BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus di kalangan masyarakat. Menurut World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Alsagaff,H, 2006). Penyakit ini juga

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.bakteri ini berbentuk batang dan bersifat

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab. yang penting di dunia sehingga pada tahun 1992 World Health

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. tanah lembab dan tidak adanya sinar matahari (Corwin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

BAB 1 : PENDAHULUAN. membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. penyakit di seluruh dunia, setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV). negatif dan 0,3 juta TB-HIV Positif) (WHO, 2013)

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh Mycobacterium tuberculosis dan bagaimana infeksi tuberkulosis (TB)

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh basil TBC. Penyakit paru paru ini sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. TB sudah dilakukan dengan menggunakan strategi DOTS (Directly Observed

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Tuberculosis menyebabkan 5000 kematian perhari atau hampir 2 juta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat saat ini dan termasuk ke dalam global emergency. TB adalah

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang baik dan berkeadilan, sebagaimana diatur dalam Undang-undang

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun 2013 terjadi kenaikan jumlah kasus terinfeksi kuman TB sebesar 0,6 % pada tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang

BAB I PENDAHULUAN. oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (World

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. tertinggi di antara negara-negara di Asia. HIV dinyatakan sebagai epidemik

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB I PENDAHULUAN. kasus baru TB BTA positif dengan kematian Menurut. departemen kesehatan sepertiga penderita tersebut ditemukan di RS dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis Paru adalah penyakit infeksius yang menular yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. global.tuberkulosis sebagai peringkat kedua yang menyebabkan kematian dari

BAB 1 PENDAHULUAN. infeksi di seluruh dunia setelah HIV. Pada tahun 2014, WHO melaporkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Angka Insidensi T B Tahun 2011 (WHO, 2012)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menular di seluruh dunia setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV). 1 Sepertiga

BAB 1 PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bakteri Mycobacterium Tuberculosis atau tubercel bacillus dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia.

Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis di Puskesmas Andalas Kota Padang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

Asia Tenggara termasuk dalam region dengan angka kejadian TB yang tinggi. Sebesar 58% dari 9,6 juta kasus baru TB pada tahun 2014 terjadi di daerah As

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit menular langsung yang

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan TB sebagai kegawatan dunia (Global Emergency), terutama

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk percikan dahak (droplet nuclei) ( Lippincott, 2011). 39 per penduduk atau 250 orang per hari. Secara Global Report

PROFIL RADIOLOGIS TORAKS PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI POLIKLINIK PARU RSUD DR HARDJONO-PONOROGO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB 1 PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Sumber infeksi TB kebanyakan melalui udara, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh kuman dari kelompok Mycobacterium

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

BAB I PENDAHULUAN. (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. jiwa dan diantaranya adalah anak-anak. WHO (2014) mengestimasi

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di seluruh dunia. Sampai tahun 2011 tercatat 9 juta kasus baru

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. bahwa penyakit tuberkulosis merupakan suatu kedaruratan dunia (global

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia. Jumlah kasus TB pada tahun 2014 sebagian besar terjadi di Asia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru.

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor risiko..., Helda Suarni, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menular (dengan Bakteri Asam positif) (WHO), 2010). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global utama dengan tingkat

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (TBC) dan paling sering bermanifestasi di paru. Mycobacterium tuberculosis yaitu suatu bakteri yang tahan terhadap asam sehingga sangat sulit untuk diobati. Penyakit menular Tuberkulosis sampai sekarang masih menjadi masalah kesehatan yang utama dan merupakan masalah kesehatan global sebagai penyebab utama kematian pada jutaan orang setiap tahun di seluruh dunia setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV). Sebagian besar kuman tuberkulosis (TB) menyerang paru, tetapi juga dapat mengenai organ tubuh lainnya. (1) Sejak tahun 1993 World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa terjadi kedaruratan global yang disebabkan oleh infeksi TB. Menurut WHO sepertiga penduduk dunia telah tertular TB, tahun 2000 lebih dari 8 juta penduduk dunia menderita TB. Penyakit TB mengakibatkan kematian hampir 2 juta penduduk setiap tahunnya, sebagian besar terjadi di negara berkembang. Dalam perkiraan antara tahun 2000-2020 kematian karena TB meningkat sampai 35 juta orang. Setiap hari ditemukan 23.000 kasus TB dan menyebabkan hamper 5000 kematian. Secara Global perkiraan insiden TB pada tahun 2010 adalah 8,8 9,4 juta, pada tahun 2011 TB menempati posisi kedua sebagai penyebab utama kematian dengan beban global yaitu 8,7 juta kasus baru, 12 juta kasus baru dan lama, dan 1,4 juta kematian. (2-4)

Dalam laporan WHO tahun 2013 sekitar 9 juta orang menderita tuberkulosis dan 1,5 juta di antaranya meninggal dunia. Tahun 2013 diestimasikan 9 juta orang didunia menderita tuberkulosis dan lebih dari 56% tersebar di Asia Tenggara dan Pasifik Barat. (2) Berdasarkan Global Tuberculosis Report 2017 menyatakan bahwa dari 10,4 juta kasus baru TB hanya 6,1 juta yang diobati dan 49% diantaranya yang berhasil diobati (success rate). (3) Rendahnya angka keberhasilan pengobatan ini dikarenakan adanya gap dalam diagnosa dan penempatan penderita dalam pengobatan. (5) Salah satu penyebab masih rendahnya keberhasilan dalam pengendalian TB adalah adanya keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan pasien TB (diagnosis and treatment delay). (6) Sampai dengan tahun 2015 belum ada negara yang mencapai target untuk cakupan pengobatan dan keberhasilan pengobatan TB, gap terbesar di beberapa negara adalah di cakupan pengobatan. (5) Di Indonesia penyakit TB merupakan masalah kesehatan yang harus ditanggulangi oleh pemerintah. Data WHO tahun 2008 meyatakan bahwa Indonesia berada pada peringkat 5 di dunia penderita TB terbanyak setelah India, China, Afrika Selatan dan Nigeria. Angka kematian dan kesakitan akibat kuman Mycobacterium Tuberculosis di Indonesia sangat tinggi. Pada tahun 2009 1,7 juta orang meninggal karena TB yang diantaranya 600.000 perempuan dan 1,1 juta laki-laki. Sementara ada 9,4 juta kasus baru TB yang diantaranya 3,3 juta perempuan dan 6,1 juta laki-laki. Pada tahun 2010 Indonesia telah berhasil menurunkan insidens, prevalensi dan angka

kematian. Insiden berhasil diturunkan sebesar 45% yaitu 343 menjadi 189 per 100.000 penduduk, prevalensi dapat diturunkan sebesar 35% yaitu 443 menjadi 289 per 100.000 penduduk dan angka kematian diturunkan sebesar 71% yaitu 92 menjadi 27 per 100.000 penduduk. TB merupakan masalah kesehatan penting baik didunia maupun di Indonesia. TB merupakan salah satu indikator keberhasilan SDGs yang harus dicapai oleh.(1) (4) Indonesia yaitu menurunkan angka kesakitan dan angka kematian Penyakit TB di Indonesia merupakan masalah yang utama karena masih tingginya jumlah kasus TB tahun 2013 yaitu sebesar 316.562 kasus dengan prevalensi sebesar 289 per 100.000 penduduk dan jumlah kasus baru TB sebesar 194.780 kasus dengan angka insiden 189 per 100.000 penduduk. Selain itu, angka kematian karena TB juga masih tinggi yaitu 27 per 100.000 penduduk dengan jumlah kematian sebesar 169 orang per hari atau 61.000 orang per tahun. (7) Selain Indonesia berada di peringkat kedua sebagai negara penyumbang kasus baru TB terbanyak di dunia setelah India, Indonesia juga merupakan salah satu negara dengan persentase keberhasilan pengobatan TB di bawah target dunia. (2) Data Riskesdas Indonesia menyatakan bahwa angka morbiditas kejadian tuberkulosis BTA (+) tahun 2014 sebesar 176.677 penduduk, tahun 2015 mengalami peningkatan menjadi 188.405 penduduk sedangkan tahun 2016 terjadi penurunan yang tidak terlalu signifikan 181.711 penduduk.(9)(10) Angka mortalitas tuberkulosis di Indonesia dari tahun 2014 sampai tahun 2016 cenderung mengalami peningkatan. (29)(25) Menurut Laporan Kesehatan Indonesia tahun 2014 menyatakan bahwa angka keberhasilan pengobatan TB belum mencapai target yaitu 81,3 % dari target 88%.

Sedangkan tahun 2015 mengalami peningkatan menjadi 84% namun belum mencapai target nasional 88% sedangkan tahun 2016 angka keberhasilan pengobatan TB menurun menjadi 75, 4%. (8-10) Angka keberhasilan pengobatan TB di Provinsi Sumatera Barat selama tiga tahun terakhir mengalami penurunan yakni tahun 2014 sebesar 88,3%, tahun 2015 turun menjadi 77,5% sedangkan tahun 2016 SR (Success Rate) Provinsi Sumatera Barat sebesar 73,1%. Provinsi Sumatera Barat tahun 2016 juga merupakan salah satu provinsi dengan angka keberhasilan pengobatan terendah di Pulau Sumatera setelah Lampung dan Jambi. (8-10) Data dari Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2014 sampai 2016, diketahui bahwa Kota Padang menempati urutan pertama dengan jumlah penemuan kasus baru TB Paru BTA positif sebesar 1.138 kasus, dan angka kesembuhan (11, 12) masih dibawah target (81,3%). Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kota Padang selama 4 tahun terakhir dari tahun 2014-2017 angka morbiditas dan mortalitas kejadin tuberkulosis di Kota Padang cenderung mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2014 angka morbiditas keajdian tuberkulosis sebesar 1.105 penduduk yang terdiri dari 679 laki-laki dan 426 perempuan, morbiditas tahun 2015 meningkat menjadi 1.116 penduduk, morbiditas tahun 2016 cenderung menurun menjadi 900 penduduk dengan jumlah laki-laki sebanyak 583 orang dan perempuan sebanyak 317 orang, namun di tahun 2017 naik menjadi 961 orang. Angka mortalitas kejadian tuberkulosis di Kota Padang tahun 2014 sebanyak 17 orang, tahun 2015 mengalami penurunan menjadi 9 orang dan tahun 2016-2017 cenderung meningkat menjadi 22-30 orang. (11)(12)(13)

Angka keberhasilan pengobatan TB di Kota Padang dari tahun 2014 sampai tahun 2016 yaitu pada tahun 2014 angka keberhasilan pengobatan TB sebesar 93,3%, tahun 2015 belum memenuhi target yaitu 82.61% dari target 85%. Sedangkan tahun 2016 angka keberhasilan pengobatan TB menurun menjadi 67,5%. Angka keberhasilan pengobatan TB pada beberapa puskesmas di Kota Padang juga masih minimal yaitu dibawah 85 % seperti di Puskesmas Pauh dan Puskesmas Padang Pasir 71,4%, Puskesmas Alai 78,9% dan lain-lain. (13) Elemen penting dalam program penanggulangan tuberkulosis adalah diagnosis dini dan pemberian pengobatan yang tepat dan cepat. Apabila terlambat mendiagnosis dan terlambat melakukan pengobatan maka dapat menjadi sumber penularan dan meningkatkan periode penularan dalam masyarakat. Keterlambatan penegakan diagnosis TB paru akan berisiko meningkatkan transmisi penularan infeksi yang luas dan berkepanjangan, meningkatkan risiko kematian serta berpotensi memperburuk keadaan ekonomi pasien maupun keluarga. (14) Di samping itu, dapat menyebabkan penyakit lebih berat, komplikasi lebih banyak, dan angka kematian meningkat. TB dengan komplikasi lebih banyak contoh komplikasi TB dengan batuk darah, TB dengan penyakit pneumotoraks, TB dengan luluh paru, TB dengan Diabetes Mellitus, TB dengan gagal jantung, dan TB dengan efusi pleura. (14) Keterlambatan pengobatan pasien (treatment delay) tuberkulosis paru dapat berasal dari pasien itu sendiri (patient delay), dari petugas kesehatan (provider delay) dan sistem pelayanan (health system delay). (15) Keterlambatan penegakan diagnosis dipengaruhi oleh dua aspek utama yaitu aspek penderita (patient delay) dan sistem

pelayanan kesehatan (yankes/health care system s delay). (16-18) Keterlambatan pasien (patient delay) merupakan awal terjadinya delay dan penyebab diagnosis delay dan treatment delay. (19) Keterlambatan pasien (patient delay) yaitu bila periode mulai dari pasien mengeluhkan gejala yang relevan dengan TB sampai datang pertama kali ke sarana kesehatan melebihi satu waktu tertentu. Beberapa peneliti mendefinisikan keterlambatan pasien sebagai rentang waktu antara pasien pertama mengalami keluhan yang relevan dengan TB sampai saat pertama kali berobat ke sarana kesehatan. Keterlambatan pasien (patient s delay) dihitung bila periode mulai gejala awal sampai dengan kunjungan (16, 18) pertama ke sarana kesehatan lebih dari 21 hari. Dalam teori Health Seeking Behavior atau teori perilaku pencarian pengobatan, keterlambatan dalam pencarian pengobatan tuberkulosis dapat dihubungkan dengan faktor yang berasal dari diri pasien TB sendiri yaitu tingkat pendidikan, perilaku yang terdiri dari aspek tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan pasien TB. (20) Hal yang mendasari perilaku pasien TB dalam melakukan pencarian pengobatan TB yang cepat dan tepat adalah tingkat pengetahuan dari pasien tersebut kemudian dari tingkat pengetahuan akan timbul sikap yang kemudian berubah menjadi tindakan pasien untuk pencarian pengobatan dan melakukan pengobatan. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pasien (patient delay) adalah aspek pengetahuan sikap dan perilaku masyarakat, usia, jenis kelamin, status pekerjaan, status ekonomi, jenjang pendidikan, tingkat pengetahuan tentang TB, status merokok, jarak tempat tinggal ke pelayanan

kesehatan dan dukungan kader TB. Dalam hasil salah satu penelitian yang dilakukan oleh Dodi Hidayat dan kawan-kawan yang berjudul gambaran perilaku pencarian pengobatan pasien tuberkulosis di Kota Bandung tahun 2017 menyatakan perilaku pasien mempengaruhi keterlambatan pasien dalam pencarian pengobatan tuberkulosis paru di Kota Bandung dan penelitian yang mendukung lainnya tentang tingkat pengetahuan tuberkulosis yaitu penelitian yang dilakukan oleh Caesaria Sarah Selleca yang berjudul Hubungan Status Ekonomi dan Tingkat Pengetahuan TB dengan Keterlambatan Pasien dalam Diagnosis Kasus TB Paru menyatakan bahwa terdapat hubungan antara status ekonomi dengan keterlambatan pasien dengan nilai p-value=0,1, dan terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang penyakit tuberkulosis dengan (14, 19) keterlambatan pasien dengan nilai p-value = 0,02. Hasil meta analisis dari penelitian yang dilakukan Li pada tahun 2013 menemukan bahwa jenjang pendidikan rendah 2,14 kali dapat meningkatkan risiko keterlambatan pasien (patient delay). Jenjang pendidikan mempengaruhi kesempatan dalam mengakses informasi kesehatan, termasuk informasi tentang TB. Sehingga semakin rendah pendidikan semakin sedikit kesempatan untuk mengakses informasi tentang TB. Dengan demikian, seseorang tersebut tidak segera datang ke pelayanan kesehatan untuk memeriksakan gejala (19, 21) penyakit pada dirinya karena ketidaktahuan tentang informasi TB. Dalam penelitian sebelumya oleh Hidayat di Bandung tentang perilaku pencarian pengobatan tuberkulosis menyatakan bahwa perilaku mempengaruhi seseorang dalam pencarian pengobatan penyakit tuberkulosis maupun penyakit lainnya. Hal ini disebabkan karena sebagian orang tidak mempercayai bahwa seseorang tersebut

menderita tuberkulosis dan berobat melakukan pengobatan di tempat yang mereka percaya, berarti perilaku seseorang mempengaruhi telambat atau tidak terlambatnya seseorang dalam melakukan pengobatan. (42) Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan perilaku pasien dengan keterlambatan pasien (patient delay) dalam pengobatan tuberkulosis paru di Kota Padang tahun 2018. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah hubungan perilaku pasien dengan keterlambatan pasien (patient delay) dalam pengobatan tuberkulosis paru di Kota Padang tahun 2018? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui hubungan perilaku pasien dengan keterlambatan pasien (patient delay) dalam pengobatan tuberkulosis paru di Kota Padang tahun 2018. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui distribusi frekuensi keterlambatan pasien (patient delay) dalam pengobatan tuberkulosis paru di Kota Padang tahun 2018. 2. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan pasien dalam pengobatan tuberkulosis paru di Kota Padang tahun 2018. 3. Mengetahui distribusi frekuensi sikap pasien dalam pengobatan tuberkulosis paru di Kota Padang tahun 2018.

4. Mengetahui distribusi frekuensi tindakan pasien dalam pengobatan tuberkulosis paru di Kota Padang tahun 2018. 5. Mengetahui hubungan pengetahuan pasien dengan keterlambatan pasien (patient delay) dalam pengobatan tuberkulosis paru di Kota Padang tahun 2018. 6. Mengetahui hubungan sikap pasien dengan keterlambatan pasien (patient delay) dalam pengobatan tuberkulosis paru di Kota Padang tahun 2018. 7. Mengetahui hubungan tindakan pasien dengan keterlambatan pasien (patient delay) dalam pengobatan tuberkulosis paru di Kota Padang tahun 2018. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai sumber informasi dan sebagai referensi untuk meningkatkan pendidikan kesehatan tentang perilaku. 2. Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dan sekaligus menambah wawasan mengenai penyakit tuberkulosis dan pentingnya melakukan pengobatan tuberkulosis secara cepat dan tepat. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat untuk tambahan ilmu, literatur, pengetahuan dan wawasan dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit tuberkulosis. 2. Bagi Dinas Kesehatan penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang keterlambatan diagnosis pada pasien tuberkulosis paru, sehingga dapat

dijadikan sebagai masukan dalam penyusunan langkah dan strategi pencegahan keterlambatan pengobatan tuberkulosis di Kota Padang. 3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut dan dapat dijadikan sebagai dasar untuk pengembangan penelitian lebih lanjut tentang hubungan perilaku pasien dengan keterlambatan pasien (patient delay) dalam pengobatan tuberkulosis paru di Kota Padang tahun 2018. 4. Bagi Masyarakat hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat mengenai faktor yang berhubungan dengan penyakit tuberkulosis sehingga masyarakat dapat mengetahui tentang pencegahan serta penularan penyakit tuberkulosis dan pentingnya melakukan pengobatan bagi anggota keluarga yang sudah positif tuberkulosis dan tidak menunda nunda dalam melakukan pengobatan bagi pasien yang sudah positif tuberkulosis. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan desain cross sectional yang merupakan penelitian payung. Ruang lingkup penelitian ini adalah melihat hubungan perilaku pasien dengan keterlambatan pasien (patient delay) dalam pengobatan tuberkulosis paru di Kota Padang tahun 2018. Desain studi yang digunakan adalah desain studi cross sectional dengan variabel dependen yaitu patient delay dan variabel independen adalah perilaku