKOM. EXCEL memiliki 1 rasio yang berada diatas TELKOM. RINGKASAN ANALISIS RASIO TAHUN 2007 NO RASIO TELKOM INDOSAT BAKRI EXCEL RATA RATA COMPETITOR 1 Current Ratio 0.77% 0,93 % 1,8 % 0,23 % 0,98 % 2Acid Test Ratio 0,7432 % 0,91 % 1768% 0,22 % 0,966 % 3 Equity to Total Asset Ratio 0,41 % 0,3% 0,4 % 0,038 % 0,27 % 4 Equity to Fix Asset Ratio 0,55 % 0,566 % 0,045 % 0,31 % 5Debt Ratio 47,80 % 63% 60% 80% 68% 6Time Interest Earned 18,82 % 1,75 % 1,75 % 7 Operating Profit Margin 44,5 % 33,5% 25% 27% 28,50 % 8Net Profit Margin 21,60 % 12% 11% 4% 9% 9Return on Asset 15,60 % 5% 3% 1,3% 3,1 % 10 Return on Equity 38% 12% 7,68% 35% 18% 11 Earning per Share Rp. 644,08 Rp. 375,79 Rp. 7,65 Rp. 35 Rp. 139,48 12 Asset Turn Over 0,724 X 0,36 x 0,28 x 0,34 x 0,33 X 13 Account Receiveble Turnover 16 X 27,34 x 14,82 x 25,2 x 22,45 X 14 Fix Asset Turnover 1,021 X 0,1 x 0,488 x 0,294 X Tabel IV.3.18 Ringkasan analisis rasio tahun 2007 75

Dari tabel ringkasan analisis rasio tahun 2007 dapat diketahui bahwa ada 9 raio TELKOM yang berada diatas competitornya. Rasio TELKOM tersebut adalah equity to total asset ratio, time interest earned, operating profit margin, net profit margin, return on asset, return on equity, earning per share, asset turn over dan fixed asset turn over. Sedangkan untuk competitor, BAKRI memiliki 3 rasio yang berada diatas TELKOM dan EXCEL ada 2 rasio yang berada diatas rasio TELKOM. Dari analisis diatas dapat diketahui bahwa: 1. Sebagian besar kinerja keuangan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk berada diatas rata-rata competitor. Akan tetapi bila dibandingkan dari tahun ke tahun didalam perusahaan, untuk tahun 2005 ke 2006 telkom tidak lazim seperti biasanya.ini dimaksud karena rasio likuiditas telkom mengalami penurunan tetapi rasio aktivitasnya mengalami kenaikan. Hal ini harus mendapat perhatian lebih lanjut dari telkom. 2. Untuk tahun 2006 ke 2007 talkom memperbaiki kinerjanya. Pada tahun ini PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dapat dikatakan perusahaan sehat karena antara rasio-rasio yang dihitung dapat dikatakan normal 76

IV. 4. Analisis Du Pont Analisis Du Pont dari laporan keuangan PT. Telkom diambil dari laporan keuangan tahun 2005-2007 seperti gambar dibawah ini. Pengembalian atas equitas 34,40% Pengembalian atas aktiva 12,81% dikalikan dengan Aktiva / equitas 2,669 Margin laba: laba sebagai persentase dari penjualan 19,12 % dikalikan dengan Perputaran total aktiva 0,67 Penjualan 41.807.184 dibagi dari Laba bersih 7.993.566 Penjualan 41.807.184 dibagi dengan Total aktiva 62.177.044 Total biaya 24.636.434 Dikurangkan dari penjualan 41.807.184 Aktiva tetap 51.866.494 ditambah dengan Aktiva lancar 10.304.550 Gambar IV.1. Bagan Du Pont tahun 2005 Pengembalian atas equitas 39,24 % Pengembalian atas aktiva 14,66% dikalikan dengan Aktiva / equitas 2,677 Margin laba: laba sebagai persentase dari penjualan 21,46 % dikalikan dengan Perputaran total aktiva 0,683 Penjualan 51.294.008 dibagi dari Laba bersih 11.005.577 Penjualan 51.294.009 dibagi dengan Total aktiva 75.135.725 Total biaya 29.700.767 Dikurangkan dari penjualan 51.294.008 Aktiva tetap 61.214.953 ditambah dengan Aktiva lancar 13.920.792 Gambar IV.2. Bagan Du Pont tahun 2006 77

Pengembalian atas equitas 38,07% Pengembalian atas aktiva 15,66 % dikalikan dengan Aktiva / equitas 2,431 Margin laba: laba sebagai persentase dari penjualan 21,63 % dikalikan dengan Perputaran total aktiva 0,724 Penjualan 59.440.011 dibagi dari Laba bersih 12.857.018 Penjualan 59.440.011 dibagi dengan Total aktiva 82.058.760 Total biaya 32.967.303 Dikurangkan dari penjualan 59.440.011 Aktiva tetap 66.080.665 ditambah dengan Aktiva lancar 15.978.095 Gambar IV. 3. Bagan Du Pont tahun 2007 Dari analisis diatas dapat diketahui bahwa cara meningkatkan ROA adalah dengan kenaikan salah satu marjin laba atau perputaran total aktiva. Peningkatan pada pada marjin laba adalah dengan peningkatan pada penjualan dan laba bersih. Peningkatan pada laba bersih adalah dengan cara meningkatkan penjualan atau meminimalisir total biaya. Sedangkan untuk peningkatan perpuratan total aktiva adalah dengan meningkatkan penjualan. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa ROE PT Telekomunikasi indonesia mengalami kenaikan tiap tahunnya. Hal ini disebabkan oleh naiknya ROA. Hal yang harus diperhatikan oleh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk adalah bagaimana cara mengendalikan biaya karena pada setiap tahunnya biaya PT Telekomunikasi Indonesia Tbk mengalami kenaikan. Hal ini juga dapat menyebakan menurunnya ROA.PT Telekomunikasi Indonesia dalam hal ini harus mengadakan penghematan pada beban umum dan administrasi. Karena 78

dari tahun ke tahun beban umum dan administrasi mengalami lonjakan yang tinggi. 79