EFEKTIVITAS POLINASI Apis cerana FABRICUS DAN Trigona laeviceps SMITH (HYMENOPTERA: APIDAE) PADA KHAIRUNI KHUMAIRAH HARAHAP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFEKTIVITAS POLINASI Apis cerana FABRICUS DAN Trigona laeviceps SMITH (HYMENOPTERA: APIDAE) PADA KHAIRUNI KHUMAIRAH HARAHAP"

Transkripsi

1 EFEKTIVITAS POLINASI Apis cerana FABRICUS DAN Trigona laeviceps SMITH (HYMENOPTERA: APIDAE) PADA Fragaria x annanassa KULTIVAR EARLIBRITE KHAIRUNI KHUMAIRAH HARAHAP SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Efektivitas Polinasi Apis cerana Fabricus dan Trigona laeviceps Smith (Hymenoptera: Apidae) pada Fragaria x annanassa Kultivar Earlibrite adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2013 Khairuni Khumairah Harahap NIM G

3 ABSTRACT KHAIRUNI KHUMAIRAH HARAHAP. Pollination Effectiveness of Apis cerana Fabricus and Trigona laeviceps Smith (Hymenoptera: Apidae) in Fragaria x annanassa Ealibrite Cultivar. Supervised by TRI ATMOWIDI and SIH KAHONO Strawberries (Fragaria x annanassa) is herbaceous perennial plant. Pollination of the plant is conducted by wind and insects, especially bees. The purpose of the research were to study pollination effectiveness of Apis cerana Fabricus and Trigona laeviceps Smith in Fragaria x annanassa Ealibrite Cultivar. Effectiveness of pollination of the bees were measured by visiting behavior and fruit set. Visiting behavior of bees were observed based on foraging rate, flower handling time, and total foraging time. Fruit set were measured based on number of normal fruit, number of abnormal fruit, size and weight of the fruits, and vitamin C content. Environmental factors, such as air temperature, humidity, velocity of wind, and light intensity were measured. Peak of foraging activity of A. cerana occurred in the morning, while T. laeviceps occurred in the noon. Foraging rate of A. cerana was 2.8 flowers/minutes, flower handling time was seconds, and total foraging time was minutes. Whereas, foraging rate of T. laeviceps was 3.23 flowers/minutes, flower handling time was 5.60 seconds, and total foraging time was 7.73 minutes. Pollination of A. cerana and T. laeviceps increase normal fruit, decrease abnormal fruit, increase size and weight of fruits, and vitamin C content. Keywords: Pollination effectiveness, Apis cerana, Trigona laeviceps, fruit set, strawberry plant.

4 RINGKASAN KHAIRUNI KHUMAIRAH HARAHAP. Efektivitas Polinasi Apis cerana Fabricus dan Trigona laeviceps Smith (Hymenoptera: Apidae) pada Fragaria x annanassa Kultivar Earlibrite. Dibimbing oleh TRI ATMOWIDI dan SIH KAHONO Rendahnya produksi buah stroberi merupakan masalah yang sering dijumpai oleh para pengusaha dan petani stroberi. Berbagai usaha dilakukan untuk meningkatkan produksi buah stroberi, salah satunya dengan menggunakan serangga untuk membantu penyerbukan sehingga dapat meningkatkan produksi. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari efektivitas polinasi lebah Apis cerana Fabricus dan Trigona laeviceps Smith (Hymenoptera: Apidae) pada Fragaria x annanassa kultivar Earlibrite. Pengukuran efektivitas penyerbukan lebah T. laeviceps dilakukan dengan memasukkan satu koloni ke dalam kurungan dari kasa yang berisi 45 tanaman stroberi. Pengukuran efektivitas penyerbukan A. cerana dilakukan dengan meletakkan satu koloni pada pertanaman yang terbuka (tidak dikurung). Sebagai kontrol, digunakan 45 tanaman stroberi dikurung dan tidak diberi koloni lebah. Pengamatan frekuensi kunjungan lebah A. cerana dan T. laeviceps pada pertanaman stroberi dilakukan selama 30 menit dengan fix sample method. Pengamatan frekuensi kunjungan meliputi jumlah bunga yang dikunjungi per menit (foraging rate), lama kunjungan per bunga (flower handling time), total waktu kunjungan, yang diukur dari mulai lebah berkunjung ke bunga sampai dengan lebah tersebut meninggalkan pertanaman stroberi yang diamati. Parameter fisik lingkungan yang diukur meliputi suhu, kelembaban udara, kecepatan angin, dan intensitas cahaya. Pengukuran keberhasilan pembentukan buah stroberi dilakukan sebanyak 3 ulangan pada masing-masing perlakuan. Pengukuran efektivitas buah hasil penyerbukan lebah, meliputi persentase buah yang terbentuk, jumlah buah sempurna, jumlah buah abnormal, panjang, lebar minimum, lebar maksimum buah, bobot segar buah, dan uji kandungan vitamin C. Perilaku kunjungan A. cerana yang diamati meliputi jumlah bunga dikunjungi per menit ialah 2.8 bunga, lama kunjungan per bunga ialah detik, dan total waktu kunjungan ialah menit. Perilaku kunjungan T. laeviceps yang diamati meliputi jumlah bunga dikunjungi per menit ialah bunga, lama kunjungan per bunga ialah 5.60 detik, dan total waktu kunjungan ialah 7.73 menit. Aktivitas kunjungan yang tinggi pada A. cerana terjadi pada pagi hari, sedangkan T. laeviceps terjadi pada siang hari. Penyerbukan oleh A. cerana yang dibantu juga serangga lain dan T. laeviceps meningkatkan pembentukan buah dan menurunkan persentase buah abnormal. Penyerbukan oleh lebah juga meningkatkan ukuran, bobot, dan kandungan vitamin C buah tanaman stroberi. Kata kunci: Efektivitas polinasi, Apis cerana, Trigona laeviceps, pembentukan buah, tanaman stroberi

5 Hak Cipta milik IPB, tahun 2013 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

6 EFEKTIVITAS POLINASI Apis cerana FABRICUS DAN Trigona laeviceps SMITH (HYMENOPTERA: APIDAE) PADA Fragaria x annanassa KULTIVAR EARLIBRITE KHAIRUNI KHUMAIRAH HARAHAP Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Biosains Hewan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

7 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Sulistijorini, MSi

8 Judul Tesis Nama NIM : Efektivitas Polinasi Apis cerana Fabricus dan Trigona laeviceps Smith (Hymenoptera: Apidae) pada Fragaria x annanassa Kultivar Earlibrite : Khairuni Khumairah Harahap : G Disetujui Komisi Pembimbing Dr. Tri Atmowidi, MSi Ketua Dr. Sih Kahono Anggota Diketahui Ketua Program Studi Biosains Hewan Dekan Sekolah Pascasarjana Dr. Bambang Suryobroto Dr. Ir. Dahrul Syah, MScAgr Tanggal Ujian: 7 Februari 2013 Tanggal Lulus:

9 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2012, dengan judul Efektivitas Polinasi Lebah Apis cerana Fabricus dan Trigona laeviceps Smith (Hymenoptera: Apidae) pada Fragaria x annanassa Kultivar Earlibrite. Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Tri Atmowidi M.Si dan Bapak Dr. Sih Kahono selaku komisi pembimbing yang telah banyak memberi saran, arahan, nasehat serta dukungan selama penelitian sampai dengan selesai. Di samping itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman BSH 2010 yang telah menjadi sahabat dalam memberikan dukungan serta saran tiada putusnya dan seluruh staf pengajar Biosains Hewan Departemen Biologi FMIPA IPB atas diskusi dan arahan. Secara khusus penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Pak Leman, Pak Awar, bapak serta ibu yang telah memberikan waktu dan kesempatan melakukan penelitian di kebun stroberi Desa Panundaan, Ciwidey. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Ibu Tini, Ani serta Pak Suparman selaku laboran bagian Fungsi dan Perilaku Hewan dan bagian Taksonomi Tumbuhan Biologi FMIPA IPB. Ibu Hanifah selaku Kepala Laboratorium Analisis Pangan Departeman Ilmu dan Teknologi Pangan atas bantuan serta arahannya selama penelitian. Ungkapan terimakasih yang sangat mendalam penulis ucapkan kepada ayahanda Drs. H. Abdurrahim Harahap, Ibunda Dra. Hj. Masto Dewani Sihombing, Helif Indra Halomoan Harahap, Azmi Rifqi Khalfin Harahap, Muti ah Ilmi Fatma Harahap, Dini Rahmi Rahim Harahap, Muntahharrahmi Melati Putri Harahap, Deliana Harahap, Siti Aisyah Pulungan, Lisbet Tiorida Sihombing, Muhammad Rifyal Harahap, Aliyah Fikra Salsabila Harahap dan seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada adik-adik di Wisma Rahayu atas kebersaman dan persahabatan selama ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Maret 2013 Khairuni Khumairah Harahap

10 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 10 Oktober Penulis merupakan anak keempat dari enam bersaudara dari bapak Drs H Abdurrahim Harahap dan ibu Dra Hj Masto Dewani Sihombing. Pada tahun 2004 penulis lulus dari SMA Negeri 8 Medan dan melanjutkan kuliah S1 di Universitas Sumatra Utara melalui jalur Seleksi Penelusuran Minat Dan Kemampuan (PMDK). Penulis masuk sebagai mahasiswa pada Program Studi Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam USU. Selama mengikuti perkuliahan S1, penulis mengikuti berbagai kepanitian himpunan mahasiswa biologi dari tahun Pada Agustus 2010, penulis diterima sebagai masiswa Pascasarjana Mayor Biosains Hewan di Institut Pertanian Bogor.

11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xii DAFTAR LAMPIRAN xiii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Perumusan Masalah 3 Manfaat Penelitian 3 TINJAUAN PUSTAKA 4 Biologi Tanaman Stroberi 4 Penyerbukan Tanaman Stroberi 5 Biologi Apis cerana Fabricus 6 Biologi Trigona laeviceps Smith 7 Peranan Lebah A. cerana dan T. laeviceps Sebagai Penyerbuk pada Tanaman Stroberi 8 Perilaku Kunjungan Lebah Penyerbuk 9 BAHAN DAN METODE 11 Waktu dan Tempat Penelitian 11 Deskripsi Lokasi Penelitian 11 Pengamatan Biologi Bunga Stroberi 12 Penggunaan A. cerana dan T. laeviceps sebagai Penyerbuk Tanaman Stroberi 12 Pengamatan Foraging A. cerana dan T. laeviceps pada Pertanaman Stroberi 14 Pengamatan Frekuensi Kunjungan A. cerana dan T. laeviceps pada Bunga Stroberi 14 Pengukuran Parameter Fisik Lingkungan 14 Pengukuran Pembentukan Buah Stroberi Hasil Penyerbukan A. cerana dan T. laeviceps 14 Analisis Data 16 HASIL 17 Struktur dan Biologi Bunga stroberi 17 Aktivitas Foraging A. cerana dan T. laeviceps pada Pertanaman Stroberi 17 Parameter Fisik Lingkungan di Lokasi Penelitian 19 Frekuensi Kunjungan A. cerana dan T. laeviceps 21 Pembentukan Buah Tanaman Stroberi 23 PEMBAHASAN 25 Aktivitas Foraging A. cerana dan T. laeviceps pada Tanaman Stroberi 25 Frekuensi Kunjungan A. cerana dan T. laeviceps pada Pertanaman Stroberi 26 Pembentukan Buah Tanaman Stroberi 27 SIMPULAN DAN SARAN 30 Simpulan 30 Saran 30 DAFTAR PUSTAKA 31 LAMPIRAN 36

12 DAFTAR TABEL Halaman 1 Data parameter fisik lingkungan selama pengamatan A. cerana di kebun stroberi 19 2 Data parameter fisik lingkungan selama pengamatan T. laeviceps di kebun stroberi 19 3 Korelasi Pearson dan nilai signifikansi antara jumlah individu A. cerana dan T. laeviceps yang berkunjung pada bunga stroberi dengan parameter fisik lingkungan 20 4 Frekuensi kunjungan A. cerana dan T. laeviceps pada 45 tanaman stroberi dengan interval waktu pengamatan 30 menit pagi-siang-sore 21 5 Korelasi Pearson dan nilai signifikansi frekuensi kunjungan lebah A. cerana dan T. laeviceps dengan parameter fisik lingkungan pada tanaman stroberi 22 Pembentukan buah tanaman stroberi hasil penyerbukan oleh lebah 6 dan tanaman kontrol dan kandungan vitamin C 23 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Peta lokasi penelitian di kebun stroberi Desa Panundaan 11 2 Morfologi tanaman stroberi 12 3 Pengukuran efektivitas buah dalam penyerbukan tanaman stroberi 13 4 Pengukuran buah stroberi 15 5 Bunga stroberi 17 6 Rata-rata individu A. cerana mengunjungi tanaman stroberi 18 7 Rata-rata individu T. laeviceps mengunjungi tanaman stroberi 18 8 Biplot analisis komponen utama parameter fisik lingkungan terhadap jumlah individu A. cerana dan T. laeviceps 20 9 Biplot analisis komponen frekuensi kunjungan A. cerana dan T. laeviceps terhadap parameter fisik lingkungan 23

13 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Proporsi varian komponen utama dalam analisis uji PCA berdasarkan jumlah individu A. cerana 37 2 Proporsi varian komponen utama dalam analisis uji PCA berdasarkan aktivitas kunjungan A. cerana 37 3 Proporsi varian komponen utama dalam analisis uji PCA berdasarkan jumlah individu T. laeviceps 37 4 Proporsi varian komponen utama dalam analisis uji PCA berdasarkan aktivitas kunjungan T. laeviceps 38 5 Hasil analysis of variance dan Duncan's Multiple Range Test jumlah buah terbentuk pada tanaman stroberi 38 6 Hasil analysis of variance dan Duncan's Multiple Range Test jumlah buah sempurna pada tanaman stroberi 39 7 Hasil analysis of variance dan Duncan's Multiple Range Test jumlah buah abnormal pada tanaman stroberi 39 8 Hasil analysis of variance dan Duncan's Multiple Range Test panjang buah pada tanaman stroberi 40 9 Hasil analysis of variance dan Duncan's Multiple Range Test lebar minimum buah pada tanaman stroberi Hasil analysis of variance dan Duncan's Multiple Range Test lebar maksimum buah pada tanaman stroberi Hasil analysis of variance dan Duncan's Multiple Range Test bobot buah pada tanaman stroberi Hasil uji kandungan vitamin C buah stroberi hasil penyerbukan lebah dan tanaman kontrol 42

14

15 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Stroberi Fragaria L. merupakan tanaman herbaceous perennial yang termasuk dalam famili Rosaceae, subfamili Rosoideae (Potter et al. 2007). Spesies Fragaria x annanassa var Duchesne merupakan hasil persilangan antara Fragaria virginiana L. varietas Duschene asal Amerika Utara yang memiliki ukuran buah kecil dan beraroma dengan Fragaria chiloensis L. varietas Duschene yang berasal dari Chili yang memiliki ukuran buah besar. Persilangan tersebut menghasilkan tanaman stroberi dengan buah berukuran besar, harum, dan manis (Staudt, 1999). Propinsi Jawa Barat merupakan pusat penghasil dan pengembangan buah stroberi di Indonesia, yang mencakup daerah Ciwidey, Garut, dan Lembang. Kultivar yang banyak ditanam di wilayah tersebut ialah Sweetcharlie, California, Earlibrite, dan Holland (Zainuri & Hasim, 2012). Di Vin s Berry Park Bandung, kultivar stroberi yang dibudidayakan adalah kultivar Earlibrite dan strawberry festival. Kultivar Earlibrite merupakan hasil persilangan antara rosa linda dan FL pada tahun 1993 (Chandler et al. 2000). Di Indonesia, usaha agribisnis stroberi sangat menjanjikan. Umur tanaman stroberi yang relatif panjang dan cara perbanyakan yang mudah mendukung pengembangan agribisnis stroberi. Permintaan buah stroberi cukup tinggi, baik untuk dikonsumsi langsung maupun diolah menjadi produk makanan. Nilai ekonomi buah stroberi terletak pada warna buah, ukuran yang kecil, bentuk yang unik dan menarik, serta rasa yang manis dan segar (Susanto, 2003). Rendahnya produksi buah stroberi merupakan masalah yang sering dijumpai para pengusaha dan petani stroberi. Turunnya produksi buah stroberi tersebut kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor, seperti cuaca yang tidak menentu, kualitas benih yang kurang baik, dan curah hujan tinggi. Kemungkinan lain menurunnya produksi buah stroberi disebabkan karena varietas stroberi yang ditanam tidak sesuai dengan kondisi lingkungannya (Susanto, 2003). Pada tahun , produksi buah stroberi di Ciwidey dan daerah sekitarnya mengalami penurunan hingga 50%. Impor buah stroberi dari tahun menunjukkan

16 2 volume dan nilai yang fluktuatif, tetapi secara umum cenderung turun (BPS 2004). Produksi buah stroberi pada tahun 2008 juga mengalami penurunan (BPS 2010). Berbagai usaha dilakukan untuk meningkatkan produksi buah stroberi, diantaranya dengan memperbaiki teknik budidaya, seperti memperbaiki komposisi hara atau mendapatkan hasil silangan baru dari beberapa kultivar. Selain perbaikan teknik budidaya dan kualitas benih, diperhatikan pula peranan serangga dalam penyerbukan bunga stroberi yang dapat meningkatkan produksi buah (Susanto, 2003). Dengan jumlah spesies dan individu yang besar, serangga memegang peranan yang sangat penting dalam suatu ekosistem, diantaranya sebagai herbivor, predator, parasit, dekomposer, bioindikator, dan penyerbuk (Speight et.al, 1999). Lebah (ordo Hymenoptera, superfamili Apoidea) merupakan serangga penyerbuk yang sangat potensial pada tanaman pertanian dan perkebunan (Michener, 2000). Dalam penelitian ini digunakan dua spesies lebah, yaitu Apis cerana Fabricus dan Trigona laeviceps Smith. Lebah madu merupakan serangga penyerbuk utama pada tanaman di lahan pertanian (Kremen et al. 2002). Lebah Apis cerana merupakan serangga penyerbuk utama pada tanaman cabai (Raw, 2000), jarak pagar (Atmowidi et al. 2008), bunga matahari (Greenleaf & Kremen, 2006), dan tanaman stroberi (Chang et al. 2001). Di samping A. cerana, lebah Trigona juga merupakan serangga penyerbuk pada berbagai tanaman, seperti mentimun (Solange et al. 2008), pala (Dennis, 1994), jarak pagar (Atmowidi et al. 2008), dan tanaman stroberi (Roselino et al. 2009). Dalam penelitian ini dipelajari peranan lebah A. cerana dan T. laeviceps dalam penyerbukan tanaman stroberi. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efektivitas polinasi Apis cerana Fabricus dan Trigona laeviceps Smith (Hymenoptera: Apidae) pada Fragaria x annanassa kultivar Earlibrate.

17 3 Perumusan Masalah Buah stroberi memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Nilai ekonomi buah stroberi terletak pada warna, ukuran, bentuk, rasa, dan mengandung vitamin C, asam fospat, kalsium, dan antioksidan dalam jumlah yang tinggi. Kandungan vitamin C yang tinggi menyebabkan buah stroberi digunakan untuk meningkatkan kesehatan jantung, mengurangi resiko terserang beberapa jenis kanker, meningkatkan fungsi ingatan, dan mengatasi peradangan sendi atau rematik (Hancock, 1999). Dalam meningkatkan produksi buah stroberi perlu diperhatikan peranan lebah sebagai serangga penyerbuk. Peranan serangga penyerbuk perlu diperhatikan, sehingga proses penyerbukan bunga stroberi terjadi secara optimal. Di samping itu, frekuensi kunjungan serangga penyerbuk perlu dipelajari sehingga efektivitas penyerbukannya dapat diketahui. Efektivitas penyerbukan diukur dari frekuensi kunjungan dan pembentukan buah, yang diukur dari ukuran, bobot, dan kandungan vitamin C. Selain itu, pengukuran faktor fisik lingkungan meliputi suhu, kelembaban udara, intesitas cahaya, dan kecepatan angin perlu dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap frekuensi kunjungan serangga penyerbuk. Pengamatan serangga penyerbuk dalam penelitian ini dilakukan pada pagi, siang, dan sore hari. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada petani, pengusaha buah stroberi, dan Departemen Pertanian mengenai peranan dan pengaruh lebah dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi buah stroberi. Hasil penelitian ini juga diharapkan memberikan informasi dan landasan untuk usaha pemanfaatan dan konservasi spesies lebah tersebut.

18 4 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Tanaman Stroberi Klasifikasi tanaman stroberi sebagai berikut (Benson, 1957) : Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Famili : Rosaceae Genus : Fragaria Spesies : Fragaria sp. Stroberi merupakan tanaman dengan bunga agregat yang terdiri dari bunga primer, tersier, dan sekunder. Bunga stroberi bersifat hermafrodit, terdiri atas bunga jantan dan bunga betina, berbentuk cluster (tandan), dan biasanya mekar dalam waktu yang tidak bersamaan. Bunga yang mekar lebih awal biasanya berukuran besar (Delaplane & Mayer, 2000). Bunga stroberi berwarna putih, diameter inchi ( cm), kelopak berwarna hijau, 5 mahkota, sejumlah tangkai putik dan putik, dan stamen (Darrow, 1966). Kepala sari yang berisi serbuk sari fertil berwarna kuning emas. Nektar pada bunga stroberi dihasilkan di daerah tangkai buah, bagian dasar benang sari atau di sebelah luar putik (Delaplane & Mayer, 2000). Keberadaan nektar dalam suatu bunga dapat mempengaruhi pola pencarian pakan serangga penyerbuk (Klinkhamer et al. 2001) yang bergantung pada banyaknya volume nektar (Proctor et al. 1996). Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan mm/tahun dengan lama penyinaran cahaya matahari 8 10 jam per hari. Stroberi adalah tanaman yang dapat beradaptasi dengan baik di dataran tinggi tropis yang memiliki suhu C dan kelembaban udara antara 80-90% (Prihartman, 2006). Berdasarkan panjang hari, stroberi dibagi menjadi dua kultivar, yaitu short day cultivar (June-bearing) dan day neutral cultivar (everbearing). Pada short day cultivar, bunga mulai terbentuk ketika panjang hari kurang dari 14 jam dan suhu lebih rendah dari 15 C. Pada day neutral cultivar (everbearing), produksi bunga dan buah terjadi sepanjang tahun selama suhu mendukung, yaitu suhu

19 5 malam hari tetap di atas 15.5 C (Strand, 1994). Kultivar-kultivar tanaman stroberi dapat dibedakan dari beberapa karakteristik buahnya, seperti waktu panen, ukuran, rasa, tekstur, bobot, aroma, bentuk dan warna buah (Hancock, 1999). Kultivar Earlibrite merupakan kultivar yang berproduksi tinggi dan memiliki buah berwarna merah cerah. Kultivar Earlibrite termasuk tanaman hari pendek dengan ciri-ciri: rata-rata panjang petiole ialah 108 mm, rata-rata panjang dan lebar pangkal daun ialah 81 dan 71 mm, rata-rata panjang dan lebar daun kedua ialah 75 dan 72 mm, bentuk buah pertama sering globose-conic, bentuk buah kedua dan ketiga antara conic-wedge shaped, rata-rata ukuran buah kecil, dan tekstur buah lunak (Chandler et al. 2000). Penyerbukan Tanaman Stroberi Penyerbukan atau polinasi merupakan suatu peristiwa jatuhnya serbuksari (polen) pada kepala putik (stigma) dan memiliki peran yang penting dalam perkembangan bunga menjadi buah (Barth, 1991). Tanaman stroberi dapat melakukan penyerbukan sendiri (self pollination) dan penyerbukan silang (cross pollination) yang dibantu oleh serangga dan angin. Penyerbukan sendiri terjadi ketika serbuksari dari anther mencapai kepala putik dalam bunga yang sama. Penyerbukan silang terjadi ketika serbuk sari mencapai kepala putik dari bunga yang berbeda. Setelah terjadi fertilisasi, diikuti dengan perkembangan achene. Jaringan dasar (receptacle) sekitar achene akan membesar dan membentuk bakal buah (Demchack, 2012). Beberapa kultivar tanaman stroberi dapat melakukan penyerbukan sendiri secara optimal. Penyerbukan oleh angin dan serangga, terutama lebah madu dipengaruhi oleh cuaca dan populasi lebah tersebut (Delaplane & Mayer, 2000). Pada bunga stroberi, kematangan serbuksari, diikuti membukanya kepala anther dan serbuk sari. Getaran bunga stroberi yang terjadi diakibatkan oleh angin dan hujan membantu proses menempelnya serbuk sari di kepala putik. Namun, penyebukan sendiri atau yang dibantu oleh angin menyebabkan tanaman stroberi mengalami penyerbukan tidak sempurna, sehingga menghasilkan buah berukuran kecil dan berbentuk tidak sempurna. Dengan demikan, perpindahan serbuksari ke kepala putik lebih efektif dibantu oleh serangga (Demchack, 2012).

20 6 Morfologi bunga terutama panjang stamen berkaitan dengan penyerbukan (Zebrowska, 1998). Stamen yang panjang pada kultivar early midway (5.2 mm) lebih efektif dalam penyerbukan dibandingkan stamen yang berukuran pendek, yaitu pada kultivar surecrop (2.5 mm). Bunga stroberi yang memiliki stamen berukuran pendek menyebabkan produksi buah lebih rendah (Connor & Martin, 1973). Selain karakteristik morfologi bunga, perilaku spesies lebah yang berbedabeda juga mempengaruhi penyerbukan. Di daerah Québec, lebah madu hanya mengunjungi bagian atas putik, sedangkan lebah liar mengunjungi bagian dasar bunga stroberi. Aktivitas kunjungan spesies lebah membantu penyebaran serbuk sari dan pembentukan buah menjadi optimal (Chagnon et al. 1993). Biologi Apis cerana Fabricus Klasifikasi lebah madu Apis cerana sebagai berikut (Michener, 2000): Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Hymenoptera Family : Apidae Genus : Apis Spesies : Apis cerana Fabricus Jumlah spesies lebah madu (Apis spp.) terus bertambah seiring dengan perkembangan penelitian taksonomi. Sembilan spesies lebah madu telah dideskripsikan, yaitu Apis andreniformis, Apis cerana, Apis dorsata, Apis florea, Apis koschevnikovi, Apis nigrocincta, Apis nuluensis, Apis laboriosa, dan Apis mellifera. Tujuh spesies diantaranya dijumpai di Indonesia, yaitu A. andreniformis, A. florea, A. dorsata, A. koschevnikovi, A. nigrocincta, dan A. cerana (Michener & Boongird, 2004), satu spesies yang diintroduksi, yaitu A. mellifera. Apis cerana merupakan serangga sosial yang hidup dalam koloni. Setiap koloni terdiri dari ratu (queen), jantan (drone), dan pekerja (worker). Setiap kasta mempunyai tugas masing-masing dalam koloni (Gary, 1992). Dalam koloni A. cerana dan A. mellifera terdapat lebah pekerja yang berjumlah

21 7 individu. Lebah ratu A. cerana berjumlah 1 individu dalam koloni. Ukuran tubuh lebah ratu lebih besar dari ukuran tubuh lebah jantan dan pekerja. Ukuran sayap lebah ratu lebih pendek (Gojmerac, 1983). Lebah ratu dan pekerja A. cerana terbentuk dari telur yang dibuahi sperma. Ovarium lebah ratu mengalami perkembangan, yang menghasilkan telur untuk calon ratu, jantan, dan pekerja (Free, 1982). Apis cerana pekerja adalah lebah betina yang ovariumnya tidak berkembang, sehingga tidak menghasilkan telur. Lebah jantan A. cerana memiliki ukuran tubuh lebih besar dan warna lebih gelap dibandingkan dengan lebah ratu dan pekerja (Gojmerac, 1983). Lebah jantan akan melakukan perkawinan dengan lebah ratu dan mati setelah kawin, disebabkan karena abdomen terkoyak pada saat kopulasi (Free, 1982). Aktivitas lebah pekerja A. cerana dibedakan berdasarkan tempatnya, yaitu di dalam sarang dan di luar sarang. Tugas di dalam sarang seperti merawat sarang, merawat ratu, dan menerima nektar. Tugas di luar sarang berupa menjaga koloni, mengatur suhu, dan mencari pakan (Darmayanti, 2008). Nektar merupakan sumber karbohidrat dan polen merupakan sumber protein bagi lebah A. cerana. Pakan tersebut digunakan untuk perkembangan koloni, perawatan ratu, peningkatan produksi telur, dan cadangan makanan (Herbert, 1992). Nektar disimpan oleh lebah dalam abdomen yang digunakan untuk pertumbuhan, berkembang biak, sumber energi untuk terbang, dan menjaga suhu tubuh dan koloni (Winston, 1987). Biologi Trigona laeviceps Smith Klasifikasi lebah Trigona laeviceps sebagai berikut (Michener, 2000): Kingdom : Animalia Filum : Arthtropoda Kelas : Insecta Ordo : Hymenoptera Family : Apidae Tribe : Meliponini Genus : Trigona Spesies : Trigona laeviceps Smith

22 8 Di seluruh dunia, stingless bees terdapat 23 genus dan 18 sub genus yang terdiri dari 374 spesies. Di Asia telah diketahu 43 spesies stingless bees yang terbagi dalam 2 genus, yaitu Lisotrigona dan Trigona sp. (Subfamili Apinae). Stingless bees termasuk lebah eusosial tingkat tinggi dan merupakan lebah berukuran kecil (2.1 mm). Trigona pada umumnya menjadi serangga penyerbuk utama pada bunga yang berukuran kecil (Michener 2004). Trigona (Tetragonula) laeviceps (lebah jet-black) dengan panjang tubuh lebah pekerja ialah mm (Chinh et al. 2005). Dalam koloni lebah T. laeviceps terdapat 3000 lebah pekerja, ratusan lebah jantan, dan beberapa lebah ratu. Lebah pekerja juga bertugas mencari sarang yang baru di dalam pohon. Jarak antara sarang lama dengan sarang baru kemungkinan kurang dari 20 m. Selain membangun sarang baru, lebah pekerja juga mencari resin (propolis), menjaga sarang, dan membangun tempat menyimpan cadangan makanan (Inoue et al. 1984). Sarang T. laeviceps terdapat di dalam rongga pohon yang berdiamater cm, ukuran silinder rongga sarang 8-11 cm, dan panjang cm. Sarang lebah T. laeviceps juga ditemukan pada cekungan batu. Lubang pintu masuk ke dalam sarang terbuat dari lingkaran tipis berwarna hitam dan lengket. Pada pohon, lubang pintu masuk sarang berkisar 2-4 m dari tanah. Dinding bagian dalam sarang dilapisi bahan berwarna hitam dengan ketebalan 1-2 mm dan ruangan tempat menyimpam telur berbentuk oval dengan panjang mm disusun dalam kelompok amorf. Beberapa kelompok lebah T. laeviceps bertugas menyediakan makanan. Madu dan polen disimpan pada ruangan terpisah dengan ukuran ruangan yang sama (silinder 5-7 mm, tinggi mm), tetapi ruangan menyimpan polen lebih dekat dengan sel-sel telur. Total volume pakan (polen dan madu) yang disimpan di dalam sarang berkisar 1.0 sampai 5 liter (Chinh et al. 2005). Peranan Lebah Apis cerana dan Trigona laeviceps sebagai Penyerbuk Tanaman Stroberi Lebah madu, Apis spp. merupakan serangga penyerbuk pada tanaman Angiospermae dan tanaman di lahan pertanian (Kremen et al. 2002). Lebah madu

23 9 dan beberapa spesies lebah liar mengunjungi tanaman stroberi untuk mencari nektar dan polen. Meskipun banyak spesies serangga mengunjungi bunga stroberi, tetapi hanya lebah yang mampu mentransfer serbuk sari secara efektif. Bunga stroberi membutuhkan kunjungan lebah. Sebagian besar petani dan pengusaha yang konsisten menggunakan koloni lebah madu sebagai serangga penyerbuk pada tanaman stroberi akan memperoleh keuntungan berupa peningkatan produksi per hektar. Suhu yang rendah akan mengurangi jumlah kunjungan serangga dan memperlambat perkembangan (Demchack, 2012). Penyerbukan adalah proses yang penting dalam pembentukan biji dan terbentuknya variasi genetik keturunannya (William & Adam, 2000). Kehadiran lebah juga dapat meningkatkan hasil buah pada tanaman (Klein et al. 2003). Aktivitas foraging A. cerana dan A. mellifera pada 13 kultivar tanaman stroberi dipengaruhi oleh kuantitas nektar yang dihasilkan ( μl/bunga/hari), konsentrasi gula dalam nektar (30-42%), dan kandungan gula dalam nektar ( mg/bunga/hari) (Abrol, 1992). Penelitian Chang et al. (2001) menunjukkan lebah A. mellifera dan A. cerana mampu meningkatkan 45% buah stroberi. Roselino et al. (2009) juga melaporkan lebah Scaptotrigona aff. depilis dan Nannotrigona testaceicornis efektif menyerbuki tanaman stroberi, sehinga terjadi peningkatan ukuran buah (panjang 9.8 cm dan bobot 11.2 gr) dibandingkan kontrol (panjang 5.5 cm dan bobot 10.6 gr). Penyerbukan S. aff. depilis dan N. testaceicornis pada tanaman stroberi menurunkan pembentukan buah abnormal (4%) dibandingkan kontrol (23%). Serangga polinator lain, seperti Osmia spp., Halictus sp. Eristalis spp. juga memiliki peranan penting terhadap penyerbukan tanaman stroberi di daerah Utah, Amerika Serikat (Nye & Anderson, 1974). Lebah Eristalis cerealis juga dilaporkan digunakan untuk penyerbukan tanaman stroberi di rumah kaca di Jepang (Matsuka & Sakai, 1989). Perilaku Kunjungan Lebah Penyerbuk Serangga penyerbuk mengunjungi bunga untuk mencari pakan berupa nektar dan serbuksari (Barth, 1991). Serangga penyerbuk memerlukan sumber pakan yang digunakan untuk metabolisme tubuh serangga, membuat sarang, dan

24 10 reproduksi (Schoonhoven et al. 1998). Perilaku kunjungan serangga penyerbuk dalam mengunjungi bunga juga dipengaruhi oleh persaingan dengan serangga penyerbuk lainnya dalam mendapatkan pakan (Raju & Ezradanam 2002; Fahem et al. 2004). Lebah madu dapat melakukan aktivitas mencari pakan dengan jarak tempuh 2-3 km (Amano et al. 2000). Pada tanaman cabai (Capsicum annum), A. cerana mengunjungi 1-8 tanaman dalam sekali perjalanan, Bombus auratus sebanyak 22 kunjungan, sedangkan Halictus lanei sebanyak 4 kunjungan (Raw, 2000). Tangmitcharoen et al. (2006) melaporkan bahwa foraging rate T. laeviceps dan A. cerana pada tanaman jati masing-masing 4.36±1.0 bunga/menit dan 15.13±2.3 bunga/menit. Waktu yang dibutuhkan A. cerana untuk mencari polen tanaman buah cherry sekitar 3.25 menit/bunga (Gupta et al. 1990). Pada bunga pala, lama kunjungan A. cerana yaitu 4.68±4.04 menit/bunga, total waktu kunjungan yaitu 2.42±1.43 menit/bunga, sedangkan Trigona spp. ialah 1.94±1.48 menit (Masfufah, 2010). Lama kunjungan T. laeviceps pada tanaman Tectona grandis yaitu 21.0±7.31 detik/bunga (Tangmitcharoen et al. 2006).

25 11 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan bulan Februari sampai Mei 2012 di perkebunan buah stroberi di Desa Panundaan, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat (Gambar 1). Identifikasi lebah dan pengukuran buah dilakukan di Laboratorium Biosistematik dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Uji kandungan vitamin C buah stroberi dilakukan di Laboratorium Analisis Pangan, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Gambar 1 Peta lokasi penelitian di kebun stroberi Desa Panundaan. Deskripsi Lokasi Penelitian Lokasi perkebunan stroberi yang diamati berada di Desa Panundaan, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, 18 km ke arah selatan dari kota Bandung. Letak geografis lokasi penelitian ialah S E dan berada pada ketinggian m dpl. Kebun stroberi tersebut berada di pinggir jalan raya sebagai jalur akomodasi penduduk dan dikelilingi oleh kebun dan tanaman pertanian, seperti jagung, padi, bawang daun, dan seledri.

26 12 Pengamatan Biologi Bunga Stroberi Tanaman stroberi yang diamati adalah kultivar Earlibrate yang merupakan kultivar stroberi yang dihasilkan secara hibrida. Pengamatan biologi bunga tanaman stroberi kultivar Earlibrite meliputi morfologi bunga yaitu, bentuk, warna, aroma, kelopak daun, mahkota bunga, sepal, petal, anther, letak benang sari dan putik, jumlah benang sari dan putik, posisi nektar, dan waktu mekar. Morfologi tanaman stroberi tertera dalam Gambar 2 Gambar 2 Morfologi tanaman stroberi (Demchack, 2012). Penggunaan A. cerana dan T. laeviceps sebagai Penyerbuk Tanaman Stroberi Pengukuran efektivitas penyerbukan lebah T. laeviceps dilakukan dengan memasukkan satu koloni lebah T. laeviceps ke dalam kurungan dari kasa yang berisi 45 tanaman stroberi (Gambar 3a). Pengukuran efektivitas penyerbukan A. cerana dilakukan dengan menempatkan satu koloni lebah pada pertanaman stroberi yang terbuka (Gambar 3b). Pada perlakuan ini dimungkinkan adanya jenis serangga penyerbuk lain yang mengunjungi bunga stroberi tersebut. Sebagai tanaman kontrol, digunakan 45 tanaman stroberi yang dikurung dengan kain kasa dan yang tidak diberi koloni lebah (Gambar 3c).

27 13 (a) (b) (c) Gambar 3 Pengukuran efektivitas lebah dalam penyerbukan tanaman stroberi: satu koloni T. laeviceps dimasukkan dalam kurungan yang berisi 45 tanaman stroberi (a), satu koloni A. cerana yang ditempatkan pada 45 pertanaman stroberi yang terbuka (b), dan tanaman kontrol, yaitu 45 tanaman stroberi yang dikurung dan tidak diberi lebah (c).

28 14 Pengamatan Foraging A. cerana dan T. laeviceps pada Pertanaman Stroberi Pengamatan foraging A. cerana dan T. laeviceps pada 45 pertanaman stroberi dilakukan selama 2 menit dengan fix sample method dengan interval waktu 30 menit. Pengamatan dimulai pukul WIB. Dihitung jumlah individu lebah A. cerana dan T. laeviceps yang datang pada pertanaman stroberi. Pengamatan Frekuensi Kunjungan A. cerana dan T. laeviceps pada Bunga Stroberi Pengamatan frekuensi kunjungan lebah A. cerana dan T. laeviceps dilakukan pada 45 pertanaman stroberi. Pengamatan frekuensi kunjungan meliputi: (i) jumlah bunga yang dikunjungi per menit (foraging rate), (ii) lama kunjungan per bunga (flower handling time), (iii) total waktu kunjungan pada pertanaman, yang diukur dari mulai lebah berkunjung ke bunga sampai lebah tersebut meninggalkan pertanaman stroberi yang diamati (Dafni, 1992). Pengamatan dilakukan dalam kisaran waktu pukul WIB. Pengukuran Parameter Fisik Lingkungan Pada saat pengamatan frekuensi kunjungan lebah juga diukur parameter fisik lingkungan. Pengukuran dilakukan setiap satu jam dimulai pukul WIB. Parameter fisik lingkungan yang diukur meliputi kelembaban dan suhu udara menggunakan thermohygrometer dan kecepatan angin dengan anemometer (Luxtron LM-8000). Intensitas cahaya diukur dengan lux meter (Luxtron LX-100). Pengukuran Pembentukan Buah Stroberi Hasil Penyerbukan A. cerana dan T. laeviceps Pengukuran pembentukan buah hasil penyerbukan lebah meliputi jumlah buah terbentuk, jumlah buah sempurna, jumlah buah abnormal, panjang, lebar minimum, lebar maksimum buah, dan bobot segar buah (Gambar 4). Buah stroberi yang terbentuk juga diukur kandungan vitamin C. Pengukuran panjang buah (cm) dilakukan secara vertikal dari pangkal sampai ujung buah (Gambar 4a). Pengukuran lebar minimum buah (cm) dilakukan secara horizontal pada bagian

29 15 tersempit buah (Gambar 4b). Pengukuran lebar maksimum buah (cm) dilakukan secara horizontal pada bagian terlebar buah (Gambar 4c). Pengukuran dilakukan menggunakan kaliper (TRICLE BRAND). Pengukuran bobot buah dilakukan dalam keadaan segar (bobot basah) (gr) dengan menggunakan alat timbangan digital (KRIS) (Gambar 4d). (a) (b) (c) (d) Gambar 4 Pengukuran buah stroberi: panjang buah (a), lebar minimum buah (b), lebar maksimum buah (c), dan bobot segar buah (d). Uji kandungan vitamin C buah stroberi dilakukan pada umur buah yang dipanen dalam waktu bersamaan dan dalam keadaan segar. Pengukuran kandungan vitamin C dilakukan pada buah stroberi hasil penyerbukan lebah A. cerana, T. laeviceps, dan tanaman kontrol. Uji kandungan vitamin C dilakukan dengan metode spektrofotometri di Laboratorium Analisis Pangan, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

30 16 Analisa Data Aktivitas foraging dan frekuensi kunjungan A. cerana dan T. laeviceps pada pertanaman stroberi ditampilkan dalam tabel dan grafik. Hubungan parameter fisik lingkungan dengan aktivitas foraging dan frekuensi kunjungan A. cerana dan T. laeviceps dianalisis dengan menggunakan Principal Component Analysis (PCA) dan korelasi Pearson. Jumlah buah yang terbentuk, jumlah buah sempurna, jumlah buah abnormal, bobot, dan ukuran buah, dan kandungan vitamin C stroberi hasil penyerbukan A. cerana, T. laeviceps, dan tanaman kontrol ditampilkan dalam Tabel dan diuji menggunakan ANOVA dengan selang kepercayaan 95%.

31 17 HASIL Struktur dan Biologi Bunga Stroberi Bunga stroberi berwarna putih, tidak beraroma, dan membentuk cluster. Bunga stroberi merupakan bunga sempurna (hermaprodite), yaitu dalam satu bunga terdapat stamen dan putik sehingga dapat melakukan penyerbukan sendiri (self pollination). Diameter bunga berkisar cm dengan 12 kelopak daun (calyx), 6-7 mahkota bunga yang berwarna putih, 5 sepal berwarna hijau, dan 5 petal berwarna putih. Stamen berjumlah 48 dan pistil berjumlah 243 dalam satu bunga yang menempel pada reseptakel (Gambar 5). Kelenjar nektar berada di dasar bunga atau terletak dekat dengan ovari. (a) (b) Gambar 5 Bunga stroberi saat mekar (a), struktur bunga stroberi (Rainey, 2000) (b). Bunga stroberi mulai mekar antara pukul WIB. Tanaman ini membentuk bunga setelah 6-7 hari setelah tanam. Kuncup bunga terbentuk 5-6 hari dari bakal bunga dan bunga mekar setelah 3-4 hari kemudian. Pembentukan bakal buah terjadi selama 5-6 hari setelah bunga mekar dan buah siap panen setelah 6-7 hari kemudian. Aktivitas Foraging A. cerana dan T. laeviceps pada Pertanaman Stroberi

32 18 Dari hasil pengamatan diketahui bahwa foraging A. cerana tertinggi (4 individu) terjadi pukul WIB, sedangkan pada T. laeviceps tertinggi (4.5 individu) terjadi pukul WIB. Foraging A. cerana terendah (2.5 individu) terjadi pada pukul dan WIB, sedangkan pada T. laeviceps terendah (2 individu) terjadi pukul WIB (Gambar 6 dan 7). Gambar 6 Rata-rata individu A. cerana yang mengunjungi tanaman stroberi. Gambar 7 Rata-rata individu T. laeviceps yang mengunjungi tanaman stroberi.

33 19 A. cerana banyak melakukan aktivitas pada pagi hari sedangkan T. laeviceps di siang hari. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas A. cerana terjadi pada waktu yang berbeda dengan T. laeviceps. Parameter Fisik Lingkungan di Lokasi Penelitian Dari hasil pengukuran parameter fisik lingkungan di lokasi pengamatan A. cerana, diketahui suhu dan intensitas cahaya tertinggi ( C dan lux) terjadi pada pukul WIB, kelembaban udara tinggi (63.1%) pada pukul WIB (Tabel 1). Di lokasi pengamatan T. laeviceps (Tabel 2), suhu dan intesitas cahaya tertinggi ( C dan lux) terjadi pada pukul WIB, kelembaban udara tertinggi (62.9%) pukul WIB, dan kecepatan angin tertinggi (0.3 knot) pada pukul dan WIB. Tabel 1 Data parameter fisik lingkungan selama pengamatan A. cerana di kebun stroberi Waktu Suhu Kelembaban udara Intensitas cahaya ( 0 C) (%) (lux) Tabel 2 Data parameter fisik lingkungan selama pengamatan T. laeviceps di kebun stroberi Waktu Suhu ( 0 C) Kelembaban udara (%) Intensitas cahaya (lux) Kecepatan angin (knot)

34 20 Berdasarkan analisis korelasi Pearson menunjukkan bahwa jumlah individu A. cerana yang melakukan foraging berkorelasi positif signifkan terhadap suhu udara (r=0.742, p=0.00) dan intensitas cahaya (r=0.544, p=0.04). Kelembaban udara tidak berkorelasi dengan jumlah individu A. cerana (r=0.117, p=0.69) (Tabel 3). Tabel 3 Korelasi Pearson dan nilai signifikansi antara jumlah individu A. cerana dan T. laeviceps yang berkunjung pada bunga stroberi dengan parameter fisik lingkungan Lebah Faktor fisik lingkungan Jumlah individu r p A. cerana Suhu udara ( 0 C) Kelembaban udara (%) Intensitas cahaya (lux) Kecepatan angin (Knot) - - T. laeviceps Suhu udara ( 0 C) Kelembaban udara (%) Intensitas cahaya (lux) Kecepatan angin (Knot) Keterangan: r = nilai korelasi Pearson, p = nilai signifikansi Berdasarkan analisis korelasi Pearson diketahui jumlah individu T. laeviceps yang berkunjung pada bunga stroberi berkorelasi positif secara signifikan terhadap suhu udara (r=0.752, p=0.031) dan tidak signifikan terhadap kelembaban udara (r=0.679, p=0.06), intensitas cahaya (r=0.662, p=0.07), dan kecepatan angin (r=0.168, p=0.69) (Tabel 3). Hubungan antara jumlah individu A. cerana dan T. laeviceps dengan parameter fisik lingkungan juga ditunjukkan dengan hasil biplot PCA (Gambar 8) PC RH 5 4 lux Su Ind PC knot lux 6 su ind RH PC1 PC1

35 21 (a) (b) Gambar 8 Biplot analisis komponen utama antara individu A. cerana (a) dan T. laeviceps Jumlah (b) dengan individu parameter A. fisik cerana lingkungan. dan T. lux=intensitas laeviceps yang cahaya, berkunjung RH=Kelembaban pada udara, 0 C=Suhu, Knot=Kecepatan angin, dan Ind=individu. tanaman stroberi berkorelasi positif terhadap suhu dan intensitas cahaya. Komponen utama 1 (PC 1) dan komponen utama 2 (PC 2) mencakup 98% dan 94%. Proporsi varian komponen utama dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 3. Frekuensi Kunjungan A. cerana dan T. laeviceps Pengamatan pada pertanaman stroberi diketahui bahwa Apis cerana mengunjungi 2.8 bunga/menit, lama kunjungan per bunga ialah detik, dan total waktu kunjungan ialah menit. Trigona laeviceps mengunjungi 3.23 bunga/menit, lama kunjungan per bunga ialah 5.60 detik, dan total waktu kunjungan ialah 7.73 menit (Tabel 4). Tabel 4 Frekuensi kunjungan A. cerana dan T. laeviceps pada 45 tanaman stroberi dengan interval waktu pengamatan 30 menit pada pagi-siang-sore hari Periode Pengamatan Bunga dikunjungi /Menit (±stdv) Lama kunjungan /bunga (Detik±stdv) Total waktu kunjungan (Menit±stdv) A. cerana T. laeviceps A. cerana T. laeviceps A. cerana T laeviceps ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ±2.92 3± ± ± ± ±5.16 Rata-rata 2.8± ± ± ± ± ±1.06 Jumlah bunga yang dikunjungi tertinggi pada A. cerana ialah 3.8±3.82 bunga/menit dan T. laeviceps ialah 3.8±2.1 bunga/menit. Lama kunjungan per bunga tertinggi A. cerana ialah 15.7±4.41 detik dan T. laeviceps

36 22 ialah 6.3±3.43 detik. Total waktu kunjungan tertinggi A. cerana ialah 17.9±5.17 menit dan T. laeviceps ialah 8.7±4.72 menit pertanaman stroberi. Jumlah bunga yang dikunjungi A. cerana terendah ialah 2.1±1.20 bunga/menit dan T. laeviceps ialah 2.1±2.51 bunga/menit. Lama kunjungan per bunga terendah A. cerana ialah 9.5±8.54 detik dan T. laeviceps ialah 3.4±4.10 detik. Total waktu kunjungan tertinggi A. cerana ialah 11±9.90 menit dan T. laeviceps ialah 4.7±5.67 menit. Dari hasil analisis korelasi Pearson diketahui pada A. cerana, suhu udara dan intensitas cahaya berkorelasi positif secara signifikan terhadap jumlah bunga yang dikunjungi (r=0.842, p=0.00 dan r=0.807, p=0.01), lama kunjungan per bunga (r=0.856, p=0.00 dan r=0.810, p=0.01), dan total waktu kunjungan (r=0.857, p=0.00 dan r=0.814, p=0.01). Pada T. laeviceps, suhu udara berkorelasi positif secara signifikan terhadap jumlah bunga yang dikunjungi (r=0.756, p=0.02), lama waktu kunjungan (r=0.761, p=0.02), dan total lama kunjungan (r=0.756, p=0.03) (Tabel 5). Tabel 5 Korelasi Pearson dan nilai signifikansi frekuensi kunjungan lebah A. cerana dan T. laeviceps dengan parameter fisik lingkungan pada tanaman stroberi Lebah Faktor fisik lingkungan Bunga yang dikunjungi per menit Lama waktu kunjungan per bunga Total waktu kunjungan r p r p r p A. cerana Suhu ( 0 C) Kelembaban udara (%) Intensitas cahaya (lux) Kecepatan angin (Knot) T. laeviceps Suhu ( 0 C) Kelembaban udara (%) Intensitas cahaya (lux) Kecepatan angin (Knot) Keterangan: r = nilai korelasi Pearson dan p = nilai signifikansi Hubungan antara frekuensi kunjungan A. cerana dan T. laeviceps dengan parameter fisik lingkungan juga ditunjukkan dengan hasil biplot PCA (Gambar 9). Dari hasil analisis PCA diketahui frekuensi kunjungan A. cerana dan T. laeviceps berkorelasi positif terhadap suhu dan intensitas cahaya (Gambar 8). Komponen utama 1 (PC 1) mencakup 92% dan komponen utama 2 (PC 2) mencakup 91%. Proporsi varian komponen utama dapat dilihat pada Lampiran 2 dan 4.

37 23 PC RH 4 lux Suh 5Ind FR FH LTK PC Knot lux Suh 6 RH FR FH TL PC1 PC1 (a) (b) Gambar 9 Biplot analisis komponen utama frekuensi kunjungan A. cerana (a) dan T. laeviceps (b) terhadap parameter fisik lingkungan. lux=intensitas cahaya, RH=Kelembaban udara, 0 C=Suhu, Knot=Kecepatan angin, FHT=lama kunjungan, FR=jumlah bunga dikunjungi, dan TLK= total lama kunjungan. Pembentukan Buah Tanaman Stroberi Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman stroberi yang diserbuki lebah A. cerana rata-rata membentuk 7.22 buah, T. laeviceps membentuk 7.05 buah, sedangkan pada tanaman kontrol membentuk 5.02 buah (Tabel 6). Tabel 6 Pembentukan buah tanaman stroberi hasil penyerbukan oleh lebah dan tanaman kontrol dan kandungan vitamin C Perlakuan Parameter Buah Apis cerana (Serangga lain) Trigona laeviceps Kontrol Buah terbentuk 7.22 a (4-13) 7.05 a (5-10) 5.02 b (3-7) Buah sempurna 5.25 a (0-9) 5.11 a (0-9) 3.16 b (0-6) Buah abnormal 1.99 b (0-5) 1.93 b (0-5) 1.87 b (0-4)

38 24 Panjang buah (cm) 11.4 a ( ) 10.5 a ( ) 7.4 b ( ) Tebal minimum buah (cm) 8.2 a ( ) 8 a ( ) 6.7 b ( ) Tebal maksimum buah (cm) 10 a ( ) 9.25 a ( ) 7 b ( ) Bobot buah (g) a ( ) b ( ) 6.31 c ( ) Kandungan vit. C (g/100g) buah Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukan nilai yang berbeda berdasarkan analisis varian ANOVA dan uji Duncan selang kepercayaan 95% (p<0.05). Tanaman stroberi yang diserbuki oleh lebah A. cerana dan T. laeviceps memiliki ukuran dan bobot buah lebih besar dibandingkan tanaman kontrol. Tanaman stroberi yang diserbuki oleh lebah A. cerana dan serangga lain menghasilkan rata-rata 5.25 buah sempurna dan 1.99 buah abnormal. Penyerbukan oleh T. laeviceps menghasilkan rata-rata 5.11 buah sempurna dan 1.93 buah abnormal, sedangkan pada tanaman kontrol dihasilkan 3.16 buah sempurna dan 1.87 buah abnormal. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa perlakuan A. cerana dan T. laeviceps meningkatkan pembentukan buah sempurna dan menurunkan buah abnormal pada tanaman stroberi. Penyerbukan oleh lebah A. cerana juga meningkatkan ukuran buah (panjang 11.4 cm, tebal maksimum 10 cm, tebal minimum 8.2 cm) dan bobot buah (14.87g). Demikian juga penyerbukan T. laeviceps meningkatkan ukuran buah (panjang 10.5 cm, tebal maksimum 9.2 cm, tebal minimum 8 cm) dan bobot buah (12.99g). Buah stroberi pada tanaman kontrol mempunyai ukuran lebih kecil (panjang 7.4 cm, tebal maksimum 7 cm, tebal minimum 6.7 cm) dan bobot lebih rendah (6.31g) dibandingkan perlakuan dengan lebah. Pada tanaman stroberi, penyerbukan yang dibantu oleh lebah A. cerana dan T. laeviceps juga memiliki kandungan vitamin C buah lebih tinggi (1.58 g/100g dan 1.47 g/100g) dibandingkan dengan tanaman kontrol (1.37gr/100gr). Berdasarkan analisis varian ANOVA, bobot buah hasil penyerbukan A. cerana dan T. laeviceps berbeda secara signifikan dibandingkan tanaman kontrol.

39 25 PEMBAHASAN Aktivitas Foraging A. cerana dan T. laeviceps pada Tanaman Stroberi Berdasarkan hasil pengamatan, aktivitas A. cerana tertinggi terjadi pada pukul WIB (Gambar 1) sedangkan T. laeviceps terjadi pukul WIB (Gambar 2). Hasil penelitian ini sesuai dengan laporan Singh (2008) bahwa puncak aktivitas A. cerana terjadi pada pukul dan T. laeviceps pada pukul (Chinh, 2005). Pada T. itima Cockrell, aktivitas foraging terjadi pada siang hari (Inoue & Salmah, 1984). Pada tanaman Tectona grandis, puncak aktivitas foraging T. collina terjadi pada pukul (Tangmitcharoen et al. 2006). Banyaknya individu A. cerana yang ditemukan pada pagi hari dan T. laeviceps di siang hari menunjukkan adanya perbedaan relung ekologi dan pembagian waktu kunjungan antara A. cerana dan T. laeviceps. Hal ini berkaitan dengan sumber pakan yang tersedia (polen dan nektar) sehingga diduga terjadinya kompetisi dan agresifitas antara serangga-serangga yang mengunjungi pertanaman stroberi. Schoonhoven et al. (1998) melaporkan aktivitas mencari pakan pada lebah mempertimbangkan beberapa faktor, seperti karakteristik sumber pakan, aroma, waktu, dan kondisi cuaca. Selain itu, aktivitas foraging lebah berukuran besar (bumblebee) terjadi pada pagi hari dan lebah berukuran kecil (stinglessbee) terjadi pada siang hari. Lebah berukuran kecil mengalami kesulitan dalam kompetisi untuk mendapatkan sumber pakan tersedia (Heinrich, 1979). Puncak aktivitas foraging A. cerana pada tanaman stroberi terjadi pukul WIB kemudian mengalami penurunan pukul WIB, sedangkan puncak aktivitas foraging T. laeviceps terjadi pada pukul WIB dan mulai menurun pada pukul WIB. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan faktor fisik lingkungan yang juga mengalami penurunan, seperti suhu udara yang rendah ( C), kelembaban tinggi ( %), intensitas cahaya rendah ( lux), dan kecepatan angin yang rendah (0-0.3 knot). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Rianti (2008) bahwa kondisi lingkungan yang optimal akan mendukung aktivitas serangga

40 26 penyerbuk tanaman jarak pagar. Selain itu, Faheem et al. (2004) juga melaporkan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi aktivitas mencari pakan A. cerana, antara lain ketinggian tempat, suhu udara, intensitas cahaya, kelembaban udara, kecepatan angin, dan curah hujan. Berdasarkan hasil analisis PCA dan korelasi Pearson diketahui aktivitas A. cerana dan T. laeviceps berkorelasi positif terhadap suhu dan intensitas cahaya. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas terbang A. cerana dan T. laeviceps diatur dalam proses thermoregulasi yang berkaitan dengan suhu lingkungan. Aktivitas terbang lebah terjadi jika suhu thoraks mencapai 30 0 C (Barth, 1991). Anendra (2010) melaporkan bahwa intensitas cahaya, suhu, dan kelembaban udara mempengaruhi akitivitas harian mencari pakan A. cerana. Shuel (1992) melaporkan suhu yang rendah mengganggu aktivitas mencari pakan A. cerana. Lebah mengalami kesulitan dalam mengumpulkan polen karena udara yang lembab membuat polen menjadi lengket. Sakagami et al. (1983) juga melaporkan bahwa perubahan kondisi lingkungan mempengaruhi kemampuan thermoregulasi T. laeviceps. Suhu, intensitas cahaya, dan kelembaban udara mempengaruhi distribusi dan kelimpahan T. laeviceps (Liow et al. 2001). Trigona biroi Friese melakukan aktivitas foraging lebih rendah di pagi hari karena suhu dan intensitas cahaya yang rendah (Cervanica et al. 1982). Frekuensi Kunjungan A. cerana dan T. laeviceps pada Pertanaman Stroberi Berdasarkan hasil pengamatan diketahui jumlah bunga yang dikunjungi A. cerana tertinggi (3.8±3.82 bunga/menit) terjadi pukul WIB sedangkan T. laeviceps tertinggi (3.8±2.1 bunga/menit) pukul WIB (Tabel 4). Menurut Klein et al. (2004), perilaku foraging dan aktivitas kunjungan lebah Heriades sp. aff. fulvescens dipengaruhi oleh iklim mikro, jumlah dan kualitas nektar, dan serbuksari yang diperoleh dari bunga. Tangmitcharoen et al. (2006) juga melaporkan bahwa foraging rate pada T. laeviceps pada tanaman jati (4.36±1.0 bunga/menit) lebih rendah dibandingkan A. cerana (15.13±2.3 bunga/menit). Lebah T. laeviceps dan A. cerana lebih menyukai spesies bunga yang berbeda.

41 27 Lama kunjungan per bunga T. laeviceps (5.60 detik) lebih singkat bila dibandingkan lama kunjungan per bunga A. cerana (12.64 detik). Hal tersebut kemungkinan berkaitan dengan ukuran tubuh T. laeviceps yang lebih kecil. Hal ini sesuai dengan pernyataan Raw (2000) bahwa lebah Dialictus ypirangensis yang dengan ukuran tubuh yang kecil cenderung berkunjung lebih cepat (5.8 detik per bunga) dibandingkan dengan lebah Augochlora morrae yang berukuran tubuh lebih besar (8.1 detik per bunga). Waktu yang dibutuhkan A. cerana untuk mencari polen sekitar 3.25 per bunga (Gupta et al. 1990). Lama kunjungan T. laeviceps pada tanaman Tectona grandis (21±7.31 detik/bunga) lebih singkat (Tangmitcharoen et al. 2006). Lama kunjungan A. cerana pada bunga pala ialah 4.68±4.04 menit/bunga (Masfufah, 2010). Total lama kunjungan A. cerana pada pertanaman stroberi lebih lama (14.46 menit) dibanding dengan T. laeviceps (7.73 menit). Hal ini mungkin karena posisi nektar berada di dasar bunga dan ukuran bunga kecil, sehingga A. cerana mengalami kesulitan dan membutuhkan waktu yang lama untuk mengambil nektar. Pada penelitian Masfufah (2010) pada bunga pala yang berukuran kecil juga dilaporkan total kunjungan A. cerana (2.42±1.43 menit) lebih lama dibanding total kunjungan Trigona spp. (1.94±1.48 menit). Hal ini sesuai dengan laporan Chagnon et al. (1993) bahwa selain karakteristik morofologi bunga, perilaku setiap spesies lebah yang berbeda-beda akan mempengaruhi proses penyerbukan. Pembentukan Buah Tanaman Stroberi Hasil penelitian menunjukkan jumlah buah yang terbentuk hasil penyerbukan A. cerana dan T. laeviceps lebih tinggi dibandingkan tanaman kontrol (Lampiran 5). Hal ini menunjukkan frekuensi kunjungan lebah A. cerana dan T. laeviceps memiliki peranan dalam membantu penyerbukan bunga stroberi. Viabilitas polen yang dibawa oleh lebah A. cerana dan T. laeviceps kemungkinan cukup tinggi dan putik diserbuki secara sempurna. Faegri & van der Pijl (1971) menjelaskan serangga penyerbuk mampu meningkatkan kuantitas dan viabilitas polen dan biji tanaman. Hal ini ditunjukkan Roselino et al. (2009), bahwa kehadiran lebah Scaptotrigona aff. depilis dan Nannotrigona testaceicornis sebagai penyerbuk tanaman stroberi di dalam greenhouse mampu meningkatkan

42 28 kualitas dan kuantitas buah stroberi. Penelitian Chang et al. (2001) juga menunjukan persentase buah stroberi hasil penyerbukan A. mellifera dan A. cerana mencapai 45%. Selain pada tanaman stroberi, pada tanaman bunga matahari yang diberi lebah A. mellifera menunjukkan persentase pembentukan buah lebih tinggi (98.5%) dibandingkan tanaman tanpa lebah (4.6%) (Oz et al. 2009). Pada tanaman tomat, penyerbukan oleh Bombus ephippiatus terbentuk buah lebih banyak (201 buah) dibandingkan tanpa B. ephippiatus (128 buah) (Vergara & Buendía, 2012). Pada tanaman mentimun (Cucumis sativus L.), Solange et al. (2008) melaporkan bahwa penyerbukan oleh S. aff. depilis dan N. testaceicornis mampu meningkatkan 100% hasil buah. Pada tanaman jarak pagar, terjadi peningkatan pembentukkan buah dengan adanya serangga penyerbuk (Rianti, 2008). Penyerbukan pada tanaman stroberi dengan perlakuan A. cerana dan T. laeviceps menyebabkan terjadinya peningkatan pembentukan buah sempurna (Lampiran 6) dan terjadi penurunan buah abnormal (Lampiran 7). Hal ini mengindikasikan bahwa A. cerana dan T. laeviceps efektif dalam penyerbukan tanaman stroberi dan pembentukkan buah. Roselino et al. (2009) melaporkan bahwa buah stroberi abnormal yang terbentuk hasil penyerbukan S. aff. depilis dan N. testaceicornis lebih rendah (4%) dibandingkan tanpa lebah penyerbuk (23%). Selain itu, Solange et al. (2008) juga melaporkan persentase buah abnormal pada mentimum yang terbentuk dari hasil penyerbukan S. aff. depilis dan N. testaceicornis lebih rendah (6%) dibandingkan tanpa lebah (18%). Dafni (1992) melaporkan bahwa keberhasilan penyerbukan dipengaruhi oleh viabilitas polen, reseptibilitas putik, dan inkompabilitas. Perkembangan buah stroberi dikontrol oleh achene yang menempel pada permukaan reseptakel yang membesar. Achene menghasilkan hormon auksin, hormon vegetal, yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman (Nitsch, 1950). Dari hasil penelitian juga diketahui ukuran buah stroberi hasil penyerbukan A. cerana dan T. laeviceps lebih besar dibandingkan tanaman kontrol (Lampiran, 8, 9, dan 10). Perlakuan lebah A. cerana dan T. laeviceps juga meningkatkan bobot buah stroberi (Lampiran 11). Dengan adanya penyerbukan oleh lebah A. cerana dan T. laeviceps pada tanaman stroberi memberikan

43 29 heterozygote advantage tanaman. Hasil penelitian Atwal (1970) membuktikan bahwa penyerbukan yang dibantu oleh serangga pada tanaman pertanian mampu meningkatkan hasil panen dan memperbaiki kualitas benih tanaman. Roselino et al. (2009) juga melaporkan bahwa buah stroberi yang diserbuki oleh Scaptotrigona aff. depilis dan N. testaceicornis berukuran lebih besar (panjang 9.8 cm dan bobot 11.2 gr) dibandingkan tanaman kontrol (panjang 5.5 cm dan bobot 10.6 gr). Selain itu, buah stroberi hasil penyerbukan oleh lebah A. cerana dan T. laeviceps memiliki kandungan vitamin C lebih tinggi (1.58g/100g buah dan 1.47g/100g buah) dibandingkan buah tanaman kontrol (1.37gr/100gr buah) (Lampiran 12).

44 30 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan puncak aktivitas kunjungan Apis cerana terjadi pada pagi hari, sedangkan Trigona laeviceps terjadi di siang hari. Ukuran tubuh lebah dan faktor fisik lingkungan, seperti suhu udara dan intensitas cahaya mempengaruhi aktivitas kunjungan lebah A. cerana dan T. laeviceps pada tanaman stroberi. Pada A. cerana, aktivitas kunjungan meliputi jumlah bunga yang dikunjungi ialah 2.8 bunga/menit, lama kunjungan per bunga ialah detik, dan total waktu kunjungan ialah menit. Pada T. laeviceps, aktivitas kunjungan meliputi jumlah bunga yang dikunjungi ialah 3.23 menit/bunga, lama kunjungan per bunga ialah 5.60 detik, dan total waktu kunjungan ialah 7.73 menit. Aktivitas kunjungan A. cerana dan T. laeviceps membantu penyerbukan tanaman stroberi, yang meningkatkan pembentukan buah, ukuran dan bobot buah, dan menurunkan terbentuknya buah abnormal. Kandungan vitamin C buah stroberi hasil penyerbukan lebah lebih tinggi dibanding tanaman kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa lebah A. cerana dan T. laeviceps efektif dalam penyerbukan tanaman stroberi. Saran Perlu dilakukan penelitian kandungan mineral, air, serat, dan besi, serta pengujian organoleptik rasa buah stroberi hasil penyerbukan lebah perlu dilakukan. Penambahan ulangan uji vitamin C buah stroberi diperlukan agar diperoleh data yang lebih akurat.

45 31 DAFTAR PUSTAKA Abrol DP Energetics of nectar production in some strawberry cultivars as a predictor of floral choice by honeybees. J Biosci 17: Amano K, Nemoto T, Heard TA What are stingless bees and why and how to use them as crop pollinator? JARQ 34: Anendra YC Aktivitas Apis cerana Mencari polen, Identifikasi Polen dan Kompetisi Menggunakan Sumber Pakan dengan Apis mellifera [Tesis]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Atmowidi T, Rianti P & Sutrisna A Pollination effectiveness of Apis cerana Fabricius and Apis mellifera Linnaeus in Jatropha curcas L. (Euphorbiaceae). Biotropia 15: Atwal AS Biology, ecology and utilization of insects other than honeybees in the pollination of crops. Ludhiania: Punjab Agricultural University. Badan Pusat Statistik Statistik Perdagangan Luar Negeri (Impor). Jakarta. Badan Pusat Statistik Statistik Perdagangan Dalam Negeri (Ekspor). Jakarta. Badan Pusat Statistik Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial- Ekonomi Indonesia. Jakarta. Barth FG Insects and Flowers. The Biology of a Partnership. New Jersey. Princeton Univ Press. Benson L Plant Classification. Boston: DC. Heath & Co. Boston. Cervanica CR, Barile GE, Veeresh GK, Shankar RO, Ganeshaiah KN Foraging behaviour of Trigona biroi Friese. Bangalore. Proc. Int. Symp. On Pollin. In tropic 64: Chandler CK, Legard DE, Duningan DD, Crocker TE, Sims CA Strawberry earlibrite strawberry. HortScience 35: Chagnon M, Gingras J, de Oliveira D Complementary aspects of strawberry pollination by honey and indigenous bees (Hymenoptera). J Econ Entomol 86: Chang DY, Lee MY, Mah Y Pollination on strawberry in the vinyl house by Apis mellifera L. and Apis cerana Fab. Acta Hort 561:

46 32 Chinh TX, Marinus J. Sommeijer, Willem J. Boot. Michener CD Nest architecture and colony characteristics of three stingless bees in North Vietnam with the first description of the nest of Lisotrigona carpenteri Engel (Hymenoptera: Apidae, Meliponini). J Kan Entomol Soc. 46: Connor LJ & Martin EC Component of pollination of commercial starwberries in Michigan. HortScience 8: Dafni A Pollination Ecology: A Practical Approach. New York: Oxford University Press. Darrow GM The Strawberry. New York: Holt, Rinehart and Winston. Damayanti E Obeservasi perilaku berdasarkan umur pada lebah pekerja Apis cerana [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Delaplane KS & Mayer DF Crop Pollination by Bees. Oxon: CABI Publishing. Demchak K The Mid-Atlantic Berry Guide for Commercial Growers Senior Extension Associate. Pennsylvania: Department of Horticulture. Dennis SH Agricultural Entomology. Oregon: Timber Press. Faegri K, van der Pijl L The Principles of Pollination Ecology. New York: Pergamon Press. Faheem M, Aslam M, Razaq M Pollination ecology with special reference to insects a review. J Res Sci 4: Free JB Bees and Mankind. London: George Allen and Unwin. Gary NE Activities and Behavior of Honey Bees. In JM Graham, editor. The Hive and The Honey Bee. Dadant and sons. Hamilton: Illionis Greenleaf SS, Kremen C Wild bees enchance honey bees pollination of hybrid sunflower. PNAS 37: Gojmerac WL Bees, Beekeeping, Honey and Pollination. Connecticut: Avi Publishing Company Weasport. Gupta JK, Reddy MCM, Kumar J Pattern of nectar secretion in wild cherry, Prunus pruddum Roxb, and the associated foraging behaviourof Apis cerana indica F and Apis mellifera L. Apidologie 21: Hancock JF. (1999). Strawberries. CABI. Wallingford UK: Crop production science in horticulture series 11.

47 33 Heinrich B Bumblee Economics. USA-Massachusetts: Harvard University Herbert EW Honey Bee Nutrition. In JM Graham, editor. The Hive and The Honey Bee. Dadant and sons. Hamilton: Illionis Inoue T, Salmah S Foraging behaviour of individual workers and foraging dynamics of colonies of three Sumatran stingless bees. In: Entomol Ecol of Insect in Humid Trop Inoue T, Sakagami SF, Salmah S, Yamane S The process of colony multiplication in the Sumatran stingless bee Trigona laeviceps. Biotropica 16: Klein AM, Dewenter AS, Tscharntke T Foraging trip duration and density of megachilid bees, eumenid wasps and pompilid wasps in tropical agroforestry systems. J Animal Ecol 73: Klinkhamer PGL, de Jong TJ, Linnebank LA Small-scale spatial patterns determine ecological relationships:an experimental example using nectar production rates. Ecol Letters 4: Kremen C, William MN, Thorp RW Crop pollination from native bees at risk from agricultural intensification. PNAS 99: Liow LH, Navjot S, Sodhi, Thomas E Bee diversity along a disturbance gradient in tropical lowland forests of south-east Asia. J Appl Ecol 38: Masfufah I Keanekaragaman Serangga Penyerbuk Dan Efektivitasnya Dalam Pembentukan Buah Pala (Myristica fragrans: Myristicaceae) [Tesis]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Matsuka M, Sakai T Bee pollination in Japan with special reference to strawberry production in greenhouse. Bee World 70: Michener CD The Bees of The World. Baltimore: The Johns Hopkins University Press. Michener CD, Boongird, S A new species of Trigona from Peninsular Thailand (Hymenoptera: Apidae: Meliponini). Kansas: J the Kan Entomol Soc 77: Nitsch JP Growth and morphogenesis of the strawberry as related to auxin. Am J Bot 37: Nye WP, Anderson JL Insect pollinators frequenting strawberry blossoms and the effect of honey bees on yield and fruit quality. J Am Soc Hort Sci 99:

48 34 Oz M, Karasu A, Cakmak I, Goksoy AT, Turan ZM Effects of honeybee (Apis mellifera) pollination on seed set in hybrid sunflower (Helianthus annuus L.). Af J Biotech 8: Potter D et al Phylogeny and classification of rosaceae. Plant Syst Evol 266: Proctor M, Yeo P, Lack A The Natural History of Pollination. London: Harper Collins Publishers. Raju AJS, Ezradanam V Pollination ecology and fruiting behavior in a monoecious species, Jatropha curcas L. (Euphorbiaceae). Cur Science 83: Raw A Foraging behavior of wild bees at hot pepper flower (Capsicum annum) and its possible influence on cross pollination. Annals Bot 85: Rianti, P Keragaman, Perilaku, Kunjungan dan Efektivitas Serangga Penyerbuk Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L: Euphorbiaceae). [tesis]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Roselino AC, Santos SB, Hrneir M, Bego LR Differences between the quality of strawberries (Fragaria x ananassa) pollinated by the stingless bees Scaptotrigona aff. depilis and Nannotrigona testaceicornis. Gen Mol Rese 8: Sakagami SF, T Inoue, Sô Yamane, S Salmah Nests architecture and colony composition of the Sumatran stingless bees Trigona (Tetragonula) laeviceps. Kontyû 51: Schoonhoven LM, Jermy T, van Loon JJA Physiology to Evolution: Insect-Plant Biology. London: Chapman&Hall. Shuel RW The Production of nectar and pollen. Illionis: In JM Graham. Dadant and Sons. Singh MM Foraging behavior of the himalayan honeybee (Apis cerana F.) 0n flowers of Fagopyrum asculentum M. and its impact on grain quality and yield. Ecoprint 15: Solange AB, Dos Santos, Roselino AC, Bego LR, Pollination of Cucumber, Cucumis sativus L. (Cucurbitales: Cucurbitaceae) by the Stingless Bees Scaptotrigona aff. depilis Moure and Nannotrigona testaceicornis Lepeletier (Hymenoptera: Meliponini) in Greenhouses Neotropical. Entomology 37:

49 35 Speight MR, Hunter MD, Watt AD Ecology of Insect: Concept and Application. Blacwell Science. Staudt G Systematics and geographic distribution of the american strawberry species. Taxonomic studies in the genus Fragaria. Univ Calif Publ Bot 81. Strand L Integrated Pest Management for Strawberries. Oakland: University of California, CA. Division of Agriculture and Natural Resources Publication Susanto S Pertumbuhan 11 aksesi stroberi yang dibudidayakan secara hidroponik. The growth of 11 accessions of strowberry grown by hydroponic. Bul Agron 31: Tangmitcharoen SA, Takaso TB, Siripatanadilox SC, Tasen WC, Owens JN Behavior of major insect pollinators of teak (Tectona grandis L. f.): A comparison of clonal seed orchard versus wild trees. Royal Forest Department. Bangkok: Thailand William G, Adam P A review of rainforest pollination and plant pollinator interactions with particular reference to australian subtropical rain forests. Aus Zoo 29: 3-4. Winston ML The Biology of the Honey Bee. Massachussets: Harvard University Press Cambridge. Vergara CH, Buendía PF Pollination of greenhouse tomates by the mexican bumblebee Bombus ephippiatus (Hymenoptera: Apidae). J Poll Ecol 7: Zebrowska J Influence of pollination modes on yield components in strawberry (Fragaria x ananassa Duch.). Plant Breeding 117: Zainuri H, Hasim A Sebaran stroberi (Fragaria x ananassa) di Indonesia. Strawberry (Fragaria x ananassa) spread areas in Indonesia. Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika 313.

50 36 LAMPIRAN

51 37 Lampiran 1 Proporsi varian komponen utama dalam analisis uji PCA berdasarkan jumlah individu A. cerana PC 1 PC 2 PC 3 PC 4 SD VAR KUM PC= komponen utama, SD = standar deviasi, VAR = proporsi varian, KUM = proporsi kumulatif. PC 1 PC 2 PC 3 PC 4 SD VAR KUM PC= komponen utama, SD = standar deviasi, VAR = proporsi varian, KUM = proporsi kumulatif. Lampiran 2 Proporsi varian komponen utama dalam analisis uji PCA berdasarkan aktivitas kunjungan A. cerana PC 1 PC 2 PC 3 PC 4 PC 5 PC 6 SD VAR KUM PC= komponen utama, SD = standar deviasi, VAR = proporsi varian, KUM = proporsi kumulatif. Lampiran 3 Proporsi varian komponen utama dalam analisis uji PCA berdasarkan jumlah individu T. laeviceps PC 1 PC 2 PC 3 PC 4 PC 5 SD VAR KUM PC= komponen utama, SD = standar deviasi, VAR = proporsi varian, KUM = proporsi kumulatif. PC 1 PC 2 PC 3 PC 4 PC 5 SD VAR KUM PC= komponen utama, SD = standar deviasi, VAR = proporsi varian, KUM = proporsi kumulatif.

52 38 Lampiran 4 Proporsi varian komponen utama dalam analisis uji PCA berdasarkan aktivitas kunjungan T. laeviceps PC 1 PC 2 PC 3 PC 4 PC 5 PC 6 PC 7 SD VAR KUM PC= komponen utama, SD = standar deviasi, VAR = proporsi varian, KUM = proporsi kumulatif. Lampiran 5 Hasil analysis of variance dan Duncan's Multiple Range Test jumlah buah terbentuk pada tanaman stroberi Analysis of Variance Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model <.0001 Error Corrected Total Duncan's Multiple Range Test Means with the same letter are not significantly different Duncan Grouping Mean N perlk A a A b B c Keterangan: a. Apis cerana, b. Trigona laeviceps, dan c. Kontrol

53 39 Lampiran 6 Hasil analysis of variance dan Duncan's Multiple Range Test jumlah buah sempurna pada tanaman stroberi Analysis of Variance Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model <.0001 Error Corrected Total Duncan's Multiple Range Test Means with the same letter are not significantly different Duncan Grouping Mean N perlk A a A b B c Keterangan: a. Apis cerana, b. Trigona laeviceps, dan c. Kontrol Lampiran 7 Hasil analysis of variance dan Duncan's Multiple Range Test jumlah buah abnormal pada tanaman stroberi Analysis of Variance Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model Error Corrected Total

54 40 Lampiran 8 Hasil analysis of variance dan Duncan's Multiple Range Test panjang buah pada tanaman stroberi Analysis of Variance Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model <.0001 Error Corrected Total Duncan's Multiple Range Test Means with the same letter are not significantly different Duncan Grouping Mean N perlk A a A b B c Keterangan: a. Apis cerana, b. Trigona laeviceps, dan c. Kontrol Lampiran 9 Hasil analysis of variance dan Duncan's Multiple Range Test lebar minimum buah pada tanaman stroberi Analysis of Variance Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model <.0001 Error Corrected Total Duncan's Multiple Range Test Means with the same letter are not significantly different Duncan Grouping Mean N perlk A a A b B c Keterangan: a. Apis cerana, b. Trigona laeviceps, dan c. Kontrol

55 41 Lampiran 10 Hasil analysis of variance dan Duncan's Multiple Range Test lebar maksimum buah pada tanaman stroberi Analysis of Variance Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model <.0001 Error Corrected Total Duncan's Multiple Range Test Means with the same letter are not significantly different Duncan Grouping Mean N perlk A a A b B c Keterangan: a. Apis cerana, b. Trigona laeviceps, dan c. Kontrol Lampiran 11 Hasil analysis of variance dan Duncan's Multiple Range Test bobot buah pada tanaman stroberi Analysis of Variance Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model <.0001 Error Corrected Total Duncan's Multiple Range Test Means with the same letter are not significantly different Duncan Grouping Mean N perlk A a B b C c Keterangan: a. Apis cerana, b. Trigona laeviceps, dan c. Kontrol

56 42 Lampiran 12 Hasil uji kandungan vitamin C buah stroberi hasil penyerbukan lebah dan tanaman kontrol LABORATORIUM DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Kampus IPB Darmaga P.O. Box 220 Bogor Telp/Fax. (0251) ; E- mail: tpglab@yahoo.com LAPORAN HASIL UJI REPORT OF ANALYSIS Nomor Sertifikat Certified Number : /FL/4.2.4/LDITP No. Permintaan Pengujian Test Order Number : / /FL/4.2.1 Pemberi Order Customer : Khairuni Khumairah H, S.Si Alamat Pengirim Address : Jl. Babakan Raya 6. Wisma Rahayu Darmaga Jenis Contoh Sample Keterangan Contoh Description of Sample Jenis Pengujian Type of Analysis Tanggal Penerimaan Date of Sample Received Tanggal Pelaporan Date of Report Halaman Page : Stroberi : Padat, kemas kantung plastik, suhu freezer : Vitamin C : 01 Mei 2012 : 09 Mei 2012 : 1 dari/of 2 Hasii laporan uji ini hanya berlaku untuk contoh-contoh tersebut diatas. Penggunaan hasil uji untuk hal-hal yang lain menjadi tanggung jawab pemberi order.

57 43 LABORATORIUM DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Kampus IPB Darmaga P.O. Box 220 Bogor Telp/Fax. (0251) ; tpglab@yahoo.com LAPORAN HASIL UJI REPORT OF ANALYSIS Nomor Sertifikat : /FL/4.2.4/LDITP Certified Number Halaman : 2 dari/or" 2 Page No. Jenis Contoh Unit Hasil Analisis Metode 1 Stroberi perlakuan 1 g/100g 1.47 Spektrofotometri 2 Stroberi perlakuan 2 g/100g 1.37 Spektrofotometri 3 Stroberi perlakuan 3 g/100g 1.58 Spektrofotometri Hasil laporan uji ini hanya berlaku untuk contoh-contoh tersebut diatas. Penggunaan hasil uji untuk hal-hal yang lain menjadi tanggung jawab pemberi order.

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Tanaman Stroberi

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Tanaman Stroberi 4 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Tanaman Stroberi Klasifikasi tanaman stroberi sebagai berikut (Benson, 1957) : Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Famili : Rosaceae Genus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang terletak pada posisi BT dan LS. Purbalingga

I. PENDAHULUAN. yang terletak pada posisi BT dan LS. Purbalingga I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki kekayaan alam melimpah berupa flora dan fauna. Indonesia juga memiliki potensi besar dalam pengembangan usaha peternakan lebah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial

TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial Apis cerana merupakan serangga sosial yang termasuk dalam Ordo Hymenoptera, Famili Apidae hidup berkelompok membentuk koloni. Setiap koloni terdiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Desa Serang merupakan salah satu desa di Kecamatan Karangreja,

I. PENDAHULUAN. Desa Serang merupakan salah satu desa di Kecamatan Karangreja, I. PENDAHULUAN Desa Serang merupakan salah satu desa di Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Desa Serang terletak pada ketinggian 800-1200 dpl dan memiliki curah hujan bulanan mencapai

Lebih terperinci

4 PERILAKU KUNJUNGAN SERANGGA PENYERBUK PADA TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.: Euphorbiaceae) PENDAHULUAN

4 PERILAKU KUNJUNGAN SERANGGA PENYERBUK PADA TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.: Euphorbiaceae) PENDAHULUAN 4 PERILAKU KUNJUNGAN SERANGGA PENYERBUK PADA TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.: Euphorbiaceae) 53 PENDAHULUAN Kunjungan serangga penyerbuk tergantung pada ketersediaan serbuksari dan nektar tanaman

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN a. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN a. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN a. Latar Belakang Asosiasi antara serangga penyerbuk (insect pollinators) dengan tanaman angiospermae merupakan bentuk asosiasi mutualisme yang spektakuler. Asosiasi ini diduga telah terjadi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Stroberi

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Stroberi 3 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Stroberi Stroberi merupakan tanaman herba tahunan. Batang utama tanaman ini sangat pendek. Daun stroberi merupakan daun majemuk beranak daun tiga (trifoliate) dengan tepi daunnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. Penyerbukan oleh Serangga

TINJAUAN PUSTAKA A. Penyerbukan oleh Serangga 4 TINJAUAN PUSTAKA A. Penyerbukan oleh Serangga Penyerbukan pada tumbuhan dapat dibedakan berdasarkan sumber serbuksari, yaitu penyerbukan sendiri (self pollination) dan penyerbukan silang (cross pollination).

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH i STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 iii PERNYATAAN

Lebih terperinci

METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian 11 METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Januari sampai Juni 2009. Pengamatan serangga dilakukan di dua lokasi, yaitu pada pertanaman H. multifora di lingkungan Kampus Institut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci

Key words : Polinator, Apis cerana Fabr., Cucumis sativus L., Production.

Key words : Polinator, Apis cerana Fabr., Cucumis sativus L., Production. PEMANFAATAN LEBAH Apis cerana Fabr. UNTUK HASIL BUAH MENTIMUN (Cucumis sativus L.) DI PALAK JUHA VII KOTO KABUPATEN PADANG PARIAMAN Firdaus Dwi Maesya, Jasmi, Lince Meriko Program Studi Pendidikan Biologi

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Aktivitas A . cerana Terbang Harian dan Mencari Polen

PEMBAHASAN Aktivitas A . cerana Terbang Harian dan Mencari Polen 32 PEMBAHASAN Aktivitas A. cerana Terbang Harian dan Mencari Polen Aktivitas terbang harian A. cerana lebih awal dibandingkan dengan aktivitas harian mencari polen. Aktivitas terbang harian A. cerana dimulai

Lebih terperinci

AKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN, IDENTIFIKASI POLEN, DAN KOMPETISI MENGGUNAKAN SUMBER PAKAN DENGAN Apis mellifera YUDI CATUR ANENDRA

AKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN, IDENTIFIKASI POLEN, DAN KOMPETISI MENGGUNAKAN SUMBER PAKAN DENGAN Apis mellifera YUDI CATUR ANENDRA AKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN, IDENTIFIKASI POLEN, DAN KOMPETISI MENGGUNAKAN SUMBER PAKAN DENGAN Apis mellifera YUDI CATUR ANENDRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN DAN FREKUENSI KUNJUNGAN SERANGGA PENYERBUK SERTA EFEKTIVITASNYA DALAM PEMBENTUKAN BUAH Hoya multiflora Blume (ASCLEPIADACEAE)

KEANEKARAGAMAN DAN FREKUENSI KUNJUNGAN SERANGGA PENYERBUK SERTA EFEKTIVITASNYA DALAM PEMBENTUKAN BUAH Hoya multiflora Blume (ASCLEPIADACEAE) KEANEKARAGAMAN DAN FREKUENSI KUNJUNGAN SERANGGA PENYERBUK SERTA EFEKTIVITASNYA DALAM PEMBENTUKAN BUAH Hoya multiflora Blume (ASCLEPIADACEAE) LILIH RICHATI CHASANAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

DEMOGRAFI DAN POPULASI KUMBANG Elaeidobius kamerunicus Faust (Coleoptera: Curculionidae) SEBAGAI PENYERBUK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)

DEMOGRAFI DAN POPULASI KUMBANG Elaeidobius kamerunicus Faust (Coleoptera: Curculionidae) SEBAGAI PENYERBUK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DEMOGRAFI DAN POPULASI KUMBANG Elaeidobius kamerunicus Faust (Coleoptera: Curculionidae) SEBAGAI PENYERBUK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) YANA KURNIAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kaktus

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kaktus II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kaktus Kaktus termasuk dalam kelompok famili Cactaceae. Dalam famili ini terdapat beberapa genus, sedangkan kaktus termasuk dalam genus Cereus. Adapun klasifikasi buah kaktus

Lebih terperinci

DI BALI LILIK SEKOLAH

DI BALI LILIK SEKOLAH AKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN dan IDENTIFIKASI POLEN DI PERLEBAHAN TRADISIONAL DI BALI LILIK MUNTAMAH SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. anthesis (mekar) seperti bunga betina. Tiap tandan bunga memiliki

TINJAUAN PUSTAKA. anthesis (mekar) seperti bunga betina. Tiap tandan bunga memiliki 4 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Bunga Kelapa Sawit Tandan bunga jantan dibungkus oleh seludang bunga yang pecah jika akan anthesis (mekar) seperti bunga betina. Tiap tandan bunga memiliki 100-250 spikelet (tangkai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lebah Trigona Lebah trigona adalah lebah yang tidak memiliki sengat atau dikenal dengan nama Stingless bee (Inggris), termasuk famili Apidae. Berikut adalah klasifikasi dari lebah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

PRAKATA. hidayah-nya sehingga skripsi ini dapat diselsaikan. Penyusunan skripsi ini tidak

PRAKATA. hidayah-nya sehingga skripsi ini dapat diselsaikan. Penyusunan skripsi ini tidak PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga skripsi ini dapat diselsaikan. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis mengucapkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

Gambar 1. Koloni Trigona sp

Gambar 1. Koloni Trigona sp BUDIDAYA LEBAH MADU TRIGONA SP Oleh : Victor Winarto *) Rusmalia *) I. PENDAHULUAN Madu adalah salah satu produk primadona HHBK (Hasil Hutan Bukan Kayu) di Indonesia. Banyaknya manfaat madu bagi kesehatan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan

TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev) termasuk dalam klasifikasi kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, sub-divisi Angiospermae, kelas Dicotiledonae, ordo Asterales,

Lebih terperinci

HASIL. ujung tandan. tengah tandan. pangkal tandan

HASIL. ujung tandan. tengah tandan. pangkal tandan 2 dihitung jumlah kumbang. Jumlah kumbang per spikelet didapat dari rata-rata 9 spikelet yang diambil. Jumlah kumbang per tandan dihitung dari kumbang per spikelet dikali spikelet per tandan. Lokasi pengambilan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk kedalam famili Solanaceae. Terdapat sekitar 20-30 spesies yang termasuk kedalam genus Capsicum, termasuk diantaranya

Lebih terperinci

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA 1 PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

HASIL. Tabel 2 Jumlah imago lebah pekerja A. cerana yang keluar dari sel pupa. No. Hari ke- Koloni I Koloni II. (= kohort) Warna Σ mati Warna Σ Mati

HASIL. Tabel 2 Jumlah imago lebah pekerja A. cerana yang keluar dari sel pupa. No. Hari ke- Koloni I Koloni II. (= kohort) Warna Σ mati Warna Σ Mati HASIL Jumlah Imago Lebah Pekerja A. cerana Berdasarkan hasil pembuatan peta lokasi sel pupa, dapat dihitung jumlah imago lebah pekerja yang keluar dari sel pupa. Jumlah imago lebah pekerja A. cerana (yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tingkatan kasta di dalam koloninya. Lebah pekerja yang merupakan lebah betina

II. TINJAUAN PUSTAKA. tingkatan kasta di dalam koloninya. Lebah pekerja yang merupakan lebah betina 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Klasifikasi Lebah Madu Lebah madu merupakan serangga sosial yang hidup berkoloni dan memiliki tiga tingkatan kasta di dalam koloninya. Lebah pekerja yang merupakan

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN DAN FREKUENSI KUNJUNGAN SERANGGA PENYERBUK SERTA EFEKTIVITASNYA DALAM PEMBENTUKAN BUAH Hoya multiflora Blume (ASCLEPIADACEAE)

KEANEKARAGAMAN DAN FREKUENSI KUNJUNGAN SERANGGA PENYERBUK SERTA EFEKTIVITASNYA DALAM PEMBENTUKAN BUAH Hoya multiflora Blume (ASCLEPIADACEAE) KEANEKARAGAMAN DAN FREKUENSI KUNJUNGAN SERANGGA PENYERBUK SERTA EFEKTIVITASNYA DALAM PEMBENTUKAN BUAH Hoya multiflora Blume (ASCLEPIADACEAE) LILIH RICHATI CHASANAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai Cabai merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Selatan. Cabai dikenal di Eropa pada abad ke-16, setelah diintroduksi oleh Colombus saat perjalanan pulang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Stroberi

TINJAUAN PUSTAKA Botani Stroberi TINJAUAN PUSTAKA Botani Stroberi Stroberi merupakan tanaman buah berupa herba yang ditemukan pertama kali di Chili, Amerika. Dalam klasifikasi tanaman, stroberi termasuk dalam divisi Spermatophyta, subdivisi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar belakang. Penghasil stroberi (Fragaria chiloensis L.) terbesar di dunia adalah negara

PENDAHULUAN. Latar belakang. Penghasil stroberi (Fragaria chiloensis L.) terbesar di dunia adalah negara PENDAHULUAN Latar belakang Penghasil stroberi (Fragaria chiloensis L.) terbesar di dunia adalah negara Amerika Serikat, disusul Polandia, Italia, Jepang dan Meksiko. Keberhasilan industri stroberi di Amerika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lebah Madu Lebah madu termasuk hewan serangga bersayap, sebagai penghasil madu yang telah lama dikenal manusia. Tubuh lebah madu beruas-ruas dan ruas tersebut saling berhubungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Ubikayu Dalam taksonomi tumbuhan, klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae (tumbuhan)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Jagung Manis Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea mays saccarata L. Menurut Rukmana ( 2009), secara sistematika para ahli botani mengklasifikasikan

Lebih terperinci

PERLEBAHAN DI INDONESIA

PERLEBAHAN DI INDONESIA PERLEBAHAN DI INDONESIA Oleh : Kuntadi Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi QUIZ 1. Yang mana sarang lebah madu? 1 2 3 4 1 QUIZ 2 2 1 3 5 4 A. dorsata A. laboriosa A. dorsata binghami A. cerana A.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol, hidromorfik

TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol, hidromorfik TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial atau regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai. Tingkat keasaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika dan Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays saccharata Sturt. Dalam Rukmana (2010), secara

Lebih terperinci

4. PERILAKU KUNJUNGAN LEBAH PENYERBUK PADA BUNGA PERTANAMAN CAISIN (Brassica rapa L.: Brassicaceae)

4. PERILAKU KUNJUNGAN LEBAH PENYERBUK PADA BUNGA PERTANAMAN CAISIN (Brassica rapa L.: Brassicaceae) 4. PERILAKU KUNJUNGAN LEBAH PENYERBUK PADA BUNGA PERTANAMAN CAISIN (Brassica rapa L.: Brassicaceae) PENDAHULUAN a. Perilaku Pencarian Pakan (Foraging Behaviour) Lebah Penyerbuk Lebah memerlukan beragam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mentimun Papasan Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota Cucurbitaceae yang diduga berasal dari Asia dan Afrika. Tanaman mentimun papasan memiliki

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Curah hujan harian di wilayah Kebun Percobaan PKBT IPB Tajur 1 dan 2 pada Februari sampai Juni 2009 berkisar 76-151 mm. Kelembaban udara harian rata-rata kebun tersebut

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

Jenis Lebah Yang Ada di Indonesia Friday, 08 February 2013 Pemutakhiran Terakhir Tuesday, 28 May 2013

Jenis Lebah Yang Ada di Indonesia Friday, 08 February 2013 Pemutakhiran Terakhir Tuesday, 28 May 2013 Jenis Lebah Yang Ada di Indonesia Friday, 08 February 2013 Pemutakhiran Terakhir Tuesday, 28 May 2013 eskalisa.sch.id Jenis Lebah Yang Ada di Indonesia Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki jenis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae,

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman: Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo : Euphorbiales, Famili

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN 2004-2012 RENALDO PRIMA SUTIKNO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN KEADAAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Vin s Berry Park Vin s Berry Park adalah sebuah merek dagang milik PT Putra Agro Tunas Harapan yang berada di bawah Yayasan PATUHA. Vin s Berry Park bergerak di bidang budidaya,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. terutama India dan Birma. Terung dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian

II. TINJAUAN PUSTAKA. terutama India dan Birma. Terung dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terung Ungu 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Terung Ungu Terung merupakan tanaman asli daerah tropis yang diduga berasal dari Asia, terutama India dan Birma. Terung dapat tumbuh dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kehidupan serangga sudah dimulai sejak 400 juta tahun (zaman devonian). Kirakira

I. PENDAHULUAN. Kehidupan serangga sudah dimulai sejak 400 juta tahun (zaman devonian). Kirakira I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serangga merupakan kelompok hewan dengan jumlah spesies serta kelimpahan tertinggi dibandingkan denga n makhluk hidup lainnya seperti tumbuhan dan hewan. Terdapat berbagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Stroberi. Tanaman stroberi dalam tata nama (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Stroberi. Tanaman stroberi dalam tata nama (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan TINJAUAN PUSTAKA Botani Stroberi Tanaman stroberi dalam tata nama (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut ( BAPPENAS, 2000) : Divisi Sub divisi Kelas Keluarga Genus Spesies : Spermatophyta

Lebih terperinci

TUNGAU PADA TANAMAN STROBERI. Oleh: NURFITRI YULIANAH A

TUNGAU PADA TANAMAN STROBERI. Oleh: NURFITRI YULIANAH A TUNGAU PADA TANAMAN STROBERI Oleh: NURFITRI YULIANAH A44103045 PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 ABSTRAK NURFITRI YULIANAH. Tungau pada Tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

TEKNIK PERSILANGAN BUATAN

TEKNIK PERSILANGAN BUATAN MODUL II TEKNIK PERSILANGAN BUATAN 2.1 Latar Belakang Keragaman genetik merupakan potensi awal di dalam perbaikan sifat. Salah satu upaya untuk memperluas keragaman genetik ialah melalui persilangan buatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541 Asal : Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Silsilah : Gondok x

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

JUPE, Volume 1 ISSN Desember PENGARUH PARANET PADA SUHU DAN KELEMBABAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SELEDRI (Apium graveolens L.

JUPE, Volume 1 ISSN Desember PENGARUH PARANET PADA SUHU DAN KELEMBABAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SELEDRI (Apium graveolens L. PENGARUH PARANET PADA SUHU DAN KELEMBABAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SELEDRI (Apium graveolens L.) Husnul Jannah Dosen Program Studi Pendidikan Biologi, FPMIPA IKIP Mataram E-mail: nung_okas@gmail.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Amerika Serikat, disusul Polandia, Italia, Jepang dan Meksiko. Keberhasilan

I. PENDAHULUAN. Amerika Serikat, disusul Polandia, Italia, Jepang dan Meksiko. Keberhasilan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penghasil stroberi (Fragaria chiloensis L.) terbesar di dunia adalah negara Amerika Serikat, disusul Polandia, Italia, Jepang dan Meksiko. Keberhasilan industri stroberi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan lapangan dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010 di kebun percobaan Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB, Tajur dengan elevasi 250-300 m dpl

Lebih terperinci

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA Oleh Fetrie Bestiarini Effendi A01499044 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Tulungrejo, Batu dekat Raya Selekta, Wisata petik apel kota Batu, dan Laboratorium Biosistematika Departemen Biologi,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan sebagai berikut. Kingdom Divisi Sub-divisi Class Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Jagung Jagung (Zea mays L) termasuk dalam keluarga rumput rumputan. tanaman jagung (Zea mays L) dalam sistematika ( Taksonomi ) tumbuhan, kedudukan tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Madu merupakan bahan pangan berbentuk cairan kental yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Madu merupakan bahan pangan berbentuk cairan kental yang memiliki I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Madu merupakan bahan pangan berbentuk cairan kental yang memiliki rasa manis alami yang dihasilkan oleh lebah berbahan baku nektar bunga. Madu kaya akan kandungan nutrisi

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TANAMAN PILADANG

PEMANFAATAN TANAMAN PILADANG PEMANFAATAN TANAMAN PILADANG (Coleus blumei Benth.) SEBAGAI SUMBER PAKAN UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI MADU LEBAH Apis cerana Fabr. DI PERLEBAHAN APIARI SAKATO PADANG PARIAMAN Sri wahyuni 1 Jasmi 2, Yosmed

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Tanaman buah naga yang awalnya berasal dari Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Buah naga masuk ke Indonesia dan menjadi populer sekitar tahun 2000

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Geografis dan Iklim

KEADAAN UMUM. Letak Geografis dan Iklim 10 KEADAAN UMUM Letak Geografis dan Iklim Vin s Berry Park adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis hortikultura khususnya budidaya, pengolahan dan agrowisata stroberi. Vin s Berry Park

Lebih terperinci

PERILAKU MAKAN GORILA (Gorilla gorilla gorilla ) DI PUSAT PRIMATA SCHMUTZER TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA SAHRONI

PERILAKU MAKAN GORILA (Gorilla gorilla gorilla ) DI PUSAT PRIMATA SCHMUTZER TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA SAHRONI 1 PERILAKU MAKAN GORILA (Gorilla gorilla gorilla ) DI PUSAT PRIMATA SCHMUTZER TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA SAHRONI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

TUGAS KULIAH TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH. Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida

TUGAS KULIAH TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH. Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida TUGAS KULIAH TEKNLGI PRDUKSI BENIH Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida leh : Nimas Ayu Kinasih 115040201111157 Nur Izzatul Maulida 115040201111339 KELAS L PRGRAM STUDI AGREKTEKNLGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo, 1993: 258). Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo, 1993: 258). Indonesia 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Biologi Anggrek 2.1.1 Deskripsi Anggrek Anggrek merupakan famili terbesar dalam tumbuhan biji, seluruhnya meliputi 20.000 jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 35/MENHUT-II/2007 Tentang HHBK, definisi HHBK adalah hasil hutan baik

I. PENDAHULUAN. 35/MENHUT-II/2007 Tentang HHBK, definisi HHBK adalah hasil hutan baik 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil hutan dapat dikelompokkan menjadi hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu (HHBK). Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 35/MENHUT-II/2007 Tentang HHBK,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS Test Seleksi Calon Peserta International Biology Olympiad (IBO) 2014 2 8 September

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DALAM PENGGUNAAN METODE PEMBAYARAN NON-TUNAI

ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DALAM PENGGUNAAN METODE PEMBAYARAN NON-TUNAI ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DALAM PENGGUNAAN METODE PEMBAYARAN NON-TUNAI (PREPAID CARD) LOVITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani tanaman karet Menurut Sianturi (2002), sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

Lebih terperinci

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004 Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004 KENTANG (Disarikan dari PPPVH 2004) Direktorat Perbenihan Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura I. UJI ADAPTASI 1. Ruang Lingkup

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Unit Usaha Marihat, Provinsi Sumatera Utara selama 4 bulan yang dimulai dari tanggal 1 Maret 2010

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruangan Rata-rata suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian pada pagi hari 22,4 0 C dan 78,6%, siang hari 27,4 0 C dan 55%, sore hari 25 0 C dan 75%. Hasil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kacang Tanah Secara garis besar kacang tanah dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe tegak dan menjalar. Kacang tanah tipe tegak percabangannya lurus atau sedikit miring ke atas.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

DI BALI LILIK SEKOLAH

DI BALI LILIK SEKOLAH AKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN dan IDENTIFIKASI POLEN DI PERLEBAHAN TRADISIONAL DI BALI LILIK MUNTAMAH SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

Rivaldi Putra Jamal, Jasmi, Novi

Rivaldi Putra Jamal, Jasmi, Novi PEMANFAATAN Trigona sp. (Hymenoptera: Meliponinae) UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI POLONG KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) (Savi ex Hassk) DI PALAK JUHA VII KOTO PADANG PARIAMAN Rivaldi Putra Jamal, Jasmi,

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Disusun untuk memenuhi tugas Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Dosen Pengampu: Dra. Murtiningsih, M.Pd. Oleh: Tabah Asmarani 13108244026 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Hewan Percobaan Bahan dan Peralatan

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Hewan Percobaan Bahan dan Peralatan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kandang Blok C Laboratorium Lapang Bagian Produksi Satwa Harapan, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan

Lebih terperinci