KUALITAS TIDUR HUBUNGANNYA DENGAN OBESITAS PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI YOGYAKARTA
|
|
- Erlin Atmadjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PROFESI, Volume 1/September Pebruari 015 KUALITAS TIDUR HUBUNGANNYA DENGAN OBESITAS PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI YOGYAKARTA SLEEP QUALITY ASSOCIATED WITH OBESITY TO ELEMENTARY SCHOOL CHILDREN IN YOGYAKARTA Dewi Marfuah Prodi S1 Ilmu Gizi STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta Jl. Tulang Bawang Selatan No.6 RT 01 RW 3 Kadipiro Banjarsari Surakarta dewi_marfuah@ymail.com ABSTRACT The prevalence of obesity in Indonesia is expected to increase each year. Many factors contribute to obesity, one of which is quality of sleep. Poor sleep quality lead to increased energy intake and increased sedentary lifestyle that will have an impact on obesity on children. The purpose: to examine whether poor sleep quality are risk factors of obesity in elementary school children in Yogyakarta. A case control study was conducted in 013. A random sample of obese and grade-matched non obese elementary school students were selected form a crosssectional survey previously done in the city of Yogyakarta and Bantul regency. Information of sleep quality was collected using sleep self report questionnaires. Sedentary lifestyle was collected using recall of physical activity during the last week. Nutrient intakes were collected using a food frequency questionnaires. The results showed there was a significant relationship between sleep of quality and obesity, poor sleep quality was,8 times more likely to be obese than good sleep quality. After controlled intake energy, gender, and sedentary lifestyle, than children with low quality of sleep was 1.9 ( = 1.88, 95% CI: 0.95 to 3.71) times more likely to be obese than children with good quality of sleep. However, the association was not statistically significant. The conclusions of this study, poor sleep quality was associatied with increased odds of being obese in elementary school children. Keywords: sleep quality, obesity, elementary school children. ABSTRAK Prevalensi obesitas di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat setiap tahunnya. Banyak faktor yang menyebabkan obesitas, salah satunya adalah durasi. yang buruk menyebabkan peningkatan asupan energi dan peningkatan perilaku sedentari yang akan berdampak pada obesitas pada anak. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis besar risiko kualitas tidur yang buruk terhadap kejadian obesitas pada anak SD di Yogyakarta. Penelitian kasus kontrol pada anak SD obes dan tidak obes. Sejumlah anak obes dan anak tidak obes yang diperoleh dari hasil skrining status gizi pada tahap awal penelitian di SD Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Data perilaku sedentari dikumpulkan menggunakan recall aktivitas fisik selama seminggu terakhir. Data asupan energi dikumpulkan dengan food frequency questionnaires. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara kualitas tidur terhadap kejadian obesitas, kualitas tidur yang buruk,8 kali lebih tinggi menyebabkan obesitas. Setelah dikontrol variabel asupan energi, jenis kelamin, dan perilaku sedentari, maka peluang terjadi obesitas sebesar 1.9 ( = 1.88, 95% CI: 0.95 to 3.71) lebih tinggi pada anak yang mempunyai kualitas tidur yang buruk dibandingkan anak yang mempunyai kualitas tidur yang baik. Namun secara statistik tidak bermakna. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa kualitas tidur yang buruk merupakan faktor risiko kejadian obesitas pada anak SD. Kata kunci: kualitas tidur, obesitas, anak sekolah dasar. 46
2 PENDAHULUAN Obesitas merupakan masalah gizi yang sering dijumpai dan potensial untuk mengakibatkan gangguan kesehatan akibat berbagai komplikasi. Hal ini penting untuk diperhatikan mengingat obesitas mempunyai risiko komorbiditas yang tinggi, yang pada akhirnya akan dapat pula meningkatkan mortalitas. Terdapat berbagai macam faktor risiko dan etiologi yang multifaktorial untuk terjadinya obesitas, dan dengan mengetahui etiologi serta faktor risiko tersebut dapat dilakukan upaya pencegahan maupun pengelolaan terpadu yang melibatkan semua aspek terkait, yang pada akhirnya diharapkan dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas (Faizah., 004). Prevalensi obesitas anak usia 6-11 tahun di Amerika Serikat meningkat dari 7% pada tahun 1980 menjadi 18% pada tahun 010. Demikian pula, prevalensi obesitas remaja usia 1-19 tahun meningkat dari 5% pada tahun 1980 menjadi 18% pada tahun 010. Pada tahun 010, lebih dari sepertiga dari anak-anak dan remaja di Amerika Serikat yang mengalami kelebihan berat badan (CDC, 013). Prevalensi kegemukan (overweight dan obesitas) pada anak Indonesia juga mengalami kenaikan dari waktu kewaktu. Pada tahun 007, prevalensi kegemukan pada anak Indonesia umur 6-14 tahun adalah 9,5% untuk laki-laki dan 6,4% untuk perempuan dan angka ini naik menjadi 10,7% untuk anak laki laki dan 7,7% untuk anak perempuan pada tahun 010. Riskesdas tahun 007, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukkan prevalensi berat badan lebih berdasarkan kategori IMT/U pada anak usia 6-14 tahun yaitu 7,6% pada anak laki-laki dan 4,8% pada anak perempuan. Sedangkan menurut data Riskesdas 010, prevalensi berat badan lebih pada anak di Provinsi DIY adalah sebesar 7,8% (Depkes, 008; Kemenkes 010). Prevalensi obesitas di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat terutama di daerah perkotaan berkaitan dengan adanya perubahan pola hidup dan kebiasaan makan masyarakat Indonesia (Hadi, 004). Tidur merupakan salah satu faktor risiko yang dilaporkan dapat meningkatkan kejadian obesitas. Bawazeer et al,. (009) mengungkapkan bahwa kualitas tidur yang buruk berhubungan dengan obesitas pada anak dan remaja. yang buruk yaitu saat tidur terjadi banyak gangguan seperti bangun saat tidur. Penelitian di Arab dijelaskan bahwa anak yang mempunyai kualitas buruk lebih berisiko mengakibatkan obesitas daripada anak yang mempunyai kualitas tidur baik (Patel & Hu., 008). Sampai dengan saat ini belum ada penelitian yang menjelaskan hubungan antara kualitas tidur dengan kegemukan pada anak di Yogyakarta. Oleh karena itu peneliti merasa perlu untuk meneliti hubungan antara kualitas tidur dengan obesitas pada anak sekolah dasar di Yogyakarta. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan kasus kontrol. Penelitian ini dilaksanakan di SD Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Kasus dipilih secara random dari daftar anak obes yang ditemukan melalui survei yang dilakukan sebelumnya di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Sebanyak 4 kasus anak dengan IMT persentil ke 95 kurva WHO 007 dipilih secara acak dari 580 anak obes yang berasal dari survei tersebut. Setiap kasus terpilih dicarikan pasangan controlnya yaitu teman sekelas yang tidak mengalami obes dan duduk paling dekat di sebelah kanan kasus tanpa melihat umur dan jenis kelaminnya. terikat dalam penelitian ini adalah kualitas tidur. Data kualitas tidur dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner sleep self report. Kuesioner yang digunakan menurut penelitian sebelumnya yang telah divalidasi oleh peneliti. Dari 6 pertanyaan, 3 pertanyaan setiap itemnya akan dinilai dengan skala likert 3 poin yaitu skor bernilai mulai dari 1 (Jarang: jika perilaku tidur terjadi 0-1 kali/minggu), (kadang-kadang: jika perilaku tidur terjadi -4 kali/minggu), 3 (sering: jika perilaku tidur terjadi 5-7 kali/minggu). Pertanyaan untuk nomer 4, 5, 6, 8, 11, dan 6 mempunyai skor berlawanan. Semakin tinggi skornya maka kualitas tidurnya semakin buruk (Litsenburg et al, 010; Owens et al, 000). Tinggi badan anak sekolah diukur oleh peneliti dibantu enumerator menggunakan mikrotoa yang mempunyai ketelitian 0,1 cm, sedangkan berat badan anak sekolah diukur oleh peneliti dibantu enumerator menggunakan timbangan injak digital yang mempunyai ketelitian 0,1 kg. Data perilaku sedentari dikumpulkan menggunakan Physical Activity Questionnaire for Children yang dikombinasikan dengan formulir recall aktivitas fisik selama seminggu terakhir. 47
3 PROFESI, Volume 1/September Pebruari 015 Data tentang asupan zat gizi dikumpulkan oleh peneliti dibantu enumerator menggunakan Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQFFQ) dengan rentang waktu satu bulan terakhir. Uji coba kuesioner dan recall aktivitas fisik dilakukan pada 30 siswa dari sekolah dasar di luar lokasi penelitian untuk menguji tingkat kesulitan pemahaman responden terhadap masing-masing kuesioner instrumen penelitian. Data penelitian dikumpulkan oleh para peneliti dibantu oleh tenaga enumerator mahasiswa gizi dan sarjana gizi yang sebelumnya telah dilatih menggunakan instrumen penelitian. IMT dihitung secara komputer dengan menggunakan software WHO Anthro 007. Uji statistik dilakukan uji Chi Square, Mc Nemar, dan regresi logistik. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Tabel 1. Karakteristik Subyek Penelitian antara Kelompok Kasus dan Kontrol Karakteristik Kelompok usia 6-8 tahun 9-10 tahun 11-1 tahun Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Tempat tinggal Kota besar Kota sedang Kota kecil Desa Status Obesitas Total Ya Tidak n= % n= % n=488 % ,4 46,7 18,9 63,1 36,9 5,3 13,9 71,3 9, ,0 48,8 17, 50,0 50,0 7,8 17,6 66,8 7, , 47,8 18,0 56,6 43,4 6,6 15,8 69,1 8,6 = Chi Square = Odds ratio * = Bermakna/signifikan p* 0,9 0,863 8,54 0,003*,91 0,405 Secara keseluruhan karakteristik kasus hampir sama dengan kontrol, kecuali anak lakilaki (±13%) lebih besar pada kasus dibandingkan pada kontrol (p<0.05) (Tabel 1). Tabel. Analisis Chi Square Hubungan Kualitas Tidur dengan Kejadian Obesitas Obesitas Ya Tidak n % n % Tidak baik (> 46 skor) 35 14,3 1 7,0 Baik ( 46 skor) 09 86,7 7 93,0 Jumlah 100,0 100,0 p 6,97 0,008*,3 1,17-4,38 = Chi Square = Odds ratio * = Bermakna/signifikan 48
4 Tabel menunjukkan kualitas tidur dengan kejadian obesitas pada anak sekolah dasar. Jika kualitas tidur dibedakan menjadi kategori yaitu kualitas tidur baik dan kualitas tidur tidak baik, maka diketahui bahwa 14,34% anak obes mempunyai kualitas tidur tidak baik, sedangkan pada anak yang tidak obes 6,97% (7,3% lebih rendah) mempunyai kualitas tidur tidak baik. Hasil analisis dengan uji Chi Square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kualitas tidur dengan kejadian obesitas yang dapat dilihat dari = 6,97 dengan nilai p = 0,008 dan =,3 (95% CI; 1,17-4,38). Anak obes mempunyai peluang tidur dengan kualitas tidur yang buruk,3 (=,3, 95% CI= 1,17-4,38) kali lebih besar dibandingkan anak yang tidak obes (Tabel ). Tabel 3. Analisis Chi Square Hubungan Kualitas Tidur dengan Obesitas yang Dibedakan Berdasarkan Wilayah Sekolah Dasar YOGYAKARTA Tidak baik (> 46 skor) Baik ( 46 skor) BANTUL Tidak baik (> 46 skor) Baik ( 46 skor) Status Obesitas Total Ya Tidak n % n % n % ,44 47, ,56 5, p (95% CI) 6,11 0,013*,49 (1,13-5,8) ,50 48, ,50 51, ,11 0,91 1,74 (0,54-6,) = Chi Square = Odds ratio * = Bermakna/signifikan Tabel 3 menunjukkan hasil analisis dengan uji Chi Square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kualitas tidur dengan kejadian obesitas di Kota Yogyakarta yang dapat dilihat dari = 6,11 dengan nilai p = 0,013 dan =,49 (95% CI; 1,13-5,8). Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa anak SD yang kualitas tidurnya tidak baik mempunyai risiko,49 kali lebih besar mengalami obesitas dibandingkan dengan anak yang kualitas tidurnya lebih baik. Tabel 4. Analisis Chi Square Hubungan Asupan Energi dengan Kejadian Obesitas Asupan energi Tinggi ( 110% AKG) Tidak tinggi (<110% AKG) Jumlah Obesitas Ya Tidak n % n % ,5 47,5 100, ,6 59,4 100,0 P 6,9 0,008* 1,61 1,11-,35 = Chi Square = Odds ratio * = Bermakna/signifikan Anak obes juga mempunyai asupan energi per-hari lebih tinggi dibandingkan anak yang tidak obes. Anak obes mempunyai peluang asupan energinya tinggi ( 110% AKG) 1,6 (= 1.61, 95% CI= ) kali lebih besar dibandingkan anak yang tidak obes (Tabel 4). 49
5 PROFESI, Volume 1/September Pebruari 015 Tabel 5. Analisis Chi Square Hubungan Sedentary Lifestyle dengan Kejadian Obesitas Sedentary lifestyle Tinggi Rendah Jumlah Obesitas Ya Tidak n % n % ,8 4, ,15 68,85 P 97,86 0,000* 6,93 4,56-10,54 = Chi Square = Odds ratio * = Bermakna/signifikan Anak obes yang mempunyai sedentary lifestyle tinggi sebesar 75,8% lebih tinggi dibandingkan anak obes yang mempunyai sedentary lifestyle rendah sebesar 4,18%. Anak SD yang mempunyai sedentary lifestyle tinggi berisiko 6,93 kali lebih besar menyebabkan obesitas dibandingkan dengan anak yang mempunyai sedentary lifestyle rendah (Tabel 5). Pengaruh kualitas tidur terhadap kejadian obesitas mungkin juga berkaitan dengan kualitas tidur adalah sedentary lifestyle, jenis kelamin, dan asupan energi maka dalam analisis lebih lanjut variabel sedentary lifestyle, jenis kelamin, dan asupan energi dimasukkan dalam model. Berdasarkan analisis multivariabel, maka model yang dipilih adalah model 5 sebagai model yang cukup baik untuk menjelaskan hubungan kualitas tidur dengan kejadian obesitas. Pada model 5 sudah mempertimbangkan semua variabel bermakna terhadap kejadian obesitas, hasil R merupakan yang paling besar dan nilai deviance (- log Likelihood) yang paling kecil. Tabel 6. Analisis Regresi Logistik Hubungan Kualitas Tidur terhadap Kejadian Obesitas dengan Melibatkan Sedentary Lifestyle, Asupan Energi, dan Jenis Kelamin Tidak baik Baik Sedentary lifestyle Tinggi Rendah Asupan energi Tinggi Tidak tinggi Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Kejadian Obesitas Model 1 Model Model 3 Model 4 Model 5,* (1,-4,1) 1,9 (0,97-3,7) 6,8* (4,5-10,1),* (1,-4,0) 1,6* (1,1-,3),3* (1,-4,) 1,9 (0,95-3,7) 7,0* (4,6-10,6) 1,5 (0,96-,) 0,6* (0,4-0,8) R (%) 0,01 0,15 0,0 0,0 0,17 N Deviance 0,5* (0,3-0,8) 669,4 571,3 663,0 660,6 557,4 (- log Likelihood) Keterangan: * = signifikan < 0,05 N = jumlah sampel 50
6 dengan mengontrol variabel sedentary lifestyle, asupan energi, dan jenis kelamin dapat memprediksi kejadian obesitas pada anak SD di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul sebesar 17%. Risiko kejadian obesitas pada anak dengan kualitas tidur yang tidak baik 1,88 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang kualitas tidunya baik, namun secara statistik tidak bermakna (Tabel 6). Pembahasan Hasil analisis variabel karakteristik, yang berbeda secara signifikan antara siswa obes dan tidak obes adalah variabel jenis kelamin. Anak laki-laki lebih banyak yang obesitas (63,11%) dibandingkan dengan anak perempuan (36,89%). Hal ini sejalan dengan penelitian pada anak anak di Australia yang dilakukan Shi et al., (010) bahwa pada kelompok obes lebih banyak yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 8,9% dibandingkan perempuan yaitu 6,6%. Penelitian yang dilakukan oleh Carvalho, M.J., (001) menunjukkan bahwa anak laki-laki memiliki lebih banyak waktu luang dibandingkan anak perempuan yang disebabkan karena anak laki-laki mempunyai aktivitas rumahan lebih sedikit. Waktu luang yang dimiliki anak laki-laki digunakan untuk melakukan aktivitas screen based seperti main game, playstation dan komputer. Hal ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kejadian obesitas pada anak lakilaki lebih tinggi dibandingkan anak perempuan. Anak obes mempunyai kualitas tidur kurang baik dibandingkan dengan anak tidak obes. Hal ini sejalan dengan penelitian Owens et al (000), menunjukkan bahwa anak obes lebih banyak mempunyai masalah dalam tidur dibandingkan dengan anak yang tidak obes. Hasil analisis dengan uji Chi Square menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara kualitas tidur dengan kejadian obesitas. Anak SD yang mempunyai kualitas tidur tidak baik mempunyai risiko,3 kali lebih besar mengalami obesitas dibandingkan dengan anak yang kualitas tidurnya baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Owens et al (000) menunjukkan bahwa anak yang mempunyai kualitas tidur tidak baik yang dijelaskan dengan nilai skor semakin tinggi akan lebih berisiko menyebabkan obesitas. Hubungan kualitas tidur terhadap kejadian obesitas dengan mengontrol variabel sedentary lifestyle, asupan energi, dan jenis kelamin dapat memprediksi kejadian obesitas pada anak SD di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul sebesar 17%. Risiko kejadian obesitas pada anak dengan kualitas tidur yang tidak baik 1,88 kali lebih besar dibandingkan dengan anak dengan kualitas tidur yang baik, namun secara statistik tidak bermakna. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hubungan kualitas tidur terhadap kejadian obesitas pada anak SD di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul setelah dipengaruhi variabel sedentary lifestyle, asupan energi, dan jenis kelamin hanya berlaku pada populasi ini saja dan tidak dapat digeneralisasikan pada populasi yang lain. Bawazeer et al. (009) mengungkapkan bahwa kualitas tidur yang buruk berhubungan dengan obesitas pada anak dan remaja. Anak yang mempunyai kualitas tidur buruk lebih berisiko mengakibatkan obesitas daripada anak yang mempunyai kualitas tidur baik. Anak yang mempunyai kualitas tidur yang buruk, akan mengakibatkan perasaan kelelahan pada saat bangun tidur. Kelelahan ini dapat menyebabkan penurunan aktivitas fisik yaitu berkurangnya partisipasi dalam olahraga yang terorganisir dan terjadi peningkatan sedentary lifestyle seperti menonton televisi (Patel & Hu., 008). Menonton televisi dapat meningkatkan asupan energi, terutama ngemil makanan tinggi energi pada saat menonton televisi (Sjarif.,003). Hasil review Pearson & Biddle (011) menunjukkan bahwa sedentary lifestyle berupa menonton TV dan screen based yang tinggi memiliki hubungan terbalik dengan asupan buah dan sayur serta memiliki hubungan positif dengan asupan snack, konsumsi fast food, dan makanan yang digoreng dengan densitas energi tinggi sehingga berkontribusi terhadap terjadinya obesitas. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa anak laki laki berisiko 1,75 kali mengalami obesitas dibandingkan dengan anak perempuan. Hal ini disebabkan karena anak laki laki mempunyai kualitas tidur yang buruk sebesar 55,77% lebih banyak dibandingkan dengan anak perempuan 44,3%. Anak yang mempunyai kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan obesitas. Hubungan antara kualitas tidur dengan kejadian obesitas yang bermakna hanya pada anak yang bersekolah di Kota Yogyakarta. Anak SD di Kota Yogyakarta yang kualitas tidurnya buruk mempunyai risiko,49 kali lebih besar mengalami obesitas dibandingkan dengan anak yang kualitas tidurnya lebih baik. Bawazeer et al 51
7 PROFESI, Volume 1/September Pebruari 015 (009), menunjukkan bahwa kualitas tidur yang buruk bisa menyebabkan kelelahan terutama pada saat bangun tidur. Kelelahan akan mengakibatkan perilaku sedentari dan terjadi penurunan aktivitas fisik. Hal ini ditunjukkan dengan hasil analisis statistik yaitu adanya hubungan bermakna antara kualitas tidur dengan perilaku sedentari pada anak SD di Kota Yogyakarta. Anak SD di Kota Yogyakarta yang kualitas tidurnya tidak baik mempunyai risiko 3,4 kali lebih besar menyebabkan perilaku sedentari yang tinggi dibandingkan dengan anak yang kualitas tidurnya lebih baik. Perilaku sedentari yang tinggi dapat menyebabkan obesitas. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Anak obes mempunyai kualitas tidur lebih buruk dibandingkan dengan anak tidak obes. Tidak ada hubungan bermakna antara kualitas tidur terhadap kejadian obesitas setelah dikontrol variabel sedentary lifestyle, asupan energi, dan jenis kelamin. Saran Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka disarankan bagi orang tua sebaiknya mulai memperhatikan pola tidur anak sebagai salah satu upaya pencegahan obesitas sejak dini dan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian serupa hendaknya melakukan pengukuran variabel melalui jalur metabolik. DAFTAR PUSTAKA Bawazeer, N.M., Al-daghri, N.M., Valsamakis, G., et al. (009). Sleep duration and quality associated with obesity among arab children. Obesity, 17(1), pp Carvalho, M. J. (001). Gender and Children s Time Use. Available from: /538/ pdf=sequence1 Centers for Disease Control and Prevention. (013). Childhood Obesity Facts. Atlanta, GA: U.S. Department of Health and Human Services. Depkes. (008). Riset kesehatan dasar 007. Jakarta. Faizah, Z. (004). Faktor Risiko Obesitas Pada Murid Sekolah Dasar Usia 6-7 Tahun Di Semarang. Tesis. Progam Pendidikan Dokter Spesialis 1 Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang. Hadi, H. (004). Handout Seminar Nasional Obesitas. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Kemenkes. (010). Riset kesehatan dasar 010. Jakarta. Litsenburg, R.R.L., Waumans, R.C., Berg, G.V.D., & Gemke, R.J.B.J. (010). Sleep habits and sleep disturbances in Dutch children: a population-based study. Eur J Pediatr. Owens, J.A., Maxim, R., Nabile, C., McGuinn, M., & Msall, M. (000). Parental and Self-report of Sleep in Children with Attention- Deficit/Hyperactive Disorder.. Arch Pediatr Med. 154: Patel, S.R., & Hu, F.R. (008). Short Sleep Duration and Weight Gain: A Systematic Review. Obesity Journal. 16: Pearson, N. & Biddle, S.J.H. (011). Sedentary behavior and dietary intake in children, adolescents, and adults. A systematic review. American journal of preventive medicine, 41(), pp Sjarif D.R. (003). Childhood Obesity: Evaluation and Management, Dalam Naskah Lengkap National Obesity Symposium II 003, Surabaya Editor: Adi S et al., Surabaya, hal Shi, Z., Taylor, A.W., Gill, T.K., Tuckerman, J., Adams, R., & Martin, J. (010). Short Sleep Duration and Obesity among Australian Children. BMC Public Health 5
Durasi dan kualitas tidur hubungannya dengan obesitas pada anak sekolah dasar di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul
JURNAL GIZI DAN Durasi DIETETIK dan kualitas INDONESIA tidur hubungannya dengan obesitas pada anak sekolah dasar di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul 93 Vol. 1, No. 2, Mei 2013: 93-101 Durasi dan kualitas
Lebih terperinciANAK OBES MEMPUNYAI DURASI TIDUR LEBIH PENDEK DIBANDINGKAN ANAK TIDAK OBES (OBESECHILDRENHAVESHORTERSLEEP DURATION THANNOTOBESECHILDREN)
ANAK OBES MEMPUNYAI DURASI TIDUR LEBIH PENDEK DIBANDINGKAN ANAK TIDAK OBES (OBESECHILDRENHAVESHORTERSLEEP DURATION THANNOTOBESECHILDREN) Dewi Marfuah Prodi S1 Ilmu Gizi STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegemukan atau obesitas telah menjadi masalah kesehatan global di dunia. Masalah kesehatan ini tidak hanya terjadi di negara-negara maju tetapi juga di negara berkembang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari berbagai penelitian terdapat hubungan yang bermakna antara kegemukan dan usia harapan hidup seseorang (Soegih dan Wiramihardja, 2009). Begitu pula obesitas pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu tantangan yang paling serius. Masalahnya adalah global dan terus mempengaruhi negara yang berpenghasilan rendah dan menengah, khususnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. menurut Global Nutrition Report 2014, Indonesia termasuk dalam 17 negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Faktor gizi memegang peranan penting dalam
Lebih terperinciPENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS
PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS ABSTRAK Shella Monica Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung Latar belakang Tidur yang cukup merupakan faktor penting bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu faktor penyebab terjadinya beberapa penyakit kronis sehingga mengakibatkan umur harapan hidup (UHH) seseorang menurun adalah obesitas. World Health Organization
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan masalah yang banyak dijumpai baik di negara maju maupun di negara berkembang. Obesitas merupakan suatu masalah serius pada masa remaja seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Overweight dan obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian yang serius karena merupakan peringkat kelima penyebab kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah perempuan dalam keluarga utuh (dua orangtua) sebagai tenaga kerja berbayar, meningkat secara drastis dalam 50 terakhir (Frediksen-Goldsen & Scharlach, 2001).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian kesehatan umum pada populasi dunia, jauh dari target yang diharapkan di tahun 2020 (Balaban, 2011). Sekitar
Lebih terperinciHUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI (FAST FOOD) DENGAN OBESITAS PADA SISWA KELAS V DAN VI SD SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN
HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI (FAST FOOD) DENGAN OBESITAS PADA SISWA KELAS V DAN VI SD SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN OLEH: NILAM ANGGRIANI TAMBUNAN NIM: 100100181 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas pada saat ini telah menjadi masalah kesehatan dan berhubungan dengan terjadinya peningkatan penyakit tidak menular (Bener, 2006). Prevalensi obesitas meningkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini menjadikan seseorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini menjadikan seseorang dengan mudah mengakses segala media elektronik. Hal itu juga menjadikan seseorang tidak asing lagi dengan
Lebih terperinciPENGARUH AKTIFITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS PADA MURID
ABSTRAK PENGARUH AKTIFITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS PADA MURID Ekowati Retnaningsih dan Rini Oktariza Angka kejadian berat badan lebih pada anak usia sekolah di Indonesia mencapai 15,9%. Prevalensi
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi kurang yang ada di Indonesia masih belum teratasi dengan baik. Saat ini Indonesia telah dihadapkan dengan masalah gizi baru yaitu masalah gizi lebih.
Lebih terperinciPengaruh Konsumsi Fastfood Terhadap Obesitas Anak Sekolah Dasar. The Influence of Fast Food Consumption on Obesity in Elementary School Children
Mutiara Medika Vol. 7 No. 2:61-68, Juli 2007 Pengaruh Konsumsi Fastfood Terhadap Obesitas Anak Sekolah Dasar The Influence of Fast Food Consumption on Obesity in Elementary School Children Erwin Santosa
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA POLA KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI DENGAN RESIKO OBESITAS PADA SISWA KELAS X DAN XI DI SMA KRISTEN KALAM KUDUS SUKOHARJO
HUBUNGAN ANTARA POLA KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI DENGAN RESIKO OBESITAS PADA SISWA KELAS X DAN XI DI SMA KRISTEN KALAM KUDUS SUKOHARJO THE RELATION BETWEEN FAST FOOD CONSUMPTION WITH OBESITY RISK FOR 10
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur adalah kondisi istirahat alami yang. dilakukan oleh semua makhluk hidup, termasuk manusia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidur adalah kondisi istirahat alami yang dilakukan oleh semua makhluk hidup, termasuk manusia. Tidur merupakan aktifitas fisiologis yang penting bagi kesehatan dan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI, ASUPAN LEMAK, DAN OBESITAS PADA REMAJA SLTP DI KOTA YOGYAKARTA DAN DI KABUPATEN BANTUL
JURNAL GIZI KLINIK INDONESIA Hubungan antara Asupan Energi, Asupan Lemak, dan Obesitas pada Remaja SLTP 119 Volume 1, No. 3, Maret 2005: 119-129 HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI, ASUPAN LEMAK, DAN OBESITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade, terutama 10 tahun terakhir, prevalensi obesitas
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa dekade, terutama 10 tahun terakhir, prevalensi obesitas terus meningkat di seluruh dunia yang menjadikan obesitas sebagai suatu epidemi global. Obesitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terjadi penumpukan lemak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terjadi penumpukan lemak didalam tubuh yang lebih dari normal sehingga dapat menimbulkan berbagai penyakit yang dapat mengurangi
Lebih terperinciABSTRAK PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS
ABSTRAK PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS Shella Monica, 2013 Pembimbing : Rita Tjokropranoto, dr.,m.sc. Latar belakang Tidur yang cukup merupakan faktor penting bagi kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperoleh, memproses, dan memahami dasar informasi kesehatan dan. kebutuhan pelayanan, yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Literasi kesehatan merupakan kemampuan seseorang untuk memperoleh, memproses, dan memahami dasar informasi kesehatan dan kebutuhan pelayanan, yang dibutuhkan untuk pengambilan
Lebih terperinciFAKTOR RISIKO GIZI LEBIH PADA ANAK UMUR 9-11 TAHUN DI SEKOLAH DASAR MARSUDIRINI SEMARANG TAHUN 2016
FAKTOR RISIKO GIZI LEBIH PADA ANAK UMUR 9-11 TAHUN DI SEKOLAH DASAR MARSUDIRINI SEMARANG TAHUN 2016 ` Herliana Endang Supriyatini* ), dr. Siti Fatimah P.** ), M. Zen Rahfiludin ** ) * ) Mahasiswa Peminatan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DAN KEBIASAAN MAKAN FAST FOOD DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA PELAJAR DI SMP KRISTEN EBEN HAEZAR 2 MANADO
HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DAN KEBIASAAN MAKAN FAST FOOD DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA PELAJAR DI SMP KRISTEN EBEN HAEZAR 2 MANADO Hutri P Kasenda*, A.J.M Rattu*, Grace D Kandou* *Fakultas Kesehatan
Lebih terperinciHUBUNGAN AKTIVITAS FISIK, KEBUGARAN FISIK DAN IMEJ TUBUH DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA SISWA SMA Dl KOTA BANDA ACEH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK, KEBUGARAN FISIK DAN IMEJ TUBUH DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA SISWA SMA Dl KOTA BANDA ACEH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Azhari,1 Syafei lshak,2 Lestari Kanti Wilujengl ABSTRACT
Lebih terperincirumus : n = (P 1 -P Ket : Z 1- - P 1 Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, )²
BAB 4 METODOLOGI PENELITIP AN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini mengenai kebiasaan makan cepat saji (fast food modern), aktivitas fisik dan faktor lainnyaa dengan status gizi mahasiswa penghuni Asrama
Lebih terperinciABSTRAK HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) PADA ANAK SD X KOTA BANDUNG TAHUN AJARAN 2014/2015
ABSTRAK HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) PADA ANAK SD X KOTA BANDUNG TAHUN AJARAN 2014/2015 Steven Juanda, 2015 Pembimbing I : Grace Puspasari, dr., M.Gizi Pembimbing II : Cindra
Lebih terperinciHubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru
Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Correlation Of Energy Consumption Level, Protein and Food Consumerism With Nutritional Status
Lebih terperinciSecara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.
ABSTRACT ERNY ELVIANY SABARUDDIN. Study on Positive Deviance of Stunting Problems among Under five Children from Poor Family in Bogor City. Under direction of IKEU TANZIHA and YAYAT HERYATNO. The objectives
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. obesitas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Saat ini diperkirakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius di dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan prevalensi obesitas di seluruh dunia, termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. obesitas yang meningkat terus-menerus. Obesitas ini menjadi salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas menjadi hal yang paling diperhatikan di dunia karena prevalensi obesitas yang meningkat terus-menerus. Obesitas ini menjadi salah satu masalah kesehatan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang sedang berkembang dan membangun, Indonesia masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan dengan negara lain yang sudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menghadapi masalah kesehatan yang kompleks.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menghadapi masalah kesehatan yang kompleks. Prevalensi penyakit menular di Indonesia tinggi, dan dari tahun ke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi kegemukan dan obesitas terus meningkat sangat tajam di seluruh dunia, dan mencapai tingkatan yang membahayakan. Kejadian obesitas di negara-negara maju seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, pada saat ini menghadapi masalah yang berhubungan dengan pangan, gizi dan kesehatan. Dalam bidang gizi, Indonesia diperkirakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maju dan negara berkembang. Setiap tahun prevalensi obesitas selalu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas saat ini masih menjadi masalah kesehatan utama di negara maju dan negara berkembang. Setiap tahun prevalensi obesitas selalu mengalami peningkatan.
Lebih terperinciHUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI SISWA SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN. Oleh : SERGIO PRATAMA
HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI SISWA SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN Oleh : SERGIO PRATAMA 120100202 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN
Lebih terperinciHUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP ASUPAN ENERGI DAN OBESITAS PADA REMAJA SMP DI KOTA YOGYAKARTA
HUBUNGAN DURASI TIDUR TERHADAP ASUPAN ENERGI DAN OBESITAS PADA REMAJA SMP DI KOTA YOGYAKARTA Nurul Putrie Utami 1 *, Martalena Br. Purba 2, Emy huriyati 3 1 Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Lebih terperinciHubungan Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik, dan Pola Makan Terhadap Status Gizi Remaja Di Kelurahan Purwosari Laweyan Surakarta
Hubungan Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik, dan Pola Makan Terhadap Status Gizi Remaja Di Kelurahan Purwosari Laweyan Surakarta Retno Dewi Noviyanti 1*, Dewi Marfuah 2 1,2 S1 Gizi, Stikes PKU Muhammadiyah
Lebih terperinciHUBUNGAN KONTRIBUSI BEBAN GLIKEMIK MAKANAN DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN GIZI LEBIH PADA REMAJA DI SMP FULL DAY SURABAYA
HUBUNGAN KONTRIBUSI BEBAN GLIKEMIK MAKANAN DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN GIZI LEBIH PADA REMAJA DI SMP FULL DAY SURABAYA Nurul Hanifah 1, Triska Susila Nindya 2 1 Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi mengakibatkan pertambahan berat badan. Kelebihan berat badan pada anak apabila telah menjadi obesitas akan berlanjut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia remaja merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab, salah satunya ialah remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi karena peningkatan pertumbuhan fisik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Menurut The Health Resource and Services Administration Guideline Amerika Serikat tahun
Lebih terperinciABSTRAK HUBUNGAN GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN HIPERAKTIFITAS (GPPH) TERHADAP STATUS GIZI ANAK DI KLINIK TUMBUH KEMBANG RSUP SANGLAH DENPASAR
ABSTRAK HUBUNGAN GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN HIPERAKTIFITAS (GPPH) TERHADAP STATUS GIZI ANAK DI KLINIK TUMBUH KEMBANG RSUP SANGLAH DENPASAR Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) terdiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia pada saat ini menghadapi permasalahan ganda berupa kasus-kasus penyakit menular yang masih belum terselesaikan sekaligus peningkatan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian
23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN. World Health Organization (2014) menyatakan bahwa obesitas. pada anak-anak berhubungan dengan masalah komplikasi
Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah World Health Organization (2014) menyatakan bahwa obesitas pada anak-anak berhubungan dengan masalah komplikasi kesehatan yang serius dan meningkatkan risiko
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Overweight merupakan masalah kesehatan dunia dengan jumlah prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun berkembang. Prevalensi overweight
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas telah menjadi masalah di dunia, World Health Organization (WHO) memperkirakan sejak tahun 2008 sebanyak 2,8 juta penduduk meninggal setiap tahun terkait overweight
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif deskriptif yang menggunakan data primer yaitu dengan cara meminta responden untuk mengisi kuesioner
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas pada anak sampai kini masih merupakan masalah, satu dari sepuluh anak di dunia ini mengalami obesitas dan peningkatan obesitas pada anak dan remaja saat ini
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana Strata-1
Lebih terperinciHubungan Asupan Makanan dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas Anak Sekolah Dasar di Kota Bandung
Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Asupan Makanan dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas Anak Sekolah Dasar di Kota Bandung 1 Lusy Olyvia, 2 Herry Garna, 3 Adjat Sedjati 1,2,3 Pedidikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering ditemukan di berbagai
Lebih terperinciThe Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar
Laporan hasil penelitian Hubungan antara Fungsi Sosial dengan Kualitas Hidup Lanjut Usia di Kota Denpasar Nandini Parahita Supraba 1,2, N.P Widarini 2,3, L. Seri Ani 2,4 1 Akademi Kebidanan Bina Husada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Besarnya masalah overweight dan obesitas telah diakui sebagai masalah kesehatan global oleh Badan Kesehatan Dunia yaitu World Health Organization (WHO). Dalam beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di DIY memiliki proporsi sebesar 42,1% untuk perilaku sedentari <3 jam,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang DIY memiliki proporsi penduduk usia 10 tahun yang jenis aktivitas fisiknya kurang aktif sebesar 20,8%. Perilaku sedentari usia 10 tahun di DIY memiliki proporsi sebesar
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS
ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Meike N. R. Toding*, Budi T. Ratag*, Odi R. Pinontoan* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Lebih terperinciLampiran I Daftar Riwayat Hidup. : Afdhal Putra. : Islam. :
49 Lampiran I Daftar Riwayat Hidup Nama Lengkap Jenis Kelamin : Afdhal Putra : Laki-laki Tempat/Tanggal Lahir : Kubang, 16 September 1994 Warga Negara Agama Alamat : Indonesia : Islam : Jalan Nazir Alwi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kemakmuran di Indonesia diikuti oleh perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan dari masyarakat baik dalam keluarga maupun diluar rumah. Pola makan terutama
Lebih terperinciPengaruh Faktor Keturunan dan Gaya Hidup Terhadap Obesitas pada Murid SD Swasta di Kecamatan Ilir Timur 1 Palembang
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 3, NO. 2, APRIL 216: 114-119 Pengaruh Faktor Keturunan dan Gaya Hidup Terhadap Obesitas pada Murid SD Swasta di Kecamatan Ilir Timur 1 Palembang Astri Rizky Andini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular yang berkaitan dengan gizi seperti diabetes mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et al., 2006 dalam Sacks,
Lebih terperinciHUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT. (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016
HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016 Karina AS 1) Nurlina dan Siti Novianti 2) Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas (kegemukan) sering didefinisikan sebagai kondisi abnormal atau kelebihan lemak yang serius dalam jaringan adiposa sedemikian sehingga mengganggu kesehatan
Lebih terperinciABSTRAK PENGARUH SARAPAN YANG TIDAK TERATUR, FAKTOR GENETIK TERHADAP RISIKO OBESITAS DAN BMI (BODY MASS INDEX) YANG ABNORMAL
ABSTRAK PENGARUH SARAPAN YANG TIDAK TERATUR, FAKTOR GENETIK TERHADAP RISIKO OBESITAS DAN BMI (BODY MASS INDEX) YANG ABNORMAL Silvia, 2007 Pembimbing 1 Pembimbing 2 : Dr. Iwan Budiman,dr.,MS.,MM.,MKes.,AIF
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir telah terjadi peningkatan media elektronik di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun terakhir telah terjadi peningkatan media elektronik di pasaran. 1 Media tersebut ditujukan mulai dari anak-anak yang sangat muda contohnya acara televisi
Lebih terperinciPengaruh Durasi Pemberian ASI dengan Kejadian Obesitas pada Murid PG dan TK A di Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Tahun 2010
Pengaruh Durasi Pemberian ASI dengan Kejadian Obesitas pada Murid PG dan TK A di Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Tahun 2010 Oleh : MARGHERITA S SUMARDI 070100340 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Obesitas menjadi masalah di seluruh dunia karena prevalensinya yang meningkat pada orang dewasa maupun remaja baik di negara maju maupun berkembang. Prevalensi overweight
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR GAYA HIDUP YANG BERHUBUNGAN DENGAN OBESITAS ANAK SEKOLAH DASAR SWASTA BERNARDUS DAN HJ ISRIATI KELAS 4-6 DI SEMARANG
FAKTOR-FAKTOR GAYA HIDUP YANG BERHUBUNGAN DENGAN OBESITAS ANAK SEKOLAH DASAR SWASTA BERNARDUS DAN HJ ISRIATI KELAS 4-6 DI SEMARANG Griska Erfiana Nilasari, Henry Setiawan, Arie Wuryanto Fakultas Kesehatan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG
HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG Oleh : TAN WEE YEN 110100464 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA
Lebih terperinciSKRIPSI SENAM JANTUNG SEHAT DAPAT MENURUNKAN PERSENTASE LEMAK TUBUH PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
SKRIPSI SENAM JANTUNG SEHAT DAPAT MENURUNKAN PERSENTASE LEMAK TUBUH PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA I NYOMAN AGUS PRADNYA WIGUNA KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI
Lebih terperinciABSTRAK PENGARUH DURASI TIDUR TERHADAP RISIKO OBESITAS PADA PRIA DEWASA. Mutiara Hermana, 2009 Pembimbing : Dr. Iwan Budiman, dr, MS, MM, MKes, AIF
ABSTRAK PENGARUH DURASI TIDUR TERHADAP RISIKO OBESITAS PADA PRIA DEWASA Mutiara Hermana, 2009 Pembimbing : Dr. Iwan Budiman, dr, MS, MM, MKes, AIF Latar belakang : Epidemi obesitas berkembang pesat dekade
Lebih terperinciHUBUNGAN ASUPAN KARBOHIDRAT DAN SERAT DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI
HUBUNGAN ASUPAN KARBOHIDRAT DAN SERAT DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia mengalami permasalahan gizi ganda yaitu perpaduan antara gizi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mengalami permasalahan gizi ganda yaitu perpaduan antara gizi kurang dan gizi lebih. Tahun 2013, masalah gizi ganda Indonesia pada dewasa diatas 18 tahun 13,5
Lebih terperinciSKRIPSI HUBUNGAN ASUPAN NUTRISI TERHADAP KEJADIAN OBESITAS DAN NON- OBESITAS PADA MAHASISWA FK USU TAHUN Oleh: ZUHDINA KAMALIAH
SKRIPSI HUBUNGAN ASUPAN NUTRISI TERHADAP KEJADIAN OBESITAS DAN NON- OBESITAS PADA MAHASISWA FK USU TAHUN 2016 Oleh: ZUHDINA KAMALIAH 130100280 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fenomena overweight saat ini sedang menjadi perhatian. Overweight atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena overweight saat ini sedang menjadi perhatian. Overweight atau kelebihan berat badan terjadi akibat ketidakseimbangan energi yaitu energi yang masuk lebih besar
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG
HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG Correlation Of Satisfaction Level Of Food Quality With Energy And Macronutrient
Lebih terperinciAKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN OVERWEIGHT PADA ANAK SEKOLAH DASAR KATOLIK FRATER BAKTI LUHUR MAKASSAR
Aktifitas Fisik, Pola Makan, AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN OVERWEIGHT PADA ANAK SEKOLAH DASAR KATOLIK FRATER BAKTI LUHUR MAKASSAR Thresia Dewi KB 1 Hj. Sukmawati 2 Istianah Adnan 3 1 Jurusan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD JURNAL PENELITIAN Oleh : 1. Anik Enikmawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep 2. Fatihah Hidayatul Aslamah, Amd.Kep SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Lebih terperinciDIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI)
DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI) Dyah Surya Kusumawati (Prodi S1 Keperawatan) Stikes Bhakti
Lebih terperinciHubungan Status Sosial Ekonomi dan Gaya Hidup dengan Kejadian Obesitas pada Siswa SD Negeri 08 Alang Lawas Padang
131 Artikelenelitian Hubungan Status Sosial Ekonomi dan Gaya Hidup dengan Kejadian Obesitas pada Siswa SD Negeri 08 Alang Lawas adang Cici Octari, Nur Indrawaty Liputo, Edison Abstrak Obesitas di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius. Tingginya prevalensi obesitas di dunia, menyebabkan terganggunya kondisi fisik, psikososial dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia, bahkan WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global, sehingga obesitas merupakan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG. Kemajuan teknologi pada era globalisasi terjadi di. berbagai bidang. Hal ini berdampak pada penurunan
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Kemajuan teknologi pada era globalisasi terjadi di berbagai bidang. Hal ini berdampak pada penurunan aktivitas fisik di berbagai kalangan usia. Data susenas (Survei
Lebih terperinciPengaruh Pemberian Edukasi Gaya Hidup terhadap Peningkatan Pengetahuan Karyawan Obesitas di Universitas X
, Vol.04, No.01, Februari 2017, hal: 69-73 ISSN-Print. 2355 5386 ISSN-Online. 2460-9560 http://jps.unlam.ac.id/ Research Article 69 Pengaruh Pemberian Edukasi Gaya Hidup terhadap Peningkatan Pengetahuan
Lebih terperinciKata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol
HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK, INDEKS MASSA TUBUH DAN KONSUMSI MINUMAN BERALKOHOL DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT TK.III R. W. MONGISIDI MANADO Pretisya A. N. Koloay*, Afnal Asrifuddin*, Budi T. Ratag*
Lebih terperinciHUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA
V o l. 1, N o. 2, J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 7 101 HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA Naintina Lisnawati
Lebih terperinciHUBUNGAN FREKUENSI MAKAN DI LUAR RUMAH DAN JUMLAH UANG JAJAN DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA MAHASISWI DI SURAKARTA TESIS
HUBUNGAN FREKUENSI MAKAN DI LUAR RUMAH DAN JUMLAH UANG JAJAN DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA MAHASISWI DI SURAKARTA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sampai berusia 18 (delapan belas) tahun. 1. sering ditunjukkan ialah inatensi, hiperaktif, dan impulsif. 2 Analisis meta-regresi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya pemeliharaan kesehatan anak ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya berbagai fasilitas dan pelayanan kesehatan serta kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan hidup (UHH) yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Umur Ibu hamil Pekerjaan Ibu hamil Pendidikan Ibu hamil Umur kehamilan ibu hamil Jumlah asupan protein Variable Terikat Kejadian Kekurangan Energi
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi lebih dan masalah gizi kurang merupakan masalah yang dihadapi oleh Indonesia saat ini. Obesitas merupakan sinyal pertama dari munculnya kelompok penyakit-penyakit
Lebih terperinciHubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji dan Tingkat Aktivitas Fisik terhadap Obesitas pada Kelompok Usia Tahun
Mutiara Medika Edisi Khusus Vol. 9 No. 2: 121-128, Oktober 2009 Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji dan Tingkat Aktivitas Fisik terhadap Obesitas pada Kelompok Usia 11-13 Tahun The Correlation Between
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ANAK SEKOLAH DENGAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI GODEAN 1 KABUPATEN SLEMAN
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ANAK SEKOLAH DENGAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI GODEAN 1 KABUPATEN SLEMAN Naskah Publikasi diajukan sebagai salah satu syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Overweight/obesitas merupakan akar dari berbagai penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit kardiovaskuler yang saat ini masih menjadi masalah
Lebih terperinciHUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN FREKUENSI FAST FOOD DENGAN KEJADIAN OVERWEIGHT PADA REMAJA DI SMP N 5 KARANGANYAR
HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN FREKUENSI FAST FOOD DENGAN KEJADIAN OVERWEIGHT PADA REMAJA DI SMP N 5 KARANGANYAR PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Ilmu
Lebih terperinciHubungan Tingkat Kepatuhan Diet terhadap Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Desa Nambangan
Hubungan Tingkat Kepatuhan Diet terhadap Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Desa Nambangan Kristiana Puji Purwandari 1 *, Yohanes Wahyu Nugroho 2 1,2 Akademi Keperawatan Giri Satria Husada Wonogiri
Lebih terperinci