SIMULASI SUHU UDARA PADA RUANG PENGERING HYBRID TIPE RAK GANDA MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS PRIYOHADI WIDYATMO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SIMULASI SUHU UDARA PADA RUANG PENGERING HYBRID TIPE RAK GANDA MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS PRIYOHADI WIDYATMO"

Transkripsi

1 SIMULASI SUHU UDARA PADA RUANG PENGERING HYBRID TIPE RAK GANDA MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS PRIYOHADI WIDYATMO DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Simulasi Suhu Udara pada Ruang Pengering Hybrid Tipe Rak Ganda menggunakan Computational Fluid Dynamic adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing skripsi dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2016 Priyohadi Widyatmo NIM F110091

4 ABSTRAK PRIYOHADI WIDYATMO. Simulasi Udara Panas pada Pengering Hybrid Tipe Rak Ganda menggunakan Computational Fluid Dynamic. Dibimbing oleh DYAH WULANDANI dan MUHAMAD YULIANTO. Pengering Efek Rumah Kaca (ERK) adalah pengering yang terdiri dari beberapa komponen utama seperti, atap dan dinding polikarbonat sebagai penerus radiasi surya, plat absorber sebagai pengumpul panas, wadah produk (rak) dan kipas untuk menyeragamkan suhu dalam ruang pengering. Keseragaman udara panas masih menjadi isu utama dalam permasalahan pengering ERK. Tujuan penelitian ini adalah melakukan upaya pemecahan masalah ketidakseragaman suhu udara di ruang pengering dengan simulasi aliran udara panas pengering ERK menggunakan metode Computational Fluid Dynamics (CFD) dan dilanjutkan dengan validasi. Validasi suhu pada pukul WIB dan WIB menunjukkan hasil yang belum valid pada kedua ruang pengering. Namun simulasi ruang pengering kanan saat pukul WIB menunjukkan validasi yang cukup baik yang ditandai dengan nilai ΔCU sebesar 2.94 % dan ΔCV sebesar 4.63 %. Validasi yang kurang tepat terjadi akibat error sistematis dan error acak. Perbedaan kondisi antara kenyataan dengan simulasi seperti penerapan kondisi waktu yang kontinyu dilapangan dan representasi kondisi model yang berbeda dengan dilapangan dapat memicu terjadinya error. Kata kunci: pengering, suhu udara, simulasi, validasi, CFD ABSTRACT PRIYOHADI WIDYATMO. Air Temperature Simulation of Hybrid Dyrer using Computational Fluid Dynamic. Supervised by DYAH WULANDANI and MUHAMAD YULIANTO. Greenhouse Effect Dryer (GHE) is a dryer which consist of several components, such as the polycarbonate roof and wall as solar radiation transmitter, the absorber plat as heat collector, product container, and the fan to uniform the temperature in the dryer room. Temperature uniformity are major issues. The purpose of this research is making a solution of heat uniformity with ERK dryer flow simulation using Computational Fluid Dynamics (CFD) and continued with validation. Although the validation temperature at WIB and WIB showing the non-valid result in both of dryer room, the simulation in right drying chamber at PM shows a good validation which marked by ΔCU value is 2.94 % and ΔCV value is 4.63 %. The improper validation occurs as a result threre is an systematic error and random error. The difference between reality and simulation condition such as continuous implementation time conditions in the field, and representation of the condition of the different models can lead to errors Keywords: dryer, air temperature, simulation, validasi, CFD

5 SIMULASI SUHU UDARA PADA RUANG PENGERING HYBRID TIPE RAK MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS PRIYOHADI WIDYATMO Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

6

7 Judul Skripsi : Simulasi Suhu Udara pada Pengering Hybrid Tipe Rak Ganda menggunakan Computational Fluid Dynamic Nama : Priyohadi Widyatmo NIM : F Disetujui oleh Dr Ir Dyah Wulandani, MSi Pembimbing I Dr Muhamad Yulianto, ST.MT Pembimbing II Diketahui oleh Dr Ir Desrial, MEng Ketua Departemen Tanggal Lulus: (tanggal penandatanganan skripsi oleh ketua departemen)

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2015 ini adalah simulasi suhu udara pada pengering hybrid tipe rak ganda menggunakan Computational Fluid Dynamic. Dengan telah selesainya karya ilmiah ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua Bapak Dedi Armadi dan Ibu Suprayekti serta kakak Pratiwi Widyamurti atas do a, dukungan dan kasih sayangnya. 2. Dr. Ir. Dyah Wulandani, MSi selaku pembimbing pertama yang telah membantu dalam bimbingan, arahan dan nasihat selama penelitian hingga penyelesaian tugas akhir. 3. Dr. Muhammad Yulianto, ST.MT selaku pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran bagi penulis selama penelitian hingga penyelesaian tugas akhir. 4. Bapak Agus Ghautsun Ni am, STP, M Si yang telah memberikan izin untuk memakai fasilitas yang menunjang penulis dalam menyelesaikan penelitian, serta arahan, bimbingan dan dukungan selama penyusunan skripsi. 5. Seluruh staff pengajar Teknik Mesin dan Biosistem Institut Pertanian Bogor atas semua pengetahuan yang telah diberikan. 6. Bapak dan Ibu Ahmad selaku pengurus gabungan kelompok pertanian (GAPOKTAN) Cikarawang yang telah membantu serta memberikan izin untuk menggunakan fasilitas alat pengering efek rumah kaca (ERK) sebagai objek penelitian. 7. Bapak Ahmad dari Laboratorium Lingkungan dan Bangunan Pertanian dan Bapak Harto dari Laboratorium Elektrifikasi Pertanian Departemen Teknik Mesin dan Biosistem yang telah banyak membantu selama penelitian. 8. Teman-teman satu bimbingan Wahyudi Rahari, Yusuf Faizhal dan Alm. Andi Chandrasa yang telah membantu dan memberikan dukungan. 9. Teman-teman Regenboog di Departemen Teknik Mesin dan Biosistem angkatan, terima kasih atas kebersamaannya, bantuan, semangat dan dukungannya untuk penulis. Seluruh pihak yang pernah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis. Penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan memberikan kontribusi nyata terhadap ilmu pengetahuan. Bogor, Maret 2016 Priyohadi Widyatmo

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL v DAFTAR GAMBAR v DAFTAR LAMPIRAN v PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 Ruang Lingkup Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Teori Pengeringan 2 Penerapan CFD pada Pengering 3 Computational Fluid Dynamics (CFD) 4 Pengeringan Ubi Jalar 6 METODE 6 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 6 Alat dan Bahan 6 Prosedur Penelitian 7 HASIL DAN PEMBAHASAN 15 Suhu Pengering Efek Rumah Kaca (ERK) Hasil Pengukuran 15 Simulasi CFD 20 Suhu Pengering ERK Hasil Simulasi 22 Validasi Simulasi Udara Panas Pengering ERK 29 Uji Keseragaman Suhu Udara Ruang Pengering ERK SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP 67

10 DAFTAR TABEL 1 Parameter udara pada kondisi 1 atm 10 2 Parameter termal besi dan polikarbonat 10 3 Suhu udara pengering pengukuran pukul WIB 18 4 Suhu udara pengering pengukuran pukul WIB 19 5 Posisi titik ukur suhu udara di rak pertama 30 6 Faktor perbedaan hasil simulasi dan pengukuran DAFTAR GAMBAR 1 Pengering ERK hybrid tipe rak 7 2 Diagram alir penelitian 8 3 Posisi titik ukur suhu udara di rak 9 4 Diagram alir tahapan simulasi CFD 11 5 Pembuatan computational domain 13 6 Profil radiasi surya pengukuran hari pertama 16 7 Profil penyebaran suhu udara pengering pengukuran hari pertama 16 8 Profil radiasi surya pengukuran hari kedua 17 9 Profil penyebaran suhu udara pengering pengukuran hari kedua Isometri model geometri ruang pengering Kontur suhu simulasi ruang pengering kiri pukul WIB (Z = -0.1 m) Pathline liran udara panas ruang pengering kiri pukul WIB (Z = -0.1 m) Kontur suhu simulasi ruang pengering kanan pukul WIB (Z = -0.1 m) Pathline aliran udara panas ruang pengering kanan pukul WIB (Z = -0.1 m) Kontur suhu simulasi ruang pengering kiri pukul WIB (Z = -0.1 m) Pathline aliran udara panas ruang pengering kiri pukul WIB (Z = -0.1 m) Kontur suhu simulasi ruang pengering kanan pukul WIB (Z = -0.1 m) Pathline aliran udara panas ruang pengering kanan pukul WIB (Z = -0.1 m) Grafik validasi suhu udara pengering ruang pengering kiri hasil simulasi terhadap pengukuran pukul WIB Grafik validasi suhu udara pengering ruang ruang pengering kanan hasil simulasi terhadap pengukuran pukul WIB Grafik validasi suhu udara pengering ruang ruang pengering kiri hasil simulasi terhadap pengukuran pukul WIB

11 22 Grafik validasi suhu udara pengering ruang pengering kanan hasil simulasi terhadap pengukuran pukul WIB 23 Presentase Cofficient of Uniformity (CU) pukul WIB 24 Presentase Coefficient of Variety (CV) pukul WIB 25 Presentase CU pukul WIB 26 Presentase CV pukul WIB 27 Tampilan menu wizard simulasi CFD 28 Tampilan pengaturan unit 29 Tampilan pengaturan tipe analisis dan physical features 30 Tampilan pemilihan jenis dan karakteristik aliran fluida 31 Tampilan pemillihan solid material Pengaturan kondisi wall Pengaturan kondisi awal pengering kiri (jam WIB) Tampilan pemilihan tingkat mesh Tampilan pendefinisian solid material besi 52 Tampilan pendifinisian solid material polikarbonat 52 Tampilan pengaturan kondisi batas inlet velocity Tampilan pendefinsian kondisi batas outlet velocit Tampilan pengaturan kondisi batas real wall 54 Tampilan pengaturan fitur radiative surface 54 Tampilan pengaturan fitur radiation source 55 Tampilan pengaturan fitur local initial mesh 55 Tampilan fitur pemilihan goals 56 Tampilan pengecekan geometri model pengering ERK Tampilan fungsi run 57 Tampilan tahap proses meshing 57 Tampilan tahap calculation 58 Kontur suhu udara (a) ruang pengering kiri (b) ruang pengering kanan 62 Pathline kecepatan udara (a) ruang pengering kiri (b) ruang pengering kanan 63

12 DAFTAR LAMPIRAN 1 Suhu udara pengering pengukuran hari pertama 2 Suhu udara pengering pengukuran hari kedua 3 Perhitungan data input CFD pengukuran hari pertama pukul WIB 45 4 Tahapan simulasi suhu udara CFD pada pengering ERK 5 Data input CFD (Boundary Condition) pukul WIB 59 6 Data input CFD (Boundary Condition) pukul WIB 60 7 Data intensitas cahaya matahari 61 8 Kontur suhu udara simulasi pengering ERK hybrid (X = m) 62 9 Pathline kecepatan udara simulasi pengering ERK hybrid (Z = -0.1 m) Distribusi suhu udara pengering hasil simulasi pengering ERK Error simulasi pengering ERK Keseragaman suhu udara pengering ERK hybrid 66 DAFTAR SIMBOL Re = Reynold Number Gr = Bilangan Grasfhoff Ra = Rayleigh Number v = Aliran udara inlet (m/s) ρ = Massa jenis fluida (m 3 /s) ṁ = Laju aliran massa (kg/s) k = Konduktifitas termal (W/mk) Pr = Bilangan Prandtls ν = Viskositas kinematik (m 2 /s) μ = Viskositas dinamik (kg/m.s) Nu = Blangan Nusselt h = Koefesien pindah panas (W/m 2 k)

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan besar dari pengeringan konvensional dapat berupa kualitas pengeringan, kapasitas pengeringan dan tingkat kehigienisan produk. Solusi dari permasalahan tersebut adalah melakukan proses pengeringan menggunakan alat pengering efek rumah kaca (ERK). Pengering ERK hybrid adalah alat pengering mekanik yang terdiri dari bangunan berdinding transparan yang dilengkapi plat hitam sebagai media pengumpul panas (Kamaruddin et al 1994) dan menggunakan dua sumber energi (hybrid) yaitu, energi surya dan energi biomassa. Meski memiliki keunggulan dari hasil pengeringan dan suhu yang optimal, namun permasalahan mengenai distribusi udara masih menjadi isu utama dalam studi pengering ERK. Simulasi Computational Fluid Dynamics (CFD) menjadi salah satu metode yang sering dilakukan untuk memprediksi distribusi suhu udara pada suatu model, sehingga simulasi CFD dianggap penting dalam pemecahan masalah distribusi aliran udara panas pada suatu model. Hal tersebut mengacu kepada keunggulan simulasi CFD, salah satunya adalah mempermudah untuk mengevaluasi performa alat atau hasil modifikasi alat dengan sedikit waktu dan biaya. Pembuatan simulasi dilengkapi dengan validasi, dimana pada kasus ini validasi diperlukan untuk menilai ketepatan distribusi udara panas pada hasil simulasi pengering ERK dengan model pengering ERK di lapangan. Law (1991) menyatakan bahwa validasi model dapat pula dikatakan sebagai langkah dalam menguji apakah model yang telah disusun dapat merepresentasikan sistem nyata dengan benar Wulandani et al (2009) memecahkan masalah distribusi aliran udara panas pada pengering ERK tipe rak berputar dengan melakukan simulasi CFD. Dari hasil simulasi tersebut dihasilkan sebuah solusi berupa desain optimal pengering ERK tipe rak berputar dengan bentuk trapesium. Simulasi juga dapat memperkirakan suhu ruang pengering dan suhu komponennya dalam mengevaluasi kinerja pengering sepeti yang dilakukan Aritesty (2013). Arnanda (2015) menjadikan evaluasi tersebut sebagai acuan modifikasi pengering dengan penambahan sirip pada penukar panas dalam upaya pengembangan desain pengering ERK tipe rak ganda. Pengujian yang dilakukan oleh Arnanda (2015) menunjukkan masih terdapat permasalahan dalam distribusi udara panas di dalam pengering akibat instalasi kipas yang kurang tepat. Analisis lebih lanjut dengan menggunakan CFD terhadap distribusi suhu udara dalam pengering diperlukan sebagai upaya untuk melihat distribusi suhu udara disetiap rak sehingga diperoleh informasi untuk pengembangan pengering hasil modifikasi Arnanda (2015). Perumusan Masalah Usaha peningkatan performansi pengering ERK hybrid dapat dilakukan dengan meninjau dua aspek. Pertama suhu udara pengering ERK bersifat fluktuatif akibat pengaruh dari posisi keberadaan surya, iklim, lokasi dan waktu. Kedua distribusi aliran udara panas dalam ruang pengering belum merata yang disebabkan

14 2 oleh keberadaan rak yang menyebabkan distribusi udara berjalan kurang baik sehingga menururunkan kinerja pengering (Wulandani 2005). Metode CFD digunakan dalam penelitian mengenai simulasi aliran udara panas di dalam pengering ERK hybrid dengan mengkaji distribusi aliran udara panas serta memvalidasi dan menganalisa antara hasil simulasi dengan hasil pengukuran udara panas pada pengering ERK hybrid. Tujuan Penelitian Penelitian mengenai pengembangan simulasi suhu udara pada pengering ERK hybrid bertujuan untuk: 1. Melakukan simulasi aliran udara panas dan distribusinya di dalam ruang pengering ERK hybrid tipe rak ganda hasil modifikasi Arnanda (2015) 2. Melakukan validasi suhu hasil simulasi CFD terhadap suhu pengukuran pengering ERK hybrid tipe rak ganda hasil modifikasi Arnanda (2015) 3. Mempelajari distribusi udara panas pada ruangan pengering ERK hybrid tipe rak ganda hasil modifikasi Arnanda (2015) Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam melakukan pengembangan model simulasi pengering ERK hybrid. Kemudian hasil dari simulasi aliran udara panas dalam pengering ERK hybrid tipe rak ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk optimalisasi ataupun realisasi desain suatu pengering produk-produk pertanian baik dalam skala kecil maupun besar serta untuk pemanfaatan lainnya. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini adalah mensimulasikan aliran udara panas dan distribusinya dalam ruang pengering ERK hybrid tipe rak pada kondisi tanpa beban pukul WIB (saat penggunaan energi surya) dan pukul WIB (saat penggunaan biomassa). Membuat validasi simulasi antara suhu hasil pengukuran terhadap suhu hasil simulasi pengering ERK hybrid. TINJAUAN PUSTAKA Teori Pengeringan Pengeringan adalah bentuk operasi kompleks yang melibatkan pindah panas dan massa suatu bahan selama beberapa tahapan, seperti transformasi fisik dan kimia yang dapat merubah kualitas produk beserta mekanisme dari pindah panas dan massa (Mujumdar dan Devahastin 2000). Menurut Henderson dan Perry (1987) pengeringan didefinisikan sebagai proses menghilangkan kadar air dalam suatu bahan hingga mencapai tingkat yang diinginkan dan mencapai kadar air kesetimbangan yang sesuai dengan lingkungan penyimpanan. Pindah panas dan massa merupakan mekanisme fundamental yang

15 3 berlangsung dalam proses pengeringan dari suatu bahan. Panas dalam bentuk panas laten dari penguapan dibawa menuju bahan melalui secara konveksi dengan fraksi kecil dari radiasi dan konduksi. Udara digunakan sebagai sarana untuk mengalirkan panas yang mengelilingi udara menuju bahan. Pindah massa berada dalam bentuk cair atau uap yang berasal dari bagian dalam material dan uap tersebut berasal dari permukaan bahan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi laju pindah panas dan massa sehingga mempengaruhi laju pengeringan. Beberapa faktor tersebut meliputi suhu, kelembaban relatif (RH), aliran udara dan ketebalan bahan. Suhu memiliki hubungan langsung dengan laju pengeringan. Suhu tinggi akan menghasilkan laju pengeringan yang lebih cepat. Hal ini dikarenakan suhu bergantung pada sifat bahan atau material yang terkait dengan pengeringan. Kelembaban relatif (RH) merupakan faktor signifikan dalam menentukan kadar air akhir atau setimbang dari suatu bahan. Selama laju evaporasi air bergantung pada uap air dan tekanan permukaan bahan pada kecepatan udara yang konstan, maka RH dapat digunakan untuk mempercepat evaporasi (Fernandez 2007). Laju aliran udara memiliki pengaruh yang besar pada suatu proses pengeringan, selama dibutuhkan perpindahan energi untuk membawa dan menguapkan air yang terdapat dalam bahan. Salah satu alasan yang mempercepat pengeringan adalah bahwa lapisan tipis mengurangi jarak yang ditempuh oleh panas dalam menuju pusat bahan (Jose 2000). Penerapan CFD pada Pengering Metoda CFD dapat diterapakan dalam berbagai hal. Sejumlah peneliti telah menerapkan metoda CFD untuk meihat penyebaran udara panas berdasarkan distribusi suhu dan aliran udara di dalam ruang pengering. Alfredo (2014) menggunakan metoda CFD dalam melakukan simulasi dengan tujuan untuk melihat distribusi udara panas dalam ruang pengering dan melakukan simulasi penempatan posisi kipas sebagai upaya penyeragaman suhu dalam ruang pengering. Dari penelitian tersebut diperoleh posisi kipas ideal untuk menyeragamkan udara panas dalam ruang pengering yaitu terletak pada bagian atas. Hal ini dibuktikan dengan nilai Coefficient of Variety (CV) yang mencapai 0.95% dan standar deviasi (STD) sebesar 0. o C Fungsional CFD untuk melihat distribusi suhu dan aliran udara dalam pengering dapat menjadi acuan dalam membuat suatu modifikasi pengerig atau mengevaluasi pengoperasian pengering. Wanti (2014) menggunakan hasil simulasi CFD udara panas pada pengering ERK hybrid tipe putar sebagai dasar dalam menentukan putaran rak pengering sehingga diperoleh suhu yang merata dan efisien. Penelitian yang dilakukan Wanti (2014) diperoleh putaran rak ideal berada pada sudut 1 o dengan lama pemutaran selama satu jam. Hal ini dibuktikan dengan nilai CV yang mencapai 1.67%. Mirade dan Daudin (2000) menggunakan metode CFD untuk mempelajari aliran udara dalam pengering sosis modern sebagai upaya dalam memperoleh informasi mengenai sirkulasi udara pada pengering yang diperlihatkan CFD. Hasil simulasi tersebut dapat digunakan untuk memprediksi pengaruh dari tingkat udara yang terkandung dalam suatu pola aliran udara serta mengidentifikasi kesalahan pengukuran aliran udara horizontal dalam ruang pengering.

16 4 Computational Fluid Dynamics (CFD) Computational Fluid Dynamics (CFD) secara harafiah terbagi pada tiga suku kata yaitu computational, fluid dan dynamics. Ditinjau dari ketiga kata tersebut CFD memiliki pengertian yaitu suatu metode untuk mengkaji fenomena pergerakan fluida yang dianalisis secara komputasi. Secara definisi CFD merupakan suatu analisis sistem yang meliputi aliran fluida, pindah panas dan fenomena lain seperti reaksi kimia yang menggunakan simulasi berbasisi komputer. Metode CFD terdiri dari tiga tahapan utama yaitu; pre-processor, solver dan postprocessor (Versteeg dan Malalasekera 1995). 1. Prapemrosesan Prapemrosesan atau Pre-processor merupakan tahap pembuatan model dan input data yang berasal dari parameter pengukuran ke dalam program CFD (Versteeg dan Malalasekera 1995). Berikut merupakan data yang diinput pada tahapan pre-processor: Mendefinisikan domain dari geometri model Pembetukan grid Penentuan fenomena kimia dan fisik perlu dimodelkan Penentuan sifat-sifat fluida Penentuan kondisi batas antara lain: a. Laju aliran massa udara pada inlet dan outlet, b. Suhu pada dinding plat besi, dinding polikarbonat, dinding samping, atap, dan lantai c. Suhu udara pada inlet dan outlet d. Suhu bola basah, bola kering, dan kelembaban relatif 2. Pencarian solusi Proses pencarian solusi atau solver merupakan tahap kalkulasi atau perhitungan mengenai parameter dan kondisi batas yang telah diterapkan pada tahap prapemrosesan untuk menghasilkan solusi. Teknik solusi numerik pada simulasi CFD terdiri dari tiga macam yaitu, finite difference, finite element, dan spectral method. Pada umumnya simulasi CFD yang terdapat pada sebuah software menerapkan finite volume method, dimana metode tersebut merupakan pusat dari formula finite difference. Daftar algoritma numerikal terdiri dari beberapa langkah salah satunya adalah integrasi persamaan dari keseluruhan volume kontrol aliran fluida pada domain. Persamaan aliran fluida dinyatakan dalam bentuk matematis pada persamaan fisika sebagai berikut: Persamaan Kekekalan Massa 3 Dimensi pada Kondisi Steady State Laju peningkatan massa dari dalam elemen fluida setara dengan laju aliran fluida laju netto dari aliran massa menuju elemen fluida. Adapun bentuk matematis dapat ditulis seperti (Versteeg dan Malalasekera 1995) ρ t + (ρu) x + (ρv) y + (ρu) = 0 z (1)

17 5 Bagian pertama diruas kiri menyatakan laju perubahan densitas terhadap waktu. Bagian kedua diruas kiri menyatakan laju netto aliran massa dari luar elemen yang melawati batas dan diketahui sebagai faktor konveksi. Persamaan Momentum 3 Dimensi pada Kondisi Steady State Persamaan momentum yang digunakan adalah persamaan Navier-Stokes yang dikembangkan dalam bentuk dengan metoda finite volume (Versteeg dan Malalasekera 1995) Momentum arah x: ρ [u u x + v u y + w u z ] = p x + μ [ 2 u x u y u z 2] + SM x Momentum arah y: ρ [u v x + v v y + w v z ] = p y + μ [ 2 v x v y v z 2] + SM y Momentum arah z: ρ [u w x + v w y + w w z ] = p z + μ [ 2 w x w y w z 2 ] + SM z (2) (3) (4) Persamaan Energi 3 Dimensi pada Kondisi Steady State Persamaan energi merupakan hasil penurunan dari hukum pertama termodinamika yang menyatakan bahwa laju perubahan energi dari partikel fluida sama dengan laju penambahan panas pada partikel fluida ditambah dengan laju kerja yang diberikan pada partikel (Versteeg dan Malalasekera 1995) ρ [u T + v T + w T w ] = ρ [u + v v + w w ] + k u x y z x y z [ v + 2 w x 2 y 2 z 2 ] + S i (5) 3. Pascapemrosesan Tahap pascapemrosesan atau Post-processor mempunyai peran dalam menampilkan hasil pada setiap tahap sebelumnya dalam bentuk: Tampilan geometri domain dan grid Plot vector Plot permukaan 2D dan3d Pergerakan partikel Manipulasi pandangan Output berwarna (Versteeg dan Malalasekera 1995) Pengeringan Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Ubi jalar merupakan salah satu komoditas utama di Indonesia yang memiliki kandungan karbohidrat cukup tinggi karena itu ubi jalar dapat berperan sebagai salah satu sumber alternatif pangan pokok. Terdapat berbagai jenis pengolahan ubi jalar yang dapat dilakukan, salah satunya adalah produk tepung ubi jalar yang dapat digunakan sebagai bahan dalam membuat berbagai jenis makanan

18 6 seperti roti dan mie. Dalam pengolahan ubi jalar untuk menjadi tepung dibutuhkan sejumlah tahap seperti pemberihan, pengirisan, dan pengeringan (Widowati et al 2002). Pada tahap pengeringan ubi jalar dapat dilakukan dengan berbagai teknik pengolahan salah satunya adalah pengeringan dengan menggunakan solar dryer. Untuk mencapai kualitas tepung yang tinggi (kadar air minimal) diperlukan waktu pengeringan 12- jam dengan cara melakukan penjemuran menggunakan panas matahari. Namun untuk meningkatkan usaha tersebut dapat dilakukan berbagai cara pengeringan lain dengan menggunakan oven atau alat pengering lain. Pada penelitian mengenai uji kinerja pengering surya, ubi jalar memiliki suhu awal.13 o C dan. o C (Utari 2013). Menurut Karleen (2010) dalam optimasi pengolahan ubi jalar menjadi tepung ubi jalar diperlukan suhu minimal pengeringan o C dan suhu maksimal 55 o C. Hal ini berkaitan dengan suhu untuk mempertahankan kualitas ubi jalar sehingga tidak mengalami kritis antosianin. Dalam pengujian performa pengering ERK ubi jalar merupakan bahan utama yang digunakan. Penelitian yang dilakukan oleh Utari (2013) menyatakan bahwa alat pengering ERK hybrid tipe rak berputar memiliki performa yang baik untuk mengeringkan ubi jalar. Hal ini dibuktikan pada hasil pengeringan yang menunjukkan kadar air akhir yang memiliki nilai yang berkisar %, nilai kadar air ini sudah memenuhi syarat kadar air yang aman untuk tepung yaitu <14% sehingga dapat mencegah pertumbuhan kapang (Winarno dan Jenie 1974). METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2015 sampai dengan bulan Februari Penelitian dilaksanakan di Desa Cikarawang, Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Laboratorium Teknik Lingkungan dan Biosistem, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian. Alat dan Bahan Alat dan bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengering ERK Hybrid sebagai objek penelitian serta minyak tanah dan kayu yang digunakan sebagai bahan bakar untuk pemanasan dengan tungku biomassa. Model alat pengering yang digunakan sebagai objek penelitian adalah alat pengering efek rumah kaca (ERK) hybrid hasil modifikasi Arnanda (2014) dari rancangan Wulandani dan Nelwan (2009). Bagian luar bangunan rumah kaca dilengkapi dengan dinding dan atap yang terbuat dari bahan tembus cahaya (policarbonat). Plat penutup pada bagian bawah terbuat dari plat besi dicat hitam yang berfungsi sebagai absorber.

19 7 Rak pengering disusun secara vertikal dan terdiri dari sembilan tingkat yang tersebar ke dalam dua bagian ruang yaitu ruang kiri dan kanan dengan dimensi 0.5 m x 0.45 m x 1 m pada setiap ruangan. Pada Gambar 1 disajikan model alat pengering ERK hybrid yang dilengkapi dengan tungku biomassa. Tungku biomassa ditempatkan ditengah bangunan yang bertujuan untuk menghasilkan energi panas yang dapat menjangkau kedua segmen ruang pengering. Udara panas yang berasal dari tungku dipindahkan melalui heat exchanger (HE) yang terletak diatas tungku. Udara panas tersebut berpindah secara dinamis akibat adanya pergerakan udara dari lingkungan ke dalam sistem melalui kipas yang berperan sebagai lubang pemasukan udara atau inlet. Atap polikarbonat Inlet Dinding polikarbonat Outlet Heat exchanger Rak pengering Dinding plat besi Tungku Biomassa Gambar 1 Pengering ERK hybrid tipe rak Instrumentasi pengukuran yang digunakan dalam penelitian adalah termokopel tipe CC, hybrid recorder Yokogawa MV 2000, pyranometer, termometer bola basah dan bola kering, anemometer, stopwatch, multimeter, penggaris, dan meteran. Pengukuran kecepatan angin dan suhu diatas rak akan disesuaikan dengan titik pengukuran yang telah ditentukan, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1. Peralatan simulasi yang akan digunakan meliputi dua jenis yaitu perangkat keras berupa personal computer (PC) dengan spesifikasi CPU intel coretmi7; 8GB RAM; dan 64-bit operating system (OS) dan perangkat lunak yang terdiri dari software Solidwork dan Ms. Office Word dan Excel Prosedur Penelitian Penelitian yang dilakukan terbagi menjadi dua tahapan yaitu pengujian pengering dan pembuatan simulasi pengering. Kemudian dilanjutkan dengan validasi antara hasil pengukuran dengan hasil simulasi seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.

20 8 Mulai Persiapan awal Pembuatan simulasi Pengujian pengering Uji keseragaman: CU dan CV Tidak Validasi (error < 10%) Ya Rekomedasi Selesai Gambar 2 Diagram alir penelitian Pengujian Pengering ERK hybrid Tipe Rak Kegiatan uji pengering meliputi persiapan dan pengukuran. Pengukuran suhu udara dalam ruang pengering dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pengukuran pertama untuk ruang pengering kiri dan pengukuran kedua untuk ruang pengering kanan. Pengukuran suhu juga dilakukan dalam dua sesi yaitu pukul WIB (pengukuran siang hari) dan pukul WIB (pengukuran malam hari). a. Persiapan Pengujian Persiapan awal dilakukan sebelum memasuki periode pengukuran untuk pengambilan data. Persiapan alat meliputi kegiatan seperti pembersihan alat

21 9 pengering, perbaikan pada pengering ERK Hybrid, pemantauan kondisi fisik instrumen pengukuran, pengukuran dimensi, dan penentuan jumlah titik-titik pengukuran pada alat pengering. b. Pengukuran Pengukuran parameter kondisi batas atau boundary condition dilakukan sebagai langkah awal pengujian. Kondisi batas merupakan pengukuran pada parameter yang berperan dalam menghasilkan udara panas di dalam ruang pengering seperti dimensi ruang pengering (m), suhu dinding, ( o C), suhu lantai, suhu atap ( o C), suhu heat exchanger ( o C), serta kecepatan udara inlet dan outlet (m/s). Sementara suhu fluida di atas rak ( o C) diukur sebagai parameter validasi. Pengukuran berbagai titik dilakukan menggunakan termokopel tipe CC dengan cara menempatkan ujung termokopel secara vertikal di dalam rak pengering, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3. Letak dan jumlah titik ukur ditentukan berdasarkan keragaman suhu udara yang berada diseluruh permukaan rak bagian atas Gambar 3 Posisi titik ukur suhu udara di setiap rak Pengukuran serta pengambilan data dilakukan terbagi menjadi dua sesi dengan interval 30 menit pada setiap pengukuran. Penentuan letak pengukuran disetiap ruang pengering dilakukan berdasarkan jumlah titik ukur yang digunakan. Setiap ruangan menggunakan titik pengukuran yang telah disesuaikan dengan kapasitas hybrid recorder dalam pembacaan suhu, sehingga diperlukan pengukuran di hari yang berbeda untuk masing-masing ruang pengering. Hari pertama pengukuran dilakukan pada ruang pengering bagian kiri dan hari kedua pada ruang pengering bagian kanan. Hasil pengukuran suhu udara kemudian dicatat ke dalam tabel eksperimental seperti yang diperlihatkan pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. Data parameter makro yang diperlukan dalam pembuatan simulasi meliputi nilai iradiasi surya (W/m 2 ), suhu lingkungan bola basah (bb) dan bola kering (bk) ( o C), dan nilai kelembaban relatif atau RH (%). Keseluruhan variabel pengukuran diukur dalam waktu yang bersamaan, yaitu pukul WIB, namun untuk pengukuran radiasi surya disesuaikan dengan waktu penyinaran matahari dalam satu hari yaitu WIB.

22 10 Simulasi CFD Pembuatan simulasi meliputi serangkaian tahap seperti yang diperlihatkan pada Gambar 4. Tahap pembuatan simulasi diawali dengan pengumpulan data teknik, dan diakhiri dengan penyajian hasil simulasi berupa plot kontur serta tampilan aliran udara didalam pengering ERK. Pengumpulan data teknik dilakukan sebagai langkah awal sebelum melakukan simulasi. Pencarian sejumlah data dari berbagai sumber dilakukan sebagai kebutuhan database dalam solidwork. Data yang dicari meliputi nilai parameter dari fluida udara kering, material penyusun ruang pengering yaitu polikarbonat dan besi. Nilai parameter yang dibutuhkan adalah specific heat ratio (cp/cv), berat molekul (kg/mol),viskositas dinamik (Pas), panas jenis (J/kgK), konduktivitas termal (W/mK), dan densitas (kg/m 3 ). Pada Tabel 1 dan Tabel 2 telah disajikan parameter termal dan nilai database yang dibutuhkan untuk simulasi. Tabel 1 Parameter udara pada kondisi 1 atm Jenis parameter Nilai Specific heat ratio (cp/cv) Berat molekul kg/mol Viskositas dinamik 1.729e e-05 Pas Panas jenis (J/kgK) J/kgK Kondutivitas termal (W/mk) W/mk Sumber: Cengel 2003 Tabel 2 Parameter termal besi dan polikarbonat Jenis parameter Material Besi Polikarbonat Panas jenis J/kgK 1300 J/kgK Kondutivitas termal 680 W/mk W/mk Densitas 7874 kg/m kg/m 3 Sumber: CRC Press 1999; ASM Ready Reference Series 2002

23 11 Mulai Pembuatan dan penyusunan model geometri Pengumpulan data teknik Pendefinisian material Pengaturan awal Pengaturan domain, boundary condition, solar radiation,dan radiative surface Pengaturan local initial mesh dan goal Cek geometri (Volume fluida > 0) Tidak Ya Run, Meshing, Calculation Tidak Konvergen Ya Solver finished Plot kontur suhu Selesai Gambar 4 Tahap pembuatan simulasi CFD

24 12 Pembuatan simulasi udara panas diruang pengering membutuhkan input data. Hasil pengukuran dari beberapa parameter suhu (parameter kondisi batas, validasi dan lingkungan makro) dapat menjadi input data yang dibutuhkan dalam simulasi CFD. Simulasi dibuat dengan menggunakan software Solidworks Pembuatan simulasi sangat bergantung pada spesifikasi komputer yang digunakan. Dalam penelitian yang dilakukan komuter yang digunakan memiliki spesifikasi berikut, CPU intel coretmi7; 8GB RAM; dan 64-bit operating system (OS). Tahap pembuatan simulasi CFD seperti yang diperlihatkan pada Gambar 4, memiliki beberapa tahapan penting seperti pembuatan pembuatan simulasi aliran udara panas dari model pengering. Tampilan tahap pembuatan simulasi CFD secara lengkap ditunjukkan pada Lampiran 4. Bagian pembuatan simulasi diawali dengan langkah penentuan computational domain pada objek yang disimulasikan kemudian melewati rangkaian tahapan sebagai berikut: a. Pendefinisian Material Tahap awal pembuatan simulasi dilakukan dengan pembuatan geometri dan penggabungan bagian penyusun pengering. Bagian rangka serta dinding pengering pada model didefinisikan sebagai solid material berbahan dasar besi dan pada bagian atap serta dinding didefinisikan sebagai solid material berbahan dasar polikarbonat. Tampilan pengaktifan fitur solid material ditunjukkan pada Lampiran 4 b. Pengaturan Awal Pengaturan awal terdiri dari lima tahapan. Tahap pertama yaitu penentuan tipe analisis, pengaturan menu physical feature, penetuan jenis aliran dan fluida, penentuan jenis material, serta kondisi umum. Terdapat dua pilihan analisis, yaitu analisis internal dan eksternal, dalam kasus ini digunakan analisis internal. Tahap kedua adalah pengaturan menu physical feature yang terdiri dari nilai radiasi pada sumbu Y dan environment temperature. Tahap ketiga adalah penetuan jenis aliran fluida yang dilakukan berdasarkan hasil perhitungan Reynold numbers (Re) seperti yang diperlihatkan pada Lampiran 3. Tahap keempat adalah pengaturan tipe material padat yang digunakan pada model, yaitu besi dan polikarbonat. Tahap kelima adalah pengaturan menu general setting sebagai input data, seperti thermodynamic temperature ( o C), velocity (m/s) pada sumbu X, solid material temperature ( o C) dan RH (%). Tampilan dari tahap pengaturan awal diperlihatkan pada Lampiran 4 c. Pengaturan Computational Domain, Boundary Condition, Solar Radiation, dan Radiative Surface Sejumlah menu yaitu computational domain, boundary condition, solar radiation, dan radiative surface diaktifkan. Pengaturan computational domain dilakukan dengan mengatur ukuran prisma segiempat yang berfungsi sebagai media untuk proses kalkulasi sehingga bagian yang terkalkulasi pada simulasi hanya fluida yang berada didalam sistem (pengering ERK). Kasus yang dianalisis menggunakan analisis tipe internal dimana domain yang terbentuk memiliki jarak yang rapat dengan model

25 13 (Gambar 5). Domain dengan kondisi tersebut memiliki pengertian berupa fluida yang terkalkulasi dalam proses hanya fluida yang berada di dalam zona/daerah domain. Gambar 5 Computational domain simulasi CFD Boundary condition digunakan untuk mendefinisikan parameter dari komponen atau bagian dari alat yang mempengaruhi fenomena pindah panas pada alat pengering ERK. Boundary condition terdiri dari beberapa parameter sebagai data input antara lain: 1. Inlet mass flow dan suhu inlet 2. Outlet mass flow 3. Real wall (dinding polikarbonat, dinding plat besi, suhu dinding HE, suhu permukaan lantai dan suhu permukaan atap) Pada komponen dinding yang memiliki bentuk solid pada model dapat didefinisikan sebagai dinding (real wall) sedangkan pada komponen inlet dan outet yang memiliki kondisi yang terbuka sehingga perlu ditambahkan lid. Fitur lid mempunyai fungsi sebagai penutup transparan yang dapat didefinisikan sebagai inlet atau outlet. Fitur radiative surface digunakan untuk mendefinisikan permukaan dari bagian alat pengering yang memiliki nilai emisivitas tinggi. Permukaan yang mempunyai nilai emisivitas tinggi diantaranya adalah permukaan dinding samping, dinding depan dan belakang serta, permukaan lantai. Permukaan yang radiatif didefinisikan sebagai permukaan besi yang dilapisi cat hitam sehingga mempunyai nilai emisivitas Permukaan benda yang berwarna hitam mempunyai sifat sebagai penyerap radiasi dan emiter radiasi surya yang cukup baik. Radiation Source merupakan fitur yang berfungsi untuk menentukan nilai serta mendefinsikan komponen yang terpapar radiasi surya. Pada fitur ini diperlukan nilai radiasi surya dan pemilihan bagian komponen yang berperan sebagai sumber utama radiasi. Komponen atap dan dinding polikarbonat diasumsikan sebagai sumber utama radiasi, dimana pada tiap komponen tersebut memiliki nilai sumber radiasi yang

26 14 sama. Tampilan fitur boundary condition, radiative surface dan radiation source diperlihatkan pada Lampiran 4 d. Pengaturan Local Initial Mesh dan Goals Proses pencarian solusi (solver) bergantung kepada jumlah sel yang terdapat dalam computational domain. Upaya untuk mempercepat proses solver adalah dengan mengatur kerapatan sel serta menghilangkan sel yang kurang halus dengan pendekatan Local Initial Mesh. Dalam simulasi ini Local Initial Mesh digunakan pada daerah rak pengering dengan pengaturan tingkat penghalusan pertama pada fluid cell yang terdapat dibagian rak pengering seperti yang diperlihatkan pada Gambar Tujuan akhir atau goals dalam istilah CFD merupakan fitur yang berfungsi untuk menentukan tujuan dari desain suatu objek, mengontrol konvergensi, dan menyelesaikan perhitungan. Simulasi yang dilakukan menggunakan salah satu tipe goals yaitu fitur global goal. Global Goal merupakan parameter fisik dalam computational domain yang telah dikalkulasi, dimana kotak domain mencakup seluruh hasil solusi dari fluida dan volume solid. Fitur global goal yang digunakan pada simulasi ini bertujuan untuk mengetahui suhu fluida rata-rata. Tampilan fitur global goal dapati dilihat pada Lampiran 4 e. Proses Simulasi Pengecekan geometri dilakukan terlebih dahulu dengan tujuan untuk mengetahui jumlah fluida yang terdapat didalam model pengering (volume fluida > 0 m 3 ), sehingga fluida tersebut dapat dianalisa. Pengaturan level (tingkat) ketelitian mesh dilakukan dengan pengaturan level lima. Selanjutnya dilakukan proses utama simulasi yang terbagi menjadi tiga langkah, yaitu run, meshing dan calculation. Tahap run dilakukan sebagai perintah awal untuk melakukan proses simulasi yang diaawali dengan proses meshing yang telah diatur tingkat ketelitiannya. Setelah proses calculation (Lampiran 4) selesai kemudian dilakukan plot distribusi suhu untuk melihat visualisasi kontur suhu fluida dalam ruang pengering. Tujuan dibuatnya point parameters yaitu untuk melihat parameter yang dianalisa berdasarkan bidang, titik serta koordinasi yang telah disesuaikan dengan ketentuan pengukuran dilapangan Validasi dan Pengujian Keseragaman a. Validasi Model Validasi dan pengujian keseragaman dilakukan untuk membandingkan keakuratan dari perbandingan hasil simulasi dengan hasil pengukuran yang dinyatakan dalam persentase kesalahan atau error. Tahapan validasi model bertujuan untuk membandingkan menentukan keakuratan. Nilai error dapat ditentukan melalui persamaan berikut: ERROR = suhu simulasi (Co ) suhu pengukuran (C o ) suhu pengukuran (C o x 100% )

27 15 Suhu pengukuran yang digunakan untuk memvalidasikan model pengering berasal dari hasil pengukuran yang dilakukan pada empat titik dari setiap rak pengering dengan jarak yang telah ditentukan. b. Uji Keseragaman Suhu Nuryawati (2011) menyatakan bahwa keseragaman distribusi aliran udara dapat diketahui dengan menghitung koefisien keseragaman (CU) dan koefisien variasi (CV). Nilai koefisien keseragaman dan koefisien variasi dapat ditentukan melalui persamaan berikut: CV = CU = 100 (1 σ μ n i=1 i=1 x i x i μ n ) Dimana σ adalah standar deviasi, μ adalah rata-rata suhu hasil pengukuran ( o C), Xi adalah suhu hasil pengukuran ( o C), dan n adalah jumlah data. Apabila nilai koefisien keseragaman lebih dari 75% dan koefisien variasi kurang dari 15% maka simulasi dapat dikatakan berjalan dengan baik. HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu Pengering ERK Hasil Pengukuran Pengujian dan pengukuran suhu pengering ERK dilakukan selama enam jam sejak pukul WIB. Pengukuran pada pukul WIB menunjukkan peranan radiasi surya yang terjadi dalam satu hari. Suhu pengukuran pada pukul WIB menunjukkan peranan tungku biomassa sebagai sumber panas. Distribusi Suhu Ruang Pengering ERK Hari Pertama Pengukuran hari pertama diperoleh nilai rata-rata radiasi surya sebesar 6. W/m 2. Saat pukul WIB dan WIB terjadi penurunan tingkat radiasi surya secara signifikan seperti yang diperlihatkan Gambar 6. Perubahan tingkat radiasi terhadap waktu yang diperlihatkan Lampiran 7 menunjukkan nilai radiasi surya yang bersifat fluktuatif selama pengukuran. Sifat radiasi surya yang fluktuatif disebabkan oleh fenomena penghamburan radiasi secara atmosferik akibat interaksi antara radiasi dengan molekul udara, air, dan debu. Jumlah dan ukuran partikel dari udara, air serta debu memiliki karakteristik yang tidak sesuai dengan panjang gelombang radiasi surya (λ) sehingga radiasi surya tidak bisa melewati molekul tersebut. (Duffie dan Beckmen 2013)

28 W/m Radiasi Surya Jam Gambar 6 Profil radiasi surya pengukuran hari pertama Dari hasil pengukuran suhu udara pengering ruang pengering kiri yang diperlihatkan Gambar 7 diperoleh penyebaran suhu yang cukup seragam. Profil penyebaran suhu udara pengering menunjukkan bahwa penurunan suhu terjadi mulai dari rak teratas hingga terbawah. Kondisi yang berbeda terjadi saat pukul WIB dimana bentuk kurva yang tidak berpola menunjukkan terjadi perubahan suhu yang berdampak pada penurunan tingkat keseragaman suhu disetiap rak. Perubahan suhu pada periode tersebut merupakan akibat penggantian sumber panas dari radiasi surya menjadi tungku biomassa. Gambar 7 Profil penyebaran suhu udara pengering pengukuran hari pertama

29 17 Distribusi udara pengering yang diperlihatkan pada Gambar 7 menunjukkan adanya penyimpangan pada saat pengukuran malam hari. Terdapat dua faktor yang menyebabkan suhu udara pengering yang berada disekitar rak ketujuh hingga kesembilan mengalami penurunan suhu yang signifikan. Faktor pertama disebabkan perputaran atau turbulensi udara yang terjadi akibat posisi kipas yang cenderung menurun ke bagian bawah pengering sehingga menyebabkan adanya pergerakan udara panas dan potensi hilangnya panas dari udara. Faktor kedua dikarenakan bagian bawah pengering yang berlubang sehingga menyebabkan turunnya suhu udara dibagian bawah pengering. Kedua faktor tersebut juga mempengaruhi suhu udara dalam ruang pengering di saat pengukuran siang hari. Namun akibat pemanasan yang berasal dari radiasi surya perbedaan suhu yang terjadi pada saat tersebut tidak terlalu mencolok. Distribusi Suhu Ruang Pengering ERK Hari Kedua Radiasi surya pada pengukuran hari kedua yang diperlihatkan pada Gambar 8 juga memiliki karakteristik fluktatif akibat fenomena penghamburan radiasi secara atmosferik. Pengukuran radiasi pada ruang pengering kanan diperoleh nilai rata-rata radiasi surya sebesar 0. W/m W/m Radiasi surya Jam Gambar 8 Profil radiasi surya pengukuran hari kedua Profil penyebaran suhu udara pengering pada hari kedua yang disajikan Gambar 9 menunjukkan penyebaran suhu yang cukup seragam pada pukul WIB, sedangkan saat penggunaan tungku (pukul WIB) suhu pengering mengalami penurunan tingkat keseragaman yang disebabkan penggunaan tungku biomassa. Grafik pada Gambar 9 juga menunjukkan terjadi peningkatan suhu udara dalam ruang pengering saat pukul WIB, terutama pada rak ketujuh hingga kesembilan. Peningkatan suhu udara disekitar rak tersebut disebabkan akumulasi panas secara konduksi dari tungku menuju permukaan lantai pengering yang membuat suhu permukaan meningkat hingga o C. Suhu lantai yang tinggi

30 18 mengalami perpindahan secara konveksi melalui udara yang berada disekitar rak tersebut, sehingga udara disekitar rak tersebut mengalami peningkatan suhu. Gambar 9 Profil penyebaran suhu udara pengering pengukuran hari kedua Suhu Udara Pengering ERK Pukul WIB Pengukuran hari pertama pada pukul WIB diperoleh parameter radiasi surya sebesar 5 W/m 2 dengan RH sebesar 76.0 % dan suhu lingkungan bola basah o C serta suhu lingkungan bola kering o C. Pengukuran hari kedua dalam waktu yang sama diperoleh parameter radiasi surya sebesar 6 W/m 2 dengan RH sebesar 71.0 %, dan suhu bola basah o C serta suhu bola kering o C. Tabel 3 memperlihatkan nilai suhu udara pengering tiap titik ukur dari hasil pengukuran ruang pengering kiri dan ruang pengering kanan secara detail. Tabel 3 Suhu udara pengering pengukuran pukul WIB Suhu Pengukuran ( o C) Rak Titik ukur pengukuran pertama Titik ukur pengukuran kedua I II III IV V VI VII VIII IX Ratarata STD

31 19 Suhu udara di atas rak pengering memiliki rata rata sebesar.54 o C (ruang pengering kiri) dan.98 o C (ruang pengering kanan). Ruang pengering kiri memiliki nilai STD sebesar 4.66 o C, sedangkan nilai STD ruang pengering kanan sebesar 3.73 o C. Saat pukul WIB suhu udara disetiap rak mengalami penurunan akibat intensitas radiasi surya yang bersifat fluktatif. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya deviasi pada suhu udara diatas rak pengering. Dari kedua hasil pengukuran menunjukkan bahwa ruang pengering kanan memiliki suhu udara yang lebih tinggi dibandingkan ruang pengering kiri. Perbedaan suhu dipengaruhi dengan kecepatan aliran udara yang masuk ke dalam ruang pengering. Pengukuran hari pertama menunjukkan kecepatan aliran udara yang melewati inlet memiliki rata rata sebesar m/s dan pengukuran di hari kedua memiliki kecepatan yang relatif lebih kecil dengan rata-rata sebesar 0. m/s. Aliran udara dengan kecepatan yang lebih tinggi pada pengukuran dihari pertama menyebabkan suhu udara dalam ruang pengering kiri menurun. Selain itu keberadaan lubang serta posisi kipas yang menurun juga menyebabkan penurunan suhu, terutama pada ruang pengering kiri mengingat besarnya ukuran lubang pada ruang pengering kiri daripada lubang diruang pengering kanan. Suhu Udara Pengering ERK Pukul WIB Pengukuran suhu udara di ruang pengering pada pengukuran hari pertama diperoleh rata - rata suhu udara pengering sebesar.26 o C dengan nilai STD sebesar 5. o C. Hasil pengukuran menunjukkan adanya ketidakseragaman suhu udara, namun jika dilihat secara spesifik pada beberapa titik ukur menunjukkan perbedaan deviasi yang signifikan seperti pada rak kedelapan dan kesembilan. Udara disekitar rak kedelapan dan kesembilan memiliki nilai STD sebesar 5.54 o C dan 5.78 o C. Keseluruhan nilai suhu udara pengering hasil pengukuran secara detail dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Suhu udara pengering pengukuran pukul WIB Suhu Pengukuran ( o C) Rak Titik ukur pengukuran pertama Titik ukur pengukuran kedua I II III IV V VI VII VIII IX Ratarata STD

32 20 Dari data yang disajikan pada Tabel 4 diperoleh rata rata suhu udara saat pengukuran di hari kedua sebesar.98 o C dengan nilai STD 4.10 o C. Ditinjau dari deviasinya, diperoleh ketidakseragaman suhu udara hasil pengukuran pada hari kedua yang dibuktikan dengan tingginya deviasi pada titik ukur setiap rak terutama dirak keenam yang memiliki nilai STD sebesar 4.52 o C. Nilai deviasi tersebut disebabkan perbedaan suhu yang mencolok pada titik ukur ketiga dirak keenam yaitu sebesar 54.6 o C. Tingginya suhu pada titik ukur tersebut disebabkan interaksi antara udara yang berasal dari lubang inlet dengan titik ukur (termokopel), dimana udara tersebut memiliki suhu yang tinggi akibat pemanasan dari tungku biomassa. Simulasi CFD Pembuatan simulasi CFD diawali dengan pembuatan model geometri pengering ERK sesuai dengan ukuran dan skala sebenarnya. Gambar 10 memperlihatkan ilustrasi model geometri untuk simulasi yang disajikan dalam bentuk ruang pengering tunggal. Penyajian bentuk tersebut merupakan bentuk penyederhanaan model geometri dari pengering. Penyederhanaan model dilakukan untuk memudahkan kinerja komputer dalam melakukan proses kalkulasi karena apabila model yang disajikan terlalu kompleks jumlah grid yang dihasilkan semakin banyak sehingga berakibat pada beban kinerja komputer. Outlet 1 Atap Dinding polikarbonat Outlet 2 Dinding plat besi Inlet 1 Dinding heat exchanger Inlet 2 Gambar 10 Isometri model geometri ruang pengering Model yang disimulasikan memiliki bentuk ruang pengering tunggal tanpa dilengkapi HE dan tungku biomassa. Komponen penyusun dari model dibuat serupa dengan pengering ERK yang ada dilapangan. Namun untuk letak dari komponen tidak dapat sepenuhnya dibuat mengikuti alat pengering yang ada dilapangan. Komponen kipas alat pengering pada kondisi nyata atau dilapangan memiliki posisi yang cenderung menurun ke bagian bawah pengering. Selain itu kerusakan seperti lubang juga tidak dapat diakomodir ke dalam simulasi. Penerapan asumsi dalam simulasi CFD berkaitan dengan pengulasan data dari hasil pengukuran. Ulasan data hasil pengukuran hanya meliputi waktu tertentu yaitu pukul WIB dan WIB. Pemilihan waktu tersebut berkaitan dengan

33 21 perbedaan sumber energi yang digunakan untuk proses pengeringan. Selain ulasan data, kondisi lingkungan juga memiliki keterkaitan dalam penentuan asumsi. Dalam pembuatan simulasi CFD diperlukan penyesuaian kondisi lingkungan pada model terhadap kondisi lingkungan pada alat pengering. Untuk menyesuaikan kondisi lingkungan pada model diperlukan pengukuran secara langsung serta penerapan sejumlah assumsi yang meliputi: 1. Udara bergerak dalam keadaan steady 2. Udara bersifat tidak terkompresi 3. Udara lingkungan dianggap konstan selama simulasi 4. Heat exchanger tidak menjadi domain dalam simulasi Terdapat perbedaan metode yang diterapkan dalam pembuatan simulasi CFD menggunakan Solidworks dengan software lainnya. Pembuatan simulasi CFD pada Solidworks memiliki pengoperasian yang lebih mudah, sehingga fitur-fitur yang tersaji juga sederhana. Contohnya adalah saat memasukan input data kondisi batas hanya memerlukan angka berdasarkan suhu dan koefisien pindah panas (h). Pada pembuatan CFD dengan software lain persamaan yang berada dalam sistem software dapat disesuaikan dengan kebutuhan dari kasus yang dianalisis, namun tidak pada software Solidworks. Simulasi CFD memiliki fungsi ataupun lingkup manfaat yang luas, Tuakia (2008) menyatakan bahwa terdapat tiga alasan yang kuat dalam menganalisis menggunakan CFD, yaitu insight, foresight, dan efficiency. Pada kasus simulasi CFD dari suhu udara diruang pengering ERK memiliki manfaat yaitu: Memprediksi apa yang akan terjadi pada alat pengering ERK, Memprediksi apa yang akan terjadi pada alat pengering ERK dengan satu atau lebih kondisi batas, Menjawab dengan cepat pertanyaan Bagaimana jika Menentukan desain yang optimal berdasarkan kondisi batas yang berubahubah Kondisi Batas Kondisi batas (boundary condition) ditentukan berdasarkan suhu dari komponen yang mempengaruhi suhu udara didalam pengering. Sejumlah komponen yang menjadi kondisi batas pada kondisi kenyataannya memiliki ruang kosong pada bagian atas pengering. Komponen oulet juga memiliki kondisi nyata dengan bukaan sebagai tempat pertukaran udara. Pendefinisian kondisi batas komponen yang terbuka akan ditutupi dengan fitur lid. Penggunaan lid sebagai penutup digunakan sebagai salah satu syarat kondisi dalam membuat simulasi dengan aliran internal. Data kondisi batas yang digunakan sebagi input dalam fitur boundary condition telah disajikan pada Lampiran 5 dan Lampiran 6. Contoh parameter penentu kondisi batas pada analisis ini diambil dari kondisi batas untuk validasi data pada pukul WIB saat pengukuran hari pertama adalah sebagai berikut: 1. Lubang inlet dianggap sebagai inlet mass flow dengan laju aliran massa udara sebesar kg/s untuk inlet pertama dan kg/s untuk inlet kedua. Suhu pada inlet pertama sebesar.3 o C dan inlet kedua sebesar.8 o C

34 22 2. Lubang outlet dianggap outlet mass flow dengan ratio bukaan 0.1 dan kecepatan aliran udara pada outlet pertama yaitu kg/s dan pada outlet kedua sebesar kg/s 3. Dinding pada geometri pengering ERK dianggap sebagai real wall yang terdiri dari empat bagian yaitu dinding pembatas ruang heat exchanger (HE), dinding polikarbonat dan plat besi, permukaan lantai pengering, serta atap pengering ERK. Parameter kondisi batas untuk bidang dinding ruang pengering bagian kiri pada pukul WIB adalah sebagai berikut: - Suhu dinding polikarbonat =.8 o C - Suhu dinding plat besi =.8 o C - Suhu HE =.2 o C - Suhu permukaan lantai =.0 o C - Suhu permukaan atap = 52.7 o C Suhu Pengering ERK Hasil Simulasi Simulasi CFD pada pengering ERK dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pola dan sebaran suhu yang terjadi pada ruang pengering. Simulasi yang dibuat mencakup simulasi aliran udara panas pada siang hari dan malam hari, dimana terdapat perbedaan pada sumber panas yang digunakan yaitu radiasi surya pada siang hari dan tungku biomassa pada malam hari. Kontur Suhu dan Aliran Udara Pengering ERK Pukul WIB Tampilan suhu udara dalam pengering disajikan dalam bentuk plot kontur. Kontur suhu memperlihatkan nilai suhu udara dalam ruang pengering ERK seperti yang diperlihatkan oleh Lampiran 9. Kontur suhu dengan potongan pertengahan disumbu Z pada Gambar 11 menunjukkan ilustrasi perubahan udara didalam ruang pengering pada hasil simulasi bedasarkan pengukuran hari pertama. Bagian atas ruang pengering cenderung memiliki suhu yang tinggi, sedangkan pada bagian tengah hingga bagian bawah ruang pengering memiliki suhu yang lebih rendah. Perbedaan suhu bagian atas terjadi akibat adanya radiasi surya yang diterima oleh polikarbonat. Menurut Aritesty (2013) semakin tinggi radiasi surya yang diterima menyebabkan suhu lingkungan meningkat sehingga suhu udara ruang pengering tinggi terutama suhu dirak atas. Bagian tengah dan bawah pengering memiliki kecenderungan suhu yang cukup seragam dengan nilai suhu yang rendah yaitu berkisar o C. Hal tersebut terjadi karena adanya penurunan suhu akibat besarnya aliran udara yang melewati lubang inlet kedua. Kholis (2013) menyatakan bahwa besar laju aliran udara dapat mempengaruhi suhu pengeringan dimana semakin besar aliran udara maka semakin rendah suhu minimum pengeringan.

35 23 Gambar 11 Kontur suhu simulasi ruang pengering kanan pukul WIB (Z = -0.1 m) Gambar 12 Pathline udara panas ruang pengering kiri pukul WIB (Z = -0.1 m)

36 24 Aliran udara dalam ruang pengering berasal dari lubang inlet yang dilengkapi dengan kipas (fan). Udara panas masuk dan mengalir ke dalam, kemudian terjadi pergerakan turbulensi akibat adanya hambatan berupa penutup polikarbonat pada outlet. Aliran turbulensi tersebut berimbas kepada penyebaran atau distribusi aliran udara panas yang menyebabkan udara panas berputar disekitar rak. Aliran udara panas dalam ruang pengering seperti yang diperlihatkan Gambar 12 memperlihatkan udara yang berada dibagian atas pengering mengalami peningkatan suhu akibat radiasi yang diteruskan oleh atap yang berwarna bening seperti polikarbonat dapat merubah gelombang radiasi surya menjadi lebih panjang sehingga menyebabkan suhu meningkat. Selain itu bagian atas pengering memiliki pergerakan udara yang lebih kecil daripada bagian tengah dan bawah pengering, sehingga suhu udara pada bagian atas mengalami peningkatan. Suhardiyanto (2009) menyatakan bahwa kenaikan suhu udara pada suatu bangunan dapat terjadi disebabkan Greenhouseeffect yaitu suatu fenomena dimana pergerakan aliran udara yang kecil serta terperangkapnya gelombang radiasi surya menyebabkan suhu udara didalam bangunan meningkat. Gambar 13 Kontur suhu simulasi ruang pengering kanan pukul WIB (Z = -0.1 m)

37 25 Gambar 14 Pathline udara panas ruang pengering kanan pukul WIB (Z = -0.1 m) Kontur suhu yang disajikan Gambar 13 menunjukkan bahwa hasil simulasi memiliki nilai suhu udara dalam ruang pengering dengan rata rata.12 o C. Ditinjau dari warna yang terdapat pada kontur suhunya, hampir seluruh bagian pengering didominasi oleh warna merah, kuning, dan hijau. Hal tersebut menunjukkan bahwa didalam model ruang pengering terdapat udara dengan karakteristik suhu yang cukup seragam. Keseragaman yang terjadi pada hasil simulasi merupakan akibat dari pendefinisian kondisi batas (dinding polikarbonat dan plat besi) yang memiliki nilai suhu dengan selisih 1 o C. Aliran udara panas dalam ruang pengering kanan seperti yang ditunjukkan Gambar 14 menunjukkan bahwa udara pengering memiliki pendistribusian yang baik karena ruang pengering memiliki suhu yang hampir merata. Aliran udara pada Gambar 14 juga menunjukkan pergerakan udara dari bawah rak menuju ke atas, hal ini terjadi karena di model pengering terdapat celah dengan jarak yang cukup besar antara rak dengan pintu pengering sehingga udara bergerak mengisi ruang kosong tersebut. Kontur Suhu dan Aliran Udara Pengering Pukul WIB Kontur suhu yang ditampilkan pada Gambar 15 dan merupakan gambar kontur suhu simulasi ruang pengering puku WIB saat pengukuran pertama. Kontur suhu pada Gambar 15 menunjukkan bahwa distribusi udara panas dalam ruang pengering kiri belum cukup merata. Bagian atas dalam pengering cenderung memiliki suhu yang rendah sedangkan bagian bawah pengering memiliki suhu tinggi yang ditandai dengan warna merah.

38 26 Gambar 15 Kontur suhu simulasi ruang pengering kiri pukul WIB (Z = -0.1 m) Warna biru pada kontur suhu menunjukkan suhu yang rendah yaitu berkisar.1 o C. Warna biru yang berada dibagian atas dan bawah pengering menunjukkan bahwa rendahnya suhu udara dipengaruhi oleh udara yang berasal dari lubang inlet. Bagian tengah pengering memiliki dominasi warna hijau dengan kombinasi warna merah. Warna tersebut menunjukkan bahwa terdapat udara dengan nilai suhu yang berbeda yaitu udara yang terpanaskan secara konveksi oleh plat dinding heat exchanger dan udara panas yang berasal dari lubang inlet pertama. Bagian bawah pengering memiliki suhu yang tinggi, dimana hal ini berkaitan dengan akumulasi panas yang berasal dari plat pada tungku biomassa. Panas dari tungku yang terakumulasi pada bagian lantai pengering sehingga menyebabkan panas tersebut berpindah melalui udara disekitar rak kedalapan dan kesembilan sehingga meningkatkan suhu pada udara tersebut. Bagian permukaan lantai meningkat hingga mencapai 79.7 o C, sedangkan pada bagian dinding HE memiliki suhu 52.2 o C. Suhu yang tinggi dari dinding HE dan permukaan lantai serta rendahnya suhu udara yang melewati inlet pertama (.6 o C) dan inlet kedua (.6 o C), membuat udara panas pada saat penggunaan tungku dominan berada di bagian bawah pengering.

39 27 Gambar 16 Pathline udara panas ruang pengering kiri pukul WIB (Z = -0.1 m) Aliran udara yang diperlihatkan pada Gambar 16 merupakan gambaran aliran udara panas yang terdapat dalam ruang pengering kiri pada pukul WIB. Udara panas dalam ruang pengering cenderung berada dibawah pengering, sedangkan pada bagian bawah pengering memiliki suhu udara yang cenderung lebih rendah. Bagian atas pengering memiliki nilai suhu yang cenderung lebih rendah akibat suhu yang rendah pada bagian yang menjadi kondisi batas seperti dinding polikrabonat (.3 o C), dinding plat besi (57.1 o C) dan udara yang melewati inlet pertama (.6 o C).

40 28 Gambar 17 Kontur suhu simulasi ruang pengering kanan pukul WIB (Z = -0.1 m) Distribusi udara panas yang diperlihatkan oleh kontur suhu pada Gambar 17 menunjukkan hasil yang belum cukup baik. Udara pada bagian atas, tengah dan bawah pengering mempuyai suhu yang cukup tinggi terutama pada udara yang berada dekat dengan dinding dan lantai pengering. Tingginya suhu dinding HE dan permukaan lantai mempengaruhi udara didekat kompenen tersebut sehingga terjadi perpindahan panas secara konveksi yang mengakibatkan suhu udara tersebut meningkat. Udara yang melewati lubang inlet memiliki suhu sebesar.8 o C (inlet pertama) dan 59.4 o C (inlet kedua). Suhu yang berasal dari inlet kedua cenderung bernilai cukup tinggi seperti suhu dinding HE dan suhu permukaan lantai, sehingga bagian bawah pengering memiliki perbedaan yang mencolok daripada suhu udara dibagian atas ataupun bagian tengah.

41 29 Gambar 18 Pathline udara panas ruang pengering kanan pukul WIB (Z = -0.1 m) Aliran udara dalam pengering kanan saat pukul WIB yang disajikan Gambar 18 memperlihatkan bahwa udara panas bagian bawah pengering mengalami peningkatan akibat adanya kenaikan suhu di dinding HE dan permukaan lantai. Udara dengan suhu rendah cenderung berada didekat komponen pengering yang memiliki suhu rendah, terutama pada bagian atas pengering dimana udara yang melewati inlet pertama memiliki suhu sebesar.6 o C. Pada bagian atas pengering yang dekat dengan outlet pertama memiliki udara dengan suhu tinggi yang ditandai dengan warna merah. Fenomena ini terjadi karena pergerakan udara panas menuju outlet pertama yang terjadi melalui celah diantara rak dengan pintu pengering. Validasi Simulasi Udara Panas Pengering ERK Validasi simulasi pengering ERK pukul WIB Validasi merupakan tahap pembuktian untuk menunjukkan ketepatan antar hasil simulasi dengan pengukuran. Data yang digunakan untuk validasi adalah data suhu udara panas diatas rak. Terdapat titik yang ditempatkan pada seluruh rak, dimana pada tiap rak terdiri dari empat titik ukur. Titik ukur yang digunakan pada simulasi disesuaikan dengan pengukuran dilapangan. Penentuan titik ukur pada simulasi CFD menggunakan fitur point parameters dimana pada fitur tersebut titik ukur ditentukan berdasarkan posisi sumbu X, Y, dan Z. Titik ukur rak pertama ditempatkan pada posisi seperti yang diperlihatkan pada Tabel 5. Sumbu Y pada titik ukur merupakan nilai ketinggian

42 30 termokopel, dimana terdapat selisih jarak sebesar 0.1 m antara satu rak dengan rak lainnya. Tabel 5 Posisi titik ukur suhu udara di rak pertama Titik ukur x [m] y [m] z [m] Hasil simulasi udara panas ruang pengering pada pukul WIB yang disajikan Lampiran 10 menunjukkan hasil distribusi suhu yang kurang baik terutama pada simulasi suhu udara ruang pengering kiri. Hasil validasi yang diperlihatkan Gambar 19 menunjukkan bahwa terdapat error berupa perbedaan antara suhu udara hasil pengukuran dengan hasil simulasi. Bagian atas ruang pengering kiri meliputi rak pertama dan kedua memiliki error sebesar 9.81±3.2 %, sedangkan bagian bawah meliputi rak ketujuh hingga kesembilan memiliki error sebesar 10.±2.6 %. Lubang yang terdapat pada bagian bawah pengering merupakan penyebab error yang terjadi pada suhu udara di rak ketujuh hingga kesembilan. Tingkat error simulasi udara pengering saat pukul WIB disajikan Lampiran 11. Suhu simulasi ( o C) Suhu pengukuran ( o C) Validasi Kiri Linier Gambar 19 Validasi suhu udara pengering ruang pengering kiri hasil simulasi terhadap pengukuran pukul WIB Suhu udara pengering ruang pengering kiri dari hasil simulasi dan pengukuran memiliki nilai yang hampir serupa yaitu.83 o C dan.54 o C. Hasil simulasi menunjukkan masih terdapat penurunan suhu disetiap rak namun tidak

43 31 signifikan, hal ini ditunjukkan dengan nilai STD sebesar 1.54 o C. Berbeda dengan hasil pengukuran dimana suhu udara pengering mengalami penurunan suhu yang signifikan terutama dibagian bawah pengering. Kondisi ruang pengering yang berlubang menyebabkan udara panas keluar dari dalam ruang pengering, sedangkan pada model simulasi keberadaan lubang tidak dapat terkamodir sehingga terdapat perbedaan pada hasil validasi. 45 Suhu simulasi( o C) 45 Suhu pengukuran ( o C) Validasi Kanan Linier Gambar 20 Validasi suhu udara pengering ruang pengering kanan hasil simulasi terhadap pengukuran pukul WIB Validasi yang ditunjukkan oleh Gambar 20 memperlihatkan bentuk kurva validasi tidak menyerupai garis linier, hal ini menjelaskan bahwa terdapat error dari hasil simulasi dan pengukuran. Error yang diperoleh berasal dari bagian bawah pengering tepatnya pada titik ukur di rak ketujuh hingga kesembilan dengan presentase sebesar 11.2±1. %. Sama seperti validasi suhu di ruang pengering kiri, perbedaan yang signifikan antara suhu udara di setiap rak dari hasil pengukuran dan simulasi mengakibatkan hasil validasi yang kurang tepat. Kedua grafik (Gambar 19 dan 20) menunjukkan kurang tepatnya simulasi dalam mempredikisi suhu udara di ruang pengering saat penggunaan energi surya. Prediksi yang kurang tepat menghasilkan error pada simulasi, berupa error acak dan error sistematis. Error sistematis pada simulasi diakibatkan oleh batasan alat berupa perbedaan model simulasi dengan alat pengering yang berada di lapangan. Dalam model simulasi tidak dapat dilakukan pembuatan kerusakan (lubang) karena dapat terjadi interaksi antara lingkungan dengan sistem (pengering), sehingga simulasi tidak dapat dilakukan.

44 Error juga terjadi karena adanya batasan pada model terkait fitur yang terdapat pada software. Fitur boundary condition (kondisi batas) membutuhkan input data sederhana berupa nilai suhu pada setiap boundary disistem pengering seperti wall, sedangkan pada kondisi sesungguhnya diperlukan input data yang kompleks. Fitur boundary condition juga hanya memerlukan satu buah data dan bersifat konstan, sedangkan kondisi sesungguhnya pada dinding ruang pengering selalu berubah-ubah (Alfredo 2014). Widodo (2009) menyatakan error yang terjadi dalam simulasi CFD dapat dikarenakan kondisi lingkungan yang berubah seperti radiasi matahari. Sementara itu nilai input data dari kondisi lingkungan dalam simulasi sudah ditentukan dalam kondisi tertentu. Kondisi tersebut tidak dapat berubah selama pelaksanaan simulasi CFD, sehingga terdapat selisih antara hasil simulasi dengan hasil pengukuran. Validasi simulasi pengering ERK pukul WIB Validasi yang diperlihakan Gambar 21 menunjukkan hasil validasi suhu udara ruang pengering kiri secara keseluruhan memiliki presentase error mencapai 9.±13.78 %. Suhu udara hasil simulasi memiliki udara yang lebih panas dibagian bawah pengering, sedangkan hasil pengukuran menunjukkan udara dibagian atas memiliki suhu yang lebih tinggi. Perbedaan tersebut disebakan oleh error pada rak kedelapan dan kesembilan yaitu sebesar 29.84±16.21 %. Suhu simulasi ( o C) Suhu pengukuran ( o C) Validasi Kiri Linier Gambar 21 Validasi suhu udara pengering ruang pengering kiri hasil simulasi terhadap pengukuran pukul WIB Namun pada kurva validasi pada Gambar 21 tidak sepenuhnya menunjukkan validasi yang kurang tepat. Terdapat beberapa titik dari validasi yang masih bisa

45 diterima, dimana titik titik tersebut memiliki bentuk yang mendekati kurva linier. Hal tersebut memiliki arti bahwa titik dari kurva validasi yang kurang tepat hanya berasal dari error akibat keberadaan lubang pada bagian bawah ruang pengering kiri terutama pada suhu udara disekitar rak kedelapan dan kesembilan. Grafik yang ditunjukkan Gambar 22 memperlihatkan validasi antara suhu hasil pengukuran ruang pengering kanan pada pukul WIB. Grafik pada Gambar 22 menunjukkan bahwa validasi memiliki hasil yang cukup baik. Namun pada validasi tersebut masih terdapat error dengan presentasi sebesar 12.61±11.12 %. Presentasi error yang cukup tinggi terdapat pada udara disekitar rak ketujuh hingga rak kedelapan yang mencapai 27.94±11. %. Tingginya nilai error pada suhu udara di sekitar rak tersebut juga diakibatkan keberadaan lubang serta celah celah kecil yang menyebabkan kebocoran. Suhu simulasi ( o C) Suhu pengukuran ( o C) Validasi Kanan Linier Gambar 22 Validasi suhu udara pengering ruang pengering kanan hasil simulasi terhadap pengukuran pukul WIB Namun validasi yang disajikan oleh Gambar 22 memperlihatkan bentuk kurva validasi yang hampir menyerupai dengan garis linier, artinya validasi antara suhu simulasi telah mendekati suhu pengukuran berbeda dengan hasil validasi lainnya. Perbedaan dengan validasi lainnya terletak pada hasil pengukuran suhu kondisi batas yang menjadi input data dari simulasi. Nilai suhu pada komponen yang menjadi kondisi batas juga mempengaruhi suhu udara dalam ruang pengering. Jika dibandingkan dengan ruang pengering kiri, komponen pada ruang pengering kanan memiliki suhu yang lebih tinggi. Hasil pengujian ruang pengering kanan pada pukul WIB memiliki suhu yang tinggi pada sejumlah komponen yang menjadi kondisi batas, misalnya pada dinding HE

46 (80.6 o C) dan inlet kedua (59.4 o C). Perbedaan suhu komponen antara tiap pengujian juga dipengaruhi oleh perbedaan kondisi ruang pengering, dimana ruang pengering kiri memiliki kerusakan dengan lubang yang cukup besar sedangkan kerusakan pada ruang pengering kanan cukup kecil. Selain keberadaan lubang error juga dapat dikarenakan perbedaan kondisi simulasi dengan kondisi ideal (nyata) berupa penempatan posisi kipas yang kurang tepat. Alat pengering yang berada dilapangan memiliki posisi kipas yang tidak mantap (tegak), sedangkan pada posisi kipas yang ada simulasi memiliki posisi yang tegak lurus dengan dinding HE. Faktor perbedaan antara hasil simulasi dengan pengukuran secara lengkap disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Faktor perbedaan hasil simulasi dan pengukuran Kondisi ideal Simulasi Posisi kipas tidak mantap Posisi kipas tetap dan mantap Komponen alat berlubang Model tidak berlubang Terdapat celah pada alat Tidak ada celah pada model Dalam pembuatan simulasi CFD prediksi suhu dapat dilakukan berdasarkan hasil pengukuran kondisi batas dalam sistem pengering. Jika dibandingkan secara keseluruhan pada hasil simulasi, simulasi hanya cocok dilakukan pada pengujian ruang pengering kanan pukul WIB. Bila dibandingkan dengan simulasi ruang pengering kiri, faktor yang mendukung dalam keberhasilan simulasi diruang pengering kanan terletak pada kondisi tersebut terletak pada perbedaan fisik alat dengan model simulasi. Dalam konteks pengujian kebenaran dan ketepatan simulasi, error (kesalahan) dan ketidakpastian merupakan hal yang dapat mempengaruhi validasi dari suatu simulasi. Ketidakpastian berasal dari input yang tidak akurat dan perbedaan fisik model dengan objek nyata (Versteeg dan Malalasekera 1995). Pada kasus ini dari seluruh simulasi yang telah dibuat hanya terdapat satu simulasi yang memiliki hasil yang cukup baik. Simulasi yang berhasil dilakukan adalah simulasi pukul WIB diruang pengering kanan dengan kondisi penggunaan energi panas dari tungku biomassa. Keberhasilan simulasi tersebut dikarenakan perbedaan fisik model dengan objek nyata terutama pada ruang pengering kiri. Perbedaan hasil simulasi dengan dengan hasil pengujian ruang pengering kiri pada pukul WIB disebabkan kondisi alat ruang pengering, dimana ruang pengering kiri memiliki kebocoran yang lebih besar akibat ukuran lubang yang besar. Keberadaan lubang tidak bisa diakomodir dalam simulasi karena penggunaan tipe analisis internal sehingga perbedaan tersebut dibuat dalam simlai dapat menimbulkan interaksi fluida antara fluida yang berada dilingkungan dengan fluida didalam sistem (alat pengering). Sementara itu dalam analisis internal model diharuskan berada dalam kondisi yang tertutup rapat, sehingga tidak ada interaksi antara sistem dengan lingkungan. Sementara itu pada simulasi pukul WIB diperoleh hasil validasi yang belum valid. Hal ini dikarenakan batasan model simulasi terkait dengan fitur software. Fitur kondisi batas pada software membutuhkan input data yang sederhana dan bersifat konstan, sedangkan pada kondisi sesungguhnya suhu pada komponen yang menjadi kondisi batas (wall) memiliki perubahan kondisi bergantung radiasi matahari.

47 Uji Keseragaman Suhu Udara Ruang Pengering ERK Nilai CU dan CV hasil simulasi dan pengukuran pukul menunjukkan keseragaman suhu yang cukup baik karena nilai CU dan CV yang dihasilkan masih berada dalam batas presentasi yang diperbolehkan yaitu CU > 75 % dan CV < 15 %. Presentase CU udara pengering yang ditunjukkan Gambar 23 merupakan tampilan selisih nilai CU hasil (ΔCU) pengukuran dengan simulasi pada pukul WIB. Perbedaan yang ditunjukkan diagram diatas menunjukkan ΔCU sebesar 6.02 % (ruang pengering kiri) dan 6.60 % (ruang pengering kanan). Presentase nilai CV suhu udara pengering yang ditunjukkan pada Gambar 24 merupakan selisih nilai CV (ΔCV) hasil simulasi dengan hasil pengukuran pada pukul WIB. Presentase ΔCV yang diperoleh memiliki nilai selisih sebesar 8.1 % (ruang pengering kiri) dan 7.9 % (ruang pengering kanan) CU (%) Titik ukur kiri Titik ukur kanan Titik ukur Gambar 23 Presentase CU pukul WIB

48 12 CV (%) Titik ukur kiri Titik ukur kanan Titik ukur Gambar 24 Presentase CV pukul WIB Kedua variabel (CU dan CV) merupakan penentu kesesuian antara suhu udara hasil pengukuran dengan hasil simulasi, apabila ΔCU dan ΔCV semakin bernilai kecil maka tingkat kesesuaian suhu udara hasil simulasi semakin tinggi. Perhitungan CU dan CV secara kuantitatif dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu berdasarkan akumulasi data titik ukur dalam satu rak (horizontal) dan akumulasi data titik ukur ditiap rak (vertikal). Penyajian pada Lampiran 12 menunjukkan bahwa perhitungan nilai CU dan CV yang dilakukan secara horizontal cenderung memiliki presentase yang tinggi yaitu % (ruang pengering kiri) dan % (ruang pengering kanan). Jika ditinjau dari perhitungan secara vertikal presentase yang dihasilkan lebih kecil yaitu 91. % (ruang pengering kiri) dan % (ruang pengering kanan). Nilai ΔCU dan ΔCV menunjukkan tingkat kesesuaian yang cukup rendah. Penyebabnya adalah fluktuasi suhu yang disebabkan jarak antara titik ukur dengan radiasi surya sehingga terjadi perbedaan suhu udara disetiap rak. Nilai CU dan CV pukul WIB menunjukkan ketidaksesuaian korelasi antara CU dengan CV. Secara korelatif nilai CU akan semakin besar apabila nilai CV semakin kecil. Kenyataan yang ditunjukkan dari hasil pengukuran terdapat penyimpangan data dirak kesembilan ruang pengering kanan, sehingga tidak terdapat korelasi antara nilai CU dan CV. Penyimpangan data dapat disebabkan berbagai hal, untuk kasus pada ruang pengering kanan titik ukur keempat berada diposisi yang dekat dengan inlet sehingga suhu yang terbaca oleh termokopel cenderung lebih tinggi dari titik ukur lainnya.

49 CU (%) Titik ukur Gambar 25 Presentase CU pukul WIB Titik ukur kiri Titik ukur kanan Selisih nilai antara CU hasil pengukuran dengan simulasi pada pukul WIB diperlihatkan pada Gambar 25. Perbedaan nilai CU antara hasil pengukuran dengan simulasi ditunjukkan dengan nilai selisih CU sebesar 4.97 % (ruang pengering kiri) dan 0.90 % (ruang pengering kanan). Presentase CV suhu udara pengering yang ditunjukkan diagram pada Gambar 26 adalah selisih antara hasil pengukuran dengan simulasi sebesar 8.26 % (ruang pengering kiri) dan 1.01 % (ruang pengering kanan). 12 CV(%) Titik ukur kiri Titik ukur kanan Titik ukur Gambar 26 Presentase CV pada pukul WIB

50 Nilai CU dan CV pengering pukul WIB yang disajikan Lampiran 10 memiliki presentase yang tinggi, dimana pada perhitungan secara horizontal diperoleh nilai CU sebesar % (ruang pengering kiri) dan 98.6 % (ruang pengering kanan). Perhitungan secara vertikal diperoleh nilai CU untuk ruang pengering kiri sebesar % dan % untuk ruang pengering kanan. Diagram batang pada Gambar 25 dan 26 menunjukkan bahwa tingkat kesesuaian suhu udara pengering saat pukul WIB masih rendah, namun pada ruang pengering kanan cenderung memiliki tingkat kesesuaian yang lebih tinggi akibat pengaruh data kondisi batas simulasi (dinding HE dan suhu inlet kedua) yang memiliki nilai suhu tinggi. Rendahnya tingkat kesesuaian yang terdapat pada ruang pengering kiri merupakan akibat dari suhu yang rendah di komponen yang menjadi kondisi batas. Rendahnya suhu pada komponen tersebut dipengaruhi akibat kondisi pengering yang berlubang. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Suhu udara pengering pada pukul WIB memiliki tingkat radiasi surya sebesar 6. W/m 2 (pengukuran pertama) dan 0.45 W/m 2 (pengukuran kedua). Perbedaan besar radiasi surya berpengaruh terhadap suhu udara dalam pengering ERK, dimana pada pengukuran pertama diperoleh rata - rata suhu udara pengering sebesar.54 o C dan pengukuran kedua sebesar.98 o C. Ditinjau dari profil penyebaran suhunya hasil pengukuran mempunyai tingkat distribusi yang kurang baik akibat sifat fluktuatif radiasi surya dan jarak antar sumber radiasi dengan rak (titik ukur). Dari pengukuran suhu udara pengering pada pukul WIB diperoleh suhu udara rata rata.26 o C pada pengujian pertama dan pengujian kedua sebesar.98 o C. Suhu udara pengering pada pukul WIB memiliki nilai yang berbeda di tiap titik ukur. Perbedaan suhu pada tiap titik ukur dipengaruhi oleh kondisi alat yang mengalami kebocoran sehingga dapat berpotensi menurunkan suhu udara serta menurunkan tingkat distribusi suhu. Hasil simulasi udara pengering ditunjukkan oleh plot kontur suhu fluida. Kontur suhu simulasi udara pukul WIB menunjukkan dominansi udara panas dibagian atas pengering akibat radiasi surya. Kontur suhu simulasi udara pukul WIB menunjukkan kecenderungan suhu udara yang tinggi dibagian bawah pengering akibat panas yang terakumulasi pada lantai yang berasal dari tungku biomassa. Suhu udara pengering ERK pada pukul WIB memiliki nilai error sebesar 6.90±4.4 % (ruang pengering kiri) dan 7.4±4. % (ruang pengering kanan). Pada pukul WIB diperoleh nilai error dari suhu udara sebesar 9.5±13.78 % (ruang pengering kiri) dan 12.61±11.12 % (ruang pengering kanan). Error disebabkan karena adanya perbedaan antara suhu udara hasil pengukuran dengan suhu udara hasil simulasi. Perbedaan suhu tersebut berkaitan dengan kondisi alat yang kurang baik dan posisi kipas yang kurang tepat sehingga mempengaruhi hasil pengukuran.

51 Hasil pengukuran dan simulasi suhu udara pengering menunjukkan validasi yang kurang tepat. Validasi yang belum tepat disebabkan adanya perbedaan pada kondisi nyata dengan simulasi meliputi kondisi alat dan penerapan asumsi dalam membuat simulasi. Selain itu faktor ketidakpastian akibat perbedaan dari representasi model pengering menyebabkan ruang lingkup dari batasan model menjadi kecil sehingga parameter HE tidak dapat terakomodir didalam simulasi. Tingkat kesesuaian pada suhu simulasi dan suhu pengukuran ditunjukkan oleh selisih nilai CU dan CV (ΔCU dan ΔCV). Suhu udara pengering memiliki tingkat kesesuaian yang kurang baik antara suhu hasil simulasi dengan hasil pengukuran, hal ini dibuktikan dengan ΔCU dan ΔCV pada ruang pengering kiri bernilai 6.31 % dan 8 %,sedangkan pada ruang pengering kanan diperoleh ΔCU dan ΔCV sebesar 2.94 % dan 4. %. Secara keseluruhan tingkat kesesuaian suhu udara hasil simulasi dengan pengukuran masih dapat diterima karena presentase tiap titik ukur berada pada batasan yang dapat diterima (CU > 75% dan CV<15%). Namun jika ditinjau secara seksama perbedaan suhu disejumlah titik ukur yang menyebabkan ketidaksesuaian korelasi antara CU dengan CV hasil pengukuran dan hasil simulasi. Saran Hasil pengujian diperoleh suhu udara pengeringan pada siang hari cenderung memiliki nilai yang lebih rendah daripada suhu optimal untuk pengeringan sawut ubi jalar. Sementara dalam pembuatan tepung ubi suhu ideal yang diperlukan untuk proses pengeringan berada diantara - 55 o C. Dapat ditarik kesimpulan bahwa pada siang hari diperlukan pemanasan dari tungku sebagai upaya untuk mencapai suhu udara ideal dalam pengering ERK. Simulasi yang telah dilakukan menunjukkan hasil yang belum cukup baik. Perlu dilakukan pembuatan model pengering ERK beserta HE sebagai representase model yang konkrit untuk keperluan pembuatan simulasi CFD yang lebih baik. Namun perbaikan terhadap alat pengering yang hendak diuji sebaiknya dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan simulasi untuk menghindari penyimpangan terhadap hasil simulasi. Hasil simulasi diperoleh bahwa pada siang hari udara panas mendominasi dibagian atas pengering, sedangkan pada malam hari udara panas mendominasi pada bagian bawah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebaiknya penambahan skenario penempatan kipas sebaiknya juga perlu dilakukan. Jika ditinjau dari hasil simulasi tersebut, sebaiknya pada pengembangan desain pengering berikutnya posisi kipas berada pada bagian atas ruang pengering untuk pengeringan di siang hari dan kipas pada bagian bawah untuk pengeringan di malam hari. Tujuan dari skenario tersebut adalah sebagai upaya perbaikan performa pengering melalui peningkatan distribusi suhu udara.

52 DAFTAR PUSTAKA Alfredo Simulasi Penentuan Posisi dan Daya Kipas untuk Keseragaman Pola Aliran Udara Panas pada Pengering ERK Tipe Rak dengan Metode Computational Fluid Dynamics. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Aritesty E Uji performansi alat pengering efek rumah kaca (ERK) hybrid tipe rak untuk pengeringan temulawak (Curcuma xanthorizza Roxb.). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Arnanda CV Modifikasi Penukar Panas Model Pengering Hybrid Tipe Rak untuk Pengeringan Chip Mocaf. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor [ASMI MPDC]. ASM International Materials Propertie Database Committee ASM Ready Reference: Thermal properties of metals. Ohio (US): ASM International. Cengel YA Heat Transfer a Practical Approach. 2nd ed. New York (US): jnnmcgraw-hill Companies Inc Fernandez M Optimization of the heated-air drying of jackfruit (Artocarpus heterophyllus lam.). Laguna (PH): University of the Philippines Los Baños. Henderson MS, Perry ME Agricultural Process Engineering. 3th ed. Connecticut (US): The AVI Publishing Company Inc. Jose JJ Optimization of the heated air drying of carabao mangoes. Laguna (PH): University of the Philippines Los Baños. Kamaruddin A., A.H. Tambunan, Thamrin, F. Wenur dan Dyah W Optimasi dalam perencanaan alat pengering hasil pertanian dengan energi surya. Laporan Penelitian Hibah Bersaing. Bogor Karleen S Optimasi Proses Pembuatan Tepung Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas (L.) dan Aplikasinya dalam Pembuatan Keripik Simulasi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Kholis Y Analisa Pengaruh Aliran Udara Terhadap Pengeringan Sari Buah Tomat pada Pengering Semprot. Depok (ID): Universitas Indonesia Law MA Simulation Modeling and Analysis. Michigan (US): Univ Michigan [Kreith F] CRC Handbook of Thermal Engineering: Mechanical and Aerospace Engineering Series. New York (US): CRC Press. Mirade PS, Daudin JD A numerical study of the airflow patterns in a sausage dryer. Drying Technology: Internation J. 18(1 2): Mujumdar AS, Devahastin S Mujumdar Practical Guide to Industrial Drying. Montreal (CA): Exergex Corporation. Nuryawati T Simulasi Distribusi Suhu dan Pola Aliran Udara dalam Rumah Tanaman Tipe Modified Arch Menggunakan Computational Fluid Dynamics [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Suhardiyanto H Teknologi Rumah Tanaman Untuk Iklim Tropika Basah. Bogor (ID). IPB Press Utari S Uji Performansi Pengering Efek Rumah Kaca (ERK)-Hybrid Tipe Rak Berputar untuk Pengeringan Sawut Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

53 Versteeg, H.K. dan W. Malalasekera An Introduction to Computational Fluid Dynamics. The finite volume method. Loughborough (GB): Longman Scientific and Technical. Wanti SH Penentuan Putaran Pada Pengering Surya Tipe Rak Berputar dan Pemodelan Pengering dengan metode Computational Fluid Dynamics. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Widodo P Kajian Pola Sebaran Aliran Udara Panas pada Model Pengering Efek Rumah Kaca Hibrid Tipe Rak Berputar Menggunakan Computatioanal Fluid Dynamics [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Widowati, S, Sulismono, Suarni, Sutrisno, Komalasari O Petunjuk Teknis Proses Pembuatan Aneka Tepung dari Bahan Pangan Sumber Karbohidrat Lokal. Jakarta: Balai Penelitian Pascapanen Pertanian Winarno, F.G. dan Jenie, S.L Dasar Pengawetan, Sanitasi dan Peracunan. Departemen Teknologi Hasil Pertanian, Fatemeta, IPB. Bogor. Wulandani D Kajian Distribusi Suhu, RH dan Aliran Udara Pengering untuk Optimasi Disain Pengering Efek Rumah Kaca [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Wulandani D, Widodo P, Purwanto YA, Agustina SE Pengembagan Alat Pengering Efek Rumah Kaca (ERK) Hybrid Tipe Rak Berputar Untuk Penyeragaman Aliran Udara. Di dalam: Prastowo, Sulistiono, Suprayogi A, Saharjo HB, editor. Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian IPB Bidang Teknologi dan Rekayasa Pangan; 2009 Desember 22-23; Bogor, Indonesia, Bogor (ID): LPPM Institut Pertanian Bogor, hlm Wulandani D, Nelwan LO Rancang Bangun Kolektor Surya Tipe Plat Datar dan Konsentrator Surya Penghasil Panas pada Pengering Produk-Produk Pertanian. Di dalam: Prastowo, Sulistiono, Suprayogi A, Saharjo HB, editor. Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian IPB Bidang Teknologi dan Rekayasa Pangan; 2009 Desember 22-23; Bogor, Indonesia, Bogor (ID): LPPM Institut Pertanian Bogor, hlm

54 LAMPIRAN

55 20,00 19,30 19,00 18,30 18,00 17,30 17,00 16,30 16,00 15,30 15,00 14,30 14,00 13,30 13,00 12,30 12,00 11,30 11,00 10,30 10,00 9,30 9,00 8,30 8, IX Waktu I Suhu Rak II III IV V VI VII VIII Lampiran 1 Suhu udara pengering pengukuran hari pertama

56 19,30 19,00 18,30 18,00 17,30 17,00 16,30 16,00 15,30 15,00 14,30 14,00 13,30 13,00 20,00 12,30 12,00 11,30 11,00 10,30 10,00 9,30 9,00 8,30 8, Waktu VII VIII IX Suhu Rak ( o C) I II III IV V VI Lampiran 2 Suhu udara pengering pengukuran hari kedua

57 45 Lampiran 3 Perhitungan data input CFD pada pengukuran hari pertama pukul WIB Pukul WIB a) Aliran udara ruang pengering (inlet) Suhu inlet:.3 o C Suhu outlet: 30.6 o C Suhu fluida operasi: ( ) 2 =.45 o C = K Sifat fluida Nilai Massa jenis 1.11 kg/m 3 Panas jenis 1007 J/kgK Konduktivitas panas W/mK Viskositas dinamik x 10-5 kg/ms Viskositas kinematik 1.6 x 10-5 m 2 /s Bilangan Prandl Re = ρvd μ Diameter spesifik (D) = 4A/P = 4 pw/2(p+w) = 4 (0.5 x 0.1)2 ( ) = = 1.11 x 1.892x 10 5 x x 10 5 = b) Environment temperature Suhu ambien = o C Suhu titik jenuh =.06 o C Te = Ta ( x TDp) 26 = ( (.06) 26 = o C c) Laju aliran massa udara Vinlet = 0.5 m/s ρinlet = kg/m 3 ṁ = ρνainlet = = kg/s

58 d) Heat transfer coefficient (h) Dinding plat besi Suhu dinding =.8 o C Suhu lingkungan = o C Suhu fluida operasi: (.8 + ) 2 =.9 o C = K Sifat fluida Nilai Massa jenis 1.11 kg/m 3 Panas jenis 1007 J/kgK Konduktivitas panas W/mK Viskositas dinamik x 10-5 kg/ms Viskositas kinematic x 10-5 m 2 /s Bilangan Prandl Gr = gβtx3 = v x ( )(.8)(0.54) x10 5 = Ra = Gr x Pr = x = Nu = ( Ra [ 1+( Pr ) 16 ] ) 1 2 = ( = h = Nu x k l x = 0.54 = W/m 2 K 8 [ 1+( ) 16 ] )

59 Lampiran 4 Tahapan simulasi aliran udara panas CFD pengering ERK Hybrid Menjalankan fungsi CFD pada Solidworks Jalankan software Solidworks, pilih tab menu flow simulation, dan pilih menu wizard untuk membuat simulasi baru. Nama simulasi diketik pada kolom configuration name, kemudian pilih next. Gambar 27 Tampilan menu wizard simulasi CFD Pengaturan Awal Pengaturan awal dimulai dengan tahap melakukan pengaturan terhadap unit yang digunakan dalam simulasi seperti suhu ( o C), panjang (m), tekanan (Pa), dan kecepatan udara (m/s). Kemudian dilanjutkan dengan melakukan pemilihan tipe analisis serta pengaturan physical features, dimana dalam pengaturan tersebut dilakukan input nilai dan parameter (konduksi, radiasi dan gravitasi) yang terdapat dilingkungan. Pemilihan jenis fluida dan tipe aliran fluida dilakukan pada tahap selanjutnya, dimana jenis fluida (udara) yang dipilih telah disesuaikan dengan nilai properti seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1. Material solid dan kondisi dinding dipilih berdasarkan material yang berperan sebagai penghasil panas. Kondisi awal wall (dinding) sebagai permukaan yang radiatif diatur dengan menyesuaikan nilai heat transfer coefficient (h) dan tipe wall yang akan didefinisikan. Pengaturan kondisi awal dilakukan dengan memasukkan nilai dari beberapa parameter berdasarkan kondisi fluida yang terdapat pada domain. Level pengaturan mesh dipilih pada level 5, dimana pemillihan level disesuaikan terhadap banyaknya jumlah mesh yang terbentuk dengan kapabilitas processing pada CPU.

60 Gambar 28 Tampilan pengaturan unit Gambar 29 Tampilan pengaturan tipe analisis dan physical features

61 Gambar 30 Tampilan pemilihan jenis dan karakteristik aliran fluida Gambar 31 Tampilan pemillihan solid material

62 Gambar Pengaturan kondisi wall Gambar Pengaturan kondisi awal pengering kiri (jam WIB)

63 Gambar Tampilan pemilihan tingkat mesh Pengaturan Model Pengaturan model dilakukan dengan tahap awal berupa pembuatan computational domain. Kemudian dilanjutkan dengan pengaktifan fitur solid material dimana pada fitur ini komponen didefinisikan sebagai material solid dengan bahan utama besi dan polikarbonat. Material besi dan polikarbonat yang didefinisikan telah disesuaikan dengan nilai properti seperti yang terdapat pada Tabel 2. Fitur boundary condition diaktifkan dengan menentukan aliran dan variabel - variabel panas pada batasan model geometri yang telah dibuat. Kondisi batas yang terdapat pada model pengering ERK ini adalah inlet mass flow, oulet mass flow, dan real wall. Fitur lain seperti, porous media, radiative surface, dan solar radiation ditambahkan untuk melengkapi variabel - variabel panas yang sebelumnya sudah diatur pada boundary condition.

64 52 Gambar Tampilan pendefinisian solid material besi Gambar Tampilan pendifinisian solid material polikarbonat

65 Gambar Tampilan pengaturan kondisi batas inlet mass flow Gambar Tampilan pendefinsian kondisi batas outlet mass flow

66 54 Gambar Tampilan pengaturan kondisi batas real wall Gambar Tampilan pengaturan fitur radiative surface

67 55 Gambar Tampilan pengaturan fitur radiation source Pengaturan Pencarian Solusi Proses pencarian solusi diawali dengan penentuan hasil akhir atau goals. Hasil akhir yang ditentukan berupa nilai rata rata suhu fluida pada titik yang disesuaikan dengan titik pengukuran. Untuk membantu proses pencarian solusi fitur local initial mesh diaktifkan, dengan mengatur kerapatan sel pada fluida menggunakan tingkat penghalusan pertama. Pengecekan geometri dilakukan sebelum memulai proses perhitungan simulasi dimana, geomtri dikatakan baik apabila memiliki volume fluida > 0. Gambar Tampilan pengaturan fitur local initial mesh dan refine fluid cell

68 56 Gambar Tampilan fitur pemilihan goals Gambar Tampilan pengecekan geometri model pengering ERK Proses Pencarian Solusi Pencarian solusi (solver) dilaksanakan pada saat semua kondisi batas dan variabel variabel telah ditentukan. Untuk memulai solver fungsi run dijalankan, kemudian diteruskan dengan tahap meshing dan perhitungan (calculation). Hasil akhir yang diperoleh berupa plot kontur suhu fluida seperti yang diperlihatkan pada Gambar 13 Gambar 20.

69 57 Gambar 45 Tampilan fungsi run Gambar Tampilan tahap proses meshing

70 58 Gambar Tampilan tahap calculation

71 59 Lampiran 5 Data input CFD (Boundary Condition) pukul WIB Dinding (Wall) Ruang pengering kiri Ruang pengering kanan Parameter Suhu ( o C) Parameter Suhu ( o C) Lantai.0 Lantai.83 Dinding Polikarbonat.8 Dinding Polikarbonat.3 Diding Plat besi.8 Dinding Plat besi.3 Dinding Heat Dinding Heat.2 Exchanger Exchanger.9 Atap 52.7 Atap.4 Lingkungan (Bb) Lingkungan (Bb) Lingkungan (Bk) Lingkungan (Bk) Inlet dan Outlet Ruang pengering kiri Ruang pengering kanan Parameter Nilai Satuan Parameter Nilai Satuan Inlet velocity I 0.01 kg/s Inlet velocity I m/s Inlet velocity II 0.01 kg/s Inlet velocity II m/s Inlet Temperature I.3 o C Inlet Temperature I.1 o C Inlet Temprature II.8 o C Inlet Temprature II.5 o C Outlet mass flow I kg/s Outlet mass flow I m/s Outlet mass flow II kg/s Outlet mass flow II m/s Outlet Temperature I 30.6 o C Outlet Temperature I.3 o C Outlet Temperature II 29.4 o C Outlet Temperature II.5 o C

72 60 Lampiran 6 Data input CFD (Boundary Condition) pukul WIB Dinding (Wall) Ruang pengering kiri Ruang pengering kanan Parameter Suhu ( o C) Parameter Suhu ( o C) Lantai Lantai Dinding Polikarbonat.3 Dinding Polikarbonat.6 Dinding Plat besi 57.1 Plat besi.8 Dinding Heat Dinding Heat 52.2 Exchanger Exchanger 80.6 Atap Atap.8 Lingkungan (Bb) Lingkungan (Bb) Lingkungan (Bk) 52 Lingkungan (Bk) Inlet dan Outlet Ruang pengering kiri Ruang pengering kanan Parameter Nilai Satuan Parameter Nilai Satuan Inlet mass flow I 0.01 m/s Inlet mass flow I m/s Inlet mass flow II m/s Inlet mass flow II m/s Inlet Temperature I.6 o C Inlet Temperature I.8 o C Inlet Temprature II.6 o C Inlet Temprature II 59.4 o C Outlet mass flow I m/s Outlet mass flow I m/s Outlet mass flow II m/s Outlet mass flow II m/s Outlet Temperatur I.3 o C Outlet Temperature I 45.6 o C Outlet Temperature II 52.8 o C Outlet Temperature II 61 o C

73 61 Lampiran 7 Data intensitas cahaya matahari Waktu Radiasi Surya (W/m 2 ) Ruang pengering kiri Ruang pengering kanan

74 62 Lampiran 8 Kontur suhu udara simulasi pengering ERK hybrid (X = m) a. Suhu udara simulasi pengering ERK hybrid pukul WIB (a) Gambar Kontur suhu udara (a) ruang pengering kiri (b) ruang pengering kanan (b) b. Suhu udara simulasi pengering ERK hybrid pukul WIB (a) Gambar Kontur suhu udara (a) ruang pengering kiri (b) ruang pengering kanan (b)

75 63 Lampiran 9 Pathline kecepatan udara simulasi pengering ERK hybrid (Z = -0.1 m) a) Kecepatan udara simulasi pengering ERK hybrid pukul WIB (a) Gambar Pathline kecepatan udara (a) ruang pengering kiri (b) ruang pengering kanan kanan b) Kecepatan udara simulasi pengering ERK hybrid pukul WIB (b) (a) (b) Gambar Pathline kecepatan udara (a) ruang pengering kiri (b) ruang pengering kanan kanan

76 64 Lampiran 10 Distribusi suhu udara pengering hasil simulasi pengering ERK hybrid a. Suhu udara pengering simulasi pengering ERK pukul WIB Suhu Simulasi ( o C) Rak Titik ukur kiri Titik ukur kanan I II III IV V VI VII VIII IX Rata-rata STD b. Suhu udara pengering simulasi pengering ERK pukul WIB Suhu Simulasi ( o C) Rak Titik ukur kiri Titik ukur kanan I II III IV V VI VII VIII IX Rata-rata STD

77 65 Lampiran 11 Error simulasi pengering ERK hybrid a. Presentase error suhu udara pengering hasil simulasi pengering pukul WIB Error (%) Rak Titik ukur kiri Titik ukur kanan I II III IV V VI VII VIII IX Rata-rata STD b. Presentase error suhu udara pengering hasil simulasi pengering pukul WIB Error (%) Rak Titik ukur kiri Titik ukur kanan I II III IV V VI VII VIII IX Rata-rata STD

78 66 Lampiran 12 Keseragaman suhu udara pengering ERK hybrid a. Presentase CU dan CV pengering ERK pukul WIB Rak Horizontal Ruang pengering kiri Ruang pengering kanan CU (%) CV (%) CU (%) CV (%) I II III IV V VI VII VIII IX Vertikal b. Presentase CU dan CV pengering ERK pukul WIB Rak Horizontal Ruang pengering kiri Ruang pengering kanan CU (%) CV (%) CU (%) CV (%) I II III IV V VI VII VIII IX Vertikal

79 67 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 16 Juni 1993 di Jakarta sebagai anak kedua dari dua bersaudara dari bapak Dedi Armadi dan ibu Suprayekti. Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 03 Rawasari pada tahun Pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Jakarta pada tahun Pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Jakarta pada tahun Penulis melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur undangan seleksi masuk IPB (USMI), Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta), jurusan Teknik Mesin dan Biosistem (TMB). Pada tahun 2014 penulis aktif mengikuti beberapa kegiatan pelatihan yang diselenggarakan oleh engineering design club (EDC) Teknik Mesin dan Biosistem diantaranya pelatihan web design, pelatihan GIS (geographics information system), dan pelatihan CFD (computational fluid dynamics). Penulis juga pernah menjadi peserta dan mengikuti seminar nasional EBTKE Selain itu, penulis juga menjadi asisten paraktikum Teknologi Greenhouse dan Hidroponik pada tahun Penulis melaksanakan praktik lapang di PTPN VIII Kebun Sinumbra pada tahun 2014 dengan tema mempelajari aspek keteknikan pertanian dan konsumsi energi pada proses pengeringan daun teh di PT Perkebunanan Nusantara VIII Kebun Sinumbra Bandung, Jawa Barat. Jika ingin berkomunikasi atau berdiskusi dengan penulis dapat menghubungi surel dialamat priyohadiw16@outlook.com

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat III. MEODE PENELIIAN A. Waktu dan empat Penelitian dilakukan di Laboratorium Energi Surya Leuwikopo, serta Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen eknik Pertanian, Fakultas eknologi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Suhu Udara Hasil pengukuran suhu udara di dalam rumah tanaman pada beberapa titik dapat dilihat pada Gambar 6. Grafik suhu udara di dalam rumah tanaman menyerupai bentuk parabola

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Rumah tanaman yang digunakan terletak di Laboratorium Lapangan Siswadhi Soepardjo Leuwikopo, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada musim kemarau yaitu bulan Mei sampai Juli 2007 berlokasi di Laboratorium Lapangan Bagian Ternak Perah, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan

I. PENDAHULUAN. Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan penting sebagai bahan pangan pokok. Revitalisasi di bidang pertanian yang telah dicanangkan Presiden

Lebih terperinci

BAB V. ALIRAN UDARA DALAM ALAT PENGERING ERK

BAB V. ALIRAN UDARA DALAM ALAT PENGERING ERK BAB V. ALIRAN UDARA DALAM ALAT PENGERING ERK 5.1. PENDAHULUAN 5.1.1. Latar Belakang Kadar air merupakan salah satu parameter mutu yang perlu diperhatikan dalam mengeringkan produk. Masalah yang terjadi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Simulasi Distribusi Suhu Kolektor Surya 1. Domain 3 Dimensi Kolektor Surya Bentuk geometri 3 dimensi kolektor surya diperoleh dari proses pembentukan ruang kolektor menggunakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2012 sampai dengan Juni 2012 di Lab. Surya Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Iklim Mikro Rumah Tanaman Daerah Tropika Basah

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Iklim Mikro Rumah Tanaman Daerah Tropika Basah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Iklim Mikro Rumah Tanaman Daerah Tropika Basah Iklim merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perancangan bangunan. Sebuah bangunan seharusnya dapat mengurangi pengaruh iklim

Lebih terperinci

V. PERCOBAAN. alat pengering hasil rancangan, berapa jenis alat ukur dan produk gabah sebagai

V. PERCOBAAN. alat pengering hasil rancangan, berapa jenis alat ukur dan produk gabah sebagai BAB V PERCOBAAN V. PERCOBAAN 5.1. Bahan dan alat Bahan dan peralatan yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari model alat pengering hasil rancangan, berapa jenis alat ukur dan produk gabah sebagai

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN CFD PADA PROSES ALIRAN FLUIDA

BAB IV KAJIAN CFD PADA PROSES ALIRAN FLUIDA BAB IV KAJIAN CFD PADA PROSES ALIRAN FLUIDA IV. KAJIAN CFD PADA PROSES ALIRAN FLUIDA 4.1. Penelitian Sebelumna Computational Fluid Dnamics (CFD) merupakan program computer perangkat lunak untuk memprediksi

Lebih terperinci

ALFREDO DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

ALFREDO DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR SIMULASI PENENTUAN POSISI DAN DAYA KIPAS UNTUK KESERAGAMAN POLA ALIRAN UDARA PANAS PADA PENGERING ERK TIPE RAK DENGAN METODE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) ALFREDO DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian serta di dalam rumah tanaman yang berada di laboratorium Lapangan Leuwikopo,

Lebih terperinci

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Suhu Ruang Pengering dan Sebarannya A.1. Suhu Lingkungan, Suhu Ruang, dan Suhu Outlet Udara pengering berasal dari udara lingkungan yang dihisap oleh kipas pembuang, kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di dalam rumah tanaman di Laboratorium Lapangan Leuwikopo dan Laboratorium Lingkungan Biosistem, Departemen Teknik Mesin

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Nutrient Film Technique (NFT) 2.2. Greenhouse

II. TINJAUAN PUSTAKA Nutrient Film Technique (NFT) 2.2. Greenhouse II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nutrient Film Technique (NFT) Nutrient film technique (NFT) merupakan salah satu tipe spesial dalam hidroponik yang dikembangkan pertama kali oleh Dr. A.J Cooper di Glasshouse

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Tanpa Beban Untuk mengetahui profil sebaran suhu dalam mesin pengering ERK hibrid tipe bak yang diuji dilakukan dua kali percobaan tanpa beban yang dilakukan pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Iklim Mikro Rumah Tanaman Tipe Standard Peak Selama 24 jam Struktur rumah tanaman berinteraksi dengan parameter lingkungan di sekitarnya menghasilkan iklim mikro yang khas.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengeringan Pengeringan merupakan proses pengurangan kadar air bahan sampai mencapai kadar air tertentu sehingga menghambat laju kerusakan bahan akibat aktivitas biologis

Lebih terperinci

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK VII. SIMPULAN UMUM Berdasarkan serangkaian penelitian yang telah dilakukan dan hasil-hasil yang telah dicapai, telah diperoleh disain pengering ERK dengan biaya konstruksi yang optimal dan dapat memberikan

Lebih terperinci

PENENTUAN PUTARAN PADA PENGERING SURYA TIPE RAK BERPUTAR DAN PEMODELAN PENGERING DENGAN METODE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS SUERITAH HENNY WANTI

PENENTUAN PUTARAN PADA PENGERING SURYA TIPE RAK BERPUTAR DAN PEMODELAN PENGERING DENGAN METODE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS SUERITAH HENNY WANTI PENENTUAN PUTARAN PADA PENGERING SURYA TIPE RAK BERPUTAR DAN PEMODELAN PENGERING DENGAN METODE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS SUERITAH HENNY WANTI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

IV. PEMBAHASAN A. Distribusi Suhu dan Pola Aliran Udara Hasil Simulasi CFD

IV. PEMBAHASAN A. Distribusi Suhu dan Pola Aliran Udara Hasil Simulasi CFD IV. PEMBAHASAN A. Distribusi Suhu dan Pola Aliran Udara Hasil Simulasi CFD Simulasi distribusi pola aliran udara dan suhu dilakukan pada saat ayam produksi sehingga dalam simulasi terdapat inisialisasi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. RADIASI MATAHARI DAN SH DARA DI DALAM RMAH TANAMAN Radiasi matahari mempunyai nilai fluktuatif setiap waktu, tetapi akan meningkat dan mencapai nilai maksimumnya pada siang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 26 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Simulasi Model Pengering dengan Gambit 5.1.1. Bentuk domain 3D model pengering Bentuk domain 3D ruang pengering diperoleh dari proses pembentukan geometri ruang pengering

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Titik Fokus Letak Pemasakan Titik fokus pemasakan pada oven surya berdasarkan model yang dibuat merupakan suatu bidang. Pada posisi oven surya tegak lurus dengan sinar surya, lokasi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas LAMPIRAN 49 Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas 1. Jumlah Air yang Harus Diuapkan = = = 180 = 72.4 Air yang harus diuapkan (w v ) = 180 72.4 = 107.6 kg Laju penguapan (Ẇ v ) = 107.6 / (32 x 3600) =

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kolektor Surya Pelat Datar Duffie dan Beckman (2006) menjelaskan bahwa kolektor surya adalah jenis penukar panas yang mengubah energi radiasi matahari menjadi panas. Kolektor surya

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PHPT, Muara Angke, Jakarta Utara. Waktu penelitian berlangsung dari bulan April sampai September 2007. B. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Tanaman

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Tanaman II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Tanaman Rumah tanaman merupakan suatu tempat tanaman untuk tumbuh dan berkembang dengan kondisi lingkungan mikro yang telah diatur agar mendekati kondisi yang optimum. Khusunya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tersedia di pasaran umum (Mujumdar dan Devhastin, 2001) Berbagai sektor industri mengkonsumsi jumlah energi berbeda dalam proses

I. PENDAHULUAN. tersedia di pasaran umum (Mujumdar dan Devhastin, 2001) Berbagai sektor industri mengkonsumsi jumlah energi berbeda dalam proses I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peralatan pengering berlangsung seiring dengan tuntutan tingkat performansi alat yang tinggi dengan berbagai faktor pembatas seperti ketersediaan sumber

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat Penelitian Pada Penelitian ini dilakukan secara numerik dengan metode Computer Fluid Dynamic (CFD) menggunakan software Ansys Fluent versi 15.0. dengan menggunakan

Lebih terperinci

UJI PERFORMANSI ALAT PENGERING EFEK RUMAH KACA (ERK) TIPE RAK DENGAN PEMANAS TAMBAHAN PADA PENGERINGAN KERUPUK UYEL

UJI PERFORMANSI ALAT PENGERING EFEK RUMAH KACA (ERK) TIPE RAK DENGAN PEMANAS TAMBAHAN PADA PENGERINGAN KERUPUK UYEL UJI PERFORMANSI ALAT PENGERING EFEK RUMAH KACA (ERK) TIPE RAK DENGAN PEMANAS TAMBAHAN PADA PENGERINGAN KERUPUK UYEL Oleh : DEWI RUBAEATUL ADAWIYAH F14103089 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) Pemanfaatan energi surya memakai teknologi kolektor adalah usaha yang paling banyak dilakukan. Kolektor berfungsi sebagai pengkonversi energi surya untuk menaikan

Lebih terperinci

ANALISA LAJU ALIRAN FLUIDA PADA MESIN PENGERING KONVEYOR PNEUMATIK DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI CFD

ANALISA LAJU ALIRAN FLUIDA PADA MESIN PENGERING KONVEYOR PNEUMATIK DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI CFD FLYWHEEL: JURNAL TEKNIK MESIN UNTIRTA Homepagejurnal: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jwl ANALISA LAJU ALIRAN FLUIDA PADA MESIN PENGERING KONVEYOR PNEUMATIK DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI CFD Imron

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat Penelitian Pada penelitian ini software yang digunakan untuk simulasi adalah jenis program CFD ANSYS 15.0 FLUENT. 3.1.1 Prosedur Penggunaan Software Ansys 15.0 Setelah

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 13 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Rumah tanaman (P=18.75 m, L=8 m, T=7.37m) yang digunakan adalah rumah tanaman satu bentang dengan tipe standard peak (Gambar 4). Rumah tanaman terletak di University

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Prosedur Penggunaan Software Ansys FLUENT 15.0

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Prosedur Penggunaan Software Ansys FLUENT 15.0 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat Penelitian Pada penelitian ini menggunakan software jenis program CFD Ansys FLUENT 15.0 dengan diameter dalam pipa 19 mm, diameter luar pipa 25,4 dan panjang pipa

Lebih terperinci

STUDI NUMERIK DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN KECEPATAN UDARA PADA RUANG KEDATANGAN TERMINAL 2 BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA

STUDI NUMERIK DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN KECEPATAN UDARA PADA RUANG KEDATANGAN TERMINAL 2 BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA STUDI NUMERIK DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN KECEPATAN UDARA PADA RUANG KEDATANGAN TERMINAL 2 BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA Disusun Oleh: Erni Zulfa Arini NRP. 2110 100 036 Dosen Pembimbing: Nur

Lebih terperinci

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan TINJAUAN PUSTAKA A. Pengeringan Tipe Efek Rumah Kaca (ERK) Pengeringan merupakan salah satu proses pasca panen yang umum dilakukan pada berbagai produk pertanian yang ditujukan untuk menurunkan kadar air

Lebih terperinci

SIMULASI PERPINDAHAN PANAS GEOMETRI FIN DATAR PADA HEAT EXCHANGER DENGAN ANSYS FLUENT

SIMULASI PERPINDAHAN PANAS GEOMETRI FIN DATAR PADA HEAT EXCHANGER DENGAN ANSYS FLUENT SIMULASI PERPINDAHAN PANAS GEOMETRI FIN DATAR PADA HEAT EXCHANGER DENGAN ANSYS FLUENT Gian Karlos Rhamadiafran Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia

Lebih terperinci

SIMULASI PERPINDAHAN PANAS KOLEKTOR SURYA TIPE TABUNG PLAT DATAR MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK CFD

SIMULASI PERPINDAHAN PANAS KOLEKTOR SURYA TIPE TABUNG PLAT DATAR MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK CFD SIMULASI PERPINDAHAN PANAS KOLEKTOR SURYA TIPE TABUNG PLAT DATAR MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK CFD IIS WIDIYANTO NIM: 41312110073 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA

Lebih terperinci

KAJIAN SUHU DAN ALIRAN UDARA DALAM KEMASAN BERVENTILASI MENGGUNAKAN TEKNIK COMPUTATIONAL DYNAMIC (CFD) Emmy Darmawati 1), Yudik Adhinata 2)

KAJIAN SUHU DAN ALIRAN UDARA DALAM KEMASAN BERVENTILASI MENGGUNAKAN TEKNIK COMPUTATIONAL DYNAMIC (CFD) Emmy Darmawati 1), Yudik Adhinata 2) KAJIAN SUHU DAN ALIRAN UDARA DALAM KEMASAN BERVENTILASI MENGGUNAKAN TEKNIK COMPUTATIONAL DYNAMIC (CFD) Emmy Darmawati 1), Yudik Adhinata 2) Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut

Lebih terperinci

IRVAN DARMAWAN X

IRVAN DARMAWAN X OPTIMASI DESAIN PEMBAGI ALIRAN UDARA DAN ANALISIS ALIRAN UDARA MELALUI PEMBAGI ALIRAN UDARA SERTA INTEGRASI KEDALAM SISTEM INTEGRATED CIRCULAR HOVERCRAFT PROTO X-1 SKRIPSI Oleh IRVAN DARMAWAN 04 04 02

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan utama dalam pascapanen komoditi biji-bijian adalah susut panen dan turunnya kualitas, sehingga perlu diupayakan metode pengeringan dan penyimpanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERINGAN Pengeringan adalah proses pengurangan kelebihan air yang (kelembaban) sederhana untuk mencapai standar spesifikasi kandungan kelembaban dari suatu bahan. Pengeringan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE... JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iv... vi DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR GRAFIK...xiii DAFTAR TABEL... xv NOMENCLATURE... xvi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI

BAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI BAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI 3.1 KONDISI ALIRAN FLUIDA Sebelum melakukan simulasi, didefinisikan terlebih dahulu kondisi aliran yang akan dipergunakan. Asumsi dasar yang dipakai

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( https://ferotec.com. (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric)

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( https://ferotec.com. (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric) BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Modul termoelektrik adalah sebuah pendingin termoelektrik atau sebagai sebuah pompa panas tanpa menggunakan komponen bergerak (Ge dkk, 2015, Kaushik dkk, 2016). Sistem pendingin

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-204 Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Lebih terperinci

SKRIPSI PERANCANGAN DAN UJI ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) TIPE COUNTER FLOW

SKRIPSI PERANCANGAN DAN UJI ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) TIPE COUNTER FLOW SKRIPSI PERANCANGAN DAN UJI ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) TIPE COUNTER FLOW Oleh : Ai Rukmini F14101071 2006 DEPATEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PERANCANGAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN KENYAMANAN TERMAL GEDUNG KULIAH B1, FEM IPB DENGAN MENGGUNAKAN ATAP BETON DAN GREEN ROOF (TANAMAN HIAS) YUNIANTI

ANALISIS PERBANDINGAN KENYAMANAN TERMAL GEDUNG KULIAH B1, FEM IPB DENGAN MENGGUNAKAN ATAP BETON DAN GREEN ROOF (TANAMAN HIAS) YUNIANTI ANALISIS PERBANDINGAN KENYAMANAN TERMAL GEDUNG KULIAH B, FEM IPB DENGAN MENGGUNAKAN ATAP BETON DAN GREEN ROOF (TANAMAN HIAS) YUNIANTI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR FITRI SETYOWATI Dosen Pembimbing: NUR IKHWAN, ST., M.ENG.

SIDANG TUGAS AKHIR FITRI SETYOWATI Dosen Pembimbing: NUR IKHWAN, ST., M.ENG. SIDANG TUGAS AKHIR STUDI NUMERIK DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN KECEPATAN UDARA PADA RUANG KEBERANGKATAN TERMINAL 2 BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA FITRI SETYOWATI 2110 100 077 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) Mirza Quanta Ahady Husainiy 2408100023 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penggunaan Kolektor Terhadap Suhu Ruang Pengering Energi surya untuk proses pengeringan didasarkan atas curahan iradisai yang diterima rumah kaca dari matahari. Iradiasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang begitu pesat dewasa ini sangat mempengaruhi jumlah ketersediaan sumber-sumber energi yang tidak dapat diperbaharui yang ada di permukaan

Lebih terperinci

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving PERPINDAHAN PANAS Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving force/resistensi Proses bisa steady

Lebih terperinci

BAB 4 MODELISASI KOMPUTASI dan PEMBAHASAN

BAB 4 MODELISASI KOMPUTASI dan PEMBAHASAN BAB 4 MODELISASI KOMPUTASI dan PEMBAHASAN 4.1. Pemodelan dalam EFD Tools Pemodelan komputasi menggunakan paket simulasi EFD Lab.8 yang terintegrasi pada tools CAD Solid Works, di mana proses modelling

Lebih terperinci

Vol. 17, No. 1, April 2003

Vol. 17, No. 1, April 2003 Vol. 17, No. 1, April 2003 ANALISIS DlSTRlBUSl SUHU DAN KECEPATAN ALIRAN UDARA DALAM RUANG PENGERING BERENERGI SURYA MENGGUNAKAN CFD (Analysis of Temperature and Air Flow Distribution in Solar Dryer Using

Lebih terperinci

Lampiran A: Gambar Bagian- bagian dari Alat Penukar Kalor Berdasarkan Standar TEMA

Lampiran A: Gambar Bagian- bagian dari Alat Penukar Kalor Berdasarkan Standar TEMA Lampiran A: Gambar Bagian- bagian dari Alat Penukar Kalor Berdasarkan Standar TEMA (Sumber: Lit. 1 hal. 2) Lampiran B: Tabel Tebal Shell Minimum (Sumber: Lit. 1 hal. 30) Lampiran C: Tabel Diameter Ruang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PERANGKAT LUNAK COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) DALAM MENGANALISIS SISTEM PENGERING IKAN TUNA BERTENAGA SURYA

PENGGUNAAN PERANGKAT LUNAK COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) DALAM MENGANALISIS SISTEM PENGERING IKAN TUNA BERTENAGA SURYA JURNAL LOGIC. VOL. 15. NO. 3. NOPEMBER 2015 137 PENGGUNAAN PERANGKAT LUNAK COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) DALAM MENGANALISIS SISTEM PENGERING IKAN TUNA BERTENAGA SURYA I Nyoman Budiarthana 1), I G.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Karakteristik profil temperatur suatu aliran fluida pada dasarnya dapat diketahui dengan menggunakan metode Computational fluid dynamics (CFD). Pengaplikasian metode CFD digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Perangkat Penelitian Penelitian ini menggunakan perangkat sebagai berikut : 1. Laptop merk Asus tipe A45V dengan spesifikasi, 2. Aplikasi CFD Ansys 15.0 3.2 Diagram Alir

Lebih terperinci

STUDI NUMERIK : MODIFIKASI BODI NOGOGENI PROTOTYPE PROJECT GUNA MEREDUKSI GAYA HAMBAT

STUDI NUMERIK : MODIFIKASI BODI NOGOGENI PROTOTYPE PROJECT GUNA MEREDUKSI GAYA HAMBAT STUDI NUMERIK : MODIFIKASI BODI NOGOGENI PROTOTYPE PROJECT GUNA MEREDUKSI GAYA HAMBAT GLADHI DWI SAPUTRA 2111 030 013 DOSEN PEMBIMBING DEDY ZULHIDAYAT NOOR, ST, MT, PhD PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. RUMAH TANAMAN Rumah tanaman atau greenhouse di kawasan tropika basah berfungsi sebagai bangunan perlindungan tanaman baik pada budidaya tanaman dengan media tanam maupun dengan

Lebih terperinci

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN VARIASI PANJANG PIPA PEMASUKAN DAN VARIASI TINGGI TABUNG UDARA MENGGUNAKAN CFD

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN VARIASI PANJANG PIPA PEMASUKAN DAN VARIASI TINGGI TABUNG UDARA MENGGUNAKAN CFD SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN VARIASI PANJANG PIPA PEMASUKAN DAN VARIASI TINGGI TABUNG UDARA MENGGUNAKAN CFD SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada III. METODOLOGI PENELITIAN Alat pengering ini menggunakan sistem hibrida yang mempunyai dua sumber panas yaitu kolektor surya dan radiator. Saat cuaca cerah pengeringan menggunakan sumber panas dari kolektor

Lebih terperinci

(Studi Kasus PT. EMP Unit Bisnis Malacca Strait) Dosen Pembimbing Bambang Arip Dwiyantoro, ST. M.Sc. Ph.D. Oleh : Annis Khoiri Wibowo

(Studi Kasus PT. EMP Unit Bisnis Malacca Strait) Dosen Pembimbing Bambang Arip Dwiyantoro, ST. M.Sc. Ph.D. Oleh : Annis Khoiri Wibowo Studi Numerik Peningkatan Cooling Performance pada Lube Oil Cooler Gas Turbine Disusun Secara Seri dan Paralel dengan Variasi Kapasitas Aliran Lube Oil (Studi Kasus PT. EMP Unit Bisnis Malacca Strait)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Alat Pengering Surya Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan pada perancangan dan pembuatan alat pengering surya (solar dryer) adalah : Desain Termal 1.

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan pertumbuhan kebutuhan dan intensifikasi penggunaan air, masalah kualitas air menjadi faktor yang penting dalam pengembangan sumberdaya air di berbagai belahan bumi. Walaupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Besaran dan peningkatan rata-rata konsumsi bahan bakar dunia (IEA, 2014)

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Besaran dan peningkatan rata-rata konsumsi bahan bakar dunia (IEA, 2014) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern, teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini akan mempengaruhi pada jumlah konsumsi bahan bakar. Permintaan konsumsi bahan bakar ini akan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Termal Kayu Meranti (Shorea Leprosula Miq.) Karakteristik termal menunjukkan pengaruh perlakuan suhu pada bahan (Welty,1950). Dengan mengetahui karakteristik termal

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) dan Laboratorium Teknik Lingkungan Biosistem Fateta

Lebih terperinci

PENGUJIAN MESIN PENGERING KAKAO ENERGI SURYA

PENGUJIAN MESIN PENGERING KAKAO ENERGI SURYA PENGUJIAN MESIN PENGERING KAKAO ENERGI SURYA Tekad Sitepu Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Pengembangan mesin-mesin pengering tenaga surya dapat membantu untuk

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 KAJIAN NUMERIK DAN EKSPERIMENTAL PROSES PERPINDAHAN PANAS DAN PERPINDAHAN MASSA PADA PENGERINGAN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik ARY SANTONY NIM. 090401003

Lebih terperinci

SIMULASI SEBARAN SUHU UDARA DAN PERMUKAAN LANTAI RUMAH TANAMAN DENGAN MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

SIMULASI SEBARAN SUHU UDARA DAN PERMUKAAN LANTAI RUMAH TANAMAN DENGAN MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) SIMULASI SEBARAN SUHU UDARA DAN PERMUKAAN LANTAI RUMAH TANAMAN DENGAN MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) SKRIPSI NURUL FUADAH F14080049 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem merupakan sekumpulan obyek yang saling berinteraksi dan memiliki keterkaitan antara satu obyek dengan obyek lainnya. Dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

oleh : Ahmad Nurdian Syah NRP Dosen Pembimbing : Vivien Suphandani Djanali, S.T., ME., Ph.D

oleh : Ahmad Nurdian Syah NRP Dosen Pembimbing : Vivien Suphandani Djanali, S.T., ME., Ph.D STUDI NUMERIK PENGARUH VARIASI REYNOLDS NUMBER DAN RICHARDSON NUMBER PADA KARAKTERISTIK ALIRAN FLUIDA MELEWATI SILINDER TUNGGAL YANG DIPANASKAN (HEATED CYLINDER) oleh : Ahmad Nurdian Syah NRP. 2112105028

Lebih terperinci

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN TINGGI AIR JATUH 2.3 M DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK CFD

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN TINGGI AIR JATUH 2.3 M DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK CFD SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN TINGGI AIR JATUH 2.3 M DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK CFD SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik HERTO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penggunaan energi surya dalam berbagai bidang telah lama dikembangkan di dunia. Berbagai teknologi terkait pemanfaatan energi surya mulai diterapkan pada berbagai

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: B-169

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: B-169 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2301-9271 B-169 Studi Numerik Peningkatan Cooling Performance pada Lube Oil Cooler Gas Turbine yang Disusun Secara Seri dan Paralel dengan Variasi Kapasitas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PERCOBAAN

BAHAN DAN METODE PERCOBAAN BAHAN DAN METODE PERCOBAAN Waktu dan Tempat Percobaan dilaksanakan selama lima bulan, itu: April sampai September 2006. Adapun tempat percobaan itu: Lab. Sur, Bagian Energi dan Elektrifikasi Pertanian,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.2 Tahapan Analisis Persamaan Differensial untuk Transfer Energi

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.2 Tahapan Analisis Persamaan Differensial untuk Transfer Energi BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Studi Pendahuluan Langkah awal dalam penelitian ini adalah mencari dan mengumpulkan sumbersumber seperti: buku, jurnal atau penelitian sebelumnya yang mendukung penelitian.

Lebih terperinci

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN. 4.2 ALAT DAN BAHAN 1) Rumah petani tradisional (Baduy) dan Modern

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN. 4.2 ALAT DAN BAHAN 1) Rumah petani tradisional (Baduy) dan Modern BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan selama 3 hari terhitung mulai dari tanggal 4 Juni 2009 sampai dengan 7 Juni 2009. Bertempat disalah satu rumah petani modern dan

Lebih terperinci

PREDIKSI POLA ALIRAN DAN DISTRIBUSI SUHU UDARA PADA RUMAH TANAMAN TIPE MODIFIED STANDARD PEAK DI KECAMATAN DRAMAGA, BOGOR WARTO

PREDIKSI POLA ALIRAN DAN DISTRIBUSI SUHU UDARA PADA RUMAH TANAMAN TIPE MODIFIED STANDARD PEAK DI KECAMATAN DRAMAGA, BOGOR WARTO PREDIKSI POLA ALIRAN DAN DISTRIBUSI SUHU UDARA PADA RUMAH TANAMAN TIPE MODIFIED STANDARD PEAK DI KECAMATAN DRAMAGA, BOGOR WARTO DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

METODE BEDA HINGGA DALAM PENENTUAN DISTRIBUSI TEKANAN, ENTALPI DAN TEMPERATUR RESERVOIR PANAS BUMI FASA TUNGGAL

METODE BEDA HINGGA DALAM PENENTUAN DISTRIBUSI TEKANAN, ENTALPI DAN TEMPERATUR RESERVOIR PANAS BUMI FASA TUNGGAL METODE BEDA HINGGA DALAM PENENTUAN DISTRIBUSI TEKANAN, ENTALPI DAN TEMPERATUR RESERVOIR PANAS BUMI FASA TUNGGAL TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan tahap sarjana pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Desain Termal 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T

Lebih terperinci

SIMULASI DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA SUATU RUANGAN BERATAP GENTENG BERBAHAN KOMPOSIT PLASTIK-KARET MENGGUNAKAN ANSYS FLUENT

SIMULASI DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA SUATU RUANGAN BERATAP GENTENG BERBAHAN KOMPOSIT PLASTIK-KARET MENGGUNAKAN ANSYS FLUENT SIMULASI DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA SUATU RUANGAN BERATAP GENTENG BERBAHAN KOMPOSIT PLASTIK-KARET MENGGUNAKAN ANSYS FLUENT SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini terdiri dari 2 buah pipa yang terbuat dari bahan yang berbeda dan ukuran diameter yang berbeda. Pipa bagian dalam terbuat dari tembaga dengan diameter dalam

Lebih terperinci

STUDI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN OBSTACLE BENTUK PERSEGI PADA PIPA TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS.

STUDI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN OBSTACLE BENTUK PERSEGI PADA PIPA TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS. TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI STUDI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN OBSTACLE BENTUK PERSEGI PADA PIPA TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS. Dosen Pembimbing : SENJA FRISCA R.J 2111105002 Dr. Eng.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar BAB NJAUAN PUSAKA Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar 150.000.000 km, sangatlah alami jika hanya pancaran energi matahari yang mempengaruhi dinamika atmosfer

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-192 Studi Numerik Pengaruh Baffle Inclination pada Alat Penukar Kalor Tipe Shell and Tube terhadap Aliran Fluida dan Perpindahan

Lebih terperinci

FakultasTeknologi Industri Institut Teknologi Nepuluh Nopember. Oleh M. A ad Mushoddaq NRP : Dosen Pembimbing Dr. Ir.

FakultasTeknologi Industri Institut Teknologi Nepuluh Nopember. Oleh M. A ad Mushoddaq NRP : Dosen Pembimbing Dr. Ir. STUDI NUMERIK PENGARUH KELENGKUNGAN SEGMEN KONTUR BAGIAN DEPAN TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN FLUIDA MELINTASI AIRFOIL TIDAK SIMETRIS ( DENGAN ANGLE OF ATTACK = 0, 4, 8, dan 12 ) Dosen Pembimbing Dr. Ir.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Rumah Tanaman (Greenhouse)

II. TINJAUAN PUSTAKA Rumah Tanaman (Greenhouse) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumah Tanaman (Greenhouse) Menurut Nelson (1978) dalam Suhardiyanto (2009) mendefinisikan rumah tanaman sebagai suatu bangunan untuk budidaya tanaman yang memiliki struktur atap

Lebih terperinci

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA Tujuan Instruksional Khusus Mmahasiswa mampu melakukan perhitungan dan analisis pengkondisian udara. Cakupan dari pokok bahasan ini adalah prinsip pengkondisian udara, penggunaan

Lebih terperinci

Karakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas

Karakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas Karakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas Azridjal Aziz Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Analisa Unjuk Kerja Heat Recovery Steam Generator (HRSG) dengan Menggunakan Pendekatan Porous Media di PLTGU Jawa Timur

Analisa Unjuk Kerja Heat Recovery Steam Generator (HRSG) dengan Menggunakan Pendekatan Porous Media di PLTGU Jawa Timur Analisa Unjuk Kerja Heat Recovery Steam Generator (HRSG) dengan Menggunakan Pendekatan Porous Media di PLTGU Jawa Timur Nur Rima Samarotul Janah, Harsono Hadi dan Nur Laila Hamidah Departemen Teknik Fisika,

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PENGUJIAN

BAB III SISTEM PENGUJIAN BAB III SISTEM PENGUJIAN 3.1 KONDISI BATAS (BOUNDARY CONDITION) Sebelum memulai penelitian, terlebih dahulu ditentukan kondisi batas yang akan digunakan. Diasumsikan kondisi smoke yang mengalir pada gradien

Lebih terperinci

ANALISIS TEMPERATUR DAN ALIRAN UDARA PADA SISTEM TATA UDARA DI GERBONG KERETA API PENUMPANG KELAS EKONOMI DENGAN VARIASI BUKAAN JENDELA

ANALISIS TEMPERATUR DAN ALIRAN UDARA PADA SISTEM TATA UDARA DI GERBONG KERETA API PENUMPANG KELAS EKONOMI DENGAN VARIASI BUKAAN JENDELA JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 ANALISIS TEMPERATUR DAN ALIRAN UDARA PADA SISTEM TATA UDARA DI GERBONG KERETA API PENUMPANG KELAS EKONOMI DENGAN VARIASI BUKAAN JENDELA Lustyyah Ulfa, Ridho

Lebih terperinci