PENDAHULUAN Latar Belakang Penataan ruang pada dasarnya merupakan proses pembangunan untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik melalui pengelolaan ruang. Penataan ruang secara konvensional memiliki keterbatasan dalam aspek keterukurannya. Pada umumnya rencana tara ruang tidak memberikan informasi yang memadai tentang dampak dan manfaat alokasi ruang terhadap kinerja pembangunan. Akibatnya rencana tata ruang belum mampu memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat. Rencana tata ruang kawasan perkotaan Purwokerto tidak mampu mengendalikan perkembangan kawasan, fenomena yang terjadi adalah kawasan perkotaan Purwokerto berkembang tanpa arah ke daerah hinterland-nya (Bappeda Kabupaten Banyumas 2007). Rencana tata ruang tersebut juga tidak memberikan informasi tentang luas lahan pertanian yang bisa dialihfungsikan ke penggunaan lahan non pertanian untuk menampung perkembangan kawasan, sehingga alih fungsi lahan menjadi tidak terkendali. Dampak lebih jauh dari fenomena tersebut adalah timbulnya permasalahan kemiskinan dan penurunan kualitas lingkungan di kawasan perkotaan Purwokerto. Kedua permasalahan tersebut muncul seiring pertumbuhan ekonomi kawasan perkotaan sebagai wujud kinerja pembangunan. Di wilayah Kabupaten Banyumas terdapat 178,945 keluarga pra sejahtera. Dari jumlah tersebut 28,876 keluarga pra sejahtera berada di kawasan perkotaan Purwokerto. Selanjutnya 58 lokasi permukiman kumuh yang ada di wilayah Kabupaten Banyumas, 34 lokasi di antaranya berada di kawasan perkotaan Purwokerto (BPS 2006a). Sebagai proses pembangunan penataan ruang bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya melalui mobilisasi dan alokasi sumber daya berdasarkan prinsip efisiensi dan produktivitas, alat dan wujud distrbusi sumber daya sesuai asas pemerataan, keberimbangan dan keadilan, serta menjaga keberlanjutan pembangunan, menciptakan rasa aman, dan kenyamanan ruang (Rustiadi et al. 2007). Kemiskinan dan penurunan kualitas lingkungan kawasan perkotaan menunjukan bahwa penataan ruang belum mencapai tujuannya.
2 Kemiskinan mengindikasikan terjadinya misalokasi sumber daya. Di sisi lain penurunan kualitas lingkungan merupakan ancaman bagi keberlanjutan pembangunan. Permasalahan-permasalahan tersebut harus dapat diatasi agar tidak menghambat perkembangan kawasan. Pertanian perkotaan merupakan strategi yang bersifat komplementer bagi pengurangan kemiskinan perkotaan, permasalahan ketahanan pangan dan peningkatan kualitas lingkungan perkotaan (RUAF Fondation 2009). Multifungsi lahan pertanian memungkinkan pertanian perkotaan berperan dalam penyediaan pangan, pengembangan ekonomi kawasan perkotaan, pengembangan sosial, dan peningkatan kualitas lingkungan perkotaan. Keberadaan pertanian di kawasan perkotaan akan meningkatkan efisiensi produksi sehingga meningkatkan akses penduduk terhadap pangan. Dari sudut pandang ekonomi, pertanian perkotaan menyediakan lapangan pekerjaan untuk menciptakan pendapatan bagi penduduknya, sehingga dapat digunakan sebagai upaya pemberdayaan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat. Selanjutnya fungsi pertanian untuk memperbaiki iklim mikro, pengaturan tata air, dan meningkatkan biodiversity, memungkinkan pertanian berperan dalam peningkatan kualitas lingkungan kawasan perkotaan. Pertanian bukan kegiatan utama dalam kawasan perkotaan, namun demikian peran pertanian menjadikannya penting untuk dilindungi. Pada kawasan perkotaan Purwokerto perlindungan lahan pertanian menjadi semakin penting karena Kabupaten Banyumas merupakan salah satu lumbung pangan nasional di Provinsi Jawa Tengah, dan kawasan perkotaan Purwokerto merupakan salah satu bagian wilayah Kabupaten Banyumas paling subur dengan potensi dan sarana prasarana pertanian yang memadai. Gambaran umum produksi padi di Indonesia menunjukan terkonsentrasinya produksi padi di pulau Jawa. Sekitar 55.06% atau sebesar 29.76 ton dari seluruh produksi padi di Indonesia pada tahun 2005 dihasilkan di pulau Jawa. Tingginya produksi padi di pulau Jawa disebabkan tingginya produktivitas dan luas panen di pulau tersebut. Hal yang sama juga terjadi pada produksi tanaman bahan makanan yang lain seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah dan kacang kedelai, lebih dari 50% produksinya dihasilkan
3 oleh Pulau Jawa, kecuali ubi jalar yang berada di bawah 50% (BPS 2006b). Keadaan ini menggambarkan kondisi tanah di pulau Jawa sebagai lahan yang baik untuk dirawat dan perlu dipertahankan untuk peningkatan kualitas dan kuantitas produksi tanaman bahan makanan. Pertanian dalam kawasan perkotaan akan meningkatkan kompetisi terhadap lahan dan sumber daya lainnya di kawasan perkotaan. Kondisi demikian mengharuskan perencanaan dan pengelolaan lahan serta sumber daya lainnya secara terintegrasi dan komprehensif (FAO 1997). Lahan pertanian perkotaan sebagai bagian dari ruang perkotaan harus direncanakan secara terintegrasi dengan sektor-sektor lainnya. Keterkaitan dan kompleksitas kegiatan dan fungsi di kawasan perkotaan memerlukan model perencanaan penggunaan lahan yang dapat mengoptimalkan pencapaian berbagai tujuan dengan keterbatasan lahan. Hal ini dikarenakan berbagai kepentingan terhadap lahan memiliki potensi konflik. Di samping itu penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan daya dukungnya dapat mengakibatkan kerusakan pada lahan dan kerusakan lingkungan. Pendekatan model yang terintegrasi seperti optimasi akan mampu memberikan analisis yang komprehensif, sehingga memungkinkan pencapaian optimal berbagai tujuan penggunaan lahan. Perumusan Masalah Urbanisasi telah berdampak pada peningkatan penduduk miskin di kawasan perkotaan, tumbuhnya permukiman kumuh, permasalahan sampah, dan penyakit urbanisasi lainnya. Hal ini dikarenakan kawasan perkotaan memiliki keterbatasan dalam menampung perkembangan penduduk, menyediakan lapangan pekerjaan, serta menyediakan fasilitas dan berbagai pelayanan kehidupan. Penyediaan sarana dan prasarana kehidupan yang tidak seimbang dengan pertumbuhan penduduk dan daya dukung lingkungan akan menyebabkan permasalahan baru. Akhirnya jika sumber daya kawasan perkotaan tidak mampu lagi menampung perkembangan maka kawasan perkotaan akan mengalami kemunduran dan menjadi tidak nyaman untuk ditinggali.
4 Peningkatan penduduk miskin di kawasan perkotaan terutama dikarenakan migrasi penduduk miskin dari desa. Penduduk miskin yang kebanyakan adalah petani melakukan migrasi dengan pengharapan untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik di kota. Pada kenyataannya mereka tidak memiliki kemampuan/ketrampilan yang dibutuhkan dalam sektor ekonomi di kawasan perkotaan yang didominasi sektor sekunder dan tersier. Secara umum tenaga kerja sektor pertanian juga sulit untuk berpindah ke sektor lain. Sementara untuk bekerja di sektor pertanian akan terhambat karena terbatasnya lahan pertanian di kawasan perkotaan. Peningkatan penduduk kawasan perkotaan akan meningkatkan kebutuhan pangan. Untuk memenuhi kebutuhan pangan tersebut potensi pertanian yang ada dalam kawasan perkotaan perlu dioptimalkan. Mengoptimalkan pertanian perkotaan dapat mengurangi ketergantungan kawasan perkotaan terhadap suplai bahan pangan dari luar kawasan. Meningkatnya pemanfaatan lahan pertanian guna memenuhi konsumsi bahan makanan dengan potensi pertanian dalam kawasan akan membuka peluang lapangan pekerjaan. Sektor pertanian dapat memberikan peluang lapangan pekerjaan yang hampir tanpa hambatan. Pertanian juga merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Di samping itu dari sisi produksi pusat produksi dan pasar berada pada lokasi yang sama akan meningkatkan efisiensi. Pertanian sebagai komponen utama ruang terbuka hijau menentukan kualitas lingkungan kawasan perkotaan. Keberadaan lahan pertanian di kawasan perkotaan akan mendukung terciptanya lingkungan kawasan perkotaan yang nyaman. Di sisi lain pertumbuhan ekonomi dan peningkatan penduduk kawasan perkotaan meningkatkan kebutuhan lahan terbangun. Alih fungsi lahan pertanian menjadi konsekuensi perkembangan tersebut sehingga ruang terbuka hijau kawasan perkotaan terus berkurang. Berkurangnya ruang terbuka hijau mengakibatkan lingkungan kawasan perkotaan menjadi tidak nyaman, suhu kawasan meningkat, berkurangnya air tanah, dan permasalahan lingkungan lainnya.
5 Gambar 1 Peran pertanian Peran pertanian sebagai penyedia pangan, pengembangan ekonomi kawasan perkotaan, pengembangan sosial, dan peningkatan kualitas lingkungan perkotaan dapat menjadi alternatif strategi bagi pengurangan kemiskinan perkotaan dan peningkatan kualitas lingkungan perkotaan. Peran tersebut menunjukan perlunya perlindungan lahan pertanian perkotaan. Perlindungan lahan pertanian sekaligus merupakan langkah perlindungan terhadap ruang terbuka hijau. Perencanaan lahan pertanian merupakan dasar bagi perlindungan lahan pertanian. Lahan pertanian sebagai bagian dari penggunaan lahan kawasan perkotaan merupakan bagian dari rencana tata ruang wilayah. Perlindungan lahan pertanian terutama ditujukan untuk menjamin kecukupan pangan. Selain itu dengan perlindungan lahan pertanian diharapkan dapat meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan petani dan masyarakat. Tujuan perlindungan lahan pertanian dapat terwujud jika potensi pertanian dioptimalkan. Dalam perencanaan penggunaan lahan tujuan-tujuan tersebut dikaji secara komprehensif sebagai tujuan perencanaan.
6 Perencanaan tata ruang secara konvensional belum dapat mewujudkan penggunaan lahan yang optimal. Rencana tata ruang pada umumnya tidak memberikan perlindungan terhadap lahan pertanian, bahkan sebaliknya rencana tata ruang seringkali menjadi legalisasi terjadinya alih fungsi lahan pertanian. Multifungsi lahan pertanian sering diabaikan dan potensinya belum dioptimalkan. Kebijakan penataan ruang yang tidak tepat pada akhirnya menimbulkan permasalahan kemiskinan dan penurunan kualitas lingkungan kawasan perkotaan. Kemiskinan dan penurunan kualitas lingkungan kawasan perkotaan merupakan ancaman bagi keberlanjutan pembangunan kawasan perkotaan, kedua permasalahan tersebut dapat menghambat perkembangan kawasan. Oleh karena itu diperlukan pendekatan perencanaan yang dapat mewujudkan penggunaan lahan optimal dengan melindungi lahan pertanian, melindungi ruang terbuka hijau, sekaligus mengoptimalkan potensi pertanian. Dari uraian tersebut, dapat dirumuskan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penggunaan lahan yang optimal di kawasan perkotaan Purwokerto untuk perlindungan lahan pertanian dan ruang terbuka hijau? 2. Bagaimana penggunaan lahan untuk budidaya pertanian tanaman bahan makanan yang optimal di kawasan perkotaan Purwokerto? 3. Bagaimana potensi kawasan perkotaan Purwokerto untuk memenuhi permintaan konsumsi lokal terhadap komoditas pertanian tanaman bahan makanan dan ruang terbuka hijau? Tujuan Penelitian 1. Melakukan analisis optimasi penggunaan lahan untuk perlindungan lahan pertanian dan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan Purwokerto. 2. Melakukan analisis optimasi penggunaan lahan untuk budidaya pertanian tanaman bahan makanan di kawasan perkotaan Purwokerto.
7 3. Melakukan analisis potensi kawasan perkotaan Purwokerto untuk memenuhi permintaan konsumsi lokal terhadap komoditas pertanian tanaman bahan makanan dan ruang terbuka hijau. 4. Membuat peta arahan penggunaan lahan yang optimal di kawasan perkotaan Purwokerto. Manfaat Penelitian Penelitian ini memberikan alternatif pendekatan perencanaan penggunaan lahan untuk perencanaan tata ruang yang lebih terukur, bagi badan perencanaan/instansi teknis yang bertanggungjawab dalam perencanaan tata ruang.