VII. ANALISIS MOLEKULER DAN UJI KEEFEKTIFAN GEN AV1 PADA TANAMAN TEMBAKAU TRANSGENIK UNTUK KETAHAHAN TERHADAP BEGOMOVIRUS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VII. ANALISIS MOLEKULER DAN UJI KEEFEKTIFAN GEN AV1 PADA TANAMAN TEMBAKAU TRANSGENIK UNTUK KETAHAHAN TERHADAP BEGOMOVIRUS"

Transkripsi

1 VII. ANALISIS MOLEKULER DAN UJI KEEFEKTIFAN GEN AV1 PADA TANAMAN TEMBAKAU TRANSGENIK UNTUK KETAHAHAN TERHADAP BEGOMOVIRUS Abstrak Transformasi genetik tanaman tembakau dengan gen AV1 Begomovirus telah dilakukan pada penelitian sebelumnya dan telah menghasilkan tanaman tembakau transgenik putatif yang membawa gen ketahanan terhadap antibiotik kanamisin. Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk memperoleh tanaman tembakau transgenik generasi T0 yang membawa gen AV1 Begomovirus berdasarkan teknik PCR, 2) untuk mendapatkan informasi integrasi dan jumlah kopi gen AV1 pada genom tanaman tembakau transgenik generasi T0 dengan teknik Southern blot dan korelasinya dengan respon ketahanan, 3) memperoleh tanaman tembakau transgenik generasi T0 yang mempunyai ketahanan terhadap Begomovirus. Deteksi gen AV1 dengan PCR pada tanaman tembakau transgenik dilakukan menggunakan primer spesifik untuk gen AV1-Begomovirus. Sedangkan untuk analisis Southern blot dilakukan dengan menggunakan pelacak (probe) untuk gen AV1. Keefektifan gen AV1 pada tanaman tembakau transgenik diuji dengan skrining menggunakan virus target yang diinokulasikan dengan vektor kutu kebul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang positif antara keberadaan atau integrasi gen AV1 Begomovirus pada tanaman tembakau transgenik dengan fenotipe ketahanan terhadap infeksi virus. Integrasi gen AV1 yang bersifat kopi tunggal lebih tahan terhadap infeksi virus dibandingkan integrasi gen yang multi-kopi. Ketahanan yang diperoleh dari ekspresi gen AV1 Begomovirus diindikasikan dengan tidak adanya gejala dan akumulasi virus pada jaringan tanaman. Analisis hibridisasi Northern atau Western perlu dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya akumulasi mrna atau protein, sehingga mekanisme ketahanan yang terjadi dapat dijelaskan lebih detail. Kata kunci: Analisis molekuler, teknik PCR, Southern blot, gen AV1- Begomovirus, tembakau transgenik 91

2 Abstract Genetic transformation of tobacco plant using AV1 gene was conducted at the previously experiment and generated transgenic tobacco plants positively carrying the selectable marker nptii gene. The objectives of this experiment were: 1) to analyze the presence of begomovirus AV1 gene in T0 generation putative transgenic tobacco plants using PCR technique with specific primers and its correlation with resistance phenotype, 2) to analyze the integration and copy number of the transgene in T0 generation putative transgenic tobacco plants and its correlation with resistance response, 3) to screen the T0 generation putative transgenic tobacco plants with the target virus infection and to detect the presence of the virus in the transgenic plant tissue using universal primers. PCR detection of AV1 gene in tobacco transgenic was conducted by using specific primer for Begomovirus AV1 gene. Meanwhile, Southern blot analysis was conducted by using a AV1 gene probe. The effectiveness of AV1 gene in tobacco transgenic was tested by inoculation of target virus using Bemisia tabaci vector. Result of the experiments showed that there was a positive correlation between the presence of the AV1 transgene in T0 generation putative transgenic tobacco plants and the resistant phenotype. Transgenic plants with a single copy integration of the transgene exhibited more resistant than the multiple copy one. and non transgenic plant. The resistance phenotype of AV1 gene expression was indicated with no symptom in T0 generation putative transgenic tobacco plants and the accumulation of the virus in the transgenic plants tissue. Northern and Western hybridization analysis need to be perfomed for investigating the presence of mrna or protein accumulation so that the resistance mechanism of the AV1 gene could be explained more detail. Keywords: molecular analysis, PCR technique, Southern blot, Begomovirus AV1 gene, transgenic tobacco 92

3 Pendahuluan Saat ini, penyakit keriting yang berasosiasi dengan infeksi Begomovirus telah menjadi ancaman yang cukup serius pada beberapa komoditas sayuran seperti tomat dan cabai. Penyakit ini telah dilaporkan tersebar di banyak area produksi dua komoditas tersebut yang diindikasikan dengan teridentifikasinya Begomovirus pada area-area tersebut (Aidawati et al. 2005, Hidayat et al. 2006: Santoso et al (belum dipublikasi)). Teknik pengendalian penyakit keriting yang ada pada saat ini dirasakan belum efektif. Di samping karena memerlukan biaya yang mahal, teknik yang ada terkadang tidak ramah terhadap lingkungan dan manusia. Penggunaan varietas tahan merupakan cara pengendalian yang relatif lebih murah dan aman terhadap lingkungan. Namun demikian, sumber gen ketahanan terhadap penyakit keriting belum ditemukan di plasma nutfah baik tanaman tomat maupun cabai. Berdasarkan kenyataan ini, pendekatan bioteknologi dapat membantu di dalam perakitan tanaman yang tahan terhadap penyakit keriting ini. Ada dua pendekatan utama untuk pengembangan ketahanan genetik terhadap virus yang tergantung pada sumber gen yang digunakan (Dasgupta et al. 2003). Gen ketahanan dapat berasal dari virus itu sendiri atau berasal dari sumber yang lain. Pendekatan yang pertama didasarkan pada konsep ketahanan yang berasal dari patogen (pathogen-derived resistance, PDR). Pada pendekatan PDR ini, bagian dari gen atau gen utuh dari virus diintroduksikan ke dalam tanaman, yang selanjutnya akan mempengaruhi satu atau beberapa tahap penting dalam siklus hidup virus. Pemanfaatan gen selubung protein (coat protein gene) merupakan salah satu contoh dari pendekatan PDR ini (Vidya et al. 2000; Sinnisterra et al. 1999; Raj et al. 2005). Pendekatan yang kedua adalah ketahanan yang berasal bukan dari patogen (non pathogen-derived resistance), tetapi didasarkan pada pemanfaatan dari gen-gen ketahanan dari tanaman inang dan gengen lain yang bertanggungjawab untuk adaptasi tanaman inang dan respon terhadap serangan patogen. Penggunaan tipe ketahanan non-pdr, diantaranya oleh Hanson et al. (2000), meskipun tidak sepopuler pendekatan PDR, telah memberikan harapan yang besar untuk mengembangkan ketahanan yang durabel 93

4 (dapat bertahan lama dan berkelanjutan). Di dalam penelitian rekayasa genetik untuk menghasilkan tanaman transgenik biasanya melibatkan beberapa tahap dalam teknik biologi molekuler atau seluler, salah satunya adalah karakterisasi atau identifikasi gen yang telah diintroduksi ke dalam jaringan tanaman (Bennet, 1993). Keberhasilan teknik transformasi genetik ditandai dengan keberhasilan menyisipkan rangkaian gen yang diintroduksikan ke dalam genom tanaman, dapat diekspresikan dan tetap terpelihara dalam seluruh proses pembelahan sel berikutnya. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mengkonfirmasi integritas gen yang diintroduksikan dan menentukan jumlah kopi gen tersebut di dalam genom tanaman serta menentukan gen tersebut dapat berfungsi dengan benar. Identifikasi jaringan yang tertransformasi dapat dilakukan dengan sejumlah teknik molekuler diantaranya adalah penggunaan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR) (Chee et al. 1991; Nain et al. 2005) dan Southern blot (Chee et al. 1991). Teknik PCR merupakan metode deteksi secara cepat untuk mengetahui keberadaan transgen di dalam jaringan tanaman putatif transgenik. Selain itu, teknik Southern Blot juga merupakan teknik yang dapat digunakan untuk mendeteksi integrasi dan jumlah kopi transgen yang terintegrasi. Beberapa penelitian rekayasa genetik untuk mendapatkan tanaman transgenik tahan virus selalu melibatkan teknik molekuler PCR dan hibridisasi Southern untuk mendeteksi transgen yang diintroduksikan (Pascal et al. 1993; Raj et al. 2005). Pada percobaan sebelumnya, transformasi genetik tanaman tembakau dengan gen AV1-Begomovirus melalui vektor A. tumefaciens menghasilkan sekitar 1399 tanaman. Tanaman tembakau transgenik tersebut telah membawa gen ketahanan terhadap antibiotik kanamsin (nptii). Namun demikian, analisis secara molekuler untuk mendeteksi adanya gen AV1 pada tanaman tembakau transgenik putatif dan uji keefektifan dari gen tersebut untuk mendapatkan ketahanan terhadap Begomovirus belum dilakukan. Oleh karena ini, perlu dilakukan analisis molekuler dan uji keefektifan dari gen AV1 terhadap Begomovirus dari tanamantanaman tembakau transgenik putatif tersebut. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendapatkan tanaman tembakau transgenik T0 yang membawa gen AV1 dan tahan terhadap infeksi Begomovirus. 94

5 Tujuan khusus penelitian adalah i) untuk menganalisis integrasi gen AV1 tanaman tembakau transgenik putatif generasi T0 menggunakan teknik PCR, ii) menentukan jumlah kopi dari transgen yang terintegrasi ke dalam genom tembakau transgenik T0, iii) menguji tanaman tembakau transgenik T0 yang membawa gen AV1 dengan infeksi Begomovirus. Bahan dan Metode Isolasi DNA genom total tanaman tembakau transgenik putatif. Isolasi DNA genom total tanaman temabakau transgenik putatif T0 menggunakan metode yang dikembangkan oleh Doyle & Doyle (1990) yang telah dimodifikasi dengan penambahan 2% polyvinil pyrolidone (PVP). Sebanyak 3 g daun tanaman dilembutkan dan ditambahkan dengan 700 µl bufer ekstraksi (20 mm EDTA, 100 mm Tris-HCl ph 8.0, 1.4 M NaCl, 2% CTAB, 2% PVP, dan 0.2% Mercaptoetanol) dan diinkubasi selama 15 menit pada penangas air 65 0 C. Selanjutnya ditambahkan larutan fenol-kloroform-isoamilalkohol (25:24:1) (v/v/v) sebanyak 700 µl. Tabung dibolak-balik secara hati-hati selama 5 menit. Suspensi disentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan rpm. Supernatan diambil dan ditambahkan dengan 1/10x volume 3M Natrium asetat dan 0.7x volume isopropanol dingin dan dibolak-balik perlahan-lahan. Untuk mengendapkan DNA dilakukan sentrifugasi selama 10 menit pada kecepatan rpm. Endapan DNA dicuci dengan ethanol 70% dan disentrifugasi kembali selama 5 menit pada rpm. Setelah itu pelet DNA dikeringkan dan dilarutkan kembali dengan bufer TE 1x. Suspensi DNA yang sudah larut siap digunakan untuk cetakan dalam proses PCR. Amplifikasi gen AV1 pada tanaman transgenik tembakau dengan PCR Amplifikasi gen AV1 pada genom tanaman tembakau transgenik putatif T0 dilakukan dengan menggunakan primer spesifik untuk gen AV1-Begomovirus. Amplifikasi PCR dilakukan pada volume total reaksi 25 µl yang mengandung 2-5 ul DNA genomik cetakan, dntps dengan konsentrasi 25 µm, sepasang primer spesifik masing-masing dengan konsentrasi 0,2 um, MgCl 2 dengan konsentrasi 95

6 1,5 mm, enzim Taq DNA polymerase 0.15 unit dalam larutan bufer 1X. Setiap reaksi dilakukan pada tabung mikro 200 ul. Reaksi amplifikasi dilakukan dengan program sebagai berikut: denaturasi awal pada suhu 94 0 C selama 5 menit sebanyak 1 siklus, denaturasi pada suhu 94 0 C selama 30 detik, penempelan primer pada suhu 55 0 C selama 1 menit, dan pemanjangan/sintesis DNA pada suhu 72 0 C selama 2 menit. Tahapan PCR diulang sebanyak 35 kali. Pada tahap terakhir proses PCR dilakukan pemanjangan akhir pada suhu 72 0 C selama 5 menit sebanyak 1 siklus. Selain DNA sampel, juga digunakan DNA plasmid pbi-cp sebagai kontrol positif (+) dan DNA tanaman tembakau non transgenik serta air (tanpa DNA cetakan) masing-masing digunakan sebagai kontrol negatif (-). Setelah proses PCR selesai, sampel produk PCR dielektroforesis dengan gel agarosa. Analisis Southern Blot untuk menentukan jumlah kopi transgen Analisis Southern Blot dilakukan sesuai dengan prosedur dari Panaud et al. (1993). DNA genom total yang diisolasi dari tanaman transgenik, dipotong dengan enzim restriksi HindIII kemudian dipisahkan dalam gel agarosa dan dipindah ke membran nylon Hybond N+. Proses hibridisasi dilakukan dengan menggunakan pelacak gen AV1 yang telah dilabel dengan pelabel non radioaktif dig-11-utp. Membran kemudian divisualisasi dengan pewarnaan NBT-BCIP. Bioasai tanaman transgenik dengan menginfeksi Begomovirus Tanaman tembakau transgenik putatif generasi T0 yang ditanam pada polibag dipindahkan ke kurungan kedap serangga untuk penularan Begomovirus menggunakan isolat Segunung. Virus ditularkan ke tanaman melalui vektor serangga kutu kebul (Bemisia tabaci). Sebelumnya di dalam kurungan telah ditempatkan tanaman sumber inokulum (tanaman yang telah terinfeksi oleh Begomovirus) yang sudah diinfestasi dengan serangga kutu kebul. Tanaman tembakau dibiarkan selama 3-7 hari agar kutu kebul dapat menularkan virus ke tanaman tersebut. Setelah itu tanaman dikeluarkan dan dihilangkan kutu kebulnya dengan aplikasi insektisida. Selanjutnya tanaman tembakau dipindahkan ke rumah kaca dan diamati gejala yang muncul pada 2 minggu setelah inokulasi. 96

7 Pengamatan gejala tanaman tembakau terinfeksi oleh begomovirus dilakukan dengan kategori: (-) tidak terinfeksi, tidak ada gejala yang muncul dan (+) terinfeksi, muncul gejala pada tanaman yang diindikasikan dengan adanya mosaik atau penggulungan daun seperti kerupuk. Untuk mengetahui keberadaan Begomovirus dalam tanaman tembakau yang telah dibioasai, maka dikonfirmasi dengan teknik PCR menggunakan primer universal. Isolasi DNA total tanaman yang terinfeksi virus dilakukan dengan menggunakan metode yang dikembangkan oleh Doyle & Doyle (1990) seperti yang telah dilakukan sebelumnya. Amplifikasi PCR untuk mendeteksi adanya Begomovirus dilakukan sesuai dengan prosedur dari Rojas et al. (1993). dengan total reaksi 25 µl mengandung 2-5 ul DNA genomik cetakan dan sepasang primer universal yaitu primer PAL1v1978 dan PAR1c715. Keberadaan Begomovirus dalam jaringan tanaman tembakau transgenik setelah bioasai diindikasikan dengan teramplifikasinya fragmen DNA berukuran 1500 bp. Hasil Analisis PCR untuk mendeteksi gen AV1 Analisis molekuler menggunakan teknik PCR dengan primer spesifik gen AV1 dilakukan untuk mendeteksi keberadaan gen yang diinginkan di dalam jaringan tanaman yang ditransformasi. Di samping digunakan untuk mendeteksi keberadaan transgen, analisis PCR juga dapat digunakan untuk skrining awal secara cepat terhadap tanaman hasil transformasi yang membawa transgen. Hasil analisis PCR pada 46 tanaman tembakau transgenik putatif generasi T0 menggunakan primer spesifik gen AV1 menunjukkan bahwa terdapat 35 tanaman yang mengandung gen AV1 (Gambar 24). Hal tersebut diindikasikan dengan terbentuknya pita DNA berukuran 780 bp. Persentase tanaman yang positif PCR (mengandung gen AV1) dibandingkan dengan tanaman yang dianalisis adalah sebesar 76,1%. Pada kedua kontrol negatif yang digunakan (tanaman tembakau yang tidak ditransformasi dan air) tidak menunjukkan adanya pita tersebut. 97

8 K- A P M Gen AV1 (780 bp) 1000 bp K- A P M Gen AV1 (780 bp) 1000 bp K- A P M Gen AV1 (780 bp) 1000 bp K- A P M Gen AV1 (780 bp) 1000 bp Gambar 24 Deteksi PCR gen AV1 pada 46 tanaman tembakau transgenik putatif generasi T0 menggunakan primer spesifik. 1-46=sampel tanaman tembakau transgenik putatif generasi T0, K-=tanaman tembakau non transforman, A=Air, P=Plasmid, M=1 Kb plus ladder (In vitrogen) Bioasai tanaman tembakau transgenik dengan Begomovirus Bioasai dilakukan terhadap 46 tanaman transgenik putatif generasi T0 dengan menginokulasi tanaman-tanaman tersebut dengan Begomovirus menggunakan vektor serangga kutu kebul (Gambar 25). Bioasai dari 46 tanaman 98

9 transgenik putatif generasi T0 dengan Begomovirus di rumah kaca menunjukkan adanya variasi respon setelah inokulasi (Tabel 8). Sebanyak 15 tanaman tembakau transgenik putatif positif menunjukkan gejala terinfeksi Begomovirus dan ada 2 tanaman yang mati sebelum dilakukan pengamatan. Untuk melihat korelasi hasil bioasai dengan hasil PCR dari masing-masing individu tanaman tembakau transgenik putatif maka kedua hasil pengujian dibandingkan. Terdapat kecenderungan bahwa tanaman tembakau yang positif PCR tidak menunjukkan adanya gejala terinfeksi Begomovirus (Tabel 8). Tabel 8 Deteksi PCR gen AV1 dan bioasai tanaman tembakau transgenik putatif generasi T0 dengan Begomovirus di rumah kaca No. Kode tanaman Hasil Hasil Hasil Hasil No. Kode tanaman PCR* bioasai** PCR* Bioasai** 1. CP8/II CP8/II CP11/I CP8/II CP11/I A CP8/II CP11/I B - mati*** 30. CP8/II CP11/I CP8/II CP11/I CP8/II CP11/I CP8/II CP11/I CP8/II CP11/I CP8/II CP8/II CP8/II CP8/II CP8/II CP8/II CP8/II.1.5.x CP8/II mati*** 39. CP8/III CP8/II CP8/III CP8/III CP8/III CP8/III CP8/III CP8/III CP8/III CP8/III CP8/III CP8/III CP11/IV CP8/III CP11/IV CP11/I Kontrol CP11/I Kontrol CP11/I Kontrol CP11/I Kontrol CP11/I Kontrol CP11/I * Hasil PCR: (+)=menghasilkan fragmen DNA berukuran 780 bp, ( )=tidak menghasilkan ** Hasil bioasai: (+)=muncul gejala terinfeksi Begomovirus, ( )=tidak muncul gejala *** mati=tanaman mati sebelum dilakukan pengamatan 99

10 Proses penularan virus dilakukan dengan menempatkan sampel tanaman ke dalam suatu kurungan yang di dalamnya sudah ada tanaman yang sakit terinfeksi virus dan serangga kutukebul sebagai vektor untuk menularkan (Gambar 25a dan 25b). Indikasi tanaman tembakau yang terinfeksi oleh begomovirus adalah munculnya gejala yang diawali dengan mosaik pada daun dan selanjutnya helaian daun akan menggulung, bergelombang tidak beraturan seperti bentuk kerupuk (Gambar 25c-f). a ba Tahan c d e f Rentan Gambar 25 Bioasai tanaman tembakau transgenik menggunakan vektor serangga kutukebul: a) Proses penularan virus oleh vektor kutu kebul pada kurungan kedap serangga, b) Kutu kebul yang menempel pada daun tanaman untuk menularkan virus (tanda panah), c) Gejala yang mulai muncul pada daun muda setelah inokulasi virus (2 minggu setelah inokulasi), d) Penampilan tanaman tembakau yang tahan dan rentan setelah inokulasi virus, e) dan f) Gejala infeksi virus pada daun tembakau yang menyerupai sepeti kerupuk 100

11 Tabel 9 Kategori respon tanaman tembakau transgenik putatif setelah dianalisis PCR dan bioasai Kategori Analisis PCR* Bioasai ** Jumlah tanaman Kontrol * Hasil PCR: (+)=menghasilkan fragmen DNA berukuran 780 bp, (-)=tidak menghasilkan ** Bioasai: (+)=menunjukkan gejala terinfeksi Begomovirus, (-)=tidak menunjukkan Berdasarkan hasil analisis PCR dan bioasai, respon tanaman tembakau transgenik putatif generasi T0 dapat dibedakan menjadi empat kategori (Tabel 9). Kategori 1 adalah respon tanaman yang tidak menunjukkan gejala (28 tanaman) dan positif PCR, kategori 2 adalah respon tanaman yang menunjukkan gejala dan positif PCR (7 tanaman), kategori 3 adalah respon tanaman yang menunjukkan gejala dan negatif PCR (8 tanaman), dan kategori 4 adalah respon tanaman yang tidak menunjukkan gejala dan negatif PCR (2 tanaman). Pada kontrol, semuanya menunjukkan gejala dan negatif PCR (5 tanaman). Analisis Southern Blot dan Konfirmasi Keberadaan Virus Teknik Southern blot digunakan untuk mengetahui keberadaan atau integrasi dari transgen yang diintroduksikan, dan juga digunakan untuk menentukan jumlah kopi dari transgen yang terintegrasi ke dalam genom tanaman tembakau. Hasil analisis Southern blot pada tanaman transgenik tembakau menggunakan pelacak gen AV1 menunjukkan bahwa dari 11 tanaman transgenik putatif generasi T0 yang diuji, diperoleh 5 tanaman yang menunjukkan integrasi gen dengan kopi tunggal dan 6 tanaman mempunyai integrasi gen lebih dari satu kopi atau multi kopi (Gambar 26). Lima tanaman tembakau transgenik yang mempunyai kopi tunggal adalah tanaman no. 2, 24, 27, 32 dan 35, sedangkan 6 tanaman dengan integrasi multi-kopi adalah tanaman no. 21, 23, 26, 34, 45 dan 46. Dua tanaman tembakau hasil transformasi generasi T0 yang negatif ketika dilakukan analisis PCR (tanaman no. 10 dan 20) juga disertakan dalam analisis Southern Blot. Kedua tanaman tersebut juga tidak menunjukkan adanya pita DNA 101

12 setelah hibridisasi dengan pelacak gen AV1. Demikian juga dengan dua tanaman yang tidak ditransformasi (NT), pita DNA tidak dihasilkan. Untuk kontrol positif (P) berupa plasmid yang mengandung gen AV1, menghasilkan satu pita DNA. Hasil deteksi keberadaan Begomovirus dengan teknik PCR pada beberapa sampel tanaman tembakau transgenik menggunakan primer universal menunjukkan pita DNA spesifik (Gambar 27). Virus terdeteksi pada enam tanaman yaitu sampel tanaman no 21, 23, 26, 34, 35 dan 45. Sedangkan pada tanaman no. 2, 24, 27, 32, dan 46, virus tidak berhasil terdeteksi. Sebagai kontrol disertakan tiga tanaman yang terdiri dari tanaman yang tidak ditransformasi, tetapi diinfeksi dengan virus (NT-I), tanaman yang tidak ditansformasi tetapi tidak diinfeksi oleh virus (NT-NI) dan tanaman yang terinfeksi oleh Begomovirus (K+). Dari ketiga tanaman kontrol, tanaman NT-I terdeteksi adanya virus di dalam jaringan tanaman. Pada tanaman NT-NI tidak terdeteksi adanya virus di dalam jaringan sementara untuk tanaman K+ terdeteksi dengan jelas. 12,0 kb 4,0 3,0 2,0 1,6 1,0 12,0 kb 4,0 3,0 2,0 1,6 1,0 M M NT NT P A NT NT P B Gambar 26 Analisis hibridisasi Southern Blot pada sampel tanaman tembakau trasngenik putatif generasi T0 yang positif PCR dan 2 tanaman yang negatif PCR (no.10 & 20) dengan pelacak gen AV1. NT=tanaman non transformasi, P=Plasmid dan M=1 Kb plus ladder. A. Hasil analisis Southern blot yang asli, B. Hasil analisis Southern blot replika 102

13 Dari data analisis PCR, bioasai, Southern blot dan keberadaan virus dari tanaman-tanaman tembakau transgenik generasi T0 maka dapat ditentukan hubungan antara data-data dari keempat parameter tersebut (Tabel 10). Dari hubungan antar parameter ini maka akan dapat ditentukan tingkat ketahanan tanaman tembakau transgenik generasi T0 terhadap infeksi Begomovirus NT-I NT-NI K+ A M 1500 bp 4000 bp Gambar 27 Deteksi keberadaan begomovirus dengan teknik PCR menggunakan primer universal pada tanaman tembakau transgenik generasi T0 setelah bioasai. Sampel tanaman diindikasikan dengan nomor. NT- I=Tanaman non transgenik yang diinokulasi virus, NT-NI=Tanaman non transgenik yang tidak diinokulasi, K+=Tanaman terinfeksi virus, A=Air dan M=1 Kb ladder (In vitrogen). Tabel 10 Hubungan antara analisis PCR, bioasai, jumlah kopi dan keberadaan virus target dalam tanaman transgenik No. Kode tanaman PCR* Bioasai** Jumlah kopi Ada/tidaknya virus*** Kategori 1. 2 (CP11/I.2.1.3) (satu) - Tahan (CP11/I.2.1.1) (tiga) + Rentan (CP11/I.2.2.2) (dua) + Rentan (CP11/I.3.4.1) (satu) - Tahan (CP11/I.6.3.1) (empat) + Rentan (CP8/II.1.3.1) (satu) - Tahan (CP8/II.5.1.1) (satu) - Tahan (CP8/II ) (dua) + Rentan (CP8/II ) (satu) + Toleran (CP11/IV.5.1.1) (dua) + Toleran (CP11/IV.9.1.1) (empat) - Rentan * PCR: (+)=menghasilkan fragmen DNA berukuran 780 bp, (-)=tidak menghasilkan ** Bioasai: (+)=menunjukkan gejala terinfeksi Begomovirus, (-)=tidak menunjukkan *** Ada/tidaknya virus: (+)=menghasilkan fragmen DNA spesifik berukuran 1500 bp, (-)=tidak menghasilkan fragmen DNA 103

14 Pembahasan Untuk mempelajari ekspresi gen AV1 yang menyandikan protein selubung di dalam hubungannya dengan ketahanan terhadap penyakit keriting daun yang disebabkan oleh infeksi Begomovirus maka gen AV1 diintroduksikan ke dalam genom tanaman tembakau yang bertindak sebagai tanaman model. Informasi mengenai integrasi dan jumlah kopi serta uji ekspresi gen AV1 pada tanaman model ini diharapkan akan diketahui keefektifan gen tersebut untuk mengendalikan penyakit keriting daun yang disebabkan oleh infeksi virus sehingga gen tersebut dapat digunakan untuk pengembangan varietas tomat atau cabai yang tahan terhadap Begomovirus. Pemanfaatan gen-gen virus untuk mendapatkan sifat ketahanan telah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya adalah gen BL1 dari Begomovirus bipartite yang menyandikan movement protein (Pascal et al. 2003), gen AV2 dari Begomovirus monopartit yang menyandikan movement protein (Mubin et al. 2007), gen CP dari Tobamovirus (Bendahmane et al. 1997). Analisis PCR untuk mengidentifikasi transgen menggunakan primer spesifik gen AV1 terhadap 46 tanaman transgenik putatif tembakau T0 menunjukkan bahwa diperoleh sebanyak 35 tanaman yang positif mengandung gen AV1 yang diindikasikan oleh teramplifikasinya fragmen DNA berukuran 780 bp (Gambar 24). Ini berarti bahwa dari 46 calon tanaman tembakau transgenik yang lolos seleksi dengan antibiotik kanamisin 100 mg/l tidak semuanya mengandung gen AV1. Jadi, sebanyak 11 tanaman bukan merupakan tanaman transgenik namun tanaman yang escape atau terhindar dari faktor seleksi kanamisin selama proses regenerasi secara in vitro. Skrining dengan Begomovirus menunjukkan adanya korelasi yang positif antara keberadaan gen AV1 dalam tanaman dengan respon ketahanan meskipun korelasi tersebut tidak menunjukkan angka 100%. Tanaman tembakau transgenik yang positif PCR (membawa gen AV1) sebagian besar memberikan respon tahan ketika tanaman-tanaman tersebut diinokulasi dengan Begomovirus dibandingkan dengan tanaman yang bukan transgenik. Dari 35 tanaman yang positif PCR diperoleh 28 tanaman tidak menunjukkan gejala terinfeksi oleh Begomovirus (Tabel 8). Tujuh tanaman yang positif PCR namun menunjukkan adanya gejala 104

15 diduga disebabkan oleh tidak efektifnya gen AV1 yang telah terintegrasi ke dalam genom tanaman dan disebut dengan istilah pembungkaman gen (gene silencing). Pada penelitian ini juga diamati adanya tanaman-tanaman yang tidak membawa gen AV1 (analisis PCR-nya negatif) menunjukkan gejala ketika terinfeksi oleh virus. Namun, terdapat 3 tanaman yang tidak positif PCR memberikan respon negatif yaitu tidak terdeteksi adanya gejala terinfeksi virus. Hal ini diduga disebabkan oleh tidak terjadinya proses penularan virus oleh serangga kutukebul pada ketiga tanaman tersebut. Salah satu kelemahan teknik bioasai dalam penelitian ini adalah proses penularan virus sangat tergantung dari mobilitas serangga kutukebul yang diinfestasikan, sehingga kemungkinan tidak terjadinya proses infeksi virus oleh kutukebul atau escape bisa terjadi. Analisis jumlah kopi dengan teknik Southern blot mengindikasikan bahwa integrasi gen AV1 menggunakan vektor A. tumefaciens pada tanaman tembakau dapat terjadi hanya satu kopi atau lebih (Gambar 26). Korelasi jumlah kopi gen AV1 dengan respon gejala mengindikasikan bahwa tanaman dengan integrasi gen hanya satu kopi mempunyai respon tidak menunjukkan gejala ketika diinokulasi virus. Hasil ini didukung oleh analisis deteksi keberadaan virus dengan PCR pada tanaman-tanaman tersebut dimana tidak terdeteksi adanya fragmen DNA spesifik dari Begomovirus, sehingga dikateorikan sebagai tanaman tahan (Gambar 27, Tabel 10). Sebaliknya, tanaman dengan integrasi gen AV1 lebih dari satu kopi menunjukkan adanya gejala terinfeksi virus dan didukung oleh terdeteksinya Begomovirus dalam tanaman sehingga dikategorikan rentan (Gambar 27, Tabel 10). Jumlah kopi gen lebih dari satu diduga akan menginduksi terjadinya pembungkaman gen (gene silencing) sehingga transgen menjadi tidak terkespresi dan tanaman menjadi tidak tahan serta virus dapat berkembang di dalam tanaman. Pembungkaman gen yang disebabkan oleh adanya transgen multikopi kemungkinan berhubungan dengan fenomena homology-dependent gene silencing dimana tidak terkespresinya satu atau lebih gen karena adanya kesamaan susunan nukleotida (homologi) (Meyer & Saedler 1996). Namun demikian, dugaan ini mungkin tidak terjadi pada sampel no 46 dimana tanaman mempunyai gen sebanyak 4 kopi namun tidak memperlihatkan respon gejala dan tidak ditemukan adanya virus di dalam jaringan tanaman. Kemungkinan ada mekanisme lain pada 105

16 tanaman tersebut sehingga tanaman menjadi tahan meskipun integrasinya lebih dari satu. Pada penelitian ini juga diamati adanya sampel tanaman (nomor 45) dengan integrasi gen AV1 multikopi (2 kopi gen) dan tidak menunjukkan gejala namun terdeteksi adanya virus di dalam jaringan tanaman tersebut. Hal ini diduga berhubungan dengan adanya respon toleran atau penyembuhan (recovery) dari tanaman tersebut. Gen-gen protein selubung dari virus telah dimanfaatkan secara luas di dalam teknik rekayasa genetik untuk perakitan tanaman tahan virus dengan genom RNA (Bendahmane et al. 1997; Chowrira et al. 1998; Srivastava & Raj 2008). Penelitian untuk memperoleh ketahanan terhadap Begomovirus menggunakan gen protein selubung juga telah dilakukan (Kunik et al. 1994) dan hasil penelitian menunjukkan bahwa ketahanan terhadap TYLCV berasosiasi dengan keberadaan dari produk transgen tersebut. Ketahanan yang diperoleh diindikasikan dengan tidak adanya keparahan gejala dan akumulasi virus pada jaringan tanaman. Pada penelitian ini, tanaman tembakau transgenik yang tahan Begomovirus mengindikasikan adanya fenomena yang sama seperti penelitian sebelumnya. Gen protein selubung yang digunakan dalam penelitian ini merupakan gen yang dikonstruksi secara utuh (full-length). Berdasarkan pola hubungan antara analisis PCR, bioasai, jumlah kopi dan keberadaan virus di dalam jaringan tanaman terlihat bahwa tanaman tembakau transgenik yang mengandung gen AV1 yang terintegrasi satu kopi memperlihatkan respon tahan yang diindikasikan dengan tidak adanya gejala yang terdeteksi dan akumulasi virus pada jaringan. Hal ini berbeda dengan ketahanan mendasarkan pada RNA (RNA-mediated resistance) dimana ketahanan ini sering berasosiasi dengan adanya integrasi multi-kopi dari transgen atau pengulangan tandem dari transgen (Sijen et al. 1996). Berdasarkan hal ini maka mekanisme ketahanan pada penelitian ini diduga bukan ketahanan yang mendasarkan pada RNA namun berasosiasi dengan keberadaan produk dari gen AV1. Jadi gen AV1 terintegrasi ke dalam genom tanaman tembakau dan mengekspresikan protein selubung (terbentuk produk protein) yang mempengaruhi siklus hidup dari virus dan tanaman memberikan respon ketahanan. Dengan kata lain bahwa gen AV1 terekspresi ke dalam tanaman dan terjadi akumulasi protein pembungkus sehingga ketika terjadi infeksi, virus akan 106

17 dibungkus oleh protein pembungkus tersebut dan virus tidak dapat berkembang. Mekanisme ketahanan ini berperan pada tingkat awal proses replikasi virus dengan menghalangi proses replikasi secara tidak terkendali dari partikel virus (Aswidinnoor 1995). Namun demikian, mekanisme ketahanan ini masih perlu dibuktikan lebih lanjut dengan melakukan analisis hibridisasi Northern atau Western untuk mempelajari ada tidaknya akumulasi mrna atau protein, sehingga mekanisme ketahanan yang terjadi dapat dijelaskan lebih detail. Simpulan 1. Telah diperoleh tanaman-tanaman tembakau transgenik yang membawa gen AV1 Begomovirus berdasarkan amplifikasi PCR 2. Analisis hibridisasi Southern blot menunjukkan bahwa integrasi gen AV1 pada genom tanaman tembakau yang bersifat satu kopi atau multi-kopi. Tanaman dengan integrasi gen satu kopi menunjukkan respon tahan terhadap infeksi virus dibandingkan integrasi gen yang multi-kopi. 3. Ketahanan yang diperoleh dari ekspresi gen AV1 Begomovirus pada tanaman tembakau transgenik diindikasikan dengan tidak adanya gejala dan akumulasi virus pada jaringan tanaman. Daftar Pustaka Aidawati N, Hidayat SH, Suseno R, Hidayat P, Sujiprihati S Identifikasi geminivirus yang menginfeksi tomat berdasarkan pada teknik Polymerase Chain Raction-Restriction Fragment Length Polymorphism. J Mikrobiol Indones 10:29-32 Aswidinnoor, H Transformasi gen: sumber baru keragaman genetik dalam pemuliaan tanaman. Zuriat. Vol. 6. No. 2: Bendahmane M, Fitchen JH, Zhang G, Beachy RN Studies of coat protein- Mediated Resistance to tobacco mosaic Tobamovirus: Correlation between assembly of mutant coat proteins and resistance. J Virol 71(10): Bennet J Genes for crop improvements. Genet. Eng. 16 : Chee PP, Drong RF, Slightom Using polymerase chain reaction to identify transgenic plant. Plant Mol Biol Manual C3:1-28 Chowrira GM, Cavileer TD, Gupta SK,Lurquin PF, Berger PH. Coat proteinmediated resistance to pea enation mosaic virus in transgenic Pisum sativum L. Transg Res 7:

18 Doyle JJ, Doyle JL Isolation of plant DNA from fresh tissue. Focus 12: Dasgupta I, Malathi VG, Mukherjee Genetic engineering for virus resistance. Current Scim 8(3): Hidayat SH, Chatchawankanpanich O, Rusli E, Aidawati N Begomovirus associated with pepper yellow leaf curl disease in west Java, Indonesia. J Indon Microbiol 11 (2): Kunik T, Salomon R, Zamair D, Zeidan M, Michelson L, Gafni Y, Czosnek H Transgenic tomato plants expressing the tomato yellow leaf curl virus capsid protein are resistant to the virus. Bio/Tech 12: Meyer P, Saedler H Homology-dependent gene silencing in plants. Ann Rev Plant Physiol Mol Biol. 47:23-48 Mubin M, Mansoor S, Hussain M, Zafar Y Silencing of the AV1 gene by antisense RNA protects transgenic plants against a bipartite begomovirus. Virol J 4(10):1-4 Nain V, Jaiswal R, Dalal M, Ramesh B, Kumar PA Polymerase Chain Reaction Analysis of Transgenic contaminated by Agrobacterium. Plant Mol Biol Rep 23:59-65 Panaud O, Magpantay G, McCouch SR A protocol for non-radioactive DNA labelling and detection in the RFLP analysis of rice and tomatoes using single copy probes. Plant Mol Biol. 11(1) Pascal E, Goodlove PE, Wu LC, Lazarowitz Transgenic tobacco plants expressing the Geminivirus BL1 protein exhibit symptoms of viral disease. Plant Cell 5: Raj SK, Singh R, Pandey SK and Singh BP Agrobacterium-mediated tomato transformation and regeneration of transgenic lines expressing Tomato leaf curl virus coat protein gene for resistance against TLCV infection. Current Sci 88 (10): Rojas MR, Gilbertson RL, Russel DR, Maxwell DP Use of degenerate primers in the polymerase chain reaction to detect whitefly-transmitted geminivirus. Plant Dis 77: Sinisterra XH, Polston JE, Abourized AM, Hiebert E Tobacco plants transformed with a modified coat protein of tomato mottle Begomovirus show resistance to virus infection. Phytopathol 89: Srivastava A, Raj SK Coat protein-mediated resistance against an Indian isolates of the Cucumber mosaic virus subgroup IB in Nicotiana benthamiana. J Biosci 33:00-00 Vidya CSS, Manoharan M, Kumar CTR, Savithri HS, Sita GL Agrobacterium-mediated transformation of tomato (Lycopersicon esculentum var. Pusa Ruby) with coat protein gene of Physalis mottle tymovirus. J Plant Physiol 156:

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) adalah salah satu komoditas sayuran penting secara ekonomi yang dibudidayakan hampir di seluruh dunia termasuk Indonesia. Komoditas ini

Lebih terperinci

Konstruksi Kandidat Gen AV1 Begomovirus pada pbi121 dan Introduksinya ke dalam Tembakau Menggunakan Vektor Agrobacterium tumefaciens

Konstruksi Kandidat Gen AV1 Begomovirus pada pbi121 dan Introduksinya ke dalam Tembakau Menggunakan Vektor Agrobacterium tumefaciens Jurnal AgroBiogen 7(1):9-18 Konstruksi Kandidat Gen AV1 Begomovirus pada pbi121 dan Introduksinya ke dalam Tembakau Menggunakan Vektor Agrobacterium tumefaciens Tri J. Santoso 1 *, Muhammad Herman 1, Sri

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BEGOMOVIRUS INDONESIA PADA TOMAT DAN ANALISIS DIVERSITAS GENETIK GEN AV1 SERTA PEMANFAATANNYA UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN TAHAN VIRUS

IDENTIFIKASI BEGOMOVIRUS INDONESIA PADA TOMAT DAN ANALISIS DIVERSITAS GENETIK GEN AV1 SERTA PEMANFAATANNYA UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN TAHAN VIRUS IDENTIFIKASI BEGOMOVIRUS INDONESIA PADA TOMAT DAN ANALISIS DIVERSITAS GENETIK GEN AV1 SERTA PEMANFAATANNYA UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN TAHAN VIRUS TRI JOKO SANTOSO ` SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 17 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Konstruksi plasmid biner pmsh1-lisozim Konstruksi plasmid biner dilakukan dengan meligasi gen lisozim ayam dan pmsh1. Plasmid hasil ligasi berukuran 13.449 pb (Gambar 5A kolom

Lebih terperinci

Analisis Molekuler Lanjutan Tanaman Putatif Transgenik Padi Gen CryIA Generasi T0, T1, T2, dan T3

Analisis Molekuler Lanjutan Tanaman Putatif Transgenik Padi Gen CryIA Generasi T0, T1, T2, dan T3 Analisis Molekuler Lanjutan anaman Putatif ransgenik Padi Gen CryIA Generasi 0, 1, 2, dan 3 ri J. Santoso, Aniversari Apriana, A. Dinar Ambarwati, Iswari S. Dewi, dan Ida H. Somantri Balai Penelitian Bioteknologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai rawit (Capsicum frutescens) merupakan salah satu sayuran penting

I. PENDAHULUAN. Cabai rawit (Capsicum frutescens) merupakan salah satu sayuran penting I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai rawit (Capsicum frutescens) merupakan salah satu sayuran penting terutama daerah tropis dan subtropis. Tanaman ini dapat digunakan sebagai bahan bumbu masak (rempah-rempah),

Lebih terperinci

Tabel 6.2 Gejala infeksi tiga strain begomovirus pada beberapa genotipe tanaman tomat Genotipe

Tabel 6.2 Gejala infeksi tiga strain begomovirus pada beberapa genotipe tanaman tomat Genotipe 134 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Gejala Infeksi Strain Begomovirus pada Genotipe Tanaman Tomat Hasil inokulasi tiga strain begomovirus terhadap genotipe tanaman tomat menunjukkan gejala yang beragam (Tabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian. Penelitian ini dapat menerangkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Transformasi, Kokultivasi, dan Regenerasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Transformasi, Kokultivasi, dan Regenerasi 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Transformasi, Kokultivasi, dan Regenerasi Konstruksi vektor ekspresi yang digunakan pada penelitian ini adalah p35scamv::tclfy. Promoter p35s CaMV digunakan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Survei penyakit klorosis dan koleksi sampel tanaman tomat sakit dilakukan di sentra produksi tomat di daerah Cianjur, Cipanas, Lembang, dan Garut. Deteksi

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI ISOLASI TOTAL DNA TUMBUHAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA PHYTOPURE Halaman : 1 dari 5 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan tumbuhan, dapat dari daun, akar, batang,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode B. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah sampel DNA koleksi hasil

Lebih terperinci

Pengertian TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN. Cloning DNA. Proses rekayasa genetik pada prokariot. Pemuliaan tanaman konvensional: TeknologiDNA rekombinan:

Pengertian TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN. Cloning DNA. Proses rekayasa genetik pada prokariot. Pemuliaan tanaman konvensional: TeknologiDNA rekombinan: Materi Kuliah Bioteknologi Pertanian Prodi Agroteknologi Pertemuan Ke 9-10 TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN Ir. Sri Sumarsih, MP. Email: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Website: agriculture.upnyk.ac.id

Lebih terperinci

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Oleh: TIM PENGAMPU Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jember Tujuan Perkuliahan 1. Mahasiswa mengetahui macam-macam teknik dasar yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian, sehingga dapat menerangkan arti

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Identitas Kutukebul Pengkoloni Pertanaman Tomat Kutukebul yang dikumpulkan dari pertanaman tomat di daerah Cisarua, Bogor diperbanyak di tanaman tomat dalam kurungan kedap serangga

Lebih terperinci

ABSTRACT. Jurnal AgroBiogen 4(1):9-17

ABSTRACT. Jurnal AgroBiogen 4(1):9-17 Jurnal AgroBiogen 4(1):9-17 Identitas dan Keragaman Genetik Begomovirus yang Berasosiasi dengan Penyakit Keriting pada Tomat Berdasarkan Teknik Polymerase Chain Reaction (PCR)- Restriction Fragment Length

Lebih terperinci

Analisis Molekuler Gen CP-PStV pada Tanaman Kacang Tanah Transgenik

Analisis Molekuler Gen CP-PStV pada Tanaman Kacang Tanah Transgenik Analisis Molekuler Gen CP-PStV pada Tanaman Kacang Tanah Transgenik Ifa Manzila, Jumanto, Tri I.R. Utami, Wawan, dan Asoko Wardoyo Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian ABSTRAK

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN IV (ISOLASI RNA DARI TANAMAN) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI RNA DARI TANAMAN TUJUAN Tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 individu udang Jari yang diambil dari Segara Anakan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di

II. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di II. MATERI DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di enam desa yaitu tiga desa di Kecamatan Grokgak dan tiga desa di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Isolasi DNA genom tanaman padi T0 telah dilakukan pada 118

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Isolasi DNA genom tanaman padi T0 telah dilakukan pada 118 45 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Isolasi DNA genom tanaman padi T0 telah dilakukan pada 118 sampel. Berdasarkan hasil digesti DNA dengan enzim EcoRI, diperoleh sebanyak 74 sampel tanaman dari 118

Lebih terperinci

TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA

TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA Oleh: Gregorius Widodo Adhi Prasetyo A2A015009 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer LAMPIRAN Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer A. LARUTAN STOK CTAB 5 % (100 ml) - Ditimbang NaCl sebanyak 2.0 gram - Ditimbang CTAB sebanyak 5.0 gram. - Dimasukkan bahan kimia ke dalam erlenmeyer

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode penelitian deskriptif. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN V (HIBRIDISASI) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 HIBRIDISASI DOT BLOT TUJUAN blot) Praktikum ini

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA MOLEKULAR HIBRIDISASI SOUTHERN KHAIRUL ANAM P /BTK

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA MOLEKULAR HIBRIDISASI SOUTHERN KHAIRUL ANAM P /BTK LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA MOLEKULAR HIBRIDISASI SOUTHERN KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 0 HIBRIDISASI SOUTHERN PENDAHULUAN Hibridisasi Southern

Lebih terperinci

GENETIKA DASAR Rekayasa Genetika Tanaman. Definisi. Definisi. Definisi. Rekayasa Genetika atau Teknik DNA Rekombinan atau Manipulasi genetik

GENETIKA DASAR Rekayasa Genetika Tanaman. Definisi. Definisi. Definisi. Rekayasa Genetika atau Teknik DNA Rekombinan atau Manipulasi genetik Definisi GENETIKA DASAR Rekayasa Genetika Tanaman Oleh: Dr. Ir. Dirvamena Boer, M.Sc.Agr. HP: 081 385 065 359 e-mail: dirvamenaboer@yahoo.com Fakultas Pertanian, Universitas Haluoleo, Kendari Dipublikasi

Lebih terperinci

VII. UJI EKSPRESI GEN TcAP1 (APETALA1 KAKAO) PADA TANAMAN MODEL. Abstrak

VII. UJI EKSPRESI GEN TcAP1 (APETALA1 KAKAO) PADA TANAMAN MODEL. Abstrak VII. UJI EKSPRESI GEN TcAP1 (APETALA1 KAKAO) PADA TANAMAN MODEL Abstrak Pada berbagai spesies termasuk kakao, gen AP1 (APETALA1) diketahui sebagai gen penanda pembungaan yang mengendalikan terbentuknya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Konstruksi vektor over-ekspresi gen OsWRKY 1.1 Amplifikasi dan purifikasi fragmen gen OsWRKY76

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Konstruksi vektor over-ekspresi gen OsWRKY 1.1 Amplifikasi dan purifikasi fragmen gen OsWRKY76 HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan rekayasa genetik tanaman keberhasilannya tergantung pada beberapa hal, diantaranya adalah gen yang akan diintroduksikan, metode transformasi, sistem regenerasi tanaman dan

Lebih terperinci

Diterima 26 Agustus 2013/Disetujui 6 November 2013 ABSTRACT

Diterima 26 Agustus 2013/Disetujui 6 November 2013 ABSTRACT Aplikasi Teknik Polymerase Chain Reaction (PCR) Menggunakan Primer Degenerate dan Spesifik Gen AV1 Untuk Mendeteksi Begomovirus Pada Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) Application of Polymerase Chain

Lebih terperinci

Teknik Isolasi DNA dan Analisis PCR Gen pinii pada Genom Ubi Jalar

Teknik Isolasi DNA dan Analisis PCR Gen pinii pada Genom Ubi Jalar Teknik Isolasi DNA dan Analisis PCR Gen pinii pada Genom Ubi Jalar Atmitri Sisharmini, A. Dinar Ambarwati, Tri J. Santoso, Dwinita W. Utami, dan M. Herman Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik

Lebih terperinci

diregenerasikan menjadi tanaman utuh. Regenerasi tanaman dapat dilakukan baik secara orgnogenesis ataupun embriogenesis (Sticklen 1991; Zhong et al.

diregenerasikan menjadi tanaman utuh. Regenerasi tanaman dapat dilakukan baik secara orgnogenesis ataupun embriogenesis (Sticklen 1991; Zhong et al. PENDAHULUAN Perbaikan suatu sifat tanaman dapat dilakukan melalui modifikasi genetik baik dengan pemuliaan secara konvensional maupun dengan bioteknologi khususnya teknologi rekayasa genetik (Herman 2002).

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI Halaman : 1 dari 5 ISOLASI TOTAL DNA HEWAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan hewan, dapat dari insang, otot, darah atau jaringan

Lebih terperinci

Evaluasi Diversitas Genetik Tanaman Padi Transgenik

Evaluasi Diversitas Genetik Tanaman Padi Transgenik Evaluasi Diversitas Genetik Tanaman Padi Transgenik Tri J. Santoso, Aniversari Apriana, A. Dinar Ambarwati, dan Ida H. Somantri Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian ABSTRAK Perakitan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai

PEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai 77 PEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai Varietas cabai yang tahan terhadap infeksi Begomovirus, penyebab penyakit daun keriting kuning, merupakan komponen utama yang diandalkan dalam upaya pengendalian

Lebih terperinci

ANALISIS INTEGRASI DAN EKSPRESI GEN KETAHANAN TERHADAP GEMINIVIRUS (AV1) PADA TEMBAKAU TRANSGENIK ADITYA RIZKO NUGROHO

ANALISIS INTEGRASI DAN EKSPRESI GEN KETAHANAN TERHADAP GEMINIVIRUS (AV1) PADA TEMBAKAU TRANSGENIK ADITYA RIZKO NUGROHO ANALISIS INTEGRASI DAN EKSPRESI GEN KETAHANAN TERHADAP GEMINIVIRUS (AV1) PADA TEMBAKAU TRANSGENIK ADITYA RIZKO NUGROHO DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR;

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR; BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar, langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah HVI mtdna

Lebih terperinci

Perakitan Tanaman Padi Transgenik untuk Ketahanan terhadap Hama Penggerek Batang

Perakitan Tanaman Padi Transgenik untuk Ketahanan terhadap Hama Penggerek Batang Perakitan Tanaman Padi Transgenik untuk Ketahanan terhadap Hama Penggerek Batang A. Dinar Ambarwati, Ida Hanarida, Aniversari Apriana, Tri J. Santoso, Iswari S. Dewi, Atmitri Sisharmini, dan I Made Samudra

Lebih terperinci

KUMPULAN LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI. Disusun Oleh: Nama : Anatasia NIM : Kelompok : Selasa Asisten : Nimas Ayu

KUMPULAN LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI. Disusun Oleh: Nama : Anatasia NIM : Kelompok : Selasa Asisten : Nimas Ayu KUMPULAN LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI Disusun Oleh: Nama : Anatasia NIM : 125040200111140 Kelompok : Selasa 09.15-11.00 Asisten : Nimas Ayu UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

Lebih terperinci

TEMUAN PENYAKIT BARU. Tomato yellow leaf curl Kanchanaburi virus Penyebab Penyakit Mosaik Kuning pada Tanaman Terung di Jawa

TEMUAN PENYAKIT BARU. Tomato yellow leaf curl Kanchanaburi virus Penyebab Penyakit Mosaik Kuning pada Tanaman Terung di Jawa ISSN: 2339-2479 Volume 9, Nomor 4, Agustus 2013 Halaman 127-131 DOI: 10.14692/jfi.9.4.127 TEMUAN PENYAKIT BARU Tomato yellow leaf curl Kanchanaburi virus Penyebab Penyakit Mosaik Kuning pada Tanaman Terung

Lebih terperinci

Lampiran 1 Ekstraksi dan isolasi DNA dengan metode GeneAid

Lampiran 1 Ekstraksi dan isolasi DNA dengan metode GeneAid LAMPIRAN 9 Lampiran 1 Ekstraksi dan isolasi DNA dengan metode GeneAid Satu ruas tungkai udang mantis dalam etanol dipotong dan dimasukkan ke dalam tube 1,5 ml. Ruas tungkai yang telah dipotong (otot tungkai)

Lebih terperinci

PENYEBARAN DAN DETEKSI MOLEKULER VIRUS GEMINI PENYEBAB PENYAKIT KUNING PADA TANAMAN CABAI DI SUMATERA

PENYEBARAN DAN DETEKSI MOLEKULER VIRUS GEMINI PENYEBAB PENYAKIT KUNING PADA TANAMAN CABAI DI SUMATERA J. HPT Tropika. ISSN 1411-7525 113 Vol. 5, No. 2: 113 121, September 2005 PENYEBARAN DAN DETEKSI MOLEKULER VIRUS GEMINI PENYEBAB PENYAKIT KUNING PADA TANAMAN CABAI DI SUMATERA Sudiono 1, Nur Yasin 1, Sri

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon DNA genomik sengon diisolasi dari daun muda pohon sengon. Hasil uji integritas DNA metode 1, metode 2 dan metode 3 pada gel agarose dapat dilihat pada Gambar

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer LAMPIRAN Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer 1. Pembuatan Larutan Stok a. CTAB 5 % Larutan dibuat dengan melarutkan : - NaCl : 2.0 gr - CTAB : 5.0 gr - Aquades : 100 ml b. Tris HCl

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut: BAB III METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel, lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh, amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah D-loop

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode penelitian deskriptif. B. Objek Penelitian Empat spesies burung anggota Famili

Lebih terperinci

Uji Stabilitas Integrasi Gen CryIAc dalam Transforman Jagung R3 dan R4

Uji Stabilitas Integrasi Gen CryIAc dalam Transforman Jagung R3 dan R4 Uji Stabilitas Integrasi Gen CryIAc dalam Transforman Jagung R3 dan R4 Toto Hadiarto, Sutrisno, dan Tri J. Santoso Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian ABSTRAK Tanaman yang sudah

Lebih terperinci

Bioasai Tanaman Kacang Tanah Transgenik terhadap Virus Bilur Kacang Tanah (PStV)

Bioasai Tanaman Kacang Tanah Transgenik terhadap Virus Bilur Kacang Tanah (PStV) Bioasai Tanaman Kacang Tanah Transgenik terhadap Virus Bilur Kacang Tanah (PStV) Ifa Manzila, Jumanto, Asoko Wardoyo, dan Wawan Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian ABSTRAK Kegiatan

Lebih terperinci

BIO306. Prinsip Bioteknologi

BIO306. Prinsip Bioteknologi BIO306 Prinsip Bioteknologi KULIAH 7. PUSTAKA GENOM DAN ANALISIS JENIS DNA Konstruksi Pustaka DNA Pustaka gen merupakan sumber utama isolasi gen spesifik atau fragmen gen. Koleksi klon rekombinan dari

Lebih terperinci

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI 1 ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI PENDAHULUAN Polimerase Chain Reaction (PCR) PCR adalah suatu reaksi invitro untuk menggandakan jumlah molekul DNA pada target tertentu

Lebih terperinci

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA LAMPIRAN 15 15 Lampiran 1 Tahapan penelitian Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri Isolasi DNA kromosom bakteri Pemotongan DNA dengan enzim restriksi Kloning DNA Isolasi DNA plasmid hasil

Lebih terperinci

DASAR BIOTEKNOLOGI TANAMAN

DASAR BIOTEKNOLOGI TANAMAN DASAR BIOTEKNOLOGI TANAMAN Darda Efendi, Ph.D Nurul Khumaida, Ph.D Sintho W. Ardie, Ph.D Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta, IPB 2013 Marka = tanda Marka (marka biologi) adalah sesuatu/penanda

Lebih terperinci

Metode-metode dalam biologi molekuler : isolasi DNA, PCR, kloning, dan ELISA

Metode-metode dalam biologi molekuler : isolasi DNA, PCR, kloning, dan ELISA Metode-metode dalam biologi molekuler : isolasi DNA, PCR, kloning, dan ELISA Dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Lektor mata kuliah ilmu biomedik Departemen Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap penyiapan templat mtdna, amplifikasi fragmen mtdna pada daerah D-loop mtdna manusia dengan teknik PCR, deteksi

Lebih terperinci

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Ria Maria (G34090088), Achmad Farajallah, Maria Ulfah. 2012. Karakterisasi Single Nucleotide Polymorphism Gen CAST pada Ras Ayam Lokal. Makalah Kolokium

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pemotongan Parsial dan Penyisipan Nukleotida pada Ujung Fragmen DNA Konstruksi pustaka genom membutuhkan potongan DNA yang besar. Untuk mendapatkan fragmen-fragmen dengan ukuran relatif

Lebih terperinci

OVER-EKSPRESI GEN OsWRKY76 UNTUK KETAHANAN TERHADAP CENDAWAN BLAS (Pyricularia grisea Sacc.) PADA PADI ANIVERSARI APRIANA

OVER-EKSPRESI GEN OsWRKY76 UNTUK KETAHANAN TERHADAP CENDAWAN BLAS (Pyricularia grisea Sacc.) PADA PADI ANIVERSARI APRIANA OVER-EKSPRESI GEN OsWRKY76 UNTUK KETAHANAN TERHADAP CENDAWAN BLAS (Pyricularia grisea Sacc.) PADA PADI ANIVERSARI APRIANA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. 1. Waktu dan Tempat penelitian

BAHAN DAN METODE. 1. Waktu dan Tempat penelitian BAHAN DAN METODE 1. Waktu dan Tempat penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler dan Rumah Kaca Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian

Lebih terperinci

BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI

BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI Di dalam Bab XII ini akan dibahas pengertian dan kegunaan teknik Reaksi Polimerisasi Berantai atau Polymerase Chain Reaction (PCR) serta komponen-komponen dan tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan salah satu sayuran yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan salah satu sayuran yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan salah satu sayuran yang sering ditemui di pasar tradisional dan merupakan komoditas yang dapat dikembangkan untuk perbaikan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian 12 METODE PEELITIA Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan April 2010, bertempat di Bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan PCR, terlebih dahulu dilakukan perancangan primer menggunakan program DNA Star. Pemilihan primer dilakukan dengan mempertimbangkan parameter spesifisitas,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS Test Seleksi Calon Peserta International Biology Olympiad (IBO) 2014 2 8 September

Lebih terperinci

BEGINILAH BEGOMOVIRUS, PENYAKIT BARU PADA TEMBAKAU

BEGINILAH BEGOMOVIRUS, PENYAKIT BARU PADA TEMBAKAU BEGINILAH BEGOMOVIRUS, PENYAKIT BARU PADA TEMBAKAU Annisrien Nadiah, SP POPT Ahli Pertama annisriennadiah@gmail.com Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya Setiap tahun, produksi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Budidaya Kacang Panjang. Klasifikasi tanaman kacang panjang menurut Anto, 2013 sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Budidaya Kacang Panjang. Klasifikasi tanaman kacang panjang menurut Anto, 2013 sebagai berikut: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Budidaya Kacang Panjang Klasifikasi tanaman kacang panjang menurut Anto, 2013 sebagai berikut: Divisi Kelas Subkelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BEGOMOVIRUS INDONESIA PADA TOMAT DAN ANALISIS DIVERSITAS GENETIK GEN AV1 SERTA PEMANFAATANNYA UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN TAHAN VIRUS

IDENTIFIKASI BEGOMOVIRUS INDONESIA PADA TOMAT DAN ANALISIS DIVERSITAS GENETIK GEN AV1 SERTA PEMANFAATANNYA UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN TAHAN VIRUS IDENTIFIKASI BEGOMOVIRUS INDONESIA PADA TOMAT DAN ANALISIS DIVERSITAS GENETIK GEN AV1 SERTA PEMANFAATANNYA UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN TAHAN VIRUS TRI JOKO SANTOSO ` SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM)

LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM) LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI DNA GENOM TUJUAN 16s rrna. Praktikum

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium BIORIN (Biotechnology Research Indonesian - The Netherlands) Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB. Penelitian

Lebih terperinci

Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( )

Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( ) Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella (10.2011.185) Identifikasi gen abnormal Pemeriksaan kromosom DNA rekombinan PCR Kromosom waldeyer Kromonema : pita spiral yang tampak pada kromatid Kromomer : penebalan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Deteksi Fi F top lasma p ada Tanaman Sumb m er e I r nokulum

HASIL DAN PEMBAHASAN Deteksi Fi F top lasma p ada Tanaman Sumb m er e I r nokulum HASIL DAN PEMBAHASAN Deteksi Fitoplasma pada Tanaman Sumber Inokulum Sumber inokulum yang digunakan dalam uji penularan adalah tanaman kacang tanah yang menunjukkan gejala penyakit sapu yang berasal dari

Lebih terperinci

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml 36 Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer A. Pembuatan Larutan Stok Tris HCL 1 M ph 8.0 (100 ml) : Timbang Tris sebanyak 12,114 g. Masukkan Tris ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 80 ml aquades.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eks-karesidenan Surakarta (Sragen, Boyolali, Karanganyar, Sukoharjo) (Prihatman,

BAB I PENDAHULUAN. eks-karesidenan Surakarta (Sragen, Boyolali, Karanganyar, Sukoharjo) (Prihatman, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman dari famili Cucurbitaceae yang banyak dikonsumsi bagian daging buahnya. Konsumsi buah melon cukup tinggi karena kandungan

Lebih terperinci

Deteksi Molekuler dan Uji Penularan Fitoplasma Asal Rumput Bermuda

Deteksi Molekuler dan Uji Penularan Fitoplasma Asal Rumput Bermuda Hayati, Juni 2003, hlm. 66-70 ISSN 0854-8587 Vol. 10, No. 2 Deteksi Molekuler dan Uji Penularan Fitoplasma Asal Rumput Bermuda Molecular Detection and Transmission Studies of Phytoplasma Originated from

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2006 sampai dengan bulan April 2007. Penelitian dilakukan di rumah kaca, laboratorium Biologi Molekuler Seluler Tanaman, dan

Lebih terperinci

TOPIK HIDAYAT dan ANA RATNA WULAN ABSTRAK ABSTRACT

TOPIK HIDAYAT dan ANA RATNA WULAN ABSTRAK ABSTRACT BEBERAPA MODIFIKASI PERLAKUAN UNTUK MENGEKSTRAKSI DNA DARI BAHAN HERBARIUM (Several modifications of treatment in extracting DNA from herbarium material) TOPIK HIDAYAT dan ANA RATNA WULAN Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel 16 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menggambarkan tahapan penelitian yang terdiri dari pengambilan sampel, penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel, amplifikasi D-loop mtdna dengan teknik

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode III.1 Bahan III. 2 Alat

Bab III Bahan dan Metode III.1 Bahan III. 2 Alat Bab III Bahan dan Metode III.1 Bahan Pada penelitian ini, sampel yang digunakan dalam penelitian, adalah cacing tanah spesies L. rubellus yang berasal dari peternakan cacing tanah lokal di Sekeloa, Bandung.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai bulan Juli 2012, yang bertempat di Laboratorium Genetika dan Biologi Molekuler Jurusan Biologi

Lebih terperinci

UJI KETAHANAN PLASMA NUTFAH MELON (Cucumis melo L.) TERHADAP PENYAKIT VIRUS KUNING ABSTRAK

UJI KETAHANAN PLASMA NUTFAH MELON (Cucumis melo L.) TERHADAP PENYAKIT VIRUS KUNING ABSTRAK UJI KETAHANAN PLASMA NUTFAH MELON (Cucumis melo L.) TERHADAP PENYAKIT VIRUS KUNING ABSTRAK Keragaman genetik merupakan dasar dalam pemuliaan tanaman. Program pemuliaan tanaman untuk mendapatkan sumber

Lebih terperinci

Keparahan Penyakit Daun Keriting Kuning dan Pertumbuhan Populasi Kutukebul pada Beberapa Genotipe Cabai

Keparahan Penyakit Daun Keriting Kuning dan Pertumbuhan Populasi Kutukebul pada Beberapa Genotipe Cabai ISSN: 0215-7950 Volume 10, Nomor 6, Desember 2014 Halaman 195 201 DOI: 10.14692/jfi.10.6.195 Keparahan Penyakit Daun Keriting Kuning dan Pertumbuhan Populasi Kutukebul pada Beberapa Genotipe Cabai Intensity

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Suhu Annealing pada Program PCR terhadap Keberhasilan Amplifikasi DNA Udang Jari (Metapenaeus elegans) Laguna Segara Anakan

Lebih terperinci

terkandung di dalam plasma nutfah padi dapat dimanfaatkan untuk merakit genotipe padi baru yang memiliki sifat unggul, dapat beradaptasi serta tumbuh

terkandung di dalam plasma nutfah padi dapat dimanfaatkan untuk merakit genotipe padi baru yang memiliki sifat unggul, dapat beradaptasi serta tumbuh PEMBAHASAN UMUM Kebutuhan pangan berupa beras di Indonesia terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Akan tetapi di masa datang kemampuan pertanian di Indonesia untuk menyediakan beras

Lebih terperinci

Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf

Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Masyarakat FIKK Universitas Negeri Gorontalo Abstrak (Polymerase Chain Reaction, PCR) adalah

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER Oleh: Ixora Sartika M ISOLASI DNA PLASMID

PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER Oleh: Ixora Sartika M ISOLASI DNA PLASMID PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER Oleh: Ixora Sartika M ixomerc@uny.ac.id ISOLASI DNA PLASMID Plasmid adalah DNA ekstrakromosom yang berbentuk sirkuler dan berukuran kecil (1 200 kb). Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga labu-labuan yang sudah popular di seluruh dunia, dimanfaatkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. keluarga labu-labuan yang sudah popular di seluruh dunia, dimanfaatkan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mentimun (Cucumis sativus) merupakan salah satu jenis sayuran dari keluarga labu-labuan yang sudah popular di seluruh dunia, dimanfaatkan untuk kecantikan, menjaga

Lebih terperinci

3 METODE. Tempat dan Waktu

3 METODE. Tempat dan Waktu 13 3 METODE Tempat dan Waktu Penelitian terdiri atas dua kegiatan utama, yaitu (1) survei kejadian penyakit di lapangan dan (2) deteksi virus dan identifikasi kutukebul. Kegiatan pertama dilakukan di areal

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

TUGAS TERSTRUKTUR PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN TERPADU

TUGAS TERSTRUKTUR PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN TERPADU TUGAS TERSTRUKTUR PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN TERPADU PROSES INFEKSI DAN GEJALA SERANGAN TOBACCO MOZAIC VIRUS PADA TANAMAN TEMBAKAU Oleh: Gregorius Widodo Adhi Prasetyo A2A015009 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Disusun oleh: Hanif Wahyuni (1210411003) Prayoga Wibhawa Nu Tursedhi Dina Putri Salim (1210412032) (1210413031) SEJARAH Teknik ini dirintis oleh Kary Mullis pada tahun 1985

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Hasil Isolasi RNA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Hasil Isolasi RNA 6 konsentrasinya. Untuk isolasi kulit buah kakao (outer pod wall dan inner pod wall) metode sama seperti isolasi RNA dari biji kakao. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Hasil Isolasi RNA Larutan RNA hasil

Lebih terperinci

Segregation of hpt gene by PCR analysis and its expression in transgenic rice population containing HD-Zip oshox6 gene ABSTRAK

Segregation of hpt gene by PCR analysis and its expression in transgenic rice population containing HD-Zip oshox6 gene ABSTRAK Pewarisan Gen Penanda hpt (hygromycine phosphotransferase ) Berdasarkan Analisis PCR dan Ekspresinya pada Populasi Padi Transforman Mengandung Gen HD Zip Oshox-6 Segregation of hpt gene by PCR analysis

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 9 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2011 sampai dengan Juli 2012. Kegiatan ekstraksi DNA sampai PCR-RFLP dilakukan di laboratorium Analisis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kisaran Inang Potyvirus Isolat Nilam Bogor Tanaman nilam sakit banyak terdapat di daerah Bogor yang memperlihatkan gejala mosaik dengan ciri-ciri hampir sama dengan yang pernah diutarakan

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 1 Bahan tanaman : (a) Tetua IR64; (b) tetua Hawarabunar, dan (c) F 1 (IRxHawarabunar) c a b

METODOLOGI. Gambar 1 Bahan tanaman : (a) Tetua IR64; (b) tetua Hawarabunar, dan (c) F 1 (IRxHawarabunar) c a b METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dua tahap yaitu penanaman padi dan analisis fisiologi dan marka molekuler. Penanaman padi secara gogo pada tanah masam dilakukan di rumah kaca Cikabayan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kerjasama Bioteknologi Indonesia- Belanda (BIORIN) dan Laboratorium Biologi Molekuler dan Seluler Tanaman (BMST), Pusat

Lebih terperinci

Analisis Molekuler Gen pinii pada Tanaman Kedelai Transgenik R2

Analisis Molekuler Gen pinii pada Tanaman Kedelai Transgenik R2 Analisis Molekuler Gen pinii pada Tanaman Kedelai Transgenik R2 Toto Hadiarto, Tri Indraini R. Utami, Saptowo J. Pardal, dan M. Herman Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Karakterisasi genetik Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) hasil tangkapan dari Laguna Segara Anakan berdasarkan haplotipe

Lebih terperinci

Pengujian DNA, Prinsip Umum

Pengujian DNA, Prinsip Umum Pengujian DNA, Prinsip Umum Pengujian berbasis DNA dalam pengujian mutu benih memang saat ini belum diregulasikan sebagai salah satu standar kelulusan benih dalam proses sertifikasi. Dalam ISTA Rules,

Lebih terperinci