KATA PENGANTAR. Semoga semua bantuan dan dukungan yang diberikan menjadi amal soleh dan mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Semoga semua bantuan dan dukungan yang diberikan menjadi amal soleh dan mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT."

Transkripsi

1 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya sehingga Tim Penulis dapat menyelesaikan penyusunan Buku Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 dengan baik. Selawat dan salam kita kirimkan kepada arwah Nabi Muhammad SAW. Buku Profil Gender dan Anak ini disusun dalam rangka meningkatkan ketersediaan data dan informasi gender dan anak di Kabupaten Pasaman Barat dalam berbagai bidang pembangunan. Data gender dan anak merupakan elemen penting bagi terselenggaranya Pengarusutamaan Gender (PUG), Pemberdayaan Perempuan dan Pengarusutamaan Hak Anak (PUHA), yang dapat membantu para pengambil kebijakan untuk memberikan gambaran secara spesifik mengenai peran, situasi dan kondisi perempuan dan laki-laki di Kabupaten Pasaman Barat, sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam penyusunan program pembangunan yang responsif gender dan anak di Kabupaten Pasaman Barat. Penulisan buku ini disusun oleh Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana dan dibantu oleh instansi terkait lainnya. Oleh karena itu dengan segala hormat dan kerendahan hati disampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada : 1. Bapak/Ibu Kepala Organisasi Perangkat Daerah, instansi vertikal dan instansi terkait lainnya di lingkungan pemerintah Kabupaten Pasaman Barat yang telah memfasilitasi ketersediaan data dan informasi gender dan anak sesuai dengan tupoksi masing-masing. 2. Bapak/Ibu anggota Kelompok Kerja data terpilah gender dan anak se Kabupaten Pasaman Barat yan telah berpartisipasi aktif dalam memberikan informasi, sumbangan pemikiran, saran dan masukan yang diperlukan dalam penyusunan buku ini. Semoga semua bantuan dan dukungan yang diberikan menjadi amal soleh dan mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Akhirnya tim penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna dan dengan segala keterbatasan yang ada, maka kerjasama yang baik dan berkesinambungan serta kritikan dan saran sangat diperlukan demi sempurnanya penyusunan buku ini. Semoga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat Kabupaten Pasaman Barat. Wassalamu alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh. Simpang Empat, 6 Desember 2017 KEPALA DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN PASAMAN BARAT Dra. TANTRI DESNIWARTI NIP

2 DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar... iv Daftar Isi... v Daftar Tabel... viii Daftar Gambar... xv BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Sumber Data... 5 BAB II KEPENDUDUKAN Jumlah dan Persebaran Penduduk Distribusi Penduduk Angka Beban Ketergantungan BAB III PENDIDIKAN Angka Partisipasi Kasar Angka Partisipasi Murni Angka Partisipasi Sekolah Angka Melek Huruf Angka Putus Sekolah v

3 3.6 Pendidikan Tertinggi Rata-rata Lama Sekolah Sertifikasi Guru BAB IV KESEHATAN DAN KB Kematian Ibu Melahirkan Penyebab Kematian Ibu Melahirkan Penolong Persalinan Kunjungan Ibu Hamil (K1/K4) Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada Ibu Hamil Pemberian Tablet Zat Besi (Fe) pada Ibu Hamil Peserta/Akseptor Keluarga Berencana (KB) BAB V EKONOMI DAN KETENAGAKERJAAN Penduduk Usia Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Distribusi Sektoral Penyerapan Tenaga Kerja Tenaga Kerja Migran Antar Kerja Antar Negara Pekerja Formal dan Informal BAB VI BIDANG POLITIK DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN Keterwakilan di Lembaga Legislatif Peranan dan Komposisi di Lembaga Yudiatif Peran dan Posisi di Lembaga Eksekutif vi

4 BAB VII BIDANG HUKUM, SOSIAL-BUDAYA DAN LINGKUNGAN Bidang Hukum dan Sosial Budaya Bidang Sumber Daya Alam (SDA) dan Lingkungan BAB VIII KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN Kekerasan Terhadap Perempuan Perlindungan Terhadap Anak BAB IX KELEMBAGAAN Kelembagaan Pengurustamaan Gender vii

5 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun Tabel 2.2 Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk per Kecamatan Tahun Tabel 2.3 Komposisi Penduduk Menurut Umur Produktif dan Jenis Kelamin Tahun Tabel 2.4 Rasio Ketergantungan Menurut Jenis Kelamin Tahun Tabel 3.1 Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun Tabel 3.2 Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun Tabel 3.3 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun Tabel 3.4 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Kemampuan Baca Tulis dan Jenis Kelamin Tahun Tabel 3.5 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Kemampuan Baca Tulis, Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun Tabel 3.6 Angka Putus Sekolah Menurut Kelompok Umur Sekolah dan Jenis Kelamin Tahun viii

6 Tabel 3.7 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin Tahun Tabel 3.8 Rata-rata Lama Sekolah (tahun) Menurut Jenis Kelamin Tahun Tabel 3.9 Jumlah Guru Negeri yang telah Memperoleh Sertifikasi Jenjang Pendidikan SD, SLTP, dan SLTA Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan Tahun Tabel 4.1 Jumlah Kematian Ibu Melahirkan di Kabupaten Pasaman Barat Tahun Tabel 4.2 Penyebab Kematian Ibu Melahirkan di Kabupaten Pasaman Barat Tahun Tabel 4.3 Penyebab Kematian Ibu Melahirkan di Kabupaten Pasaman Barat Tahun Tabel 4.4 Jumlah Kelahiran Menurut Penolong Persalinan dan Kecamatan Tahun Tabel 4.5 Kunjungan Ibu Hamil (K1/K4) ke Sarana Pelayanan Kesehatan Tahun Tabel 4.6 Jumlah Imunisasi Tetanus Toxoid Pada Ibu Hamil Kab.Pasaman Barat Tahun Tabel 4.7 Jumlah Ibu Hamil yang Mendapat Tablet Zat Besi (Fe) Menurut Kecamatan Tahun Tabel 4.8 Jumlah Peserta/Akseptor Keluarga Berencana (KB) Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun ix

7 Tabel 5.1 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Kegiatan Utama dan Jenis Kelamin Tahun Tabel 5.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Angka Pengangguran di Kabupaten Pasaman Barat Tahun Tabel 5.3 Komposisi Penduduk Yang Bekerja Menurut Kelompok Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin Tahun Tabel 5.4 Jumlah Tenaga Kerja Migran Antar Negara (AKAN) Menurut Jenis Kelamin Tahun Tabel 5.5 Jumlah Pekerja di Sektor Formal Menurut Jenis Kelamin Tahun Tabel 6.1 Anggota DPRD Kabupaten Pasaman Barat Menurut Partai dan Jenis Kelamin Tahun Tabel 6.2 Jaksa Menurut Jenis Jabatan dan Jenis Kelamin Kabupaten Pasaman Barat Tabel 6.3 Hakim Menurut Jenis Jabatan dan Jenis Kelamin Tabel 6.4 Jumlah Polisi Menurut Jenis Kepangkatan dan Jenis Kelamin Tabel 6.5 PNS Pusat Menurut Jenis Jabatan dan Jenis Kelamin Tabel 6.6 Jumlah PNS Pusat Menurut Golongan Ruang dan Jenis Kelamin Tabel 6.7 Jumlah PNS Daerah Menurut Jenis Jabatan dan Jenis Kelamin x

8 Tabel 6.8 Jumlah PNS Daerah Berdasar Golongan Ruang dan Jenis Kelamin Tabel 6.9 Jumlah Camat Menurut Jenis Kelamin di Kab. Pasaman Barat Tahun Tabel 6.10 Jumlah Wali Nagari Menurut Jenis Kelamin di Kab. Pasaman Barat Tahun Tabel 6.11 Pengurus Partai Politik Menurut Jenis Kelamin di Pasaman Barat Tahun Tabel 6.12 Pengurus Harian Parpol Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Pasaman Barat Tahun Tabel 6.13 Tim Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan menurut jenis kelamin di Pasaman Barat Tahun Tabel 7.1 Jumlah Penghuni Lapas Menurut Jenis Lapas dan Jenjang Pendidikan, Tahun Tabel 7.2 Jumlah Penghuni LAPAS Menurut Jenis Lapas dan Kelompok Umur Tahun Tabel 7.3 Jumlah Penghuni LAPAS Menurut Jenis lapas dan Jenis Kasus Tahun Tabel 7.4 Jumlah Jenis Lapas di Kabupaten Pasaman Barat Tahun Tabel 7.5 Jumlah Penda menurut Kecamatan dan pendidikan yang ditamatkan dan jenis kelamin di Pasaman Barat Tahun Tabel 7.6 Data Terpilah Bidang SDA Dan Lingkungan Tahun xi

9 Tabel 8.1 Korban Kekerasan terhadap Perempuan menurut Umur di Kabupaten Pasaman Barat Tahun Tabel 8.2 Korban Kekerasan terhadap Perempuan menurut umur di Kabupaten Pasaman Barat Tahun Tabel 8.3 Pelaku kekerasan terhadap perempuan menurut tingkat pendidikan per kecamatan di Kabupaten Pasaman Barat Tahun Tabel 8.4 Korban kekerasan terhadap perempuan menurut jenis kekerasan per kecamatan di Kabupaten Pasaman Barat Tahun Tabel 8.5 Korban Kekerasan terhadap Perempuan Menurut Status Perkawinan di Indonesia Tahun Tabel 8.6 Korban Kekerasan terhadap Perempuan Menurut Status Pekerjaan di Kabupaten Pasaman Barat Tahun Tabel 8.7 Pelaku Kekerasan terhadap Perempuan Menurut Status Pekerjaan di Kabupaten Pasaman Barat Tahun Tabel 8.8 Pelaku Kekerasan terhadap Perempuan Menurut Hubungan dengan Korban di Kabupaten Pasaman Barat tahun Tabel 8.9 Jumlah Anak yang berumur dibawah 18 tahun dengan Kepemilikan Akta Lahir Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun Tabel 8.10 Jumlah Anak yang ditampung di Panti Asuhan dan Non Panti Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun xii

10 Tabel 8.11 Jenis dan Jumlah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Menurut Kecamatan Tahun Tabel 8.12 Jumlah Anak berhadapan dengan Hukum Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun Tabel 9.1 Jumlah Kecamatan Sayang Ibu (KSI), Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSI-B), Satgas GSI Kec, Satgas GSI Desa/Kel, Kelompok Suami Siap, Antar, Jaga (Suami Siaga) Tahun Tabel 9.2 Jumlah Pokja PUG, Forum Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan (PKHP), Forum Peningkatan Produktivitas Ekonomi Perempuan (PPEP), Forum Perlindungan Perempuan, Focal Point Gender Tahun Tabel 9.3 Daftar Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) di Kabupaten Pasaman Barat Tahun Tabel 9.4 Jumlah dan jenis Kebijakan/Program/Kegiatan yang responsif gender Tahun Tabel 9.5 Jumlah dan jenis Peraturan Daerah tentang Perlindungan Perempuan Tahun Tabel 9.6 Daftar Kelembagaan Unit Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Daerah Tahun Tabel 9.7 Jumlah dan jenis Peraturan Daerah yang peduli anak di Kabupaten Pasaman Barat Tahun Tabel 9.8 Jumlah Kelembagaan Tumbuh Kembang dan Kelangsungan Hidup Anak Tahun xiii

11 Tabel 9.9 Gugus tugas dan Kebijakan terkait Pemeberantasan Perdagangan Orang Tahun Tabel 9.10 Jumlah Lembaga Layanan Yang Menangani Anak Korban Kekerasan Menurut Kecamatan Tahun Tabel 9.11 Lembaga yang Menangani Anak Korban Kekerasan menurut sifatnya dikabupaten Pasaman Barat Tahun xiv

12 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan Tahun Gambar 2.2 Piramida Penduduk Pasaman Barat Gambar 2.3 Komposisi Penduduk Laki-laki Menurut Kelompok Umur Tahun Gambar 2.4 Komposisi Penduduk Perempuan Menurut Kelompok Umur Tahun Gambar 8.1 Jumlah Kekerasan Terhadap Perempuan Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Pasaman Barat Gambar 8.2 Persentase Kekerasan Terhadap Perempuan menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Pasaman Barat Tahun Gambar 8.3 Persentase Pelaku Kekerasan Terhadap Perempuan menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Pasaman Barat Tahun Gambar 8.4 Korban Kekerasan terhadap Perempuan Menurut Jenis Kekerasan di Kabupaten Pasaman Barat Tahun Gambar 8.5 Pelaku dan Korban Kekerasan terhadap Perempuan berdasarkan Status Pekerjaan di Kabupaten Pasaman Barat Tahun Gambar 8.6 Kepemilikan Akta Kelahiran xv

13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pembangunan suatu daerah adalah sumber daya manusia yang berkualitas baik dalam hal kemampuan (skill) maupun produktivitasnya. Untuk meningkatkan daya saing dan pembangunan suatu daerah perlu meningkatkan kesetaraan gender, yaitu meningkatkan hak, tanggung jawab, kapabilitas dan peluang yang sama bagi perempuan dan laki-laki. Dimana selama ini masih dikontaminasi oleh diskriminasi/kesenjangan gender yang sangat dirasakan oleh kaum perempuan. Masih adanya isu gender disebabkan oleh adanya kesenjangan atau ketimpangan (diskriminasi) gender yang pada prakteknya sering menimbulkan ketidak adilan, terutama bagi kaum perempuan baik dilingkungan rumah tangga, pekerjaan, masyarakat, kultur, maupun negara. Oleh karena itu perlu upaya untuk menghilangkan kesenjangan tersebut di Indonesia maupun berbagai belahan dunia dengan mengevaluasi manfaat hasil pembangunan terhadap laki-laki dan perempuan itu sendiri. Menurut PBB kesenjangan gender merupakan pandangan bahwa semua orang menerima perlakuan yang setara dan tidak diskriminasi berdasarkan jenis kelamin mereka. Pada September 2015 PBB meluncurkan program pembangunan berkelanjutan yang diberi nama Sustainable Development Goals (SDGs) untuk menggantikan Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

14 program sebelumnya Millennium Development Goals (MDGs) yang telah berakhir SDGs memiliki 17 program dan berlaku bagi semua negara, termasuk Indonesia. Isu gender masuk dalam agenda pembangunan Tujuan 5. Isi tujuan tersebut diantaranya mencapai kesetaraan gender, memberdayakan perempuan, dan mengakhiri segala bentuk diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan. Di Indonesia, isu kesetaraan gender juga tertuang dalam visi pembangunan nasional, yaitu mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa adil berarti tidak ada pembatasan/diskriminasi dalam bentuk apapun, baik individu, wilayah, maupun jenis kelamin. Penghapusan diskriminasi gender di semua bidang kemudian menjadi isu yang terus menerus dibahas sebagai target pembangunan. Data terpilah menurut jenis kelamin dapat membuka wawasan tentang adanya kesenjangan gender. Pemilahan menurut jenis kelamin di berbagai bidang dapat menunjukkan status, peran, kondisi dan kebutuhan masyarakat perempuan dan laki-laki dalam berbagai bidang pembangunan, serta permasalahan yang dihadapi dalam upaya mengurangi kesenjangan. Pemilahan data menurut jenis kelamin merupakan prasyarat utama dilakukannya analisis gender yang bermanfaat dalam penyusunan analisis kebijakan dan penyusunan anggaran yang responsif gender. Untuk mengevaluasi sejauh mana kesetaraan dan pemberdayaan gender yang sudah tercapai dapat dilihat dari berbagai ukuran. Indikator-indikator yang menunjukkan capaiancapaian pembangunan berbasis gender akan memberikan gambaran Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

15 yang nyata tentang pengarusutamaan gender di Kabupaten Pasaman Barat. Terkait dengan hal diatas, maka disusunlah buku yang berjudul Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 sebagai gambaran tentang keadaan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan di Kabupaten Pasaman Barat. 1.2 Tujuan Tujuan penyusunan Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 ini adalah untuk menyajikan data terpilah yang dapat menginformasikan lebih jelas kondisi perempuan dibanding laki-laki terkait dalam masalah kependudukan, karakteristik rumah tangga, pendidikan, kesehatan dan keluarga berencana, ketenagakerjaan, sektor publik, kekerasan terhadap perempuan, sosial ekonomi lainnya, dan kesulitan fungsional penyandang disabilitas, serta memberikan gambaran dan informasi tentang gambaran dan informasi tentang kondisi anak Kabupaten Pasaman Barat yang diamati dari aspek lingkungan keluarga, pendidikan, kesehatan dan perlindungan anak baik terhadap masalah sosial, hukum, kekerasan, anak bekerja dan anak cacat. 1.3 Sumber Data Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

16 Data-data yang disajikan dalam publikasi Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 Ini diperoleh dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pasaman Barat, Pengadilan Tinggi Kabupaten Pasaman Barat, Polres Kabupaten Pasaman Barat, Kejaksaan Tinggi Kabupaten Pasaman Barat, dan Organisasi Perangkat Daerah serta instansi yang berkaitan dengan pengarusutamaan gender Kabupaten Pasaman Barat. 1.4 Sistematika Penulisan Sistematika Penyajian Buku Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan 1.3 Sumber Data BAB II KEPENDUDUKAN 2.1 Jumlah dan Persebaran Penduduk 2.2 Distribusi Penduduk 2.3 Angka Beban Ketergantungan BAB III PENDIDIKAN 3.1 Angka Partisipasi Kasar 3.2 Angka Partisipasi Murni 3.3 Angka Partisipasi Sekolah 3.4 Angka Melek Huruf 3.5 Angka Putus Sekolah Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

17 3.6 Pendidikan Tertinggi 3.7 Rata-rata Lama Sekolah 3.8 Sertifikasi Guru BAB IV KESEHATAN DAN KB 4.1 Kematian Ibu Melahirkan 4.2 Penyebab Kematian Ibu Melahirkan 4.3 Penolong Persalinan 4.4 Kunjungan Ibu Hamil (K1/K4) 4.5 Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada Ibu Hamil 4.6 Pemberian Tablet Zat Besi (Fe) pada Ibu Hamil 4.7 Peserta/Akseptor Keluarga Berencana (KB) BAB V EKONOMI DAN KETENAGAKERJAAN 5.1 Penduduk Usia Kerja 5.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 5.3 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 5.4 Distribusi Sektoral Penyerapan Tenaga Kerja 5.5 Tenaga Kerja Migran Antar Kerja Antar Negara 5.6 Pekerja Formal dan Informal BAB V BIDANG POLITIK DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN 6.1 Keterwakilan di Lembaga Legislatif 6.2 Peranan dan Komposisi di Lembaga Yudiatif 6.3 Peran dan Posisi di Lembaga Eksekutif BAB VII BIDANG HUKUM, SOSIAL-BUDAYA DAN LINGKUNGAN 7.1 Bidang Hukum dan Sosial Budaya 7.2 Bidang Sumber Daya Alam (SDA) dan Lingkungan BAB VIII KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN 8.1 Kekerasan Terhadap Perempuan 8.2 Perlindungan Terhadap Anak Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

18 BAB IX KELEMBAGAAN 9.1 Kelembagaan Pengurusutamaan Gender Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

19 BAB II KEPENDUDUKAN Penduduk atau masyarakat merupakan bagian penting atau titik sentral dalam pembangunan, karena peran penduduk sejatinya adalah sebagai subjek dan objek dari pembangunan itu sendiri. Jumlah penduduk bukan hanya merupakan modal, tetapi juga merupakan beban dalam pembangunan. Pertumbuhan penduduk yang meningkat berkaitan dengan kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat. Dengan jumlah penduduk yang sangat tinggi tersebut akan melahirkan beragam masalah dalam kehidupan. Masalah utama yang dihadapi di bidang kependudukan di Indonesia adalah masih tingginya pertumbuhan penduduk dan kurang seimbangnya penyebaran dan struktur umur penduduk. Untuk mensukseskan pembangunan di suatu daerah, diperlukan komponen penduduk yang berkualitas. Karena dari penduduk berkualitas itulah memungkinkan untuk bisa mengolah dan mengelola potensi sumber daya alam dengan baik, tepat, efisien, dan maksimal, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Oleh sebab itu, dalam menunjang keberhasilan pembangunan, pemerintah tidak saja mengarahkan pada upaya pengendalian penduduk tetapi juga menitikberatkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusianya itu sendiri. Oleh karena itu, informasi tentang komponen-komponen kependudukan seperti jumlah, komposisi, serta Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

20 distribusi penduduk perjenis kelamin sangat diperlukan sebagai dasar dalam perencanaan pembangunan selanjutnya. 2.1 Jumlah dan Persebaran Penduduk Berdasarkan hasil proyeksi penduduk tahun 2016 yang dilakukan oleh Kantor Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Kabupaten Pasaman Barat mencapai jiwa (tabel 2.1) dengan komposisi jumlah penduduk laki-laki sebanyak jiwa (50,52%) dan penduduk perempuan sebanyak jiwa (49,48%). Bila dibandingkan dengan data tahun sebelumnya (2015) terjadi kenaikan sebesar 2,11 % penduduk laki-laki dan 2,02 % penduduk perempuan, dan secara total terjadi pertumbuhan penduduk sebesar 2,07% selama kurun waktu Hal ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan penduduk yang hampir seimbang antara penduduk laki-laki dan perempuan. Dari tabel 2.1 terlihat persebaran penduduk menurut kecamatan dan jenis kelamin, yang belum merata di setiap kecamatan. Kecamatan Pasaman sebagai ibu kota Kabupaten Pasaman Barat memiliki penduduk yang jauh lebih banyak dibanding kecamatan lainnya yaitu sebanyak jiwa. Sedangkan kecamatan yang paling sedikit jumlah penduduknya adalah Kecamatan Sasak Ranah Pasisie yang hanya jiwa. Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

21 Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2016 Kecamatan Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan (1) (2) (3) (4) Sungai Beremas Ranah Batahan Koto Balingka Sungai Aur Lembah Melintang Gunung Tuleh Talamau Pasaman Luhak Nan Duo Sasak Ranah Pasisie Kinali Pasaman Barat Sumber : Proyeksi Penduduk Tahun 2016 Total Kabupaten dengan luas wilayah 3.887,77 Km 2 ini memiliki kepadatan penduduk 108 jiwa per Km 2 dengan Kecamatan Luhak Nan Duo sebagai kecamatan terpadat 245 jiwa per Km 2, dan Kecamatan Gunung Tuleh sebagai kecamatan terjarang dengan kepadatan penduduk 47 jiwa per Km 2 (tabel 2.2). Semakin padat suatu wilayah tentunya menuntut perhatian yang lebih, sebab semakin tinggi kepadatan penduduk akan semakin sulit memenuhi kebutuhan pokok seluruh penduduk, terutama perumahan karena luas lahan menjadi terbatas. Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

22 Tabel 2.2 Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk per Kecamatan Tahun 2016 Sumber : Pasaman Barat Dalam Angka Tahun 2017 Perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan perempuan disajikan melalui angka Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio). Bila dilihat dari perbandingan jumlah gender, sex ratio penduduk Pasaman Barat tahun 2016 adalah 102,11 (grafik 2.1). Artinya dari setiap 100 orang perempuan terdapat sekitar 102 orang laki-laki. Hal ini menggambarkan bahwa di Pasaman Barat jumlah penduduk laki-laki lebih banyak ketimbang penduduk perempuan. Angka sex ratio yang lebih kecil dari 100 menunjukkan jumlah penduduk perempuan lebih besar dari penduduk laki-laki. Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

23 Bila dibandingkan antar kecamatan, sex ratio tertinggi berada pada Kecamatan Sungai Beremas sebesar 105,53, diikuti Kecamatan Sasak Ranah Pasisie dan Kinali sebesar 104. Sex ratio terendah berada pada Kecamatan Lembah Melintang yaitu tercatat hanya sebesar 97,69 dan diikuti oleh Kecamatan Talamau 99,30. Jadi dari sebelas kecamatan yang ada di Kabupaten Pasaman Barat hanya pada dua kecamatan (Talamau dan Lembah Melintang) jumlah penduduk perempuannya lebih besar dari laki-laki. Gambar 2.1 Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan Tahun Distribusi Penduduk Distribusi penduduk menurut kelompok umur jenis kelamin dapat digambarkan dalam bentuk piramida penduduk. Piramida Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

24 penduduk menggambarkan perkembangan penduduk pada setiap kelompok umur yang berbeda. Perubahan pada bentuk piramida penduduk akan dipengaruhi oleh kelahiran, tingkat kelangsungan hidup setiap kelompok umur serta proses perpindahan penduduk Gambar 2.2 menunjukkan bahwa struktur umur penduduk Kabupaten Pasaman Barat didominasi oleh penduduk kelompok umur muda yang ditandai dengan alas piramida yang lebih lebar yakni pada kelompok umur 0-4 tahun dan 5-9 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk Pasaman Barat memiliki karakteristik expansive seperti yang digambarkan oleh piramida penduduk yang berbentuk limas dengan Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

25 dasar yang melebar dan slope yang tidak terlalu curam. Bentuk piramida seperti ini umumnya dijumpai di negara-negara berkembang, disebabkan oleh tingkat kelahiran yang tinggi. Gambar 2.3 Komposisi Penduduk Laki-laki Menurut Kelompok Umur Tahun 2016 Gambar 2.4 Komposisi Penduduk Perempuan Menurut Kelompok Umur Tahun 2016 Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

26 Gambar 2.3 dan 2.4 menunjukkan komposisi penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur. Persentase tertinggi berada pada umur 0-4 tahun baik pada penduduk laki-laki, maupun perempuan. Persentase terendah berada pada kelompok umur tahun. Hal ini menggambarkan komposisi penduduk menurut kelompok umur seimbang antara laki-laki dan perempuan. 2.3 Angka Beban Ketergantungan Komposisi penduduk menurut kelompok umur produktif digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu : belum produktif (umur 0-14 tahun), produktif (umur tahun), tidak produktif lagi (65+ tahun). Dari Tabel Dari tabel 2.3 menunjukkan bahwa persentase umur belum produktif (0-14 tahun) laki-laki lebih besar dari perempuan yaitu 34,27 persen laki-laki dan 33,80 persen perempuan. Pada kelompok umur produktif (15-64 tahun) persentase laki-laki juga lebih besar dari perempuan yaitu 62,46 persen laki-laki dan 62,02 persen perempuan. Sedangkan kelompok tidak produktif (65+) persentase penduduk perempuan lebih besar dari laki-laki yaitu 4,18 persen perempuan dan 3,27 persen laki-laki. Hal ini menggambarkan pada usia senja penduduk perempuan lebih tinggi harapan hidupnya dari penduduk laki-laki. Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

27 Tabel 2.3 Komposisi Penduduk Menurut Umur Produktif dan Jenis Kelamin Tahun 2016 Sumber : Proyeksi Penduduk Tahun 2016 Angka Beban Ketergantungan atau Dependency Ratio (DR) merupakan salah satu indikator demografi yang penting. Angka Beban Ketergantungan atau Dependency Ratio (DR) adalah angka ketergantungan atau beban yang harus ditanggung penduduk usia produktif terhadap penduduk usia non produktif. Semakin tinggi angka Dependency Ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung oleh penduduk produktif. Jadi semakin sedikit jumlah usia non produktif (0-14 tahun dan 65 tahun ke atas) akan mengurangi angka beban tanggungan, yang mengindikasikan bahwa akan semakin banyak kesempatan penduduk usia produktif untuk meningkatkan kualitas diri. Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

28 Tabel 2.4 Rasio Ketergantungan Menurut Jenis Kelamin Tahun 2016 Indikator Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Rasio (1) (2) (3) (4) Rasio Ketergantungan Rasio Ketergantungan Muda Rasio Ketergantungan Tua Sumber : Proyeksi Penduduk Tahun 2016 Rasio ketergantungan penduduk Pasaman Barat tahun 2016 adalah 60,66 (Tabel 2.4). Angka ini berarti bahwa setiap 100 (seratus) penduduk usia produktif di Pasaman Barat mampu menanggung penduduk usia tidak produktif (anak dan lansia) sekitar orang. Sedangkan bila dirinci menurut jenis kelamin, rasio ketergantungan antara penduduk laki-laki dan perempuan tidak berbeda terlalu jauh. Rasio ketergantungan pada penduduk laki-laki tercatat sebesar 60,10 dan penduduk perempuan sebesar 61,24. Secara umum, yang menjadi beban tanggungan penduduk usia non produktif di Pasaman Barat adalah penduduk usia muda (0-14 tahun). Pada kelompok ini angka Young Dependent Ratio (YDR) atau rasio ketergantungan muda mencapai 54,68. Sedangkan angka beban tanggungan penduduk usia tua (65+ tahun), yang dilihat dari Old Dependent Ratio (ODR) hanya sekitar 5,98 (Tabel 2.4). Hal ini mengisyaratkan bahwa setiap 100 penduduk usia produktif mampu menanggung sekitar orang usia muda dan 5-6 orang lansia. Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

29 BAB III PENDIDIKAN Keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai pelaksana pembangunan tersebut. Pembangunan akan berhasil jika kualitas sumber daya manusianya handal. Salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas SDM adalah dengan pendidikan, karena dengan pendidikan kecerdasan dan keterampilan manusia dapat diasah dan ditingkatkan. Indikator pendidikan seperti Angka Melek Huruf (AMH), status pendidikan, rata-rata lama sekolah dan pendidikan tertinggi yang ditamatkan merupakan indikator yang dapat menunjukkan tingkat kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), khususnya bagi perempuan dan anak. Semakin tinggi pendidikan dan rata-rata lama sekolah bagi perempuan akan berdampak kepada pola fikir dan tingkat kesejahteraanya. Perempuan yang berkualitas diharapkan dapat berpartisipasi aktif dalam mensukseskan pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan keluarga dan bangsa. Begitu pentingnya pendidikan dalam kehidupan, sehingga pemerintah menjadikan pendidikan sebagai hak dasar setiap manusia Indonesia yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar Kesempatan memperoleh pendidikan diberikan kepada seluruh masyarakat tanpa membedakan antara laki-laki dan perempuan. Tetapi bagi sebagian masyarakat masih ada yang berpandangan bahwa pendidikan lebih diutamakan untuk kaum laki-laki dibanding perempuan, karena ada Profil Gender Ibu dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

30 norma dimasyarakat yang menganggap bahwa perempuan dibutuhkan untuk membantu mengurus rumah tangga, sedangkan laki-laki berkewajiban dalam mencari nafkah dan membantu menambah penghasilan rumah tangga sehingga menyebabkan pendidikan kaum perempuan masih tertinggal dibanding kaum laki-laki. 3.1 Angka Partisipasi Kasar Angka Partispasi Kasar (APK) menunjukkan partisipasi penduduk yang sedang mengenyam pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikannya. APK merupakan persentase jumlah penduduk yang sedang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan terhadap jumlah penduduk usia sekolah yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. Angka Partisipasi Kasar digunakan untuk mengetahui seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan di suatu jenjang pendidikan tertentu tanpa melihat berapa usianya. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan yang dibagi dalam tiga kelompok jenjang pendidikan yaitu SD (penduduk usia 7-12 tahun), SMP (penduduk usia tahun), dan SMA (penduduk usia tahun). Semakin tinggi nilai APK berarti semakin banyak anak usia sekolah yang bersekolah pada jenjang pendidikan tertentu. Nilai APK bisa lebih dari 100, karena ada anak yang Profil Gender Ibu dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

31 berada diluar usia resmi sekolah sedang bersekolah pada jenjang pendidikan tertentu. Tabel 3.1 Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2016 Jenjang Pendidikan Laki-laki Perempuan Total (1) (2) (3) (4) SD SMP SMA Sumber : SUSENAS diolah, 2016 Tabel 3.1 menunjukkan pada jenjang pendidikan sekolah dasar (SD) nilai APK berada diatas 100 persen yaitu 108,32 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat murid sekolah dasar yang berusia di luar batas usia resmi jenjang pendidikan sekolah dasar (7-12 tahun).. Adanya siswa dengan usia yang lebih tua dibanding usia standar di jenjang pendidikan tertentu menunjukkan terjadinya kasus tinggal kelas atau terlambat masuk sekolah. Sebaliknya siswa yang lebih muda dibanding usia standar di jenjang pendidikan tertentu menggambarkan siswa tersebut masuk sekolah pada usia yang lebih muda. Jika dilihat menurut gender, APK laki-laki lebih besar dari perempuan yaitu 109,25 persen laki-laki dan 107,45 persen perempuan. Angka Partisipasi Kasar (APK) cenderung menurun pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Bahkan APK laki-laki relatif lebih rendah Profil Gender Ibu dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

32 dibandingkan APK perempuan pada jenjang pendidikan SMP (Sekolah Menengah Pertama) maupun SMA (Sekolah Menengah Atas). APK yang terendah pada jenjang pendidikan SMA yakni 89,43 persen, artinya dari 100 orang yang berusia sekolah pada jenjang pendidikan SMA (16-18 tahun) hanya 89 persen yang sedang bersekolah di jenjang pendidikan SMA. 3.2 Angka Partisipasi Murni Angka Partisipasi Murni (APM) merupakan perbandingan antara banyaknya murid pada masing-masing jenjang pendidikan dengan jumlah penduduk kelompok umur untuk jenjang pendidikan yang bersangkutan. APM ini digunakan untuk mengukur proporsi anak yang bersekolah tepat waktu, yang dibagi dalam tiga kelompok jenjang pendidikan yaitu SD (penduduk usia 7-12 tahun), SMP (penduduk usia tahun), dan SMA (penduduk usia tahun). Bila seluruh anak usia sekolah dapat bersekolah tepat waktu, maka APM akan mencapai nilai 100. Secara umum, nilai APM akan selalu lebih rendah dari APK karena nilai APK mencakup anak diluar usia sekolah pada jenjang pendidikan yang bersangkutan. Selisih antara APK dan APM menunjukkan proporsi siswa yang terlambat atau terlalu cepat bersekolah. Keterbatasan APM adalah kemungkinan adanya under estimate karena adanya siswa diluar kelompok usia yang standar di tingkat pendidikan tertentu. Profil Gender Ibu dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

33 Dari tabel 3.2 terlihat APM menurut jenis kelamin dan menurut jenjang pendidikan di Pasaman Barat Tahun Bila dilihat berdasarkan jenjang pendidikan, APM terttinggi adalah APM SD dengan nilai mencapai 99,77 persen artinya dari 100 anak yang berusia 7-12 tahun sebanyak orang sedang bersekolah si SD. Bila dilihat menurut gender APM perempuan mencapai 100 persen, hal ini menunjukkan bahwa anak usia seolah pada jenjang pendidikan SD yang perempuan seluruhnya bersekolah tepat waktu. Tabel 3.2 Angka Partisipasi Murni Menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2016 Jenjang Pendidikan Laki-laki Perempuan Total (1) (2) (3) (4) SD SMP SMA Sumber : SUSENAS diolah, 2016 Hampir sama dengan APK, Angka Partisipasi Murni (APM) cenderung menurun pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Begitu juga dengan APM laki-laki relatif lebih rendah dari APM perempuan pada jenjang pendidikan SMP dan SMA. Relatif rendahnya APM pada jenjang pendidikan SMP disebabkan karena banyak anak usia tahun yang justru masih bersekolah di jenjang pendidikan SD. Begitu juga dengan APM jenjang pendidikan SMA, anak-anak pada jenjang umur Profil Gender Ibu dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

34 16-18 tahun justru masih banyak yang bersekolah di jenjang SMP. Kemungkinan besar mereka ini adalah anak-anak yang tidak naik kelas ataupun anak yang dulunya terlambat masuk sekolah. 3.3 Angka Partisipasi Sekolah Angka Partisipasi Sekolah menggambarkan secara umum tentang banyaknya anak kelompok umur tertentu yang sedang bersekolah tanpa memperhatikan jenjang pendidikan yang sedang diikuti. APS merupakan indikator dasar yang digunakan untuk melihat akses penduduk pada fasilitas pendidikan khususnya bagi penduduk usia sekolah. Semakin tinggi Angka Partisipasi Sekolah semakin besar jumlah penduduk yang berkesempatan mengenyam pendidikan. Namun demikian meningkatnya APS tidak selalu dapat diartikan sebagai meningkatnya pemerataan kesempatan masyarakat untuk mengenyam pendidikan. Indikator ini digunakan untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang telah bersekolah di semua jenjang pendidikan. Makin tinggi APS berarti makin banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu daerah. Nilai ideal APS = 100 persen dan tidak akan lebih besar dari 100 %, karena murid usia sekolah dihitung dari murid yang ada di semua jenjang pendidikan pada suatu daerah. Profil Gender Ibu dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

35 Tabel 3.3 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Kelompok Umur Sekolah dan Jenis Kelamin 2016 Kelompok Umur (Tahun) Laki-laki Perempuan Total (1) (2) (3) (4) Sumber : SUSENAS diolah, 2016 APS kelompok umur 7-12 tahun menggambarkan persentase penduduk berumur 7-12 tahun yang masih bersekolah, baik di SD maupun SMP. Tabel 3.3 menunjukkan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Kabupaten Pasaman Barat pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar yaitu 100 persen laki-laki dan 100 persen perempuan. Tingginya capaian APS ini menggambarkan bahwa anak usia 7-12 tahun di Pasaman Barat semuanya sedang bersekolah (baik di tingkat SD maupun SMP). APS penduduk semakin kecil sejalan dengan pertambahan usia. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya ; keikutsertaan anakanak sekolah yang memasuki usia produktif dalam aktifitas ekonomi, mahalnya biaya pendidikan, dll. APS kelompok umur tahun tercatat sebesar persen, dan APS kelompok umur tahun cenderung lebih rendah yaitu tercatat sebesar persen. Hal ini dimaklumi mengingat tidak semua anak bisa dan mampu melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan SMA. Profil Gender Ibu dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

36 Jika dilihat menurut gender, APS laki-laki pada kelompok umur tahun lebih tinggi dari perempuan yaitu 96,14 persen laki-laki dan 94,99 persen perempuan. Sedangkan APS pada kelompok umur tahun perempuan lebih tinggi dari laki-laki yaitu persen perempuan dan persen laki-laki. Perbedaan yang tidak terlalu signifikan antara APS laki-laki dan perempuan menunjukkan bahwa lakilaki dan perempuan relatif memiliki kesempatan yang sama dalam hal pendidikan di Kabupaten Pasaman Barat. APS kelompok umur tahun berbeda jauh dari kelompok umur sebelumnya, salah satunya dikarenakan pada usia ini sudah masuk dalam usia kerja sehingga ada anak yang memilih untuk bekerja dibandingkan dengan sekolah dan hanya menikmati masa pendidikan dasar 9 tahun. 3.4 Angka Melek Huruf Kemampuan membaca dan menulis dicerminkan oleh indikator tingkat melek huruf. Angka Melek Huruf (AMH) merupakan persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan atau huruf lainnya serta mengerti sebuah kalimat sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Angka ini digunakan untuk mengukur keberhasilan program pemberantasan buta huruf dimana masih tinggi jumlah penduduk yang tidak pernah bersekolah atau tidak tamat SD. Selain itu juga digunakan untuk menunjukkan kemampuan penduduk dalam menyerap informasi serta menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis. Profil Gender Ibu dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

37 Angka Buta Huruf (ABH) adalah proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas yang tidak mempunyai kemampuan membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya, terhadap penduduk usia 15 tahun ke atas. Tingkat buta huruf yang rendah menunjukkan adanya sebuah sistem pendidikan dasar yang efektif dan/atau program keaksaraan yang memungkinkan sebagian besar penduduk untuk memperoleh kemampuan menggunakan kata-kata tertulis dalam kehidupan seharihari dan melanjutkan pembelajarannya. Di bawah ini adalah tabel angka melek huruf dan buta huruf menurut jenis kelamin di Pasaman Barat Tahun Tabel 3.4 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Kemampuan Baca Tulis dan Jenis Kelamin Tahun 2016 Jenis Kelamin AMH (%) ABH (%) (1) (2) (3) Laki-laki Perempuan Pasaman Barat Sumber : SUSENAS diolah, 2016 Dari tabel 3.4 terlihat pencapaian angka melek huruf (AMH) di Kabupaten Pasaman Barat pada tahun 2016 adalah sebesar 98,95 persen yang artinya hampir 99 persen penduduk Pasaman Barat telah mampu membaca dan menulis baik tulisan latin, arab, maupun huruf lainnya. Sedangkan Angka Buta Huruf (ABH) atau orang yang tidak bisa Profil Gender Ibu dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

38 membaca dan menulis huruf latin, arab, dan huruf lainnya hanya 1.05 persen. Jika dilihat menurut gender pada Tabel 3.4 bahwa angka melek huruf penduduk laki-laki ternyata lebih tinggi dari penduduk perempuan yaitu sebesar persen laki-laki dan persen perempuan. Sehingga angka buta huruf laki-laki menjadi lebih kecil daripada angka buta huruf perempuan, yaitu 0.91 persen laki-laki dan 1.19 persen perempuan. Masih adanya sebagian kecil penduduk yang buta huruf kemungkinan disebabkan oleh kondisi pendidikan pada masa lalu, dimana waktu itu partisipasi sekolah penduduk masih rendah akibatnya banyak penduduk yang tidak bisa membaca dan menulis. Apabila dilihat menurut kelompok umur pada kelompok umur tahun dan tahun angka melek huruf laki-laki lebih rendah dari perempuan, sedangkan pada kelompok umur 60+ tahun angka melek huruf laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Angka Buta Huruf baik laki-laki maupun perempuan tertinggi berada pada umur 60+ tahun tercatat 6,10 persen penduduk laki-laki yang buta huruf dan 11,39 persen penduduk perempuan yang buta huruf. Profil Gender Ibu dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

39 Tabel 3.5 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Kemampuan Baca Tulis, Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2016 Melek Huruf Buta Huruf Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan (1) (2) (3) (4) (5) Pasaman Barat Sumber : SUSENAS diolah, Angka Putus Sekolah Angka Putus Sekolah (DO) didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah murid putus sekolah pada jenjang pendidikan tertentu (SD, SMP, SMA dan sebagainya) dengan jumlah murid pada jenjang pendidikan tertentu dan dinyatakan dalam persentase. Hasil perhitungan Angka Putus Sekolah ini digunakan untuk mengetahui banyaknya siswa putus sekolah disuatu jenjang pendidikan tertentu pada wilayah tertentu. Semakin tinggi Angka Putus Sekolah berarti semakin banyak siswa yang putus sekolah disuatu jenjang pendidikan pada suatu wilayah. Profil Gender Ibu dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

40 Angka Putus Sekolah dapat mengindikasikan tingkat keberhasilan atau kegagalan sistem pendidikan menurut jenjangnya ataupun menggambarkan kemampuan penduduk menyelesaikan pendidikan pada jenjang-jenjang tertentu. Tentunya indikator ini tidak dapat mengetahui faktor penyebab putus sekolah tersebut. Angka putus sekolah dapat mengindikasikan tingkat keberhasilan/kegagalan sistem pendidikan menurut jenjangnya maupun menggambarkan kemampuan penduduk menyelesaikan pendidikan tertentu. Tabel 3.6 Angka Putus Sekolah Menurut Kelompok Umur Sekolah dan Jenis Kelamin Tahun 2016 Jenis Kelamin SD SMP SMA (1) (2) (3) (4) Laki-laki 1,68 11,83 11,19 Perempuan 0,00 6,63 17,61 Pasaman Barat 0,90 9,05 14,12 Sumber : SUSENAS diolah, 2016 Dari Tabel 3.6 tampak bahwa angka putus sekolah dari jenjang SD, SMP hingga SMA menunjukkan kenaikan angka. Angka putus sekolah laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan hampir di semua jenjang pendidikan baik SD, SMP, maupun SMA. Hal ini mengindikasikan bahwa pelajar laki-laki relative lebih rentan terhadap putus sekolah dibandingkan dengan pelajar perempuan. Profil Gender Ibu dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

41 3.6 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Kualitas sumber daya manusia secara spesifik dapat dilihat dari tingkat pendidikan penduduk. Komposisi penduduk menurut pendidikan yang ditamatkan memberikan gambaran tentang kualitas sumber daya manusia. Semakin banyak penduduk yang berpendidikan tinggi, maka kualitas SDM di wilayah tersebut juga semakin bagus. SDM yang berkualitas ini akan mudah terserap dalam dunia kerja, dan pada akhirnya akan menaikkan tingkat pendapatan. Dengan demikian, secara tidak langsung tingkat pendidikan yang baik juga akan mengurangi tingkat kemiskinan. Tabel 3.7 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin Tahun 2016 Jenjang Pendidikan Laki-laki Perempuan Total (1) (2) (3) (4) Tidak tamat SD 23,60 27,45 25,50 SD / Paket A 33,63 27,81 30,75 SMP / Paket B 14,30 16,69 15,48 SMA / Paket C 24,41 22,41 23,43 DI / DII 0,32 0,57 0,44 DIII / Sarjana Muda 0,77 1,06 0,91 Sarjana 2,98 4,01 3,49 Sumber : SUSENAS diolah, 2016 Dari tabel 3.7 terlihat persentase penduduk Pasaman Barat umur 10 tahun ke atas yang tidak tamat SD/ tidak punya ijazah masih Profil Gender Ibu dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

42 relatif besar yaitu 25,50 persen, dengan persentase perempuan lebih besar daripada laki-laki. Persentase tertinggi terlihat pada tamatan SD sebesar 30,75 persen, dengan persentase laki-laki lebih besar daripada perempuan.. Persentase ini bahkan semakin menurun untuk tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Pada jenjang pendidikan sarjana (S2 & S3) persentase perempuan lebih tinggi daripada laki-laki yaitu 4,01 persen perempuan dan 2,98 persen laki-laki. Ketertinggalan laki-laki dan perempuan bervariasi antar jenjang pendidikan, adakalanya perempuan yang tertinggal ada juga kalanya laki-laki yang tertinggal. Gejala ini menunjukkan bahwa peluang yang terbuka baik bagi laki-laki maupun perempuan dalam pendidikan yang sama, tetapi akses masing-masing yang berbeda. 3.7 Rata-rata Lama Sekolah Secara umum, tingkat pendidikan penduduk dapat dilihat dari rata-rata lama bersekolah. Indikator ini dapat menunjukkan sampai pada jenjang pendidikan apa penduduk di suatu wilayah dapat menikmati pendidikan. Semakin tinggi rata-rata lama sekolah berarti semakin tinggi jenjang pendidikan yang dijalani. Profil Gender Ibu dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

43 Tabel 3.8 Rata-rata Lama Sekolah (tahun) Menurut Jenis Kelamin Tahun 2016 Indikator Laki-laki Perempuan Total (1) (2) (3) (4) MYS 7,99 7,55 7,77 Sumber : SUSENAS diolah, 2016 Rata-rata lama sekolah penduduk di Pasaman Barat tahun 2016 adalah sekitar 7,77 tahun. Ini menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pendidikan penduduk baru dapat menjalani pendidikannya sampai kelas I SMP atau putus sekolah di kelas I SMP. Jika dilihat menurut jenis kelamin, MYS laki-laki hampir seimbang dengan perempuan yaitu 7,99 tahun untuk laki-laki dan 7,55 tahun untuk perempuan. Angka ini masih rendah bila dibandingkan dengan program pendidikan wajib belajar (wajar) 9 tahun yang dicanangkan oleh pemerintah. 3.8 Sertifikasi Guru Program sertifikasi guru merupakan program dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dilatarbelakangi oleh kualitas pendidikan. Mutu masih menjadi paradigma dalam dunia pendidikan. Banyak faktor mengapa kualitas pendidikan masih perlu pembenahan lebih lanjut. Profil Gender Ibu dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

44 Salah satu faktor penting dalam meningkatkan kualitas di dunia pendidikan adalah guru. Guru merupakan ujung tombak dalam peningkatan kualitas pendidikan. Masalah pendidikan yang sering muncul adalah berkaitan dengan profesionalisme dan kesejahteraan. Untuk menjawab itu pemerintah telah mengeluarkan program sertifikasi guru melalui Undang-undang Nomor 14 Tahun Tabel 3.9 Jumlah Guru Negeri yang telah Memperoleh Sertifikasi Jenjang Pendidikan SD, SLTP, dan SLTA Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan Tahun 2016 SD SLTP SLTA No. Kecamatan L P L+P L P L+P L P L+P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) 1 Sungai Beremas Ranah Batahan Koto Balingka Sungai Aur Lembah Melintang Gunung Tuleh Talamau Pasaman Luhak Nan Duo Sasak Ranah Pasisie Kinali Pasaman Barat Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Pasaman Barat Dari tabel 3.9 pada semua jenjang pendidikan terlihat bahwa guru yang perempuan lebih banyak memperoleh sertifikasi dibandingkan guru laki-laki baik pada jenjang pendidikan SD, SLTP dan SLTA. Profil Gender Ibu dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

45 Profil Gender Ibu dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

46 BAB IV KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA Tingkat kualitas kesehatan merupakan indikator penting untuk menggambarkan mutu pembangunan manusia suatu wilayah. Semakin sehat kondisi suatu masyarakat, maka akan semakin mendukung proses dan dinamika pembangunan ekonomi suatu daerah yang berdampak pada peningkatan produktivitas penduduk. Oleh karena itu, investasi sumber daya manusia bidang kesehatan perlu terus mendapat perhatian besar baik dari pemerintah dan masyarakat, dan usaha yang dilakukan harus berkesimabungan. Salah satu upaya pemerintah dalam memperhatikan kesejahteraan perempuan salah satunya adalah program Keluarga Berencana (KB). Kesehatan perempuan dapat diukur berdasarkan kualitas fisik perempuan melalui indikator kematian ibu melahirkan, penolong persalinan, Kunjungan ibu hamil (K1/K4) ke sarana pelayanan kesehatan, Imunisasi TT pada ibu hamil, Ibu hamil yang mendapat tablet Zat Besi (Fe). Program Keluarga Berencana (KB) merupakan upaya pemerintah dalam mendukung kesejahteraan perempuan dan menekan laju pertumbuhan penduduk. Indikator yang digunakan meliputi status pemakaian alat/cara KB, jenis-jenis alat KB yang digunakan dan anak lahir hidup. Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

47 4.1 Kematian Ibu Melahirkan Dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, ibu dan anak merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas. Oleh karena itu, upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak mendapat perhatian khusus. Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian Ibu merupakan salah satu indikator yang bisa menggambarkan kesejahteraan masyarakat disuatu daerah. Menurut WHO, Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya perempuan yang meninggal dari suatu sebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau insidensif) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan). Tanpa memperhitungkan lama kehamilan per kelahiran hidup. AKI diperhitungkan pula dalam jangka waktu 6 minggu sehingga setahun setelah melahirkan. Indikator ini secara langsung digunakan untuk memonitor kematian terkait dengan kehamilan. AKI dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Pemerintah bersama masyarakat bertanggung jawab dalam upaya percepatan penurunan angka kematian ibu melahirkan dengan menjamin bahwa setiap ibu memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, mulai dari saat hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, dan perawatan pasca Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

48 persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, serta akses terhadap keluarga berencana. Tabel 4.1 Jumlah Kematian Ibu Melahirkan di Kabupaten Pasaman Barat Tahun No Kecam atan Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat Jumlah Kem atian Ibu Sungai Beremas Ranah Batahan Koto Balingka Sungai Aur Lembah Melintang Gunung Tuleh Talamau Pasaman Luhak Nan Duo Sasak Ranah Pasisie Kinali 3 1 Pasam an Barat Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat tercatat selama dua tahun terakhir 2015 dan 2016 terjadi penurunan jumlah kematian ibu melahirkan dari 17 orang pada tahun 2015 menjadi 16 orang pada tahun Jika dilihat perkecamatan jumlah kematian ibu melahirkan yang paling banyak selama adalah di Kecamatan Lembah Melintang, tercatat 4 orang kematian ibu selama tahun Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

49 4.2 Pengebab Kematian Ibu Melahirkan Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi faktor penentu angka kematian, meskipun masih banyak faktor yang harus diperhatikan untuk menangani masalah ini. Persoalan kematian yang terjadi lantaran indikasi yang lazim muncul, yakni pendarahan, keracunan kehamilan yang disertai kejang-kejang, aborsi dan infeksi. Namun ternyata masih ada faktor lain yang cukup penting. Tabel 4.2 Penyebab Kematian Ibu Melahirkan di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2015 No. Kecamatan Eklams ia Shock post partum Abortus Jantung Hiperte nsi Asma Bronkial Retensio Plasenta Malaria Pendarah an (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) 1 Sungai Beremas 1 2 Ranah Batahan Koto Balingka Sungai Aur 1 5 Lembah Melintang 1 6 Gunung Tuleh 1 7 Talamau Pasaman 9 Luhak Nan Duo 10 Sasak Ranah Pasisie 1 11 Kinali 2 1 Pasaman Barat Penyebab Kematian Ibu Karena Hamil, Melahirkan dan Nifas di Kabupaten Pasaman Barat Tahun Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat Penyebab kematian ibu melahirkan pada tahun 2015 bisa dilihat pada tabel 4.2. Kematian ibu melahirkan paling banyak disebabkan oleh pendarahan sebanyak 5 (lima) kasus di Kecamatan Ranah Batahan 1 kasus, Kecamatan Koto Balingka 3 kasus dan 1 kasus di Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

50 Kecamatan Gunung Tuleh. Selain itu penyebab kematian ibu melahirkan disebabkan oleh eklamsia (3 kasus), shock post partum (I kasus), abortus (1 kasus), jantung (1 kasus), hipertensi (1 kasus), asma bronkial (2 kasus), retensio plasenta (2 kasus) dan malaria (1 kasus). Tabel 4.3 Penyebab Kematian Ibu Melahirkan di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2016 Penyebab Kematian Ibu Karena Hamil, Melahirkan dan Nifas di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2016 No. Kecamatan Eklams Suspec Gagal Demam Asma Pre Inversio Infeksi Plasenta Pre Penda ia Hemofili Ginjal Tipoid Nifas Eklamsi Uteri Nifas Previa Eklamsi rahan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) 1 Sungai Beremas 1 2 Ranah Batahan 1 3 Koto Balingka Sungai Aur Lembah Melintang Gunung Tuleh 1 7 Talamau Pasaman Luhak Nan Duo 10 Sasak Ranah Pasisie 11 Kinali 1 Pasaman Barat Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat Penyebab kematian ibu melahirkan pada tahun 2016 bisa dilihat pada tabel 4.3. Kematian ibu melahirkan paling banyak disebabkan oleh eklamsia sebanyak 4 (empat) kasus masing-masing 1 kasus di Kec. Sungai Beremas, Kec. Ranah Batahan, Kec. Gunung Tuleh dan Kec. Kinali. Kematian ibu melahirkan yang disebabkan oleh asma nifas sebanyak 3 kasus, masing-masing 1 kasus di Kec. Koto Balingka, Sungai Aur dan Pasaman. Selain itu juga disebabkan oleh suspec hemofili, gagal ginjal, demam tipoid, pre eklamsi, inversio uteri, palsenta previa, pre eklamsi dan pendarahan masing-masingnya 1 kasus. Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

51 4.3 Penolong Persalinan Salah satu cara untuk menurunkan jumlah kematian ibu melahirkan adalah dengan meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga medis dan meningkatkan pelayanan neonatal. Proses persalinan ini diyakini akan berpengaruh terhadap pengurangan kematian bayi dan kematian ibu yang sedang melahirkan, dimana pemerintah mengupayakan agar para ibu hamil dapat melahirkan dengan selamat, demikian pula bayi yang dilahirkan dapat terlahir dengan sehat. Untuk itu pemerintah terus berupaya agar tenaga kesehatan tersebar sampai ke seluruh pelosok daerah. Program pemerintah mengarahkan lebih ditingkatkannya pertolongan persalinan akan ideal bila dilakukan oleh kesehatan yang profesional yaitu dokter, bidan, atau tenaga medis lain. Proporsi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dapat dipakai sebagai salah satu indikator keberhasilan program pemerintah tersebut. Tabel 4.4 menyajikan data jumlah kelahiran menurut penolong persalinan yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat. Selama dua tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah kelahiran bayi yang persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan, karena hal tersebut terkait erat dengan kelangsungan hidup ibu dan bayi yang dilahirkan. Tenaga medis yang paling banyak membantu proses persalinan adalah bidan, karena bidan mudah dijangkau sejak adanya Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

52 program bidan desa, disetiap puskesmas tersedia tenaga bidan. Tercatat Jumlah kelahiran bayi dengan penolong persalinan bidan tahun 2015 sebanyak dan meningkat menjadi kelahiran pada tahun Hal ini menunjukkan telah meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan dan keselamatan bayi dan ibu melahirkan serta kelangsungan hidup ibu dan bayi dengan melakukan persalingan oleh tenaga kesehatan yang profesional, terdidik dan terlatih. Tabel 4.4 Jumlah Kelahiran Menurut Penolong Persalinan dan Kecamatan Tahun Penolong Persalinan No. Kecamatan Bidan Dukun Lainnya Bidan Dukun Lainnya (1) (2) (4) (5) (6) (8) (9) (10) 1 Sungai Beremas Ranah Batahan Koto Balingka Sungai Aur Lembah Melintang Gunung Tuleh Talamau Pasaman Luhak Nan Duo Sasak Ranah Pasisie Kinali Pasaman Barat Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat Disisi lain, masih ditemukan proses persalinan yang di tolong oleh dukun dan lainnya tercatat sebanyak 74 kelahiran tahun 2015 di tolong oleh dukun terlatih, meningkat menjadi 99 kelahiran pada tahun Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

53 2016. Begitu juga dengan penolong persalinan lainnya (gabungan tenaga kesehatan/mitra nakes dengan dukun terlatih), tercatat tahun 2015 sebanyak 30 kelahiran di tolong oleh lainnya dan meningkat menjadi 40 kelahiran pada tahun Jika dilihat perkecamatan, pada tahun 2015 proses persalinan yang paling banyak mengandalkan dukun bersalin adalah di Kecamatan Kinali sebanyak 21 kelahiran dan Kecamatan Sungai Beremas sebanyak 12 kelahiran. Sedangkan pada tahun 2016 sebanyak 33 kelahiran di Kec.Lembah Melintang dan Kinali 30 kelahiran. Dengan kondisi persebaran tenaga kesehatan yang belum terlalu merata, keberadaan dukun tradisional justru memiliki peran untuk membantu masyarakat yang memerlukan bantuan medis namun belum dapat menjangkau sarana dan prasarana kesehatan yang memadai. Tenaga lainnya menjadi pilihan lain, terutama yang tinggal jauh dari jangkauan puskesmas. Dengan demikian eksistensi dukun bayi tetap strategis. Selain itu tingkat kepercayaan terhadap dukun bersalin juga sangat kental pada masyarakat di daerah pedesaan. Diharapkan program pemerintah tidak hanya menambah tenaga medis tetapi juga tetap diperlukan peningkatan keterampilan dan pengetahuan kesehatan bagi dukun bayi mengingat eksistensi mereka tadi. 4.4 Kunjungan Ibu Hamil (K1/K4) K1 adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

54 kurun waktu tertentu. Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat. K1 adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar. Kontak pertama ini harus dilakukan sedini mungkin pada trisemester pertama sebaiknya minggu ke 8 dan pada saat kunjungan ini ibu juga diberikan buku KIA sebagai pedoman para ibu dimulai dari kehamilan sampai setelah melahirkan. K4 adalah kontak ibu hamil sebanyak 4 kali atau lebih dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar. Kontak empat kali ini dilakukan dengan rincian satu kali pada trisemester I (kehamilan hingga 12 minggu) dan trisemester kedua (>12 24 minggu), kemudian minimal 2 kali kontak pada trisemester ketiga dilakukan setelah minggu ke 24 sampai umur 36. Kunjungan antenatal ini bisa lebih dari 4 kali sesuai dengan kebutuhan dan jika ada keluhan, penyakit atau gangguan kehamilan. Data dari Dinas Kesehatan Kab. Pasaman Barat, jumlah kunjungan ibu hamil yang pertama dengan tenaga kesehatan (K1) meningkat dari tahun 2015 ke 2016 yaitu dari menjadi orang ibu hamil. Begitu juga dengan jumlah kunjungan ibu hamil sebanyak 4 kali atau lebih dengan tenaga kesehatan (K4) jumlahnya mengalami peningkatan yang cukup besar dari 2015 yaitu orang Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

55 ibu hamil menjadi ibu hamil. Jumlah yang semakin meningkat ini menggambarkan ibu hamil semakin peduli dengan keselamatan dan kesehatan ibu selama kehamilan dan janin yang ada dalam rahimnya. Tabel 4.5 Kunjungan Ibu Hamil (K1/K4) ke Sarana Pelayanan Kesehatan Tahun Jum lah Kunjungan No. Kecam atan K1 K4 K1 K4 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Sungai Beremas Ranah Batahan Koto Balingka Sungai Aur Lembah Melintang Gunung Tuleh Talamau Pasaman Luhak Nan Duo Sasak Ranah Pasisie Kinali Pasaman Barat Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat Selama dua tahun terakhir terjadi penurunan jumlah kunjungan K4 bila dibandingkan dengan K1, pada tahun 2015 terjadi penurunan sebesar 14,85 persen, dan 2016 penurunan sebesar 15,52 persen. Jika dilihat perkecamatan pada tahun 2015 jumlah K1 dan K4 paling banyak sama-sama di Kec.Pasaman, sedangkan pada tahun 2016 Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

56 K1 dan K4 tertinggi di Kec. Kinali. Dengan sering memeriksakan diri ke sarana pelayanan kesehatan selama kehamilan, dapat mendeteksi secara cepat jika ada permasalahan, ataupun gangguan dengan kehamilan sehingga kesehatan ibu dan calon bayi tetap terjaga. 4.5 Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada Ibu Hamil Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) penting diberikan pada ibu hamil. Manfaatnya adalah untuk mencegah tetanus bagi ibu dan bayinya. Tetanus adalah penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh toksin dari bakteri yang disebut Clostridium Tetani. Bakteri ini masuk kedalam tubuh melalui luka terbuka. Bisa berupa luka akibat tusukan kecil atau goresan pada kulit. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil memiliki tujuan mencegah tetanus pada proses persalinan, dimana terdapat luka baik pada rahim maupun pada tali pusat bayi. Hal ini terutama mencegah tetanus pada persalinan beresiko tinggi yaitu apabila persalinan dilakukan dengan alat-alat yang tidak steril. Antibodi akan terbentuk dalam tubuh setelah vaksinasi atau imunisasi TT diberikan, antibodi ini akan diteruskan kepada bayi dan melindunginya selama beberapa bulan setelah lahir. Sebelum adanya imunisasi TT banyak ditemui kasus tetanus neonatorum yaitu tetanus yang terjadi pada bayi baru lahir sebelum berusia 1 bulan. Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

57 Pada ibu hamil dengan kehamilan yang pertama, dokter akan merekomendasikan setidaknya dua dosis suntik vaksin TT. Vaksinasi pertama diberikan pada trisemester pertama setelah tes kehamilan positif dan setelah janji antenatal pertama. Dosis kedua diberikan minimal 4-8 minggu setelah imunisasi yang pertama, dan paling lambat harus diberikan 4 minggu sebelum perkiraan tanggal persalinan Tabel 4.6 Jumlah Imunisasi Tetanus Toxoid Pada Ibu Hamil Kab.Pasaman Barat Tahun ; No. Kecamatan (1) (2) (3) (4) 1 Sungai Beremas Ranah Batahan Koto Balingka Sungai Aur Lembah Melintang Gunung Tuleh Talamau Pasaman Luhak Nan Duo Sasak Ranah Pasisie Kinali Pasaman Barat Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat Tabel 4.6 menyajikan jumlah imunisasi TT pada ibu hamil di Kab.Pasaman Barat Tahun yang bersumber dari Dinas Kesehatan Kab. Pasaman Barat. Terjadi peningkatan jumlah ibu hamil yang imunisasi TT dari tahun 2015 (8.162 orang) menjadi orang Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

58 pada tahun 2016, atayu terjadi peningkatan sebesar 14,60 persen. Jika dilihat perkecamatan, ibu hamil yang berdomisili di Kec.Pasaman jumlahnya lebih banyak dibanding kecamatan lain baik pada tahun 2015 maupun Pemberian Tablet Zat Besi (Fe) pada Ibu Hamil Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan suatu daerah. Kematian ibu dapat terjadi karena beberapa sebab, diantaranya karena anemia. Anemia pada kehamilan juga berhubungan dengan meningkatnya kesakitan ibu. Tablet Zat Besi (Fe) adalah suatu tablet vitamin dan mineral yang sangat penting bagi ibu hamil untuk mencegah kecacatan pada perkembangan bayi baru lahir dan kematian ibu yang disebabkan oleh anemia berat. Tablet ini sangat diperlukan oleh ibu hamil. Manfaat Tablet Fe pada ibu hamil, diantaranya yaitu : a. Mencegah terjadinya anemi defisiensi besi b. Mencegah terjadinya pendarahan pada saat persalinan c. Dapat meingkatkan asupan nutrisi bagi janin d. Anemi dan pendarahan dapat dicegah, maka kematian ibu pun dapat diturunkan. Tablet Fe diberikan kepada ibu hamil sebanyak satu tablet setiap hari berturut-turut minimal selama 90 hari selama masa kehamilan. Sudah selayaknya seorang ibu hamil akan mendapatkan minimal 60 sampai 90 tablet Fe selama kehamilannya dan diberikan secara gratis. Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

59 Tablet Fe mengandung 200 mg ferro sulfat setara dengan 60 miligram besi elemental dan 0,25 mg asam folat. Tabel 4.7 Jumlah Ibu Hamil yang Mendapat Tablet Zat Besi (Fe) Menurut Kecamatan Tahun Jumlah Ibu Hamil yang Mendapat Tablet Zat Besi (Fe) No. Kecamatan (1) (2) (3) (4) 1 Sungai Beremas Ranah Batahan Koto Balingka Sungai Aur Lembah Melintang Gunung Tuleh Talamau Pasaman Luhak Nan Duo Sasak Ranah Pasisie Kinali Pasaman Barat Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat Data dari Dinas Kesehatan Kab. Pasaman Barat tercatat jumlah ibu hamil yang mendapat tabel Zat Besi (Fe) pada tahun 2015 sebanyak orang, meningkat menjadi orang pada tahun 2016 atau terjadi kenaikan sebanyak 12,84 persen. Dilihat perkecamatan, jumlah ibu hamil yang mengkonsumsi Tablet Fe paling banyak di Kec.Pasaman yaitu tahun 2015 orang dan orang tahun Mengingat pentingnya mengkonsumsi Tablet Fe pada ibu hamil untuk pencegahan kecacatan pada bayi dan kematian ibu pemerintah Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

60 melalui Dinas Kesehatan seyogyanya harus lebih mensosialisasikan kepada masyarakat umumnya dan ibu hamil khususnya akan pentingnya mengkonsumsi Tablet Zat Besi (Fe). 4.7 Peserta/Akseptor Keluarga Berencana (KB) Keluarga Berencana (KB) merupakan sektor pembangunan nasional yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dan keluarga pada umumnya serta menurunkan laju pertumbuhan penduduk melalui pembatasan kelahiran. Usia antara tahun merupakan usai pasangan subur bagi perempuan karena pada usia ini kemungkinan untuk melahirkan anak sangat besar. Perempuan yang usianya berada pada usia ini disebut Wanita Usia Subur (WUS) dan Pasangan Usia Subur (PUS) bagi yang berstatus kawin. Semakin banyak jumlah PUS, maka semakin banyak pula jumlah anak yang dilahirkan. Semakin banyak jumlah anak maka semakin besar tanggungan kepala keluarga dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual anggota rumah tangga. Dengan demikian, pembatasan jumlah anak sangat perlu diperhatikan demi tercapainya keluarga sejahtera. Penggunaan alat kontrasepsi adalah salah satu cara untuk menekan angka kelahiran. Pada masyarakat awam, alat kontrasepsi dikenal hanya sebagai alat yang digunakan untuk mencegah kehamilan, namun sebenarnya banyak sekali manfaat dari alat kontrasepsi. Contohnya sebagai kebutuhan fisik, kontrasepsi memiliki peranan dalam setiap fase reproduksi, yaitu untuk menunda kehamilan dan menjarangkan kehamilan. Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

61 Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

62 Tabel 4.8 Jumlah Peserta/Akseptor Keluarga Berencana (KB) Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2016 Peserta KB Perempuan Peserta KB Laki-laki No. Kecamatan Total MOW IUD Implant Suntik Pil Jumlah MOP Kondom Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) 1 Sungai Beremas Ranah Batahan Koto Balingka Sungai Aur Lembah Melintang Gunung Tuleh Talamau Pasaman Luhak Nan Duo Sasak Ranah Pasisie Kinali Pasaman Barat Sumber : DP2KB Kabupaten Pasaman Barat Selama tahun 2016 tercatat Jumlah peserta KB perempuan sebanyak orang, sedangkan peserta KB laki-laki berjumlah orang. Alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh perempuan di Kab. Pasaman Barat tahun 2016 adalah Suntikan yang berjumlah orang (60,87 %) dan Implant berjumlah (19,90 %). Mayoritas perempuan menggunakan alat kontrasepsi suntikan karena dimungkinkan karena harganya yang relatif murah, mudah diperoleh dan praktis. Sedangkan implant atau dikenal dengan KB susuk merupakan metode yang cukup banyak juga digunakan oleh perempuan, karena tidak menimbulkan efek samping dan bisa menunda kehamilan dalam jangka waktu panjang. Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

63 Cukup banyak jenis alat kontrasepsi yang bisa digunakan oleh perempuan, tergantung lebih nyaman menggunakan apa. Sedangkan alat kontrasepsi untuk laki-laki hanya ada dua jenisnya yaitu kondom dan MOP (Vasektomi). Hampir 99 persen laki-laki di Kab. Pasaman Barat tahun 2016 menggunakan alat kontrasepsi kondom yaitu berjumlah orang. Sedangkan 9,12 persen menggunakan alat kontrasepsi MOP (Vasektomi) dengan jumlah 249 orang. Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

64 BAB V EKONOMI DAN KETENAGAKERJAAN Indikator ekonomi dan ketenagakerjaan merupakan indikator penting dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan, baik dibidang sosial maupun dibidang ekonomi. Indikator ini dapat memberikan gambaran tentang daya serap ekonomi terhadap pertumbuhan penduduk dan produktifitas tenaga kerja. Apabila perekonomian tidak dapat menyerap pertumbuhan tenaga kerja maka peningkatan pengangguran tidak dapat dihindari sehigga pada akhirnya banyak pengangguran yang nantinya akan mengakibatkan banyak terjadi masalah sosial. Selain itu, informasi dan kondisi ketenagakerjaan suatu daerah menjadi semakin penting mengingat salah satu tujuan pembangunan adalah menciptakan lapangan pekerjaan dalam jumlah dan kualitas yang memadai dan pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek penting untuk menunjukkan kesejahteraan masyarakat. Banyaknya penduduk yang bekerja menggambarkan tingkat kesejahteraan yang baik, sebaliknya banyaknya penduduk yang menganggur menjadi indikator buruknya tingkat kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, semakin banyak penduduk usia kerja yang terlibat dalam kegiatan ekonomi dan terserap Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

65 di dunia kerja menjadi satu tanda bahwa tingkat kesejahteraan akan semakin baik. 5.1 Penduduk Usia Kerja Penduduk usia kerja adalah penduduk berumur 15 tahun dan lebih. Penduduk yang telah memasuki usia kerja dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Kelompok angkatan kerja terdiri atas penduduk yang bekerja atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja (pengangguran). Kelompok bukan angkatan kerja adalah penduduk yang memasuki usia kerja tetapi tidak aktif dalam kegaitan ekonomi seperti ibu rumahtangga, pelajar, mahasiswa dan melakukan kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi. Data mengenai ketenagakerjaan diperoleh dari hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) setiap tahun. Untuk tahun 2016 tidak bisa disajikan datanya sampai level kabupaten, karena kurangnya sample akibat terjadinya pemangkasan anggaran dari pemerintah pusat. Jadi data angkatan kerja yang disajikan adalah data angkatan kerja Kabupaten Pasaman Barat tahun Dari tabel 5.1 terlihat pada tahun 2015 jumlah penduduk usia kerja sebesar jiwa, terdiri dari laki-laki jiwa (50,30%) dan perempuan jiwa (49,70%). Jumlah angkatan kerja penduduk laki-laki lebih tinggi daripada perempuan yaitu lakilaki (63,56%) dan perempuan (36,44%). Hal ini disebabkan oleh Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

66 jumlah penduduk laki-laki yang bekerja hampir 2 kali lipat dari penduduk perempuan yang bekerja, yaitu laki-laki (64,18%) dan perempuan (35,82%). Jumlah pengangguran terbuka antara laki-laki dan perempuan pada tahun 2015 jumlahnya berimbang yaitu laki-laki dan perempuan. Tabel 5.1 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Kegiatan Utama dan Jenis Kelamin Tahun 2015 Jenis Kegiatan (1) Laki-laki Jenis Kelamin Perempuan Jumlah (2) (3) (4) 1 Angkatan Kerja Bekerja Pengangguran Terbuka Bukan Angkatan Kerja Sekolah Mengurus Rumah Tangga Lainnya Jumlah Sumber : SAKENAS 2015, diolah Data bukan angkatan kerja penduduk perempuan jumlahnya hampir 3 kali lipat penduduk laki-laki, tercatat perempuan (77,66%) sedangkan laki-laki hanya orang (22,34%). Hal ini disebabkan karena sebagian besar perempuan yang berumur 15 tahun ke atas kegiatan uatamanya adalah mengurus rumahtangga yaitu mencapai orang (96,74%), sedangkan laki-laki hanya 3,26 persen (1.725 orang). Ketimpangan ini lebih dikarenakan penduduk laki-laki dianggap sebagai kepala keluarga yang wajib mencari nafkah Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

67 dibanding dengan penduduk perempuan yang wajib untuk mengurus rumahtangga. 5.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) merupakan perbandingan antara jumlah penduduk yang termasuk angkatan kerja dengan penduduk usia kerja (15 tahun ke atas). Makin tinggi angka TPAK merupakan indikasi meningkatnya kecenderungan penduduk usia ekonomi aktif untuk mencari atau melakukan kegiatan ekonomi. Tabel 5.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Angka Pengangguran di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2015 No. Indikator Ketenagakerjaan Laki-laki Perempuan L+P (1) (2) (3) (4) (5) 1 TPAK 85,72 49,75 67,84 2 TPT 2,85 5,44 3,79 Sumber : SAKENAS 2015, diolah TPAK Kabupaten Pasaman Barat pada tahun 2015 adalah sebesar 67,84 persen (tabel 5.2) artinya dari setiap 100 orang penduduk usia 15 tahun ke atas sebanyak orang telah aktif dalam aktivitas ekonomi (bekerja), sedangkan sisanya orang adalah mereka yang Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

68 mempunyai kegiatan lain seperti, sekolah, mengurus rumah tangga dan kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi seperti : olahraga, kursus, piknik, kegiatan sosial dan kegiatan keagamaan. TPAK penduduk laki-laki pada tahun 2015 lebih besar dari TPAK penduduk perempuan, tercatat sebesar 85,72 persen laki-laki dan 49,75 persen perempuan. Hal ini dianggap sangat wajar, mengingat setiap penduduk laki-laki dewasa memang dituntut untuk mencari nafkah bagi dirinya maupun keluarganya, sedangkan penduduk perempuan memang tidak dituntut untuk bekerja sebagaimana kaum laki-laki. Selain itu, terbatasnya lapangan pekerjaan bagi kaum perempuan kemungkinan menjadi penyebab kecilnya angka TPAK ini. 5.3 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indikator yang digunakan untuk mengukur angka pengangguran adalah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah persentase penggangguran terhadap angkatan kerja. Pada tahun 2015 tercatat TPT Pasaman Barat sebesar 3,79 persen, artinya dari setiap 100 orang angkatan kerja di Pasaman Barat 3-4 orang diantaranya adalah pengangguran. Dalam bahasan ini yang termasuk penganggur adalah mereka yang tergolong dalam usia kerja (15 tahun ke atas) yang pada saat pencacahan tidak bekerja dan bersedia menerima pekerjaan, tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan, tidak bekerja dan sedang Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

69 mempersiapkan usaha, tidak bekerja dan tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan (discouraged workers), serta tidak bekerja dan tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja tetapi belum mulai bekerja (future starts). Pengangguran yang dimaksud dikenal juga dengan istilah pengangguran terbuka (open unemployment). Untuk mengetahui sampai sejauh mana pengangguran yang terjadi, dapat dilakukan dengan menghitung tingkat pengangguran terbuka. Jika dibandingkan laki-laki dan perempuan, TPT laki-laki lebih rendah daripada TPT perempuan, tercatat 2,85 persen laki-laki dan 5,44 persen perempuan. Angka pengangguran ini harus menjadi permasalahan yang serius, mengingat pertumbuhan angkatan kerja yang relatif tinggi tidak sebanding dengan pertumbuhan kesempatan kerja. Selain itu, masih banyak pencari kerja yang tidak tertampung oleh lapangan kerja yang ada. 5.4 Distribusi Sektoral Penyerapan Tenaga Kerja Distribusi sektoral penyerapan tenaga kerja menggambarkan komposisi penduduk yang bekerja menurut kelompok lapangan pekerjaan utama. Data ini digunakan sebagai salah satu indikator untuk melihat kemampuan sektor-sektor ekonomi dalam menyerap tenaga kerja, sekaligus sebagai tolak ukur untuk menilai kemajuan perekonomian suatu daerah. Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

70 Tabel 5.3 Komposisi Penduduk Yang Bekerja Menurut Kelompok Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin Tahun 2015 No. Lapangan Pekerjaan Utama Laki-laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) 1 Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan & Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Listrik, Gas dan Air Minum Konstruksi Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi Lmbg Keuangan, Real Estate, Ush Persewaan & Js Perusahaan Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan Jumlah Sumber: SAKENAS 2015, diolah Sesuai dengan kondisi alam Pasaman Barat yang agraris, terlihat dari tabel 5.3 bahwa sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan & perikanan menjadi sektor yang berkontribusi besar dalam menyerap tenaga kerja di Pasaman Barat. Dari total orang yang bekerja pada tahun 2015 sekitar 62,89 persennya bekerja di sektor ini. Sektor kedua yang banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi yang mencapai 17,23 persen. Sektor ketiga yang banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan mencapai 7,33 persen. Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

71 5.5 Tenaga Kerja Migran Antar Kerja Antar Negara (AKAN) Pekerja migran adalah orang yang bermigrasi dari wilayah kelahirannya ke tempat lain dan kemudian bekerja di tempat yang baru tersebut dalam jangka waktu relatif menetap. Pekerja migran ada dua tipe, yaitu pekerja migran internal (dalam negeri) dan pekerja migran internasional. Pekerja migran internal (dalam negeri) adalah orang yang bermigrasi dari tempat asalnya untuk bekerja di tempat lain yang masih termasuk dalam wilayah Indonesia. Karena perpindahan penduduk umumnya dari desa ke kota, maka pekerja migran internal seringkali disebut dengan orang desa yang bekerja di kota. Pekerja migran internasional (luar negeri) adalah mereka yang meninggalkan tanah airnya untuk mengisi pekerjaan di negara lain. Di Indonesia, pengertian ini merujuk pada orang Indonesia yang bekerja di luar negeri atau yang dikenal dengan istilah Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Karena persoalan TKI seringkali menyentuh tenaga kerja wanita yang menjadi buruh di Luar Negeri, TKI identik dengan TKW (tenaga kerja wanita). Tabel 5.4 menyajikan data jumlah tenaga kerja migran antar negara (AKAN) menurut jenis kelamin. Terlihat jumlah tenaga kerja AKAN laki-laki dan perempuan berimbang tercatat di Dinas Ketenagakerjaan jumlah penduduk laki-laki tahun 2016 yang bekerja di luar negeri adalah sebanyak 17 orang sedangkan penduduk perempuan. Jika dilihat sebarannya perkecamatan jumlah AKAN yang banyak berasal dari Kecamatan Koto Balingka sebanyak 9 orang, 4 orang laki-laki dan 5 orang Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

72 perempuan. Diiukti oleh Kecamatan Lembah Melintang, Talamau dan Kinali masing-masing 4 orang. Tabel 5.4 Jumlah Tenaga Kerja Migran Antar Negara (AKAN) Menurut Jenis Kelamin Tahun 2016 Tenaga Kerja Migran Antar Kerja Negara (AKAN) No. Kecamatan Laki-laki Perempuan (1) (2) (3) (4) 1 Sungai Beremas Ranah Batahan Koto Balingka Sungai Aur Lembah Melintang Gunung Tuleh Talamau Pasaman Luhak Nan Duo Sasak Ranah Pasisie Kinali 3 1 Pasaman Barat Sumber : Disnaker Kabupaten Pasaman Barat 5.6 Pekerja Formal dan Infromal Dalam melakukan pekerjaan bisa dikelompokkan menjadi pekerjaan sektor formal dan informal. Pengelompokkan definisi formal dan informal menurut Hendri Saparini dan M. Chatib Basri dari Universitas Indonesia menyebutkan bahwa ciri-ciri tenaga kerja sektor informal adalah sebagai berikut: Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

73 a. Tenaga kerja bekerja pada segala jenis pekerjaan tanpa ada perlindungan negara dan atas usaha tersebut tidak dikenakan pajak. b. Pekerja tidak menghasilkan pendapatan yang tetap, c. Tempat bekerja tidak terdapat keamanan kerja (job security), d. Tempat bekerja tidak ada status permanen atas pekerjaan, dan tidak berbadan hukum Selain itu ciri-ciri kegiatan informal adalah mudah masuk, artinya setiap orang dapat kapan saja masuk ke jenis usaha informal ini, bersandar pada sumber daya lokal, biasanya usaha milik keluarga, operasi skala kecil, padat karya, keterampilan diperoleh dari luar sistem formal sekolah dan tidak diatur dan pasar yang kompetitif. Contoh dari jenis kegiatan sektor informal antara lain pedagang kaki lima (PKL), becak, penata parkir, pengamen dan anak jalanan, pedagang pasar, buruh tani dan lainnya. Sedangkan ciri-ciri pekerja sektor formal atau yang biasa disebut pekerja manajerial adalah terdiri dari tenaga professional, teknisi dan sejenisnya, tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan, tenaga tata usaha dan sejenisnya,tenaga usaha penjualan, tenaga usaha jasa. Untuk bekerja pada sektor formal biasanya membutuhkan tingkat pendidikan yang memadai dan dikenai pajak (Hendri Saparini dan M. Chatib Basri). Status pekerjaan juga bisa membedakan antara pekerjaan di sektor formal dan informal. Tiga macam status pekerjaan yaitu berusaha sendiri tanpa dibantu orang lain, berusaha dengan dibantu anggota rumah tangga/buruh tidak tetap, pekerja keluarga, sering dipakai sebagai Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

74 proksi pekerja sektor informal. Sedangkan dua status pekerjaan yang lain, yaitu buruh/karyawan, berusaha dengan buruh tetap, dianggap sebagai proksi pekerja sektor formal. Tabel 5.5 Jumlah Pekerja di Sektor Formal Menurut Jenis Kelamin Tahun 2016 No. Kecamatan Pekerja Di Sektor Formal Menurut Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan (1) (2) (3) (4) 1 Sungai Beremas Ranah Batahan Koto Balingka Sungai Aur Lembah Melintang Gunung Tuleh Talamau Pasaman Luhak Nan Duo Sasak Ranah Pasisie Kinali Pasaman Barat Sumber : Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pasaman Barat Dari tabel 5.5 terlihat bahwa jumlah laki-laki yang bekerja disektor formal lebih banyak daripada perempuan, yaitu sebanyak laki-laki dan jiwa perempuan. Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

75 BAB VI BIDANG POLITIK DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN 6.1 Keterwakilan di Lembaga Legislatif : Partai politik merupakan salah satu wadah dimana perempuan bisa berkiprah dalam bidang politik atau dengan kata lain untuk meningkatkan pemberdayaan politik perempuan, partai politik di Indonesia juga merupakan jenjang untuk seseorang menjadi anggota parlemen. Hal ini juga diatur dalam Undang-Undang seperti UU Nomor 2 tahun 2008 tentang partai politik yang menyatakan bahwa partai politik harus memenuhi kuota 30 persen bagi perempuan dalam partai politik terutama di Lembaga Perwakilan Rakyat. Dengan dibentuknya UU tersebut seharusnya perempuan Indonesia khususnya di Kabupaten Pasaman Barat bisa memanfaatkan peluang untuk lebih berkiprah lagi dalam bidang politik. Pada hasil pemilu 2014 yang lalu, keterlibatan perempuan di Kabupaten Pasaman Barat dalam bursa pemilihan Anggota DPRD Pasaman Barat masih sangat rendah dimana hanya satu orang saja yang berhasil duduk di kursi DPRD Kabupaten Pasaman Barat. Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

76 Tabel 6.1 Anggota DPRD Kabupaten Pasaman Barat Menurut Partai dan Jenis Kelamin Tahun Anggota DPRD Pasaman Barat No Partai Laki-Laki (L) Perempuan (P) L + P 1 Golongan Karya (Golkar) Partai Demokrat (PD) Partai Demokrasi Indonesia 4 0 Perjuangan (PDI-P) 4 4 Partai Gerakan Indonesia 3 1 Raya (Gerindra) 4 5 Partai Amanat Nasional 4 0 (PAN) 4 6 Partai Persatuan 4 0 Pembangunan (PPP) 4 7 Partai Nasional Demokrat 3 0 (Nadem) 3 8 Partai Keadilan Sejahtera 3 0 (PKS) 3 9 Partai Hati Nurani Rakyat 3 0 (Hanura) 3 10 Partai Kebangkitan Bangsa 2 0 (PKB) 2 11 Partai Bulan Bintang (PBB) Jumlah Sumber Data: Sekretariat DPRD Kabupaten Pasaman Barat Kurangnya kepercayaan diri perempuan berkompetisi dengan pria dalam dunia politik menjadi salah satu faktor penyebab minimnya Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

77 keterlibatan perempuan. Disamping itu, budaya masyarakat setempat masih mempercayakan kepada laki-laki untuk memimpin. Hal itu dapat terlihat pada hasil pemilu periode , dimana perempuan yang menjadi anggota DPRD Kabupaten Pasaman Barat hanya 1 orang dari 40 orang jumlah anggota DPRD Kabupaten Pasaman Barat (2,5 persen). Tabel 6.1 di atas menunjukkan bahwa dari 40 orang anggota DPRD Kabupaten Pasaman Barat perempuan hanya 1 orang yakni berasal dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang duduk di Komisi sebagai Anggota. 6.2 Peranan dan Komposisi di Lembaga Yudikatif Peran perempuan Pasaman Barat di lembaga yudikatif atau yang lebih dikenal dengan istilah peradilan atau hukum masih rendah. Kasus hukum yang dialami perempuan seperti pemerkosaan, pelecehan, kekerasan dan lain sebagainya sering dibawa ke meja hijau. Namun sering pula terdengar kabar bahwa kasus tersebut tidak dilaporkan ke lembaga peradilan atau hukum karena berbagai pertimbangan yang tentunya sangat merugikan perempuan itu sendiri. Akan tetapi, dengan adanya perempuan di lembaga yudikatif dapat memperkecil kasus ketidakadilan tersebut. Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

78 a. Jaksa menurut Jenis Jabatan dan Jenis Kelamin Representasi perempuan dapat dilihat pada jumlah perempuan yang menjadi jaksa yang tersaji pada tabel berikut ini. Tabel 6.2 Jaksa Menurut Jenis Jabatan dan Jenis Kelamin Kabupaten Pasaman Barat No Jenis Jabatan Jaksa Laki- Laki (L) Jumlah Jaksa Perempuan (P) 1 Fungsional Struktural Eselon I Eselon II/a Eselon II/b Eselon III/a Eselon III/b Eselon IV Eselon V L+P Jumlah Sumber Data: Kejaksaan Negeri Pasaman Barat Data tabel 6.2 menunjukkan bahwa jumlah jaksa perempuan relatif sedikit dibandingkan dengan jaksa laki-laki. Dari 11 orang jumlah Jaksa, hanya dua orang perempuan yang menduduki jabatan tersebut. Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

79 b. Hakim Menurut Jenis Jabatan dan Jenis Kelamin Partisipasi perempuan dalam lembaga-lembaga hukum yaitu hakim dan jaksa di Kabupaten Pasaman Barat pada tahun 2016 tampak pada tabel berikut ini. Tabel 6.3 Hakim Menurut Jenis Jabatan dan Jenis Kelamin Jumlah Hakim No Jenis Jabatan Hakim Laki-Laki (L) Perempuan (P) L+P Ketua Pengadilan 1 Tinggi Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Hakim Pengadilan Tinggi Ketua Pengadilan Negeri Wakil Ketua Pengadilan Negeri Hakim Pengadilan Negeri Jumlah Sumber Data: Pengadilan Negeri Pasaman Barat Data aparat penegak hukum di Kabupaten Pasaman Barat pada tahun 2016, pada Lembaga pengadilan, jumlah hakim Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

80 sebanyak 4 orang dengan komposisi 1 orang perempuan (25 %) dan 3 orang laki-laki (75 %). Perempuan yang menduduki posisi strategis di lembaga yudikatif (Pengadilan Negeri) sudah memperlihatkan distribusi yang bagus dengan jumlah yang berimbang dimana terdapat satu orang hakim perempuan dan satu orang hakim laki-laki. Sedangkan di Pengadilan Negeri Kabupaten Pasaman Barat tidak ada perempuan yang menduduki jabatan Ketua maupun Wakil Ketua Pengadilan Negeri. c. Polisi Menurut Jenis Kepangkatan dan Jenis Kelamin Dikutip dari laman ANTARA News (2017), Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengatakan rasio jumlah polwan (polisi wanita) dalam kepolisian dibanding laki-laki masih rendah bila dibandingkan dengan negara lain. Padahal keberadaan polwan cukup dibutuhkan sebab mereka dinilai mampu bertindak lebih humanis dan menjalin kedekatan yang baik dengan bawahan. Menurut Kapolri, harus ada grand design agar polwan diberi kesempatan yang sama dengan polisi laki-laki. Kepolisian Republik Indonesia berupaya mendongkrak kuantitas polwan yang semula hanya lima persen secara bertahap bisa naik menjadi dua puluh persen. Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

81 Tabel 6.4 Jumlah Polisi Menurut Jenis Kepangkatan dan Jenis Kelamin No Jenis Kepangkatan Laki-Laki (L) Jumlah Polisi Perempuan (P) 1 Perwira Tinggi (Pati) : A Jenderal Polisi B Komisaris Jenderal Polisi C Inspektur Jenderal Polisi D Brigadir Jenderal Polisi Perwira Menengah (Pamen) A Komisaris Besar Polisi B Ajun Komisaris Besar Polisi C Komisaris Polisi Perwira Pertama (Pama) A Ajun Komisaris Polisi B Inspektur Satu Polisi C Inspektur Dua Polisi Bintara Jumlah Sumber Data: Polres Pasaman Barat Dalam komposisi jumlah polisi di Kabupaten Pasaman Barat seperti yang tersaji dalam tabel 6.4 menunjukkan bahwa jumlah keseluruhan polisi di Kabupaten Pasaman Barat di tahun 2016 sebanyak 496 orang, dan jumlah polwan hanya 23 orang atau hanya 4,64 persen dari total jumlah polisi di Pasaman Barat. L+P Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

82 Itu berarti seorang polwan di Pasaman Barat melayani perempuan yang jumlahnya sekitar 49,48 persen dari keseluruhan jumlah penduduk Pasaman Barat. 6.3 Peran dan Posisi di Lembaga Eksekutif Perempuan Indonesia sudah dikenal sejak lama sebagai pekerja keras dan turut menyumbang pembangunan nasional dan rumah tangga melalui kerja produktif dan reprodukstif perempuan. Namun kenyataannya, perempuan belum dilibatkan secara maksimal dari berbagai struktur dan proses pengambilan keputusan baik dalam keluarga, masyarakat dan Negara. Kurangnya keterwakilan perempuan dalam posisi-posisi pengambilan keputusan di sektor publik dapat berujung pada pembangunan keistimewaan terhadap perspektif dan kepentingan kaum laki-laki, serta investasi sumber-sumber daya nasional dengan pertimbangan keuntungan bagi kaum laki-laki. Berdasarkan atas hal tersebut maka dirasakan pentingnya peran perempuan dalam pembangunan dengan meningkatkan kuantitas perempuan dalam lembaga pemerintahan (Eksekutif). Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

83 a. PNS Pusat Menurut Jenis Jabatan dan Jenis Kelamin Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah Pegawai Negeri Sipil yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan Belanja Negara.Jumlah PNS Pusat di Kabupaten Pasaman Barat menurut jenis jabatan dapat dilihat pada tabel Tabel 6.5 PNS Pusat Menurut Jenis Jabatan dan Jenis Kelamin No Jenis Jabatan PNS Laki-Laki (L) Jumlah PNS Perempuan (P) L+P 1 Fungsional Umum Fungsional Tertentu Eselon I Eselon II Eselon III Eselon IV Eselon V Jumlah Sumber Data: Instansi vertikal se-kabupaten Pasaman Barat Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

84 Dari tabel 6.5 di atas dapat dilihat bahwa jumlah PNS Pusat di Kabupaten Pasaman Barat yang perempuan lebih banyak bila dibandingkan dengan laki-laki. Dari 454 orang jumlah PNS Pusat, sebanyak 262 orang merupakan perempuan atau sebesar 57,71 persen bila dibandingkan jumlah laki-laki. Jumlah yang terbanyak terletak pada Jabatan Fungsional. Akan tetapi, bila dilihat pada posisi Eselon III dan IV perbedaan tersebut cukup signifikan dimana hanya sekitar 11,63 persen keterwakilan perempuan pada posisi tersebut. Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

85 b. PNS Pusat Menurut Golongan Ruang dan Jenis Kelamin Jumlah PNS pusat di Kabupaten Pasaman Barat menurut Golongan Ruang dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 6.6 Jumlah PNS Pusat Menurut Golongan Ruang dan Jenis Kelamin No Golongan Ruang Kepangkatan PNS Laki-Laki (L) Jumlah PNS Perempuan (P) L+P 1 I-a I-b I-c I-d Golongan I II-a II-b II-c II-d Golongan II III-a III-b III-c III-d Golongan III IV-a IV-b IV-c IV-d IV-e Golongan IV Jumlah Sumber Data: Instansi Vertikal se Kab. Pasaman Barat Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

86 Dari tabel 6.6 di atas menunjukkan bahwa keterwakilan perempuan pada PNS Pusat di Kabupaten Pasaman Barat menurut golongan ruang sudah memperlihatkan hasil yang menggembirakan dimana dari orang PNS Pusat di Pasaman Barat, sebanyak 278 orang atau sekitar 52,65 persen merupakan PNS perempuan. c. PNS Daerah Menurut Jenis Jabatan dan Jenis Kelamin Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai Negeri Sipil yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan bekerja pada Pemerintah Derah Propinsi/Kabupaten/Kota, atau dipekerjakan diluar Instansi induknya. Jumlah PNS di Pemerintahan Daerah Kabupaten Pasaman Barat menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6.7 Jumlah PNS Daerah Menurut Jenis Jabatan dan Jenis Kelamin No Jenis Jabatan PNS Jumlah PNS Laki-Laki (L) Perempuan (P) 1 Fungsional Umum Fungsional Tertentu Eselon I Eselon II Eselon III Eselon IV Eselon V Jumlah Sumber Data: BKPSDM Kab. Pasaman Barat L+P Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

87 Dari tabel 6.7 di atas terlihat bahwa Berdasarkan data Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Pasaman Barat, jumlah PNS di Pemerintahan Daerah Kabupaten Pasaman Barat berjumlah orang yang terdiri dari orang PNS laki-laki dan orang PNS perempuan. PNS perempuan lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah PNS laki-laki. Dari orang jumlah PNS, sebanyak orang merupakan pegawai perempuan atau sekitar 63,62 persen. Jumlah ini didominasi oleh jabatan Fungsional Tertentu seperti Tenaga Pendidik/ Guru dan Tenaga Non Kependidikan. Meskipun perempuan sudah dapat menikmati kesetaraan dalam pekerjaan sebagai PNS, namun belum banyak yang berada pada posisi pengambil keputusan. Sebagian besar pejabat struktural didominasi oleh kaum laki-laki. Semakin tinggi jabatan semakin kecil persentase perempuan yang menduduki jabatan tersebut. d. PNS Daerah Berdasar Golongan Ruang dan Jenis Kelamin Jumlah PNS Daerah berdasarkan Golongan Ruang pada Pemerintahan Daerah Kabupaten Pasaman Barat dapat dilihat pada tabel berikut. Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

88 Tabel 6.8 Jumlah PNS Daerah Berdasar Golongan Ruang dan Jenis Kelamin No Golongan Ruang Kepangkatan PNS Laki-Laki (L) Jumlah PNS Perempuan (P) L+P 1 I-a I-b I-c I-d Golongan I II-a II-b II-c II-d Golongan II III-a III-b III-c III-d Golongan III IV-a IV-b IV-c IV-d IV-e Golongan IV Jumlah Sumber Data: BKPSDM Kab. Pasaman Barat Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

89 e. Camat Camat merupakan pemimpin kecamatan sebagai perangkat daerah kabupaten atau kota. Camat berkedudukan sebagai koordinator penyelenggaraan pemerintahan di wilayah kecamatan, berada di bawah, dan bertanggung jawab kepada bupati melalui sekretaris daerah kabupaten atau kota. Camat diangkat oleh bupati atau wali kota atas usul sekretaris daerah kabupaten atau kota terhadap Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat. Jumlah camat perempuan di Pasaman Barat bisa dilihat pada tabel berikut ini Tabel 6.9 Jumlah Camat Menurut Jenis Kelamin di Kab. Pasaman Barat Tahun 2016 Jenis Kelamin No Kabupaten/Kota Laki-laki (L) Perempuan (P) L+P 1 Pasaman Barat Sumber Data: Pusdatin Kemendagri (SIMBANGDA) Dari tabel 6.9 di atas terlihat jelas bahwa posisi Camat perempuan masih kalah jauh bila dibandingkan dengan Camat laki-laki. Dari Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

90 11 kecamatan yang ada di Pasaman Barat hanya 1 kecamatan yang dipimpin oleh camat perempuan. f. Walinagari Nagari adalah pembagian wilayah administratif sesudah kecamatan di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Istilah nagari menggantikan istilah desa, yang digunakan di provinsi lain di Indonesia. Nagari merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Posisi walinagari dari kaum perempuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

91 Tabel 6.10 Jumlah Wali Nagari Menurut Jenis Kelamin di Kab. Pasaman Barat Tahun 2016 No Kabupaten/Kota Laki-laki (L) Jenis Kelamin Perempuan (P) 1 Nagari Air Bangis L+P 2 Nagari Desa Baru Nagari Batahan Nagari Parik Nagari Ujung Gading Nagari Sungai Aua Nagari Muara Kiawai Nagari Rabi Jonggor Nagari Sinuruik Nagari Kajai Nagari Kajai Nagari Lingkuang Aua Nagari Aua Kuniang Nagari Aia Gadang Nagari Koto Baru Nagari Kapa Nagari Kinali Nagari Katiagan Nagari Sasak Pasaman Barat Sumber Data: Pusdatin Kemendagri (SIMBANGDA) Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

92 Dari tabel 6.10 di atas menunjukkan bahwa jabatan walinagari belum ada yang dipegang oleh kaum perempuan. Dari 19 nagari yang ada di Pasaman Barat, tidak satupun nagari yang dipimpin oleh perempuan. Hal disebabkan oleh sistem pemilihan Walinagari yang dipilih langsung oleh masyarakat. g. Pengurus Organisasi Sosial dan Politik Representasi perempuan di bidang politik boleh dikatakan masih jauh dari harapan. Meski negara kini relatif lebih akomodatif terhadap wacana dan tuntutan keterwakilan politik perempuan (seperti tercermin dalam UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik dan UU No. 10 Tahun 2008 tentan Pemilihan Umum), namun harus disadari bahwa ruang ekspresi politik perempuan yang diberikan negara (dan para elite partai) masih jauh dari spirit keadilan dan kesetaraan. Hal ini bisa dilihat pada tabel tentang pengurus partai politik dari kalangan perempuan di Pasaman Barat berikut ini. Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

93 Tabel 6.11 Pengurus Partai Politik Menurut Jenis Kelamin di Pasaman Barat Tahun 2016 DPP DPW DPC No Partai L P L+P L P L+P L P L+P Partai Nasional Demokrat 1 (Nasdem) Partai Kebangkitan 2 Bangsa (PKB) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI- P) Partai Golongan Karya (Partai Golkar) Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA) Partai Demokrat Partai Amanat 8 Nasional (PAN) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Partai Bulan Bintang (PBB) Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) Jumlah Sumber Data: Badan Kesbangpol Pasaman Barat Dari tabel 6.11 di atas terlihat bahwa keterwakilan perempuan menjadi pengurus partai politik masih sangat rendah. Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

94 Untuk pengurus DPP, dari 12 partai yang ada hanya satu partai yang terdapat perempuan sebagai pengurusnya. Untuk tingkat DPW tidak ada satupun perempuan yang menjadi pengurus partai. Akan tetapi, hal berbeda terlihat pada tingkat DPC dimana keterwakilan perempuan sudah lebih banyak yakni sekitar 25,29 persen. Artinya dari 12 partai politik yang ada, sebanyak 110 orang perempuan menjadi pengurusnya dari 435 orang pengurus yang ada. h. Pengurus Harian Parpol Pengurus harian partai politik di pasaman barat dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 6.12 Pengurus Harian Parpol Menurut Jenis Kelamin di Indonesia Tahun 2017 No Kabupaten Laki-laki (L) Jenis Kelamin Perempuan (P) L+P 1 Pasaman Barat Sumber Data: Badan Kesbangpol Pasaman Barat Dari tabel 6.12 di atas dapat disimpulkan bahwa pengurus harian partai politik di pasaman barat sudah memihak perempuan Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

95 dimana sebanyak 25,29 persen perempuan menjadi pengurus harian parpol. i. Tim Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural, bahwa Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan (Baperjakat) terdiri dari Baperjakat Instansi Pusat, Baperjakat Instansi Daerah Provinsi, Baperjakat Instansi Daerah Kabupaten atau Kota. Tugas pokok Baperjakat adalah memberikan pertimbangan kepada pejabat pembina kepegawaian dalam pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian dalam dan dari jabatan struktural Eselon II ke bawah. Kemudian, Baperjakat bertugas memberikan pertimbangan kepada pejabat yang berwenang dalam pemberian kenaikan pangkat bagi yang menduduki jabatan struktural, menunjukkan prestasi kerja luar biasa baiknya, menemukan penemuan baru yang bermanfaat bagi negara dan pertimbangan perpanjangan batas usia pensiun PNS yang menduduki jabatan struktural Eselon I dan Eselon II. Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

96 Tim Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan (Baperjakat) Pasaman Barat dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6.13 Tim Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan menurut jenis kelamin di Indonesia Tahun 2016 No Kabupaten Pengurus dan Anggota Tim Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan L+P Laki-laki (L) Perempuan (P) 1 Pasaman Barat Sumber Data : BKPSDM Kabupaten Pasaman Barat Pada tabel 6.13 di atas menunjukkan bahwa jumlah pengurus dan anggota Tim Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan Pasaman Barat sebanyak 8 orang yang terdiri dari 7 orang laki-laki dan 1 orang perempuan. Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

97 BAB VII BIDANG HUKUM, SOSIAL-BUDAYA DAN LINGKUNGAN 7.1 Bidang Hukum dan Sosial Budaya Perlindungan hukum adalah suatu upaya melindungi hak setiap orang untuk mendapatkan perlakuan dan perlindungan yang sama oleh hukum dan undang-undang, oleh karenanya untuk setiap pelanggaran hukum yang dituduhkan padanya serta dampak yang diderita olehnya ia berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum yang diperlukan sesuai dengan asas hukum. Dalam upaya memberikan perlindungan hukum bagi perempuan, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengeluarkan Deklarasi Penghapusan Diskriminasi Terhadap Perempuan, yang memuat hak dan kewajiban berdasarkan persamaan hak dengan lakilaki. Berdasarkan deklarasi ini komisi PBB tentang Kedudukan Perempuan menyusun rancangan Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan (Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women CEDAW). Pada tanggal 18 Desember 1979, Majelis Umum PBB menyetujui Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan. Karena konvensi tersebut tidak bertentangan dengan Pancasila maupun UUD 1945, maka Pemerintah Republik Indonesia ikut menandatangani konvensi tersebut dan diratifikasi dengan Undang- Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

98 Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan. Disini jelas terlihat bahwa negara mempunyai komitmen terhadap perlindungan hak-hak perempuan, ditambah lagi komitmen khusus yakni perlindungan terhadap diskriminasi, dan bahkan penghapusan terhadap diskriminasi itu sendiri. 1. Penghuni Lembaga Permasyarakatan ( Lapas) Menurut Jenis dan Jenjang Pendidikan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) adalah tempat untuk melakukan pembinaan terhadap narapidana dan anak didik pemasyarakatan di Indonesia. Sedangkan Rumah Tahanan Negara (Rutan) adalah tempat tersangka atau terdakwa ditahan selama proses penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan di Indonesia. Tabel berikut ini menyajikan data tentang Penghuni Lapas menurut jenis lapas dan jenjang pendidikan. Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

99 Tabel 7.1 Jumlah Penghuni Lapas Menurut Jenis Lapas dan Jenjang Pendidikan, Tahun 2016 No 1 Jenis Lapas Umum (Lakilaki) Pendidikan SD SLP SLA PT Jumlah Anak Wanita Jumlah Sumber Data: Lapas/Rutan Talu Pasaman Barat Tabel 7.1 di atas menunjukkan bahwa jenis lapas yang paling banyak dihuni adalah Lapas Umum (laki-laki) yakni sebanyak 234 orang dengan jenjang pendidikan SD sebanyak 92 orang, pendidikan SLP sebanyak 67 orang dan SLA sebanyak 69 orang. Sedangkan untuk jenjang pendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 6 orang. Untuk penghuni Lapas Anak sebanyak 2 orang dengan jenjang pendidikan antara SD dan SLP masing masing 1 orang. Dan untuk lapas Wanita dihuni oleh 1 orang dengan jenjang pendidikan SD. Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

100 2. Jumlah Penghuni LAPAS menurut Jenis Lapas dan Kelompok Umur Tabel berikut ini menyajikan data tentang Penghuni Lapas menurut jenis lapas dan kelompok umur. Tabel 7.2 Jumlah Penghuni LAPAS Menurut Jenis Lapas dan Kelompok Umur Tahun 2016 No 1 Lapas Umum (Lakilaki) Kelompok Umur (Tahun) > Anak Wanita Jumlah Sumber Data: Rutan/ Lapas Pasaman Barat Dari tabel 7.2 di atas bisa dilihat bahwa penghuni lapas terbanyak adalah laki-laki yang berada pada rentang usia 18 sampai 27 tahun. Sedangkan penghuni lapas wanita sebanyak 1 orang yang berada pada usia 13 sampai 17 tahun. Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

101 3. Jumlah Penghuni LAPAS menurut Jenis lapas dan Jenis Kasus Tabel berikut ini menyajikan data tentang Penghuni Lapas menurut jenis lapas dan jenis kasus. Tabel 7. 3 Jumlah Penghuni LAPAS Menurut Jenis lapas dan Jenis Kasus Tahun 2016 Kasus No Lapas Pembu nuhan Penc urian Pemerk osaan Asusila NAPZA KDRT Korupsi Lain nya 1 Umum (Laki-laki) Anak Wanita Sumber Data: Rutan/ Lapas Pasaman Barat Pada tabel 7.3 di atas dapat disimpulkan bahwa kasus pencurian merupakan kasus terbanyak yang dialami penghuni lapas dimana sebanyak 71 orang berasal dari Lapas Umum (laki-laki), sedangkan Lapas Anak dan Lapas Wanita masing-masing dihuni satu orang. Selain itu Kasus lainnya yang tidak dapat dijabarkan lebih lanjut dihuni oleh Lapas Umum (laki-laki) sebanyak 105 orang. Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

102 4. Jumlah Jenis LAPAS menurut Kabupaten/kota Tabel berikut ini menyajikan data tentang jumlah Lapas di Pasaman Barat. Tabel 7. 4 Jumlah Jenis Lapas di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2016 No Kabupaten/Kota Lapas Umum (Laki-laki) Lapas Anak Lapas Wanita 1 Pasaman Barat Sumber Data: Rutan/ Lapas Pasaman Barat Dari tabel 7.4 di atas terlihat bahwa Pasaman Barat hanya mempunyai 1 lapas khusus untuk Lapas Umum (laki-laki). Sedangkan Lapas Anak dan Lapas Wanita tidak tersedia di Pasaman Barat. 5. Penyandang Disabilitas (Penda) Difabel atau disabilitas adalah istilah yang meliputi gangguan, keterbatasan aktivitas, dan pembatasan partisipasi. Disabilitas adalah sebuah fenomena kompleks, yang mencerminkan interaksi antara ciri dari tubuh seseorang dan ciri dari masyarakat tempat dia tinggal. Program kebijakan pemerintah bagi penyandang disabilitas (penyandang cacat) cenderung berbasis belas kasihan (charity), sehingga kurang memberdayakan penyandang disabilitas untuk Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

103 terlibat dalam berbagai masalah. Kurangnya sosialisasi peraturan perundang-undangan tentang penyandang disabilitas menyebabkan perlakuan pemangku kepentingan unsur pemerintah dan swasta yang kurang peduli. Pada tabel berikut ini dapat terlihat Jumlah Penda di Pasaman Barat dan pendidikan yang ditamatkan. Tabel 7.5 Jumlah Penda menurut Kecamatan dan pendidikan yang ditamatkan Dan jenis kelamin di Indonesia Tahun 2016 No Kecamatan Tidak/ Belum Sekolah Belum Tamat SD SD/ SMP/ SMA/ Perguru Sederajat an No Provinsi Tinggi L P L P L P L P L P L P 1 Sungai Beremas 2 Ranah Batahan 3 Koto Balingka 4 Sungai Aua Lembah Melintang 6 Gunung Tuleh 7 Talamau 8 Pasaman Luhak Nan Duo 10 Sasak Ranah Pasisie 11 Kinali Pasaman Barat Sumber data: Dinas Sosial Kabupaten Pasaman Barat Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

104 Pada tabel 7.5 di atas menunjukkan bahwa penyandang disabilitas (penda) di Pasaman Barat paling banyak hanya mampu menamatkan pendidikan sampai tingkat SD/Sederjat dimana terdapat sebanyak 27 orang laki-laki dan 19 orang perempuan. Sedangkan untuk SMP/Sederjat hanya mampu ditamatkan sebanyak 4 orang. 7.2 Bidang Sumber Daya Alam (SDA) dan Lingkungan Sumber daya alam merupakan segala sesuatu yang berasal dari alam yang diman faatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia.mungkin tak ada yang menandingi Indonesia dalam hal kekayaan alam. Negeri ini begitu melimpah dengan kekayaan alam yang dapat dijadikan sumber penghidupan. Lingkunan hidup adalah satu-satunya isu global yang mungkin bisa menyaingi isu terorisme. Dibalik dari dampaknya, penataan lngkungan hidup yang semrawut bisa memakan korban lebih besar ketibang aksi terorisme. Banjir, longsor, badai dan puting beliung adalah beberapa contoh bencana alam yang disebabkan adanya gangguan pada lingkungan hidup. Pemanfaatan sumber daya alam harus berwawasan lingkungan. Kita tidak seharusnya memanfaatkan sumber daya alam yang ada semuanya disekitar kita. Biarpun untuk sumber daya alam yang dapat diperbaharui, kita harus menghemat dalam pemakainanya, karena tidak dapat diperbaharui, ataupun kalau bisa dibentuk kembali memerlukan jutaan tahun lamanya. Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

105 Tabel 7.6 Data Terpilah Bidang SDA Dan Lingkungan Tahun Perubahan Iklim No. Isu Strategis Dukungan Pemerintah Peran Masyarakat Terhadap Isu L P (1) (2) (3) (4) (5) 1 Mitigasi dan Adaptasi " Tanam dan Pelihara " pohon 1. Tahun (2015) Lokasi Air Bangis Jorong Kampung Padang Kec. Sungai Beremas batang - 2 Ha Tahun (2016) Lokasi Muaro Binguang Kinali Kec. Kinali 660 batang - 2 Ha 10 Pelestarian Hutan Pengendalian Pengelolaan Sampah 2 Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Potensi SDA Daerah Obat-obatan, Kosmetik, Makanan dan Minuman Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

106 3 Pemanfaatan Sumber Daya Air dan Energy Penghematan Air Daur Ulang Air Penggunaan bahan ramah lingkunganhindari kimia/b3 Pendayagunaan Energi Bio dan diperbarukan Efisiensi Transportasi 4 Pengelolaan Sampah Reduce (Mengurangi Sampah) Reuse (Menggunakan Ulang) Recycle (Mendaur Ulang) Replant (Menanam Kembali) Pasaman Barat 20 Sumber data: Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pasaman Barat Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat

107 BAB VII KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK 8.1. Kekerasan Terhadap Perempuan Kekerasan Terhadap Perempuan adalah setiap perbuatan yang berkaitan atau mungkin berakibat kesengsaraan atau penderitaan perempuan, secara fisik, seksual, psikolgis, ancaman perbuatan tertentu, pemaksaan dan perampasan kebebasan baik yang terjadi di lingkungan masyarakat maupun di lingkungan rumah tangga. Deklarasi PBB tentang anti kekerasan terhadap perempuan menyebutkan bahwa kekerasan terhadap perempuan adalah bentuk kekerasan berbasis gender. Kekerasan terhadap perempuan bisa terjadi di luar rumah atau di masyarakat pada umumnya ataupun di dalam rumah. Di Pasaman Barat, kejadian kekerasan terhadap perempuan yang terjadi di dalam rumah tangga sebesar 42 persen, lebih kecil dibandingkan dengan kejadian di luar rumah tangga yaitu sebesar 58 persen. Kekerasan terhadap perempuan dapat terjadi pada setiap kelompok umur, baik anak-anak, remaja ataupun dewasa. Kekerasan terhadap perempuan yang terjadi di Kabupaten Pasaman Barat didominasi pada kelompok umur anak-anak yaitu rentang usia 0 18 tahun sebagi korban kekerasan terhadap perempuan yaitu sebanyak 47,46 persen. Kemudian diikuti dengan rentang usia dewasa yaitu 25 tahun ke atas sebesar 35,59 persen, dan usia remaja (18 25 tahun) sebesar 16,95 persen. Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

108 Gambar 8.1 Jumlah Kekerasan Terhadap Perempuan Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Pasaman Barat (0<18 Tahun) (18-<25 Tahun) ke atas Anak Remaja 25 Tahun Kelompok Umur Secara rinci, jumlah kekerasan terhadap perempuan menurut kelompok umur per kecamatan di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2016 dapat dilihat di Tabel 8.1.Berdasarkan Tabel 8.1 diketahui bahwa jumlah korban kekerasan terhadap perempuan terjadi di kecamatan Pasaman sebanyak 21 kasus, dan diikuti oleh kecamatan Kinali sebanyak 11 kasus yang ditangani oleh Polres Pasaman Barat. Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

109 Tabel 8.1 Korban Kekerasan terhadap Perempuan menurut umur di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2016 No Kecamatan Kelompok Umur Anak Remaja 25 Tahun (0-<18 Tahun) (18-<25 Tahun) ke atas 1 Sungai Beremas Ranah Batahan Koto Balingka Sungai Aua Lembah Melintang Gunung Tuleh Talamau Total 8 Pasaman Luhak Nan Duo Sasak Ranah 10 Pasisie Kinali Pasaman Barat Sumber Data : Polres Pasaman Barat Tindakan kekerasan terhadap perempuan merupakan masalah sosial yang biasanya dapat juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimiliki oleh perempuan sebagai korban kekerasan. Berdasarkan data kepolisian di Polisi Resort Kabupaten Pasaman Barat, 95 persen korban kekerasan terhadap perempuan memiliki tingkat pendidikan SMA atau sederajat. Grafik Korban kekerasan terhadap perempuan menurut tingkat Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

110 pendidikan di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 8.2. Gambar 8.2 Persentase Kekerasan Terhadap Perempuan menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Pasaman Barat Tahun % 5% 7% 2% Tidak/Belum Sekolah Belum Tamat SD SD/Sederajat SMP/Sederajat 22% SMA/Sederajat 20% Perguruan Tinggi Secara rinci, jumlah korban kekerasan terhadap perempuan menurut tingkat pendidikan per kecamatan di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2016 dapat dilihat di Tabel 8.2. Berdasarkan Tabel 8.2 dapat kita ketahui tingkat Pendidikan tertinggi korban kekerasan terhadap perempuan adalah perguruan tinggi yang berada di Kecamatan Pasaman, Tingkat pendidikan terendah adalah Tidak/Belum bersekolah berada di Kecamatan Sungai Beremas, Koto Balingka, Pasaman, dan Sasak Ranah Pasisie. Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

111 Tabel 8.2 Korban Kekerasan terhadap Perempuan Menurut Tingkat Pendidikan per Kecamatan di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2016 Tingkat Pendidikan No Kecamatan Tidak/ Belum Sekolah Belum Tamat SD SD/ Sederajat SMP/ Sederajat SMA/ Sederajat PT 1 Sungai Beremas Ranah Batahan Koto Balingka Sungai Aua Lembah Melintang Gunung Tuleh Talamau Pasaman Luhak Nan Duo Sasak Ranah 10 Pasisie Kinali Pasaman Barat Sumber Data : Polres Pasaman Barat Sementara itu, berdasarkan data dari kepolisian diketahui juga Tingkat Pendidikan dari Pelaku kekerasan terhadap perempuan yaitu terbanyak adalah 35,59 persen berpendidikan SMA atau sederajat, diikuti dengan SMP atau sederajat sebesar 32,20 persen, 23,73 persen Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

112 berpendidikan SD atau sederajat, 5,08 persen belum tamat SD, dan lainnya 3,39 persen. Secara rinci dapat dilihat pada Gambar 8.3. Gambar 8.3 Persentase Pelaku Kekerasan Terhadap Perempuan menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Pasaman Barat Tahun % 3% 5% Belum Tamat SD SD/Sederajat 32% 24% SMP/Sederajat SMA/Sederajat Lainnya Secara rinci, jumlah Pelaku kekerasan terhadap perempuan menurut tingkat pendidikan per kecamatan di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2016 dapat dilihat di Tabel 8.3. Berdasarkan Tabel 8.3 dapat kita ketahui tingkat Pendidikan tertinggi pelaku kekerasan terhadap perempuan adalah SMA atau sederajat yang berada di Kecamatan Pasaman, Luhak Nan Duo, Sasak Ranah Pasisie, dan Kinali. Tingkat pendidikan terendah adalah belum tamat SD yang berada di Kecamatan Pasaman dan Sasak Ranah Pasisie. Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

113 No Tabel 8.3 Pelaku kekerasan terhadap perempuan menurut tingkat pendidikan per kecamatan di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2016 Kecamatan Sumber Data : Polres Pasaman Barat Bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan sangat beraneka ragam bentuknya. Berdasarkan pencatatan kekerasan terhadap perempuan di Polres Pasaman Barat teradapat beberapa kelompok kekerasan terhadap perempuan diantaranya yaitu kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual, dan lainnya. Bentuk kekerasan terhadap perempuan yang paling banyak terjadi selama Tahun 2016 di Pasaman Barat berdasarkan data dari kepolisian di Kabupaten Pasaman Barat ada sebanyak 29 kasus, kemudian diikuti kekerasan fisik sebanyak 18 kasus. Jumlah Korban Kekerasan terhadap Perempuan menurut jenis kekerasan di Kabupaten Pasaman Barat selama Tahun 2016 dapat dilihat pada Gambar 8.4. Tidak/ Belum Belum SD/ SMP/ SMA/ PT Lainnya Sekolah Tamat SD Sederajat Sederajat Sederajat L P L P L P L P L P L P L P 1 Sungai Beremas 2 2 Ranah Batahan Koto Balingka 1 4 Sungai Aua 1 5 Lembah Melintang Gunung Tuleh Talamau Pasaman Luhak Nan Duo Sasak Ranah Pasisie Kinali Pasaman Barat Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

114 Gambar 8.4 Korban Kekerasan terhadap Perempuan Menurut Jenis Kekerasan di Kabupaten Pasaman Barat Tahun Fisik Psikis Seksual Lainnya Secara rinci, jumlah Korban kekerasan terhadap perempuan menurut jenis kekerasan per kecamatan di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2016 dapat dilihat di Tabel 8.4. Berdasarkan Tabel 8.4 diketahui bahwa jenis kekerasan Fisik terbanyak berada di Kecamatan Pasaman, kekerasan psikis terbanyak juga di kecamatan Pasaman, sedangkan kekerasan seksual terbanyak berada di kecamatan Pasaman dan Kinali. Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

115 Tabel 8.4 Korban kekerasan terhadap perempuan menurut jenis kekerasan per kecamatan di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2016 No Kecamatan Jenis Kekerasan Fisik Psikis Seksual TPPO Penelantaran Lainnya 1 Sungai Beremas Ranah Batahan Koto Balingka Sungai Aua Lembah Melintang Gunung Tuleh Talamau Pasaman Luhak Nan Duo Sasak Ranah Pasisie Kinali Pasaman Barat Sumber Data : Polres Pasaman Barat Tabel 8.5 Korban Kekerasan terhadap Perempuan Menurut Status Perkawinan di Indonesia Tahun 2016 No Kecamatan Status Perkawinan Belum Kawin Kawin Cerai 1 Sungai Beremas Ranah Batahan Koto Balingka Sungai Aua Lembah Melintang Gunung Tuleh Talamau Pasaman Luhak Nan Duo Sasak Ranah Pasisie Kinali Pasaman Barat Sumber Data : Polres Pasaman Barat Berdasarkan status perkawinan dari korban kekerasan terhadap perempuan, 52,54 persennya berstatus belum kawin dan 47,46 Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

116 persen berstatus kawin. Sedangkan menurut status pekerjaan, korban kekerasan terhadap perempuan di Kabupaten Pasaman Barat selama tahun 2016 lebih didominasi oleh perempuan yang tidak bekerja (status Ibu Rumah Tangga atau Ikut Orang Tua) yaitu sebesar 92,19 persen. Sementara itu, berdasarkan status pekerjaan dari pelaku kekerasan terhadap perempuan dapat diketahui bahwa status pekerjaan pelaku kekerasan terhadap perempuan didominasi oleh pekerja bebas di pertanian, yaitu sebesar 33,90 persen. Gambar 8.5 Pelaku dan Korban Kekerasan terhadap Perempuan berdasarkan Status Pekerjaan di Kabupaten Pasaman Barat Tahun Pelaku Korban 10 0 Profil Gender dan Anak Kabupaten Pasaman Barat Tahun

KATA PENGANTAR. Padang, 01 November 2016 Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Provinsi Sumatera Barat Kepala

KATA PENGANTAR. Padang, 01 November 2016 Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Provinsi Sumatera Barat Kepala KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-nya kepada kita semua, sehingga Tim Penulis dapat menyelesaikan penyusunan buku Profil Gender dan

Lebih terperinci

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA 1. Gambaran Umum Demografi DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA Kondisi demografi mempunyai peranan penting terhadap perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah karena faktor demografi ikut mempengaruhi pemerintah

Lebih terperinci

Sekapur Sirih. Simpang Empat, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statisitik Kab. Pasaman Barat. Chardiman, S.ST, MM

Sekapur Sirih. Simpang Empat, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statisitik Kab. Pasaman Barat. Chardiman, S.ST, MM 1 Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan Tahun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan Indonesia memiliki peranan dan kedudukan sangat penting sepanjang perjalanan sejarah. Kiprah perempuan di atas panggung sejarah tidak diragukan lagi. Pada tahun

Lebih terperinci

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan

Lebih terperinci

Profil Gender dan Anak Sumbar 2016 KATA PENGANTAR

Profil Gender dan Anak Sumbar 2016 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-nya kepada kita semua, sehingga Tim Penulis dapat menyelesaikan penyusunan buku Profil Gender dan

Lebih terperinci

Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Berdasarkan Data Susenas 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Nomor Publikasi : 35522.1402

Lebih terperinci

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Sejak tahun 2000, Indonesia telah meratifikasi Millenium Development Goals (MDGs) di bawah naungan Persatuan Bangsa- Bangsa.

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 merupakan publikasi yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan, kemiskinan, dan Indeks Demokrasi Indonesia

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

PARTISIPASI KASAR ( APK ) MENURUT JENJANG PENDIDIKAN, JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN DI KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

PARTISIPASI KASAR ( APK ) MENURUT JENJANG PENDIDIKAN, JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN DI KABUPATEN KULON PROGO TAHUN No III. BIDANG PENDIDIKAN TABEL 3.1.a ANGKA PARTISIPASI KASAR ( APK ) MENURUT JENJANG PENDIDIKAN, JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN TAHUN 2015 KECAMATAN SD SLTP SLTA L P L + P L P L+P L P L+P 1.365 1.191 2.556

Lebih terperinci

Profile Perempuan Indonesia

Profile Perempuan Indonesia Profile Perempuan Indonesia PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebangkitan nasional sebagai awal perjuangan perempuan yang terorganisir, ditandai dengan diselenggarakannya Kongres Perempuan Indonesia tingkat

Lebih terperinci

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan TUJUAN 3 Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan 43 Tujuan 3: Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Target 4: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G / Katalog BPS : 4103.5371 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G 2 0 0 5 / 2 0 0 6 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA KUPANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2005/2006 No. Publikasi : 5371.0612

Lebih terperinci

K A T A P E N G A N T A R

K A T A P E N G A N T A R K A T A P E N G A N T A R Puji dan Syukur kita Panjatkan ke hadirat Ilahi Rabbi, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga buku Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017 ini

Lebih terperinci

Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya.

Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya. INDIKATOR PENDIDIKAN Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya. 4 Lokasi: Kantor Bupati OKU Selatan Pemerintah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010

KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010 ISSN 2087-7633 KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010 KERJASAMA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010

Lebih terperinci

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 merupakan publikasi perdana yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan indikator keuangan

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2013 merupakan publikasi kedua yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan indikator keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Millenium Development Goals (MDGs). MDGs berisi delapan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Millenium Development Goals (MDGs). MDGs berisi delapan tujuan 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi salah satunya tercantum dalam Millenium Development

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009

KATA PENGANTAR. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009 25 KATA PENGANTAR Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia. Meningkatnya jumlah penduduk lanjut

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan review dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Singaraja, Oktober Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng

KATA PENGANTAR. Singaraja, Oktober Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng KATA PENGANTAR Puja Angayu bagia kami haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas waranugraha-nya maka penyusunan Profil Perkembangan Kependudukan Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

PENYUSUNAN STATISTIK GENDER

PENYUSUNAN STATISTIK GENDER PENYUSUNAN STATISTIK GENDER KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK JAKARTA KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dengan selesainya Petunjuk Teknis

Lebih terperinci

STATISTIK GENDER 2011

STATISTIK GENDER 2011 STATISTIK GENDER 211 STATISTIK GENDER 211 ISBN: 978-979 - 64-46 - 9 No. Publikasi: 421.111 Katalog BPS: 21412 Ukuran Buku: 19 cm x 11 cm Naskah: Sub Direktorat Statistik Rumah tangga Gambar Kulit: Sub

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA BARAT 2014 ISBN : 978-602-1196-66-3 Nomor Publikasi : 13520.15.08 Katalog BPS : 4301003.13 Ukuran buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : ix + 40 Naskah : Bidang Statistik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesepakatan global ( Millenium Development Goals/MDG s) pada tahun 2015,

BAB 1 PENDAHULUAN. kesepakatan global ( Millenium Development Goals/MDG s) pada tahun 2015, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) 228 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH), Angka Kematian Bayi (AKB) 34 per

Lebih terperinci

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 INDIKATOR SOSIAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 Jumlah Halaman : ix + 77 halaman Naskah : BPS Kabupaten Pulau Morotai Diterbitkan Oleh : BAPPEDA Kabupaten Pulau

Lebih terperinci

PROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013

PROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013 i PROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013 ii KATA PENGANTAR Profil Kesejahteraan Rakyat Kota Palangka Raya Tahun 2013 ini adalah merupakan publikasi yang diterbitkan oleh Badan Pusat

Lebih terperinci

gizi buruk. Ketenagakerjaan meliputi rasio penduduk yang bekerja. Secara jelas digambarkan dalam uraian berikut ini.

gizi buruk. Ketenagakerjaan meliputi rasio penduduk yang bekerja. Secara jelas digambarkan dalam uraian berikut ini. gizi buruk. Ketenagakerjaan meliputi rasio penduduk yang bekerja. Secara jelas digambarkan dalam uraian berikut ini. a. Urusan Pendidikan 1) Angka Melek Huruf Angka melek huruf merupakan tolok ukur capaian

Lebih terperinci

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017 KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017 Nomor ISBN : 979-599-884-6 Nomor Publikasi : 52085.11.08 Ukuran Buku : 18.2 x 25.7cm Jumlah Halaman : 50 Halaman Naskah : Dinas Komunikais

Lebih terperinci

Kata Sambutan. Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Kata Sambutan. Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Bupati Bandung Kata Sambutan Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ungkapan syukur kehadirat Illahi Rabbi, atas limpahan rahmat dan hidayah-nya kita masih diberi kesempatan untuk membangun Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu proses prioritas pembangunan nasional sebagaimana dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) 2005-2009 yakni di bidang sumber daya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 65 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 65 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 65 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara karena dari sanalah kecerdasan dan kemampuan bahkan watak bangsa di masa

BAB I PENDAHULUAN. negara karena dari sanalah kecerdasan dan kemampuan bahkan watak bangsa di masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memegang peranan sentral dalam pembangunan bangsa dan negara karena dari sanalah kecerdasan dan kemampuan bahkan watak bangsa di masa akan datang banyak

Lebih terperinci

Press Release Rapat Koordinasi Nasional Pembangunan Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Tahun 2010

Press Release Rapat Koordinasi Nasional Pembangunan Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Tahun 2010 RAKORNAS PP DAN PA 2010 Jakarta, 29 Juni 2010 Jakarta, KLA.Org - Press Release Rapat Koordinasi Nasional Pembangunan Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Tahun 2010 Rakornas PP dan PA Tahun 2010

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012 RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 1 Halaman Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kata Pengantar... 3 Indikator Makro Pembangunan Ekonomi... 4 Laju Pertumbuhan Penduduk...

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN WANITA 2014 ISSN : No. Publikasi : 5314.1420 Katalog BPS : 2104003.5314 Ukuran Buku : 16 x 21 cm Jumlah Halaman : xiv + 31 halaman Naskah : BPS Kabupaten Rote Ndao Penyunting :

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA SEKUNDER DAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA PROPINSI SUMATERA BARAT

BAB IV ANALISA DATA SEKUNDER DAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA PROPINSI SUMATERA BARAT BAB IV ANALISA DATA SEKUNDER DAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA PROPINSI SUMATERA BARAT Analisa deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran tentang keadaan pendidikan di Sumatera Barat. 4.1. Karakteristik

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

IV.B.14. Urusan Wajib Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

IV.B.14. Urusan Wajib Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 14. URUSAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Pembangunan daerah Kabupaten Wonosobo ditujukan untuk seluruh penduduk tanpa membedakan laki-laki maupun perempuan, anak-anak maupun orang dewasa.

Lebih terperinci

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 Nomor Publikasi: 16522.11.04 Katalog BPS: 3101017.16 Naskah: Seksi Statistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan di Kabupaten Lombok Barat. 2. Melakukan analisis dan evaluasi terhadap situs kependudukan pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan di Kabupaten Lombok Barat. 2. Melakukan analisis dan evaluasi terhadap situs kependudukan pada tingkat A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN penyajian data dan informasi perkembangan kependudukan terutama untuk perencanaan pembangunan manusia, baik itu pembangunan ekonomi, sosial, politik, lingkungan dan

Lebih terperinci

KOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA

KOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA KOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA (Diterjemahkan dari Salim, E dkk 2015, Population Dynamics and Sustainable Development in Indonesia, UNFPA Indonesia, Jakarta) Jumlah

Lebih terperinci

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan-nya kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PROVINSI JAMBI :

PENDIDIKAN PROVINSI JAMBI : PENDIDIKAN PROVINSI JAMBI : Amanat undang-undang dasar 1945 1. Pembukaan Alinea IV: memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN

BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN DAN PERAN PEREMPUAN SERTA KESEJAHTERAAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Permasalahan mendasar dalam pembangunan pemberdayaan perempuan dan anak yang terjadi selama ini adalah

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 4102004.1111 Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara Jl. T. Chik Di Tiro No. 5 Telp/Faks. (0645) 43441 Lhokseumawe 24351 e-mail : bpsacehutara@yahoo.co.id, bps1111@bps.go.id BADAN PUSAT

Lebih terperinci

PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013

PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013 PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013 ISBN: 978-979 - 064-666 - 7 No. Publikasi: 04210.1310 Katalog BPS: 2104010 Ukuran Buku: 11 cm x 19 cm Jumlah Halaman: vii + 48 Naskah: Subdirektorat Statistik

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN DATA GENDER DAN ANAK

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN DATA GENDER DAN ANAK MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN DATA GENDER DAN

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... v Daftar Gambar... ix Daftar Isi BAB I Pendahuluan... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Lebih terperinci

ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013

ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013 ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013 ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013 No. Publikasi : 62520.1404 Katalog BPS : 4102004.62 Ukuran Buku Jumlah Halaman :15 cm x 21 cm :

Lebih terperinci

KESETARAAN GENDER PADA STRUKTUR APARAT PEMDA DAN PENDUDUK KABUPATEN SLEMAN

KESETARAAN GENDER PADA STRUKTUR APARAT PEMDA DAN PENDUDUK KABUPATEN SLEMAN LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN KEILMUAN GURU BESAR KESETARAAN GENDER PADA STRUKTUR APARAT PEMDA DAN PENDUDUK KABUPATEN SLEMAN Oleh: Prof. Dr. Farida Hanum, M.Si Lutfi Wibawa, M.Pd FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Pendidikan telah menjadi sebuah kekuatan bangsa khususnya dalam proses pembangunan di Jawa Timur. Sesuai taraf keragaman yang begitu tinggi, Jawa Timur memiliki karakter yang kaya dengan

Lebih terperinci

Laporan Eksekutif Statistik Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2015 Nomor Publikasi : 35522.1604 Katalog BPS : 4301002.35 Naskah : Seksi Statistik Kesejahteraan Rakyat Bidang Statistik Sosial Gambar Kulit

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

PENDUDUK LANJUT USIA

PENDUDUK LANJUT USIA PENDUDUK LANJUT USIA Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. iii. Alfatah Sibua, S.Ag, M.Hum. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015

KATA PENGANTAR. iii. Alfatah Sibua, S.Ag, M.Hum. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas kehendaknya Publikasi tahunan Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 dapat diselesaikan dengan baik. Publikasi ini mencakup informasi

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat Keadaan Ketenagakerjaan No. 69/11/76/Th. XI, 6 November BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Di Provinsi Sulawesi Barat : Tingkat Pengangguran Terbuka di Sulawesi Barat

Lebih terperinci

STATISTIK DAN ANALISIS: GENDER, ANAK, DAN PEREMPUAN

STATISTIK DAN ANALISIS: GENDER, ANAK, DAN PEREMPUAN STATISTIK DAN ANALISIS: GENDER, ANAK, DAN PEREMPUAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2009 Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat Provinsi DIY Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan Republik

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR H. DJOHAN SJAMSU, SH PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA

KATA PENGANTAR H. DJOHAN SJAMSU, SH PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, hanya karena Ijin dan RahmatNya, Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Lombok Utara Tahun 2015 ini dapat diselesaikan. RKPD Tahun 2015 ini disusun

Lebih terperinci

dari target 28,3%. dari target 25,37%. dari target 22,37%. dari target 19,37%.

dari target 28,3%. dari target 25,37%. dari target 22,37%. dari target 19,37%. b. 2010 target penurunan 5.544 RTM (3,00%) turun 18.966 RTM (10,26%) atau menjadi 40.370 RTM (21,85 %) dari target 28,3%. c. 2011 target penurunan 5.544 RTM (3,00%) turun 760 RTM (2,03%) atau menjadi 36.610

Lebih terperinci

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG KATALOG BPS : 4102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG KATALOG BPS : 4102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat kompleks. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA TANGERANG SELATAN 2 0 1 4 ISSN : 2089-4619 Katalog BPS : 4102004.3674 Ukuran Buku : 25 cm x 17,6 cm Jumlah Halaman : x + 76 Halaman / pages Naskah: Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 29/05/32/Th.XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI 2017 Angkatan kerja pada Februari 2017 sebanyak 22,64 juta orang, naik sekitar 0,46 juta orang

Lebih terperinci

PEREMPUAN &PEMBANGUNAN DIAN KARTIKASARI KOALISI PEREMPUAN INDONESIA

PEREMPUAN &PEMBANGUNAN DIAN KARTIKASARI KOALISI PEREMPUAN INDONESIA PEREMPUAN &PEMBANGUNAN DIAN KARTIKASARI KOALISI PEREMPUAN INDONESIA SITUASI PEREMPUAN, KINI Data BPS per 2013, Rata-rata Lama Sekolah Anak Laki-laki 8 Th dan Perempuan 7 Th (tidak tamat SMP) Prosentase

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

SAMBUTAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK SAMBUTAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PADA PELUNCURAN SURAT EDARAN BERSAMA PERCEPATAN PELAKSANAAN PUG MELALUI PPRG Jakarta, 5 Maret 2013 Yth. Menteri Bappenas Yth. Menteri

Lebih terperinci

https://rotendaokab.bps.go.id

https://rotendaokab.bps.go.id KATA PENGANTAR Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015 disusun guna memenuhi kebutuhan pengguna data statistik khususnya data statistik sosial. Oleh karena itu BPS Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V RELEVANSI DAN EFEKTIVITAS APBD

BAB V RELEVANSI DAN EFEKTIVITAS APBD BAB V RELEVANSI DAN EFEKTIVITAS APBD 5.1. Evaluasi APBD Pendapatan Daerah yang tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di Kota Solok diperoleh dari berbagai sumber, diantaranya berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus dilakukan pemerintah dalam rangka mencapai kehidupan yang lebih baik. Upaya pembanguan ini ditujukan

Lebih terperinci

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender XVII Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender Salah satu strategi pokok pembangunan Propinsi Jawa Timur 2009-2014 adalah pengarusutamaan gender. Itu artinya, seluruh proses perencanaan,

Lebih terperinci

INIJIKATDR RAKYAT. ~~QI!i. l~e~ejaht&raan. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan

INIJIKATDR RAKYAT. ~~QI!i. l~e~ejaht&raan. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan INIJIKATDR l~e~ejaht&raan RAKYAT ~~QI!i Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN 2015

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada 4.1. Profil Wilayah BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 49 29 Lintang Selatan dan 6 0 50 44

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR 1. Penyebaran Penduduk Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat Propinsi Sulawesi Selatan dengan batas-batas

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 31/05/32/Th. XVII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,40 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia tua merupakan waktu bagi seseorang untuk bersantai dan menikmati sisa kehidupannya, tetapi tidak di sebagian besar negara berkembang seperti di Indonesia. Mereka

Lebih terperinci

STATISTIK PENDIDIKAN DAN INDIKATOR BERWAWASAN GENDER

STATISTIK PENDIDIKAN DAN INDIKATOR BERWAWASAN GENDER STATISTIK PENDIDIKAN DAN INDIKATOR BERWAWASAN GENDER KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Jakarta, November 2015 Latar Belakang Forum internasional:

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II ASPEK STRATEGIS

BAB II ASPEK STRATEGIS BAB II ASPEK STRATEGIS Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2013 II - 16 BAB II ASPEK STRATEGIS A. Sumber Daya Manusia 1. Kependudukan umlah Penduduk Kabupaten Luwu Utara pada

Lebih terperinci

Profil LANSIA Jawa tengah 2014

Profil LANSIA Jawa tengah 2014 Katalog BPS : 4201003.33 Profil LANSIA Jawa tengah 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH PROFIL LANSIA JAWA TENGAH 2014 ISSN : 2407-3342 Nomor Publikasi : 33520.1511 Katalog BPS : 4104001.33

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67 RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS 2015 Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan, meningkatnya derajat kesehatan penduduk di suatu wilayah, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

KONDISI SOSIAL EKONOMI

KONDISI SOSIAL EKONOMI Bab 3 KONDISI SOSIAL EKONOMI FENOMENA SOSIAL ANAK JALANAN 21 Bab 3 KONDISI SOSIAL EKONOMI Kota Pekanbaru merupakan ibukota dari Provinsi Riau yang mempunyai wilayah seluas 632,26 Km 2 yang pada tahun 2002

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sumber Data... 3

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sumber Data... 3 DAFTAR ISI SAMBUTAN BUPATI POLEWALI MANDAR....... i DAFTAR ISI............ iii DAFTAR TABEL............ vi DAFTAR GRAFIK............ ix DAFTAR GAMBAR............ xiii DAFTAR SINGKATAN............ xiv PETA

Lebih terperinci

STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013

STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 STATISTIK PENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 i STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 No. Publikasi : 62520.1401 Katalog BPS : 2101023.62 Ukuran Buku Jumlah Halaman :15 cm x 21 cm : ix + 57 halaman

Lebih terperinci

STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015

STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015 No. 16/07/33/16/Th.I, 16 Juli 2017 STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015 Pemuda adalah bagian dari penduduk usia produktif yaitu berumur 16-30 tahun. Jumlah pemuda di Kabupaten Blora adalah 167.881 jiwa atau

Lebih terperinci

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun Data Umum Kota Semarang Tahun 2007-2010 I. Data Geografis a. Letak Geografis Kota Semarang Kota Semarang merupakan kota strategis yang beradadi tengah-tengah Pulau Jawa yang terletak antara garis 6 0 50

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

BAB IV PENUTUP. 4.1 Kesimpulan BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari Analisa Data Secara Integratif Untuk Menghasilkan Database Kecamatan dan Atlas adalah sebagai berikut: 1. Gambaran umum sejauh mana pencapain dari 7

Lebih terperinci

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG IV. DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG 4.1. Provinsi Lampung 4.1.1. Gambaran Umum Provinsi Lampung meliputi wilayah seluas 35.288,35 kilometer persegi, membentang di ujung selatan pulau Sumatera, termasuk pulau-pulau

Lebih terperinci

DATA TERPILAH DALAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

DATA TERPILAH DALAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DATA TERPILAH DALAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN DISAMPAIKAN OLEH: ASISTEN DEPUTI INFORMASI GENDER DALAM PERTEMUAN KOORDINASI DAN

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci