Tabel 2. Hasil identifikasi Bakteri Asam Asetat pada kultur Kombucha. Gambar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tabel 2. Hasil identifikasi Bakteri Asam Asetat pada kultur Kombucha. Gambar"

Transkripsi

1 3. HASIL PENELITIAN 3.1. Jenis Mikroorganisme Tabel 2. Hasil identifikasi Bakteri Asam Asetat pada kultur Kombucha No Sumber Media + Pewarnaan Gambar Jenis Mikroorganisme Keterangan 1 Kultur Scoby Media NA + Indikator Methyl Red Blue Bakteri Asam Asetat Menghasilk -an warna biru pada koloni Kultur Scoby Pewarnaan Gram Bakteri Asam Asetat Bentuk sel coccus Gram Negatif Perbesaran 1x1 2 Kultur Scoby Media MRSA Yeast - 2

2 21 Kultur Scoby Pewarnaan Sederhana Mikroskopik Sel Yeast Bentuk sel eclips Perbesaran 1x1 3 Kombucha Media MRSA + 1% Caco3 Bakteri Asam Laktat Koloni bakteri asam laktat membentuk zona bening Kultur Scoby Pewarnaan Gram Mikroskopik Sel Bakteri Asam Laktat Bentuk sel bal dari starter kombucha berbentuk basil dan coccus. Perbesaran 1x1

3 22 Kombucha Pewarnaan Gram Mikroskopik Sel Bakteri Asam Laktat Bentuk sel coccus dan basil. Gram positif. Perbesaran 1x1 Stock Isolat A22 Pewarnaan Gram Lactobacillus Pentosus Bentuk sel bal dari isolat A22 berbentuk basil. Perbesaran 1x1 Pada Tabel tersebut pada kultur Kombucha yang digunakan terdapat bakteri asam asetat yang terlihat dari hasil plating bakteri yang menghasilkan perubahan warna pada media telah di beri indikator asam yakni Methyl red blue. Selain itu dengan pengujian gram, ditunjukan bahwa sel yang terlihat menghasilkan warna merah yang termasuk dalam gram negatif yang menjadi salah satu ciri dari bakteri asam asetat. Dari hasil mikroskopik terlihat bentuk sel bakteri asam asetat berbentuk coccus. Yeast pada kombucha setelah dilakukan pengamatan secara mikroskopik yang sebelumnya dilakukan pewarnaan sederhana untuk melihat bentuk selnya, yeast memiliki bentuk sel eclips. BAL dapat dilihat dari hasil mikroskopik yang menunjukan bahwa sel bakteri berwarna ungu dan bentuk sel yang terlihat kultur campuran A22 dan starter kombucha berbentuk coccus dan basil.

4 Kepadatan Sel Tabel 3. Hasil Kepadatan Sel Kombucha Selama Fermentasi (A 66 ) Hari ke- Konsentrasi teh putih (w/v),3%,5%,7%.453± ±.1.416± ±.1.564± ± ±.3.929± ± ±..1425± ± ±..98±.1.134± ±..1391±..199± ±..891±.2.857± ±..1172±.1.122±.1.25 Kepadatan Sel (A66) %.5%.7% lama fermentasi (hari) Persamaan matematika.3% : Y =.x 3 -,4x x -.39; R 2 :.827.5% : Y =.x 3 -,2x x -.43; R 2 :.582.7% : Y =.x 3 -.5x x -.59; R 2 :.53 Gambar 1. Kepadatan Sel Selama Fermentasi Kombucha Berasarkan Tabel 3 dan Gambar 1. Kepadatan sel pada konsentrasi.3% meningkat dari awal fermentasi hingga akhir fermentasi. Sedangkan pada konsentrasi.5% pada hari ke 6 fermentasi kepadatan sel mengalami peningkatan, hanya saja hari ke 8 14 fermentasi kepadatan sel mengalami fluktuasi. Pada konsentrasi.7% kepadatan sel mneingkat hanya sampai hari ke 4 dan menurun hingga akhir fermentasi.

5 24 Kepadatan Sel (A 66 ) %.5%.7%.3% : Y = 2.57E-5x 3 -,x 2 +.6x % : Y = 3.77E-5x 3 -,2x x % : Y =.x 3 -.6x x -.61 Gambar 2. Pendekatan Persamaan Polinomial Kepadatan Sel Selama Fermentasi Pada Gambar 2. diketahui kepadatan sel secara matematik bahwa pada perlakuan,3% jumlah sel selama fermentasi mengalami peningkatan. Pada perlakuan.5% jumlah sel meningkat hingga hari ke 8 dan mengalami penurunan hingga hari terakhir fermentasi, hanya saja penurunan tidak besar. Sedangkan pada perlakuan.7% terjadi peningkatan hanya sampai Kepadatan Sel (A 66 ) %.5%.7%.3% : Y = 3(2.57E-5x 2 ) - 2(,x) +.6;.5% : Y = 3(3.77E-5x 2 ) - 2(,2x) +.19;.7% : Y = 3(.x 2 ) 2(.6x ) +.43 Gambar 3. Derivat Pertama (Kecepatan Perubahan) Kepadatan Sel Selama Fermentasi

6 25 Berdasarkan Gambar 3. Kecepatan Perubahan kepadatan sel pada perlakuan.3% mengalami peningkatan hingga akhir fermentasi. Perubahan kepadatan sel pada perlakuan.5% pada hari ke 6 terjadi perubahan yang signifikan sedangkan pada hari ke 8-14 perubahan kepadatan sel cenderung stabil. Sedangkan pada perlakuan.7% kepadatan sel selama fermentasi mengalami penurunan hingga akhir fermentasi..4.2 kepadatan Sel (A66) %.5%.7% % : Y = 6(2.57E-5x) - 2(,);.5% : Y = 6(3.77E-5x) - 2(,2);.7% : Y = 6(.x) 2(.6 ) Gambar 4. Derivat Kedua (Percepatan Perubahan) Kepadatan Sel Selama Fermentasi Kombucha Dari Gambar 4. Percepatan perubahan paling cepat pada perlakuan.3% hanya percepatan perubahan tidak terlalu besar. Pada perlakuan.5% perubahan sedikit lambat hanya saja percepatan perubahannya per harinya selama fermentasi mengalami perubahan yang cukup besar. Sedangkan pada perlakuan.7% selama fermentasi percepatan perubahan kepadatan sel stabil.

7 Total Bakteri Asam Laktat Tabel 4. Hasil Total BAL Pada Kombucha Selama 14 Hari Fermentasi (log cfu/ml) Hari ke- Konsentrasi teh putih (w/v).3%.5%.7% 1.38± ± ± ± ±.1 1.5± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ±.6 12.± ± ± ± ± ± ± ± log cfu/ml %.5%.7% lama fermentasi (hari).3% : Y = -.35x 3 +,55x x ; R 2 :.92.5% : Y = -.36x 3 +,53x x +11,55; R 2 :.863.7% :Y= -.57x 3 +,83X x ; R 2 :.843 Gambar 5. Total BAL Pada Kombucha Selama Fermentasi Pada Tabel 4 dan Gambar 5. Total BAL selama fermentasi mengalami peningkatan hingga akhir fermentasi. Pada hari ke 6 fermentasi total BAL relatif stabil pada ketiga konsentrasi, hanya saja pada hari ke 6 8 signifikan. Pada hari ke 8 14 total BAL mengalami kestabilan kembali. mengalami peningkatan yang

8 Log cfu/ml %.5%.7% lama fermentasi.3% : Y = -.4x 3 +,1x 2.425x % : Y = -.5x 3 +,99x 2.37x % : Y = -.7x x 2.687x Gambar 6. Pendekatan Persamaan Polinomial Total Bal Selama Fermentasi Dari gambar diatas, total BAL secara matematik selama fermentasi dari hari ke 4 mengalami sedikit penurunan. Penurunan yang paling terlihat pasa perlakuan konsentrasi teh putih.7%. Pada hari ke 6 12, total BAL mengalami peningkatan yang cukup signifikan hanya saja pada perlakuan,5% peningkatan tidak terlalu besar, sedangkan perlakuan.3% memiliki peningkatan paling besar log cfu/ml %.5%.3% lama fermentasi.3% : Y = -.12x 2 +,2x.425;.5% : Y = -.15x 2 +,198x.37;.7% : Y = -.21x x.687 Gambar 7. Derivat Pertama (Kecepatan Perubahan) Total Bal Selama Fermentasi/Hari

9 28 Pada Gambar 7. Hasil turunan diketahui kecepatan perubahan selama fermentasi kombucha dengan perlakuan,7% memiliki kecepatan perubahan total BAL yang paling besar. Sedangkan,3% memiliki kecepatan perubahan total BAL paling rendah. Pada hari ke 2 fermentasi kecepatan perubahan total BAL dari ketiga perlakuan relatif sama. Hari ke 2 4 fermentasi perubahan total BAL dari ketiga perlakuan mulai berbeda. log cfu/ml lama fermentasi.7%.5%.3%.3% : Y = -.24x+,2;.5% : Y = -.3x+,198;.7% : Y = -.42x+.316 Gambar 8. Derivat kedua (percepatan perubahan) total BAL selama fermentasi Berdasarkan grafik hasil turunan kedua, percepatan perubahan pada awal fermentasi di hari ke 6 fermentasi paling besar pada perlakuan konsentrasi teh.7% diikuti perlakuan.5% dan.3%. sedangkan di akhir fermentasi pada hari ke 8-14 percepatan pada konsentrasi.7% memiliki percepatan yang paling lambat sedangkan pada perlakuan.3% hanya sedikit melambat.

10 Aktivitas Antioksidan Tabel 5. Hasil Aktivitas Antioksidan Pada Kombucha Selama Fermentasi (%) Hari ke Konsentrasi teh putih (w/v),3%,5%,7% ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± % aktivitas antioksidan 1.% 8.% 6.% 4.% 2.%.3%.5%.7%.% lama fermentasi (hari).3% : Y =.7X 3 -,18X X +,118; R 2 :.959.5% : Y=.6X 3 -,9X X +,589; R 2 :.97.7% : Y=.4X 3 -,62X X +,534; R 2 :.967 Gambar 9. Aktivitas Antioksidan Kombucha Selama Fermentasi Dari Tabel 5 dan Gambar 9. Aktivitas antioksidan dari ketiga konsentrasi mengalami peningkatan hingga akhir fermentasi. Aktivitas antioksidan paling besar pada konsentrasi.7% diikuti.5% dan paling rendah.3%. Pada hari ke 4 mengalami peningkatan aktivitas antioksidan kemudian mengalami sedikit penurunan. Pada hari ke 8-14 mengalami peningkatan kembali aktivitas antioksidan.

11 3 aktivitas antioksidan %.5%.7% lama fermentasi (hari).3% : Y =.1X 3 -,22X X +,521;.5% : Y =.1X 3 -,18X X +,71;.7% : Y =.1X 3 -,12X X +,763 Gambar 1. Pendekatan Persamaan Polinomial Aktivitas Antioksidan Selama Fermentasi Pada Gambar 1. Aktivitas antioksidan pada perlakuan,7% paling signifikan di hari ke 8 14, sedangkan diawal fermentasi perubahan aktivitas antioksidan relatif stabil atau sedikit. Sedangkan pada,5% tidak terjadi perubahan aktivitas antioksidan di awal fermentasi, namun dihari ke 8 14 fermentasi mengalami perubahan peningkatan aktivitas antioksidan yang cukup signifikan. Pada perlakuan,3% perbuahan paling besar di hari ke - 4 dan di hari hari berikutnya perubahan aktivitas antioksidan relatif sama.

12 aktivitas antiksidan %.5%.7% lama fermentasi (hari).3% : Y =3(.1X 2 ) 2(,22X) +.155;.5% : Y = 3(.1X 2 ) 2(,18X) +.116;.7% : Y = 3(.1 2 ) 2(,12X) +.87X Gambar 11. Derivat Pertama (Kecepatan Perubahan) Aktivitas Antioksidan Per Hari Bedasarkan Gambar 11. Dari hasil turunan pertama diawal fermentasi kecepatan perubahan aktivitas antioksidan per harinya pada perlakuan,3% paling besar diikuti dengan,5% dan,7%. Pada hari ke 6 14, kecepatan perubahan aktivitas antioksidan tiap harinya paling besar pada perlakuan,7% kemudian diikuti dengan,5% dan,3%, namun pada perlakuan,7% perubahan dimulai dihari ke aktivitas antioksidan %.5%.7% lama fermentasi (hari).3% : Y =6(.1X ) 2(,22);.5% : Y = 6(.1X) 2(,18);.7% : Y = 6(.1X) 2(,12 ) Gambar 12. Derivat Kedua (Percepatan Perubahan) Aktivitas Antioksidan

13 32 Pada Gambar 12, pada turunan kedua diketahui bahwa percepatan perubahan aktivitas antioksidan selama fermentasi paling cepat pada perlakuan,7% diikuti dengan,5% dan,3%. Namun percepatan perubahan aktivitas antioksidan pada perlakuan,3% dan,5% tidak terlalu jauh jaraknya, sedangkan pada,7% memiliki jarak percepatan paling tinggi Total Kuersetin Tabel 6. Kandungan kuersetin selama fermentasi Kombucha (mg/l) Hari ke- Konsentrasi teh putih (w/v),3%,5%,7% 3.2 ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± kuersetin (mg/l) %.5%.7% % : Y =.99X 2 -,763X + 3,825; R 2 :.822.5% : Y =.165X X + 4,826; R 2 :.839.7%: Y =.151X 2 1,183X + 4,775; R 2 :.84 lama fermentasi Gambar 13. Kandungan Kuersetin Pada Kombucha Selama Fermentasi Bedasarkan Tabel 6 dan Gambar 13, pada perlakuan,5% dihari ke - 2 total kuersetin mengalami peningkatan dan penurunan hingga hari ke 6. Sedangkan pada perlakuan

14 33,3% dan,7% total kuersetin dihari ke -2 relatif stabil dan menurun hingga hari ke 6. Pada hari ke 8 14 total kuersetin mengalami peningkatan yang signifikan, namun pada hari ke 1-14 pada,3% total kuersetin peningkatannya lebih rendah dari perlakuan lainnya. 6 kuersetin (mg/l) %.5%.7% lama fermentasi.3% : Y =.25X 2 -,282X + 3,161;.5% : Y =.41X X ;.7% : Y =.38X 2.44X + 3,744 Gambar 14. Pendekatan Persamaan Polinomial Kandungan Kuersetin Selama Fermentasi Pada Gambar 14. Kadungan kuersetin secara matematik pada hari ke 4 mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pada hari ke 4-8 kandungan kuersetin relatif stabil dan di hari ke 1 14 kandungan kuersetin mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Kandungan kuersetin pada perlakuan,7% dan,5% relatif sama sedangkan kandungan kuersetin pada,3% paling kecil.

15 kuersetin (mg/l) %.5%.7% lama fermentasi.3% : Y = 2(.25X) -,282;.5% : Y = 2(.41X) -.476;.7% : Y =2(.38X).44 Gambar 15. Derivat Pertama (Kecepatan Perubahan) Kandungan Kuersetin Selama Fermentasi Berdasarkan Gambar 15. Kecepatan perubahan kandungan kuersetin pada perlakuan,3% di hari ke - 4 paling cepat dibandingkan dengan perlakuan,5% dan,7%. Namun di hari ke 6 1 perubahan kandungan kuersetin pada,5% dan,7% mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Sedangkan pada,3% mengalami peningkatan namun tidak terlalu signifikan. kandungan kuersetin (mg/l) %.5%.7% lama fermentasi (hari).3% : Y = 2(.25) ;.5% : Y = 2(.41);.7% : Y =2(.38) Gambar 16. Derivat Kedua (Percepatan Perubahan) Kandungan Kuersetin Selama Fermentasi

16 35 Pada Gambar 16. Percepatan perubahan kandunga kuersetin selama fermentasi dari ketiga perlakuan,3%,,5% dan,7% stabil. Hanya saja percepatan perubahan paling besar pada perlakuan,5% dan paling rendah pada perlakuan,3% Potensi probiotik Tabel 7. Jumlah Sel BAL dalam Uji Potensi Probiotik Kombucha Berbasis Teh Putih Perlakuan Ketahanan ph Rendah ph Konsentrasi teh putih (w/v),3%,5%,7% ±.78 b 8.24±.242 a 7.7±.15 a ±.172 b 8.21±.28 b 7.57±1. a ±.283 a 8.39±.16 a 7.9±.792 a Garam Empedu 8.3±.978 b 7.71±.19 a 7.95±.56 b Keterangan : kombucha pada fermentasi hari ke 14 log cfu/ml ph 2 ph 2.5 ph 3 Empedu.3%.5%.7% Kemampuan Probiotik Gambar 17. Potensi Probiotik (Ketahanan Pada Ph Rendah Pada ph 2, ph 2.5, ph 3 dan Ketahanan Pada Garam Empedu) Kombucha Teh Putih Bedasarkan Tabel 7 dan Gambar 17. Potensi probiotik diketahui bahwa BAL pada ketiga perlakuan ketahanan pada ph rendah paling baik pada ph 3 dan paling rendah pada ph 2,5. Sedangkan pada kemampuan garam empedu BAL dengan perlakuan,3% memiliki kemampuan bertahan paling besar dan perlakuan,7% juga memiliki kemampuan bertahan pada garam empedu yang cukup besar. Sedangkan pada perlakuan,5% kemampuan terhadap garam empedu paling rendah.

17 Perubahan Kimia (ph) Selama Fermentasi Kombucha Tabel 8. Hasil Perubahan Kimia (ph) Selama Fermentasi Kombucha Hari ke- Konsentrasi teh putih (w/v),3%,5%,7% 3.9±. 3.76±. 3.76± ±.1 3.5± ± ± ±. 3.41± ±. 3.14± ± ± ±. 3.18± ±.1 3.4±. 3.11± ±. 3.±.1 3.5± ±.1 3.1± ± nilai ph %.5%.7% % : Y = -.46 ln(x) + 3,94 ;R 2 :.986.5% : Y = -.38 ln(x) + 3,754; R 2 :.976.7% : Y = -.38 ln(x) + 3,82; R 2 :.986 Gambar 18. Perubahan Kimia (ph) Kombucha Selama Fermentasi Berdasarkan hasil Tabel 8 dan Gambar 18, diketahui bahwa ph selama fermentasi kombucha berbasis teh putih pada ketiga perlakukan mengalami penuruan dari hari ke hingga hari ke 14. Penurunan ph dari tiap perlakuan pada hari ke hingga hari ke 6 cukup signifikan, sedangkan pada hari ke 8 hingga hari ke 14 penurunan ph tidak terlalu signifikan. Perubahan ph dari tiap perlakuan tidak jauh berbeda, hanya saja pada awal fermentasi ph pada perlakuan,3% lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Pada akhir fermentasi ph kombucha dari ketiga perlakuan berkisar pada ph 3,. lama fermentasi (hari)

18 37 nilai ph %.5%.7% lama fermentasi (Hari).3% : Y = ln(x) + 3,847;.5% : Y = ln(x) + 3,697 ;.7% : Y = ln(x) + 3,818 Gambar 19. Pendekatan Persamaan Logaritma Perubahan Kimia (ph) Kombucha Selama Fermentasi Dari Gambar 19. ph selama fermentasi dari ketiga perlakuan tersebut relatif sama. Perubahan ph pada hari ke 2 hingga hari ke 8 cukup signifikan yakni dari ph 3,5 3,; sedangkan perubahan ph dari hari ke 1 hingga ke 14 relatif tidak terjadi perubahan yakni berkisar pada ph 3,. nilai ph lama fermentasi (hari).3%.5%.7%.3% : Y = -.336/x;.5% : Y = /x ;.7% : Y = /x Gambar 2. Derivat Pertama (Kecepatan Perubahan) ph Kombucha

19 38 Dalam Gambar 2. Dari hasil turunan diketahui kecepatan perubahan ph paling cepat pada konsentrasi.5% kemudian diikuti konsentrasi.7% dan.3%. Kecepatan perubahan ph paling signifikan pada hari ke 2 4 fermentasi. Kecepatan perubahan ph cenderung menurun dan di hari ke cenderung stabil. nilai ph lama fermentasi (hari).3%.5%.7%.3% : Y = -.336/x 2 ;.5% : Y = /x 2 ;.7% : Y = /x 2 Gambar 21. Derivat Kedua (Percepatan Perubahan) Perubahan Kimia (ph) Kombucha Selama Fermentasi per Hari Pada Gambar 21. Percepatan perubahan ph selama fermentasi sangat signifikan pada hari ke 2-4 untuk ketiga perlakuan konsentrasi. Pada hari ke 4-6 percepatan perubahan ph kombucha untuk ketiga perlakuan konsentrasi mengalami percepatan penurunan yang cukup besar. Dan di hari ke 6-14 fermentasi kombucha percepatan perubahan ph memulai melambat dan diakhir fermentasi relatif stabil.

20 Analisa Grafik Model Matematik Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pada hasil penelitian total BAL memiliki titik kritis. Hal ini dapat dilihat pada hasil derivat kedua (gambar 8) dimana hasil data penelitian terjadi perpotingan pada sumbu X. Pada konsentrasi teh.5% memiliki titik kritis paling cepat yakni pada hari ke 6 fermentasi (titik 6.6) diikuti dengan konsentrasi,7% pada hari ke 7 fermentasi (titik 7.524) dan konsentrasi.3% pada hari ke 8 fermentasi (titik 8.333). Untuk komulatif pada titik kritis dengan melakukan pengintegralan pada titik potong tersebut. Dengan dilakukan pengintegralan ini dapat melihat jumlah perubahan pada titik kritis. Berikut perhitungan titik kritis pada persamaan polinomial : Y = 6ax + 2b x = 2b 6a Titik kritis pada saat f(x)= yakni,.3% : x = x = % : x = x = % : x = x = 7.52 Integral Total BAL untuk melihat akumulasi total BAL hingga titik kritis x 1 4 ax bx cx2 + dx Sehingga x 3 +.1x x x4 +,1 1 3 x x x Luas I.3% : x = 8.33 adalah

21 4 Luas II.3% : x = adalah Maka luasnya : Luas I Luas II = = ,67.5x x x x4 +, x x x Luas I.5% : x = 6.67 adalah Luas II.5% : x = adalah Maka luasnya : Luas I Luas II = = ,67.7x x x x4 +, x x x Luas I.7% : x = 7.5 adalah Luas II.7% : x = adalah Maka luasnya : Luas I Luas II = = Tabel 9. Perbandingan Waktu dan Akumulasi Total BAL Titik kritis.3%.5%.7% X (hari) Y(mL/L)

22 %.5%.7% Gambar 22. Integral Total BAL Selama Fermentasi Berdasarkan gambar diatas diketahui pada perlakuan.3% sebelum titik kritis di hari ke 8 pertumbuhan BAL mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Setelah titik kritis pertumbuhan BAL sedikit mengalami pelambatan hanya saja tetap meningkat. Untuk perlakuan.5% sebelum dan sesudah titikkritis dihari ke 6 pertumbuhan BAL mengalami peningkatan. Pada perlakuan.7% sebelum titik kritis di hari ke 7 pertumbuhan BAL meningkat signifikan, setelah titik kritis pertumbuhan mengalami pelambatan.

3. HASIL PENELITIAN Acar Kubis Putih (Brassica oleracea)

3. HASIL PENELITIAN Acar Kubis Putih (Brassica oleracea) 3. HASIL PENELITIAN 3.1. Acar Kubis Putih (Brassica oleracea) Bahan utama yang digunakan sebagai substrat untuk proses fermentasi acar ini adalah kubis putih yang berasal dari daerah Getasan, Kopeng (Gambar

Lebih terperinci

3. HASIL PENELITIAN Fermentasi Asinan Rebung

3. HASIL PENELITIAN Fermentasi Asinan Rebung 3. HASIL PENELITIAN 3.1. Fermentasi Asinan Rebung Rebung yang digunakan untuk asinan rebung ialah rebung jenis rebung kuning bambu betung (Dendrocalamus asper) dengan kualitas yang baik (Gambar 5a). Fermentasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KULTUR UJI 4.1.1 Kemurnian kultur Kemurnian kultur uji merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam melakukan validasi metode analisis karena dapat mempengaruhi hasil

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS GULA PADA AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN POTENSI PROBIOTIK KOMBUCHA TEH PUTIH DENGAN PENAMBAHAN Lactocbacillus pentosus A22

PENGARUH JENIS GULA PADA AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN POTENSI PROBIOTIK KOMBUCHA TEH PUTIH DENGAN PENAMBAHAN Lactocbacillus pentosus A22 PENGARUH JENIS GULA PADA AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN POTENSI PROBIOTIK KOMBUCHA TEH PUTIH DENGAN PENAMBAHAN Lactocbacillus pentosus A22 THE EFFECT KIND OF SUGAR ON ANTIOXIDANT ACTIVITIES AND PROBIOTIC POTENTIAL

Lebih terperinci

4.1. Mikroorganisme yang Berperan Selama Fermentasi

4.1. Mikroorganisme yang Berperan Selama Fermentasi 4. PEMBAHASAN Kombucha merupakan minuman yang memiliki nilai fungsional yang tinggi karena bersifat menurunkan tekanan darah bagi penderita hipertensi, meningkatkan daya tahan tubuh, memperbaiki komposisi

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN Fermentasi Acar Kubis Putih

4. PEMBAHASAN Fermentasi Acar Kubis Putih 4. PEMBAHASAN 4.1. Fermentasi Acar Kubis Putih Fermentasi merupakan salah satu metode untuk memperpanjang umur simpan suatu bahan pangan. Ketika fermentasi berlangsung, kandungan gula sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dari Lactobacillus plantarum yang diisolasi dari usus halus itik Mojosari (Anas

BAB III METODE PENELITIAN. dari Lactobacillus plantarum yang diisolasi dari usus halus itik Mojosari (Anas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen secara deskriptif yang bertujuan untuk memberikan informasi tentang potensi probiotik dari Lactobacillus

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. dengan cara menyadap tangkai bunga tanaman siwalan yang dipotong. Nira

BABI PENDAHULUAN. dengan cara menyadap tangkai bunga tanaman siwalan yang dipotong. Nira BAB PENDAHULUAN ' I BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Nira siwalan (Borassus jlabell~fer) merupakan carran yang diperoleh dengan cara menyadap tangkai bunga tanaman siwalan yang dipotong. Nira

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan fungsional adalah pangan olahan yang mengandung satu atau lebih komponen fungsional yang berdasarkan kajian ilmiah mempunyai fungsi fisiologis tertentu, terbukti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika misalnya, sebagian besar masyarakat menyukai minuman ini, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Amerika misalnya, sebagian besar masyarakat menyukai minuman ini, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kopi merupakan salah satu minuman yang sangat di gemari oleh masyarakat Indonesia karena rasa dan aromanya. Minuman ini di gemari oleh segala umur secara turun temurun.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Jumlah Bakteri Asam Laktat pada Media Susu Skim.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Jumlah Bakteri Asam Laktat pada Media Susu Skim. HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Penelitian Persiapan penelitian meliputi pembiakan kultur pada media susu skim. Pembiakan kultur starter pada susu skim dilakukan untuk meningkatkan populasi kultur yang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kubis putih merupakan bahan pangan yang banyak ditemukan di Indonesia dan sudah tidak asing bagi masyarakat. Kubis putih dapat hidup pada dataran tinggi salah satunya

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN Fermentasi Acar Kubis Putih (Brassica oleracea)

4. PEMBAHASAN Fermentasi Acar Kubis Putih (Brassica oleracea) 4. PEMBAHASAN 4.1. Fermentasi Acar Kubis Putih (Brassica oleracea) Kubis putih termasuk ke dalam kategori bahan pangan yang mudah rusak. Kandungan air dalam kubis putih cukup tinggi yaitu mencapai 92%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu produk olahan susu di Indonesia yang berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu produk olahan susu di Indonesia yang berkembang pesat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu produk olahan susu di Indonesia yang berkembang pesat adalah es krim. Produk ini banyak digemari masyarakat, mulai dari anak anak hingga dewasa karena rasanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogurt merupakan produk semi solid yang dibuat dari susu standarisasi dengan penambahan aktivitas simbiosis bakteri asam laktat (BAL), yaitu Streptococcous thermophilus

Lebih terperinci

Menurut Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, jumlah kasus gizi

Menurut Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, jumlah kasus gizi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Status gizi merupakan salah satu penentu kualitas kesehatan manusia. Menurut Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, jumlah kasus gizi buruk pada tahun 2007

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu. Yoghurt adalah salah satu produk olahan pangan bersifat probiotik yang

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu. Yoghurt adalah salah satu produk olahan pangan bersifat probiotik yang I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat

Lebih terperinci

METODE Lokasi dan Waktu Materi

METODE Lokasi dan Waktu Materi METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Ruminansia Besar, Fakultas Peternakan, Laboratorium mikrobiologi, SEAFAST CENTER, Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yogurt adalah pangan fungsional yang menarik minat banyak masyarakat untuk mengkonsumsi dan mengembangkannya. Yogurt yang saat ini banyak dikembangkan berbahan dasar

Lebih terperinci

III.METODOLOGI PENELITIAN

III.METODOLOGI PENELITIAN III.METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT PENELITIAN 1. Kultur Kultur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Enterococcus faecium IS-27526 (Genebank accession no. EF068251) dan Lactobacillus plantarum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jambi) ataupun yang berasal dari daging seperti sosis dan urutan/bebontot

I. PENDAHULUAN. Jambi) ataupun yang berasal dari daging seperti sosis dan urutan/bebontot I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia telah banyak mengenal produk pangan fermentasi antara lain yang berasal dari susu seperti yogurt, keju, es krim dan dadih (produk olahan susu fermentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu produk pangan fungsional yang berkembang saat ini dan baik untuk kesehatan usus adalah produk sinbiotik. Produk sinbiotik merupakan produk yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. protektif bagi sistem pencernaan, probiotik juga diketahui memiliki banyak

BAB I PENDAHULUAN. protektif bagi sistem pencernaan, probiotik juga diketahui memiliki banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Probiotik didefinisikan sebagai mikroorganisme hidup yang jika dikonsumsi dalam jumlah yang cukup dapat meningkatkan kesehatan tubuh dan saluran pencernaan (FAO/WHO,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Biji kakao merupakan bahan baku pembuatan produk cokelat yang bernilai

BAB I PENDAHULUAN. Biji kakao merupakan bahan baku pembuatan produk cokelat yang bernilai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biji kakao merupakan bahan baku pembuatan produk cokelat yang bernilai ekonomi tinggi. Menurut Wahyudi dkk. (2008), biji kakao diperoleh dari biji buah tanaman kakao

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mineral, serta antosianin (Suzuki, dkk., 2004). antikanker, dan antiatherogenik (Indrasari dkk., 2010).

I. PENDAHULUAN. mineral, serta antosianin (Suzuki, dkk., 2004). antikanker, dan antiatherogenik (Indrasari dkk., 2010). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beras adalah salah satu jenis sereal yang dikonsumsi hampir satu setengah populasi manusia dan kira-kira 95% diproduksi di Asia (Bhattacharjee, dkk., 2002). Terdapat beberapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tempoyak durian yang menjadi makanan khas daerah Lampung, merupakan aset daerah yang ternyata memiliki keunikan.

I. PENDAHULUAN. Tempoyak durian yang menjadi makanan khas daerah Lampung, merupakan aset daerah yang ternyata memiliki keunikan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tempoyak durian yang menjadi makanan khas daerah Lampung, merupakan aset daerah yang ternyata memiliki keunikan. Pembuatan tempoyak durian hanya dengan menambahkan garam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN AWAL 4.1.1. Penentuan Jumlah Yeast Percobaan dilakukan dengan menggunakan 4 konsentrasi starter yeast yang berbeda yaitu 0,5 gram, 1 gram, 1,5 gram dan 2 gram,

Lebih terperinci

SKRIPSI. KUALITAS DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MINUMAN PROBIOTIK DENGAN VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus)

SKRIPSI. KUALITAS DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MINUMAN PROBIOTIK DENGAN VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) SKRIPSI KUALITAS DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MINUMAN PROBIOTIK DENGAN VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) Disusun Oleh : Eka Pratiwi Oktaviani NPM : 100801168 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung dari bulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Probiotik merupakan organisme hidup yang mampu memberikan efek yang menguntungkan kesehatan apabila dikonsumsi dalam jumlah yang cukup (FAO/WHO,2001) dengan memperbaiki

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis zat antibakteri isolat NS(9) dari bekasam ikan nila (Oreochromis niloticus) terdiri dari tiga tahap penelitian. Tahap pertama adalah karakterisasi isolat NS(9) yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang melibatkan 2 faktor perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang melibatkan 2 faktor perlakuan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 RANCANGAN PENELITAN Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang melibatkan 2 faktor perlakuan dengan 3

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS

KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS Jumiati Catur Ningtyas*, Adam M. Ramadhan, Laode Rijai Laboratorium Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan efek menyehatkan bagi inangnya dengan cara memperbaiki komposisi

I. PENDAHULUAN. memberikan efek menyehatkan bagi inangnya dengan cara memperbaiki komposisi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya kebutuhan konsumen akan produk yang dapat memberikan efek menguntungkan bagi kesehatan mendorong pengembangan probiotik. Probiotik adalah mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kefir merupakan salah satu jenis susu fermentasi yang berasal dari Kaukasian Utara, Rusia dan dibuat dengan menginokulasikan starter granula kefir (kefir grain) ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dewasa ini masyarakat semakin menyadari akan pentingnya kesehatan, sehingga pola konsumsi makanan bergeser ke arah makanan fungsional. Makanan fungsional didefinisikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Kemurnian Isolat Bakteri Asam Laktat dan Bakteri Patogen Indikator Morfologi Sel

HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Kemurnian Isolat Bakteri Asam Laktat dan Bakteri Patogen Indikator Morfologi Sel HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil yang diperoleh pada penelitian ini diawali dengan pemeriksaan karakteristik morfologi dan kemurnian isolat bakteri yang digunakan. Isolat bakteri yang digunakan adalah BAL indigenous

Lebih terperinci

POTENSI BAKTERI ASAM LAKTAT YANG DIISOLASI DARI NIRA AREN DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI PATOGEN ASAL PANGAN

POTENSI BAKTERI ASAM LAKTAT YANG DIISOLASI DARI NIRA AREN DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI PATOGEN ASAL PANGAN POTENSI BAKTERI ASAM LAKTAT YANG DIISOLASI DARI NIRA AREN DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI PATOGEN ASAL PANGAN SKRIPSI Skripsi ini diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kolostrum sapi adalah susu hasil sekresi dari kelenjar ambing induk sapi betina selama 1-7 hari setelah proses kelahiran anak sapi (Gopal dan Gill, 2000). Kolostrum

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November 2013. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Biomassa Jurusan Kimia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Probiotik merupakan organisme hidup yang mampu memberikan efek yang menguntungkan kesehatan hostnya apabila dikonsumsi dalam jumlah yang cukup (FAO/WHO, 200; FAO/WHO, 2002;

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serta mengkonsumsi produk pangan yang baik untuk pencernaan. Probiotik berkembang makin pesat sejalan dengan makin banyaknya

I. PENDAHULUAN. serta mengkonsumsi produk pangan yang baik untuk pencernaan. Probiotik berkembang makin pesat sejalan dengan makin banyaknya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi ini, kebutuhan dan keinginan manusia yang semakin meningkat berpengaruh pada perubahan gaya hidup khususnya pola makan seharihari. Pola makan yang

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG JAMUR TIRAM PUTIH

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG JAMUR TIRAM PUTIH SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DAN KOMBINASI Streptococcus thermophilus DAN Lactobacillus acidophilus TERHADAP KUALITAS YOGHURT Disusun oleh: Dorotea Nila Sari

Lebih terperinci

2014 STUDI OPTIMASI PEMBUATAN KOMBUCHA DARI EKSTRAK TEH HITAM SERTA UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

2014 STUDI OPTIMASI PEMBUATAN KOMBUCHA DARI EKSTRAK TEH HITAM SERTA UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teh merupakan salah satu minuman yang sangat populer dikonsumsi di banyak negara. Teh menjadikan sebagai salah satu komoditi hasil perkebunan yang mempunyai peran cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lele dumbo ( Clarias gariepenus ) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang berasal dari Afrika dan pertama kali diintroduksi ke Indonesia pada tahun 1986.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yogurt merupakan sejenis produk susu terkoagulasi yang diperoleh dari fermentasi oleh bakteri asam laktat yaitu Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN Yoghurt merupakan minuman yang dibuat dari susu sapi dengan cara fermentasi oleh mikroorganisme. Yoghurt telah dikenal selama ribuan tahun dan menarik banyak perhatian dalam beberapa tahun

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Bahan dan Alat yang Digunakan dan Tahapan-tahapan dalam Penelitian

BAB V METODOLOGI. 5.1 Bahan dan Alat yang Digunakan dan Tahapan-tahapan dalam Penelitian BAB V METODOLOGI 5.1 Bahan dan Alat yang Digunakan dan Tahapan-tahapan dalam Penelitian Penelitian yang saya lakukan ini adalah tentang pembuatan susu prebiotik ubi jalar yang mengacu pada (Suhartini,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan Februari 2012, bertempat di Laboratorium Pengawasan Mutu Hasil Pertanian Jurusan

Lebih terperinci

Grafik Serapan Standar McFarland Scale pada Panjang Gelombang 500nm

Grafik Serapan Standar McFarland Scale pada Panjang Gelombang 500nm PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN Judul : Kultur Jaringan Tanggal : 17 November 2011 Tujuan :1. Mengenal teknik McFarland Scale, absorbansi spektrum, memperkirakan konsentrasi sel (CFU) melalui kekeruhannya (alat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kolostrum sapi adalah susu awal hasil sekresi dari kelenjar ambing induk sapi betina selama 1-7 hari setelah proses kelahiran anak sapi (Gopal dan Gill, 2000). Kolostrum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bakteri Asam Laktat (BAL) merupakan bakteri yang sering digunakan di

I. PENDAHULUAN. Bakteri Asam Laktat (BAL) merupakan bakteri yang sering digunakan di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakteri Asam Laktat (BAL) merupakan bakteri yang sering digunakan di dalam industri pangan dalam menghasilkan pangan fungsional. Fungsi ini dikarenakan kemampuan BAL yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat sangat memperhatikan pentingnya pengaruh makanan dan

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat sangat memperhatikan pentingnya pengaruh makanan dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat sangat memperhatikan pentingnya pengaruh makanan dan minuman terhadap kesehatan, sehingga memicu berkembangnya produk-produk pangan yang memiliki

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kubis putih (Brassica oleracea) merupakan salah satu komoditi pertanian yang banyak dibudidayakan di Indonesia, dapat dipasarkan tanpa terpengaruh musim. Di Jawa Tengah,

Lebih terperinci

METODE Lokasi dan Waktu Materi Rancangan

METODE Lokasi dan Waktu Materi Rancangan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Bagian IPT Ruminansia Besar, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan mulai bulan Februari 2008 sampai

Lebih terperinci

IV. Hasil dan Pembahasan

IV. Hasil dan Pembahasan IV. Hasil dan Pembahasan 4.1. Keasaman Total, ph. Ketebalan Koloni Jamur dan Berat Kering Sel pada Beberapa Perlakuan. Pada beberapa perlakuan seri pengenceran kopi yang digunakan, diperoleh data ph dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AKTIVITAS KUALITATIF ENZIM KITINOLITIK (INDEKS KITINOLITIK)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AKTIVITAS KUALITATIF ENZIM KITINOLITIK (INDEKS KITINOLITIK) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AKTIVITAS KUALITATIF ENZIM KITINOLITIK (INDEKS KITINOLITIK) Peremajaan dan purifikasi terhadap kedelapan kultur koleksi isolat bakteri dilakukan terlebih dahulu sebelum pengujian

Lebih terperinci

PEMANFAATAN UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas varietas Ayamurasaki) DALAM PEMBUATAN ES KRIM SINBIOTIK SKRIPSI

PEMANFAATAN UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas varietas Ayamurasaki) DALAM PEMBUATAN ES KRIM SINBIOTIK SKRIPSI PEMANFAATAN UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas varietas Ayamurasaki) DALAM PEMBUATAN ES KRIM SINBIOTIK SKRIPSI Disusun oleh : Fatkhatul Khoiriyah NPM : 0833010011 JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produksi buah tropis di Indonesia cukup beragam, salah satu buah yang dibudidayakan adalah buah nanas yang cukup banyak terdapat di daerah Lampung, Subang, Bogor,

Lebih terperinci

KAJIAN PROPORSI SARI NANAS DAN KONSENTRASI STARTER TERHADAP SIFAT KIMIA DAN MIKROBIOLOGIS KEFIR NANAS SKRIPSI

KAJIAN PROPORSI SARI NANAS DAN KONSENTRASI STARTER TERHADAP SIFAT KIMIA DAN MIKROBIOLOGIS KEFIR NANAS SKRIPSI KAJIAN PROPORSI SARI NANAS DAN KONSENTRASI STARTER TERHADAP SIFAT KIMIA DAN MIKROBIOLOGIS KEFIR NANAS SKRIPSI OLEH: SENDY VIOLITA NRP 6103012121 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

PEMBUATAN MINUMAN SINBIOTIK DARI UBI JALAR UNGU (Ipomoe batatas varietas Ayamurasaki) MENGGUNAKAN Lactobacillus casei SKRIPSI

PEMBUATAN MINUMAN SINBIOTIK DARI UBI JALAR UNGU (Ipomoe batatas varietas Ayamurasaki) MENGGUNAKAN Lactobacillus casei SKRIPSI PEMBUATAN MINUMAN SINBIOTIK DARI UBI JALAR UNGU (Ipomoe batatas varietas Ayamurasaki) MENGGUNAKAN Lactobacillus casei SKRIPSI Oleh : INGE DIAN AINOVI NPM : 0633010035 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHSAN. 4.1 Pengaruh Tingkat Peggunaan Probiotik terhadap ph

HASIL DAN PEMBAHSAN. 4.1 Pengaruh Tingkat Peggunaan Probiotik terhadap ph IV HASIL DAN PEMBAHSAN 4.1 Pengaruh Tingkat Peggunaan Probiotik terhadap ph Derajat keasaman (ph) merupakan salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan pada saat proses fermentasi. ph produk fermentasi

Lebih terperinci

Mikroorganisme dalam Industri Fermentasi

Mikroorganisme dalam Industri Fermentasi Mikroorganisme dalam Industri Fermentasi Mas ud Effendi Agroindustri Produk Fermentasi TIP FTP - UB Mikrobia yang sering digunakan dalam fermentasi Bakteri (bacteria) Khamir (yeast) Jamur (fungi) 1 Bakteri

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 39 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Lemak Daging Ayam Broiler yang Diberi Probiotik Berbasis Susu Sapi dan Susu Kedelai Fermentasi. Hasil pengamatan kadar lemak daging ayam broiler pada peneitian dapat

Lebih terperinci

SKRIPSI. PENGARUH VARIASI KADAR SUSU SKIM TERHADAP KUALITAS YOGURT UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L.) Disusun oleh : Anissa Polatu NPM :

SKRIPSI. PENGARUH VARIASI KADAR SUSU SKIM TERHADAP KUALITAS YOGURT UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L.) Disusun oleh : Anissa Polatu NPM : SKRIPSI PENGARUH VARIASI KADAR SUSU SKIM TERHADAP KUALITAS YOGURT UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L.) Disusun oleh : Anissa Polatu NPM : 050800993 UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS TEKNOBIOLOGI

Lebih terperinci

7. LAMPIRAN. Lampiran 1. Tabel Karakteristik Bakteri Asam Laktat. Tabel 7. Karakteristik Bakteri Asam Laktat

7. LAMPIRAN. Lampiran 1. Tabel Karakteristik Bakteri Asam Laktat. Tabel 7. Karakteristik Bakteri Asam Laktat 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Tabel Karakteristik Bakteri Asam Laktat. Tabel 7. Karakteristik Bakteri Asam Laktat Karakteristik Bentuk Pertumbuhan Gas Suhu Suhu NaCl NaCl CO2 10 0 C 45 0 ph 4,4 ph 9,6 C 6,5%

Lebih terperinci

Prosedur pembuatan suspensi alginat

Prosedur pembuatan suspensi alginat LAMPIRA 39 Lampiran 1. Prosedur pembuatan suspensi alginat 1. Pembuatan suspensi alginat tanpa filler Aquades Na-alginat Pencampuran Sterilisasi 121 o C, 15 menit Pendinginan suhu ruang Suspensi alginat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Konfirmasi Kultur Starter BAL Indigenous Dadiah dan Bakteri Patogen Indikator

HASIL DAN PEMBAHASAN Konfirmasi Kultur Starter BAL Indigenous Dadiah dan Bakteri Patogen Indikator HASIL DAN PEMBAHASAN Konfirmasi Kultur Starter BAL Indigenous Dadiah dan Bakteri Patogen Indikator Pemeriksaan terhadap kultur starter sebelum diolah menjadi suatu produk sangatlah penting. Hal ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. uji, yaitu uji resistensi logam berat, uji TPC (Total Plate Count), dan uji AAS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. uji, yaitu uji resistensi logam berat, uji TPC (Total Plate Count), dan uji AAS BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini, biodegradasi logam berat dilakukan dengan beberapa uji, yaitu uji resistensi logam berat, uji TPC (Total Plate Count), dan uji AAS (Atomic Absorption Spectrofotometer).

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap seperti laktosa, lemak, protein,

PENDAHULUAN. mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap seperti laktosa, lemak, protein, PENDAHULUAN Latar Belakang Susu merupakan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi karena mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap seperti laktosa, lemak, protein, berbagai vitamin, dan mineral (Widodo,

Lebih terperinci

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014.

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014. 2. MATERI DAN METODE 2.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014. 2.2. Materi

Lebih terperinci

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ASAM LAKTAT DARI FESES BAYI DAN EVALUASI IN VITRO POTENSI PROBIOTIK

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ASAM LAKTAT DARI FESES BAYI DAN EVALUASI IN VITRO POTENSI PROBIOTIK ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ASAM LAKTAT DARI FESES BAYI DAN EVALUASI IN VITRO POTENSI PROBIOTIK 1. Widodo, S.P., M.Sc., Ph.D. 2. Prof. drh. Widya Asmara, S.U., Ph.D. 3. Tiyas Tono Taufiq, S.Pt, M.Biotech

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. reaksi, mikropipet, mikrotube, mikrotip, rak tabung reaksi, jarum ose,

III. METODE PENELITIAN. Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. reaksi, mikropipet, mikrotube, mikrotip, rak tabung reaksi, jarum ose, 22 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2014 sampai dengan Maret 2014, di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Probiotik merupakan organisme hidup yang mampu memberikan efek yang menguntungkan bagi kesehatan inangnya apabila dikonsumsi dalam jumlah yang cukup (FAO/WHO, 2001;

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pampekan, merupakan kerabat dekat durian yaitu masuk dalam genus Durio.

I. PENDAHULUAN. Pampekan, merupakan kerabat dekat durian yaitu masuk dalam genus Durio. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Durian Lay (Durio kutejensis) atau dikenal juga dengan sebutan Pampekan, merupakan kerabat dekat durian yaitu masuk dalam genus Durio. Buah durian lay tergolong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi jamur yang menyebabkan penyakit kulit dan kuku

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi jamur yang menyebabkan penyakit kulit dan kuku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi jamur yang menyebabkan penyakit kulit dan kuku masih banyak dijumpai. Penyakit tersebut disebabkan oleh beberapa jamur salah satunya adalah Tricophyton

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lactobacillus merupakan salah satu mikroorganisme yang aman jika ditambahkan dalam bahan pangan karena sifatnya tidak tosik dan tidak menghasilkan toksik. Bahkan, Lactobacillus

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat

Lebih terperinci

III. METODE PERCOBAAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2014 di

III. METODE PERCOBAAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2014 di 18 III. METODE PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2014 di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

1 Kontrol (S0K) 50, , , ,285 93, , Inokulum (S1I) 21, , , , ,752 2.

1 Kontrol (S0K) 50, , , ,285 93, , Inokulum (S1I) 21, , , , ,752 2. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Asam Lemak Bebas Rantai Pendek 3.1.1. Profil Asam Lemak Rantai Pendek (Short-Chain Fatty Acid/SCFA) Tabel 2. Profil analisis kandungan asam lemak rantai pendek/short chain

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kubis merupakan salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam famili Brassicaceae, tumbuh di daerah yang berhawa sejuk, yaitu pada ketinggian 800-2000 m di atas permukaan

Lebih terperinci

Sampel air kolam, usus ikan nila dan endapan air kolam ikan. Seleksi BAL potensial (uji antagonis)

Sampel air kolam, usus ikan nila dan endapan air kolam ikan. Seleksi BAL potensial (uji antagonis) Lampiran 1. Diagram Alir Penelitian Sampel air kolam, usus ikan nila dan endapan air kolam ikan. Seleksi BAL potensial (uji antagonis) Str Isolasi dan Karakteristik Bakteri Asam Laktat Isolat Bakteri Asam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rata-rata Kadar Kolesterol Daging pada Ayam Broiler Ulangan

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rata-rata Kadar Kolesterol Daging pada Ayam Broiler Ulangan IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Susu Sapi, Kedelai Fermentasi dan Kombinasinya Terhadap Kolesterol Daging Ayam Broiler. Hasil pengatamatan kadar kolesterol daging pada ayam broiler pada penelitian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 OPTIMASI PUREE PISANG DALAM PEMBUATAN YOGHURT SINBIOTIK 4.1.1 Persiapan Kultur Menurut Rahman et al. (1992), kultur starter merupakan bagian yang penting dalam pembuatan yoghurt.

Lebih terperinci

VIABILITAS BAKTERI ASAM LAKTAT DAN AKTIVITAS ANTIMIKROBIA SUSU FERMENTASI TERHADAP

VIABILITAS BAKTERI ASAM LAKTAT DAN AKTIVITAS ANTIMIKROBIA SUSU FERMENTASI TERHADAP SKRIPSI VIABILITAS BAKTERI ASAM LAKTAT DAN AKTIVITAS ANTIMIKROBIA SUSU FERMENTASI TERHADAP Streptococcus pyogenes, Vibrio cholerae, DAN Candida albicans Disusun oleh : Rusma Yulita NPM : 100801126 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelangsungan hidup dari setiap perlakuan memberikan hasil yang berbeda-beda. Tingkat kelangsungan hidup yang paling

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Uji Ketahanan Lactobacillus plantarum Terhadap Asam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Uji Ketahanan Lactobacillus plantarum Terhadap Asam 36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Ketahanan Lactobacillus plantarum Terhadap Asam Bakteri asam laktat yang digunakan sebagai kultur probiotik umumnya diberikan melalui sistem pangan. Untuk itu bakteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adanya perkembangan teknologi menyebabkan perubahan gaya hidup

BAB I PENDAHULUAN. Adanya perkembangan teknologi menyebabkan perubahan gaya hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Adanya perkembangan teknologi menyebabkan perubahan gaya hidup masyarakat. Masyarakat sekarang ini cenderung untuk memilih hidup sehat. Gaya hidup sehat tersebut ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selain industri pangan, asam laktat juga diketahui dapat dimanfaatkan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Selain industri pangan, asam laktat juga diketahui dapat dimanfaatkan di berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asam laktat merupakan golongan asam organik dan mempunyai nilai jual tinggi karena memiliki kegunaan yang sangat beragam di bidang industri pangan. Selain industri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negara dengan ciri khas masing-masing. Makanan fermentasi tersebut diolah

I. PENDAHULUAN. negara dengan ciri khas masing-masing. Makanan fermentasi tersebut diolah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Makanan hasil fermentasi sudah dikenal sejak lama dan terdapat di berbagai negara dengan ciri khas masing-masing. Makanan fermentasi tersebut diolah berdasarkan

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Dewasa ini, manusia mengkonsumsi makanan maupun minuman bukan

BABI PENDAHULUAN. Dewasa ini, manusia mengkonsumsi makanan maupun minuman bukan BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, manusia mengkonsumsi makanan maupun minuman bukan sekedar untuk mempertahankan kehidupan, melainkan juga hertujuan untuk meningkatkan kesehatan. Dengan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Pembuatan Media yang Digunakan dalam Penelitian

LAMPIRAN 1. Pembuatan Media yang Digunakan dalam Penelitian 7. LAMPIRA LAMPIRA 1. Pembuatan Media yang Digunakan dalam Penelitian Medium deman Rogosa Sharpe Broth MERCK (MRSB) Media MRSB dibuat dengan cara melarutkan MRSB bubuk sebanyak 52,2 gram dalam 1 liter

Lebih terperinci

HASIL. Karakteristik, Morfologi dan Fisiologi Bakteri Nitrat Amonifikasi Disimilatif

HASIL. Karakteristik, Morfologi dan Fisiologi Bakteri Nitrat Amonifikasi Disimilatif HASIL Karakteristik, Morfologi dan Fisiologi Bakteri Nitrat Amonifikasi Disimilatif Hasil konfirmasi kemurnian dari keempat isolat dengan metoda cawan gores, morfologi koloninya berbentuk bulat, elevasi

Lebih terperinci

Bab IV Data dan Hasil Pembahasan

Bab IV Data dan Hasil Pembahasan Bab IV Data dan Hasil Pembahasan IV.1. Seeding dan Aklimatisasi Pada tahap awal penelitian, dilakukan seeding mikroorganisme mix culture dengan tujuan untuk memperbanyak jumlahnya dan mengadaptasikan mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pabrik tahu merupakan industri kecil (rumah tangga) yang jarang memiliki instalasi pengolahan limbah dengan pertimbangan biaya yang sangat besar dalam pembangunan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. peternakan akan semakin meningkat setiap tahunnya.sektor. perunggasanterutamaayamrasmasihmenjadiprioritasutamauntuk

I.PENDAHULUAN. peternakan akan semakin meningkat setiap tahunnya.sektor. perunggasanterutamaayamrasmasihmenjadiprioritasutamauntuk I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan sektor yang memiliki peluang sangat besar untuk dikembangkan sebagai usaha di masa depan. Kebutuhan masyarakat akan produkproduk peternakan akan semakin

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yoghurt adalah poduk koagulasi susu yang dihasilkan melalui proses fermentasi bakteri asam laktat Lactobacillus bulgaricus dan Strepcoccus thermophilus, dengan atau tanpa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang jumlah strainnya sangat banyak, serta mengandung alkohol 0,5-1,0% dan

I. PENDAHULUAN. yang jumlah strainnya sangat banyak, serta mengandung alkohol 0,5-1,0% dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kefir merupakan produk fermentasi berisi kumpulan bakteri dan khamir yang jumlah strainnya sangat banyak, serta mengandung alkohol 0,5-1,0% dan asam laktat 0,9-1,11% (Gulitz

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. pentingnya makanan sehat mengalami peningkatan. Hal ini mendorong timbulnya

BABI PENDAHULUAN. pentingnya makanan sehat mengalami peningkatan. Hal ini mendorong timbulnya BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya jaman, kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan sehat mengalami peningkatan. Hal ini mendorong timbulnya kecenderungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara alami hewan ternak, khususnya itik memiliki kekebalan alami. yang berfungsi menjaga kesehatan tubuhnya. Kekebalan alami ini

I. PENDAHULUAN. Secara alami hewan ternak, khususnya itik memiliki kekebalan alami. yang berfungsi menjaga kesehatan tubuhnya. Kekebalan alami ini 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara alami hewan ternak, khususnya itik memiliki kekebalan alami yang berfungsi menjaga kesehatan tubuhnya. Kekebalan alami ini terbentuk antara lain disebabkan oleh

Lebih terperinci