PENGARUH GEOMETRIK JALAN REL TERHADAP BATAS KECEPATAN MAKSIMAL KERETA API

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH GEOMETRIK JALAN REL TERHADAP BATAS KECEPATAN MAKSIMAL KERETA API"

Transkripsi

1 PENGARUH GEOMETRIK JALAN REL TERHADAP BATAS KECEPATAN MAKSIMAL KERETA API 1. Samun Haris 2. Toto Hendrianto Program Studi Teknik Sipil, Sekolah Tinggi Teknologi Mandala Jl. Soekarno Hatta No. 597 Bandung, Telp. (022) , Fax. (022) ABSTRACT Train is a mode of transportation that has an important role in realizing national resilience, mass transfer, equity support and economic growth. Existing track between Cipeundeuy-Banjar has problems such as the delay of train travel, Malabar Railway rolled in 2014, Train Lodaya Malam slipped in 2015 and disrupted the visibility of machinist. The geometric condition of the railway between Cipeundeuy-Banjar has a curved radius between R-150 m to R-2370 m and a gradient of 0 to This study aims to determine the results of calculation of horizontal alignment, vertical alignment and rail speed of primary data with secondary data. The research method used is a comparative causal method, which is a kind of descriptive research that wants to find the answer basically about cause and effect. In this Final Project, the result of analysis and discussion from the primary data is the average speed of 52.8 km / h with an average travel time of 25 minutes. While the results of analysis and discussion of secondary data is the average speed of 79 km / h with an average travel time of 17 minutes. The conclusions of this study are, among others, horizontal alignment of R-180 m with transverse arch and maximum speed of 40 km / h, R-1000 m with no transverse curve and a maximum speed of 80 km / h. In the vertical alignment there is R- 2000m and % kel of skill. Keywords: Geometric, Speed, Travel Time ABSTRAK Kereta Api merupakan moda transportasi yang memiliki peranan penting dalam mewujudkan ketahanan nasional, pemindahan masal, penunjang pemerataan dan pertumbuhan perekonomian. Jalur eksisting antara Cipeundeuy-Banjar memiliki permasalahan antara lain terjadinya penundaan perjalanan kereta api, Kereta Api Malabar terguling pada tahun 2014, Kereta Api Lodaya Malam tergelincir pada tahun 2015 dan terganggunya jarak pandang masinis.kondisi geometrik jalan rel antara Cipeundeuy-Banjar mempunyai radius lengkung antara R-150 m sampai dengan R-2370 m dan kelandaian antara 0 sampai dengan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil perhitungan alinemen horizontal, alinemen vertikal dan kecepatan kereta api dari data primer dengan data sekunder.metode penelitian yang digunakan adalah metode kausal komparatif, yaitu sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawab secara mendasar tentang sebab akibat. Dalam Tugas Akhir ini, hasil analisis dan pembahasan dari data primer adalah kecepatan rata-rata sebesar 52,8 km/jam dengan waktu tempuh rata-rata 25 menit. Sedangkan hasil analisis dan pembahasan dari data sekunder adalah kecepatan rata-rata sebesar 79 km/jam dengan waktu tempuh rata-rata 17 menit. Kesimpulan penelitian ini antara lain pada alinemen horizontal terdapat R-180 m dengan lengkung peralihan dan kecepatan maksimal 40 km/jam, R-1000 m dengan tanpa lengkung peralihan dan kecepatan maksimal 80 km/jam. Pada alinemen vertikal terdapat R m dan kelandaian Kata kunci: Geometrik, Kecepatan, Waktu Tempuh I. PENDAHULUAN Kereta Api sebagai salah satu moda transportasi yang memiliki peranan penting dan strategis dalam mewujudkan, memperkukuh dan memantapkan ketahanan nasional, serta sebagai penghubung wilayah (pemindah orang dan barang secara massal), penunjang pemerataan, pertumbuhan perekonomian dan stabilitas nasional. ISU TEKNOLOGI STT MANDALA VOL.12 NO.2 DESEMBER 2017 ISSN

2 Dengan jalur tunggal dan geometrik jalan kereta api yang ada sekarang sering memiliki masalah antara lain terjadinya penundaan perjalanan kereta api sehingga menyebabkan keterlambatan kedatangan maupun keberangkatan kereta api (Kementerian Perhubungan, 2011), pada tanggal 4 April2014 Kereta Api Malabar terguling di sekitar daerah Tasikmalaya antara petak Stasiun Ciawi-Cirahayu di km akibat adanya tanah longsor (PT. Kereta Api Indonesia, 2014), pada tanggal 5 Oktober 2015 Kereta Api Lodaya Malam jurusan Stasiun Bandung-Solo Balapan mengalami kecelakaan pada lintasan antara Stasiun Cirahayu dan Stasiun Ciawi akibat as rodanya tergelincir ( diunduh tanggal 28 Februari 2017), dan terganggunya jarak pandang masinis sehingga sering terjadi kecelakaan baik pada daerah petak jalan kereta api maupun pada perlintasan sebidang dengan jalan raya.kondisi geometrik jalan rel antara Cipeundeuy-Banjar mempunyai radius lengkung berkisar antara R-150 m sampai dengan R-2370 m dan kelandaian ( gradient) antara Kereta Api yang beroperasi saat ini lebih dominan digunakan oleh kereta penumpang, sedangkan kereta barang hanya digunakan untuk mengangkut bahan bakar minyak milik PT. Pertamina (PT. Dinamika Konsultan Mandiri, 2015). Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 60 tahun 2012 Tentang Persyaratan Teknis Jalur Kereta Api disebutkan bahwa kecepatan rencana kereta adalah 120 km/jam, radius lengkung minimal R-800 m, menggunakan rel tipe R.54, lebar jalur 1067 mm, kelandaian ( gradient) antara 0-10, bantalan yang digunakan adalah jenis beton dengan penambatnya menggunakan tipe elastis dan direncanakan menggunakan ruang bebas kelas 1 untuk kereta penumpang dan barang. II. TINJAUAN PUSTAKA Menurut Chandra dan Agarwal (2007), desain geometrik jaan rel meliputi semua parameter yang menentukan atau mempengaruhi geometrik jalur kereta api antara lain kelandaian(gradient), lengkung jalur (track), dan alinemen jalur.. Geometrik Jalan Rel Geometrik jalan rel adalah bentuk dan ukuran jalan rel, baik pada arah memanjang maupun arah melebar yang meliputi lebar jalur, kelandaian, lengkung horizontal, lengkung vertikal, peninggian rel dan pelebaran jalur (Utomo, 2009). Geometrik jalan rel direncanakan dan dirancang berdasarkan pada kecepatan rencana serta ukuran kereta yang melewatinya dan dapat mencapai hasil yang efisien, aman, nyaman dan ekonomis. Lebar Jalur Menurut Utomo (2009) lebar jalur adalah jarak terpendek antara kedua kepala rel, diukur dari sisi dalam kepala rel yang satu sampai sisi dalam kepala rel lainnya, seperti terlihat pada Gambar 2.1. Sumber: Utomo, 2009 Gambar 2.1 Lebar Jalur Hubungan antara lebar jalur, ukuran dan posisi roda di atas kepala rel digunakan Persamaan 2.1. = (2.1) Dengan: S = Lebar jalur (mm) r = Jarak antara bagian terdalam roda (mm) f c = Tebal flens (mm) = Celah antara tepi dalam flens dengan kepala rel (mm). Lengkung Horizontal Alinemen horizontal adalah proyeksi sumbu jalan rel pada bidang horizontal yang terdiri dari garis lurus dan garis lengkung ISU TEKNOLOGI STT MANDALA VOL.12 NO.2 DESEMBER 2017 ISSN

3 (Utomo, 2009), seperti diperlihatkan pada Gambar 2.2. Sumber: Rosyidi, 2015 Gambar 2.2 Skema Lengkung Horizontal Lengkung horizontal terdiri dari tiga jenis, yaitu: 1. Lengkung Lingkaran Dua bagian lurus yang perpanjangannya saling membentuk sudut PI ( Point Intersection) harus dihubungkan dengan lengkung berbentuk lingkaran, dengan atau tanpa lengkung peralihan. Besar jari-jari minimal yang diijinkan ditinjau dari kondisi berikut: a. Gaya sentrifugal yang diimbangi gaya berat, untuk menghitung besar lingkaran digunakan Persamaan 2.2 dengan h maks 110 mm. =. (2.2) b. Gaya sentrifugal yang diimbangi gaya berat dan daya dukung komponen jalan rel, untuk menghitung besar lingkaran digunakan Persamaan 2.3 dengan a maks g dan h maks 110 mm maka: =. (2.3) c. Jari-jari minimal untuk lengkung yang tidak memerlukan busur peralihan jika tidak ada peninggian rel yang harus dicapai (h=0), maka digunakan Persamaan 2.4. =. Besar jari-jari minimal yang diijinkan seperti tercantum dalam Tabel 2.1. Tabel 2.1 Jari-jari Minimal Yang Diijinkan Kecepatan Rencana (Km/ jam) Jari-jari minimal lengkung lingkaran tenpa lengkung peralihan (m) Jari-jari minimal lengkung lingkaran yang diijinkan dengan lengkung peralihan (m) Sumber: Kementerian Perhubungan, Lengkung Transisi/Peralihan Lengkung peralihan dipakai sebagai peralihan antara bagian yang lurus dengan bagian lingkaran dan sebagai peralihan antara dua jari-jari lingkaran yang berbeda. Panjang minimal lengkung peralihan dapat dihitung menggunakan Persamaan 2.5. =. (2.5) Dengan: Lh = Panjang minimal lengkung peralihan (m) R = Jari-jari lengkung horizontal (m) V = Kecepatan rencana untuk h lengkung peralihan (km/jam) = Peninggian pada rel luar lengkung di lengkung (mm) 3. Peninggian Rel Pada jalur lengkung, elevasi rel terluar dibuat lebih tinggi daripada rel dalam untuk mengimbangi gaya sentrifugal yang dialami oleh rangkaian kereta api saat memasuki suatu lengkung horizontal. Rumusan peninggian rel yaitu: a. Peninggian rel minimal didasarkan pada gaya maksimal yang mampu dipikul oleh rel dan kenyamanan bagi penumpang. Dengan menggunakan Persamaan 2.6 dengan W = 1120 mm, g = 9.81 m/dt2 dan a = m/dt2, maka: =.. (2.6) b. Peninggian rel normal, didasarkan pada gaya maksimal yang mampu dipikul oleh gaya berat kereta api dan konstruksi rel tidak memikul gaya sentrifugal. Dengan menggunakan Persamaan 2.7 dengan V maks = 4.3 R dan h = 110 mm, maka: =. (2.7) c. Peninggian rel maksimal, didasarkan stabilitas kereta api pada saat berhenti di bagian lengkung, dengan faktor keamanan (SF) = 3.0 dan kemiringan maksimal dibatasi sampai 10% atau h maks = 110 mm. ISU TEKNOLOGI STT MANDALA VOL.12 NO.2 DESEMBER 2017 ISSN

4 Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 60 Tahun 2012 Tentang Persyaratan Teknis Jalur Kereta Api, besar peninggian jalur untuk untuk kecepatan 120 km/jam dengan jari-jari 800 m adalah 110 mm. 4. Pelebaran Jalur Pelebaran jalur dilakukan agar roda kendaraan rel dapat melewati lengkung horizontal tanpa mengalami hambatan, dimana roda gandar muka bagian sisi terluar akan menekan rel. Besar pelebaran jalur untuk berbagai jari-jari tikungan adalah seperti yang tercantum dalam Tabel 2.2. Tabel. 2.2 Pelebaran Jalan Rel Jari-jari Tikungan (m) Pelebaran (mm) R > < R < < R < < R < < R < Sumber: Kementerian Perhubungan, Lengkung S Lengkung S terjadi bila dua lengkung dari suatu lintas berbeda arah lengkungnya dan letaknya saling bersambungan. Kedua lengkung tersebut harus dipisahkan oleh bagian lurus dengan jarak minimal 20 m di luar lengkung peralihan. Lengkung S suatu perencanaan jalan kereta api diperlihatkan pada Gambar Alur Perhitungan Lengkung Horizontal Langkah perhitungan lengkung horizontal secara keseluruhan adalah sebagaimana ditunjukkan dan diuraikan pada Persamaan 2.11 sampai dengan Persamaan a. Menghitung panjang lengkung =, (2.11) = (2.12) =... (2.13) =... (2.14) = +... (2.15) b. Menghitung Xc, Yc, k dan p =.. (2.16) =.. (2.17) = ( ).. (2.18) =.. (2.19) c. Menghitung Tt dan Et = + + (2.20) = + sec (2.21) d. Koordinat titik peralihan = (1 ).. (2.22) =.. (2.23) Lengkung Vertikal Alinemen vertikal adalah proyeksi sumbu jalan rel pada bidang vertikal melalui sumbu jalan rel tersebut (Utomo, 2009), seperti diperlihatkan pada Gambar 2.4. Sumber: PT. Dinamika Konsultan Mandiri, 2015 Gambar 2.3 Skematik Lengkung S Notasi Gambar 2.3 ditunjukkan pada Persamaan 2.8 sampai dengan Persamaan 2.10 berikut: a = (2 x T + 20) cos t (2.8) b = (2T + 20) sin t. (2.9) Lss = 2 x T + a (2.10) Sumber: Rosyidi, 2015 Gambar 2.4 Skematik Lengkung Vertikal Kriteria yang mendasar dalam perencanaan lengkung vertikal yaitu: 1. Pengelompokan Lintas ISU TEKNOLOGI STT MANDALA VOL.12 NO.2 DESEMBER 2017 ISSN

5 Pengelompokan lintas berdasarkan kelandaian yaitu lintas datar (0-10 ), lintas pegunungan (10-40 ), dan lintas emplasemen (0-1.5 ) 2. Jari-jari Minimal Lengkung Besar jari-jari minimal lengkung bergantung pada besarnya kecepatan rencana seperti dijelaskan pada Tabel 2.3. Tabel 2.3 Jari-jari Lengkung Vertikal Kecepatan Rencana (km/jam) Jari-jari Minimal Lengkung Vertikal (m) Lebih besar dari Sampai Sumber: Kementerian Perhubungan, Letak Titik Lengkung dan Jarak Maksimal Proyeksi Titik Sumbu ke Lengkung Vertikal Panjang lengkung vertikal berupa busur lingkaran yang menghubungkan dua kelandaian pada lintas yang berbeda, dapat dihitung menggunakan Persamaan =. (2.24) Dengan harga R untuk berbagai harga kecepatan dan perbedaan kelandaian, maka dapat dihitung dimensi lengkung peralihan Xm dan Ym dengan menggunakan Persamaan 2.25 dan Persamaan =. (2.25) =. (2.26) Dengan: Lv = Panjang lengkung vertikal Xm, Ym = Dimensi lengkung peralihan R = Besarnya jari-jari lengkung vertikal φ = Perbedaan kelandaian. 4. Landai Curam Pada kondisi khusus sering terdapat lintas dengan kelandaian yang lebih besar dari landai penentu (Sm). Kondisi khusus tersebut disebut sebagai landai curam (Sk) dengan panjang landai yang harus memenuhi ketentuan yang berlaku, seperti pada Gambar 2.5. Sumber : Rosyidi, 2015 Gambar 2.5 Skematik Panjang Landai Curam Panjang maksimal landai curam dapat ditentukan melalui Persamaan = ( ). (2.27) Dengan: l = Panjang landai curam (m) Va = Kecepatan awal di kaki landai curam (m/dt) Vb = Kecepatan akhir di puncak landai curam (m/dt) Sk = Besar landai curam ( ) Sm = Besar landai penentu ( ) Lengkung vertikal dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu: a. Lengkung Cembung, yaitu lengkung vertikal yang kecembungannya ke atas. b. Lengkung Cekung, yaitu lengkung vertikal yang kecekungannya ke bawah.. Kecepatan Kecepatan adalah kemampuan bergerak secara berturut-turut untuk menempuh suatu jarak dalam satu selang waktu. Pada jarak tempuh yang sama, semakin singkat waktu tempuh, kecepatan yang di hasilkan akan semakin baik. Terdapat beberapa tipe kecepatan antara lain: 1. Kecepatan Rencana ( Design Speed), yaitu kecepatan yang digunakan untuk merencanakan konstruksi dan geometrik jalan rel. Adapun beberapa bentuk kecepatan rencana yang akan digunakan, yaitu: a. Kecepatan untuk perencanaan struktur jalan rel, dihitung menggunakan Persamaan =. (2.28) ISU TEKNOLOGI STT MANDALA VOL.12 NO.2 DESEMBER 2017 ISSN

6 b. Kecepatan untuk perencanaan jarijari lengkung lingkaran dan peralihan, dihitung menggunakan Persamaan = (2.29) c. Kecepatan untuk perencanaan peninggian rel, dihitung menggunakan Persamaan = (2.30) Dengan: c = 1.25 N1 = Jumlah kereta api yang lewat V1 = Kecepatan operasi 2. Kecepatan Maksimal (Maximum Speed) Kecepatan maksimal adalah kecepatan tertinggi yang diijinkan untuk operasi rangkaian kereta pada lintasan tertentu. Ketentuan pembagian kecepatan maksimal dalam perencanaan geometrik dapat dilihat pada Tabel 2.4. Tabel 2.4 Kecepatan Maksimal Berdasarkan Kelas Kelas Jalan Kelas Jalan I Kelas Jalan II Kelas Jalan III Kelas Jalan IV Kelas Jalan V Kecepatan Maksimal 120 km/jam 110 km/jam 100 km/jam 90 km/jam 80 km/jam Sumber: Kementerian Perhubungan, Kecepatan Operasi (Operational Speed) Kecepatan operasi adalah kecepatan rata-rata kereta api pada petak jalan tertentu. 4. Kecepatan Komersial ( Commercial Speed) Kecepatan Komersial adalah kecepatan ratarata kereta api sebagai hasil pembagian jarak tempuh dengan waktu tempuh. Untuk menghitung jarak tempuh, waktu tempuh, dan kecepatan rata-rata kereta api dengan nilai percepatannya adalah a = 0 maka digunakan Persamaan 2.31 dan Persamaan = (2.31) = =... (2.32) Dengan: V = Kecepatan (Km/jam, m/s) S = Jarak yang ditempuh (m, Km) t = Waktu tempuh (jam, sekon) III. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yaitu pada trase jalan kereta api antara Ciawi- Tasikmalaya sepanjang 22 km, seperti pada Gambar 3.1. Sumber : PT. Kereta Api Indonesia, 2015 Gambar 3.1 Lokasi Penelitian Bagan Alir Penelitian Bagan alir untuk melaksanakan penelitian data seperti ditampilkan pada Gambar 3.2 Gambar 3.3 Bagan Alir Penelitian IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Analisis Data Lapangan Analisis data lapangan dilakukan pada data sekunder dan data primer yang telah diperoleh. Adapun hasil analisisnya adalah sebagai berikut: 1. Analisis Terhadap Peta Topografi (Alinemen Horizontal) Ditetapkan bahwa titik awal lokasi penelitian adalah sebagai titik A, pertemuan dua garis lurus sebagai titik PI ( Point Intersection) dan akhir lokasi penelitian adalah sebagai titik B, maka hasil analisis untuk alinemen horizontal pada peta topografi berupa titik koordinat titik PI dan jarak antara titik PI ke titik PI lainnya seperti diperlihatkan pada Tabel 4.1. ISU TEKNOLOGI STT MANDALA VOL.12 NO.2 DESEMBER 2017 ISSN

7 Tabel 4.1 Titik Koordinat dan Jarak Antar Titik PI Nama Koordinat Titik X Y A PI PI PI PI PI PI PI PI PI PI PI PI PI PI PI PI PI , , Jarak , , , ,439.9 B Sumber: Hasil Analisis Data Sekunder, Analisis Terhadap Jari-jari Lengkung Horizontal Analisis yang dilakukan pada jari-jari lengkung horizontal jalur kereta api yaitu untuk membandingkan radius lengkung horizontal antara radius (R) di kolom 3 (tiga) dengan radius minimal (R.min) di kolom 2 (dua) dan hasilnya disajikan pada kolom hasil analisis seperti disajikan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil Analisis Jari-jari Lengkung Horizontal Titik PI KM PI.44 Km PI.45 Km PI.46 Km PI.47 Km PI.48 Km PI.49 Km PI.50 Km PI.51 Km PI.52 Km PI.53 Km PI.54 Km PI.55 Km PI.56 Km PI.57 Km PI.58 Km PI.59 Km PI.60 Km R min (m) R (m) Hasil Analisis R<R min, Tidak Memenuhi R<R min, Tidak Memenuhi R<R min, Tidak Memenuhi R>R min, Memenuhi R<R min, Tidak memenuhi R>R min, Memenuhi R>R min, Memenuhi R>R min, Memenuhi R<R min, Tidak Memenuhi R<R min, Tidak Memenuhi R<R min, Tidak Memenuhi R<R min, Tidak Memenuhi R<R min, Tidak Memenuhi R<R min, Tidak Memenuhi R>R min, Memenuhi R>R min, Memenuhi R>R min, Memenuhi Sumber: Hasil Analisis Data Sekunder, 2017 Dari Tabel 4.2 di atas diketahui bahwa terdapat 10 (sepuluh) jari -jari lengkung horizontal yang tidak memenuhi syarat yang diijinkan yang berlaku pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 60 Tahun 2012 seperti yang disajikan pada Tabel Analisis Terhadap Jari-jari Lengkung Vertikal Analisis yang dilakukan pada jari-jari lengkung vertikal yaitu untuk membandingkan radius lengkung horizontal antara radius (R) di kolom 3 (tiga) dengan radius minimal (R.min) di kolom 2 (dua) dan hasilnya disajikan pada kolom hasil analisis. Hasil analisis seleng-kapnya seperti disajikan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Hasil Analisis Jari-jari Lengkung Vertikal Titik PV KM PV.10 Km PV.11 Km PV.12 Km PV.13 Km PV.14 Km PV.15 Km PV.16 Km PV.17 Km PV.18 Km PV.19 Km PV.20 Km PV.21 Km PV.22 Km PV.23 Km PV.24 Km PV.25 Km PV.26 Km PV.27 Km PV.28 Km R min (m) R (m) Hasil Analisis R>R min, Memenuhi R>R min, Memenuhi R>R min, Memenuhi R>R min, Memenuhi R>R min, Memenuhi R>R min, Memenuhi Sumber: Hasil Analisis Data Sekunder, 2017 Dari Tabel 4.3 di atas diketahui bahwa terdapat 4 (empat) titik lengkung vertikal yang tidak memenuhi syarat yang diijinkan sesuai Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 60 Tahun 2012 seperti yang disajikan pada Tabel 2.3. ISU TEKNOLOGI STT MANDALA VOL.12 NO.2 DESEMBER 2017 ISSN

8 4. Analisis Terhadap Waktu Tempuh Kereta Api Waktu tempuh adalah waktu yang dicapai untuk menempuh suatu tempat dengan jarak tertentu. Waktu tempuh yang dianalisis berdasarkan data primer. Hasil analisis waktu tempuh kereta api yang bisa dicapai pada dua lintas tersebut disajikan pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Waktu Tempuh Kereta Api N o Nama KA Stasiun Waktu Tempuh A Lintas Bandung- Tasikmalaya Ciawi Kroya 1 Pasundan menit 2 Lodaya menit 3 Serayu menit 4 Serayu menit 5 Argo Wilis menit 6 Lodaya menit 7 Kutojaya Selatan menit Sumber: PT. Dinamika Konsultan Mandiri, 2015 Gambar 4.1 Peta Situasi Titik Koordinat PI.44 Langkah-langkah perhitungan untuk mencari besaran sudut dan jarak pada lengkung horizontal mulai dari titik awal, ke titik pertemuan dua garis lurus hingga ke titik pertemuan dua garis berikutnya adalah sebagai berikut: 1. Menghitung Sudut Titik Awal ke Titik PI.44 B 1 2 Lintas Bandung- Jakarta Argo Parahyangan Argo Parahyangan Purwak arta Bekasi menit 68 menit Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2017 Dari hasil analisis pada Tabel 4.4 di atas, waktu tempuh yang bisa dicapai antara Ciawi-Tasikmalaya dengan jarak 22 kilometer ditempuh dalam waktu ratarata selama 25 menit, sedangkan antara Purwakarta sampai dengan Bekasi dengan jarak 76.5 kilometer ditempuh dalam waktu 68 menit. Pembahasan Perhitungan Alinemen Horizontal Langkah-langkah perhitungan lengkung horizontal yaitu dengan menggunakan Persamaan 2.13 sampai dengan Persamaan 2.20 dengan contoh perhitungan dilakukan pada lengkung nomor PI.44 yang terletak di Km dengan arah lengkung ke kanan. Data koordinat untuk perhitungan di titik PI.44 disajikan pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.1. Tabel 4.5 Koordinat Titik X, Titik Y, Dan Titik PI.44 Koordinat X Y Titik Awal (St. Ciawi) PI PI Menghitung Sudut Titik PI.44 ke Titik PI.45 tan 2 = tan 2 = Tan α2 = α2 = Azimuth = α2 = ( ) = Menghitung Sudut (Δ) PI.44 Δ PI.44 = α2 - α1 = = Menghitung Panjang dari Titik Awal sampai Titik PI.44 L 0-P.44 = (X1 X0)² + (Y1 Y0)² = ( )² + ( )² = m 5. Menghitung Panjang dari Titik PI.44 sampai Titik PI.45 L P.44-P.45= (X2 X1)² + (Y2 Y1)² = ( )² + ( )² = m ISU TEKNOLOGI STT MANDALA VOL.12 NO.2 DESEMBER 2017 ISSN

9 6. Analisis Lengkung Horizontal Eksisting di Titik PI.44 - R Eks PI.44 = 300 m - h maks = 110 mm - V renc = V maks = R/0.054 = 300/0.054 =74.54 km/jam Sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan yang disajikan pada Tabel 2.1, untuk radius lengkung 300 meter, maka V maks = 70 km/jam. Adapun tahapan perhitungan alinemen horizontal selanjutnya di Titik PI.44 adalah sebagai berikut: 1. Peninggian Rel (h) Persamaan 2.6 dan Persamaan 2.7 h min = (8.8 V² / R) 53.5 = ((8.8x70²)/300) 53.5 = mm h nor = 5.95 V² / R = (5.95 x 70²) / 300 = mm h maks = 110 mm Karena h min < h nor < h maks, maka untuk perhitungan selanjutnya digunakan h nor = mm. 2.Panjang Minimal Lengkung Peralihan (Lh = Ls) Persamaan 2.11 Lh = Ls= 0.01 x h x V = 0.01x97.183x300 = m 3.Besar Sudut Lengkung Peralihan (θs) Persamaan 2.12 θs = 90 x Ls π x R = 90 x π x 300 = Panjang Busur Lingkaran (Lc) Persamaan 2.14 Lc = θc / 180 x 2π R = (Δ 2 θs) / 180 x πr = ( x 6.500) / 180 x π x 300 = m 5.Panjang Lengkung Keseluruhan (L) Persamaan 2.15 L = 2 Ls + Lc = 2 x = m 6.Panjang Titik Koordinat Lengkung Peralihan (Xc Persamaan 2.16, Yc Persamaan 2.17, p Persamaan 2.18 dan k Persamaan 2.19) Xc = Ls (Ls³ / 40 x R²) = (68.028³/40x300²) = m Yc = Ls² / 6R = ² / (6 x 300) = m p = Yc R (1 Cos θs) = x(1 Cos 6.500) = m k = Xc R Sin θs = x Sin = m 7.Jarak Titik Awal Ls ke Titik PI.44 (Tt) Persamaan 2.20 Tt = (R + p) x Tg ½Δ + k = ( ) x Tg ½ = m 8.Jarak Titik PI.44 ke Pusat Lingkaran (Et) Persamaan 2.21 Et = R + p R Cos ½Δ = Cos ½ 30,786 = m 9.Jarak Titik Peralihan Dari Lengkung Peralihan ke Busur Lingkaran (Xs Persamaan 2.22 dan Ys 2.23) Xs Ys Persamaan = Ls x (1 (Ls² / (40 x R²))) = x(1 (68.028² / (40 x 300²))) = m = Ls² / 6R = ² / (6 x 300) = m 10.Perhitungan Lengkung S (a Persamaan 2.8, b Persamaan 2.9, dan Lss Persamaan 2.10). a b = (2 x Tt + 20) x Cost t = (2 x ) x Cost = m = (2 x Tt + 20) x Sin t = (2 x ) x Sin = m Lss = 2 x Tt + a + 20 = 2 x ISU TEKNOLOGI STT MANDALA VOL.12 NO.2 DESEMBER 2017 ISSN

10 1:1000 SKALA BID. PERS M JL.1 G = m 11. Perhitungan Titik Km Jalan Rel Km Titik Awal = Km MBA = (Km.0+L 0-PI.44) Tt = ( ) 117 = Km ABA = MBA + Ls = = Km ABA = ABA + Lc = = Km MBA = ABA + Ls = = Hasil perhitungan lengkung horizontal pada titik PI.44 sampai dengan titik PI.60 selengkapnya terdapat pada Buku Tugas Akhir. Perhitungan Alinemen Vertikal Dalam melakukan perhitungan, persamaan yang digunakan adalah Persamaan 2.34 sampai dengan Persamaan 2.36 dengan contoh perhitungan untuk lengkung vertikal nomor PV.10 yang terletak titik PV ( Point Vertical) di Km , dengan jenis lengkung cembung. Data elevasi untuk perhitungan di PV.10 disajikan pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.2. Tabel 4.6 Data Elevasi Jalan Rel Eksisting Titik PV Km Elevasi Titik Awal PV PV Sumber: PT. Dinamika Konsultan Mandiri, :100 STASIUN CIAWI KM PV.10 Sumber: PT. Dinamika Konsultan Mandiri, 2015 Gambar 4.2 Potongan Memanjang dan Titik PV.10 Langkah-langkah perhitungan untuk mencari tinggi kelandaian, panjang lengkung vertikal dan dimensi lengkung peralihan adalah sebagai berikut: 1. Menghitung Kelandaian Jalan Rel φ1 = El PV.10 El Pv.A /L1x1000 = (( ) / ( )) x 1000 = φ2 = El PV.11 El Pv.10 /L2x1000 = (( ) / ( )) x 1000 = Menghitung Beda Tinggi Kelandaian (φ) φ = φ2 φ1 = = Menghitung Panjang Lengkung Vertikal (Lv) Persamaan 2.24 Lv = Rv x φ = 6000 x ( )) = m 4. Menghitung Dimensi Lengkung Peralihan (Xm Persamaan 2.25 dan Ym Persamaan 2.26) Xm = (R / 2) x φ = (6000 / 2) x ( )) Ym = m = (R / 8 ) x φ = (6000 / 8) x ( )) = m Hasil perhitungan lengkung vertikal pada titik PV.10 sampai dengan titik PV.50 selengkapnya terdapat pada Buku Tugas Akhir. Perhitungan Kecepatan Kereta Api Langkah perhitungannya adalah: 1. Waktu Tempuh Hasil Perhitungan Alinemen Horizontal Hasil perhitungan alinemen horizontal diperoleh besarnya kecepatan ratarata adalah sebesar 79 km/jam dengan jarak sepanjang 22 km. Sehingga waktu tempuh kereta api dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan t = S / V = 22 / 79 = 0.28 jam ISU TEKNOLOGI STT MANDALA VOL.12 NO.2 DESEMBER 2017 ISSN

11 = 16.8 menit ~ 17 menit 2. Kecepatan Dari Waktu Tempuh Hasil Survei Lapangan a. Waktu Tempuh untuk kereta api lintas Bandung-Kroya adalah ratarata 25 menit dengan jarak antara Ciawi-Tasikmalaya yaitu 22 Km. Maka kecepatan kereta tersebut dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan V = S / t = 22 / (25/60) = 52.8 Km/jam b. Waktu Tempuh untuk kereta api lintas Bandung-Jakarta adalah rata-rata 67 menit dengan jarak antara Purwakarta-Bekasi sepanjang 76.5 Km. Maka kecepatan kereta tersebut dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan V = S / t = 76.5 / (67/60) = 68.5 Km/jam Perbandingan kecepatan antara jalan rel yang mempunyai radius lengkung kecil antara m dan kelandaian antara (Ciawi- Tasik-malaya) dengan radius lengkung besar antara m dan kelandaian antara (Purwakarta-Bekasi) yaitu 52.8 km/jam berbanding 68.5 km/jam, sehingga kecepatan kereta api paling optimal yang dicapai adalah jalan rel yang mempunyai nilai radius lengkung besar dan kelandaian kecil. Sedangkan perbandingan waktu tempuh pada daerah penelitian yang mempunyai radius lengkung kecil antara m dan kelandaian antara antara hasil survei lapangan ( spot speed/data primer) dengan waktu tempuh berdasarkan landasan teori (perhitungan alinemen horizontal data sekunder) yaitu 25 menit berbanding 17 menit. Grafik Geometrik Jalan Rel Dan Kecepatan Dari hasil Analisis dan Pembahasan yang telah dilakukan, maka diperoleh gambaran mengenai pengaruh geometrik jalan rel terhadap kecepatan kereta api seperti diperlihatkan pada Gambar Grafik 4.3. Pengaruh Geometrik Jalan Rel Terhadap Kecepatan 1, , R V V Rata-rata Gambar 4.3 Pengaruh Geometrik Jalan Rel Terhadap Kecepatan V. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Setelah menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari hasil analisis dan pembahasan pada alinemen horizontal jalan rel antara Stasiun Ciawi sampai dengan Stasiun Tasikmalaya diketahui bahwa: a. Radius lengkung dengan lengkung peralihan ( Spiral-Circle-Spiral) terkecil terletak di kilometer dengan radius lengkungnya 180 meter dan kecepatan maksimal 40 km/jam. b. Radius lengkung tanpa lengkung peralihan ( Full Circle) terbesar terletak di kilometer dengan radius lengkungnya 1000 meter dan kecepatan maksimal 80 km/jam. 2. Dari hasil analisis dan pembahasan pada alinemen vertikal jalan rel antara Stasiun Ciawi sampai dengan Stasiun Tasikmalaya diketahui bahwa: a. Radius lengkung vertikal terkecil terletak di kilometer dengan radius lengkung 2000 meter dengan kecepatan <100 km/jam. b. Kelandaian terbesar terletak di kilometer sampai dengan dengan kelandaian sebesar , , ISU TEKNOLOGI STT MANDALA VOL.12 NO.2 DESEMBER 2017 ISSN

12 3. Kecepatan yang dapat dicapai oleh kereta api dari Stasiun Ciawi sampai dengan Stasiun Tasikmalaya berdasarkan hasil survei di lapangan (data primer) yaitu 52.8 km/jam dengan waktu tempuh 25 menit, sedangkan berdasarkan hasil analisis dan pembahasan geometrik jalan rel (data sekunder) kecepatan rata-ratanya yaitu 79 km/jam dengan waktu tempuh 17 menit. Dengan demikian diperoleh gambaran bahwa waktu tempuh kereta api mengalami keterlambatan selama 8 menit dari waktu yang diperhitungkan berdasarkan data sekunder. Saran Setelah melakukan analisis dan pembahasan terhadap geometrik jalan rel hal yang bisa dijadikan bahan penelitian bagi mahasiswa antara lain: 1. Melakukan kajian terhadap perencanaan jalur ganda kereta api pada DED Jalur Ganda Antara Cipeundeuy-Banjar. 2. Mengkaji kembali alinemen horizontal dan alinemen vertikal rencana setelah dilakukan realinemen jalur kereta api. 3. Mengkaji penanganan terhadap perlintasan sebidang antara jalan kereta api dengan jalan raya. DAFTAR PUSTAKA Aswad, Y, 2010, Studi Kelayakan Perlintasan Sebidang Pada Jaringan Jalan Dalam Kota Dan Antar Kota, Jurnal Media Teknik Sipil, Volume X, Juli 2010, ISSN Budiarto, A dan Mahmudah, 2007, Rekayasa Lalu Lintas, Surakarta, Penerbit UNS Press. Chandra, S dan Agarwal, MM, 2007, Railway Engineering, New Delhi, Oxford University Press. diunduh pada tanggal 28 Februari Kementerian Perhubungan, 2011, Penundaan Perjalanan Kereta Api, Direktorat Jenderal Perkeretaapian. Kementerian Perhubungan, 2012, Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 60 Tentang Persyaratan Teknis Jalur Kereta Api, Direktorat Jenderal Perkeretaapian. PT. Kereta Api Indonesia (Persero),2014, KA Malabar Terperosok Longsor, Majalah Kereta Api, Edisi Mei Nasir, M, 1999, Metode Penelitian, Jakarta, Penerbit Ghalia Indonesia. Raihan, Taufan, dan Irawati, 2010, Evaluasi Geometrik Dan Struktur Jalan Rel Kereta Api Pada Stasiun Jember-Rambipuji Dan Arjasa, Jurnal Universitas Muhammadiyah Jember, Volume PB. Rosadi, RS, 2013, Perencanaan Geometrik Jalan Rel Antara Banyuwangi-Situbondo- Probolinggo, Jurnal Teknik Pomits Vol.2 No.1, ISSN : Rosyidi, SAP, 2015, Rekayasa Jalan Kereta Api (Tinjauan Struktur Jalan Rel), Yogyakarta, Penerbit Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammdiyah Yogyakarta (LP3M UMY). Sugiyono, 2013, Metode Penelitian Kombinasi, Bandung, Penerbit Alfabeta. Utomo, SHT, 2009, Jalan Rel, Yogyakarta, Penerbit Beta Offset. Dinamika Konsultan Mandiri, 2015, DED Pembangunan Jalur Ganda Kereta Api Antara Cipeundeuy-Banjar Lintas Bandung- Kroya, Laporan Akhir. ISU TEKNOLOGI STT MANDALA VOL.12 NO.2 DESEMBER 2017 ISSN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian atau studi yang direncanakan berada di jalur kereta api Lintas Muara Enim Lahat, yaitu dimulai dari Stasiun Muara Enim (Km 396+232) sampai

Lebih terperinci

KAJIAN GEOMETRIK JALUR GANDA DARI KM SAMPAI DENGAN KM ANTARA CIGANEA SUKATANI LINTAS BANDUNG JAKARTA

KAJIAN GEOMETRIK JALUR GANDA DARI KM SAMPAI DENGAN KM ANTARA CIGANEA SUKATANI LINTAS BANDUNG JAKARTA KAJIAN GEOMETRIK JALUR GANDA DARI KM 109+635 SAMPAI DENGAN KM 116+871 ANTARA CIGANEA SUKATANI LINTAS BANDUNG JAKARTA DOUBLE TRACK GEOMETRIC INVESTIGATION FROM KM 109+635 UNTIL KM 116+870 BETWEEN CIGANEA

Lebih terperinci

BAB X PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL

BAB X PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL BAB X PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL 1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM Setelah mempelajari pokok bahasan ini, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Mengetahui kriteria yang perlu diperhatikan untuk merencanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. melalui tahapan tahapan kegiatan pelaksanaan pekerjaan berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. melalui tahapan tahapan kegiatan pelaksanaan pekerjaan berikut : BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Langkah Kerja Metodologi yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini akan dipaparkan melalui tahapan tahapan kegiatan pelaksanaan pekerjaan berikut : MULAI DATA KONSTRUKSI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan jalur tepi di sepanjang jalan tol CAWANG CIBUBUR dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan jalur tepi di sepanjang jalan tol CAWANG CIBUBUR dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Khusus Pembangunan jalur dan stasiun Light Rail Transit akan dilaksanakan menggunakan jalur tepi di sepanjang jalan tol CAWANG CIBUBUR dengan jalur layang (Elevated) dengan

Lebih terperinci

KULIAH PRASARANA TRANSPORTASI PERTEMUAN KE-8 PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL

KULIAH PRASARANA TRANSPORTASI PERTEMUAN KE-8 PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL KULIAH PASAANA TANSPOTASI PETEMUAN KE-8 PEENCANAAN GEOMETIK JALAN EL 1. Standar Jalan el A. KETENTUAN UMUM Segala ketentuan yang berkaitan dengan jenis komponen jalan rel di dalam perencanaan geometrik

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Tujuan utama dilakukannya analisis interaksi sistem ini oleh para

BAB III LANDASAN TEORI. Tujuan utama dilakukannya analisis interaksi sistem ini oleh para BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Interaksi Sistem Kegiatan Dan Jaringan Tujuan utama dilakukannya analisis interaksi sistem ini oleh para perencana transportasi adalah sebagai berikut: 1. Memahami cara kerja

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Klasifikasi dan Fungsi Jalan 3.1.1 Klasifikasi Menurut Fungsi Jalan Menurut Bina Marga (1997), fungsi jalan terdiri dari : a. jalan arteri : jalan yang melayani angkutan utama

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Umum Desain konstruksi jalur rel kereta api harus direncanakan sesuai dengan persyaratan teknis, dengan harapan mampu memberikan desain yang optimal dan dapat dipertanggungjawabkan.

Lebih terperinci

Geometri Jalan Rel. Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

Geometri Jalan Rel. Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Geometri Jalan Rel Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Geometri Jalan Rel Meliputi bentuk dan ukuran jalan rel, pada arah memanjang-melebar, yang meliputi lebar sepur, kelandaian, lengkung horizontal dan vertikal,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkotaan yang konstruksinya ringan dan bisa berjalan bersama lalu lintas lain atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkotaan yang konstruksinya ringan dan bisa berjalan bersama lalu lintas lain atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Light Rail Transit (LRT) Kereta api ringan dikenal juga sebagai LRT sebagai singkatan Light Rail Transit adalah salah satu sistem Kereta Api Penumpang yang beroperasi dikawasan

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRIK PADA RUAS JALAN TANJUNG MANIS NILAS KECAMATAN SANGKULIRANG

PERENCANAAN GEOMETRIK PADA RUAS JALAN TANJUNG MANIS NILAS KECAMATAN SANGKULIRANG PERENCANAAN GEOMETRIK PADA RUAS JALAN TANJUNG MANIS NILAS KECAMATAN SANGKULIRANG Oleh : AGUS BUDI SANTOSO JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA ABSTRAK Perencanaan

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRI JALAN BERDASARKAN METODE BINA MARGA MENGGUNAKAN PROGRAM VISUAL BASIC

PERENCANAAN GEOMETRI JALAN BERDASARKAN METODE BINA MARGA MENGGUNAKAN PROGRAM VISUAL BASIC PERENCANAAN GEOMETRI JALAN BERDASARKAN METODE BINA MARGA MENGGUNAKAN PROGRAM VISUAL BASIC Eduardi Prahara Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Bina Nusantara Jln. K.H. Syahdan

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL ANTARA BANYUWANGI-SITUBONDO- PROBOLINGGO

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL ANTARA BANYUWANGI-SITUBONDO- PROBOLINGGO PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL ANTARA BANYUWANGI-SITUBONDO- PROBOLINGGO Oleh, RIFCHI SULISTIA ROSADI 3109100066 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. tanah adalah tidak rata. Tujuannya adalah menciptakan sesuatu hubungan yang

BAB III LANDASAN TEORI. tanah adalah tidak rata. Tujuannya adalah menciptakan sesuatu hubungan yang BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Geometrik Jalan Raya Geometrik merupakan membangun badan jalan raya diatas permukaan tanah baik secara vertikal maupun horizontal dengan asumsi bahwa permukaan tanah

Lebih terperinci

PERENCANAAN JALUR GANDA KERETA API SURABAYA - KRIAN

PERENCANAAN JALUR GANDA KERETA API SURABAYA - KRIAN JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (014) 1-5 1 PERENCANAAN JALUR GANDA KERETA API SURABAYA - KRIAN Aria Dwipa Sukmana, Budi Rahardjo Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut

Lebih terperinci

HADIRANTI 1, SOFYAN TRIANA 2

HADIRANTI 1, SOFYAN TRIANA 2 Reka Racana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Sipil Itenas No.x Vol. Xx Juni 2015 Perencanaan Geometrik Simpang Susun Double Trumpet Pada Jalan Tol Jakarta Serpong Berdasarkan Transportation

Lebih terperinci

PERANCANGAN GEOMETRI JALAN REL MENGGUNAKAN BENTLEY MXRAIL

PERANCANGAN GEOMETRI JALAN REL MENGGUNAKAN BENTLEY MXRAIL Reka Racana Teknik Sipil Itenas No.x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 2014 PERANCANGAN GEOMETRI JALAN REL MENGGUNAKAN BENTLEY MXRAIL GIGA NOVAGUSNI 1, SOFYAN TRIANA 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (HSKB 250) Lengkung Geometrik

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (HSKB 250) Lengkung Geometrik PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (HSKB 50) Lengkung Geometrik PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL MAGISTER TEKNIK JALAN RAYA UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN Lengkung busur lingkaran sederhana (full circle)

Lebih terperinci

TUGAS PERENCANAAN JALAN REL

TUGAS PERENCANAAN JALAN REL TUGAS PERENCANAAN JALAN REL Pebriani Safitri 21010113120049 Ridho Fauzan Aziz 210101131200050 Niken Suci Untari 21010113120104 Aryo Bimantoro 21010113120115 BAB I Pendahuluan Latar Belakang Maksud Tujuan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN B. RUMUSAN MASALAH A. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN B. RUMUSAN MASALAH A. LATAR BELAKANG PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Transportasi memiliki peran sangat penting dalam memajukan sebuah negara, dimana transportasi berfungsi sebagai penggerak perekonomian suatu wilayah, penyedia interaksi sosoial,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN 38 BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Umum Pada tahap kegiatan desain teknis ini, akan dilakukan analisis dan perhitungan lanjut yang lebih komprehensif dan mendalam yang ditujukan untuk melakukan

Lebih terperinci

I Dewa Made Alit Karyawan*, Desi Widianty*, Ida Ayu Oka Suwati Sideman*

I Dewa Made Alit Karyawan*, Desi Widianty*, Ida Ayu Oka Suwati Sideman* 12 Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 Vol. 2, No. 1 : 12-21, Maret 2015 ANALISIS KELANDAIAN MELINTANG SEBAGAI ELEMEN GEOMETRIK PADA BEBERAPA TIKUNGAN RUAS JALAN MATARAM-LEMBAR Analysis Superelevation on Alignment

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRI JALAN REL KERETA API TRASE KOTA PINANG- MENGGALA STA STA PADA RUAS RANTAU PRAPAT DURI II PROVINSI RIAU

PERENCANAAN GEOMETRI JALAN REL KERETA API TRASE KOTA PINANG- MENGGALA STA STA PADA RUAS RANTAU PRAPAT DURI II PROVINSI RIAU PERENCANAAN GEOMETRI JALAN REL KERETA API TRASE KOTA PINANG- MENGGALA STA 104+000- STA 147+200 PADA RUAS RANTAU PRAPAT DURI II PROVINSI RIAU Vicho Pebiandi 3106 100 052 Dosen Pembimbing Ir. Wahyu Herijanto,

Lebih terperinci

EVALUASI DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JARINGAN JALAN DI DALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

EVALUASI DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JARINGAN JALAN DI DALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG EVALUASI DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JARINGAN JALAN DI DALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Bayu Chandra Fambella, Roro Sulaksitaningrum, M. Zainul Arifin, Hendi Bowoputro Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Perencanaan Lengkung Horizontal Jalan Rel Kandangan-Rantau Provinsi Kalimantan Selatan

Perencanaan Lengkung Horizontal Jalan Rel Kandangan-Rantau Provinsi Kalimantan Selatan Rekaracana Teknik Sipil Itenas No.x Vol.xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2016 Perencanaan Lengkung Horizontal Jalan Rel Kandangan-Rantau Provinsi Kalimantan Selatan NURMAN NUGRAHA 1,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 24 BAB III LANDASAN TEORI A. Alinyemen Horisontal Jalan Raya Alinemen horisontal atau trase suatu jalan adalah proyeksi sumbu jalan tegak lurus bidang kertas yang terdiri dari garis lurus dan garis lengkung.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Klasifikasi Jalan

BAB III LANDASAN TEORI. A. Klasifikasi Jalan BAB III LANDASAN TEORI A. Klasifikasi Jalan Jalan raya di Indonesia dapat diklasifikasikan murut fungsi jalan, kelas jalan,status jalan yang ditetapkan berdasarkan manfaat jalan, arus lalu lintas yang

Lebih terperinci

Perencanaan Jalur Ganda Kereta Api Surabaya -Krian

Perencanaan Jalur Ganda Kereta Api Surabaya -Krian Perencanaan Jalur Ganda Kereta Api Surabaya - Krian DISUSUN OLEH ARIA DWIPA SUKMANA 3109100012 DOSEN PEMBIMBING BUDI RAHARDJO, ST, MT. JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALUR GANDA KERETA API SURABAYA - KRIAN

Lebih terperinci

ELEMEN PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN

ELEMEN PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN ELEMEN PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN Alinemen Horizontal Alinemen Horizontal adalah proyeksi dari sumbu jalan pada bidang yang horizontal (Denah). Alinemen Horizontal terdiri dari bagian lurus dan lengkung.

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Umum Pada tahap kegiatan desain teknis ini, akan dilakukan analisis dan perhitungan lanjut yang lebih komprehensif dan mendalam yang ditujukan untuk melakukan desain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di zaman yang semakin maju ini, transportasi menjadi hal vital dalam kehidupan manusia. Kesuksesan bertransportasi sangatlah dipengaruhi oleh ketersediaan sarana dan

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN. Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI

BAB IV PERENCANAAN. Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI BAB IV PERENCANAAN 4.1. Pengolahan Data 4.1.1. Harga CBR Tanah Dasar Penentuan Harga CBR sesuai dengan Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI 2.3.26.

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRI JALAN REL

PERENCANAAN GEOMETRI JALAN REL PEENCANAAN GEOMETI JALAN EL Dasar prencanaan Geometri jalan rel: Kecepatan rencana dan ukuran kereta/lok yang akan melewatinya dengan memperhatikan faktor keamanan, kenyamanan, ekonomi dan keserasian dengan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No. 1, (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Print) 1 PERENCANAAN PENGAKTIFAN KEMBALI JALUR REL KERETA API LINTAS ALTERNATIF CIREBON-KADIPATEN STA 0+100-8+700 MENGGUNAKAN MODA TRANSPORTASI

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perhitungan

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perhitungan BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perhitungan 1. Data Spesifikasi Jalan Ruas jalan Yogyakarta-Wates Km 15-22 termasuk jalan nasional berdasarkan Keputusan Meteri Pekerjaan Umum No. 631/KPTS/M/2009

Lebih terperinci

DESAIN JALAN REL UNTUK TRANSPORTASI BATU BARA RANGKAIAN PANJANG (STUDI KASUS: SUMATERA SELATAN)

DESAIN JALAN REL UNTUK TRANSPORTASI BATU BARA RANGKAIAN PANJANG (STUDI KASUS: SUMATERA SELATAN) DESAIN JALAN REL UNTUK TRANSPORTASI BATU BARA RANGKAIAN PANJANG (STUDI KASUS: SUMATERA SELATAN) Tilaka Wasanta 1 1 Universitas Katolik Parahyangan Email: tilakaw@unpar.ac.id ABSTRAK Transportasi merupakan

Lebih terperinci

berlaku yang memenuhi syarat teknis jalur kereta api. PENDAHULUAN

berlaku yang memenuhi syarat teknis jalur kereta api. PENDAHULUAN 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang harus didukung dari berbagai proses pembangunan. Dengan perkembangan pembangunan yang baik akan meningkatkkan perekonomian

Lebih terperinci

PERENCANAAN JALUR GANDA KERETA API DARI STASIUN PEKALONGAN KE STASIUN TEGAL

PERENCANAAN JALUR GANDA KERETA API DARI STASIUN PEKALONGAN KE STASIUN TEGAL TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALUR GANDA KERETA API DARI STASIUN PEKALONGAN KE STASIUN TEGAL Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana (S-1) pada Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. membandingkan perhitungan program dan perhitungan manual.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. membandingkan perhitungan program dan perhitungan manual. BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Validasi Program Validasi program dimaksudkan untuk mengetahui apakah hasil dari perhitungan program ini memenuhi syarat atau tidak, serta layak atau tidaknya program ini

Lebih terperinci

Lengkung lingkaran untuk berbagai kecepatan rencana besar jari-jari minimum yang diijinkan ditinjau dari:

Lengkung lingkaran untuk berbagai kecepatan rencana besar jari-jari minimum yang diijinkan ditinjau dari: Lengkung Horisontal Lengkung lingkaran untuk berbagai kecepatan rencana besar jari-jari minimum yang diijinkan ditinjau dari: 1. Gaya sentrifugal diimbangi sepenunya ole gaya berat. G. Sin α C. Cos α C.

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. TINJAUAN UMUM Pada tahap kegiatan desain teknis ini, akan dilakukan analisis dan perhitungan lanjut yang lebih komprehensif dan mendalam yang ditujukan untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Rancangan Tata Letak Jalur Stasiun Lahat

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Rancangan Tata Letak Jalur Stasiun Lahat BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Rancangan Tata Letak Jalur Stasiun Lahat 1. Kondisi Eksisting Stasiun Lahat Stasiun Lahat merupakan stasiun yang berada di Jl. Mayor Ruslan, Kelurahan Pasar Baru,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Geometrik. Tabel 5.1 Spesifikasi data jalan berdasarkan TCPGJAK.

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Geometrik. Tabel 5.1 Spesifikasi data jalan berdasarkan TCPGJAK. BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Geometrik Perhitungan geometrik adalah bagian dari perencanaan geometrik jalan yang menitik beratkan pada perencanaan bentuk fisik, sehingga dapat memenuhi

Lebih terperinci

PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM BENTLEY MX ROAD Rizky Rhamanda NRP:

PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM BENTLEY MX ROAD Rizky Rhamanda NRP: PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM BENTLEY MX ROAD Rizky Rhamanda NRP: 0521006 Pembimbing: Ir. Silvia Sukirman Pembimbing Pendamping: Sofyan Triana, ST., MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL ANTARA BANYUWANGI-SITUBONDO-PROBOLINGGO

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL ANTARA BANYUWANGI-SITUBONDO-PROBOLINGGO JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No. 1, (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Print) 1 PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL ANTARA BANYUWANGI-SITUBONDO-PROBOLINGGO Rifchi Sulistia Rosadi, Anak Agung Gde Kartika Jurusan Teknik

Lebih terperinci

DESAIN GEOMETRIK, STRUKTUR BESERTA PERKIRAAN BIAYA PERENCANAAN JALAN REL SEBAGAI ALTERNATIF TRANSPORTASI ANGKUTAN TAMBANG PASIR DI KABUPATEN LUMAJANG

DESAIN GEOMETRIK, STRUKTUR BESERTA PERKIRAAN BIAYA PERENCANAAN JALAN REL SEBAGAI ALTERNATIF TRANSPORTASI ANGKUTAN TAMBANG PASIR DI KABUPATEN LUMAJANG JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (01) 1-6 1 DESAIN GEOMETRIK, STRUKTUR BESERTA PERKIRAAN BIAYA PERENCANAAN JALAN REL SEBAGAI ALTERNATIF TRANSPORTASI ANGKUTAN TAMBANG PASIR DI KABUPATEN LUMAJANG Dodik

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Kondisi Stasiun Eksisting Stasiun Cicalengka merupakan stasiun yang berada pada lintas layanan Cicalengka-Nagreg-Lebakjero, terletak

Lebih terperinci

Reka Racana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Sipil Itenas No.x Vol. Xx Agustus 2015 Evaluasi Perencanaan Geometri Jalan Ruas Cipanas Warung Banten Dengan Menggunakan Software Autocad Land

Lebih terperinci

Oleh : ARIF SETIYAFUDIN ( )

Oleh : ARIF SETIYAFUDIN ( ) Oleh : ARIF SETIYAFUDIN (3107 100 515) 1 LATAR BELAKANG Pemerintah Propinsi Bali berinisiatif mengembangkan potensi pariwisata di Bali bagian timur. Untuk itu memerlukan jalan raya alteri yang memadai.

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN DAN TEBAL PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN GARENDONG-JANALA

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN DAN TEBAL PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN GARENDONG-JANALA Sudarman Bahrudin, Rulhendri, Perencanaan Geometrik Jalan dan Tebal Perkerasan Lentur pada Ruas Jalan Garendong-Janala PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN DAN TEBAL PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN GARENDONG-JANALA

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PENGHUBUNG PERKEBUNAN PT. JEK (JABONTARA EKA KARSA) BERAU-KALIMANTAN TIMUR

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PENGHUBUNG PERKEBUNAN PT. JEK (JABONTARA EKA KARSA) BERAU-KALIMANTAN TIMUR PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PENGHUBUNG PERKEBUNAN PT. JEK (JABONTARA EKA KARSA) BERAU-KALIMANTAN TIMUR FATKHUL MUIN (1) ARIE SYAHRUDDIN S, ST (2) BAMBANG EDISON, S.Pd, MT (2) ABSTRAK Kabupaten Berau adalah

Lebih terperinci

Eng. Ibrahim Ali Abdi (deercali) 1

Eng. Ibrahim Ali Abdi (deercali) 1 PENDAHULUAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN Jalan raya adalah suatu lintasan yang bertujuan melewatkan lalu lintas dari suatu tempat ke tempat lain. Arti lintasan menyangkut tanah yang diperkuat (diperkeras)

Lebih terperinci

EVALUASI GEOMETRIK JALAN PADA JENIS TIKUNGAN SPIRAL- CIRCLE-SPIRAL DAN SPIRAL-SPIRAL (Studi Kasus Jalan Tembus Tawangmangu Sta Sta

EVALUASI GEOMETRIK JALAN PADA JENIS TIKUNGAN SPIRAL- CIRCLE-SPIRAL DAN SPIRAL-SPIRAL (Studi Kasus Jalan Tembus Tawangmangu Sta Sta EVALUASI GEOMETRIK JALAN PADA JENIS TIKUNGAN SPIRAL- CIRCLE-SPIRAL DAN SPIRAL-SPIRAL (Studi Kasus Jalan Tembus Tawangmangu Sta 2+223.92 Sta 3+391.88) JURNAL PROYEK AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis jenis dan bentuk Tata Letak Jalur pada Stasiun

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis jenis dan bentuk Tata Letak Jalur pada Stasiun BAB III LANDASAN TEORI A. Jenis jenis dan bentuk Tata Letak Jalur pada Stasiun Menurut (Utomo 2009), pada tata letak jalur stasiun (emplasemen) yang terdiri dari jalan jalan rel yang tersusun dari sedemikian

Lebih terperinci

ANALISA ALINYEMEN HORIZONTAL PADA JALAN LINGKAR PASIR PENGARAIAN

ANALISA ALINYEMEN HORIZONTAL PADA JALAN LINGKAR PASIR PENGARAIAN ANALISA ALINYEMEN HORIZONTAL PADA JALAN LINGKAR PASIR PENGARAIAN Ahmadi : 1213023 (1) Bambang Edison, S.Pd, MT (2) Anton Ariyanto, M.Eng (2) (1)Mahasiswa Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Pasir

Lebih terperinci

1. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tinjauan Umum

1. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tinjauan Umum 78 1. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Umum Perencanaan konstruksi jalur kereta api harus direncanakan sesuai persyaratan teknis sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara teknis dan ekonomis. Secara

Lebih terperinci

PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN MENGGUNAKAN SOFTWARE AUTODESK LAND DESKTOP 2006 Veronica Dwiandari S. NRP:

PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN MENGGUNAKAN SOFTWARE AUTODESK LAND DESKTOP 2006 Veronica Dwiandari S. NRP: PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN MENGGUNAKAN SOFTWARE AUTODESK LAND DESKTOP 2006 Veronica Dwiandari S. NRP: 0721079 Pembimbing: Dr. Budi Hartanto S., Ir., M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL. MODUL 8 ketentuan umum jalan rel PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL. MODUL 8 ketentuan umum jalan rel PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL MODUL 8 ketentuan umum jalan rel OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan persyaratan umum dalam desain jalan rel Mahasiswa dapat menjelaskan beberapa pengertian kecepatan kereta api terkait

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun BAB III LANDASAN TEORI A. Jenis jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun Tata letak jalur stasiun terdiri atas jalan jalan rel yang tersusun sedemikian rupa sesuai dengan fungsinya. Penggambaran skema

Lebih terperinci

EVALUASI ALINEMEN HORIZONTAL PADA RUAS JALAN SEMBAHE SIBOLANGIT

EVALUASI ALINEMEN HORIZONTAL PADA RUAS JALAN SEMBAHE SIBOLANGIT EVALUASI ALINEMEN HORIZONTAL PADA RUAS JALAN SEMBAHE SIBOLANGIT TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil Oleh: DARWIN LEONARDO PANDIANGAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN RUAS JALAN ARIMBET-MAJU-UJUNG-BUKIT-IWUR PROVINSI PAPUA

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN RUAS JALAN ARIMBET-MAJU-UJUNG-BUKIT-IWUR PROVINSI PAPUA PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN RUAS JALAN ARIMBET-MAJU-UJUNG-BUKIT-IWUR PROVINSI PAPUA Sabar P. T. Pakpahan 3105 100 005 Dosen Pembimbing Catur Arief Prastyanto, ST, M.Eng, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Struktur Jalan Rel Struktur jalan rel merupakan suatu konstruksi yang direncanakan sebagai prasarana atau infrastruktur perjalanan kereta api. Konsep struktur jalan rel adalah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Inspeksi Keselamatan Jalan

BAB III LANDASAN TEORI. A. Inspeksi Keselamatan Jalan BAB III LANDASAN TEORI A. Inspeksi Keselamatan Jalan Menurut Komite Nasional Keselamatan Transportasi (2016) tentang bimbingan teknis investigasi kecelakaan transportasi lalu lintas dan angkutan jalan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. TINJAUAN UMUM Pada tahap kegiatan desain teknis ini, akan dilakukan analisis dan perhitungan lanjut yang lebih komprehensif dan mendalam yang ditujukan untuk melakukan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN KONSTRUKSI BAGIAN ATAS JALAN REL DALAM KEGIATAN REVITALISASI JALUR KERETA API LUBUK ALUNG-KAYU TANAM (KM 39,699-KM 60,038)

ANALISIS KELAYAKAN KONSTRUKSI BAGIAN ATAS JALAN REL DALAM KEGIATAN REVITALISASI JALUR KERETA API LUBUK ALUNG-KAYU TANAM (KM 39,699-KM 60,038) ANALISIS KELAYAKAN KONSTRUKSI BAGIAN ATAS JALAN REL DALAM KEGIATAN REVITALISASI JALUR KERETA API LUBUK ALUNG-KAYU TANAM (KM 39,699-KM 60,038) Wilton Wahab 1 * dan Sicilia Afriyani 2 1 Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL MODUL 3 : KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL DAN PEMBEBANANNYA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL MODUL 3 : KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL DAN PEMBEBANANNYA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL MODUL 3 : KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL DAN PEMBEBANANNYA OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan komponen struktur jalan rel dan kualitas rel yang baik berdasarkan standar yang berlaku di

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGATAR

DAFTAR ISI KATA PENGATAR DAFTAR ISI Halaman Judul i Pengesahan ii Halaman Persetujuan iii Motto dan Persembahan iv ABSTRAK v ABSTRACK vi KATA PENGATAR vii DAFTAR ISI ix DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii DAFTAR LAMPIRAN xiv DAFTAR

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Jalan Menurut Arthur Wignall (2003 : 12) secara sederhana jalan didefinisikan sebagai jalur dimana masyarakat mempunyai hak untuk melewatinya tanpa diperlakukannya izin khusus

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN BATAS KABUPATEN TAPANULI UTARA SIPIROK (SECTION 2)

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN BATAS KABUPATEN TAPANULI UTARA SIPIROK (SECTION 2) PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN BATAS KABUPATEN TAPANULI UTARA SIPIROK (SECTION 2) LAPORAN Ditulis untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma

Lebih terperinci

PERENCANAAN JALUR KERETA API ANTARA STASIUN DUKU DENGAN BANDARA INTERNASIONAL MINANG KABAU

PERENCANAAN JALUR KERETA API ANTARA STASIUN DUKU DENGAN BANDARA INTERNASIONAL MINANG KABAU PERENCANAAN JALUR KERETA API ANTARA STASIUN DUKU DENGAN BANDARA INTERNASIONAL MINANG KABAU Devi Cita Harminda,Hendri Warman, Lusi Utama. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL MODUL 6 WESEL DAN PERSILANGAN PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL MODUL 6 WESEL DAN PERSILANGAN PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL MODUL 6 WESEL DAN PERSILANGAN OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan fungsi dan jenis wesel yang umum digunakan di Indonesia Mahasiswa dapat menjelaskan standar pembuatan bagan wesel dengan

Lebih terperinci

ANALISA RESISTANCE, TRACTIVE EFFORT DAN GAYA SENTRIFUGAL PADA KERETA API TAKSAKA DI TIKUNGAN KARANGGANDUL

ANALISA RESISTANCE, TRACTIVE EFFORT DAN GAYA SENTRIFUGAL PADA KERETA API TAKSAKA DI TIKUNGAN KARANGGANDUL ANALISA RESISTANCE, TRACTIVE EFFORT DAN GAYA SENTRIFUGAL PADA KERETA API TAKSAKA DI TIKUNGAN KARANGGANDUL Jean Mario Valentino* *Perekayasa Pertama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Gedung Teknologi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Perlintasan Sebidang

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Perlintasan Sebidang BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Perlintasan Sebidang Jalan Timoho merupakan jalan kelas III, dengan fungsi jalan lokal primer, yang menghubungkan antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

LAPORAN PRAKTIKUM PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN LAPORAN PRAKTIKUM PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN DISUSUN OLEH : MUHAMMAD HAYKAL 008011006 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 010 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb.

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Perancangan Tata Letak Jalur di Stasiun Betung

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Perancangan Tata Letak Jalur di Stasiun Betung BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Perancangan Tata Letak Jalur di Stasiun Betung Perancangan tata letak jalur kereta api (KA) Stasiun Betung tidak lepas dari gambaran umum lokasi penelitian berdasaran

Lebih terperinci

Perhitungan Intensitas Maksimum Stasiun Tanjung Perak Perhitungan Intensitas Maksimum Stasiun Sampang...

Perhitungan Intensitas Maksimum Stasiun Tanjung Perak Perhitungan Intensitas Maksimum Stasiun Sampang... DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR, GRAFIK DAN DIAGRAM... xv DAFTAR SIMBOL... xvi BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Umum... 1 1.2.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. STRUKTUR JALAN REL Struktur jalan rel merupakan suatu konstruksi yang direncanakan sebagai prasarana atau infrastruktur perjalanan kereta api. Konsep struktur jalan rel adalah

Lebih terperinci

PENGANTAR PERENCANAAN JALAN RAYA SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006

PENGANTAR PERENCANAAN JALAN RAYA SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006 PENGANTAR PERENCANAAN JALAN RAYA SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006 PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN STANDARD PERENCANAAN Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya No. 13/1970 Direktorat

Lebih terperinci

MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR

MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR Telah disebutkan bahwa pada jalan rel perpindahan jalur dilakukan melalui peralatan khusus yang dikenal sebagai wesel. Apabila dua jalan rel yang terletak pada satu bidang saling

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA 7 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TINJAUAN UMUM Perencanaan konstruksi jalan rel baik jalur tunggal maupun jalur ganda harus direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara teknis, nonteknis

Lebih terperinci

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Lingkar Barat Metropolitan Surabaya Jawa Timur

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Lingkar Barat Metropolitan Surabaya Jawa Timur Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Lingkar Barat Metropolitan Surabaya Jawa Timur Ferdiansyah Septyanto, dan Wahju Herijanto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI A. Struktur Jalur Kereta Api

BAB III LANDASAN TEORI A. Struktur Jalur Kereta Api BAB III LANDASAN TEORI A. Struktur Jalur Kereta Api Perencanaan jalan rel merupakan suatu konstruksi yang direncanakan sebagai prasarana atau infrastruktur perjalanan kereta api. Struktur jalan rel merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN GEOMETRIK JALAN PADA RUAS JALAN AIRMADIDI-TONDANO MENGGUNAKAN ALAT BANTU GPS

TINJAUAN GEOMETRIK JALAN PADA RUAS JALAN AIRMADIDI-TONDANO MENGGUNAKAN ALAT BANTU GPS TINJAUAN GEOMETRIK JALAN PADA RUAS JALAN AIRMADIDI-TONDANO MENGGUNAKAN ALAT BANTU GPS Dwijayanto Pribadi M. J. Paransa, T. K. Sendow, L. J. Undap Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

Analisis Pola Operasi Mempawah-Sanggau Kalimantan Barat

Analisis Pola Operasi Mempawah-Sanggau Kalimantan Barat Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas No. 1 Vol. 4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Maret 2018 Analisis Pola Operasi Mempawah-Sanggau Kalimantan Barat MUHAMMAD FAISHAL, SOFYAN TRIANA Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan disain yang menggunakan material tersebut telah sangat luas sehingga material

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan disain yang menggunakan material tersebut telah sangat luas sehingga material BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi dan Fungsi Jalan 2.1.1. Pengertian Jalan Kemajuan teknologi menjadi sangat cepat dan berlanjut sampai sekarang. Pengetahuan dan segala penemuan mengenai tanah dan

Lebih terperinci

Sesuai Peruntukannya Jalan Umum Jalan Khusus

Sesuai Peruntukannya Jalan Umum Jalan Khusus Sesuai Peruntukannya Jalan Umum Jalan Khusus Jalan umum dikelompokan berdasarkan (ada 5) Sistem: Jaringan Jalan Primer; Jaringan Jalan Sekunder Status: Nasional; Provinsi; Kabupaten/kota; Jalan desa Fungsi:

Lebih terperinci

Volume 5 Nomor 1, Juni 2016 ISSN

Volume 5 Nomor 1, Juni 2016 ISSN Volume 5 Nomor 1, Juni 2016 ISSN 2320-4240 PERENCANAAN PERKERASAN DAN PENINGKATAN GEOMETRIK JALAN Rulhendri, Nurdiansyah Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Ibnu Khaldun Bogor petot.nurdiansyah@yahoo.com,

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR KNKT

LAPORAN AKHIR KNKT KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI REPUBLIK INDONESIA LAPORAN AKHIR KNKT.17.03.01.02 LAPORAN INVESTIGASI KECELAKAAN PERKERETAAPIAN ANJLOK KA 1479A COMMUTER LINE DI KM 2 + 200/300 EMPLASEMEN ST. JATINEGARA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Evaluasi teknis adalah mengevaluasi rute dari suatu ruas jalan secara umum meliputi beberapa elemen yang disesuaikan dengan kelengkapan data yang ada atau tersedia

Lebih terperinci

Perencanaan Jalur Ganda Kereta Api Lintas Cirebon Kroya Koridor Prupuk Purwokerto BAB I PENDAHULUAN

Perencanaan Jalur Ganda Kereta Api Lintas Cirebon Kroya Koridor Prupuk Purwokerto BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM Seiring dengan meningkatnya kebutuhan dan perkembangan penduduk maka semakin banyak diperlukan penyediaan sarana dan prasarana transportasi yang baik untuk melancarkan

Lebih terperinci

ALINEMEN HORISONTAL. WILLY KRISWARDHANA Jurusan Teknik Sipil FT Unej. Jurusan Teknik Sipil Universitas Jember

ALINEMEN HORISONTAL. WILLY KRISWARDHANA Jurusan Teknik Sipil FT Unej. Jurusan Teknik Sipil Universitas Jember ALINEMEN HORISONTAL WILLY KRISWARDHANA Jurusan Teknik Sipil FT Unej Jurusan Teknik Sipil Universitas Jember GAYA-GAYA YANG BEKERJA PADA ALINEMEN HORISONTAL WILLY KRISWARDHANA Jurusan Teknik Sipil FT Unej

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional Peran perkeretaapian dalam penggerak utama perekonomian nasional telah disebutkan dalam Peraturan Menteri Perhubungan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Perlintasan Sebidang

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Perlintasan Sebidang BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Perlintasan Sebidang Jalan Tata Bumi Selatan ialah jalan kelas III, dengan fungsi jalan lokal sekunder yang menghubungkan antara kegiatan nasional dengan pusat kegiatan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

KATA HANTAR. hitungan dan data Binamarga dan di dalam perencanaanya kita harus mengetahui

KATA HANTAR. hitungan dan data Binamarga dan di dalam perencanaanya kita harus mengetahui KATA HANTAR Pada perencanaan tugas akhir ini dengan topik Evaluasi Trase Terhadap Arus Lalulintas dan Geometrik Jalan,pada perencanaanya saya menggunakan metode analisis yaitu dengan cara membandingkan

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Oleh NRP :

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Oleh NRP : Oleh Mahasiswa PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN LENTUR (FLEXIBLE PAVEMENT) JALAN DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN SEPANJANG RUAS JALAN Ds. MAMEH Ds. MARBUI STA 0+00 STA 23+00 MANOKWARI PROPINSI PAPUA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. a. Dimulai dengan tinjauan pustaka yang berguna sebagai bahan dari penelitian.

BAB 3 METODOLOGI. a. Dimulai dengan tinjauan pustaka yang berguna sebagai bahan dari penelitian. BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian Adapun rencana bagan alir pada proses penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Dimulai dengan tinjauan pustaka yang berguna sebagai bahan dari penelitian. b.

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 161 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. KESIMPULAN Berdasarkan keseluruhan hasil perencanaan yang telah dilakukan dalam penyusunan Tugas Akhir ini, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

Lebih terperinci