ANALISIS PERENCANAAN ANGGARAN BIAYA PEMBUATAN KOMPONEN BAK PICK UP KAPASITAS 840 KG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PERENCANAAN ANGGARAN BIAYA PEMBUATAN KOMPONEN BAK PICK UP KAPASITAS 840 KG"

Transkripsi

1 ANALISIS PERENCANAAN ANGGARAN BIAYA PEMBUATAN KOMPONEN BAK PICK UP KAPASITAS 840 KG Nurchajat Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Malang Abstrak Perkembangan industri yang semakin pesat, kebutuhan suatu alat transportasi dalam menunjang mobilitas pengangkutan bahan baku sangat penting. Bak pick up adalah bagian dari mobil transportasi yang harga dasarnya belum banyak diketahui oleh kebanyakan pengguna mobil pick up. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui besarnya anggaran biaya pembuatan komponen bak pick up kapasitas 840 kg, perhitungan jumlah mesin dan, operator, serta biaya sewa mesin yang digunakan untuk pembuatan komponen bak pick up. Besarnya anggaran biaya tersebut dapat diketahui melalui perencanaan dan perhitungan secara matematis dan pengukuran kerja, meliputi pembuatan gambar kerja, operation plan, material requirement, number of machine. Hasil yang diperoleh dalam tulisan ini adalah gambar kerja, operation plan, production routing, material requirement, number of machine yang digunakan untuk pembuatan komponen bak pick up. Jumlah mesin yang dibutuhkan terdiri dari 1 unit power hacksaw, 1 unit press tool, 1 unit cutting machine, 1 unit bending machine, 1 unit turning machine, 1 unit bench work, serta 1 unit circular saw dengan 1 operator disetiap mesin. Total harga kebutuhan material untuk pembuatan komponen bak pick up adalah Rp ,-, total biaya untuk produk order adalah: Rp ,- Sewa mesin untuk pembentukan keseluruhan komponen bak pick up adalah Rp ,- Total Ongkos kerja tanpa operasi assembling Rp ,86. Kata kunci: perhitungan jumlah mesin, ongkos kerja, dan kebutuhan material 1. Pendahuluan Pertumbuhan industri ekonomi kecil menengah semakin pesat, dan kebanyakan industri tersebut tumbuh di daerah-daerah pedesaan dan perkampungan yang pada umumnya jalannya masih relatif sempit. Mobil Pick Up merupakan salah satu alat transportasi pengangkut barang yang paling banyak digunakan dari daerah-daerah industri dimana produksi barang dilaksanakan dan untuk menjangkau daerah dimana produk hasil industri akan dipasarkan, hal ini dipertimbangkan karena mobil pick up ini berukuran selain ukurannya yang relatif kecil, mobil pick up juga lincah dan mampu mengangkut muatan dengan beban yang relatif berat. Maka transportasi pengangkutan yang cocok untuk mendukung industri kecil menengah tersebut yaitu mobil Pick Up. Mobil Pick Up terdiri dari 2 komponen utama yaitu mobil dan bak Pick Up. Untuk mobil sendiri dari masing-masing perusahaan telah mengeluarkan produk-produk unggulannya dengan model yang beragam. Sedangkan dari bak Pick Up sendiri untuk bentuk dan kapasitas angkutnya hampir semua memiliki kesamaan. Bak Pick Up memiliki bentuk yang rata-rata hampir sama sehingga kapasitas angkut dari bak Pick Up tidak jauh berbeda. Hal ini tentu memudahkan bagi produsen karoseri dalam memproduksi bak Pick Up. Oleh karena dalam membuat bak Pick Up perlu dilakukan sebuah rencana yang matang agar dalam proses pembuatannya dapat berlangsung sesuai dengan perencananan kerja yaitu sesuai dengan 37 operation plan dan production routing yang ditetapkan, serta penggunaan material yang effisien (tidak terdapat suatu material yang terbuang sia-sia). Oleh karena itu pada tahap awal ini penulis mengambil judul Perencanaan Anggaran Biaya Pembuatan komponen bak pick up Kapasitas 840 Kg. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana rencana gambar kerja, operation plan, production routing untuk pembuatan komponen bak pick up. 2) Bagaimana menghitung jumlah dan harga material yang dibutuhkan untuk pembuatan komponen bak pick up. 3) Bagaimana menghitung jumlah mesin, biaya sewa mesin, dan ongkos kerja operator dalam pembuatan komponen bak pick up. 1.3 Tujuan Penelitian 1) Memberikan informasi terkait dengan pembuatan komponen bak pick up. 2) Memberikan informasi terkait dengan perhitungan jumlah dan harga material yang dibutuhkan untuk pembuatan komponen bak pick up. 3) Memberikan informasi terkait perhitungan jumlah mesin dan operator, biaya sewa mesin dan ongkos kerja operator dalam pembuatan komponen bak pick up.

2 2. Production routing, Machining Time dan Standar Time. 2.1 Production routing Banyaknya macam proses pabrikasi yang dapat digunakan dalam membentuk suatu benda kerja memberikan kemungkinan adanya kesalahan dalam memilih proses dan mesin, kesalahan ini bisa menyebabkan adanya kerugian financial yang terus menerus selama proses tersebut berjalan, dan berakhir bila proses dan mesin tersebut diganti dengan alternatif lain yang lebih efisien. Dari gambar kerja, seorang perencana dengan segala pengetahuannya tentang proses pembentukan akan dapat merencanakan alternatif proses pembentukan, urut-urutan proses pembentukan, mesin perkakas potong yang digunakan untuk membentuk komponen/produk tersebut dengan format production routing. Nurchajat, unpublised (2012) Oleh karena itu pembahasan dibawah ini akan menjelaskan tentang bagaimana membuat perencanaan kerja untuk pembuatan benda kerja sesuai dengan gambar kerja (engineering drawing) terkait dengan penentuan proses mesin dengan format production routing. Production routing merupakan suatu form perencanaan kerja yang digunakan untuk menentukan urutan proses operasi yang dilakukan dalam pembuatan komponen mesin mulai dari bahan baku hingga menjadi barang jadi. Production routing meliputi perencanaan dan penentuan tempat/ departemen dimana pekerjaan dilakukan, dikerjakaan dengan menggunakan mesin apa, tools dan auxiliary equipment apa saja yang digunakan. Seorang pelaksana harus menyiapkan daftar kegiatan yang diperlukan untuk membentuk suatu komponen mesin dengan meneliti gambar kerja terlebih dahulu untuk menentukan langkah proses pengerjaan yang akan dilakukan. Production Routing secara ringkas memuat Operation Number, Operation Description, Machine, Auxiliary Equipment, Setting Time (ST), Down Time (DT), Allowance, Machining Time, Standart Time (STT). Apple, James M., (1983) Machining Time Mechining Time (min/unit) termasuk waktu yang berhubungan langsung dengan pembentukan benda kerja atau produktif time, kolom waktu ini diisi hasil pengukuran waktu permesinan per produk baik dengan cara stop watch time study, sampling kerja (work sampling), ataupun dengan menggunakan rumus-rumus waktu permesinan yang sudah ada (predetermined time system) terhadap system kerja tertentu yang sudah dibakukan. Untuk proses permesinan yang dilaksanakan secara otomatis, machining time akan sama dengan waktu normal, karena waktu permesinan untuk suatu produk lainnya sejenis akan memerlukan waktu yang sama sehinga tidak diperlukan lagi adanya suatu 38 penyesuaian untuk mengkondisikan machining time menjadi waktu normal Berikut adalah rumus yang digunakan untuk proses turning pada engine lathe, yaitu : v 1000 n d (2.1) Gerling, (1965) Dengan : n : putaran spindle (rpm) v : kecepatan potong (m/min) d : diameter benda kerja (mm) sedangkan rumus yang digunakan untuk mengetahui waktu pemesinan pada mesin mesin bubut dinyatakan pada persamaan (2.2) sebagai berikut: t c L i s n (2.2) Gerling, (1965) Dengan : t c : machining time (cutting time) ( min/unit ) s : feed rate ( mm/rev ) L: langkah pemotongan ( mm ) n : putran spindle (rpm) i: jumlah pemotongan kecepatan potong dan feed rate dapat diperoleh dari tabel yang nilainya tergantung dari bahan yang dipotong dan bahan pahat yang digunakan untuk memotong. Dengan i pada proses turning dirumuskan sebagai berikut: Ds De i (2.3) 2 a Nurchajat, unpublised (2012) Dengan Ds : Diameter awal benda kerja(mm) De : Diameter akhir benda kerja (mm) a: Kedalaman potong (mm) Untuk mesin yang lain seperti power hack saw, turning machine, milling machine, shaping machine, grinding machine dll. pada umumnya memiliki rumus cutting time atau machining time yang hampir sama sebagaimana dijelaskan dalam buku All About Machine Tool dan buku-buku terkait dengan operasi proses pemesinan. 2.3 Setting Time (ST) dan Delay time Machining time secara mandiri tidaklah cukup digunakan sebagai penetapan waktu acuan standar penyelesaian pembentukan benda kerja, karena di dalam proses pembentukan ada hal-hal lain yang tidak berhubungan langsung dengan pembentukan benda kerja namun hal tersebut tetap dibutuhkan untuk penyelesaian sehingga menyebabkan waktu penyelesaian pembentukan menjadi lebih lama. Penyebabnya dalam hal ini adalah diperlukannya setting time, delay time, dan Indirect Machining Time. Setting Time (min/hari) termasuk waktu yang tidak berhubungan langung dengan pembentukan

3 benda kerja, waktu yang diperlukan untuk mempersiapkan tempat kerja untuk eksekusi dari suatu operasi tertentu, dan menguranginya sampai pada kondisi original, termasuk juga mempelajari gambar, waktu yang diperlukan untuk setting tool, dsb. Gerling, (1965) Delay time adalah waktu yang diperlukan untuk peronal need, overcoming fatique, dan unavoidable delay. Waktu delay yg terjadi secara irregular, seperti bejalan ke toilet, istirahat secara periodik, menunggu material, menunggu lift, dsb. Mengingat bahwa operator adalah manusia pekerja hal-hal yang berkenaan dengan peronal need, overcoming fatique, sifat bawaan manusia yang artinya tidak dapat dihilangkan, dan unavoidable delay hal-hal yang ada diluar manusia dan tidak dapat dikendalikan. Dalam banyak hal Delay time disebut juga dengan down time. Gerling, (1965) Indirect Machining Time waktu yang digunakan untuk operasi-operasi yang tidak langsung berhubungan dengan proses pemotongan namun sangat berpengaruh terhadap penyelesaian benda kerja. Operasi-operasi ini terjadi diawal proses, di tengah, dan di akhir proses pemotongan benda kerja.. Gerling, (1965) Indirect machining time terjadi secara tetap, yang termasuk dalam hal ini adalah mengambil benda kerja, memposisikannya, melepasnya, mengukur, dan mengasah pahat. Secara umum Indirect Machining Time dan setting time ada kesamaannya sehingga dalam pengukuran waktunya baik dengan stop watch time study ataupun working plan, Indirect Machining Time dan setting time dijadikan satu kedalam setting time saja. Setting Time, Down Time (min/hari) merupakan non produktif time yang bersifat manual, belum ada rumus-rumus matematis untuk menetukan Setting Time, Down Time, penetapan waktunya bisa diketahui melalui stop watch time study, atau work sampling dengan membakukan system kerjanya terlebih dahulu. Sutalaksana, Iftikar.,(1979). Dengan diketahui setting time dan down time, maka kelonggaran (allowance) dapat dihitung dengan menggunakan rumus-rumus yang secara matematis dinyatakan dalam persamaan (2.4) yang dapat dituliskan sebagai berikut : DT ST Allw 100%. (2.4) 60 D Allowance biasanya dinyatakan dalam % Dimana : D : Waktu tersedia per periode untuk suatu shift kerja, 1 shift = 8 (jam/hari), 2 shift = 16 (jam/hari), 3 shift = 24 (jam/hari) DT : Down Time per periode (min/hari) ST : Setting Time per periode (min/hari) 2. 4 Standart Time (STT) Standart time (min/unit) sama dengan waktu permesinan (T c ) ditambah dengan kelonggaran waktu kerja dikalikan dengan waktu standart, yang secara matematis ditulis seperti pada persamaan (2.5) sebagai berikut : STT Tc % Allw STT..(2.5) Tc STT 1 % Alw 2.5 Menghitung Kebutuhan Material Secara umum perhitungan dapat dirumuskan sebagai mana pada persamaan (2.6) berikut ini : P n = P gn + P dn (2.6) Apabila produk cacat dinyatakan dalam % terhadap P n (P n %) maka : P n = P gn + P dn P n = P gn + P n %. P n (100% - P n %). P n = P gn Jadi : P n = (unit/jam) (2.7) perhitungan dimulai dari proses yang terakhir dengan Pgn minimal harus sama banyaknya dengan permintaan pasar (demand rate). 3. Desain Prosedur Prosedur perhitungan harga (direct cost) bak pick up sebagaimana ditunjukkan pada gambar 3.1 sebagai berikut : Harga material di pasar Gambar Assembling Bak Pick Up Gambar Komponen Bak Pick Up Production Routing gambar komponen Bak Pick Up Perhitungan Waktu Permesinan Perhitungan Waktu Standar Perhitungan Jumlah Mesin Sewa Mesin Perhitungan Kebutuhan Material Perhitungan Harga Material komponen Pick Up Harga Bak Pick Up (Direct Cost) UMR Perhitungan Ongkos Kerja kwh Biaya Listrik Gambar 3.1 Prosedur perhitungan harga (direct cost) pembuatan komponen bak pick up 39

4 4. Pengolahan Data dan Pembahasan 4.1 Production Routing Gambar asembling bak pick up ditunjukkan pada gambar 4.1 sebagai berikut : Gambar 4.1 Gambar asembling bak pick up Adapun exploded view ditunjukkan pada gambar 4.2 sebagai berikut : Gambar 4.2 exploded view bak pick up Dari setiap gambar komponen pembentuk bak pick up di atas dapat dibuat Production Routing masing-masing komponen. Berikut adalah main bottom plate (gambar 4.3) yang diambil sebagai contoh analisisnya. 4.2 Perhitungan waktu standar Perhitungan waktu standar untuk proses cutting Part Name : MAIN BOTTOM PLATE Part Number : A4-001 Material : ST 37 ( HBN 109 ) Size : 2 x 2250 x 1130 Machine : CUTTING MACHINE Tabel 4.1 Operaton Plan for Cutting Part Main Bottom Plate No. Operations Tools 1 Marking Marking tools 2 Clamping Vise 3 Cutting 2 x 2250 x 1130 Cutting Machine Measuring and checking instruments : Steel rule Cutting Time (TC) untuk proses Cutting, dengan penggunaan stopwatch diketahui TC = 0,5 menit/ unit ST(Setting Time) = 30 min/hari DT(Down Time) = 60 min/hari D (Day work) = 8 jam/hari D = Working Day Allowance = = = 0,18 = 18 % Gambar 4.3 main bottom plate Dari gambar 4.3 tersebut di atas dapat dibuat Production Routingnya sebagai berikut: Tabel 4.1 Production Routing Main Bottom Plate STANDAR TIME (STT) STT = = = 0,605 min Perhitungan waktu standar untuk proses bending Part Name : MAIN BOTTOM PLATE Part Number : A4-001 Material : ST 37 ( HBN 109 ) Size : 2 x 2250 x 1130 Machine : BENDING MACHINE Tabel 4.2 Operaton Plan for Bending Part Main Bottom Plate No. Operations Tools 1 Setting position 2 Bending Dies, Stopper Measuring and checking instruments : Steel rule Cutting Time (TC) untuk proses Bending, dengan penggunaan stopwatch diketahui TC= 1,5 menit TC = 1,5 menit/ unit ST (Setting Time) = 30 min/hari 40

5 DT (Down Time) = 60 min/hari D (Day work) = 8 jam/hari Allowance = 100 = = 0,18 STANDAR TIME (STT) STT = = = 1,829 min/unit 4.3 Perhitungan Output Standar Output Standar Cutting Machine ( Os 1 ) Output Standar Bending Machine ( Os 2 ) Os 1 = = = 0,826 unit/min 0,826.. = 396,48 unit/hari Os 2 = = = 0,273 unit/min 0,273.. = 131,04 unit/hari 4.4 Jumlah Kebutuhan Material dan Harga Material Main Bottom Plate % Defect Cutting Machine ( p 1 % ) : 0 % % Defect Bending Machine ( p 2 % ) : 0 % Demand : 2 unit/hari Kebutuhan material untuk Cutting Machine ( P 1 ) Kebutuhan material untuk Bending Machine ( P2 ) P 2 = = = 2 unit/hari P 1 = = = 2 unit/hari Kebutuhan material untuk Main Bottom Plate P 1 = 2 unit/hari Ukuran benda kerja = 2x2250x1130 mm Ukuran raw material = 2x8 x4 mm/lembar = 2x2438,4x 1219,2 mm Kebutuhan material = P 1 x Ukuran benda kerja = 2 x 2250 = 4500 mm Kebutuhan material = = = 1,845 2 lembar/hari Tabel 4.3 Kebutuhan Material untuk semua komponen No. Part Number Material Needs 1 A ( lembar/hari ) 2 A ( lembar/hari ) 3 A ( lembar/hari ) 4 A ( lembar/hari ) 5 A (lembar/hari ) 6 A (lembar/hari ) 7 A (lembar/hari ) 8 A ( lonjor/hari ) 9 A (lembar/hari ) 10 A ( lonjor/hari ) 11 A ( lonjor/hari ) 12 A ( lonjor/hari ) 13 A ( lembar/hari ) 14 A ( lembar/hari ) 15 A ( lembar/hari ) 16 A ( lonjor/hari ) 17 A ( lembar/hari ) 18 A ( lembar/hari ) Ukuran raw material Main Bottom Plate, Part No. A4-001 adalah 2x2250x1130, dalam 1 unit bak pick up membutuhkan 2 buah Main Bottom Plate. Kebutuhan material 2 lembar/hari. Berat material tersebut mempunyai berat 46,7 kg/lembar. Berat total material yang dibutuhkan sebesar 93,4 kg. Harga material adalah Rp 8.550,-/kg. Harga total kebutuhan material= 93,4 kg x Rp ,- /kg = Rp ,- Total Harga kebutuhan material untuk pembuatan komponen bak pick up (komponen 1 sd komponen 18) adalah Rp ,- Adapun biaya bahan order yaitu: 3 Part Rp = 3 x Rp = Rp Part bolt and Rp = 2 x Rp = Rp 8.000,- Total biaya untuk produk order adalah: Rp ,- 4.6 Kebutuhan Jumlah Mesin Jumlah mesin yang dibutuhkan untuk membentuk Main Bottom Plate, Part No. A4-001 Cutting Machine (N 1) dan Bending Machine (N 2) N 2 = = = 0,022 1 mesin N 1 = = = 0,010 1 mesin Jumlah mesin yang dibutuhkan untuk mengerjakan komponen-komponen yang lain dilakukan dengan cara yang sama, sehingga diperoleh rekap perhitungan jumlah mesin dan operatornya sebagai berikut: Jumlah mesin dan operator dari masing-masing mesin: Total Power Hacksaw = 1 mesin Total Press Tool = 1 mesin Total Cutting Machine = 1 mesin Total Bending Machine = 1 mesin Total Turning Machine = 1 mesin Total Bench Work = 1 mesin Total Circular Saw = 1 mesin 4.7 Perhitungan Sewa Mesin Jumlah Mesin yang diperlukan untuk proses pemesinan = 1 mesin Harga sewa untuk 1 Cutting Machine adalah = Rp 6.000/jam Total Standart Time proses pemesinan cutting machine = 26,08 min waktu sewa setara dengan 1 jam. 41

6 Jadi total sewa Cutting Machine = 1 jam x Rp 6.000/jam = Rp 6.000,- Sewa mesin untuk pembentukan keseluruhan komponen bak pick up adalah Rp ,- 4.8 Perhitungan Ongkos Kerja Perhitungan ongkos kerja Part Main Bottom Plate per unit produk dapat dihitung sebagai berikut Gaji UMR Kota Malang 2015 adalah Rp (per bulan) Ongkos kerja per hari = Rp : 30 hari = Rp ,67 Perhitungan Ongkos Kerja : Ongkos Kerja (Cutting Machine) = = = Rp 153,20 /unit Ongkos Kerja (Bending Machine) = = = Rp 463,53 /unit Ongkos kerja Part Main Bottom Plate = Rp 153,20 + Rp 463,53 = Rp 616,73 Jadi ongkos kerja untuk pengerjaan 2 buah Main Bottom Plate adalah Rp 616,73 Ongkos kerja untuk mengerjakan komponenkomponen yang lain dilakukan dengan cara yang sama. Total Ongkos kerja tanpa operasi assembling Rp , Pembahasan Sebagaimana dituliskan diatas dirasa masih jauh dari sempurna, banyak kekurangan dan hal-hal yang belum disampaikan disini, juga karena keterbatasan kemampuan penulis disamping keterbatasan waktu ataupun jumlah halaman yang disediakan. Prosedur yang dibuat masih ada kekurangan, yaitu yang terkait dengan proses assembling, sehingga dalam penulisan tidak ada pembahasan tentang bagaimana proses asembling dilaksanakan, bagaimana pembuatan assembly diagram, pengukuran waktu assembly, perhitungan kebutuhan elektrode, perhitungan biaya listrik untuk proses pengelasan, dan perhitungan ongkos operator asembling. Dalam penetapan waktu standar khususnya yang bersifat manual disini tidak dilaksanakan pengukuran sebagaimana mestinya, waktu pembentukan dan waktu standar didasarkan pada pengalaman kerja dan pengetahuan teknik pembentukan dan pengukuran kerja yang memadai, sehingga penetapan waktu pembentukan dan waktu standar tersebut bisa dipertanggung jawabkan. Waktu terkait dengan proses handling dari satu lokasi mesin ke lokasi mesin yang lain tidak diperhitungkan sehingga proses tampak begitu singkat. Secara garis besar sebagaimana tujuan dari penulisan sudah tercapai semua, operation plan, production routing, material requirement, number of machine yang digunakan untuk pembuatan komponen bak pick up terselesaikan dengan baik, walaupun hanya satu komponen saja yang disampaikan dalam makalah ini namun prosedur perhitungan harga (direct cost) pembuatan komponen bak pick up dan perhitungan-perhitungan lainnya bisa digunakan sebagai acuan untuk penulisan selanjutnya. 5. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Dari analisis secara berkesinambungan yaitu mulai dari gambar produk asembling, gambar komponen, pembuatan operation plan, pembuatan production routing, perhitungan material requirement, dan number of machine, sehingga perhitungan terkait dengan kebutuhan material, sewa mesin, dan ongkos kerja operator dapat diperoleh sebagai berikut: Total Harga kebutuhan material untuk pembuatan komponen bak pick up (komponen 1 sd komponen 18) adalah Rp ,- Total biaya untuk produk order adalah: Rp ,- Sewa mesin untuk pembentukan keseluruhan komponen bak pick up adalah Rp ,- Total Ongkos kerja tanpa operasi assembling Rp , Saran Karya ilmiah ini masih dapat dilanjutkan dengan pembahasan tentang bagaimana proses asembling dilaksanakan, bagaimana pembuatan assembly diagram, pengukuran waktu assembly, perhitungan kebutuhan elektrode, perhitungan biaya listrik untuk proses pengelasan, dan perhitungan ongkos operator asembling. Perlu ada pengukuran waktu pembentukan dan waktu standar khususnya yang bersifat manual sesuai dengan prosedur pengukuran waktu yang standar. Waktu terkait dengan proses handling dari satu lokasi mesin ke lokasi mesin perlu dipertimbangkan untuk akurasi waktu penyelesaian pekerjaan yang lebih valid. DAFTAR PUSTAKA [1] Apple, James M., Plant Lay Out and Material Handling, John Wiley & Sons, New York. [2] Dervitsiotis, Kostas N., Operations Management, McGra- Hill International Book Co, Singapore [3] Gerling., All about Machine Tools, Wiley Eas tern Limited, New Delhi. [4] Nurchajat., Pemesinan dan Tata Letak Mesin (Unpublised) [5] Sutalaksana, Iftikar., Teknik Tata Cara Kerja, Teknik Industri ITB. 42

Hasanuddin Student Journal Vol. 1 No. (2): , Desember 2017 P-ISSN: , E-ISSN: Universitas Hasanuddin

Hasanuddin Student Journal Vol. 1 No. (2): , Desember 2017 P-ISSN: , E-ISSN: Universitas Hasanuddin Hasanuddin Student Journal Vol. 1 No. (2): 102-108, Desember 2017 P-ISSN: 2579-7859, E-ISSN: 2579-7867 Universitas Hasanuddin Perhitungan Waktu Pemesinan dan Kebutuhan Mesin untuk Perencanaan Produksi

Lebih terperinci

TI-2121: Proses Manufaktur

TI-2121: Proses Manufaktur TI-2121: Proses Manufaktur Operasi Pemesinan & Mesin Perkakas Laboratorium Sistem Produksi www.lspitb.org 2003 1. Hasil Pembelajaran Umum: Memberikan mahasiswa pengetahuan yang komprehensif tentang dasar-dasar

Lebih terperinci

Proses Frais. Metal Cutting Process. Sutopo Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

Proses Frais. Metal Cutting Process. Sutopo Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Proses Frais Metal Cutting Process Sutopo Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Cutting tools review questions: Penentuan parameter pemotongan manakah yang paling mempengaruhi keausan alat potong?

Lebih terperinci

Analisa Perhitungan Waktu dan Biaya Produksi pada Proses Drilling

Analisa Perhitungan Waktu dan Biaya Produksi pada Proses Drilling LJTMU: Vol. 02, No. 02, Oktober 2015, (01-06) ISSN Print : 2356-3222 ISSN Online : 2407-3555 http://ejournal-fst-unc.com/index.php/ljtmu Analisa Perhitungan Waktu dan Biaya Produksi pada Proses Drilling

Lebih terperinci

Gatot Setyono 1. 1Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Gatot Setyono 1. 1Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya JHP17 Jurnal Hasil Penelitian LPPM Untag Surabaya Pebruari 2016, Vol. 01, No. 01, hal 61-70 OPTIMASI PEMESINAN PEMBUATAN VARIASI TUTUP KATUB SUSPENSI UDARA HONDA GL MAX 125cc DI MESIN TURNING CNC TU-2A

Lebih terperinci

ANALISA KEKERASAN MATERIAL TERHADAP PROSES PEMBUBUTAN MENGGUNAKAN MEDIA PENDINGIN DAN TANPA MEDIA PENDINGIN

ANALISA KEKERASAN MATERIAL TERHADAP PROSES PEMBUBUTAN MENGGUNAKAN MEDIA PENDINGIN DAN TANPA MEDIA PENDINGIN ANALISA KEKERASAN MATERIAL TERHADAP PROSES PEMBUBUTAN MENGGUNAKAN MEDIA PENDINGIN DAN TANPA MEDIA PENDINGIN Denny Wiyono Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Polnep Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PROSES PEMESINAN SILINDER SLEEVE DENGAN CNC TIGA OPERATION PLAN DAN EMPAT OPERATION PLAN ABSTRACT

PERBANDINGAN PROSES PEMESINAN SILINDER SLEEVE DENGAN CNC TIGA OPERATION PLAN DAN EMPAT OPERATION PLAN ABSTRACT PERBANDINGAN PROSES PEMESINAN SILINDER SLEEVE DENGAN CNC TIGA OPERATION PLAN DAN EMPAT OPERATION PLAN Sutiyoko 1), Muhammad Farid Nur 2) 1),2) Jurusan Teknik Pengecoran Logam, Politeknik Manufaktur Ceper,

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI UNTUK MENGURANGI BALANCE DELAY GUNA MENINGKATKAN OUTPUT PRODUKSI

PERANCANGAN SISTEM KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI UNTUK MENGURANGI BALANCE DELAY GUNA MENINGKATKAN OUTPUT PRODUKSI PERANCANGAN SISTEM KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI UNTUK MENGURANGI BALANCE DELAY GUNA MENINGKATKAN OUTPUT PRODUKSI Jaka Purnama Laboratorium Sistem Produksi Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Adhi

Lebih terperinci

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C 1 Azwinur, 2 Taufiq 1 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh-Medan Km.280 Buketrata Lhokseumawe.

Lebih terperinci

BAB III 3 PEMODELAN SISTEM

BAB III 3 PEMODELAN SISTEM BAB III 3 PEMODELAN SISTEM Adapun kecerdasan-kecerdasan utama yang diinginkan wajib dimiliki oleh model mesin bubut cerdas ini adalah: 1. Memiliki fungsi pengelolaan data pendukung seperti penambahan,

Lebih terperinci

Perhitungan Ongkos Produksi

Perhitungan Ongkos Produksi Gambar Benda Kerja: Perhitungan Ongkos Produksi Di Kartel 20 9,46 0 12 10 45 0 X 1 29 5 30 5 30 Komponen ongkos yang dihitung: C = C + C u m o Dimana: C u = Ongkos total Rp/Produk C m = Ongkos Material

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industri akan ikut berkembang seiring dengan tingginya tuntutan dalam sebuah industri

I. PENDAHULUAN. industri akan ikut berkembang seiring dengan tingginya tuntutan dalam sebuah industri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi telah merubah industri manufaktur menjadi sebuah industri yang harus dapat berkembang dan bersaing secara global. Pada dasarnya seluruh elemen dalam

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Semester I STRUKTUR DAN KEKUATAN BAHAN 200 menit RPP/MES/STM 204/01 Revisi: 00 Tgl: 1 April 2008 Hal : 1 dari 2 MATA KULIAH : TEORI PEMESINAN DASAR KODE MATA KULIAH : STM 204 JURUSAN/PRODI : PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing Ir. SAMPURNO, MT. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2011

Dosen Pembimbing Ir. SAMPURNO, MT. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2011 IBNU MAHARDI ZAHTIAR 2106 100 069 Dosen Pembimbing Ir. SAMPURNO, MT. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2011 Multi Fixture Analisa dan Perancangan

Lebih terperinci

ANALISA PERANCANGAN TATA LETAK LANTAI PRODUKSI DIVISI WELDING UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI DI PT. XX

ANALISA PERANCANGAN TATA LETAK LANTAI PRODUKSI DIVISI WELDING UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI DI PT. XX ANALISA PERANCANGAN TATA LETAK LANTAI PRODUKSI DIVISI WELDING UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI DI PT. XX Alfa Firdaus, Dedy Pratama Program Studi Teknik, Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana Jakarta

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN SAKLAR TOGGLE SHAFT WELDED CIRCUIT BREAKER PADA CV. GLOBALINDO PERKASA ENGINEERING

PROSES PEMBUATAN SAKLAR TOGGLE SHAFT WELDED CIRCUIT BREAKER PADA CV. GLOBALINDO PERKASA ENGINEERING PROSES PEMBUATAN SAKLAR TOGGLE SHAFT WELDED CIRCUIT BREAKER PADA CV. GLOBALINDO PERKASA ENGINEERING NAMA : SOFIAN OKTAVIARDI NPM : 27412096 JURUSAN : TEKNIK MESIN PEMBIMBING : IRWANSYAH, ST., MT. Latar

Lebih terperinci

ALTERNATIF USULAN PERENCANAAN PROSES PRODUKSI PRODUK PIN PRINTER EPSON (Studi Kasus di Laboratorium SSML)

ALTERNATIF USULAN PERENCANAAN PROSES PRODUKSI PRODUK PIN PRINTER EPSON (Studi Kasus di Laboratorium SSML) Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.01 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2015 ALTERNATIF USULAN PERENCANAAN PROSES PRODUKSI PRODUK PIN PRINTER EPSON (Studi

Lebih terperinci

Simulasi Komputer Untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan Pada Proses Cylindrical Turning Berdasarkan Parameter Undeformed Chip Thickness

Simulasi Komputer Untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan Pada Proses Cylindrical Turning Berdasarkan Parameter Undeformed Chip Thickness Simulasi Komputer Untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan Pada Proses Cylindrical Turning Berdasarkan Parameter Undeformed Chip Thickness Oegik Soegihardjo Dosen Fakultas Teknologi Industri, Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan laju perkembangan dan pertumbuhan ilmu. pengetahuan teknologi harus diimbangi dengan pengembangan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan laju perkembangan dan pertumbuhan ilmu. pengetahuan teknologi harus diimbangi dengan pengembangan sumber BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Seiring dengan laju perkembangan dan pertumbuhan ilmu pengetahuan teknologi harus diimbangi dengan pengembangan sumber daya manusia yang mampu untuk menjawab tantangan

Lebih terperinci

APLIKASI PREDETERMINED TIME SYSTEM DAN RANKED POSITIONAL WEIGHT PADA OPTIMALISASI LINTASAN PRODUKSI UPPER-SHOE DI PT. ECCO INDONESIA, SIDOARJO

APLIKASI PREDETERMINED TIME SYSTEM DAN RANKED POSITIONAL WEIGHT PADA OPTIMALISASI LINTASAN PRODUKSI UPPER-SHOE DI PT. ECCO INDONESIA, SIDOARJO B-2- APLIKASI PREDETERMINED TIME SYSTEM DAN RANKED POSITIONAL WEIGHT PADA OPTIMALISASI LINTASAN PRODUKSI UPPER-SHOE DI PT. ECCO INDONESIA, SIDOARJO Rina Lukiandari, Abdullah Shahab ITS Surabaya ABSTRAK

Lebih terperinci

Simulasi Komputer untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan pada Proses Pembubutan Silindris

Simulasi Komputer untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan pada Proses Pembubutan Silindris Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin, SNTTM-VI, 2007 Jurusan Teknik Mesin, Universitas Syiah Kuala Simulasi Komputer untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan pada Proses Pembubutan Silindris Muhammad

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 44 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan Umum Perusahaan PT. XYZ adalah salah satu perusahaan yang begerak di bidang manufaktur pembuatan sepeda motor di Indonesia dengan kepemilikan saham

Lebih terperinci

TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING)

TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING) TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING) Proses permesinan (machining) : Proses pembuatan ( manufacture) dimana perkakas potong ( cutting tool) digunakan untuk membentuk material dari bentuk dasar menjadi

Lebih terperinci

PENGARUH TEBAL PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PADA PEMBUBUTAN KERING MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL ST-60

PENGARUH TEBAL PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PADA PEMBUBUTAN KERING MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL ST-60 PENGARUH TEBAL PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PADA PEMBUBUTAN KERING MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL ST-60 Hasrin Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl.Banda

Lebih terperinci

Studi Eksperimental tentang Pengaruh Parameter Pemesinan Bubut terhadap Kekasaran Permukaan pada Pemesinan Awal dan Akhir

Studi Eksperimental tentang Pengaruh Parameter Pemesinan Bubut terhadap Kekasaran Permukaan pada Pemesinan Awal dan Akhir Studi Eksperimental tentang Pengaruh Parameter Pemesinan Bubut terhadap Kekasaran Permukaan pada Pemesinan Awal dan Akhir Agung Premono 1, a *, Triyono 1, R. Ramadhani 2, N. E. Fitriyanto 2 1 Dosen, Jurusan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN NASKAH SOAL TUGAS AKHIR HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN NASKAH SOAL TUGAS AKHIR HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN NASKAH SOAL TUGAS AKHIR HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

Lebih terperinci

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: METODE PENGUKURAN LANGSUNG

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: METODE PENGUKURAN LANGSUNG By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: METODE PENGUKURAN LANGSUNG Metode penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan Waktu yang dibutuhkan oleh

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA No. SIL/MES/MES338/34 Revisi : 00 Tgl : 21 Juni 2010 Hal 1 dari 5 MATA KULIAH KODE MATA KULIAH SEMESTER PROGRAM STUDI DOSEN PENGAMPU : PROSES PEMESINAN KOMPLEKS : MES338 (3 SKS) PRAKTIK : IV : PEND.TEKNIK

Lebih terperinci

PERANCANGAN KERJA PETA-PETA KERJA

PERANCANGAN KERJA PETA-PETA KERJA PERANCANGAN KERJA PETA-PETA KERJA PEMBUATAN DONAT Siapkan dan timbang tepung terigu Tambah gula, mentega, telur campur rata Setelah tercampur, potong dan bentuk bulat kecil Diamkan sejenak agar adonan

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya produktivitas dan kualitas dari produk yang dihasilkan merupakan tantangan bagi industri permesinan masa kini seiring dengan meningkatnya pengetahuan

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA No. SIL/MES/MES306/08 Revisi : 00 Tgl : 21 Juni 2010 Hal 1 dari 5 MATA KULIAH : PROSES KERJA BANGKU KODE MATA KULIAH : MES306 ( 3 SKS P ) SEMESTER : I PROGRAM STUDI : PEND.TEKNIK MESIN DOSEN PENGAMPU :

Lebih terperinci

BAB li TEORI DASAR. 2.1 Konsep Dasar Perancangan

BAB li TEORI DASAR. 2.1 Konsep Dasar Perancangan BAB li TEORI DASAR Pada bab ini dijelaskan mengenai konsep dasar perancangan, teori dasar pemesinan, mesin bubut, komponen komponen utama mesin dan eretan (carriage). 2.1 Konsep Dasar Perancangan Perancangan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Lab.Proses Produksi, CNC dan material teknik

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Lab.Proses Produksi, CNC dan material teknik III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lab.Proses Produksi, CNC dan material teknik Jurusan Teknik mesin Universitas Lampung untuk pengukuran suhu luaran vortex tube,

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA No. SIL/MES/MES319/21 Revisi : 00 Tgl : 21 Juni 2010 Hal 1 dari 5 MATA KULIAH : PROSES PEMESINAN LANJUT KODE MATA KULIAH : MES319 ( 3 SKS P ) SEMESTER : III PROGRAM STUDI : PEND. TEKNIK MESIN DOSEN PENGAMPU

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Proses permesinan merupakan proses manufaktur dimana objek dibentuk

I. PENDAHULUAN. Proses permesinan merupakan proses manufaktur dimana objek dibentuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses permesinan merupakan proses manufaktur dimana objek dibentuk dengan cara membuang atau meghilangkan sebagian material dari benda kerjanya. Tujuan digunakan proses

Lebih terperinci

Pengaruh Perubahan Parameter Pemesinan Terhadap Surface Roughness Produk Pada Proses Pemesinan dengan Single Cutting Tool

Pengaruh Perubahan Parameter Pemesinan Terhadap Surface Roughness Produk Pada Proses Pemesinan dengan Single Cutting Tool Pengaruh Perubahan Parameter Pemesinan Terhadap Surface Roughness Produk Pada Proses Pemesinan dengan Single Cutting Tool Sally Cahyati 1,a, Triyono, 2,b M Sjahrul Annas 3,c, A.Sumpena 4,d 1,2,3 Jurusan

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN POTONG PADA PROSES PEMBUBUTAN TERHADAP SURFACE ROUGHNESS DAN TOPOGRAFI PERMUKAAN MATERIAL ALUMINIUM ALLOY

PENGARUH KECEPATAN POTONG PADA PROSES PEMBUBUTAN TERHADAP SURFACE ROUGHNESS DAN TOPOGRAFI PERMUKAAN MATERIAL ALUMINIUM ALLOY PENGARUH KECEPATAN POTONG PADA PROSES PEMBUBUTAN TERHADAP SURFACE ROUGHNESS DAN TOPOGRAFI PERMUKAAN MATERIAL ALUMINIUM ALLOY Sobron Yamin Lubis 1, Erwin Siahaan 2 dan Kevin Brian 3 1,2,3 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (SKKNI) BIDANG KOMPETENSI 1. KELOMPOK DASAR / FOUNDATION 2. KELOMPOK INTI 3. PERAKITAN (ASSEMBLY) 4. PENGECORAN DAN PEMBUATAN CETAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perancangan fasilitas memiliki pengaruh yang sangat besar di dalam proses operasi perusahaan karena merupakan dasar dari keseluruhan proses produksi. Dalam

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 Baja AISI 4340

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 Baja AISI 4340 26 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan 3.1.1 Benda Kerja Benda kerja yang digunakan untuk penelitian ini adalah baja AISI 4340 yang telah dilakukan proses pengerasan (hardening process). Pengerasan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Untuk mengurangi biaya produksi, peningkatan efisiensi proses manufaktur suatu produk sangat berpengaruh, terutama dengan menurunkan waktu proses manufakturnya. Dalam

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 1.1 Pengumpulan Data Berdasarkan latar belakang perumusan masalah yang telah dikemukakan maka dilakukan pengumpulan data-data yang digunakan dalam perancangan tata

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perkembangan teknologi yang sangat pesat dewasa ini mengakibatkan tingkat persaingan produk industri manufaktur modern menjadi sangat ketat. PT Presa Genta Engineering (PT PGE) merupakan salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Jig and Fixtures Jig adalah peralatan yang digunakan untu mengarahkan satu atau lebih alat potong pada posisi yang sama dari komponen yang serupa dalam suatu operasi

Lebih terperinci

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN WAKTU KERJA: METODE PENGUKURAN LANGSUNG

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN WAKTU KERJA: METODE PENGUKURAN LANGSUNG By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN WAKTU KERJA: METODE PENGUKURAN LANGSUNG Metode penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan Waktu yang dibutuhkan

Lebih terperinci

ANALISIS TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM DAN OPTIMASI PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES MILLING ALUMINIUM ALLOY

ANALISIS TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM DAN OPTIMASI PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES MILLING ALUMINIUM ALLOY ANALISIS TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM DAN OPTIMASI PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES MILLING ALUMINIUM ALLOY Sobron Yamin Lubis & Agustinus Christian Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara

Lebih terperinci

MANUAL PROSEDUR LABORATORIUM PROSES PRODUKSI I

MANUAL PROSEDUR LABORATORIUM PROSES PRODUKSI I MANUAL PROSEDUR LABORATORIUM PROSES PRODUKSI I PROGRAM SARJANA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015 i MANUAL PROSEDUR LABORATORUIUM PROSES PRODUKSI I PROGRAM SARJANA TEKNIK MESIN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PROSES MANUFAKTUR

BAB I PROSES MANUFAKTUR BAB I PROSES MANUFAKTUR A. Pendahuluan. teknologi mekanik merupakan suatu proses pembuatan suatu benda dari bahan baku sampai barang jadi atau setengah jadi dengan atau tanpa proses tambahan. Dari sejarah

Lebih terperinci

B A B I I LANDASAN TEORI

B A B I I LANDASAN TEORI B A B I I LANDASAN TEORI 2.1 Proses Manufaktur Manufaktur merupakan suatu aktivitas manusia yang mencakup semua fase dalam kehidupan. Computer Aided Manufacturing International (CAM-I) mendefinisikan manufaktur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Langkah-Langkah Dalam Penelitian 3.1.1 Studi Lapangan Studi lapangan dilakukan adalah melakukan pengamatan langsung pada perusahaan untuk mengetahui keadaan perusahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri sekarang ini sangat pesat ditandai dengan semakin dinamisnya kegiatan kegiatan pembangunan yang menandai pertumbuhan ekonomi yang selalu

Lebih terperinci

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT. Dwi Rahdiyanta FT-UNY

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT. Dwi Rahdiyanta FT-UNY MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT Pengoperasian Mesin Bubut Dwi Rahdiyanta FT-UNY Kegiatan Belajar Pengoperasian Mesin Bubut a. Tujuan Pembelajaran. 1.) Siswa dapat memahami pengoperasian mesin

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA No. SIL/MES/MES204/05 Revisi : 00 Tgl : 21 Juni 2010 Hal 1 dari 5 MATA KULIAH KODE MATA KULIAH SEMESTER PROGRAM STUDI DOSEN PENGAMPU : TEORI PEMESINAN DASAR (TPD) : MES204 (2 SKS) TEORI : I : PEND.TEKNIK

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN PRESS TOOL DIFFUSER DUCTING

BAB IV PEMBUATAN PRESS TOOL DIFFUSER DUCTING BAB IV PEMBUATAN PRESS TOOL DIFFUSER DUCTING 4.1 Proses Pembuatan Press Tool Diffuser Ducting Pembuatan press tool difuser ducting melalui beberapa tahapan proses pemesinan, baik secara konvensional maupun

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Proses Produksi 2.2 Pengertian Mesin Pengaduk Adonan

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Proses Produksi 2.2 Pengertian Mesin Pengaduk Adonan BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Proses Produksi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dikatakan bahwa : Produksi adalah proses mengeluarkan hasil. Dapat penulis uraikan, bahwa definisi produksi adalah

Lebih terperinci

PETA PETA KERJA. Nurjannah

PETA PETA KERJA. Nurjannah PETA PETA KERJA Nurjannah Peta Kerja Peta kerja merupakan suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas (Sutalaksana, 2006) Peta kerja merupakan alat komunikasi yang sistematis

Lebih terperinci

(Sumber :

(Sumber : Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Laboratorium Proses Manufaktur merupakan salah satu laboratorium pada program studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri Universitas Telkom. Laboratorium ini

Lebih terperinci

BAB IV 4 STUDI KASUS

BAB IV 4 STUDI KASUS BAB IV 4 STUDI KASUS Model mesin bubut cerdas yang dikembangkan pada tugas akhir ini merupakan suatu model yang akan digunakan pada perusahaan manufaktur bertipe jobshop. Oleh karena itu, pada bab ini

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR BIDANG TEKNIK PRODUKSI PEMESINAN PROSES PRODUKSI DAN ESTIMASI BIAYA PEMBUATAN MESIN ROLL

TUGAS AKHIR BIDANG TEKNIK PRODUKSI PEMESINAN PROSES PRODUKSI DAN ESTIMASI BIAYA PEMBUATAN MESIN ROLL TUGAS AKHIR BIDANG TEKNIK PRODUKSI PEMESINAN PROSES PRODUKSI DAN ESTIMASI BIAYA PEMBUATAN MESIN ROLL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tahap Sarjana Oleh: TISA GUNAWAN NBP

Lebih terperinci

28 Gambar 4.1 Perancangan Produk 4.3. Proses Pemilihan Pahat dan Perhitungan Langkah selanjutnya adalah memilih jenis pahat yang akan digunakan. Karen

28 Gambar 4.1 Perancangan Produk 4.3. Proses Pemilihan Pahat dan Perhitungan Langkah selanjutnya adalah memilih jenis pahat yang akan digunakan. Karen 27 BAB IV SOP PENGOPERASIAN MESIN BUBUT KONVENSIONAL UNTUK MEMBUBUT PERMUKAAN 4.1. Ukuran Benda Kerja Sebelum melakukan proses pembubutan, langkah awal yang perlu dilakukan oleh seorang operator adalah

Lebih terperinci

Optimalisasi Proses Parting pada Machining Benda Kerja Throttle

Optimalisasi Proses Parting pada Machining Benda Kerja Throttle Optimalisasi Proses Parting pada Machining Benda Kerja Throttle Didi Widya Utama 1, Wilson Kosasih 2 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Tarumanagara, Jakarta Jl. Let. Jend. S. Parman No.

Lebih terperinci

Rancangan Welding Fixture Pembuatan Rangka Produk Kursi

Rancangan Welding Fixture Pembuatan Rangka Produk Kursi Bidang Teknik Mesin Yogyakarta, 10 November 2012 Rancangan Welding Fixture Pembuatan Rangka Produk Kursi Hendro Prassetiyo, Rispianda, Irvan Rinaldi Ramdhan Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

SIMULASI UNTUK MEMPREDIKSI PENGARUH PARAMETER CHIP THICKNESS TERHADAP DAYA PEMOTONGAN PADA PROSES CYLINDRICAL TURNING

SIMULASI UNTUK MEMPREDIKSI PENGARUH PARAMETER CHIP THICKNESS TERHADAP DAYA PEMOTONGAN PADA PROSES CYLINDRICAL TURNING Simulasi untuk Memprediksi Pengaruh... Muhammad Yusuf, M. Sayuti SIMULASI UNTUK MEMPREDIKSI PENGARUH PARAMETER CHIP THICKNESS TERHADAP DAYA PEMOTONGAN PADA PROSES CYLINDRICAL TURNING Muhammad Yusuf 1)

Lebih terperinci

Seminar Tugas Akhir Statistika ITS, 12 Januari 2011

Seminar Tugas Akhir Statistika ITS, 12 Januari 2011 Tabel ringkasan hasil perhitungan waktu normal (lanjutan) No 6 7 Proses Operasi Proses penggabungan bagian-bagian dompet Proses penjahitan 8 Proses finishing 9 Proses pengkilapan Variabel Rata-rata Waktu

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROSES 81

PERANCANGAN PROSES 81 PERANCANGAN PROSES 81 Keterkaitan Perancangan Produk, Perancangan Proses, Perancangan Jadwal,dan Perancangan Fasilitas Perancangan Produk Perancangan Fasilitas Perancangan Proses Perancangan Jadwal 82

Lebih terperinci

PENULISAN ILMIAH MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK HOUSING CLUTCH DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG

PENULISAN ILMIAH MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK HOUSING CLUTCH DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG PENULISAN ILMIAH MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK HOUSING CLUTCH DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG Disusun Oleh : Nama : Mochammad Brananta Arya Lasmono NPM : 34412653 Jurusan : Teknik

Lebih terperinci

TATA LETAK PABRIK KULIAH 8: PEMILIHAN MESIN, JUMLAH/KAPASITAS, DAN PERANCANGAN STASIUN KERJA

TATA LETAK PABRIK KULIAH 8: PEMILIHAN MESIN, JUMLAH/KAPASITAS, DAN PERANCANGAN STASIUN KERJA TATA LETAK PABRIK KULIAH 8: PEMILIHAN MESIN, JUMLAH/KAPASITAS, DAN PERANCANGAN STASIUN KERJA By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENETAPAN KAPASITAS DAN JUMLAH MESIN YANG DIBUTUHKAN Pemilihan jenis dan spesifikasi

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI OLEH: Marianus T. Dengi 122080139 LABORATORIUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA & ERGONOMI JURUSAN

Lebih terperinci

Kata kunci: Proses Milling, Variasi Kecepatan Putar dan Kedalaman Makan, Surface Roughness

Kata kunci: Proses Milling, Variasi Kecepatan Putar dan Kedalaman Makan, Surface Roughness Uji Kekasaran Permukaan Benda Kerja Pada Baja ST 37 Hasil Proses Milling Akibat Variasi Kecepatan Putar dan Kedalaman Makan Menggunakan Surface Roughness Tester Widson*, Naufal Abdurrahman P, Cahyo Budi

Lebih terperinci

KAJIAN UMUR PAHAT PADA PEMBUBUTAN KERING DAN KERAS BAJA AISI 4340 MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA PVD BERLAPIS

KAJIAN UMUR PAHAT PADA PEMBUBUTAN KERING DAN KERAS BAJA AISI 4340 MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA PVD BERLAPIS KAJIAN UMUR PAHAT PADA PEMBUBUTAN KERING DAN KERAS BAJA AISI 4340 MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA PVD BERLAPIS SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik PIETER 120401043

Lebih terperinci

Bab II Teori Dasar Gambar 2.1 Jenis konstruksi dasar mesin freis yang biasa terdapat di industri manufaktur.

Bab II Teori Dasar Gambar 2.1 Jenis konstruksi dasar mesin freis yang biasa terdapat di industri manufaktur. Bab II Teori Dasar Proses freis adalah proses penghasilan geram yang menggunakan pahat bermata potong jamak (multipoint cutter) yang berotasi. Pada proses freis terdapat kombinasi gerak potong (cutting

Lebih terperinci

Pengaruh Kemiringan Benda Kerja dan Kecepatan Pemakanan terhadapgetaran Mesin Frais Universal Knuth UFM 2

Pengaruh Kemiringan Benda Kerja dan Kecepatan Pemakanan terhadapgetaran Mesin Frais Universal Knuth UFM 2 Pengaruh Kemiringan Benda Kerja dan Kecepatan Pemakanan terhadapgetaran Mesin Frais Universal Knuth UFM 2 Romiyadi 1 1 Program Studi Perawatan dan Perbaikan Mesin, Politeknik Kampar Jl. Tengku Muhammad

Lebih terperinci

Operasional. Disampaikan Oleh : Kristian Suhartadi WN, SE., MM

Operasional. Disampaikan Oleh : Kristian Suhartadi WN, SE., MM Operasional Disampaikan Oleh : Kristian Suhartadi WN, SE., MM PRODUKSI Menurut Sofyan Assauri : Produksi merupakan segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan (utility) suatu barang dan jasa.

Lebih terperinci

Perancangan Dan Pembuatan Jig Untuk Proses Drilling pada CNC Router

Perancangan Dan Pembuatan Jig Untuk Proses Drilling pada CNC Router Perancangan Dan Pembuatan Jig Untuk Proses Drilling pada CNC Router Yovie Rahmatullah 1, Bayu Wiro K 2, Fipka Bisono 3 1 Program Studi Teknik Desain dan Manufaktur, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik

Lebih terperinci

Gambar I. 1 Mesin Bubut

Gambar I. 1 Mesin Bubut BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kata manufaktur berasal dari bahasa latin manus dan factus yang berarti dibuat dengan tangan. Kata manufacture muncul pertama kali tahun 1576, dan kata manufacturing muncul

Lebih terperinci

PEMBUATAN ALAT UJI IMPAK METODE CHARPY DAN IZOD

PEMBUATAN ALAT UJI IMPAK METODE CHARPY DAN IZOD PEMBUATAN ALAT UJI IMPAK METODE CHARPY DAN IZOD (),, Teknik Mesin, Universitas Majalengka () Email: Asep8rachmat75@gmailcom (2) Email : nabilsaidbasyamchoh@yahoocom (3) Email : ekoswaraek@gmailcom Abstract

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI.

BAB III METODOLOGI. BAB III METODOLOGI 3.1. Desain Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan variabel penelitian kuantitatif, jenis penelitian yang digunakan yaitu jenis penelitian deskriptif yaitu salah satu jenis

Lebih terperinci

SAT. Pengaruh Kemiringan Spindel Dan Kecepatan Pemakanan Terhadap Getaran Mesin Frais Universal Knuth UFM 2. Romiyadi, Emon Azriadi. 1.

SAT. Pengaruh Kemiringan Spindel Dan Kecepatan Pemakanan Terhadap Getaran Mesin Frais Universal Knuth UFM 2. Romiyadi, Emon Azriadi. 1. Teknobiologi JI SAT Jurnal Ilmiah Sains Terapan Lembaga Penelitian Universitas Riau Jurnal Teknobiologi, V(1) 2014: 31 36 ISSN : 2087 5428 Pengaruh Kemiringan Spindel Dan Kecepatan Pemakanan Terhadap Getaran

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN START

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN START BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES KERJA PRAKTIK Secara sistematik langkah pembuatan tempat tidur terapi 2 section dapat diuraikan pada diagram alir, seperti gambar berikut : START MENDAPAT

Lebih terperinci

Berita Teknologi Bahan & Barang Teknik ISSN : Balai Besar Bahan dan Barang Teknik Departemen Perindustrian RI No. 22/2008 Hal.

Berita Teknologi Bahan & Barang Teknik ISSN : Balai Besar Bahan dan Barang Teknik Departemen Perindustrian RI No. 22/2008 Hal. METODE PEMBUATAN PROGRAM CNC (CNC Machine) Dalmasius Ganjar Subagio*) INTISARI METODE PEMBUATAN PROGRAM CNC. Telah dilaksanakan kajian penggunaan tentang kinerja mesin CNC yang biasa digunakan untuk proses

Lebih terperinci

ANALISIS KEAUSAN PAHAT TERHADAP KUALITAS PERMUKAAN BENDA KERJA PADA PROSES PEMBUBUTAN

ANALISIS KEAUSAN PAHAT TERHADAP KUALITAS PERMUKAAN BENDA KERJA PADA PROSES PEMBUBUTAN ANALISIS KEAUSAN PAHAT TERHADAP KUALITAS PERMUKAAN BENDA KERJA PADA PROSES PEMBUBUTAN Eko Prasetyo, Hendri Sukma 2, Agri Suwandi 2 Jurusan Teknik Mesin Universitas Pancasila, Srengseng Sawah Jagakarsa,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Pembebanan (loading) dapat diartikan pekerjaan yang diberikan kepada mesin atau operator. Pembebanan menyangkut jadwal waktu kerja operator dalam kurun waktu satu hari

Lebih terperinci

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG PEMODELAN MESIN BUBUT CERDAS TUGAS SARJANA Karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik dari Institut Teknologi Bandung Oleh Lindung P. Manik 13103019 PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

Oleh: Fikri Yoga Pemana Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Moch. Rameli

Oleh: Fikri Yoga Pemana Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Moch. Rameli Implementasi Generalized Predictive Control untuk Mengurangi Contour Error pada Mesin CNC Milling Oleh: Fikri Yoga Pemana Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Moch. Rameli Permasalahan Mesin milling menggunakan motor

Lebih terperinci

PENGUKURAN KEKASARAN PROFIL PERMUKAAN BAJA ST37 PADA PEMESINAN BUBUT BERBASIS KONTROL NUMERIK

PENGUKURAN KEKASARAN PROFIL PERMUKAAN BAJA ST37 PADA PEMESINAN BUBUT BERBASIS KONTROL NUMERIK PENGUKURAN KEKASARAN PROFIL PERMUKAAN BAJA ST37 PADA PEMESINAN BUBUT BERBASIS KONTROL NUMERIK Zulfikar Akbar Mohammad *, Naufal Abdurrahman * and Mutiarani Politeknik Negeri Batam Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Semester IV FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA RPP PROSES PEMESINAN KOMPLEKS PROSES MEMBUBUT BERBAGAI BENTUK ULIR 600 menit RPP/MES/MES338/01 Revisi: 00 Tgl. 20 Agustus 2013 Hal : 1 dari 7 MATA

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PEMOTONGAN PRESS TOOL PEMOTONG STRIP PLAT PADA MESIN TEKUK HIDROLIK PROMECAM DI LABORATORIUM PEMESINAN

ANALISIS HASIL PEMOTONGAN PRESS TOOL PEMOTONG STRIP PLAT PADA MESIN TEKUK HIDROLIK PROMECAM DI LABORATORIUM PEMESINAN ANALISIS HASIL PEMOTONGAN PRESS TOOL PEMOTONG STRIP PLAT PADA MESIN TEKUK HIDROLIK PROMECAM DI LABORATORIUM PEMESINAN Abstrak Carli Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Sudarto,

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Program Studi : Pendidikan Teknik Mesin Semester : 3 Matakuliah : Teori Pemesinan SKS : 2 Kode Matakuliah :

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN ROUGH GUIDE DI PT. ARTECH PRESISI MESINDO NAMA: DENNI HARTONO NPM :

PROSES PEMBUATAN ROUGH GUIDE DI PT. ARTECH PRESISI MESINDO NAMA: DENNI HARTONO NPM : PROSES PEMBUATAN ROUGH GUIDE DI PT. ARTECH PRESISI MESINDO NAMA: DENNI HARTONO NPM : 21412840 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PENULISAN ILMIAH/ LAPORAN KERJA PRAKTEK PROSES PEMBUATAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PENEKUK PLAT MINI. Dalmasius Ganjar Subagio*)

PERANCANGAN MESIN PENEKUK PLAT MINI. Dalmasius Ganjar Subagio*) PERANCANGAN ESIN PENEKUK PLAT INI Dalmasius Ganjar Subagio*) INTISARI PERANCANGAN ESIN PENEKUK PLAT INI. Telah dibuat rancang bangun mesin penekuk mini, dimensi dari mesin ini panjang 565 mm lebar 180

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN FORMULASI ANALITIK PERANCANGAN ALAT BANTU MENGGUNAKAN MS. EXCEL

LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN FORMULASI ANALITIK PERANCANGAN ALAT BANTU MENGGUNAKAN MS. EXCEL LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN FORMULASI ANALITIK PERANCANGAN ALAT BANTU MENGGUNAKAN MS. EXCEL Benda Kerja Maksimal Titik Lokator Titik Cekam Titik X Y Z Titik X Y Z 1 45 0 7,5 a 22,5 60 15 2 90 0 7,5 b 45 60

Lebih terperinci

SKRIPSI PEMBUATAN PROGRESSIVE DIES PROSES PIERCING DAN BLANGKING ENGSEL UNTUK KOMPONEN KURSI LIPAT

SKRIPSI PEMBUATAN PROGRESSIVE DIES PROSES PIERCING DAN BLANGKING ENGSEL UNTUK KOMPONEN KURSI LIPAT SKRIPSI PEMBUATAN PROGRESSIVE DIES PROSES PIERCING DAN BLANGKING ENGSEL UNTUK KOMPONEN KURSI LIPAT HELIN CANDRA ISTANTO NIM. 201354053 DOSEN PEMBIMBING Qomaruddin, ST., MT. Ir., Masruki Kabib, MT. PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. hasil yang baik sesuai ukuran dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Ukuran poros : Ø 60 mm x 700 mm

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. hasil yang baik sesuai ukuran dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Ukuran poros : Ø 60 mm x 700 mm BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Identifikasi Gambar Kerja Gambar kerja yang baik akan memudahkan pemahaman saat melakukan pengerjaan suatu produk, dalam hal ini membahas tentang pengerjaan poros

Lebih terperinci

OPTIMASI PARAMETER PROSES BUBUT PADA BERBAGAI JENIS BAJA DENGAN MEDIA PENDINGIN COOLED AIR JET COOLING

OPTIMASI PARAMETER PROSES BUBUT PADA BERBAGAI JENIS BAJA DENGAN MEDIA PENDINGIN COOLED AIR JET COOLING OPTIMASI PARAMETER PROSES BUBUT PADA BERBAGAI JENIS BAJA DENGAN MEDIA PENDINGIN COOLED AIR JET COOLING *Muhammad Taufik Fitriadi Febrianto 1, Rusnaldy 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

TORSI ISSN : Jurnal Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Vol. IV No. 1 Januari 2006 Hal

TORSI ISSN : Jurnal Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Vol. IV No. 1 Januari 2006 Hal PENGARUH PROSES PEMOTONGAN END MILL TERHADAP HASIL POTONG Dalmasius Ganjar Subagio*) INTISARI PENGARUH PROSES PEMOTONGAN END MILL TERHADAP HASIL POTONG. Telah dilaksanakan penelitian terhadap perbedaan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Peta Aliran Proses (Flow Process Chart) 1 Setelah mempunyai gambaran tentang keadaan umum dari proses yang terjadi seperti yang diperlihatkan dalam peta proses operasi, langkah

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab IV dimulai dari perhitungan performansi tata letak awal sampai dengan perancangan tata letak usulan dapat dianalisa

Lebih terperinci

MEKANIKA Volume 12 Nomor 1, September Keywords : Digital Position Read Out (DRO)

MEKANIKA Volume 12 Nomor 1, September Keywords : Digital Position Read Out (DRO) 1 PENGARUH LINEAR MOVEMENT DISPLAY TERHADAP AKURASI AKSIS DAN PENGARUH RPM TERHADAP PARALELITI, SIRKULARITI, KEKASARAN PERMUKAAN BENDA KERJA PADA MESIN BUBUT KONVENSIONAL KRISBOW KW15-484 Yulius Wahyu

Lebih terperinci

BAB lll PROSES PEMBUATAN BOSS FRONT FOOT REST. Pada bab ini penulis menjelaskan tentang langkah kerja pembuatan benda

BAB lll PROSES PEMBUATAN BOSS FRONT FOOT REST. Pada bab ini penulis menjelaskan tentang langkah kerja pembuatan benda BAB lll PROSES PEMBUATAN BOSS FRONT FOOT REST 3.1 Langkah Proses Pembuatan Pada bab ini penulis menjelaskan tentang langkah kerja pembuatan benda kerja yang sebagian besar digambarkan dalam diagram alir,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia industri sekarang ini berkembang sangat pesat. Kebutuhan manusia yang semakin banyak dan keinginan manusia untuk selalu praktis menyebabkan persaingan di dunia

Lebih terperinci