1 PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
Banyak kalangan pebisnis yang memprediksi bahwa tren pasar consumer. naiknya permintaan maupun konsumsi produk-produk fast moving consumer

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat hal ini

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, memperluas angkatan kerja dan mengarahkan pendapatan yang merata

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016

Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2017 Melampaui Target

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA

IV. POLA KONSUMSI RUMAH TANGGA MISKIN DI PULAU JAWA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

I. PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok menurut Simchy-Levi dan Kaminsky (2003) adalah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA SEPTEMBER, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara sangat menentukan tingkat. kesejahteraan masyarakat suatu negara, yang berarti bahwa suatu negara

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah)

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. KAWASAN HUTAN/Forest Area (X Ha) APL TOTAL HUTAN TETAP PROPINSI

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Kebutuhan Investasi

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2008

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA MARET, 2016

PERANAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI, SP.MP.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

ANALISIS KENDALA INVESTASI BAGI PENANAM MODAL UNTUK INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN ORIENTASI EKSPOR FEBRINA AULIA PRASASTI

I. PENDAHULUAN. strategi rantai pasok tersebut umumnya terjadi trade off antara kecepatan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri Farmasi merupakan salah satu industri besar dan

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

Jakarta, 29 Juli 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2015

PERANAN PERTANIAN DALAM SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA (MODUL 2)

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2016

Sisi Permintaan. Sisi Penawaran

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA MARET, 2017

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI SEMEN DI INDONESIA

SIARAN PERS. Realisasi Investasi Triwulan II Tahun 2017 Mencapai Rp 170,9 Triliun

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemasaran barang dan jasa. Dalam merebut pangsa pasar, kemampuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Sumatera Utara sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1)

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA SEPTEMBER, 2016

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2008 pendapatan per kapita Indonesia sudah meliwati US$ 2.000,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam

Perkembangan Penanaman Modal dan Sektor-sektor I Nyoman Karyawan 63

Tabel Statistik. Tabel 1 Suku Bunga Pasar Uang, Deposito Berjangka, dan Kredit (Persen per Tahun) Tabel Statistik

Siaran Pers. Realisasi Investasi Januari-September 2016 Mencapai Rp 453 Triliun


BAB I PENDAHULUAN. Setidaknya, dalam enam tahun terakhir penjualan mobil meningkat sekitar 334%,

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang melakukan kegiatan perekonomian biasanya ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari tanaman Nicotiana

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA MARET, 2015

BAB I PENDAHULUAN. digunakan adalah bumbu impor. Kuliner asing tersebut dapat menjadi

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016

BAB I PENDAHULUAN. akumulasi modal yang diperlukan untuk pembangunan perekonomian.

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI NTT SEPTEMBER 2011 RINGKASAN

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2015

IV. GAMBARAN UMUM. Pulau Jawa merupakan salah satu bagian dari lima pulau besar di

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan atau mereka yang tergolong angkatan kerja 1 tetapi sedang mencari pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian menuju perekonomian yang berimbang dan dinamis. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan


I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di berbagai bidang perekonomian. Pembangunan ekonomi secara

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

BAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT SEPTEMBER 2011 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2011 SEBANYAK 227,12 RIBU ORANG.

Kekuatan Asing Masih Kuasai Ekonomi Perikanan Nasional

I. PENDAHULUAN. signifikan terhadap manajemen setiap perusahaan. Persaingan bisnis tidak lagi

BPS KOTA TEGAL. BULAN FEBRUARI 2014 KOTA TEGAL INFLASI 0,79 persen


PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2016

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan hidup mendasar yang setiap hari tidak dapat dihindari. oleh manusia salah satunya adalah makan. Dalam perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pendapatan nasional di era globalisasi seperti saat ini

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2015

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia CPO Turunan CPO Jumlah. Miliar)

Transkripsi:

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tahun 2011 Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) mencatat nilai penjualan makanan dan minuman mencapai 660 triliun sedangkan tahun 2012 meningkat hingga 700 triliun. Hasil survei Bank Indonesia tentang indeks penjualan riil makanan dan minuman jadi dari bulan Oktober 2009 Februari 2011 memperkuat hal tersebut. Dari hasil survei tersebut diketahui bahwa daya beli masyarakat terhadap makanan relatif stabil bahkan menunjukkan trend yang meningkat. Meskipun pada bulan Februari 2011 sempat terjadi penurunan daya beli masyarakat karena inflasi, tapi penjualan makanan dan minuman jadi tetap menunjukkan angka yang stabil. Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) menargetkan penjualan makanan dan minuman mencapai Rp850 triliun pada 2014, tumbuh 6% dibanding estimasi 2013 sekitar Rp800 triliun. Jumlah ini terdiri dari penjualan di pasar domestik yang tumbuh 6% menjadi Rp790 triliun dan ekspor naik 10% menjadi US$5,2 miliar (Yusufpati, Arifin, dan Hasibuan 2014). Tabel 1 menunjukkan bahwa tingkat konsumsi makanan dan minuman jadi paling banyak dikonsumsi diantara jenis makanan lainnya. Data pengeluaran ratarata per kapita sebulan masyarakat Indonesia tersebut menunjukkan bahwa pola konsumsi masyarakat Indonesia sudah mulai bergeser. Meskipun padi-padian masih jadi primadona, tapi masyarakat cenderung lebih suka mengkonsumsi makanan siap saji atau instan. Data ini pun menunjukkan relevansinya jika kita melihat pertumbuhan industri makanan dan minuman saat ini. Tabel 1 Pengeluaran rata-rata per kapita sebulan (rupiah) Kelompok Barang 2009 2010 2011 2012 Padi-padian 38.122 44.004 44.427 57.908 Umbi-umbian 2.180 2.422 3.008 2.785 Ikan 18.454 21.467 25.369 26.600 Daging 8.114 10.370 10.972 13.075 Telur dan susu 14.056 15.834 17.106 19.024 Sayur-sayuran 16.813 18.995 25.563 23.949 Kacang-kacangan 6.759 7.387 7.500 8.443 Buah-buahan 8.821 12.335 12.759 15.443 Minyak dan lemak 8.416 9.486 11.342 12.344 Bahan minuman 8.691 11.195 10.681 10.934 Bumbu-bumbuan 4.643 5.390 6.268 6.440 Konsumsi lainnya 5.720 6.368 6.381 6.962 Makan dan minuman jadi 54.326 63.286 81.536 80.532 Tembakau dan sirih 22.604 25.982 30.647 39.038 Total 217.719 254.521 293.559 323.477 Sumber : BPS (2014a)

2 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) juga mencatat perkembangan bisnis industri makanan dan minuman, dimana sepanjang Januari Desember 2013, investasi di industri makanan dan minuman yang masuk melalui penanaman modal asing (PMA) mencapai US$2,1 miliar atau setara Rp21 triliun (rata-rata kurs 2013 ialah Rp10.000) dengan 612 proyek. Sementara, penanaman modal dalam negeri (PMDN) mencapai Rp 15,08 triliun dengan 341 proyek, sehingga bila ditotal mencapai Rp 36 triliun. Pasar industri makanan dan minuman di Indonesia akan semakin menggeliat dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi di Thailand dan Cina yang tidak kondusif, sehingga banyak investor asing yang memilih Indonesia untuk melakukan investasi. Khusus bisnis minuman ringan, pengusaha memperkirakan konsumsi air minuman siap saji di Indonesia tahun 2014 bisa mencapai 23,59 miliar liter atau naik 7% dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 22,05 miliar liter (Yusufpati, Arifin, dan Hasibuan 2014). Pertumbuhan industri makanan dan minuman diperkirakan akan semakin meningkat, didukung oleh jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 250 juta jiwa merupakan pasar domestik yang sangat potensial. Ditambah daya beli masyarakat yang menunjukkan trend positif. Hal ini setidaknya tercermin dari tingkat keyakinan masyarakat dan indeks ekspektasi konsumen yang menunjukkan optimisme masyarakat terhadap tingkat penghasilan dan daya beli yang akan terus meningkat di masa mendatang. Dari data tersebut, industri makanan dan minuman merupakan sektor strategis yang akan terus tumbuh. Potensi Indonesia ini bukan hanya ditopang dari kebutuhan pasar domestik yang besar, tapi juga ketersediaan bahan baku yang melimpah. PT XYZ sebagai salah satu produsen makanan dan minuman asli Indonesia mengalami perkembangan yang pesat, hal ini dilihat dari angka penjualan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun di seluruh Indonesia. Sebagai perusahaan nasional, PT XYZ memiliki banyak anak perusahaan dengan line of business tersendiri. Salah satu anak perusahaan PT XYZ khusus memproduksi minuman dengan cakupan penjualan seluruh Indonesia. Selaras dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan peningkatan penjualan makanan dan minuman jadi, membuat permintaan pasar akan minuman yang diproduksi oleh PT XYZ meningkat. Seperti terlihat pada Gambar 1 berikut :

3 Gambar 1 Penjualan produk minuman jeli PT XYZ Sumber: PT XYZ Peningkatan angka penjualan produk minuman ini membuat PT XYZ harus memiliki strategi untuk memenuhi permintaan pasar dengan efisien dan tepat. Jika kapasitas produksi atau persediaan produk tidak mencukupi kebutuhan permintaan pasar, maka dapat berakibat industri kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan atau menyebabkan konsumen beralih ke pesaing. Sebaliknya, jika kapasitas atau persediaan produk terlalu besar dapat berakibat timbulnya masalah arus uang perusahaan yang tidak lancar. Perkiraan jumlah permintaan menjadi penting untuk memaksimalkan keuntungan suatu perusahaan. Perkiraan permintaan merupakan titik awal dari perencanaan dan pengendalian produksi. Hal ini karena jumlah yang diproduksi pada akhirnya harus dapat memenuhi permintaan pasar. Karena terdapat suatu selang waktu sejak bahan baku mulai diolah hingga menjadi produk, dan sejak produk dihasilkan hingga sampai ke tangan konsumen, maka tingkat permintaan terhadap produk pada masa yang akan datang harus diduga. Selain itu aktivitas perencanaan produksi, keuangan, dan pemasaran memerlukan informasi tentang keadaan pasar pada masa mendatang. Informasi yang berkenaan dengan perkiraan permintaan atau pangsa pasar merupakan masukan bagi perencanaan kapasitas produksi. Perencanaan ini dimaksudkan untuk mengetahui dan menetapkan berapa banyak kemampuan produksi, yang menyangkut antara lain berapa banyak jumlah karyawan yang akan dipekerjakan, berapa jumlah mesin yang harus dipasang, berapa jam kerja yang harus dijalankan, berapa banyak bahan baku yang dibeli, dimana produksi harus dilakukan, dan pada akhirnya berapa banyak armada dan solar yang harus disiapkan untuk mendistribusikan produk tersebut. Proses menyampaikan barang kepada pelanggan secara tradisional menurut Kotler dan Keller (2000) disebut distribusi fisik atau supply chain management. Distribusi fisik dimulai dari pengiriman bahan baku, pengolahan oleh manufaktur, dan pendistribusian barang jadi ke konsumen. Untuk memenuhi permintaan konsumen di seluruh Indonesia, PT XYZ sebaiknya memiliki strategi distribusi yang tepat, agar biaya pendistribusian bahan baku dan barang jadi dapat

4 diminimalisasi mengingat Indonesia merupakan negara maritim. Salah satu strategi PT XYZ dalam menghadapi tantangan keadaan geografis Indonesia ini adalah membagi wilayah Indonesia menjadi 2 bagian yaitu bagian Barat dan Timur, dimana permintaan wilayah Indonesia Barat dipasok oleh pabrik-pabrik yang berlokasi di Barat, dan permintaan wilayah Indonesia Timur dipasok oleh pabrik-pabrik yang berlokasi di Indonesia Timur. Namun, pada tahun 2013, kapasitas produksi pabrik Indonesia Timur tidak sesuai dengan permintaan di Indonesia Timur, sehingga terjadi lost of sale. Menyikapi permasalahan pemenuhan permintaan di wilayah timur, perlu dilakukan peningkatan kapasitas produksi di wilayah timur. Dalam peningkatan kapasitas produksi tersebut, diperlukan kajian lebih lanjut mengenai lokasi ekspansi agar investasi yang dikeluarkan benar-benar efektif dan tepat guna. Area pemasaran wilayah timur PT XYZ adalah Jawa Timr, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Bali. Seperti dilihat dari Gambar 2, PT XYZ memiliki tiga pabrik di daerah timur, yaitu Plant Banjarmasin untuk memenuhi permintaan di Pulau Kalimantan, Plant Makasar untuk memenuhi permintaan di Pulau Sulawesi, dan Plant Sidoarjo untuk memenuhi permintaan wilayah Jawa Timur, Maluku, Irian Jaya, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Bali. Gambar 2 Lokasi pabrik minuman jeli PT XYZ Sumber: PT XYZ Prakiraan jumlah permintaan menjadi penting untuk memaksimalkan keuntungan suatu perusahaan. Rencana PT XYZ untuk meningkatkan kapasitas produksi dan meningkatkan efisiensi proses distribusi pada wilayah pemasaran kawasan timur merupakan sebuah langkah yang strategis. Walaupun saat ini PT XYZ sudah memiliki beberapa pabrik untuk memenuhi permintaan di kawasan timur, namun kapasitas yang dimiliki oleh PT XYZ tidak bisa memenuhi permintaan pasar, sehingga perlu dilakukan pengembangan bisnis dengan meningkatkan kapasitas produksi di pabrik yang telah ada atau mendirikan pabrik baru. Pemilihan lokasi merupakan salah satu hal yang penting dalam perancangan pabrik yang memproduksi barang maupun jasa. Dengan demikian strategi lokasi adalah hal yang tidak dapat diabaikan dalam proses perancangan. Alasan yang

5 mendasarinya diantaranya yaitu sektor barang memerlukan lokasi untuk melakukan kegiatan pembuatan produk barang tersebut atau tempat memproduksi (pabrik). Pertimbangan lain dalam perencanaan dan pemilihan lokasi pabrik yaitu faktor sumber bahan baku, area pemasaran, dan tersedianya tenaga kerja. Setiap pabrik akan berusaha menjaga agar penyaluran bahan baku dapat berkesinambungan dengan harga layak dan transportasi rendah. Berbagai industri memilih tempat fasilitas produksinya di dekat area pemasaran dengan tujuan untuk memperpendek jaringan distribusi produk sehingga cepat sampai ke tangan konsumen. Untuk mengetahui kelayakan pembangunan pabrik tersebut, maka diperlukan kajian khusus tentang pembangunan pabrik. Aspek-aspek yang dikaji adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek finansial. Semua aspek tersebut dapat menentukan kelayakan pembangunan pabrik minuman jeli PT XYZ. Perumusan Masalah Investasi pembangunan pabrik minuman ini merupakan keputusan yang bersifat strategis karena perusahaan ingin meningkatkan kapasitas produksi dan mendekatkan pabrik minuman tersebut dengan potensi pasar yang cukup besar yaitu di wilayah Indonesia Timur (Jawa Timur, Maluku, Irian Jaya, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Bali). Oleh sebab itu diperlukan kajian dan analisis yang mendalam mengenai kelayakan dari investasi pembangunan pabrik minuman jeli agar dapat meningkatkan laba perusahaan secara keseluruhan. Rumusan masalah tersebut perlu dikembangkan dalam pertanyaan pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana permintaan pasar produk minuman jeli PT XYZ di area timur selama lima tahun kedepan? 2. Dimana sebaiknya PT XYZ melakukan pembangunan pabrik minuman jeli? 3. Bagaimana kelayakan pembangunan pabrik minuman jeli PT XYZ dilihat dari aspek produksi, sumber daya manusia, dan finansial? 4. Bagaimana implikasi manajerial pembangunan pabrik minuman jeli PT XYZ? Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan pembangunan pabrik minuman jeli PT XYZ dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi guna memenuhi permintaan pasar produk minuman jeli di area Indonesia Timur. Sedangkan tujuan penelitian ini secara khusus adalah : 1. Menganalisis permintaan pasar produk minuman jeli PT XYZ di area timur selama lima tahun kedepan. 2. Menentukan lokasi pembangunan pabrik minuman jeli PT XYZ. 3. Menganalisis kelayakan pembangunan pabrik minuman jeli PT XYZ dilihat dari aspek produksi, sumber daya manusia, dan finansial.

6 4. Merumuskan implikasi manajerial dari kelayakan investasi pembangunan pabrik minuman jeli PT XYZ Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Manfaat secara umum Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti empiris pada penelitian di masa yang akan datang khususnya menyangkut analisis pasar permintaan minuman jeli, penentuan lokasi pabrik minuman jeli, dan kelayakan pembangunan pabrik minuman jeli. 2. Manfaat secara khusus a. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama menjalani program pendidikan Magister Manajemen di Program Manajemen dan Bisnis Institut Pertanian Bogor. b. Bagi perusahaan (PT XYZ), hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan investasi pembangunan pabrik minuman jeli. c. Bagi akademi diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmu yang dapat memperluas cakrawala pengetahuan dan sebagai tambahan informasi serta bahan pembanding untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Ruang Lingkup Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian dan agar dapat mempertajam hasil penelitian maka dalam melaksanakan penelitian terdapat pembatasan yaitu: 1. Data yang dipakai adalah data sekunder, berupa data hasil penjualan bulanan produk minuman jeli dari tahun 2010-2013. 2. Kajian penelitian dilakukan hingga penentuan lokasi pabrik minuman jeli PT XYZ dengan alternatif lokasi yaitu Jawa Timur (Sidoarjo), Nusa Tenggara Barat (Mataram), Nusa Tenggara Timur (Kupang), dan Bali (Denpasar). 3. Analisis aspek pasar meliputi proyeksi permintaan di masa mendatang. 4. Analisis aspek produksi dan operasi, meliputi penentuan lokasi proyek, sumber bahan baku, penentuan kapasitas produksi, dan proses produksi minuman jeli. 5. Analisis aspek manajemen, organisasi dan sumber daya manusia, meliputi tenaga manajerial dan operasi yang mendukung keberhasilan usaha tersebut. 6. Analisis aspek finansial, meliputi prakiraan jumlah dana yang diperlukan dan struktur pembiayaan yang paling menguntungkan

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB