LAPORAN KERJA PRAKTEK PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PARKIR KEJAKSAAN AGUNG JAKARTA SELATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN KERJA PRAKTEK PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PARKIR KEJAKSAAN AGUNG JAKARTA SELATAN"

Transkripsi

1 LAPORAN KERJA PRAKTEK PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PARKIR KEJAKSAAN AGUNG JAKARTA SELATAN oleh : Eric Hartono Geovanie Lukas Wijaya Geraldie Lukman Wijaya DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2010

2 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berbagai karunia dan rahmat yang telah diberikan sehingga laporan kerja praktek ini dapat diselesaikan. Kerja Praktek merupakan salah satu mata kuliah spesial yang harus dilaksanakan untuk mencapai gelar sarjana teknik pada Departemen Sipil FTUI. Tujuan mata kuliah ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada mahasiswa dalam proyek konstruksi secara utuh diluar pemahaman teoritis di dalam kelas. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka laporan kerja praktek ini dibuat. Penulis menyadari laporan kerja praktik ini masih ada berbagai kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan agar penulisan ini menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. ii

3 PERNYATAAN KEASLIAN Kami menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan kerja praktek dengan judul : PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PARKIR KEJAKSAAN AGUNG JAKARTA SELATAN yang disusun untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada Departemen Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia, sejauh yang kami ketahui bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari laporan kerja praktek yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk mendapat gelar kesarjanaan di lingkungan Universitas Indonesia maupun di perguruan tinggi atau instansi manapun, kecuali bagian yang sumber informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya. Depok, November 2010 Eric Hartono Geraldie Lukman Geovanie Lukas iii

4 LEMBAR PENGESAHAN Kerja Praktik dengan judul: PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PARKIR KEJAKSAAN AGUNG JAKARTA SELATAN dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada Departemen Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia dan disetujui untuk diajukan dalam sidang kerja praktik. Depok, November 2010 Dosen Pembimbing Ir. Sjahril A. Rahim, M. Eng. iv

5 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ii PERNYATAAN KEASLIAN... iii LEMBAR PENGESAHAN... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... xi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Proyek Data Proyek Lokasi Proyek Fasilitas Pelengkap Ruang Lingkup Proyek Project Statement Deliverables Constraint dan Asumsi Sistematika Penulisan Laporan... 7 BAB II MANAJEMEN RUANG LINGKUP (SCOPE MANAGEMENT) Rencana Kerja dan Syarat-syarat Kontrak Kerja Work Breakdown Structure Organizational Breakdown Structure BAB III PERENCANAAN DAN MANAJEMEN LOKASI KERJA (SITE PLAN MANAGEMENT) PENDAHULUAN PERENCANAAN SITE PLAN v

6 BAB IV METODE KONSTRUKSI DAN PERALATAN PENDAHULUAN DATA TEKNIS UMUM SPESIFIKASI TEKNIS PEMBUATAN SHOP DRAWING Peralatan Konsep Metode Pekerjaan Struktur Metode-Metode Pekerjaan Struktur BAB V MANAJEMEN WAKTU Pengantar tentang manajemen proyek Perencanaan dan Penjadwalan Konstruksi Manfaat Penjadwalan Manajemen waktu Pengendalian Waktu BAB VI MANAJEMEN BIAYA Pengendalian Biaya Pembayaran Prestasi Pekerjaan BAB VII MANAJEMEN RISIKO Manajemen Risiko Identifikasi risiko Evaluasi Resiko Tanggapan dan Perlakuan Resiko Mendokumentasikan BAB VIII MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA Manajemen Keselamatan Manajemen Lingkungan Manajemen Housekeeping vi

7 BAB IX MANAJEMEN KUALITAS Manajemen Kualitas PT. PP (Persero), Tbk Standar Operasi Pengontrolan Kualitas Penetuan Hold Point Tiap Pekerjaan Target Kualitas BAB X MANAJEMEN KLAIM Klaim Manajemen Proyek Masa Pemeliharaan BAB XI MANAJEMEN KOMUNIKASI Gambaran Umum Laporan Kinerja Laporan Informasi Kemajuan Pekerjaan BAB XII MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA Tim Manajemen Proyek Organisasi Proyek BAB XIII HAL-HAL KHUSUS PADA PROYEK BAB XIV KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran Penutup DAFTAR PUSTAKA vii

8 DAFTAR GAMBAR Gambar Ilustrasi Proyek Gambar Lokasi proyek Gambar Area proyek sebelum pembangunan Gambar Struktur Organisasi Proyek Gambar Site Plan Gambar Kantor kontraktor dan konsultan Gambar Denah lantai kantor Gambar Kantor tampak depan Gambar Foto area fabrikasi los kerja kayu dan besi pada lantai basement Gambar Foto gerbang masuk proyek Gambar Foto pagar proyek Gambar Foto theodolith Gambar Foto compressor Gambar Foto Tower Crane Gambar Foto Mobil Mixer Gambar Foto Bekisting Sateko Gambar Pos jaga keamanan Gambar Toilet direksi Gambar Tempat parkir dilihat dari atas Gambar Sketsa posisi tower crane terhadap gedung parkir yang dibangun Gambar Daya jangkau dari Tower Crane Gambar Theodolith Gambar Waterpass Gambar Mortar Utama MU-700 digunakan pada tahap finishing pengecoran pelat Gambar Bahan waterproofing Gambar Bahan plywood Gambar Bahan curing compound Gambar Bahan hydratite Gambar Bahan plamir Gambar Kayu lapis digunakan sebagai penahan bekisting Gambar Kawat Bendrat Gambar Kawat Ayam Gambar Foto persiapan pembuatan pile cap viii

9 Gambar Foto waterstop Gambar Detail Bekisting Balok Dengan Tie Rod Gambar Detail Bekisting Balok Tanpa Tie Rod Gambar Scaffolding menahan balok yang baru dicor Gambar Pemasangan pelat precast Gambar Posisi Core Wall Gambar Denah Posisi Tangga Gambar Bekisting Tangga Gambar Tulangan tangga Gambar Bekisting anak tangga Gambar Posisi Ramp Lantai Dasar Gambar Posisi ramp Lantai Tipikal Gambar Bekisting ramp Gambar Penyimpanan besi tulangan Gambar Proses pembengkokan besi Gambar Proses penyusunan besi Gambar Pemasangan besi tulangan pelat lantai Gambar Pekerja menyusunan tulangan kolom Gambar Proses pekerjaan tulangan pada dinding geser Gambar Flow chart Pekerjaan pengecoran Gambar Beton segar diletakkan pada pelat yang telah diberikan tulangan Gambar Pekerja memadatkan beton segar dengan menggunakan vibrator Gambar Pekerja memberikan mortar utama pada pelat Gambar Proses finishing pengecoran pelat Gambar Blok Diagram Pemadam Kebakaran Gambar Skematik Diagram Air Bersih Gambar Blok Diagram Air Bersih Gambar Skematik Diagram Air Kotor Gambar Blok Diagram Air Kotor Gambar Pemasangan Chiller dan Pompa Gambar Skema Pemasangan Chiller dan Pompa Gambar Pemasangan Pipa Regrigerant Gambar Blok Diagram Tata Udara Gambar Metode Pemasangan Kabel Intalasi Indoor Gambar Pemasangan Saklar dan Stop Kontak ix

10 Gambar Kurva S Proyek Gedung Kejaksaan Agung Gambar Master Schedule Gambar Safety talk wajib diikuti setiap pekerja Gambar Papan slogan dan peraturan di lokasi proyek Gambar Standar Operasi QC Gambar Prosedur Slump Test Gambar Uji test slump beton Gambar Sampel beton yang akan dites tekan Gambar Pengukuran suhu beton Gambar Slump Test Gambar Diagram masalah klaim Gambar Kondisi as-8 Gambar Balok terputus di as-7 x

11 DAFTAR TABEL Tabel Data Fisik Proyek Tabel Data-data teknis umum Tabel Resume Spesifikasi Teknis Tabel Rekapitulasi ( RAB ) Tabel Identifikasi Risiko Tabel Hold Point 1 : Sebelum Pekerjaan Beton Tabel Hold Point 2 : Selama Pekerjaan Beton Tabel Hold Point 1 : Setelah Bekisting Bawah Balok Terpasang Tabel Hold Point 2 : Setelah Pembesian Plat Lantai Terpasang Tabel Hold Point 1 : Sebelum Pengecatan Tabel Hold Point 2 : Selama Pengecatan Tabel Hold Point 3: Setelah Pengecatan Tabel Target Kualitas Tabel Bagan alir umum Tabel Bagan Alir Komplain Sampai Waktu Pemeliharaan Tabel Bagan Alir Dari Sop xi

12 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kejaksaan Agung merupakan salah satu lembaga Pemerintah yang tergolong besar yang membutuhkan sarana dan prasana yang mendukung. Salah satunya adalah gedung parkir, sarana olah raga dan kantor KBPA. Karena lahan parkir yang telah ada kurang bisa menampung kendaraan yang ada, maka dibutuhkan sebuah lahan parkir baru yang lebih luas. Selain itu, pemerintah sekarang sedang gencar-gencarnya mencanangkan program memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat, maka Kejaksaan Agung yang sebelumnya telah disebutkan sebagai salah satu lembaga pemerintah harus memberikan contoh kepada masyarakat, sehingga diperlukan tempat untuk sarana olahraga. Diperlukan juga ruangan yang cukup luas sebagai kantor KBPA Tujuan Proyek Proyek pembangunan gedung ini akan difungsikan sebagai ruang parkir kendaraan dengan area yang lebih luas dari area parkir yang lama. Selain itu gedung ini juga akan difungsikan sebagai ruang sarana olahraga dan ruang kantor untuk KBPA. Mengingat tingginya yang mencapai 10 tingkat (11 lantai) maka akan dibuatkan lift sehingga dapat lebih mempermudah akses dari lantai ke lantai Data Proyek Data Umum Proyek Proyek merupakan proyek lanjutan dari tahap II dimana pekerjaan yang dilakukan adalah pembangunan basement. 1. Nama Proyek : Pembangunan Tahap III (Lanjutan) Gedung Bertingkat 10 (11 Lantai) untuk Parkir, Sarana Olahraga, dan Kantor KBPA (Keluarga Besar Purna Adhyaksa) Kejaksaan Agung RI. 2. Alamat Proyek : Jl. Sultan Hasanuddin no.1, Jakarta Selatan 3. Pemberi Tugas : Kejaksaan Agung Republik Indonesia 4. Pengelola Teknis : Departemen Pekerjaan Umum 5. Konsultan MK : PT. Pancatrimas Arterindo 6. Konsultan Perencana : PT. Adhika Karsa Pratama 7. Kontraktor : PT. Pembangunan Perumahan (Persero), Tbk 8. Supplier Besi : PT. Cakra Steel 9. Supplier Beton : PT. Adhimix Precast 1

13 10. Supplier Bekisting : PT. Supradjaya PT. PCH 11. Peruntukan Basement lantai 6 : Parkir motor (355), bis, dan mobil (347) Lantai 7 : Ruang tahanan Lantai 8 : Kantor KBPA, food court, ruang fitness, ruang spa, dan ruang locker. Lantai 9 (service) : Lapangan badminton dan tenis 12. Jenis Kontrak : Lumpsum Fixed Price 13. Nilai Kontrak (NK) : Rp , Cara Pembayaran : Monthly Payment 15. Uang Muka : 20% 16. Retensi : 5% 17. Lama Pelaksanaan: 210 hari kalender (21 April November 2010) 18. Masa Pemeliharaan : 180 hari kalender 19. Sumber Dana : APBN 20. Denda Keterlambatan Pekerjaan : 1 0 / 00 (per seribu) dari harga kontrak atau bagian kontrak untuk setiap hari keterlambatan Data Fisik Proyek No. Lantai 1. Basement 2. Semi Basement 3. Lantai 1 4. Lantai 2 5. Lantai 3 6. Lantai 4 7. Lantai 5 8. Lantai 6 9. Lantai Lantai Lantai 9 (service) Tabel Data Fisik Proyek 2

14 Gambar Ilustrasi Proyek 1.4. Lokasi Proyek Proyek pembangunan gedung ini terletak di Jalan Sultan Hasanuddin no.1, Bulungan, Jakarta Selatan. Jalan menuju lokasi proyek cukup padat terutama saat pagi dan malam hari, saat aktifitas jam knator kecuali hari sabtu dan minggu, Berdasarkan kondisi lapangan, area proyek termasuk sempit, sehingga sulit untuk manuver kendaraan besar. Batas-batas daerah proyek adalah sebagai berikut : a. Sebelah Barat : Jl. Bulungan b. Sebelah Timur : Gedung Pidana Umum Kejaksaan Agung c. Sebelah Selatan : Akses jalan masuk ke gedung kantor Kejaksaan Agung d. Sebelah Utara : Jl. Kyai Maja 3

15 Gambar Lokasi proyek Gambar Area proyek sebelum pembangunan 1.5. Fasilitas Pelengkap Terdapat banyak fasilitas pelengkap yang menjadi pendukung selama proyek berlangsung. Fasilitas-fasilitas tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kantor dan Gudang a. Keet Kontraktor (Standar PP), yang meliputi: 4

16 Lantai Atas : Ruang PM, ruang administrasi, ruang engineering, dan ruang pelaksana Lantai Bawah : Ruang safety, ruang uitzet, ruang rapat, mushola, ruang makan, dapur, dan toilet (2 unit) b. Keet MK c. Gudang logistik dan gudang peralatan d. Pos jaga satpam 2. Tempat stock mekanikal a. Stock besi b. Stock kayu c. Stock wiremesh d. Pabrikasi 3. Alat penunjang a. Generator set (Genset) b. Towercrane (Radius 50 meter) 4. Fasilitas lainnya a. Area parkir b. Pompa air c. Bedeng pekerja d. Warung pekerja 1.6. Ruang Lingkup Proyek Secara umum ruang lingkup pekerjaan adalah sebagai berikut : a. Pekerjaan struktur i. Galian Tanah ii. Pile Cap iii. Lantai Basement s/d Lt 6B a. Core Wall b. Tangga c. Ramp d. Shear Wall iv. Lantai Basement s/d Lt 7 : a. Plat Lantai b. Kolom c. Floor Hardener 5

17 v. Lantai Basement s/d Lt Dasar : a. Waterproofing Integral b. Waterproofing Coating c. Retaining Wall b. Pekerjaan arsitektur i. Lantai Basement s/d Lt 6 B : 1. Pasangan Dinding 2. Plester Aci 3. Finish Beton 4. Railing Tangga 5. Plafond 6. Screed Lantai 7. Kansteen 8. Siku Kolom 9. Alur Ramp 10. Coring dan Grouting Instalasi ME 11. Koef Lampu c. Pekerjaan Mekanikal Elektrikal Lantai Basement s/d Lt 6B : 1. Pemadam Kebakaran 2. Plumbing 3. Tata Udara 4. Listrik 5. Elektronik 1.7. Project Statement Tujuan yang ingin dicapai perusahaan dari pelaksanaan proyek ini adalah: a. Melaksanakan pekerjaan dengan waktu yang lebih singkat dan memiliki tingkat pengembalian modal yang cepat bagi perusahaan. b. Proyek dengan tingkat kesulitan relatif tinggi diharapkan dapat meningkatkan kemampuan sumber daya dalam mengelola proyek-proyek sejenis di masa datang. c. Melaksanakan pekerjaan yang sesuai dengan sumber daya yang dimiliki dan yang dapat memberikan nilai tambah paling optimal bagi perusahaan. 6

18 1.8. Deliverables Deliverables dari proyek ini adalah sebagai berikut : a. Gedung parkir b. As-built drawing c. Maintenance Guarantee d. Close out report 1.9. Constraint dan Asumsi Constraint a. Lokasi proyek yang berada di daerah pusat bisnis, sangat berpengaruh pada metode pelaksanaan yang digunakan dan transportasi material. b. Telah terjadi setidaknya dua kali demonstrasi terkait Kejaksaan Agung sehingga pintu masuk proyek tertutup untuk beberapa saat Asumsi a. Kontraktor menentukan perkiraan waktu berdasarkan gambar yang diberikan b. Waktu kerja 7 hari seminggu dengan 24 jam kerja dalam sehari c. Proyek dimulai pada hari Rabu tanggal 21 April 2010 dan selesai pada Selasa 16 November 2010 d. Libur ditentukan pada hari lebaran Idul Fitri selama 14 hari, yaitu 6-19 September Sistematika Penulisan Laporan Sub bab ini memaparkan sistematika pembahasan yang menjadi pedoman dalam penyusunan Laporan Kerja Praktik dalam proyek pembangunan Gedung Parkir Kejaksaan Agung yang terdiri dari : BAB I : PENDAHULUAN BAB II : MANAJEMEN RUANG LINGKUP BAB III : PERENCANAAN DAN MANAJEMEN LOKASI KERJA BAB IV : METODE KONSTRUKSI DAN PERALATAN BAB V : MANAJEMEN WAKTU BAB VI : MANAJEMEN BIAYA BAB VII : MANAJEMEN RISIKO BAB VIII : MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA BAB IX : MANAJEMEN KUALITAS 7

19 BAB X BAB XI BAB XII BAB XIII BAB XIV : MANAJEMEN KLAIM : MANAJEMEN KOMUNIKASI : MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA : HAL-HAL KHUSUS PADA PROYEK : KESIMPULAN DAN SARAN 8

20 BAB II MANAJEMEN RUANG LINGKUP (SCOPE MANAGEMENT) Ruang lingkup proyek pembangunan tahap III (lanjutan) gedung bertingkat 10 (11 lantai) untuk parkir, sarana olah raga, dan kantor KBPA ini didasarkan pada rencana kerja dan syarat-syarat serta dokumen kontrak yang telah ditandatangani Rencana Kerja dan Syarat-syarat Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) merupakan sebuah buku yang berisi tentang syarat-syarat administrasi berupa instruksi kepada penyedia jasa pada Buku A, dengan ketentuan sebagai berikut 1. Instruksi ini berisi informasi yang diperlukan oleh pelaksana - kontraktor untuk menyiapkan penawarannya sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh pengguna jasa. Informasi tersebut berkaitan dengan penyusunan, penyampaian, pembukaan, evaluasi penawaran dan penunjukan penyedia jasa. 2. Hal-hal berkaitan dengan pelaksanaan kontrak oleh penyedia jasa, termasuk hak, kewajiban, dan resiko dimuat dalam syarat-syarat umum kontrak. Apabila terjadi perbedaan penafsiran / pengaturan pada dokumen lelang, penyedia jasa harus mempelajari dengan seksama untuk menghindari pertentangan pengertian. 3. Data proyek memuat ketentuan, informasi tambahan, atau perubahan atas instruksi kepada pelaksana - kontraktor sesuai dengan kebutuhan paket pekerjaan yang akan dikerjakan. Buku A terdiri dari beberapa bab, Bab I umum, yang berisi tentang hal-hal umum terkait lingkup pekerjaan, sumber dana, persyaratan penyedia jasa, satu penawaran, biaya penawaran, penjelasan dokumen, dan peninjauan lapangan. Di samping itu terdapat dokumen lelang dan penyiapan penawaran (bahasa, dokumen, harga, mata uang dan cara pembayaran, masa berlaku, jaminan, penawaran alternatif dan rabat, bentuk dan penandaan penawaran) serta penyampaian penawaran, pembukaan penawaran dan evaluasi serta ketentuan yang mengatur pemenang lelang Bab II Data Proyek berisi tentang Lingkup pekerjaan, sumber dana, penjelasan dokumen lelang, mata uang penawaran dan cara pembayaran, masa berlakunya penawaran, jaminan penawaran, penawaran alternatif dan rabat, sampul dan tanda penawaran, batas akhir waktu penyampaian penawaran, pembukaan penawaran, evaluasi penawaran, penunjukan penyedia jasa, jaminan pelaksaaan, juru penengah. 9

21 Bab III berisi tentang bentuk surat penawaran, lampiran, surat penunjukan dan surat perjanjian yang meliputi surat-surat berikut ini : a. surat penawaran (dok. Administrasi) b. surat penawaran (dok. Usulan biaya) c. perjanjian kemitraan untuk kerja sama operasi (kso) d. surat kuasa e. surat penunjukan penyedia jasa f. surat perjanjian Bab IV mengatur tentang syarat-syarat umum kontrak berisi tentang definisi, penerapan, asal jasa, penggunaan dokumen, kontrak dan informasi, hak paten, hak cipta dan merek, jaminan, asuransi, keselamatan kerja, pembayaran, harga dan sumber dana, wewenang dan keputusan pengguna jasa, direksi teknis dan panitia peneliti pelaksanaan kontrak,dll. Bab V syarat-syarat khusus dan umum kontrak. Ketentuan umum berisi tentang definisi, jaminan, asuransi, keselamatan kerja, pembayaran, jadual pelaksanaan, penggunaan penyedia jasa usaha kecil termasuk koperasi kecil, penyelesaian perselisihan, penyesuaian harga, denda dan ganti rugi, gambar pelaksanaan, kegagalan bangunan. Ketentuan khusus berisi tentang kompensasi, pedoman pengoperasian dan pemeliharaan, disamping itu terdapat pula bentuk-bentuk jaminan a. Bentuk jaminan penawaran (jaminan bank) b. Bentuk jaminan penawaran (surety bond) c. Bentuk jaminan pelaksanaan (jaminan bank) d. Bentuk jaminan pelaksanaan (surety bond) e. Bentuk jaminan uang muka (jaminan bank) f. Bentuk jaminan uang muka (surety bond) g. Bentuk jaminan pemeliharaan (jaminan bank) h. Bentuk jaminan pemeliharaan (surety bond) Disamping itu RKS juga berisi syarat-syarat teknis khusus pelaksanaan dan pekerjaan seperti arsitektur, mekanikal dan elektrikal di dalam buku B. 10

22 2.2. Kontrak Kerja Pelelangan Dalam pelaksanaan proyek pembangunan tahap III (lanjutan) gedung bertingkat 10 (11 lantai) untuk parkir, sarana olah raga, dan kantor KBPA ini, owner terlebih dahulu melakukan pemilihan terhadap pihak-pihak yang terlibat dan saling bekerjasama satu dengan yang lainnya dalam rangka pelaksanaan pembangunan proyek. Sistem pemilihan tersebut dilakukan dengan cara pelelangan. Pada umumnya, proses pelelangan dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain: a. Pelelangan Umum Pelelangan umum merupakan jenis pelelangan yang sifatnya terbuka untuk seluruh pihak dalam melakukan penawaran sesuai ketentuan yang berlaku. Sistem pelelangan ini biasanya diumumkan melalui media cetak atau media elektronika. b. Pelelangan Terbatas Pelelangan terbatas merupakan jenis pelelangan yang hanya memberikan kesempatan pada pihak-pihak tertentu yang berkualitas dan bonafit, dalam arti telah terpilih untuk memasukkan penawaran. c. Penunjukan Langsung Penunjukan langsung merupakan pelelangan dengan sistem penunjukan langsung oleh rekanan owner, dimana penunjukan ini hanya berlaku pada satu pihak yang memenuhi klasifikasi dan prestasi sebagai pihak yang akan melaksanakan suatu proyek yang ditawarkan. Pada pelaksanaan proyek pembangunan tahap III (lanjutan) gedung bertingkat 10 (11 lantai) untuk parkir, sarana olah raga, dan kantor KBPA, pelelangan dilakukan dengan cara penunjukan langsung Tahap Kontrak Kontrak adalah perikatan hukum antara pengguna jasa dengan penyedia jasa dalam pelaksanaan pengadaan jasa. Kontrak juga adalah perjanjian pemborongan pekerjaan antara pihak pemberi tugas (owner) dengan kontraktor. Ketentuan-ketentuan pada syarat-syarat umum kontrak harus diterapkan secara luas tanpa melanggar ketentuan yang ada dalam dokumen kontrak keseluruhan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 11

23 Kontrak dibuat setelah pemberi tugas (owner) menetapkan/menunjuk pemenang pelelangan. Penetapan pemenang pelelangan dilaksanakan dengan cara mengeluarkan surat pelulusan pekerjaan/surat perintah kerja atau Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). Tahap ini merupakan tahap kesepakatan antara owner dengan kontraktor. Kesepakatan tersebut diikat oleh surat perjanjian yang diatur dalam dokumen kontrak. Dokumen kontrak adalah keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa untuk melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan, yang terdiri dari: Surat perjanjian Surat penunjukan penyedia jasa Surat penawaran Adendum dokumen lelang Syarat-syarat khusus kontrak Syarat-syarat umum kontrak Spesifikasi teknis Gambar-gambar Daftar kuantitas dan harga Dokumen lain yang tercantum dalam lampiran kontrak Perjanjian yang terdapat dalam dokumen kontrak beserta dengan lampirannya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya Jenis Kontrak Yang dimaksud dengan kontrak kerja dalam hal ini yaitu suatu perjanjian atau persetujuan bersama secarala sukarela, tanpa ada unsur paksaan yang mempunyai kekuatan hukum untuk saling mengikat antara pemilik proyek atau yang mewakilinya dengan kontraktor sebagai pelaksana proyek. 1. Fixed Lump Sum Contract (kontrak dengan harga tetap) Fixed Lump Sum Contract yaitu suatu kontrak pengadaan barang / jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan tersebut dalam batas waktu tertentu dengan jumlah harga yang pasti dan tetap. Dengan demikian semua resiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian kontrak tersebut, sepenuhnya tanggung jawab pemborong. Sistem kontrak ini lebih tepat digunakan untuk pembelian barang dengan contoh yang jelas atau untuk jenis borongan yang perhitungan 12

24 volumenya untuk masing masing unsur / jenis pekerjaan sudah dapat diketahui dengan pasti berdasarkan gambar rencana dan spesifikasi teknisnya. Harga yang mengikat dalam kontrak sistem ini adalah total penawaran harga. Bila diperlukan daftar volume dan harga (bill of quantities) dapat dilampirkan dalam dokumen penawaran, tetapi tidak mengikat dalam kontak dan tidak dapat dijadikan dasar perhitungan untuk melakukan pembayaran. Tahap pembayaran dilakukan berdasarkan prestasi kerja yang kriterianya ditetapkan dalam kontrak yang bersangkutan. 2. Fixed Unit Price Contract (kontrak harga satuan) Fixed Unit Price Contract (kontrak harga satuan) adalah kontrak pengadaan barang / jasa borongan atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuan / unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, yang volume pekerjaannya masih bersifat perkiraan sementara, sedangkan pembayarannya akan didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar benar telah dilaksanakan oleh pemborong. Dengan demikian, pekerjaan tambah / kurang dimungkinkan berdasarkan hasil pengukuran bersama atas pekerjaan yang diperlukan. Pertimbangan untuk memilih kontrak dengan cara ini adalah karena untuk keakuratan pengukuran volume pekerjaan yang tinggi diperlukan survey dan penelitian yang sangat mendalam, detail, sampel yang banyak, dan waktu yang lama sehingga biayanya yang sangat besar padahal pengukurannya juga lebih mudah dalam pelaksanaan. Di pihak lain pekerjaan bersifat mendesak dan harus segera dilaksanakan, sehingga untuk pekerjaan yang sifat kondisinya seperti hal tersebut tidak tepat bila digunakan kontrak dengan sistem lump sum. 3. Sistem Turn Key Contract Sistem Turn Key Contract yaitu kontrak pengadaan barang / jasa pemborongan atas penyelesaian seluruh pekerjaan tersebut dalam batas waktu tertentu dengan jumlah harga tertentu sampai konstruksi barang dan jaringan utama maupun penunjangnya dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan criteria kinerja yang telah ditetapkan. Kontraktor melaksanakan seluruh jenis pekerjaan meliputi: survey lokasi, desain, 13

25 membuat / menyediakan mesin mesin, alat alat, mengangkut ke lokasi, memasang, mengawasi, mengadakan uji coba pengoperasian, pemberian pelatihan operasi dan pemeliharaannya. Sistem ini lebih tepat digunakan untuk membeli suatu barang atau industry jadi, yang hanya diperlukan sekali saja dan tidak mengutamakan kepentingan untuk alih teknologi selanjutnya. 4. Sistem Cost Plus fee Contract Sistem Cost Plus Fee Contract yaitu kontrak pengadaan barang / jasa borongan atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, dimana jenis jenis pekerjaan dan volumenya belum diketahui dengan pasti, sedangkan pembayarannya dilakukan berdasarkan pengeluaran yang meliputi pembelian bahan, sewa peralatan, upah pekerja dan lain lain ditambah fee yang telah disepakati oleh kedua belah pihak (misalnya 10% dari jumlah biaya) yang telah dikeluarkan oleh pemborong. Dalam sistem kontrak tersebut, pemilik pekerjaan benar benar hanya dan harus membayar sesuai bukti bukti yang dikeluarkan kontraktor untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan tersebut. 5. Kontrak Owner Builder Merupakan jenis kontrak yang pemiliknya sekaligus sebagai kontraktor, sehingga dapat mengerjakan proyeknya dengan kekuatan sendiri atau dengan mensubkan pekerjaan tertentu pada subkontraktor. 6. Kontrak Design and Building Pada kontrak jenis ini owner hanya menyampaikan gagasan spesifikasi dan luas lahan. Setelah itu kontraktor merancang dan mengerjakannya. Pada sistem ini perusahaan bertanggung jawab penuh baik desain ataupun konstruksinya. Pembayarannya dilakukan pada saat proyek sudah selesai dan owner hanya hanya tinggal menggunakan. Pada pelaksanaan proyek pembangunan tahap III (lanjutan) gedung bertingkat 10 (11 lantai) untuk parkir, sarana olah raga, dan kantor KBPA yang sedang dibangun ini, sistem kontrak yang digunakan adalah lumpsump fixed price. 14

26 2.3. Work Breakdown Structure Lingkup pekerjaan menginformasikan pekerjaan-pekerjaan yang harus dikerjakan pada gedung tersebut. Penjelasan lingkup sebagai bahan mengenai metode apa saja yang harus dibuat dan bahan pembuatan schedule pelaksanaan. Lingkup pekerjaan akan mempengaruhi metode pelaksanaan secara umum. Lingkup pekerjaan akan mempengaruhi besaran dari pekerjaan. Penataan site plan juga memperhatikan pekerjaan apa saja yang akan dikerjakan dalam rangka perencanaan lokasi material dan alat transportasinya. Di samping itu, pemahaman lingkup pekerjaan sangat mempengaruhi schedule pelaksanaan. Lingkup pekerjaan akan mempengaruhi tidak saja durasi pelaksanaan, tapi juga urutan pelaksanaan dari kondisi ketergantungan antar pekerjaan (keterkaitan antar kegiatan). Rincian lingkup pekerjaan ini disebut sebagai Work Break down structure (WBS). Lingkup pekerjaan dikelompokkan berdasarkan pengelompokan umum pekerjaan pelaksanaan gedung yang kemudian dapat di-breakdown lebih lanjut, yaitu : 1. Pekerjaan Persiapan 2. Pekerjaan struktur 3. Pekerjaan Arsitektur 4. Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal 5. Pekerjaan Landscape / pekerjaan luar Pekerjaan Persiapan Mobilisasi personil, peralatan dan material ke lokasi proyek akan diatur sesuai dengan rencana dalam jadwal waktu pelaksanaan yang disepakati dan metode pelaksanaan yang disetujui. Pada bagian awal akan didatangkan peralatan untuk pekerjaan pembersihan lapangan, pembuatan instalasi pekerjaan sementara dan pekerjaan struktur bawah (pondasi dan galian tanah). Selanjutnya pendatangan peralatan disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan dan peralatan yang tidak dipergunakan lagi akan dikeluarkan dari lapangan. Hal ini dibutuhkan untuk mengatur mobilitas alat di lapangan yang efisien. Bahan yang didatangkan juga disesuaikan dengan kebutuhan penggunaannya agar kerusakan bahan karena penyimpanan di lapangan yang terlalu lama dapat dihindari. Hal ini juga disebabkan karena terbatasnya lahan pekerjaan. Pada pekerjaan bangunan temporary facility seperti bangunan untuk keet kontraktor, los kerja, dan gudang, PT. PP (Persero), Tbk telah memiliki design khusus yang praktis. Di samping itu, pengaturan tata letak bangunan tersebut harus memperhatikan aspek kelancaran pekerjaan sehingga menjadi 15

27 efektif dan efisien. Foto dan gambar disain dari bangunan temporary facility tersebut disampaikan pada bagian Site Plan Pekerjaan Struktur Pekerjaan struktur gedung bertingkat merupakan pekerjaan yang memerlukan perencanaan metode pelaksanaan yang lebih detil. Pekerjaan ini menentukan lintasan kritis yang terjadi karena bentuknya yang bertingkat. Sehingga diperlukan perencanaan konsep metode, zoning dan arah pekerjaan yang tepat. Dalam bagian metode struktur akan disampaikan secara rinci mengenai konsep metode, zoning dan arah pekerjaan yang digunakan hingga sequence pekerjaannya. Pekerjaan struktur dapat dikelompokkan berdasarkan material, elemen strukturnya maupun posisinya terhadap elevasi tanah. Pengelompokan pekerjaan struktur berdasarkan materialnya adalah : 1. Pekerjaan Pembesian 2. Pekerjaan Pengecoran (beton) 3. Pekerjaan Bekisting Sedangkan berdasarkan elemen struktur yang dikerjakan, pekerjaan struktur dikelompokkan sebagai berikut: 1. Pekerjaan Pondasi 2. Pekerjaan Pile Cap, tie beam dan pelat lantai basement 3. Pekerjaan Kolom 4. Pekerjaan dinding penahan tanah 5. Pekerjaan dinding shearwall 6. Pekerjaan balok dan pelat lantai 7. Pekerjaan tangga 8. Pekerjaan ramp 9. Pekerjaan baja atap atau kanopi Pengelompokkan pekerjaan struktur berdasarkan posisinya terhadap elevasi tanah adalah : 1. Pekerjaan substructure 2. Pekerjaan upperstructure Di samping pekerjaan di atas, terdapat pula pekerjaan yang terkait langsung dengan pekerjaan struktur (sering disebut sebagai pekerjaan 16

28 siteworks), dikerjakan sebelum dan atau selama pekerjaan struktur dimulai yaitu: 1. Pekerjaan Dewatering (jika diperlukan) 2. Pekerjaan tanah 3. Pekerjaan dinding penahan tanah sementara (jika ada dan diperlukan) 4. Pekerjaan ground anchor (jika ada dan diperlukan) 5. Pekerjaan strutting (jika ada dan diperlukan) Metode pelaksanaan pekerjaan struktur terdiri atas banyak macam. Beberapa diantaranya adalah: 1. Metode konvensional 2. Metode precast 3. Metode Topdown 4. Metode Semi Top Down Pemilihan metode sangat tergantung atas kondisi proyek yang akan dikerjakan. Dapat dimungkinkan untuk melakukan kombinasi atas beberapa metode pelaksanaan pekerjaan struktur di atas dan selanjutnya akan dibahas di Bab IV Metode Konstruksi dan Peralatan. Banyaknya keterkaitan antara suatu pekerjaan struktur dengan pekerjaan struktur yang lain dan antara pekerjaan struktur dengan pekerjaan arsitektur maupun Mekanikal dan Elektrikal, menuntut perencanaan dan pelaksanaan yang baik. Suatu pekerjaan struktur tersebut harus dikerjakan berdasarkan urutan yang benar dan dihubungkan dengan pekerjaan struktur lain juga dengan benar. Setiap pekerjaan struktur dapat dibuat WBS berdasarkan elemen dan urutan pekerjaannya Pekerjaan Arsitektur / Finishing Pekerjaan Finishing gedung bertingkat, sangat penting sekali peranannya karena akan menunjukkan, atau mewakili kualitas tampilan dari gedung yang bersangkutan. Upaya melakukan pekerjaan finishing juga dipengaruhi oleh kualitas pekerjaan struktur. Pekerjaan finishing gedung bertingkat dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu pekerjaan finishing bagian dalam, dan pekerjaan finishing bagian luar bangunan. Pekerjaan finishing bagian dalam (interior), meliputi pekerjaanpekerjaan sebagai berikut: 1. Pekerjaan pasangan untuk dinding (Bata ringan, celcon, Hebel, dll) 17

29 2. Pekerjaan plesteran, aci, dan keramik dinding (finishing dinding) 3. Pekerjaan finishing lantai (keramik, marmer, granit, floor hardener, karpet, dll) 4. Pekerjaan plafond (gypsum, accoustic, kayu, exposed, dll) 5. Pekerjaan Kusen pintu kayu, pintu besi, pintu dan jendela aluminium 6. Pekerjaan Cat 7. Pekerjaan Railling (railling tangga, railling void, railling balkon, dll) 8. Pekerjaan cubicle (toilet) 9. Pekerjaan Sanitari 10. Pekerjaan aksesoris lain Pekerjaan finishing bagian luar umumnya hanya pada pekerjaan kulit luar, yaitu: 1. Pekerjaan dinding bagian luar (bata merah, celcon, Hebel, facade precast,dll) 2. Pekerjaan lapisan dinding bagian luar (Plester aci, marmer, granit, Keramik, Cat, dll) 3. Pekerjaan kulit luar seperti aluminium composit panel, curtain wall, GRC, dll Pada gedung bertingkat, pada prinsipnya pekerjaan arsitektur / finishing dapat dimulai apabila pekerjaan struktur telah selesai pada area tersebut. Hal ini berarti segala bekisting, perancah, serta potongan-potongan kayu sudah tidak ada pada lokasi dimana pekerjaan arsitektur akan dimulai. Namun, dengan mempertimbangkan kondisi-kondisi lain seperti ketersediaan lahan, disain perencanaan, dan kondisi lainnya, secara praktis pekerjaan ini dimulai pada saat gedung telah mengerjakan struktur beberapa lantai di atas ground floor (di atas basement) Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal Pekerjaan mekanikal dan elektrikal merupakan bagian pekerjaan proyek gedung bertingkat yang berhubungan dengan fasilitas gedung. Pekerjaan ini terbagi atas dua bagian utama yaitu pekerjaan mekanikal dan elektrikal. Beberapa pekerjaan yang merupakan bagian dari pekerjaan mekanikal dan elektrikal adalah sebagai berikut: 1. Pekerjaan Fire Alarm 18

30 2. Pekerjaan Instalasi telepon 3. Pekerjaan sound system 4. Pekerjaan CCTV 5. Pekerjaan Master Clock 6. Pekerjaan radio Komunikasi 7. Pekerjaan fire fighting 8. Pekerjaan AC central dan split 9. Pekerjaan instalasi air bersih 10. Pekerjaan instalasi air kotor 11. Pekerjaan sanitary 12. Instalasi listrik 13. Pekerjaan panel dan genset Pekerjaan mekanikal dan elektrikal merupakan pekerjaan yang memiliki keterkaitan yang tinggi dengan pekerjaan finishing. Hal yang paling umum terjadi adalah pada pekerjaan instalasi dan dengan pekerjaan plafond. Sehingga koordinasi kedua pekerjaan tersebut harus direncanakan dengan baik. Pekerjaan-pekerjaan mekanikal dan elektrikal tersebut di atas akan dijelaskan lebih detil pada bagian metode pelaksanaan pekerjaan mekanikal dan elektrikal 19

31 PEKERJAAN LANDSCAPE Pekerjaan landscape pada dasarnya merupakan pekerjaan finishing area halaman atau luar dari gedung. Pekerjaan ini terbagi dua kelompok yaitu pekerjaan hardscape dan softscape. Penjelasan lebih rinci mengenai pekerjaan ini dapat dilihat dalam detil metode pekerjaan landscape Organizational Breakdown Structure Organisasi proyek adalah suatu sistem hubungan kerjasama dari berbagai pihak yang terlibat pada suatu proyek pembangunan dalam mengatur pelaksanaan berbagai pekerjaan dalam rangka mencapai suatu hasil yang efektif dan efesien sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Dengan adanya organisasi proyek ini maka kegiatan masing masing pihak yang terlibat di dalam proyek tidak mengganggu/menghambat satu dengan yang lainnya. Masing masing pihak mempunyai tugas dan wewenang sesuai dengan jabatan atau kedudukannya yang harus dipertanggungjawabkan kepada pihak pihak yang terkait, dalam hal ini orang yang kedudukannya dalam organisasi berada di atasnya. Struktur organisasi proyek merupakan perwujudan dari suatu sistem organisasi dalam pelaksanaan suatu proyek pembangunan, atau dengan kata lain merupakan suatu kerangka penjabaran dari keseluruhan tugas dan tanggung jawab masing masing pihak yang terkait, sehingga jelas batasan wewenang dan tanggung jawabnya. Struktur organisasi terdiri dari beberapa unsur yang saling terkait dan berinteraksi satu dengan yang lainnya tanpa bisa terpisahkan rantai hubungan kegiatannya. Dengan adanya sistem organisasi yang baik dan struktur organisasi yang jelas, maka suatu pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik dan tujuan dari pelaksanaan proyek pembangunan tersebut pun dapat tercapai sesuai dengan persyaratan waktu, biaya dan mutu yang telah disepakati sebelumnya. Pada proyek pembangunan tahap III (lanjutan) gedung bertingkat 10 (11 lantai) untuk parkir, sarana olahraga, dan kantor KBPA ini, juga memiliki sistem organisasi dan struktur organisasi. Hal ini berguna untuk mendukung target dari pencapaian yang ingin dicapai, karena di dalam proyek ini melibatkan banyak instansi / badan hukum / perorangan yang masing masing memiliki tugas, tanggung jawab serta wewenang yang berbeda beda. Adanya sistem organisasi dan struktur organisasi yang baik dan jelas pada proyek ini diharapkan dapat mengakomodasikan seluruh tugas, tanggung jawab dan 20

32 wewenang masing masing pihak yang terlibat, sehingga pelaksanaan proyek dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan berdasarkan perencanaan yang telah dilakukan Stakeholder Adapun unsur unsur yang terlibat di dalam proyek pembangunan tahap III (lanjutan) gedung bertingkat 10 (11 lantai) untuk parkir, sarana olahraga, dan kantor KBPA ini, antara lain: 1. Owner (Pemberi Tugas) Pemberi tugas (owner) adalah pihak yan mempunyai dana dan ingin mendirikan suatu bangunan dengan menggunakan dana yang dimiliknya tersebut. Adapaun pelaksanaan dari tujuan tersebut dapat dilakukan sendiri atau dapat meminta pihak lain untuk melaksanakannya sesuai dengan diinginkan dengan pertimbangan tertentu. Pemberi tugas dapat berupa perseorangan, badan, instansi, maupun lembaga baik pemerintah maupun swasta. Pada proyek pembangunan tahap III (lanjutan) gedung bertingkat 10 (11 lantai) untuk parkir, sarana olahraga, dan kantor KBPA ini, yang bertindak selaku pemberi tugas (owner) adalah Kejaksaan Agung RI. Tugas dan wewenang dari pemberi tugas (owner), meliputi: Menyediakan dana pembangunan proyek Mengadakan pembebasan tanah Mengusahakan izin yang diperlukan untuk pembangunan proyek konstruksi tersebut (IMB) Mengadakan pembayaran atas pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan sesuai dengan kontrak Melakukan pemilihan konsultan dan kontraktor dengan pelelangan maupun penunjukan langsung serta mengadakan perjanjian dengan mereka (kontrak) Menyetujui dan menolak perubahan pekerjaan (tambahan / pengurangan pekerjaan) Memberikan keputusan dan instruksi yang berkaitan pada perubahan pekerjaan, waktu, dan biaya. 21

33 Menghadiri rapat rapat dengan pelaksana proyek untuk dapat memantau perkembangan proyek. Menghadiri rapat rapat dengan pelaksana proyek untuk dapat memantau perkembangan proyek 2. Konsultan MK (Manajemen Konstruksi) Konsultan manajemen konstruksi adalah pihak yang diberi kepercayaan oleh pemberi tugas (owner) untuk mengelola serta mengawasi proses pelaksanaan pembangunan dari awal sampai dengan akhir pelaksanaan pekerjaan pembangunan. Dengan kata lain, konsultan manajemen konstruksi mewakili atau bertindak sebagai koordinator atas nama pemberi tugas (owner) dalam mengelola pelaksanaan pembangunan dan bertanggung jawab atas hasil pelaksanaan pekerjaan kepada pemberi tugas (owner). Pada proyek pembangunan tahap III (lanjutan) gedung bertingkat 10 (11 lantai) untuk parkir, sarana olahraga, dan kantor KBPA ini, yang bertindak selaku konsultan manajemen konstruksi adalah PT. Pancatrimas Arterindo. Tugas dan wewenang dari konsultan manajemen konstruksi, meliputi: Melakukan pengewasan secara berkala terhadap pelaksanaan pekerjaan kontraktor di lapangan terutama standar mutu (kesesuaian dengan spesifikasi tekni, rencana kerja dan syarat syarat (RKS) seperti digariskan sebelumnya). Melakukan proses pengawasan dan member penilaian terhadap laju pelaksanaan dan tingkat perkembangan pekerjaan kontraktor di lapangan serta ketepatannya dengan jadwal rencanan penyelesaian. Melakukan proses pengawasan produktivitas terhadap aspek waktu dan biaya proyek, termasuk juga dampak yang ditimbulkan. Melakukan pengawasan dan membuat persetujuan terhadap kemungkinan adanya revisi, perubahan, dan penyesuaian hasil perencanaan baik karena pertimbangan tertentu maupun atas permintaan owner demi hasil pelaksanaan pekerjaan yang lebih baik. 22

34 Melakukan proses penelitian dan pemeriksaan terhadap hasil-hasil pelaksanaan pekerjaan yang telah diselesaikan kontraktor di lapangan, baik dari segi waktu, mutu, dan biaya. Memberikan peringatan dan pengarahan kepada kontraktor jika terdapat penyimpangan teknis, rencana kerja, dan syarat-syarat (RKS) dalam proses pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Meminta penjelasan kepada kontraktor sehubungan rencana pekerjaan ataupun hasil-hasilnya demi kepastian pelaksanaan proyek. Menilai dan mensyahkan surat-surat berita acara laju pelaksanaan dan perkembangan (kemajuan) pekerjaan, berita acara penyerahan pekerjaan. 3. Konsultan Perencana Konsultan perencana adalah pihak yang bergerak dalam bidang jasa, yang memiliki kemampuan untuk merancang, merencanakan atau memberikan konsultasi kepada pemilik bangunan sehingga tercipta suatu rancangan yang sesuai dengan keinginan pemilik. Konsultan perencana dapat berupa perseorangan atau perseroan yang berbadan hukum. Pada proyek pembangunan tahap III (lanjutan) gedung bertingkat 10 (11 lantai) untuk parkir, sarana olahraga, dan kantor KBPA ini, yang bertindak selaku konsultan perencana adalah PT. Adhika Karsa Pratama. Konsultan perencana ini dibagi menjadi konsultan arsitektur dan konsultan struktur. Tugas dan wewenang dari konsultan arsitektur : Membuat rancangan yang disesuaikan dengan kebutuhan dari owner. Memberikan konsultasi dan pertimbangan kepada owner mengenai rancangan yang akan dibuat. Membuat gambar rancangan yang telah disepakati dengan sedetail mungki. Sedangkan tugas dan wewenang dari konsultan struktur yaitu: Memberikan konsultasi kepada konsultan arsitektur saat perencanaan mengenai kekuatan konstruksi yang mungkin dapat diterapkan. Memberikan masukan dan usulan mengenai konstruksi pendukung bangunan (pondasi) terhadap kondisi tanah setempat. 23

35 Membuat revisi atas perencanaan sebelumnya jika ada yang tidak sesuai dengan kondisi di lapangan. Memberikan usulan, saran, dan pertimbangan kepada pemberi tugas maupun pelaksana proyek tentang pelaksanaan pekerjaan. Menghadiri rapat-rapat teknis dan koordinasi agar bila ada perubahanperubahan bisa cepat diketahui dan diantisipasi. 4. Kontraktor Kontraktor adalah pihak yang menerima pekerjaan bangunan menurut biaya yang telah disepakati dan melaksanakannya sesuai dengan peraturan dan syarat-syarat serta gambar-gambar rencana yang telah ditetapkan. Kontraktor berupa perseroan yang berbadan hukum atau badan hukum yang bergerak dalam bidang pelaksanaan pekerjaan bangunan. Dalam pelaksanaan proyek pembangunan tahap III (lanjutan) gedung bertingkat 10 (11 lantai) untuk parkir, sarana olahraga, dan kantor KBPA ini, yang bertindak selaku kontraktor adalah PT. Pembangunan Perumahan (Persero). Tugas dan wewenang dari kontraktor meliputi: Menyiapkan sumber daya manusia dari tenaga ahli sampai dengan mandor-mandor dan pekerja-pekerja dalam berbagai bidang pekerjaan. Mempelajari gambar kerja dengan seksama dan melaporkan kepada pengawas setiap ada perubahan. Menyediakan alat-alat yang dipergunakan, memperbaikinya apabila rusak dan jika pekerjaan telah selesai wajib menyingkirkan alat-alat tersebut dan membersihkan bekas-bekasnya. Menyusun dan memperhitungkan keperluan dana untuk membiayai pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan. Memperhitungkan syarat dan ketentuan dalam kontrak tentang bentuk, volume, mutu, dimensi dan lain-lainnya dari bagian-bagian pekerjaan. Memilih dan menetapkan metode pelaksanaan konstruksi (MPK) yang akan dipakai. Menyiapkan cash flow untuk pembiayaan pelaksanaan pekerjaan dan rencana-rencana pendanaan (funding plan) serta sistem pengendalian internal, baik bagiaspek keuangan maupun bagi operasional pengendalian waktu dan mutu. Membuat laporan harian, mingguan, dan bulanan. 24

36 Struktur Organisasi Proyek Gambar Struktur Organisasi Proyek Penjelasan masing-masing bagian struktur organisasi serta tugas dan tanggung jawab masing-masing divisi akan diberikan pada Bab X mengenai Manajemen Sumber Daya Manusia 25

37 BAB III PERENCANAAN DAN MANAJEMEN LOKASI KERJA (SITE PLAN MANAGEMENT) 3.1. PENDAHULUAN Sebelum pelaksanaan pekerjaan pokok suatu pekerjaan konstruksi, pekerjaan yang pertama harus dilakukan adalah pekerjaan persiapan. Pekerjaan persiapan ini, baik untuk proyek-proyek pembangunan gedung bertingkat, proyek pembangunan airport, jembatan, jalan, pelabuhan, dermaga maupun proyek lainnya, secara umum tidak banyak berbeda. Besar kecilnya, mudah atau sulitnya tergantung pada masingmasing proyek yang akan dikerjakan. Pekerjaan persiapan harus direncanakan sebelum masa pelaksanaan suatu proyek konstruksi dan pada saat tender. Perencanaannya dibuat sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh suatu hasil perencanaan yang efisien, namun bisa mencakup segala pekerjaan yang diperlukan untuk pelaksanaan proyek tersebut. Adapun pekerjaan persiapan yang harus dilakukan dalam pelaksanaan proyek konstruksi, antara lain: 1. Perencanaan site plan 2. Perhitungan kebutuhan Sumber daya (listrik dan air) 3. Pembuatan shop drawing 4. Pengadaan material untuk pekerjaan persiapan 5. Mobilisasi peralatan 6. Pelaksanaan di lapangan 3.2. PERENCANAAN SITE PLAN Perencanaan site plan pada prinsipnya adalah perencanaan tata letak atau lay out dari fasilitas-fasilitas yang diperlukan selama pelaksanaan proyek. Fasilitasfasilitas yang dimaksud antara lain: 1. Kantor proyek / direksi keet 2. Gudang material dan peralatan 3. Base camp staf proyek dan barak pekerja 4. Los kerja besi dan kayu 5. Pagar proyek dan pintu gerbang 6. Jalan kerja 7. Penempatan alat berat, Tower Crane dan lift bahan 26

38 8. Lokasi pembuatan komponen precast (jika ada) 9. Cleaning pit 10. Pos jaga 11. Toilet 12. Parkir 13. Instalasi air bersih 14. Instalasi air kotor 15. Instalasi Listrik Dalam membuat lay out untuk pekerjaan persiapan ini, perlu diperhitungkan secara cermat penempatan masing-masing fasilitas dan sarana yang diperlukan untuk pelaksanaan proyek. Dengan memperhatikan kondisi lapangan yang ada dan disesuaikan dengan disain lay out proyek yang akan dikerjakan, penempatan fasilitas dan sarana proyek nantinya akan dapat berfungsi secara optimal sesuai perencanaan. Namun demikian yang tetap harus dipertimbangkan adalah bahwa seluruh fasilitas dan sarana proyek yang dibangun untuk pekerjaan persiapan tersebut adalah bersifat sementara dan nantinya dibongkar setelah pelaksanaan proyek selesai dan dikembalikan ke gudang peralatan kontraktor. Adapun kondisi lahan terhadap tapak gedung yang akan dibangun disajikan pada gambar site plan Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan lay out fasilitas dan sarana yang diperlukan untuk pelaksanaan suatu proyek antara lain: 1. Menempatkan semua fasilitas proyek di luar dari bagian denah proyek yang akan dikerjakan sedemikian rupa agar tidak mengganggu pelaksanaan proyek. Kecuali jika lahan terlalu sempit dan atau telah tersedia lahan area gedung (biasanya struktur basement) untuk dapat ditempati. 2. Menempatkan material bangunan, seperti: besi beton, kayu, panel beton dan lainnya, harus dipisahkan sesuai dengan jenis dan ukurannya, sehingga memudahkan penyimpanan dan pengambilannya. 3. Menempatkan material-material yang harus terlindung dari cuaca, seperti: semen maupun material finishing lainnya dalam gudang tertutup. 4. Menempatkan alat-alat berat seperti tower crane pada posisi strategis, agar dapat menjangkau seluruh area kerja yang diperlukan dengan tetap memperhatikan aspek kemudahan erection dan dismantling. Di 27

39 samping itu perlu juga untuk memperhatikan area lingkungan sekitar yang terlewati oleh jib TC. 5. Merencanakan jalur jalan kerja dan arus lalu lintasnya secara benar agar tidak menimbulkan stagnasi lalu lintas, baik lalu lintas material maupun manuver alat-alat berat. 6. Menempatkan los kerja tidak jauh dari penumpukan material. 7. Menempatkan pos jaga yang tepat sehingga memudahkan mengawasi seluruh kegiatan proyek. 8. Merencanakan pagar proyek yang rapi dan memperhitungkan estetika, namun tetap efisien. 9. Menempatkan barak pekerja dan base camp staf proyek yang tidak jauh dari lokasi proyek. Berdasarkan kondisi site yang akan terjadi karena penyelesaian tahap pekerjaan, maka site plan dapat dibuat dalam beberapa kondisi yaitu: 1. Kondisi pekerjaan substructure (struktur bawah) 2. Kondisi pekerjaan upperstructure 3. Kondisi pekerjaan finishing Perencanaan site plan yang baik apabila perubahan site plan atas perubahan kondisi site tidak terlalu banyak dan efisien. Pada saat kerja praktek, site plan proyek sedang berada pada fase kondisi pekerjaan upperstructure Gambar Site Plan 28

40 Kantor Proyek / Direksi Keet Kantor proyek / direksi keet dibangun sebagai tempat bekerja bagi para staf baik staf dari kontraktor, pengawas maupun pemilik proyek di lapangan yang dilengkapi dengan ruangan-ruangan kerja staf, ruang rapat, ruang pimpinan, musholla, dan toilet. Besar kecilnya kantor proyek ini tergantung pada jenis proyek maupun jumlah staf yang bekerja. Kantor konsultan dan kontraktor menggunakan keet standar dari PT. PP (Persero), Tbk yang dapat berupa container, Keet rakitan dari baja, maupun temporary office yang berada di dalam basement. Hal tersebut tergantung dari ketersediaan lahan. Secara prinsip terdapat tiga kondisi yang umum dijumpai yaitu pada saat pekerjaan substucture, upperstructure dan finishing / landscape. Ketiga kondisi tadi membuat kondisi lahan yang juga berbeda. Sehingga diperlukan perencanaan terhadap ketiga kondisi tersebut dengan tetap memperhatikan aspek-aspek penting lainnya seperti efisien dan efektifitas. Adapun lokasi kantor proyek dapat dilihat pada gambar site plan dan detil dari desain kantor dan contoh foto pelaksanaan dapat dilihat pada gambar dibawah. Gambar Kantor kontraktor dan konsultan 29

41 Gambar Denah lantai kantor Gambar Kantor tampak depan Gudang Material dan Peralatan Bahan-bahan yang harus terlindungi dari pengaruh cuaca seperti semen dan material finishing lainnya harus disimpan dalam tempat tertutup. Untuk itu, diperlukan tempat penyimpanan yang disebut gudang. Sebagai tempat penyimpanan material, gudang harus memenuhi berbagai persyaratan. Kondisinya harus dijaga agar tetap kering dan tidak lembab. 30

42 Gudang peralatan berfungsi sebagai tempat penyimpanan alat-alat ringan, seperti : vibrator, mesin genset portable, alat-alat pengukuran, alat-alat pekerjaan finishing serta berbagai komponen peralatan lainnya. Konstruksi gudang penyimpanan material dan peralatan dibangun seperti bangunan kantor proyek. Yakni dirancang dengan sistem rakitan sehingga dapat digunakan berulang kali. Gudang material dibuat dengan standar PT. PP (Persero), Tbk, terbuat dari rangka baja yang mudah dipasang dan dibongkar dengan cover terbuat dari plywood dan material seng Base camp staf proyek dan barak pekerja Base camp proyek sering digunakan apabila proyek berada di luar kota. Tempat ini untuk menampung tim proyek sebagai tempat tinggal. Barak pekerja merupakan bangunan tempat tinggal para pekerja. Barak pekerja ini dirancang dapat menggunakan sistem rakitan atau dengan rangka kayu, menyesuaikan kondisi yang ada. Lokasi barak pekerja dapat berada di dalam lokasi proyek maupun di luar, tergantung ketersediaan lahan, aspek keamanan atau permintaan pihak tertentu. Apabila tidak berada di lokasi proyek, maka barak pekerja harus berada sedekat mungkin dengan lokasi proyek untuk memudahkan pengawasan dan kelancaran proyek Los kerja besi dan kayu Fasilitas ini dibangun untuk pekerjaan besi dan kayu. Los kerja besi merupakan tempat pemotongan maupun pembengkokan besi beton sesuai gambar kerja (shop drawing) yang ada. Los kerja kayu digunakan sebagai tempat pembuatan bekisting dan pekerjaan kayu lainnya. Bangunan untuk fasilitas ini biasanya dibuat lepas tanpa dinding (los) dan diberi penutup atap, agar para pekerja dapat bekerja dengan nyaman. Los kerja ini ditempatkan sedekat mungkin dengan lokasi stok material dan direncanakan dalam satu flow fabrikasi besi maupun kayu yang dianggap paling efektif dan efisien dari aspek luas area yang dibutuhkan dan yang tersedia serta dari aspek efisiensi waktu fabrikasi dan perpindahan material besi dan kayu. 31

43 Los kerja untuk fabrikasi kayu adalah los kerja standar dari PT. PP (Persero), Tbk yang terbuat dari rangka baja yang mudah dipasang dan dibongkar dengan atap terbuat dari material seng. Adapun lokasi los kerja besi dan kayu pada pelaksanaan proyek ini dapat dilihat pada gambar siteplan dan detil dari disain los kerja besi dan kayu dapat dilihat dalam gambar dibawah. Gambar Foto area fabrikasi los kerja kayu dan besi pada lantai basement Pagar Proyek dan Pintu Gerbang Pembuatan pagar proyek dalam suatu pelaksanaan proyek konstruksi merupakan suatu keharusan. Hal tersebut, untuk menjamin keamanan kerja dalam lingkungan proyek. Karena fungsinya sebagai pengaman, maka pagar dibuat kokoh dan tidak mudah roboh. Di samping itu, untuk keserasian dengan lingkungan sekitarnya, maka pagar proyek harus dicat dan diberi dekorasi secukupnya, sehingga terlihat lebih asri. Konstruksi pagar proyek dibuat dengan menggunakan dinding seng dan didukung oleh tiang-tiang besi atau kayu dan diikat dengan baut pengikat pada jarak tertentu. Sehingga, konstruksinya kuat sebagai pengaman proyek yang sedang dikerjakan. Pagar proyek ini ditempatkan pada sisi yang membutuhkan. Apabila dalam suatu proyek telah ada bangunan existing yang dianggap dapat berfungsi sebagai pagar proyek dimana dinilai cukup kuat, maka pada area sisi tersebut tidak perlu dipasang pagar proyek. Pada kondisi tertentu saat site survey, pihak 32

44 pemilik sudah memasang pagar proyek. Pada kondisi ini maka pagar proyek oleh kontraktor sudah tidak perlu dipasang lagi, kecuali apabila ditemukan beberapa bagian dari pagar existing yang dianggap rusak dan perlu diganti. Pintu gerbang terbuat dari pintu dengan standar dari PT. PP (Persero), Tbk. Gerbang terbuat dari rangka baja yang dengan mudah dipasang dan dibongkar, dengan cover dari material logam dengan penampilan standar dari PT. PP (Persero), Tbk. Gambar Foto gerbang masuk proyek Gambar Foto pagar proyek 33

45 Jalan Kerja Jalan kerja di lingkungan proyek, dibuat untuk jalur lalu-lintas kendaraan proyek, baik untuk truk material, truk mixer maupun mobilisasi alatalat berat seperti mobile crane, tower crane, lift barang, dan lainnya. Membuat jalan kerja ini, harus kuat walaupun bersifat sementara. Oleh karena itu, jalan kerja dibuat dengan suatu perkerasan berupa sirtu, aspal maupun beton dengan mutu minimal K-250 tanpa tulangan. Pemilihan design dari jalan kerja ini berdasarkan kondisi jalur jalan kerja. Apabila kondisi tanah permukaan cukup keras maka perkerasan tidak perlu dilakukan. Khusus untuk perkerasan jalan kerja berupa beton bertulang, maka metode pelaksanaan dapat dibuat dengan konvensional maupun precast. Pada kondisi tidak akses sama sekali, maka jalan kerja dibuat dengan melintasi area struktur, biasanya pada struktur pelat lantai ground floor. Pada kondisi ini, dilakukan perhitungan-perhitungan untuk memastikan kemampuan struktur pelat lantai atas beban lalu lintas yang akan ada. Umumnya dilakukan perkuatan dengan memasang pipe support pada struktur pelat dan balok pada lokasi yang akan dijadikan jalur jalan kerja Penempatan Alat Berat TC, PH, lift barang dan alat ringan lainnya. Pada proyek-proyek konstruksi gedung bertingkat tinggi atau gedung bertingkat rendah dengan denah yang luas, diperlukan alat-alat berat untuk transportasi material, terutama untuk arah vertikal. Untuk sistem transportasi vertikal ini, tower crane dan lift barang marupakan alat transportasi yang sering digunakan pada proyek pembangunan gedung bertingkat. Tower crane diperlukan terutama sebagai pengangkut vertikal bahanbahan untuk pekerjaan struktur, seperti besi beton, bekisting, beton cor, dan material lainnya. Penempatan tower crane, harus direncanakan bisa menjangkau seluruh areal proyek konstruksi bangunan yang akan dikerjakan dengan manuver yang aman tanpa terhalang. Penggunaan tower crane tersebut, juga harus memperhitungkan beban maksimum yang mampu diangkatnya. Pada kondisi tertentu, penggunaan tower crane tidak dimungkinkan, maka digunakan mobile crane. Dapat pula digunakan kombinasi keduanya apabila diperlukan. Konstruksi tower crane yang perlu direncanakan dengan cermat adalah pondasi dan penempatan bracing sebagai pengaku pada saat bangunan telah 34

46 mencapai ketinggian tertentu. Pondasi tower crane berupa pondasi beton plat setempat dengan bored pile atau tiang pancang. Pondasi tower crane pada posisi tower crane di dalam gedung, memanfaatkan pondasi gedung yang akan dibangun. Sedangkan bracing menggunakan material baja yang diangkurkan ke struktur bangunan yang sudah jadi pada elemen struktur kolom maupun balok dan plat lantai. Sementara itu, lift barang atau passanger lift merupakan alat transportasi vertikal untuk pengangkutan material pekerjaan finishing maupun tenaga kerja proyek. Konstruksi lift bahan dan penumpang ini, dibuat seperti pada tower crane yang meliputi pondasi struktur rangka untuk rail lift, diperkuat dengan bracing yang diangkur pada struktur bangunan yang sudah jadi. Penggunaan alat-alat ringan seperti compressor, alat pengukuran, scaffolding, pompa air dan lain-lain menyesuaikan kebutuhan proyek. Gambar Foto theodolith Gambar Foto compressor 35

47 Gambar Foto Tower Crane Gambar Foto Mobil Mixer Gambar Foto Bekisting Sateko 36

48 Pos Jaga Untuk pengawasan area proyek terhadap aspek keamanan, diperlukan pos keamanan. Semua pekerja yang akan masuk dan keluar harus melewati pos keamanan untuk diperiksa. Begitu juga dengan keluar masuk barang, harus melapor ke pos keamanan untuk dilakukan pencatatan. Pos keamanan juga harus mendata setiap tamu yang akan masuk dan keluar proyek. Pos keamanan dibuat dengan elevasi lebih tinggi dari vincity untuk pengamatan yang luas dan lebih baik. Gambar Pos jaga keamanan Toilet Sebagai fasilitas sanitasi yang harus ada pada proyek diperlukan toilet. Toilet dibedakan disain dan lokasinya berdasarkan peruntukannya. Toilet untuk karyawan dan konsultan didisain berbeda dengan untuk pekerja. Toilet untuk karyawan dan konsultan ini ditempatkan sedekat mungkin dengan kantor. Sedangkan toilet untuk pekerja diletakkan berada di lokasi pekerjaan yang sedang berlangsung. Toilet dibuat dengan finishing keramik dan kloset dengan kualitas bagus. Tersedia juga bak air. 37

49 Gambar Toilet direksi Area Parkir Untuk melindungi kendaraan karyawan dan tamu dari cuaca serta untuk kerapian dan kenyamanan, maka dibuat areal parkir pada lokasi proyek. Area parkir sebisa mungkin ditempatkan pada area yang teduh dengan tanah yang diberi perkerasan. Area parkir diatur sedemikian rupa agar terlihat rapi dimana kendaraan tersusun dengan baik. Area parkir dengan kapasitas cukup dan dapat melindungi kendaraan dari hujan dan cuaca panas. Pada kondisi tertentu, area parkir tidak dilengkapi dengan pelindung namun tetap tersusun rapi. Area parkir sebisa mungkin dipisahkan antara parkir kendaraan roda dua dengan parkir kendaraan roda empat. Pada kondisi tertentu pula dimana lokasi proyek sangat sempit, area parkir ditempatkan di luar area proyek seperti di halaman dekat lokasi proyek, di jalan sebelah proyek dengan ijin pihak terkait atau yang lainnya. Disain dan foto area parkir dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar Tempat parkir dilihat dari atas 38

50 Instalasi Air Bersih Pada pelaksanaan proyek diperlukan air bersih untuk beberapa kebutuhan seperti air curing beton, perawatan beton sample test, pembersihan ban mobil, pekerjaan finishing, dan lain-lain. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan instalasi air bersih. Instalasi air bersih dapat berupa susunan tanki air, instalasi pipa dan pompa. Air bersih dapat berasal dari air tanah atau PDAM. Instalasi air bersih didisain sedemikian rupa sehingga rapi, efisien,dan tidak mengganggu aktifitas kegiatan proyek Instalasi Air Kotor Pada pelaksanaan proyek sering terdapat air kotor atau air sisa atau air buangan seperti contoh air sisa curing, air sisa pekerjaan bored pile, air dari toilet, dan lain-lain. Adanya air buangan atau air kotor tersebut membutuhkan suatu instalasi air kotor di dalam proyek yang nantinya dialiri di saluran air kota dengan syarat mutu air buangan baku tertentu yang sesuai persyaratan pemerintah setempat. Instalasi air kotor berupa pipa pembuangan, saluran pengendap atau penyaring dan saluran drainase yang menuju saluran kota. Drainase dibuat dengan saluran temporary dengan kemiringan dan debit untuk mengalirkan aliran permukaan ke drainase kota. Disain instalasi air kotor diusahakan tidak menggangu aktifitas proyek, terliaht rapi dan efisien Instalasi Listrik dan penerangan Suatu proyek membutuhkan energi listrik dalam jumlah yang cukup besar. Kebutuhan tersebut terutama untuk menjalankan peralatan seperti tower crane, passanger hoist, lampu penerangan, dan lain-lain. Agar proses tersebut berjalan lancar maka dibutuhkan instalasi listrik dan penerangan yang memadai. Sumber listrik berasal dari PLN dan didistribusikan ke lokasi proyek dan kantor. Instalasi listrik didisain sedemikian rupa sehingga terlihat rapi, efisien, tidak membayakan, dan tidak menggangu aktifitas kegiatan proyek. 39

51 Traffic Management Adanya aktifitas masuk dan keluar proyek berupa terutama material, memerlukan pengaturan khusus. Pengaturan tersebut dapat berupa penentuan pintu masuk dan pintu keluar, area manuver, area loading dan unloading material, area antrian, dan aturan-aturan lain. Pengaturan lalu-lintas tersebut disebut traffic management. Traffic management sangat terkait dengan lalu lintas yang ada di luar proyek dan lalu lintas yang diperkirakan terjadi di dalam proyek. Jumlah dan kondisi akses serta rute jalan kerja saling menentukan dalam perencanaan lalulintas di dalam proyek. Pada lokasi proyek yang cukup luas, traffic management hanya fokus pada pengendalian lalu lintas sekitar proyek. Namun, apabila lokasi proyek sempit, maka pengaturan lalu lintas di dalam proyek menjadi lebih penting untuk diperhatikan. Pada proyek ini, lokasi lahan proyek sangat sempit. Sehingga traffic manajemen menjadi cukup penting. Pada gambar site plan ditunjukkan disain traffic manajemen untuk proyek ini. 40

52 BAB IV METODE KONSTRUKSI DAN PERALATAN 4.1. PENDAHULUAN Metode konstruksi proyek adalah bagian yang sangat penting dalam proyek konstruksi untuk mendapatkan tujuan dari proyek, yaitu biaya, kualitas dan waktu. Aspek teknologi, sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi. Umumnya, aplikasi teknologi ini banyak diterapkan dalam metode-metode pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat, dan aman, sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi. Sehingga target waktu, biaya dan mutu sebagaimana ditetapkan akan dapat tercapai. Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, adakalanya juga diperlukan suatu metode terobosan untuk menyelesaikan pekerjaan di lapangan. Khususnya pada saat menghadapi kendala-kendala yang diakibatkan oleh kondisi lapangan yang tidak sesuai dengan dugaan sebelumnya. Untuk itu, penerapan metode pelaksanaan konstruksi yang sesuai kondisi lapangan, akan sangat membantu dalam penyelesaian proyek konstruksi bersangkutan. Penerapan metode pelaksanaan konstruksi, selain terkait erat dengan kondisi lapangan di mana suatu proyek konstruksi dikerjakan, juga tergantung jenis proyek yang dikerjakan. Metode pelaksanaan pekerjaan untuk bangunan gedung berbeda dengan metode pekerjaan bangunan irigasi, bangunan pembangkit listrik, konstruksi dermaga maupun konstruksi jalan dan jembatan. Semua tahapan pekerjaan gedung mempunyai metode pelaksanaan yang disesuaikan dengan disain dari konsultan perencana. Hal yang berpengaruh dalam metode pelaksanaan gedung adalah : 1. Kondisi dari lokasi proyek 2. Volume pekerjaan 3. Keadaan sekitar dari lokasi proyek 4. Keadaan jalan akses untuk material dan peralatan 5. Ketersediaan alat 6. Tingkat kualitas yang dibutuhkan 7. Jadwal pelaksanaan (schedule) 8. Ketersediaan dari teknologi konstruksi dan sember daya 41

53 Perencanaan metode pelaksanaan suatu item pekerjaan akan mengikuti jadwal waktu yang disediakan untuk item pekerjaan tersebut. Dari perencanaan metode ini akan diperoleh data kebutuhan alat yang diperlukan, jenis dan volume bahan yang akan dibutuhkan, teknis dan urutan pelaksanaan pekerjaan serta pola pengendalian mutu yang harus diterapkan. Apabila waktu pelaksanaan yang tersedia tidak mencukupi dalam pelaksanaan gedung tersebut, maka berdasarkan kemampuan sumber daya yang ada pada daerah tertentu dibuat schedule pelaksanaan yang realistis yang telah memperhitungkan segala kemungkinan dalam pelaksanaan gedung DATA TEKNIS UMUM Data teknis umum berisi data-data teknis prinsip yang mempengaruhi pemilihan metode pelaksanaan seperti kondisi tanah, elevasi muka air tanah, elevasi tanah existing, keberadaan basement, jumlah lantai basement, jumlah lantai di atas basement, sistem struktur, adanya sistem dinding penahan tanah, dan lain-lain. Data-data teknis umum dari proyek ini, disampaikan dalam tabel berikut ini: Parameter Keterangan Elevasi tanah eksisting Elevasi lantai paling bawah Elevasi Muka air tanah Elevasi dasar pondasi Elevasi dasar pile cap / mass concrete Jumlah lantai basement (rencana) 2 lantai Jumlah lantai gedung di atas 8 Lantai basement (rencana) Tinggi gedung rencana Kondisi tanah Tanah keras mencapai kedalaman - 27 m Sistem struktur Konvensional Tabel Data-data teknis umum Berdasarkan data tersebut di atas, dibuat suatu gambar prinsip mengenai potongan yang terjadi. Gambat tersebut akan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai situasi dan kondisi gedung terhadap tanah dan air yang sering menjadi pertimbangan khusus dalam menentukan metode pelaksanaan. 42

54 4.3. SPESIFIKASI TEKNIS Pada bagian ini berisi resume spesifikasi teknis yang mempengaruhi metode pelaksanaan gedung. Adapun data-data mengenai resume spesifikasi teknis pada proyek ini disampaikan dalam tabel sebagai berikut: Parameter A. Persiapan Luas kantor pengawas dan owner Perlengkapan kantor pengawas, konsultan dan owner Perlengkapan Safety pengawas, konsultan dan owner Resume Spesifikasi Container Uk. 3x12 Meja, Kursi, Komputer, ATK Helm, Sepatu Safety, Safety Belt, Jas Hujan, Kaos Tangan, Masker B. Struktur Mutu beton Bore Pile : f c 20 Kandungan fly ash maksimum - Umur bongkar bekisting balok dan pelat Umur bongkar bekisting kolom dan dinding Mutu besi beton Syarat mass concrete - Mutu bekisting - C. Arsitektur - D. M/E Pekerjaan Mekanikal - Pekerjaan Elektrikal - E. Landscape Tanaman / Pohon - F. Standart Test Material Mutu beton Uji Tekan Mutu besi beton Uji Tarik Urugan tanah PEMBUATAN SHOP DRAWING Tabel Resume Spesifikasi Teknis 21 hari 7 hari BJTD 40 untuk D 10 mm BJTP 24 untuk Ø < 10 mm Shop drawing atau gambar kerja, merupakan acuan bagi pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Dengan adanya gambar kerja, maka pekerjaan lapangan menjadi mudah dilaksanakan dan terkendali secara teknis, baik dari segi waktu maupun mutu kerja. Gambar kerja, harus disiapkan dalam tahap awal proyek dan mendapatkan pengesahan dari pihak pengawas atau konsultan perencana, sebelum dilaksanakan di lapangan. Shop drawing disiapkan oleh bagian Engineering berpedoman pada disain bangunan dari konsultan pada gambar for construction drawing. 43

55 4.5. Peralatan Setiap kegiatan konstruksi membutuhkan alat-alat tertentu yang sesuai dengan kebutuhan untuk mendukung kegiatan di dalamnya. Alat-alat yang digunakan bisa berupa alat berat, alat bantu, ataupun alat pendukung Alat Berat Alat berat yang digunakan dalam proyek pembangunan tahap III (lanjutan) gedung bertingkat 10 (11 lantai) untuk parkir, sarana olah raga, dan kantor KBPA antara lain yaitu: 1. Truck Mixer Truck Mixer adalah alat pengangkut beton dari tempat pembuatannya (Batching Plant) ke lokasi proyek. Truk ini terus mengaduk dan selama proses pengangkutan, molen Truck Mixer harus selalu dalam keadaan berputar sesuai dengan arah jarum jam dalam perjalanannya agar pasta beton yang ada di dalamnya tidak mengeras. Saat hendak mengeluarkan adukan maka putarannya akan berubah menjadi berlawanan dengan arah jarum jam. Truk yang digunakan berkapasitas maksimum 7 m 3. Truck Mixer dilengkapi oleh tangki air yang berada di atas alat pengaduk yang berfungsi untuk membersihkan pengaduk dari sisa-sisa campuran beton setelah digunakan untuk mencampur. Truk ini disediakan oleh perusahaan pembuat beton, dalam hal ini dari PT. Adhimix Precast. 2. Tower Crane Tower crane diperlukan terutama sebagai pengangkut vertikal bahan-bahan untuk pekerjaan struktur, seperti besi beton, bekisting, beton cor dan material lainnya. Salah satu syarat utama penggunaan Tower Crane adalah tinggi bangunan lebih besar dari 4 lantai supaya biaya TC bisa efisien. Penempatan tower crane harus direncanakan bisa menjangkau seluruh areal proyek konstruksi bangunan yang akan dikerjakan dengan manuver yang aman tanpa terhalang. Penggunaan tower crane tersebut juga harus memperhitungkan beban maksimal yang mampu diangkatnya. Operator tower crane harus siap untuk mengakomodasi perintah pengangkutan dari mandor atau pengawas didaerah jangkauannya. Tower crane yang digunakan dalam proyek ini jangkauannya 50 m. 44

56 Crane ini digunakan untuk memindahkan benda-benda yang sulit diangkat dengan tenaga manusia, seperti tiang pancang, besi, dan bagian dari alat berat. Dalam proyek ini digunakan 1 jenis crane yang digunakan yaitu kapasitas 2 ton. Gambar Sketsa posisi tower crane terhadap gedung parkir yang dibangun Gambar Daya jangkau dari Tower Crane 45

57 Alat Bantu Alat bantu yang digunakan dalam proyek pembangunan tahap III (lanjutan) gedung bertingkat 10 (11 lantai) untuk parkir, sarana olah raga, dan kantor KBPA antara lain: 1. Bar Bender Bar bender adalah alat untuk membengkokan baja tulangan sesuai dengan shop drawing, seperti membuat kait, sengkang, tulangan. Alat ini bekerja dengan menggunakan daya listrik dan memakai sistem hidrolis. 2. Bar Cutter Bar Cutter digunakan untuk memotong baja tulangan sesuai dengan kebutuhan pemakai. Alat ini juga bekerja dengan tenaga listrik. Terdapat operator khusus untuk menggunakan alat ini karena sangat berbahaya. 3. Vibrator Alat ini digunakan untuk memadatkan beton pada saat pengecoran sehingga memperkecil rongga-rongga udara yang ada di dalamnya dan meratakan adukan agar menyebar ke segala arah. Alat ini terdiri dari ujung penggetar dan kabel penghubung dengan mesin diesel. Cara kerja alat ini adalah dengan menggetarkan ujung getar (nail) yang dimasukkan ke dalam adonan beton hingga ke sela-sela bekisting dan tulangan selama proses pengecoran berlangsung. 4. Alat las Alat ini digunakan untuk menyambung atau memotong besi tulangan yang telah terpasang. Biasanya digunakan untuk menyambung pada sambungan perpanjangan, maupun memotong kait atau tulangan yang terlalu panjang atau berlebihan. Jenis alat ini ada dua macam, yaitu menggunakan tenaga listrik dan yang menggunakan bahan bakar karbit 5. Kompresor Udara (air compressor) Air Compressor digunakan untuk pekerjaan pembersihan, diantaranya bekisting yang akan dicor, pembersihan permukaan beton yang akan disambung atau permukaan pelat yang akan dipasang keramik/lantainya 46

58 6. Alat ukur Alat ini terdiri dari theodolit dan water pass serta perlengkapan lainnya yaitu statip dan bak ukur. Alat-alat ini berfungsi untuk menentukan as kolom, as balok, leveling lantai dan marking / penandaan posisi. 7. Theodolith Theodolite merupakan alat bantu dalam proyek untuk menentukan as bangunan dan titik-titik as kolom pada tiap-tiap lantai agar bangunan yang dibuat tidak miring. Alat ini dipergunakan juga untuk menentukan elevasi tanah dan elevasi tanah galian timbunan. Cara operasionalnya adalah dengan mengatur nivo dan unting-unting di bawah theodolith. Kemudian menetapkan salah satu titik sebagai acuan. Setelah itu, menembak titik-titik yang lain dengan patokan titik awal yang ditetapkan tadi. Gambar Theodolith 8. Waterpass Alat untuk mengecek kedataran suatu bangunan. Alat ini biasa juga digunakan untuk mengukurn perbedaan ketinggian elevasi. 47

59 Gambar Waterpass 9. Scaffolding Kegunaan dari alat ini adalah sebagai penyangga pekerjaan struktur (perancah), penyangga bekisting, membantu pekerjaan finishing, pemasangan kabel dan lain-lain. Scaffolding juga dapat memperkecil lendutan yang terjadi pada saat adukan beton dituangkan ke dalam bekisting. Tinggi rendahnya scaffolding dapat diatur sesuai dengan kebutuhan 10. Concrete bucket Concrete bucket digunakan untuk pekerjaan pengecoran. Alat ini menyerupai corong dengan alat penutup pada bagian mulut yang dapat dibuka tutup saat pengecoran. Alat ini dapat menampung beton cair hingga 0,8 m 3. Terdapat operator khusus yang mengatur mulut bucket ini. Alat ini diangkut dengan tower crane saat pengecoran pada lantai teratas. 11. Tanki air dan pompa kerja Tangki air digunakan untuk menampung air yang disedot oleh pipa air untuk memenuhi kebutuhan proyek 12. Trowel Alat ini digunakan untuk meratakan lapisan lantai setelah diberi lapisan pengeras (floor hardening) yang dalam proyek ini menggunakan semen MU Dynabor 14. Bekisting Sateko 48

60 Material dan Bahan Material dan bahan yang digunakan di proyek gedung parkir kejaksaan agung ini adalah sebagai berikut 1. Besi Baja Tulangan 2. Baja Wide Flange 3. Semen Instan Mortar Utama MU Integral Compound 5. Curing Compound 6. Plamir 7. Air kerja 8. Plywood 9. Oli bekisting Gambar Mortar Utama MU-700 digunakan pada tahap finishing pengecoran pelat Gambar Bahan waterproofing 49

61 Gambar Bahan plywood Gambar Bahan curing compound Gambar Bahan hydratite 50

62 Gambar Bahan plamir Pelengkap 1. Kayu Kayu yang dipergunakan pada proyek ini digunakan bantalan base plate pada scaffolding, dan beberapa untuk waller pada bekisting. Kayu yang digunakan harus berkualitas baik, tua, belum kering, dan tidak bercacat. Kelembapan kayu yang digunakan untuk pekerjaan kayu kasar kurang dari 18 %. Bahan yang digunakan yaitu kayu 6/12 cm, kayu 5/7 cm dan 2/3 cm. Gambar Kayu lapis digunakan sebagai penahan bekisting 51

63 2. Paku Paku yang digunakan dalam proyek sangat beragam ukuran dan kegunaannya. Proyek ini menggunakan 4 jenis ukuran paku, yaitu 2", 3", 4", dan 5". Masing-masing digunakan untuk dimensi kayu yang berbeda-beda. 3. Kawat bendrat Kawat bendrat berfungsi sebagai pengikat rangkaian tulangantulangan antara satu tulangan dengan yang lainnya. Sehingga membentuk suatu rangkaian rangka elemen struktur yang siap dicor. Gambar Kawat Bendrat 4. Kawat ayam Kawat ayam berfungsi sebagai separator pada saat pengecoran, ditempatkan pada lokasi stop cor. Sehingga beton tidak luber ke arah yang tidak dicor. Gambar Kawat Ayam 52

64 5. Pipa PVC Pipa ini digunakan untuk pekerjaan mekanikal, elektrikal dan plumbing (MEP). Dalam proyek ini menggunakan pipa PVC karena PVC tidak akan bereaksi kimia dengan baja tulangan. Oleh karena itu PVC akan lebih aman dibandingkan dengan pipa galvanis Konsep Metode Pekerjaan Struktur Perencanaan metode pelaksanaan pekerjaan struktur didasarkan atas design, situasi dan kondisi proyek serta site yang ada dalam penjelasan bagian sebelumnya (data-data proyek). Data-data tersebut merupakan data yang mempengaruhi dalam menentukan dan merencanakan metode pelaksanaan gedung. Sebelum menentukan metode pelaksanaan secara keseluruhan, dalam perencanaan metode ini diperlukan suatu konsep metode yang memiliki pengaruh yang besar terhadap metode pelaksanaan yang lain. Pada dasarnya terdapat beberapa metode utama dalam pekerjaan struktur, yaitu: 1. Metode siteworks 2. Metode struktur umum 3. Metode pekerjaan bekisting, pembesian dan pengecoran 4. Metode tempat pengecoran 5. Metode khusus (misalnya mass concrete) Metode site works atau struktur bawah merupakan metode yang memiliki pengaruh yang cukup besar dalam metode pekerjaan struktur secara keseluruhan. Metode struktur bawah akan menentukan ketepatan schedule pelaksanaan struktur. Hal tersebut disebabkan oleh tingkat kesulitan yang tinggi dalam pelaksanaannya. Pada pelaksanaan struktur bawah terdapat permasalahan muka air tanah yang sering menghambat pekerjaan dan perlu penanganan yang teliti mengenai perilaku air bawah tanah sedemikian tidak memberikan dampak merugikan bagi lingkungan sekitar. Di samping itu, kondisi tanah yang kurang baik yang disertai dengan lahan yang sempit akan memberikan kesulitan yang tinggi dalam pelaksanaan pekerjaan tanah dan pekerjaan lain yang terkait. Keberadaan bangunan sekitar gedung memberikan andil dalam proses penentuan metode pelaksanaan struktur bawah. Hal tersebut disebabkan oleh 53

65 adanya pengaruh pergerakan tanah sekitar, kebisingan dan debu sering menjadi hambatan dalam pelaksanaan pekerjaan struktur bawah gedung. Metode pekerjaan struktur bawah gedung ini terdapat beberapa jenis. Penggolongan metode pekerjaan berdasarkan arah kerjanya dibagi menjadi tiga yaitu metode konvensional, metode top-down, dan metode semi top-down. Berikut dijelaskan mengenai metode-metode tersebut: 1. Sistem konvensional Pada sistem ini, struktur basement dilaksanakan setelah seluruh pekerjaan galian selesai mencapai elevasi rencana (sistem bottom up). Pelat basement paling bawah dicor terlebih dahulu, kemudian basement diselesaikan dari bawah ke atas, dengan menggunakan scaffolding. Kolom, balok dan slab dicor di tempat (cast in place). Pada sistem ini, galian tanah dapat berupa open cut atau dengan sistem dinding penahan tanah yang bisa sementara dan permanen. Sistem dinding penahan tanah dapat dengan perkuatan strutting, ground anchor atau free cantilever. Proyek gedung parkir kejaksaan agung ini menggunakan metode konvensional dalam proses konstruksinya. 2. Sistem Top Down Pada sistem ini, struktur basement dilaksanakan bersamaan dengan pekerjaan galian basement. Urutan penyelesaian balok dan plat lantainya dimulai dari atas ke bawah, dan selama proses pelaksanaan, struktur plat dan balok tersebut didukung oleh struktur tiang (king post) yang dipasang bersamaan dengan bored pile. Pada dinding basement dicor sistem dinding penahan tanahnya yang dapat berupa diafragma wall atau contiguous pile yang dapat bersifat permanen dan temporary yang juga berfungsi sebagai cut off dewatering. 3. Sistem Semi Top Down Pada sistem ini, pelaksanaannya hampir sama dengan metode sistem top-down. Perbedaannya adalah terletak pada pekerjaan struktur atasnya yang dapat dikerjakan bersamaan dengan pekerjaan struktur bawah. Pada proses pengecoran struktur gedung, baik lantai maupun dinding serta kolom, umumnya dicor bertahap karena luas area dan 54

66 volume pekerjaan yang besar. Sehingga dibuat dengan sistem zoning dengan jumlah menyesuaikan dengan kapasitas sumber daya yang tersedia pada daerah tersebut. Zoning struktur yang tepat akan membantu kelancaran pelaksanaan dan flow pengadaan sumber daya yang terkait yaitu bekisting, besi tulangan dan beton ready mix. Dalam perencanaan zoning pekerjaan struktur ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu: 1. Kapasitas pengecoran harian rata-rata suatu daerah 2. Volume material beton, besi dan bekisting serta flow pengadaannya 3. Lahan yang tersedia untuk stok material 4. Ketersediaan tenaga kerja dan siklusnya. 5. Kondisi peralatan yang ada dan tingkat kesibukannya. 6. Dan lain-lain Dalam menentukan zoning ini, perlu diperhatikan batas-batas antar zone. Sebagai pedoman praktis, batas zone adalah ¼ bentang balok. Hal tersebut dikarenakan pada area tersebut diperkirakan momen yang terjadi adalah nol atau mendekati nol. Disamping penentuan jumlah zoning, pada pekerjaan struktur juga diperlukan perencanaan arah / flow pekerjaan struktur. Arah pekerjaan struktur akan menentukan hampir semua arah metode pelaksanaan. Beberapa hal yang penting untuk diperhatikan dalam menentukan arah / flow pekerjaan struktur adalah sebagai berikut: 1. Perkiraan lintasan kritis schedule pelaksanaan 2. Kemudahan pekerjaan 3. Hindari kondisi lokasi pekerjaan yang terjebak karena flow yang salah. Contoh Zoning pada pekerjaan pengecoran: 55

67 Zoning Pengecoran Lantai Basement & Lantai 1A Keterangan : Pekerjaan Pengecoran Pelat Lantai : Luas Lt Basement 1 Tahap II = m 2 Volume Beton = m 3 Kapasitas Cor = 100 m 3 /hari Pembagian zone = / 100 = 1.3 zone = 2 zone Luas Lantai 1A = m 2 Volume Beton = m 3 Kapasitas Cor = 100 m 3 /hari Pembagian zone = / 100 = 1.5 zone = 2 zone Lantai 1B & Lantai 2A 56

68 Keterangan : Pekerjaan Pengecoran Pelat Lantai : Luas lantai 1B = m2 Volume Beton = m3 Kapasitas Cor = 100 m3/hari Pembagian zone = / 100 = 1.3 zone = 2 zone Luas lantai 2A = m2 Volume Beton = m3 Kapasitas Cor = 100 m3/hari Pembagian zone = / 100 = 1.5 zone = 2 zone Lantai 2B s/d Lantai 9 Keterangan : Pekerjaan Pengecoran Pelat Lantai : Luas lantai B = m2 Volume Beton = m3 Kapasitas Cor = 100 m3/hari Pembagian zone = / 100 = 1.3 zone = 2 zone Luas lantai A = m2 Volume Beton = m3 Kapasitas Cor = 100 m3/hari Pembagian zone = / 100 = 1.5 zone = 2 zone 57

69 4.7. Metode-Metode Pekerjaan Struktur Pekerjaan Struktur Pile Cap Pekerjaan pelat basement merupakan pekerjaan yang terdiri atas beberapa elemen struktur yaitu pelat lantai, tie beam dan pile cap. Pekerjaan pile cap dapat dicor di awal dan dapat pula bersamaan dengan tie beam dan pelat lantai. Berikut disampaikan urutan pelaksanaan pengecoran pile cap secara bersamaan dengan tie beam dan pelat lantai Metode pelaksanaannya: 1. Gali tanah pile cap dan tie beam, disertai perataan elevasi dasar galian pelat lantai. Galian pada pile cap dan tie beam dibuat dengan memperhitungkan space bekisting batako dan dengan kemiringan yang cukup sehingga lereng galian tidak longsor. 2. Pemotongan kepala tiang bored pile / tiang pancang. Pemotongan tiang ini dengan memperhitungkan batas kepala tiang yang harus sesuai dengan shop drawing. 58

70 3. Pembengkokan tulangan bored pile / tiang pancang sesuai dengan gambar shop drawing yang telah disetujui bersama. Apabila jarak penyaluran tulangan mencukupi dengan tinggi dari pile cap dan pelat lantai, maka tulangan tidak perlu dibengkokan tegak lurus, tapi cukup dimiringkan dengan sudut maksimum 45 derajat. Gambar Foto persiapan pembuatan pile cap 4. Urug pasir setebal 10 cm pada pile cap, tie beam dan pelat lantai. Urugan pasir dibuat sebagai landasan untuk lantai kerja agar permukaannya rata. 59

71 5. Buat lantai kerja untuk plat setebal 5 cm pada pile cap, tie beam dan pelat lantai. Lantai kerja dibuat untuk mempermudah pelaksanaan pekerjaan pile cap di lapangan. 6. Pasang batako / batu bata di sekitar pile cap dan tie beam. 7. Instal pembesian pile cap, tie beam, pelat lantai dan besi kolom. Pemasangan dilakukan sesuai dengan gambar rencana. 8. Pengecoran pile cap, tie beam dan pelat lantai dapat dilakukan secara langsung dari truk mixer apabila volume pengcoran kecil. Pada pengecoran dengan volume besar digunakan concrete mixer. Pengecoran dilakukan sesuai dengan spesifikasi teknis dan gambar rencana. 60

72 Pekerjaan Struktur Plat Basement Kemampuan pengecoran ± m 3 /hari, mengakibatkan pengecoran lantai basement harus dibagi menjadi 3 zone pekerjaan. Perbedaan waktu pengecoran setiap zone, memungkinkan sambungan antar zone yang tidak kedap air (berpotensi bocor). Untuk menghindari kebocoran ini dilakukan pemasangan waterstop pada setiap pertemuan antar zone. 61

73 Gambar Foto waterstop Pekerjaan Struktur Retaining Wall Dinding penahan tanah basement berupa dinding beton yang bersifat permanen. Alur pekerjaan menyesuaikan arah zone pekerjaan struktur pada area basement Metode pekerjaan retaining wall: 1. Sebelum pekerjaan dinding dimulai pastikan bahwa besi stek telah terpasang dan dicor bersamaan dengan pengecoran lantai. 62

74 2. Pasang penulangan utama dan sengkang. Pastikan jarak sesuai dengan gambar rencana. 3. Pasang panel sisi dalam dinding penahan tanah. 4. Pasang push pull props. 5. Pasang panel sisi luar dinding penahan tanah. Luruskan panel dengan memutar pushpull hingga panel benar benar lurus. 6. Pasang tie rod untuk mengikat panel panel pada kedua sisi sehingga tidak terjadi kegagalan pada waktu pengecoran. 63

75 7. Lakukan pengecoran dan pemadatan dengan menggunakan vibrator. 8. Bongkar bekisting dengan melepas push pull dan tie rod. 9. Setelah beton dinding mencapai umur 7 hari, dapat dilakukan urug tanah di samping dinding. 64

76 Metode Pekerjaan Struktur Kolom Gambar Detail Kolom Terdapat dua bagian besar di dalam proses pekerjaan kolom, yaitu pelaksanaan pengecoran kolom, dan pelaksanaan bongkar pasang bekisting kolom. A. Pelaksanaan pengecoran kolom 1. Mengatur jarak sabuk kolom 2. Mengecek sudut sudut bekisting sambungan di setiap sudut harus kuat 3. Pembersihan dan pelumasan plywood 4. Memasang sabuk kolom dan penopang bekisting 5. Melakukan pengecoran 6. Melakukan penggetaran agar komposisi campuran beton di setiap segmen merata 7. Melakukan pemukulan pada kolom bagian luar sebagai eksternal vibrator untuk memadatkan beton sewaktu melakukan pengecoran. 8. Menggunakan mortar utama jika diperlukan B. Pelaksanaan bongkar pasang bekisting kolom 1. Marking sepatu kolom sebagai tempat batas bekisting 2. Pasang sepatu kolom pada tulangan utama atau tulangan sengkang 3. Pasang besi kolom ke dalam stek besi yang sudah ada 65

77 4. Kencangkan besi kolom dan stek besi dengan menggunakan sengkang 5. Pasang bekisting kolom dengan menempatkannya sesuai dengan marking yang telah dibuat. 6. Atur kelurusan bekisting kolom dengan memutar push pull. 7. Lakukan pengecoran dengan menggunakan bucket dan dihubungkan dengan pipa tremi, lalu dilakukan pemadatan dengan menggunakan vibrator. 8. Bongkar bekisting kolom dan pasang kepalaan kolom. Hal yang perlu diperhatikan saat pembongkaran: 1. Panel dikendorkan secukupnya agar tidak merusak beton waktu pengangkatan. 2. Sebelum pengangkatan, dipastikan pen atas push pull prop terkunci (terikat). Push pull prop diikat dengan sempurna pada waller. 3. Setelah pembongkaran panel harus diservis. Pembersihan, repair champer / lis. 4. Stocking panel kolom harus tegak, tidak boleh menyandar pada material lain. Stocking sesuai site plan yang ditentukan. 66

78 Metode Pekerjaan Balok Gambar Detail Bekisting Balok Dengan Tie Rod Gambar Detail Bekisting Balok Tanpa Tie Rod 67

79 Langkah langkah pemasangan scaffolding adalah sebagai berikut: 1. Pelajari gambar layout pemasangan Scaffolding 2. Tempatkan Jack Base sesuai dengan layout yang telah ditentukan. 68

80 3. Tempatkan Standard di atas Jack Base 4. Pasang Ledger pada Standard mulai pemasangan dari bawah ke atas 5. Pasang Beam Bracket beserta U Head 6. Pasang Trigger Brace beserta Tube 7. Pasang Primary dan Secondary Beam 69

81 8. Adjust ketinggian Bekesting sesuai dengan rencana dengan cara memutar Base Jack atau U Head 9. Pasang Plywood di atas balok secondary 10. Pengecoran 11. Pembongkaran bekisting plat dan balok (sistem reshoring) adalah 5 hari dan support adalah 8 hari. 70

82 Gambar Scaffolding menahan balok yang baru dicor Pekerjaan struktur plat precast (pre slab) Definisi beton pracetak menurut plant cast precast and prestressed adalah beton yang dicetak di beberapa lokasi (baik di lingkungan proyek maupun di pabrik pabrik) yang pada akhirnya dipasang pada posisinya dengan suatu sistem sambungan sehingga rangkaian elemen demi elemen beton pracetak menjadi satu kesatuan yang utuh sebagai suatu struktur Sedangkan menurut SKSNI T (pasal 3.9.1), beton pracetak adalah komponen beton yang dicor di tempat yang bukan merupakan posisi akhir di dalam suatu struktur. Spesifikasi Teknis Plat Konvensional Mutu beton k 400 Slump 12 ± 2 Spesifikasi Teknis Plat Precast Mutu beton k 450 Slump 12 ± 2 Ukuran preslab menyesuaikan dimensi yang ada dalam struktur. (Terlampir) 71

83 Metode Pelaksanaan Instalasi Precast a. Pengangkatan Precast dari atas truk dengan bantuan crane / tower crane. b. Proses penurunan Precast pada posisinya di atas balok. c. Precast yang sudah tersetting lalu digelar wiremesh di atasnya, sehingga siap dilakukan pengecoran. Langkah langkah pembuatan pelat : 1. Pemasangan Bekisting Balok 72

84 2. Pemasangan Tulangan Balok dan Instalasi Plat Precast (pengangkutan) menggunakan TC. 3. Pemasangan Shoring Plat Precast 4. Pembesian Plat Topping 73

85 5. Pengecoran Plat Gambar Pemasangan pelat precast Kontraktor: - Ruang kerja lebih leluasa - Lokasi proyek lebih bersih - Terhindar dari kehilangan material yang disebabkan penumpukan di lapangan - Kualitas lebih terjamin - Waktu pelaksanaan lebih cepat Konsultan / Owner: - Pengawasan / Proses Inspeksi lebih mudah - Kualitas lebih terjamin - Waktu pelaksanaan lebih cepat 74

86 Pekerjaan Struktur Core Wall Gambar Posisi Core Wall KETERANGAN : Core Wall dari Lt Basement 1 sampai Lt. 9 Sediaan bekisting Core Wall : W1 = 1 set Metode Pelaksanaan : 1. Pemasangan mounting ring / angkur pada dinding corewall. 75

87 2. Perakitan lantai / platform climbing, jarak antar climbing bracket sesuai posisi angkur pada dinding corewall 3. Pemasangan tali climbing untuk mengangkat platform, posisi tali harus seimbang. 4. Pengangkatan platform climbing,dengan bantuan tower crane dan dilakukan adjustment agar perletakan sesuai posisi angkur pd dinding corewall. 76

88 5. Penempatan platform climbing 6. Angkat bekisting corewall dengan bantuan tower crane. 7. Menempatkan bekisting dinding corewall pada sisi dalam/luar dan mengatur kelurusannya dengan push pull. 8. Setelah bekisting siap kemudian dilakukan pengecoran corewall. 9. Jika usia beton telah cukup, bongkar bekisting dan lakukan kembali climbing untuk bekisting corewall diatasnya 77

89 Pekerjaan Struktur Tangga Keterangan pekerjaan struktur tangga: Pekerjaan tangga 1 dan 2 dimulai dari Lt. Basement 1 sampai Lt. 9. Pekerjaan tangga 3 dimulai dari Lt. 8 sampai Lt. 9. Pekerjaan tangga 4 dimulai dari Lt. Basement 1 sampai Lt. Dasar. Persediaan bekisting tangga: T1 = 1 set T2 = 2 set T3/T4 = 1 set Pembongkaran bekisting mengikuti cara bongkar bekisting balok dan pelat lantai. Gambar Denah Posisi Tangga 78

90 Gambar Bekisting Tangga Gambar Tulangan tangga 79

91 Gambar Bekisting anak tangga Pekerjaan Struktur Ramp Gambar Posisi Ramp Lantai Dasar Gambar Posisi ramp Lantai Tipikal 80

92 KETERANGAN : Pekerjaan Ramp 1 dari Lt. Semi Basement sampai Lt. 1 Pekerjaan Ramp 2 dan 3 dari Lt. 1 sampai Lt. 7 Pekerjaan Ramp 4 dari Lt Basement 1 sampai Semi Basement Pekerjaan Ramp 5 dari Lt. Semi Basement sampai Lt. 1 Sediaan bekisting Ramp : R1 = 1 set R2 = 1 set R3/R4 = 1 set Pembongkaran bekisting mengikuti cara bongkar bekisting balok dan pelat lantai Metode Pelaksanaan 1. Pasang perancah sebagai tumpuan bekisting dengan ketinggian sesuai elevasi ramp, kemudian pasang bekisting 2. Pasang tulangan 3. Pasang besi siku pada tulangan setinggi selimut beton dengan jarak masing-masing 30 cm 81

93 4. Cor ramp,kemudian ratakan permukaan atasnya. 5. Lepas bekisting 82

94 Gambar Bekisting ramp Pekerjaan Pembesian Pekerjaan pembesian merupakan bagian dari pekerjaan struktur. Pekerjaan ini memegang peranan penting dari aspek kualitas pelaksanaan mengingat fungsi besi tulangan yang penting dalam kekuatan struktur gedung. Berikut adalah metode pelaksanaan pekerjaan pembesian mulai dari tahap penyimpanan hingga pemasangan tulangan. Tahap penyimpanan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam tahap penyimpanan : 1. Tumpukan besi jangan sampai bersentuhan dengan tanah. Oleh karena itu harus digajal dengan balok beton. 2. Besi harus berjarak minimal 5 cm dari logam yang lain 3. Besi harus terlindung dari kotoran, karat, benturan & minyak Cara pelaksanaan dalam tahap penyimpanan : 1. Setiap bandel besi harus terdiri dari satu jenis besi (bentuk dan diameter) 2. Maksimum berat tiap bandel disesuaikan dengan kapasitas crane 3. Jarak antar ikatan adalah sekitar 2 m 4. Di dalam label ditulis panjang, tipe, nomer referensi & kode besi 83

95 Gambar Penyimpanan besi tulangan Tahap Pemotongan dan pembengkokan. Cara pemotongan dan pembengkokan besi tulangan adalah sebagai berikut: 1. Gunakanlah meja yang kuat dan rata 2. Siapkanlah gambar acuan 3. Cek diameter besi 4. Cek kembali besi-besi yang telah dibengkokan 5. Cek ukuan mandrel benar-benar pas. Inside Radius >2d untuk besi 6. kekuatan rendah, 3d untuk besi kekuatan tinggi 7. Jika ada besi yang susah dibengkokan maka boleh dipanaskan dengan persetujuan engineer 8. Ikuti perubahan schedule pembesian & dapatkan dokumen terbaru Gambar Proses pembengkokan besi 84

96 Gambar Proses penyusunan besi Tahap Pemasangan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan besi tulangan adalah sebagai berikut : 1. Besi harus bersih (dari kotoran, minyak). 2. Peletakan tulangan pembesian harus diatur sehingga ada ruang tersedia untuk proses pemadatan beton 3. Jika ada besi yang perlu disambung maka harus ada overlapping yang sesuai perhitungan atau spesifikasi teknis. 4. Suatu ketika mungkin perlu merakit tulangan dahulu di luar bekisting baru kemudian meletakan sesuai posisinya. 5. Flow proses penyimpanan hingga pemasangan harus direncanakan paling efektif dan efisien. Cara pelaksanaan pemasangan besi tulangan pada pelat dan balok lantai : Pembesian pada plat lantai harus berada di atas dudukan berupa beton (bisanya disebut tahu beton) Ketinggian bantalan pembesian plat lantai tergantung dari ketebalan selimut beton yang direncanakan 85

97 Gambar Pemasangan besi tulangan pelat lantai Cara pelaksanaan pemasangan besi tulangan pada kolom dan dinding: 1. Pembesian kolom dirakit dengan cetakan yang telah dibuat 2. Sejumlah ikatan dilakukan pada besi kolom sesuai tipe ikatan, supaya susunan pembesian tersebut kuat untuk diangkat 3. Setelah kolom dirakit dan kuat, maka kolom siap diangkat 4. Rakitan pembesian kolom yang telah dipasang harus diikat ke bekisting supaya kuat, jarak antar ikatan kira-kira setiap 1.5 m 5. Pemasangan pembesian pada dinding sama dengan pemasangan pada kolom 6. Besi yang horizontal diikat pada besi yang vertikal Gambar Pekerja menyusunan tulangan kolom 86

98 Gambar Proses pekerjaan tulangan pada dinding geser Pekerjaan Pengecoran Pekerjaan pengecoran adalah pekerjaan penuangan beton segar ke dalam cetakan suatu elemen struktur yang telah dipasangi besi tulangan. Sebelum pekerjaan pengecoran dilakukan, harus dilakukan inspeksi pekerjaan untuk memastikan cetakan dan besi tulangan telah terpasang sesuai rencana. (lihat gambar flow chart pekerjaan pengecoran) Adapun hal-hal yang harus diperhatikan pada pekerjaan pengecoran adalah sebagai berikut: 1. Setiap pekerja harus memakai pakaian pelindung, sepatu safety, helem, dan pelindung mata jika diperlukan. 2. Ketepatan ukuran dan elevasi harus diperhatikan dan dicheck. 3. Zone pengecoran harus direncanakan dan ukurannya ditentukan 4. Bekisting harus kuat dan instalasi M/E di bawah plat atau balok, pastikan ini terpasang sebelum dicor 5. Ketika mengecor, hati-hati jangan sampai merusak atau merubah bekisting dan tulangan 6. Delay diakibatkan oleh cuaca panas, atau angin yang kencang, sehingga beton mengeras lebih cepat. Juga diakibatkan oleh keterlambatan pengiriman karena kurangnya prencanaan atau hal lain yang tidak bisa dihindari. Untuk mencegah delay maka tenaga kerja, peralatan, dan cuaca dalam keadaan terkendali 7. Jangan menambahkan air pada beton untuk memudahkan pelaksanaan cor. Jika terpaksa gunakanlah campuran air dan semen 87

99 Gambar Flow chart Pekerjaan pengecoran Cara pelaksanaan pengecoran adalah sebagai berikut: 1. Pengecoran elemen vertikal umumnya menggunakan alat bantu TC dan bucket cor sedangkan untuk elemen horizontal menggunakan alat bantu concrete mixer. Pada volume pekerjaan kecil digunakan alat bantu TC dan Bucket cor. Pada pengecoran pile cap yang berada pada elevasi ground floor, jika volume pengecoran kecil digunakan cara pengecoran langsung dari truk mixer. Pada volume pengecoran yang besar akan efektif menggunakan concrete pump. Khusus pada pengecoran bored pile, digunakan alat bantu TC dan bucket cor. 2. Pada permukaan miring, pengecoran mulailah dari level terendah dan gunakanlah moncong untuk menaburkan beton di permukaan miring 3. Beton yang akan dicor harus langsung ke tempat yang jadi posisi akhirnya. Mulailah dari pojok bekisting. 4. Selalu tuangkan beton baru langsung ke beton yang sudah lama. 88

100 Gambar Beton segar diletakkan pada pelat yang telah diberikan tulangan 5. Untuk mencegah segregasi, cek beton jangan terlalu basah atau kering, beton diaduk dengan baik, jika menjatuhkan beton secara vertikal jangan lebih dari 2m. 6. Pemadatan beton dilakukan dengan cara digetarkan, untuk mengeluarkan udara yang terperangkap dalam beton, sehingga beton memadat memenuhi bekisting 7. Internal vibration dilakukan dengan menggunakan poker, yang dimasukkan ke dalam beton. External vibration dilakukan dari luar bekisting, hal ini dilakukan karena internal vibration susah dilakukan. 8. Masukkan vibrator secara vertikal, masukkan kira-kira sejarak 15 cm setelah pemadatan yang telah terlebih dulu dilakukan, diamkan sekitar 5 sampai 15 detik. Angkat vibrator pelan pelan dengan kecepatan sekitar 7.5 cm/detik 9. Usahakan jari-jari pengaruh vibrator saling overlapping sehingga semua beton bisa terpadatkan dan manjangkau lapisan di bawah yang sedang dipadatkan 89

101 Gambar Pekerja memadatkan beton segar dengan menggunakan vibrator 10. Initial finishing ditandai dengan genangan air yang tampak di permukaan beton. Proses final finishing tidak bisa dilaksanakan jika kondisi ini belum tampak. Menghilangkan genangan air dapat dilakukan dengan menggunakan sapu biasa. Jangan mengeringkan air permukaan tersebut dengan cara mencampurkan semen, karena akan membuat permukaan beton menjadi jelek dan lemah 11. Final finishing terdiri dari dua proses: Floating ada dua proses yaitu Bullfloat, dilakukan dengan alat penggaruk yang didorong, ini adalah proses pertama power or hand float adalah proses floating manggunakan tangan dimana ini adalah proses akhir floating. Dilakukan untuk membuat permukaan beton yang keras, rata, dan lembut. Biasanya dilakukan 3 kali proses Gambar Pekerja memberikan mortar utama pada pelat 90

102 Gambar Proses finishing pengecoran pelat 12. Curing dilakukan untuk menjaga kadar air beton tidak cepat kering sehingga proses pemadatan beton tidak terlalu cepat atau terlalu lambat. Curing dilakukan langsung setelah proses finishing. Curing dilakukan dengan menambahkan air pada permukaan beton/mencegah kehilangan air dari beton. Pancuran air harus perlahan untuk mencegah kerusakan permukaan beton. 13. Curing dapat juga dengan menutup beton dengan plastik dan mengaplikasikan curing compound. 14. Cuaca panas mengakibatkan beton lebih cepat kehilangan cairan, sehingga proses pemadatan terjadi terlalu cepat. Tindakan pencegahan dilakukan jika suhu melebihi 32 C, kelembaban rendah, kecepatan angin tinggi dan sianar matahari menyengat. 15. Untuk mencegah Kerusakan Akibat Hujan, harus memperkirakan cuaca jika akan terjadi hujan, menyediakan alat pelindung seperti burlap dan plastik, melakukan mixing dan pengiriman beton pada waktu yang tepat yaitu ketika tidak hujan. Ketika Hujan Mulai Turun, lindungi beton yang baru dituang secepat mungkin, pastikan semua permukaan beton terlindungi, jangan menambahkan semen kepermukaan beton. 16. Setelah hujan reda, aplikasikan curing compound secepatnya bersamaan dengan proses beton mengeras, memperbaiki permukaan yang cacat dan membentuk permukaan beton jika diperlukan, membuang bagian beton jika ada bagian yang dikhawatirkan rusak karena kadar air bertambah, sehingga beton menjadi lemah. 91

103 Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal Fire Fighting A. Material - Pompa pompa - Valve - Pipa Gip/ black steel - Hydrant box & Acc - Hydrant Pillar - Siamese Connection - Head Sprinkler - Fire Extinguisher - Material bantu B. Peralatan - Mesin las - Gerinda tangan - Bor duduk & bor tangan - Takel - Kunci pipa, kunci pas, dsb C. Urutan Pelaksanaan C1. Pemasangan Pipa Indoor 1. Marking jalur pipa sesuai shop drawing dan koordinasikan dengan jalur. pekerjaan lain seperti jalur pipa AC, Plumbing, Tray Cable dll. 2. Potong pipa sesuai ukuran kebutuhan. 3. Lapisi pipa Black Steel (GIP jika akan di cat seluruh pipa) dengan cat dasar (zingkromat). 4. Setelah dicat dasar lapisis pipa dengan cat merah. 5. Pasang gantungan maupun support pipa sesuai hasil marking. 6. Pasang pipa GIP/Black Steel sesuai ukuran pada shop drawing, penyambunngan pipa diameter kurang dari 2,5 ichi dengan drat dan diameter 2,5 inchi ke atas dengan las. 7. Gunakan benang & water pass untuk mengukur kelurusan pipa. 8. Lakukan pekerjaan pengecatan untuk daerah sambungan pipa. 9. Lakukan tets tekan pipa dengan tekanan sesuai spesifikasi yang berlaku. 92

104 10. Untuk pemasangan pipa dropper fire sprinkler harus dikoordinasikan dahulu dengan pekerjaan plafon (arsitek) dan pekerjaan ME lainnya. 11. Lakukan test tekan ulang jika pipa dropper telah terpasang. C2. Pemasangan Pipa Outdoor 1. Marking jalur pipa. 2. Gali jalur pipa dengan kedalaman sesuai elevasinya. 3. Sambung pipa di atas galian. 4. Lapisi pipa dengan zingkromat. 5. Lakukan test tekan pipa dengan tekanan sesuai spesifikasi teknis yang berlaku. 6. Beri lapisan pasir pada dasar galian. 7. Turunkan pipa ke dalam galian. 8. Lapis kembali galian dengan pasir. 9. Urug galian. C3. Pemasangan Hydrant Box Indoor 1. Marking lokasi penempatan hydrant box dengan ketinggian bagian atas 150 cm. 2. Bobok dinding bata sesuai ukuran marking. 3. Pasang hydrant box pada posisinya. 4. Pasang instalasi pipa yang menuju hydrant box. 5. Lindungi hydrant box dari kotoran dan cat. 6. Accessories hydrant dipasang setelah kondisi proyek aman. C4. Pemasangan Hydrant Box Outdoor, Pillar, & Siamese Connection Hydrant Box 1. Marking lokasi penempatan hydrant box. 2. Buat pondasi hydrant box 3. Pasang hydrant box pada posisinya. 4. Lindungi hydrant box dari kotoran dan cat. 5. Accessories hydrant dipasang setelah kondisi proyek aman. Hydrant Pillar 1. Marking lokasi penempatan Hydrant pillar & Siamese connection 2. Gali lokasi marking dan jalur pipa yang menuju ke posisinya. 3. Sambung instalasi pipa yang menuju ke lokasi Hydrant Pillar maupun Siamese connection. 4. Pasang Hydrant pillar dan Siamese connection. 93

105 C5. Pemasangan Head Sprinkler 1. Pemasangan dropper dilakukan jika plafon telah terpasang 2. Gunakan seal tape untuk penyambungan sprinkler ke pipa dropper. 3. Lindungi Head sprinkler dari kotoran dan cat. C6. Pemasangan Pompa 1. Marking lokasi penempatan pompa. 2. Buat pondasi pompa, perhatikan kelurusan dan rata pondasi. 3. Pasang instalasi pemipaan ruang pompa terlebih dahulu. 4. Pasang Pompa dan valve-valvenya. 5. Sambung instalasi daya ke pompa. 6. Atur pressure switch pompa sebagai berikut Pompa jockey : On posisi 8,5 Bar Off posisi 9 Bar Electric Pump : On posisi 7 Bar Off manual Diesel Pump : On posisi 6 Bar Off manual 7. Lakukan running test pompa. C7. Test Fire Fighting Test Hydrant 1. Tutup seluruh krant pada hydrant box dan hydrant pillar. 2. Siapkan selang pemadang sesuai ukurannya. 3. Posisikan pengatur pompa pada auto 4. Buka valve pada hydrant box maupun hydrant pillar Test Sprinkler 1. Buka Valve pada instalasi fire sprinkler. 2. Siapkan operator penutup valve pada lantai/zona yang akan ditest. 3. Posisikan pengatur pompa pada auto. 4. Panasi head sprinkler dengan api. 5. Setelah sprinkler pecah, dan test dinyatakan OK, segera tutup valve pada instalasi yang menuju daerah test 6. Ganti head sprinkler yang pecah dengan yang baru. 94

106 Gambar Blok Diagram Pemadam Kebakaran Pekerjaan M/E Plumbing Air Bersih A. Material - Pompa pompa - Valve - Pipa Gip / ABS - Material bantu & fitting B. Peralatan - mesin las - gerinda tangan - bor duduk & bor tangan - takel - kunci pipa, kunci pas, dsb C. Urutan Pemasangan C1. Pemasangan Pipa Indoor 1. Marking jalur pipa sesuai shop drawing dan koordinasikan dengan jalur. pekerjaan lain seperti jalur pipa AC, Air Kotor,Fire Fighting,Tray Cable dll. 2. Potong pipa sesuai ukuran kebutuhan. 95

107 3. Lapisi pipa Gip (jika akan di cat seluruh / daerah Expost) dengan cat dasar (zingkromat). 4. Setelah dicat dasar lapisi pipa dengan cat (warna sesuai spesifikasi teknis). 5. Pasang gantungan maupun support pipa sesuai hasil marking. 6. Pasang pipa GIP sesuai ukuran pada shop drawing, penyambunngan pipa diameter kurang dari 2,5 ichi dengan drat dan diameter 2,5 inchi ke atas dengan las. 7. Gunakan benang & water pass untuk mengukur kelurusan pipa. 8. Lakukan pekerjaan pengecatan untuk daerah sambungan pipa. 9. Lakukan tets tekan pipa dengan tekanan sesuai spesifikasi yang berlaku. 10. Untuk pemasangan pipa di dinding, harus dikoordinasikan dahulu dengan pekerjaan keramik(arsitek) dan sanitary. 11. Lakukan test tekan ulang jika pipa di dinding telah terpasang. C2. Pemasangan Pipa Outdoor 1. Marking jalur pipa. 2. Gali jalur pipa dengan kedalaman sesuai elevasinya. 3. Sambung pipa di atas galian. 4. Lapisi pipa dengan zingkromat. 5. Lakukan test tekan pipa dengan tekanan sesuai spesifikasi teknis yang berlaku. 6. Beri lapisan pasir pada dasar galian. 7. Turunkan pipa ke dalam galian. 8. Lapis kembali galian dengan pasir. 9. Urug galian. C3. Pemasangan Valve 1. Check lokasi penempatan valve (space/jarak antar pipa yang telah disiapkan telah sesuai dengan lebar valve) 2. Siapkan valve dengan flangenya. 3. Pasang valve. 4. Lakukan test tekan valve pada instalasi tersebut. C4. Pemasangan Pompa 1. Marking lokasi penempatan pompa. 2. Buat pondasi pompa, perhatikan kelurusan dan rata pondasi. 96

108 3. Pasang instalasi pemipaan ruang pompa terlebih dahulu. 4. Pasang Pompa dan valve-valvenya. 5. Sambung instalasi daya ke pompa. 6. Untuk pompa transer automatisasi menggunakan water level control (biasanya menggunakan elektrode) 7. Pengaturan pompa booster dengan pressure switch sebagai berikut - Pada posisi tekanan instalasi 2.5 Bar pompa I (kesatu) ON - Jika tekanan kembali ke 3 Bar pompa Off. - Namun jika tekanan terus turun hinggga posisi 1.5 Bar pompa kedua ON - Jika tekanan naik lagi hingga 2 Bar pompa kedua Off - Pompa kesatu dan kedua selalu bergantian posisi (alternated parallel) 8. Lakukan running test pompa. Gambar Skematik Diagram Air Bersih 97

109 Gambar Blok Diagram Air Bersih 98

110 Pekerjaan M/E Plumbing Air Kotor A. Material - Pompa pompa - Valve - Pipa PVC - Material bantu B. Peralatan - Gerinda tangan - Gergaji besi - Bor duduk & bor tangan - Kunci pipa, kunci pas, dsb C. Urutan Pelaksanaan C1. Pemasangan Pipa Indoor 1. Marking jalur pipa sesuai shop drawing. 2. Potong pipa sesuai ukuran kebutuhan. 3. Pabrikasi gantungan pipa sesuai kebutuhan. 4. Pasang gantungan maupun support pipa sesuai hasil marking, perhatikan kemiringan pipa ( 1-2% ). 5. Pasang pipa PVC sesuai ukuran pada shop drawing, penyambunngan pipa menggunakan lem. 6. Gunakan benang untuk mengukur kelurusan pipa. 7. Lakukan pekerjaan pengecatan untuk daerah expos. 8. Lakukan test rendam untuk test kebocoran pipa. C2. Pemasangan Pipa Outdoor 1. Marking jalur pipa. 2. Gali jalur pipa dengan kedalaman sesuai elevasinya. 3. Sambung pipa di atas galian sepanjang jarak antar bak kontrol. 4. Lakukan test rendam untuk mengetest kebocoran pipa. 5. Beri lapisan pasir pada dasar galian. 6. Turunkan pipa ke dalam galian. 7. Lapis kembali galian dengan pasir. 8. Urug galian. C3. Pemasangan Pipa Submersible 1. Bersihkan bak kontrol dari sampah & lumpu. 2. Pasang pompa di bak kontrol. 99

111 3. Sambung pipa dari dan ke pompa lengkap dengan check valve. 4. Sambungkan rangkaian daya pompa ke panel pompa(sumber daya). 5. Test pompa. Gambar Skematik Diagram Air Kotor Gambar Blok Diagram Air Kotor 100

112 Pekerjaan M/E Tata Udara Tata Udara AC Central A. Material - Chiler - AHU/FCU - BJLS - Pipa Gip/ Black Steel - Pipa PVC - Bahan isolasi - Diffuser & grill - Material bantu B. Peralatan - Mesin las - Gerinda tangan - Bor duduk & bor tangan - Gunting seng - Takel - Kunci pas, obeng, tang dsb C. Urutan Pelaksanaan C1. Pemasangan Ducting 1. Buat cutting list ukuran ducting & fittingnya yang akan dipasang 2. Cetak ducting sesuai cutting list yang diminta (di workshop) 3. Buat fitting ( elbow / percabangan ) ducting 4. Pasang isolasi ducting dengan glas woll & aluminium foil 5. Marking jalur ducting 6. Pasang gantungan ducting dengan ketinggian sesuai elevasinya 7. Pasang ducting 8. Test kebocoran ducting dengan sinar lampu saat malam hari 9. Pasang isolasi pada sambungan ducting C2. Pemasangan Pipa Chiller Pipa Indoor 1. Marking jalur pipa 2. Pasang gantungan pipa dengan ketinggian sesuai elevasinya 101

113 3. Pasang pipa pada gantungannya 4. Sambung pipa dengan las 5. Test pipa dengan compresor 6. Pasang isolasi pipa per satuan panjangnya Pipa Outdoor 1. Marking jalur pipa 2. Gali jalur pipa dengan kedalaman sesuai elevasinya 3. Sambung pipa di atas galian 4. Lakukan test tekan pipa 5. Pasang isolasi pipa 6. Beri lapisan pasir pada dasar galian 7. Turunkan pipa ke dalam galian 8. Lapis kembali galian dengan pasir C3. Pemasangan AHU/FCU 1. Marking lokasi penempatan AHU/FCU 2. Pasang gantungan 3. Pasang AHU/FCU 4. Pasang karet mounting dan kencangkan bautnya 5. Sambung pipa chiller & draint serta ducting ke unit 6. Pasang instalasi listriknya C4. Pemasangan Chiller 1. Marking pondasi chiller 2. Buat pondasi chiller 3. Letakkan chiller pada pondasinya 4. Pasang spring mounting chiller 5. Sambung instalasi pipa chiller lengkap dengan valvenya 6. Sambung instalasi listriknya C5. Pemasangan Pompa Chiller 1. Marking pondasi pompa chiller 2. Buat pondasi pompa chiller 3. Letakkan pompa chiller pada pondasinya 4. Pasang mounting chiller 5. Sambung instalasi pipa ke pompa chiller lengkap dgn valvenya 6. Sambung instalasi listriknya 102

114 Gambar Pemasangan Chiller dan Pompa Gambar Skema Pemasangan Chiller dan Pompa Tata Udara AC Split Duct A. Material - AHU - Outdoor Unit - BJLS - Pipa copper - Pipa PVC - Bahan isolasi - Diffuser & grill - Material bantu 103

115 B. Peralatan - Mesin las - Gerinda tangan - Bor duduk & bor tangan - Gunting seng - Takel - Kunci pas, obeng, tang dsb C. Urutan Pelaksanaan C1. Pemasangan Ducting 1. Buat cutting list ukuran ducting & fittingnya yang akan dipasang 2. Cetak ducting sesuai cutting list yang diminta (di workshop) 3. Buat fitting ( elbow / percabangan ) ducting 4. Pasang isolasi ducting dengan glas woll & aluminium foil 5. Marking jalur ducting 6. Pasang gantungan ducting dengan ketinggian sesuai elevasinya 7. Pasang ducting 8. Test kebocoran ducting dengan sinar lampu saat malam hari 9. Pasang isolasi pada sambungan ducting C2. Pemasangan Pipa Refrigerant 1. Marking pipa / rak pipa 2. Pasang gantungan rak pipa dengan ketinggian sesuai elevasinya 3. Pasang rak pipa ( untuk satu jalur lebih dari 2 pipa) 4. Pasang isolasi pipa copper per satuan panjangnya 5. Pasang pipa pada rak / gantungannya 6. Sambung pipa dengan las tembaga 7. Test pipa dengan compresor 8. Rapikan isolasi pipa C3. Pemasangan Indoor Unit 1. Marking lokasi penempatan indoor unit 104

116 2. Pasang gantungan 3. Pasang indoor unit 4. Pasang karet mounting dan kencangkan bautnya 5. Sambung pipa copper & ducting ke unit 6. Pasang instalasi listriknya C4. Pemasangan Outdoor Unit 1. Marking pondasi outdoor unit 2. Buat pondasi outdoor unit 3. Pasang dinabolt pada pondasi 4. Pasang outdoor unit lengkap dengan mountingnya 5. Sambung pipa ke outdoor unit 6. Sambung instlasi listriknya Gambar Pemasangan Pipa Regrigerant Gambar Blok Diagram Tata Udara 105

117 Pekerjaan M/E Instalasi Listrik A. Material - Kabel NYA / NYM / NYFBGY - Las Dop B. Peralatan - Kawat Pancingan - Tang, Obeng - Lakban Kertas & Spidol C. Urutan Pelaksanaan C1. Instalasi Indoor - Masukkan kawat pancingan ke dalam pipa konduit sesuai groupnya - Tarik kabel dengan bantuan kawat pancingan tersebut - Tandai kabel sesuai group dengan lakban & spidol - Sambungan kabel hanya boleh pada tee dos dan dengan las dop - Merger kabel yang telah terpasang C2. Instalasi Outdoor - Marking jalur instalasi - Tandai lokasi tiang lampu - Gali jalur yang telah dimarking - Gelar kabel NYFBGY sesuai ukuran pada shop drawing sesuai groupnya - Timbun dengan pasir - Urug galian dengan tanah kembali Gambar Metode Pemasangan Kabel Intalasi Indoor 106

118 Saklar dan Stop Kontak A. Material - Saklar - Stop kontak - Grid switch B. Peralatan - Bor Tangan - Tang, Obeng dll - Water pas C. Urutan Pelaksanaan - Marking jalur konduit pada dinding - Bobok dinding bata, jangan lupa gunakan cutter - Pasang konduit & inbow dos - Tunggu sampai dinding difinish arsitek - Sambungkan saklar, stop kontak dengan instalasinya - Pasang saklar & stop kontak, gunakan waterpas agar rata Gambar Pemasangan Saklar dan Stop Kontak 107

119 BAB V MANAJEMEN WAKTU 5.1. Pengantar tentang manajemen proyek Setiap proyek membutuhkan sebuah perencanaan dan pengaturan sehingga kegiatan di dalamnya dapat berjalan dengan baik. Untuk itu dibutuhkan sebuah sistem manajemen yang mampu mengatur semua kegiatan di dalam proyek yang disebut dengan manajemen proyek. Manajemen proyek mempunyai ruang lingkup yang cukup luas, karena mencakup tahapan kegiatan awal pelaksanaan pekerjaan hingga akhir pelaksanaan yang berupa hasil pembangunan. Salah satu bagian dari manajemen proyek ialah manajemen waktu. Pada pelaksanaan proyek pembangunan tahap III (lanjutan) gedung bertingkat 10 (11 lantai) untuk parkir, sarana olahraga, dan kantor KBPA ini, tahapan kegiatannya dibagi menjadi 4, yaitu antara lain: a. Perencanaan (Planning) Kegiatan perencanaan meliputi perumusan persyaratan dari bangunan yang akan dibangun, termasuk pembuatan gambar gambar perencanaan lengkap dengan persyaratan teknis yang diperlukan. Kegiatan perencanaan diaplikasikan dengan menentukan metoda pelaksanaan yang tepat sehingga pekerjaan yang sudah direncanakan dapat diselesaikan sesuai dengan rencana yang sudah dijadwalkan dan dianggarkan. b. Pengorganisasian (Organizing) Kegiatan pengorganisasian berupa kegiatan mengatur dan menyusun organisasi yang akan melaksanakan pembangunan, termasuk mengatur hubungan kerja di antara unsur unsur organisasi. Penyusunan organisasi akan melibatkan unsur unsur pelaksana pembangunan yang terdiri dari pemberi tugas (owner), konsultan (designer, supervisor) dan pelaksana (kontraktor), yang masing masing mempunyai tugas, kewajiban, tanggung jawab, wewenang sesuai dengan peraturan / ketentuan yang telah ditetapkan. c. Pelaksanaan Kegiatan pelaksanaan meliputi kegiatan pelaksanaan pekerjaan di lapangan dalam rangka mewujudkan bangunan yang akan dibangun. Dalam kegiatan pelaksanaan ini hubungan kerja antara unsur unsur pelaksana 108

120 pekerjaan pembangunan perlu diatur sehingga masing masing unsur dapat bekerja sesuai dengan bidangnya dan selalu tunduk serta taat kepada peraturan dan ketentuan yang telah disepakati bersama. Penyimpangan yang terjadi akibat tindakan dari salah satu unsur akan menimbulkan hambatan dalam pelaksanaan. d. Pengendalian Kegiatan pengendalian dilaksanakan dengan tujuan agar hasil pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan persyaratan biaya dan waktu yang telah ditetapkan. Untuk keperluan ini tugas unsur pengawas sangat penting, terutama dalam membimbing dan mengarahkan pelaksanaan pekerjaan. Hasil akhir dari pelaksanaan pembangunan pada umumnya ditentukan oleh hasil kegiatan pengawasan. Kegiatan pengendalian yang dilakukan diantaranya pelaksanaan tes / uji terhadap material untuk menjaga kualitas dari material yang akan digunakan, pembuatan master schedule, laporan secara berkala, S-Curve actual dan lain lain 5.2. Perencanaan dan Penjadwalan Konstruksi Perencanaan dan penjadwalan biasa digunakan secara simultan. Proses penjadwalan untuk proyek konstruksi hanya salah satu bagian dari usaha perencanaan. Perencanaan melibatkan proses pemilihan suatu metode dan alokasi pekerjaan yang menghasilkan informasi detail untuk estimasi dan penjadwalan yang digunakan sebagai dasar pedoman untuk kontrol proyek. Perencanaan adalah teknik manajemen yang digunakan untuk membantu dalam persiapan, pengorganisasian dan pengendalian lingkup, waktu, biaya dan organisasi suatu proyek. Sedangkan penjadwalan adalah pengalokasian waktu yang tersedia kepada aktifitas pekerjaan dalam rangka penyelesaian suatu proyek dengan mengikuti logika dari proses perencanaan, dan dilakukan sedemikian rupa sehingga tercapai hasil yang optimal dengan mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan yang ada. Penjadwalan, digunakan sebagai alat untuk menentukan aktivitas yang diperlukan dalam menyelesaikan proyek dan urutan serta durasi di dalam aktivitas yang harus diselesaikan untuk mendapatkan penyelesaian yang tepat waktu dan ekonomis Manfaat Penjadwalan Dengan adanya penjadwalan konstruksi maka bermanfaat untuk: 109

121 1. Memberikan pedoman untuk pelaksanaan kegiatan dan untuk memberikan prioritas perhatian dalam pengawasan dan pengendalian, agar proyek dapat diselesaikan sesuai rencana, Terhindar dari keterlambatan, kenaikan biaya, dan perselisihan-perselisihan kontraktual 2. Dipakai sebagai dasar penentuan progress payment, penyusunan cash flow proyek dan pembuatan strategi pendanaan proyek. 3. Merupakan dasar atau pedoman untuk pengendalian, baik yang berkaitan dengan waktu maupun biaya proyek. Dari pengukuran kemajuan pekerjaan, dapat diketahui apabila ada penyimpangan pelaksanaan terhadap rencana/jadwal, yang dengan bantuan alat-alat analisis tertentu, misalnya dengan trend analysis dan sensitivity analysis, dapat segera dilakukan tindakan-tindakan koreksi, untuk penyelesaian sisa proyek. 4. Memberikan pedoman kepada sub-ordinate units mengenai batas-batas waktu bagi mulainya dan berakhirnya tugas masing-masing. 5. Menghindari pengelolaan pelaksanaan proyek yang hanya mengandalkan naluri saja. 6. Menghindari pemakaian sumberdaya dengan intensitas yang tinggi sejak awal proyek, dengan harapan dapat diselesaikan secepatnya. 7. Memberikan kepastian waktu pelaksanaan kegitan-kegiatan proyek. Kepastian tersebut dapat menghindari pekerja berada ditempat kerja lebih lama dari waktu yang diperlukan, bergerombol menanti penugasan, mondar-mandir tanpa tujuan, Dan sebagainya. 8. Dapat dipakai untuk mengevaluasi dampak akibat adanya perubahanperubahan pelaksanaan proyek, baik yang berkaitan dengan waktu penyelesaian proyek, maupun biaya proyek. Hasil evaluasi dapat dipakai sebagai dasar penyelesaian masalah kontraktual, seperti untuk menyelesaikan tuntutan-tuntutan (Claims) kenaikan biaya maupun perpanjangan waktu. 9. Apabila jadwal di-update secara teratur, sehingga selain untuk tindakan koreksi, berfungsi pula sebagai dokumentasi adanya perubahan-perubahan di dalam pelaksanaan pekerjaan, keterlambatan yang tidak diharapkan, perubahan waktu penyelesaian kegiatan, dan adanya change order, maka pen-dokumentasi-an jadwal awal berikut perubahan perubahannya dapat dipakai sebagai dokumen historis proyek. 110

122 10. Memberikan dukungan yang sangat berharga dalam komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat/berkepentingan dalam penyelenggaraan proyek Manajemen waktu Penjadwalan konstruksi terkait dengan manajemen waktu yang diperlukan untuk memenuhi penyelesaian proyek. Menurut PMBOK dalam proses manajemen waktu meliputi: 1. Definisi Kegiatan, yaitu mengidentifikasi jadwal kegiatan spesifik yang diperlukan untuk menghasilkan berbagai deliverable proyek. 2. Urutan kegiatan, yaitu mengidentifikasi dan mendokumentasikan ketergantungan diantara jadwal kegiatan. 3. Perhitungan sumber daya kegiatan, yaitu memperkirakan tipe dan jumlah dari sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan masing-masing jadwal kegiatan. 4. Perhitungan durasi kegiatan, yaitu menghitung sejumlah periode-periode pekerjaan yang diperlukan untuk melengkapi jadwal kegiatan individual. 5. Pengembangan jadwal, yaitu menganalisa urutan kegiatan, durasi, kebutuhan sumber daya, dan batasan-batasan jadwal untuk membuat jadwal proyek. 6. Pengendalian jadwal, yaitu mengendalikan perubahan-perubahan ke dalam jadwal proyek Pengendalian Waktu Pengendalian waktu didasarkan pada time schedule pekerjaan. Keterlambatan pekerjaan pada suatu proyek akan berpengaruh pada anggaran proyek. Agar dapat berlangsung tepat waktu, time schedule disusun sebagai alat kontrol untuk mengukur tingkat prestasi pekerjaan dengan lamanya pelaksanaan. Pekerjaan apa yang harus dikerjakan lebih dahulu dan kapan harus dimulai dapat terlihat dengan jelas pada time schedule, sehingga keterlambatan pekerjaan sebisa mungkin dihindari. Time schedule menyatakan pembagian waktu terperinci untuk setiap jenis pekerjaan, mulai dari permulaan sampai akhir pekerjaan sehingga kumulatif prosentase bobot pekerjaan ini akan membentuk kurva S realisasi. 111

123 Gambar Kurva S Proyek Gedung Kejaksaan Agung Fungsi kurva S adalah : 1. Menentukan waktu penyelesaian tiap bagian pekerjaan proyek. 2. Menentukan besarnya biaya pelaksanaan proyek. 3. Menentukan waktu untuk mendatangkan material, alat, dan tenaga kerja yang akan dipakai untuk pekerjaan tertentu. 4. Untuk mengukur kemajuan fisik di lapangan. Jaringan komunikasi pula sangat diperlukan untuk pekerjaan di lapangan yang melibatkan banyak orang yang bekerja di lokasi yang relatif cukup luas. Untuk menjamin agar komunikasi antar supervisor, superintendent dan engineering office dapat terjaga maka digunakan beberapa buah walkie talkie. Walkie talkie merupakan alat wajib yang harus dimiliki oleh crane operator, karena tanpa alat ini, koordinasi antar mereka akan menjadi sulit sekali atau bahkan tidak mungkin. Penjadwalan pada proyek ini menggunakan MS-Project 2003, penjadwalan secara lengkap disajikan pada bagian lampiran. 112

124 Gambar Master Schedule. 113

125 BAB VI MANAJEMEN BIAYA 6.1. Pengendalian Biaya Pengendalian biaya dimaksudkan untuk mengetahui besarnya biaya yang telah dikeluarkan dengan melihat tahap pekerjaan yang telah dicapai. Besarnya biaya ini dapat dibandingkan dengan Rencana Anggaran Biaya dan Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP) yang telah disusun. Dari pembandingan ini, dapat diketahui apabila pada pekerjaan yang telah dilaksanakan tersebut terjadi pembengkakan biaya akibat biaya contingency pada setiap item pekerjaan sehingga dapat dilakukan evaluasi biaya. Evaluasi biaya dilaksanakan secara periodik, dalam hal ini setiap bulannya. Bila terjadi penyimpangan terhadap rencana, penyimpangan itu dibahas dan dipelajari penyebabnya oleh tim proyek, kemudian dibuat rencana tindak lanjut untuk memperbaikinya. Pengendalian biaya ini biasanya dilakukan dengan membuat rekapitulasi biaya yang telah dikeluarkan. Setiap dilakukan pembelian material, bagian logistik mencatat jumlah material yang dibeli dan besarnya biaya yang digunakan. Sedangkan pengendalian biaya tenaga kerja dilakukan dengan memeriksa daftar presensi pekerja selama satu minggu dan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji pekerja. Besar total biaya inilah yang akan selalu dikontrol dan dievaluasi sebagai pengendalian biaya. Selain itu, total biaya yang telah dikeluarkan ini juga dapat digunakan untuk menyusun kurva-s realisasi dan untuk memperkirakan prosentase pekerjaan proyek yang telah dicapai. Data mengenai biaya pada proyek ini terlampir. 114

126 REKAPITULASI ( RAB ) Pembangunan Gedung Untuk Parkir Kendaraan, Sarana Olahraga dan Kantor Perhimpunan Keluarga Besar Pernaja Jl. Sultan Hasanuddin No.1, Jakarta Selatan NO URAIAN VOLUME SAT. TOTAL I. PEKERJAAN PERSIAPAN 1.0 Ls Rp 1,045,194,620 II. A III. PEKERJAAN STRUKTUR STRUKTUR ATAS a) Lantai Basement Ls Rp 5,658,545,499 b) Lantai Semi Basement 1.00 Ls Rp 2,452,657,738 c) Lantai 1A 1.00 Ls Rp 1,949,974,800 d) Lantai 1B 1.00 Ls Rp 1,671,956,482 e) Lantai 2A 1.00 Ls Rp 2,090,696,827 f) Lantai 2B 1.00 Ls Rp 1,649,736,756 g) Lantai 3A 1.00 Ls Rp 2,026,459,906 h) Lantai 3B 1.00 Ls Rp 1,649,736,756 i) Lantai 4A 1.00 Ls Rp 2,026,459,906 j) Lantai 4B 1.00 Ls Rp 1,649,736,756 k) Lantai 5A 1.00 Ls Rp 1,971,434,727 l) Lantai 5B 1.00 Ls Rp 1,625,928,631 m) Lantai 6A 1.00 Ls Rp 1,971,434,727 n) Lantai 6B 1.00 Ls Rp 1,767,956,155 o) Lantai Ls Rp 1,466,383,280 p) Lantai Ls Rp - q) Lantai Ls Rp - r) Lantai Atap 1.00 Ls Rp - s) Pek Ring Balok Atap 1.00 Ls Rp - t) Pek. Rangka Atap 1.00 Ls Rp - u) Pek. Lain- lain 1.00 Ls Rp - Rp 31,629,098,947 PEKERJAAN ARSITEKTUR a) Lantai Basement Ls Rp 382,933,108 b) Lantai Semi Basement 1.00 Ls Rp 845,569,063 c) Lantai 1A 1.00 Ls Rp 303,512,988 d) Lantai 1B 1.00 Ls Rp 351,204,086 e) Lantai 2A 1.00 Ls Rp 305,665,019 f) Lantai 2B 1.00 Ls Rp 341,502,430 g) Lantai 3A 1.00 Ls Rp 300,542,876 h) Lantai 3B 1.00 Ls Rp 336,947,681 i) Lantai 4A 1.00 Ls Rp 300,008,913 j) Lantai 4B 1.00 Ls Rp 335,950,946 k) Lantai 5A 1.00 Ls Rp 300,247,433 l) Lantai 5B 1.00 Ls Rp 338,631,006 m) Lantai 6A 1.00 Ls Rp 253,441,

127 NO URAIAN VOLUME SAT. TOTAL n) Lantai 6B 1.00 Ls Rp 299,179,185 o) Lantai Ls Rp - p) Lantai Ls Rp - q) Lantai Ls Rp - r) Lain - lain 1.00 Ls Rp - Rp 4,995,336,143 IV. PEKERJAAN M & E A Pekerjaan Mekanikal & Elektrikal : 1 PEKERJAAN PEMADAM KEBAKARAN 1.00 Ls Rp 1,833,809,129 2 PEKERJAAN PLUMBING 1.00 Ls Rp 988,788,615 3 PEKERJAAN TATA UDARA (VAC) 1.00 Ls Rp 764,452,371 4 PEKERJAAN LIFT 1.00 Ls 0 5 PEKERJAAN LISTRIK 1.00 Ls Rp 420,660,980 6 PEKERJAAN ELECTRONIC 1.00 Ls Rp 539,264,672 PEKERJAAN LOKET UNTUK PARKIR Rp 4,546,975,767 a) Pembuatan loket parkir 10 M 2 Rp - b) Pembuatan ( pemberhentian mobil )drof off & Celter 1 Ls Rp - PEKERJAAN POS JAGA Pembuatan pos jaga 48 M 2 Rp - LAPANGAN TENIS Relokasi lapangan Tenis 1 Ls Rp 2,000,000,000 SUB TOTAL Rp 44,216,605,478 PPN 10% Rp 4,421,660,548 SUB TOTAL BIAYA Rp 48,638,266, Biaya Penambungan Daya Listrik, 275 KVA 2. Biaya Penyambungan Telepon, 10 Line 3. Biaya Penyambungan PDAM SUB TOTAL BIAYA Rp - TOTAL BIAYA ( C = A + B ) Rp 48,638,266,026 PEMBULATAN Rp 48,638,000,000 Tabel Rekapitulasi ( RAB ) 6.2. Pembayaran Prestasi Pekerjaan Pembayaran secara khusus dibahas pada buku RKS, berikut ini merupakan kutipan dari RKS tentang masalah pembayaran prestasi pekerjaan a). Pembayaran prestasi hasil pekerjaan yang disepakati dilakukan oleh pengguna jasa, apabila penyedia jasa telah 116

128 mengajukan tagihan disertai laporan kemajuan hasil pekerjaan; b). Pembayaran prestasi hasil pekerjaan hanya dapat dilakukan senilai pekerjaan yang telah terpasang, tidak termasuk bahanbahan, alat-alat yang ada di lapangan; c). Pengguna jasa dalam kurun waktu 7 (tujuh) hari harus sudah mengajukan surat permintaan pembayaran; d). Sistem pembayaran prestasi pekerjaan sesuai dengan ketentuan dalam syarat-syarat khusus kontrak; e). Bila terdapat ketidaksesuaian dalam perhitungan angsuran tidak akan menjadi alas an untuk menunda pembayaran. Pengguna jasa dapat meminta penyedia jasa untuk menyampaikan perhitungan prestasi sementara dengan mengesampingkan hal-hal yang sedang menjadi perselisihan dan besarnya tagihan yang dapat disetujui untuk dibayar setinggi-tingginya sebesar sesuai ketentuan dalam dalam syarat-syarat khusus kontrak; f). Setiap pembayaran harus dipotong jaminan pemeliharaan, angsuran uang muka, denda (bila ada), dan pajak; g). Untuk kontrak yang mempunyai subkontrak, permintaan pembayaran kepada pengguna jasa harus dilengkapi bukti pembayaran kepada seluruh sub kontraktor sesuai dengan kemajuan pekerjaan; h). Pembayaran terakhir hanya dilakukan setelah pekerjaan selesai 100% (seratus persen) dan berita acara penyerahan pertama pekerjaan diterbitkan. 117

129 BAB VII MANAJEMEN RISIKO 7.1. Manajemen Risiko Manajemen Risiko merupakan seni dan ilmu yang mengidentifikasi, mengkaji dan menanggapi risiko proyek sepanjang umur proyek demi memenuhi kepentingan tujuan proyek. Risiko adalah peristiwa yang mungkin terjadi yang membawa akibat atas tujuan, sasaran, trategi, target yang telah ditetapkan dengan baik, dalam hal ini adalah tujuan, sasaran, trategi, target dari proyek yang bersangkutan. Industri konstruksi memiliki risiko dan ketidak pastian (uncertainty) lebih banyak dibandingkan dengan sektor industri lain. Proses penyelenggaraan proyek konstruksi dimulai dari evaluasi kelayakan investasi hingga penyelesaiaan konstruksi dan penggunaan fasilitas yang dibangun, memerlukan waktu yang cukup panjang. Proyek konstruksi memerlukan banyak tenaga kerja dengan keahlian dan ketrampilan yang beragam, serta memerlukan koordinasi sedemikian banyak kegiatan yang saling terkait satu sama lain. Kompleksitas pelaksanaan proyek konstruksi ditambah lagi dengan faktor-faktor eksternal yang umumnya di luar kendali pelaksana proyek. Pengelolaan risiko proyek konstruksi meliputi: Identifikasi risiko Memahami kebutuhan atau mempertimbangkan risiko Menganilisis dampak dari risiko tersebut Menetapkan siapa yang bertanggungjawab terhadap risiko tertentu 7.2. Identifikasi risiko Berikut ini merupakan identifikasi risiko yang dianalisis oleh PT. PP (Persero), Tbk NO JENIS RESIKO RESIKO YANG MUNGKIN MUNCUL I PHISIC RISK a Galian tanah runtuh b Kebocoran dinding basement dan lantai II PERSONAL RISK 1 Owner a Dana yang dikeluarkan bertahap b Pengurusan IMB yang belum tuntas c Pemutusan kontrak kerja yang berlarut - larut 3 Konsultan perencana a Desain gambar yang belum diputuskan b Gambar koordinasi kurang baik 4 Konsultan pengawas a Lambat membuat keputusan b Lambat dalam approval material c Tidak cakap dalam melaksanakan koordinasi 118

130 NO JENIS RESIKO RESIKO YANG MUNGKIN MUNCUL d Sangat sulit bekerja sama e Segala keputusan menunggu keputusan dari perencana 5 Shaft, Foreman a Kualitas tidak baik, terjadi rework yang cukup besar (1-2 %) b Kurang terampil (perlu waktu lama untuk menyelesaikan pekerjaan) c Kekurangan tenaga kerja jika proyek terlalu banyak d Kualitas pekerja jelek e Tenaga kerja pulang setiap 2 minggu 6 Sub kontraktor a Sub kont yang dipilih tidak bermodal kuat b Harga lebih tinggi dari RAB c Kesulitan pengadaan tenaga kerja III TECHNICAL RISK 1 Value engineering a Konsultan awal tetap ditunjuk oleh owner b Nilai VE tidak sesuai dengan rencana awal c Jika VE gagal dilaksanakan d Perubahan kontrak 2 Material a Produksi material tergantung cuaca b Kebutuhan volume cukup besar 3 Equipment a Kekuarangan alat b Umur alat tua sehingga tidak sesuai dengan produktivitas c Daya dukung alat tidak sesuai kebutuhan 4 Kualitas a Pek. Basement biasanya gagal b Pek finishing jelek 5 Proses konstruksi a Proses ijin belum selesai (IP, IMB, Ijin Sungai) b Pek. Belum bisa dimulai karena masalah disain 6 Kondisi lapangan a Jalan masuk macet dan ramai sehingga material harus masuk malam hari b Lokasi kerja dekat dengan pemukiman 7 Variation Order (VO) a Lambatnya evaluasi perhitungan VO IV REGULATION RISK a Harga BBm naik b Kebijakan baru dalam fiskal V FINANCIAL RISK a Pembayaran uang muka terlambat b Pembayaran termyn terlambat dari owner c Pembayaran yang lambat kepada sub kontraktor bisa mengakibatkan harga penawaran dari sub kont tinggi VI VII VIII CONTRACTUAL RISK a SAFETY & ACCIDENT RISK CONSTRUCTION DESIGN CAUSE RISK b c Tidak cermat dalam mempelajari kontrak dalam bahasa inggris Kesulitan pada saat serah terima pekerjaan Spek yang mengambang/tidak jelas Mengacu pada program OHSAS Kegagalan konstruksi IX ENVIRONMENTAL RISK a b Komplain masyarakat Premanisme, pemulung Tabel Identifikasi Risiko 119

131 7.3. Evaluasi Resiko Setelah menentukan level resiko dari tiap kegiatan, barulah kita mengevaluasi resiko mana yang harus diprioritaskan dan sebanding dengan atau tidak dengan effort (tindakan) yang dilakukan. Hal ini juga dapat menjadi acuan dalam menentukan tindakan yang harus diambil dalam menindaki kemungkinan resiko tersebut Tanggapan dan Perlakuan Resiko Dalam tahap ini kita mengambil tindakan untuk memberikan tanggapan terhadap resiko setelah dievaluasi. Dari sini dapat dilihat pemberian tanggapan terhadap resiko ini dapat dilakukan menjadi 4 bagian yaitu kurangi kemungkinan, kurangi akibat, menerima dan mengalokasikan resiko. Penentuan tindakan ini diambil berdasarkan level dan prioritas resiko tersebut Dalam menyusun sasaran / tujuan dari tanggapan atas risiko perlu ditetapkan : Kriteria untuk asesmen risiko Ketentuan toleransi risiko dan level risiko yang perlu diberi tanggapan dan perlakuan (sesuaikan dengan kebijakan, tujuan dan sasaran organisasi, kepentingan para pemegang kepentingan dan persyaratan peraturan). Sumber daya (termasuk SDM & Anggaran) yang dibutuhkan Standar informasi/pelaporan & rekaman-tercatat 7.5. Mendokumentasikan Tahap mendokumentasikan ini merupakan hal yang sangat penting karena resiko dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang sangat perlu untuk didokumentasikan, terutama untuk proyek konstruksi yang bersifat dinamis. berikut merupakan contoh pendokumentasian manajemen resiko. 120

132 BAB VIII MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA 8.1. Manajemen Keselamatan Untuk menjamin konstruksi dengan angka nol kecelakaan, PT. PP (Persero), Tbk menggunakan standar sistem managemen kualitas internasional ISO PT. PP (Persero), Tbk menunjukkan komitmen keselamatan kerja dalam kebijakan perusahaan (terlampir). Adapun dalam pelaksanaan pekerjaan, kontrol dasar dari K3 mengacu pada beberapa standart, yaitu: 1. OHSAS Technical Specification of The Project 3. Safety Target of PT. PP ( Persero) 4. Safety Management OHSAS adalah standar internasional untuk sistem manajemen keselamatan. Sistem ini menjadi benchmark dalam kontrol keselamatan dalam konstruksi. Spesifikasi teknik proyek adalah dokumen yang menjadi standar keselamatan dari konstruksi yang harus dilakukan oleh kontraktor yang dibutuhkan oleh pemilik proyek. Target keselamatan dari PT PP adalah standar keselamatan konstruksi yang ditetapkan oleh PT. PP (Persero), Tbk dengan tujuan untuk standarisasi keselamatan dan meningkatkan kondisii keselamatan dan menyeragamkan benchmark keselamatan yang diinginkan. Manajemen keselamatan adalah pengaturan dari keselamatan yang harus dilakukan oleh tim proyek berdasarkan dari rencana keselamatan, target keselamatan, papan penilaian, spesifikasi teknik dan OHSAS Manajemen keselamatan terdiri dari rencana keselamatan, pelaksanaan, administrasi dan laporan rencana keselamatan. Penjelasan detail tentang rencana keselamatan dijelaskan dalam bagian lain dalam metode pelaksanaan ini. 121

133 Gambar Safety talk wajib diikuti setiap pekerja 8.2. Manajemen Lingkungan Untuk menjamin keselamatan lingkungan akibat pengaruh konstruksi, PT PP menggunakan standar managemen lingkungan berupa standar internasional dengan aplikasi dari ISO PT. PP (Persero), Tbk memiliki komitmen lingkungan yang dijelaskan dalam kebijakan perusahaan (terlampir). ISO adalah standar internasional tentang sistem manajemen lingkungan. Sistem ini menjadi benchmark dalam kontrol pengaruh proyek konstruksi terhadap lingkungan. PT. PP (Persero), Tbk merupakan kontraktor yang telah bersertifikasi ISO mengenai Sistem Manajemen Lingkungan. ISO tersebut telah diadopsi dalam bentuk Work Instruction terpadu dengan penerapan standart lainnya yaitu ISO 9001:2000 dan OHSAS 18000:1999. Dalam pelaksanaannya PT.PP (persero) mengaplikasikan berbagai aktifitas proyek dalam konsep sebagai Green Contractor. Sehingga dalam pelaksanaan proyek, PT. PP (Persero), Tbk selalu akan berusaha menjadikan dampak lingkungan sebagai aspek yang harus diperhatikan agar tidak merusak lingkungan sekitar. Adapun dalam pelaksanaan pekerjaan, kontrol dasar dari aspek lingkungan mengacu pada beberapa standart, yaitu: 1. ISO : Spesifikasi Teknik Proyek 3. Enviromental Management 122

134 Gambar Papan slogan dan peraturan di lokasi proyek 8.3. Manajemen Housekeeping Proyek konstruksi membutuhkan pengaturan untuk menyusun kondisi lapangan yang bersih dan rapi. Penataan kondisi lapangan tersebut umumnya disebut sebagai Manajemen Housekeeping. Manajemen proyek housekeeping menjadi bagian dari sistem manajemen kualitas dalam ISO Dalam proyek konstruksi, kontrol dasar dari housekeeping mengacu pada : 1. ISO Spesifikasi teknik dari proyek 3. Manajemen housekeeping. Manajemen Housekeeping ini meliputi pengelolaan kebersihan area proyek termasuk siklus pengelolaan sampah proyek, kebersihan kantor, gudang, penataan siklus material, dll. 123

135 BAB IX MANAJEMEN KUALITAS 9.1. Manajemen Kualitas PT. PP (Persero), Tbk Untuk garansi kualitas, PT. PP (Persero), Tbk menggunakan standar internasional sistem menajemen kualitas dengan aplikasi dari ISO Komitmen PT. PP (PERSERO), TBK untuk kualitas ditunjukkan dalam kebijakan perusahaan (terlampir) Dalam proyek konstruksi, kontrol dasar dari kualitas mengacu pada beberapa standar, yaitu: 1. ISO Spesifikasi teknik dari proyek 3. Target kualitas PT. PP (Persero), Tbk 4. Quality Management ISO adalah standar internasional untuk kualitas sistem manajemen dari perusahaan. Sistem ini menjadi benchmark dalam hasil kontrol kualitas dari konstruksi. Spesifikasi teknik dari proyek adalah dokumen yang menjadi kualitas standar dari material, metode konstruksi, tes dan hasil konstruksi yang harus dilaksanakan oleh kontraktor yang dibutuhkan oleh owner dari proyek. Target kualitas PT. PP (Persero), Tbk adalah hasil standar kualitas pekerjaan dari tipe pekerjaan yang bervariasi yang ditetapkan oleh PT. PP (Persero), Tbk dengan tujuan untuk membuat hasil standar dari pekerjaan dan meningkatkan kualitas dan menyeragamkan benchmark kualitas yang diinginkan. Manajemen dari kualitas (quality management) adalah pengaturan dari kualitas yang harus dilakukan oleh tim proyek berdasarkan dari rencana kualitas, target kualitas, papan penilaian, spesifikasi teknik dan ISO Manajemen dari kualitas terdiri dari rencana kualitas, jaminan kualitas dan kontrol kualitas. Penjelasan detail tentang rencana kualitas dijelaskan dibawah ini. 124

136 Quality Policy Peduli keinginan dan kepuasan pelanggan Peningkatan kualitas yang berkesinambungan Pendekatan rekayasa teknik maupun bisnis Pemanfaatan teknologi mutakhir Profesionalisme SDM yang berwawasan global Safety & Health Policy Mengurangi kehilangan waktu kerja (Lost Time) di proyek Menurunkan angka kecelakaan melalui program peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang berkesinambungan dan melibatkan pihak terkait Menciptakan lingkungan kerja yang sehat Penerapan K3 selalu mengikuti ketentuan-ketentuan setempat yang terkini 125

137 9.2. Standar Operasi Gambar Standar Operasi QC 9.3. Pengontrolan Kualitas prosedur slump test Gambar Prosedur Slump Test 126

138 Gambar Uji test slump beton Tes Tekan Beton 1. Pemberian Nomor pada sample-sample sesuai spesifikasi atau sesuai ACI 2. Frekuensi pengujian sesuai spesifikasi atau sesuai ACI 3. Sample dibuat berbentuk Silinder 4. Sample silinder dikonversikan berbentuk kubus dengan faktor pengali 0,83 5. Label untuk sample PP-ES/AA/BB/CC AA menandakan kelas BB menandakan hari tes CC menandakan nomor dari sample-sample dalam satu hari 6. Pengujian laboraturiom oleh Trisakti dan Sofoco 7. Sample-sample akan diuji pada hari ke-3, 7 dan Sample-sample akan dijaga di laboratorium 9. Evaluasi hasil pengujian berdasarkan spesifikasi atau ACI Tes Kuat Tekan Beton 1. Untuk volume beton ukuran kecil Volume cor 5 m3 Jumlah sample 1 Di test = 7 atau 28 hari ( seijin pengawas ) 2. Untuk volume beton ukuran besar Volume cor > 5 m3 Jumlah sample 1 setiap 2 truck mixer Di test = 7 hari, 14 hari, 28 hari dan cadangan 56 hari ( apabila diperlukan ) 127

139 Gambar Sampel beton yang akan dites tekan Kualitas Kontrol Beton Meliputi : 1. Pengukuran suhu beton segar 2. Pengukuran slump beton 3. Pengambilan benda uji Kriteria penerimaan beton : 1. Suhu beton segar 32 derajat C 2. Slump beton 130 ± ( 30/10 mm ) Gambar Pengukuran suhu beton Pengambilan benda uji setiap 100 m 3 ( 17 truk mixer) diambil 1 set (minimal 4 benda uji). - 1 benda uji untuk umur 7 hari - 2 benda uji untuk umur 28 hari - 1 benda uji untuk umur 56 hari (cadangan) 128

140 Gambar Slump Test Pengujian Baja Tulangan 1. Penomoran sample sesuai spesifikasi atau ACI 2. Frekuensi pengujian sesuai spesifikasi atau ACI 3. Laboratorium pengujian yaitu Sofoco 4. Pengujian baja tulangan meliputi pengujian regangan dan pengujian pembengkokan 5. Evaluasi hasil pengujian sesuai spesifikasi atau ACI Keterangan : 1. Pengecekan diameter tulangan dengan menggunakan jangka sorong. 2.Pemotongan panjang sampel benda uji sesuai dengan spesifikasi pengujian. 3. Pemberian tanda tiap 5 cm pada sampel (sebagai pembanding perubahan panjang setelah uji kuat tarik). 4. Penempatan sampel pada alat uji kuat tarik dan memulai pengujian. 5. Pembacaan gerak jarum hingga tulangan putus. 129

141 Dari hasil uji kuat tarik diperoleh grafik antara besarnya gaya yang diberikan dengan perubahan panjang sampel hingga sampel putus. Hasil ini dibandingkan dengan standar SNI untuk besi tulangan apakah memenuhi atau tidak Penetuan Hold Point Tiap Pekerjaan Hold Point Pekerjaan Penulangan Perihal Acceptance Criteria Persetujuan material Persetujuan oleh konsultan Sertifikat Persetujuan oleh konsultan Pre test Persetujuan oleh konsultan Tabel Hold Point 1 : Sebelum Pekerjaan Beton Perihal Setiap kedatangan 1000 ton beton dilakukan pengetesan Pemotongan tulangan sesuai ukuran Acceptance Criteria Persetujuan oleh konsultan Tidak kurang dari gambar Hold Point Plester Dan Aci Tabel Hold Point 2 : Selama Pekerjaan Beton Perihal Frame dan bracing sesuai dengan shop drawing Cross Brace terpasang dengan baik As balok sesuai dengan shop drawing Elevasi dasar balok sesuai dengan shop drawing Acceptance Criteria Jarak lokasi penempatan sesuai dengan shop drawing Semua Cross Brace terpasang di pin dengan baik dan kuat Deviasi terhadap as ± 2mm Deviasi elevasi ± 2mm Tabel Hold Point 1 : Setelah Bekisting Bawah Balok Terpasang Perihal Elevasi besi balok dan plat sesuai dengan shop drawing Jarak tulangan sesuai dengan shop drawing Acceptance Criteria Beton deking t = 2,5 cm; jarak = 100 cm Harus sesuai dengan shop drawing 130

142 Space tulangan atas bawah sesuai dengan shop drawing Harus sesuai dengan shop drawing Tabel Hold Point 2 : Setelah Pembesian Plat Lantai Terpasang Hold Point Pekerjaan Cat Perihal Acceptance Criteria Mitra Kerja Applicator resmi yang ditunjuk oleh pabrik bersangkutan Cek kualitas material Produk resmi pabrik yang bersangkutan yang dikuatkan dengan pembuktian pembelian / PO Jaminan bahan Minimal 2th dari pabrik yang bersangkutan dengan surat jaminan bermaterai Jaminan pelaksanaan Minimal 2th dari applicator yang bersangkutan dengan surat jaminan bermaterai Chek permukaan acian - Halus, rata dan bersih dari bahan organik yang lain (diraba dengan tangan) - Kelembaban maksimal 19% diukur dengan alat Protimeter atau PH < 12 Tabel Hold Point 1 : Sebelum Pengecatan 131

143 Perihal Acceptance Criteria Cat dasar Alkali primer 1 lapis Cat finish Acrylic Emultion Weathershield minimal 2 lapis Tabel Hold Point 2 : Selama Pengecatan Permukaan cat Kerapihan Perihal Acceptance Criteria Rata dan warna seragam Tidak mengenai bidang lain Tabel Hold Point 3: Setelah Pengecatan Hold Point Pekerjaan Waterproofing Hold Point 1 Perihal Bersihkan permukaan Hold Point 2 Bersih Acceptance Criteria Tes rendam Perihal Acceptance Criteria Tidak terjadi kebocoran 9.5. Target Kualitas No Pekerjaan Keterangan A Beton 1 Kolom Sudut kolom tidak geripis, tanpa plin, tidak keropos, warna seragam 2 Balok Sudut kolom tidak geripis, tanpa plin, tidak keropos, warna seragam 3 Dinding Sudut kolom tidak geripis, tanpa plin, tidak keropos, warna seragam B Arsitektur Keramik Persimpangan rapi, naad keramik seragam, vertical dan horizontal naad bertemu Plester & aci Permukaan halus dan rata, tidak retak, tali air lurus dan rapi. Cat Permukaan halus, tidak mengelupas Alumunium Tidak bocor, plester rapi, jendela tertutup rapat dan rapi, pemasangan silicon rapi Kanstin Permukaan halus dan rapi 132

144 No Pekerjaan Keterangan C Mekanikal/ elektrikal Sanitari Berfungsi dengan baik, pemasangan simetris nat keramik, pipa air tidak bocor, asesoris bersih dan rapi Plumbing Pipa bersih, klem terpasang seragam dan rapi, tidak bocor pada floor drain, sambungan rapid an tidak bocor, ruang shaft bersih Ducting ac Isolasi rapid dan utuh, tidak terjadi kondensasi, jarak gantungan seragam dan kuat Tabel Target Kualitas 133

145 BAB X MANAJEMEN KLAIM Klaim Klaim adalah suatu tuntutan/tagihan yang mucul karena beberapa hal. Adapun masalah yang dapat menimbulkan klaim adalah sebagai berikut : Variations Variations Keadaan Keadaanlapangan lapanganyang tidak tidak sesuai sesuai kontrak kontrak Pelanggaran Pelanggarankontrak Masalah Klaim Penghentian/ Penghentian/ penundaan penundaan pekerjaan pekerjaan Keterlambatan & Pengaruhnya Special Special Risk Risk Changest ChangestCost Cost & Legislation Legislation Gambar Diagram masalah klaim Variations, Engineer dapat mengeluarkan suatu variation orders kepada kontraktor karena keadaan lapangan yang tidak sesuai dengan design atau sebab lain misalnya kenaikan atau pengurangan volume pekerjaan yang termasuk di dalam kontrak, menghilangkan suatu jenis pekerjaan dan lain-lain. Keadaan lapangan yang tidak sesuai kontrak Pelanggaran kontrak Penghentian/penundaan pekerjaan Keterlambatan dan Pengaruhnya Spesial Risk Changest Cost and Legislation 134

146 10.2. Manajemen Proyek Masa Pemeliharaan Sistem manajemen selama masa pemeliharaan adalah sistem manajemen proyek selama masa pemeliharaan yang dilakukan oleh PT. PP (Persero), Tbk yang berhubungan dengan peraturan untuk memenuhi klausul kontrak. PT. PP (Persero), Tbk bertanggung jawab untuk melaksanakan pemeliharaan yang dimulai saat tanggal dari penandatanganan First Hand Over (HO-1) sampai waktu yang telah diterangkan di dokumen kontrak. Periode ini akan berakhir dengan Second Hand Over (HO-2). Adapun prosedur standart dari masa pemeliharaan ini adalah sebagai berikut: PT. PP (Persero), Tbk Cabang III mempunyai tim yang dibentuk secara khusus untuk menangani proyek yang sedang dalam masa pemeliharaan. Tim ini akan bekerja sama dengan tim proyek yang dipimpin oleh PM selama masa pemeliharaan proyek Sebelum masa pemeliharaan dimulai, PM menyampaikan pesan tertulis kepada manajemen konstruksi / wakil pemilik proyek yang berisi informasi relevan dari masa pemeliharaan proyek. PM adalah pegawai yang bertanggung jawab selama masa pemeliharaan proyek Tanggung jawab PT. PP (Persero), Tbk selama masa pemeliharaan proyek adalah : 1. Memperbaiki kerusakan atau ketidaksempurnaan pekerjaan yang terdapat di dalam daftar kerusakan yang ada dalam First Hand Over Dokument (HO-1) 2. Membuat laporan yang dibutuhkan untuk dihubungkan dengan administrasi pekerjaan pemeliharaan 3. Variation order (VO) yang diminta oleh owner selama periode ini harus mengikuti kondisi dari dokumen kontrak 4. PT. PP (Persero), Tbk akan memperbaiki pekerjaan yang tidak memuaskan berdasarkan spesifikasi teknik, dokumen kontrak dan standar kualitas dari dari PT. PP (Persero), Tbk. 5. Aspek Keselamatan, housekeeping dan lingkungan akan dipertimbangkan secara konsisten oleh tim selama masa pemeliharaan ini. 6. Jika regu ditugaskan tidak bisa melaksanakan tugas-tugas mereka berdasar pada prosedur dengan baik, PM akan menyusun pengganti. 7. Ketika masa pemeliharaan berakhir dan pekerjaan perbaikan dalam list kerusakan dan komplain telah dilaksanakan menurut standar dan spec, PM akan menyampaikan laporan bahwa periode kewajiban telah selesai 135

147 dan menyertakan informasi terkait tentang penyelesaian dari daftar kerusakan dan komplain lainnya. 8. Owner / managemen konstruksi akan memeriksa laporan bersama-sama dengan PT. PP (Persero), Tbk 9. Hasil dari pemeriksaan yang dibuat dalam form minutes of inspection akan ditandatangani bersama oleh owner / manajemen konstruksi dan PT. PP (Persero), Tbk 10. Second Hand Over ( HO-2) ditandatangani oleh owner dan PT. PP (Persero), Tbk Adapun personil dan deskripsi tugasnya adalah sebagai berikut: 1. PT PP akan menempatkan personel dan tenaga kerja selama masa pemeliharaan di bawah tanggung jawab dari PM 2. Tim akan selalu siap di lokasi selama masa pemeliharaan Tugas utama dari tim ini adalah untuk menjamin perbaikan dari pekerjaan cacat selama masa konstruksi untuk pekerjaan yang tidak sempurna. Tim ini bertugas : 1. Mengkoordinasi pekerja untuk memperbaiki pekerjaan cacat 2. Mengikuti inspeksi yang berhubungan dengan temuan pekerjaan cacat 3. Membuat laporan Adapun proses dari manajemen masa pemeliharaan ini, digambarkan dalam flow chart berikut ini: 136

148 Deskripsi Bagan Alir Personil Mulai Daftar kerusakan yang harus diperbaiki oleh PT. PP (Persero), Tbk Proses perbaikan sesuai SOP Daftar Kerusakan Proses Perbaikan Manajer Proyek Tim Operasional Selesai Tabel Bagan alir umum Deskripsi Bagan Alir Personil Mulai Komplain kepada PT. PP (Persero), Tbk yang berhubungan dengan pekerjaan yang tidak dilaksanakan dalam kurun waktu tersebut. Penulisan memo pada PT. PP (Persero), Tbk Komplain Penulisan Memo Owner / CM Owner / CM Penyelesaian Investigasi oleh Tim Operasioanal dan dilaporkan kepada PM Investigasi Manajer Proyek Evalusai hasil investigasi oleh PM. Pengecekan hasil laporan berdasarkan dokumen kontrak Proses perbaikan sesuai SOP No Cek Yes Proses Perbaikan Penulisan Surat kepada Manajer Proyek Tim Operasional Selesai Tabel Bagan Alir Komplain Sampai Waktu Pemeliharaan 137

149 Deskripsi Bagan Alir Personil HO - 1 Daftar kerusakan yang harus diperbaiki oleh PT. PP (Persero), Tbk Rencana untuk perbaikan termasuk metode dan jadwal pekerjaan. (proposal) Evaluasi dari proposal perbaikan Daftar Kerusakan Daftar Rencana Perbaikan Kerusakan Manajer Proyek Tim Operasional Persetujuan dari CM No CM Pelaksanaan perbaikan berdasarkan proposal perbaikan Yes Pelaksanaan Perbaikan Tim Operasional Jika pekerjaan perbaikan selesai, laporan pekerjaan diserahkan ke Owner / CM Jika pekerjaan perbaikan selesai, laporan pekerjaan diserahkan ke Owner / CM Proses pengecekan berdasarkan laporan inspeksi bersama dan daftar kerusakan. Laporan Tim Inspeksi Bersama Persetujuan No Tim Operasional / PM Semua Owner / CM Pembuatan risalah inspeksi berdasarkan laporan hasil inspeksi bersama dan persetujuan dari Owner / CM Laporan akhir yang dibuat oleh PM untuk diinformasikan kepada Owner dalam proses penyelesaian pekerjaan perbaikan Yes Risalah Inspeksi Laporan Akhir Semua Manajer Proyek Selesai Tabel Bagan Alir Dari Sop 138

150 BAB XI MANAJEMEN KOMUNIKASI Gambaran Umum Manajemen komunikasi adalah salah satu fungsi yang esensial dalam keberlangsungan sebuah proyek. Dalam sebuah proyek konstruksi dapat dikatakan bahwa 80% dari aktivitas manajemen sebuah proyek adalah komunikasi. Seorang manajer proyek harus membuat sebuah rencana komunikasi yang efektif yang menggambarkan dua buah fungsi yang utama, yaitu mengumpulkan data yang akurat informasi dalam jangka waktu yang lama. Untuk membuat semuanya berjalan secara efektif, sebuah tim dalam sebuah proyek harus membuat sebuah standar untuk mengindikasi kebutuhan dari para stakeholder, media komunikasi yang baik, jadwal komunikasi yang stabil, dan mengatur arus informasi baik itu ke dalam atau pun keluar. Hal ini merupakan peluang untuk menciptakan hubungan yang efektif antara para stakeholder, mendesain dan mengimplementasikan strategi berkomunikasi, dan mempersiapkan laporan yang efektif untuk para pihak yang terkait (stakeholder) dalam proyek Laporan Kinerja Laporan kinerja meliputi pengumpulan dan penyebaran informasi kinerja untuk memberi stakeholder dengan informasi tentang bagaimana sumber daya digunakan untuk mencapai sasaran proyek. Dalam hal ini termasuk status pelaporan, pengukuran progres dan peramalan. Proses ini termasuk : Status reporting menggambarkan dimana proyek berdiri saat ini, misalnya status dikaitkan dengan schedule dan anggaran. Progress reporting menggambarkan apa yang team proyek telah selesaikan, misalnya, berapa persen penyelesaian terhadap schedule, atau apa yang diselesaikan dengan apa yang dalam proses. Forecasting atau peramalan, yaitu memprediksi status dan progres proyek di waktu yang akan datang. Laporan kinerja secara umum memberikan informasi tentang lingkup (scope), jadwal (schedule), biaya (cost) 139

151 mutu (quality). informasi tentang resiko Pengadaan, dan lain-lain yg penting diperlukan Salah satu strategi yang dilakukan untuk mempermudah proses komunikasi dalam suatu proyek adalah adanya meeting (pertemuan) rutin yang diagendakan untuk membahas apa-apa saja akan dihadapi atau dijalankan selama proses konstruksi berlangsung. Frekuensi meeting (pertemuan) yang dilakukan biasanya terdiri dari meeting pagi (tiap hari) sebelum memulai pengerjaan proyek, satu minggu sekali (terjadi pengevaluasian progres pekerjaan, dan perencanaan yang akan dilakukan di satu minggu berikutnya), satu bulan satu kali (bersama-sama dengan pihak konsultan dan owner) Laporan Informasi Kemajuan Pekerjaan Merupakan tahap mengumpulkan dan menyebarkan informasi kemajuan, termasuk pelaporan status pengukuran prestasi dan memperkirakan kapan pekerjaan yang bersangkutan akan selesai. Dasar performance reporting: o Pengamatan (sensoring) o Monitor o Pengendalian (controlling) Komunikasi Eksternal Kick of Meeting Setelah seluruh rencana disiapkan oleh tim penyusun rencana kerja yang melibatkan manajer proyek, manajer teknik serta personil inti lain dari proyek ataupun tenaga ahli, maka proyek segera dimulai. Mulainya proyek ditandai dengan dikeluarkannya Notice to Procced (Surat Perintah Kerja, atau Surat Penyerahan Lapangan). Tujuan Rapat adalah untuk : Team Building, membangun tim proyek agar seluruh petugas, sesuai dengan struktur organisasi dan uraian kerja, memahami benar tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Menyamakan persepsi tentang jadwal, kualitas dan anggaran proyek. Menyatukan langkah, agar masing-masing unit tidak berjalan sendirisendiri dalam menjalankan tugasnya. Mengikuti SOP (Standard Operating Procedure ) yang berlaku. 140

152 Agenda Rapat: i. Penjelasan menyeluruh dari menajer proyek tentang : Target keuntungan yang hendak dicapai Target waktu penyelesaian proyek Target mutu kerja ii. Pembagian tugas pekerjaan iii. Menyusun Standard Operating Procedure iv. Target jangka pendek (1-2 minggu) yang hendak dicapai Jadwal Rapat: Kick of Meeting dilaksanakan saat kegiatan proyek akan dimulai dan kalau belum bisa dilokasi proyek, dilaksanakan sedekat mungkin dengan lokasi Tool Box Meeting Tool Box Meeting adalah rapat persiapan untuk membahas pelaksanaan suatu bagian pekerjaan tertentu Peserta Rapat: Manajer Operasi Lapangan, Kepala Pelaksana, Mandor, Subkontraktor Agenda Rapat: metode kerja yang ditetapkan Personil/ unit kewrja masing-masing yang terkait Rute dan Lay-out peralatan dan bahan Jadwal Rapat: Setiap akan dimulai pekerjaan pokok seperti : Pekerjaan pondasi Pekerjaan Pengecoran Pekerjaan Arsitektur Pekerjaan M/E Komunikasi internal Rapat harian Rapat harian adalah rapat yang diadakan untuk merencanakan apa yang harus dikerjakan besok hari, serta memantau apa yang telah dikerjakan hari ini, apakah sudah sesuai dengan rencana kerja harian. Peserta Rapat: Diikuti oleh Kepala Pelaksana, Pelaksana Lapangan, Subkontraktor, Mandor, dan bila perlu staf terkait 141

153 Rapat harian dipimpin oleh GSI Agenda Rapat Melakukan evaluasi apakah target yang ditetapkan tercapai, dan menetapkan target untuk besok hari. Jadwal Rapat Dikerjakan pada sore hari pada pukul di kantor proyek Rapat Mingguan Rapat mingguan adalah rapat untuk merencanakan apa yang harus dikerjakan minggu depan, serta memantau apa yang telah dikerjakan minggu ini untuk mengetahui apakah sudah sesuai dengan rencana kerja mingguan (lebih menitikberatkan pada masalah teknik operasional). Jadwal Rapat Rapat mingguan dilaksanakan pada hari selasa pkl dengan peserta: - Manajer Teknik, Manajer Operasi, Manajer Administrasi, dan staf - Rapat mingguan dipimpin oleh Manajer Proyek atau Manajer Operasi Agenda Rapat - Mengevaluasi progress dan pencapaian pekerjaan yang ditargetkan minggu yang lalu - Membahas target penyelesaian pekerjaan seminggu yang akan datang Rapat Bulanan Rapat bertujuan untuk memperoleh keterangan pertama dari pihak pimpinan proyek (kontraktor, konsultan, maupun pemilik), perihal kemajuan pelaksanaan, kendala-kendala yang dihadapi, mendengarkan pembahasan dan usulan yang diajukan, kemudian memberikan keputusan dan petunjuk kebijakan untuk dilaksanakan di bulan-bulan selanjutnya. Rapat ini diadakan setiap minggu ke-3 pada hari Kamis pkl Peserta Rapat Manajer Teknik, Manajer Operasi, Manajer Administrasi, dan staf Agenda Rapat, antara lain meliputi : 1. Meninjau notulen rapat bulan lalu 142

154 : 2. Pembahasan pencapaian Objectives/ program Kerja Proyek, antara lain a. EBPP (Evaluasi Biaya Pelaksanaan Proyek) b. Kinerja c. Quality Target (mutu produk, house keeping, safety) d. Potential problem e. Custumer Complaint f. Masalah SDM g. Cash flow (termin, dropping, pembayaran hutang, jurnal akuntansi dan keuangan) h. Lain-lain (inovasi, sistem dokumentasi) Adapun hasil laporan bulanan yang bisa dihasilkan antara lain : Engineering Berupa penyusunan spesifikasi, gambar engineering untuk konstruksi, dan paket berisi gambar dan spesifikasi untuk pembelian barang. Laporan kemajuan produktivitas dan pengeluaran biaya engineering disajikan dalam bentuk grafik S yang menunjukkan perbandingan perencanaan terhadap pelaksanaan, disertai penjelasan bila terjadi penyimpangan berikut usaha perbaikannya. Pengadaan Isi laporan meliputi antara lain: - Kemajuan persiapan paket pembelian - Kemajuan evaluasi lelang - Ikatan-ikatan pembelian yang telah dilakukan - Material yang telah diangkut ke lokasi proyek - Kemajuan peraltan yang berfungsi kritis, apakah dapat tetap memenuhi jadwal penyerahan termasuk masalah pengangkutan dan pemeriksaan. Konstruksi Hal yang perlu dilaporkan antara lain: - Kemajuan konstruksi per area - Produktivitas tenaga kerja - Pemakaian alat-alat konstruksi - Jumlah pemakaian tenaga kerja 143

155 - Kemajuan pekerjaan subkontrak - Total kemajuan konstruksi dalam bentuk jadwal gabungan konstruksi - Dilampirkan juga masalah mutu dan hasil-hasil inspeksi yang dikerjakan Dalam pelaksanaan pekerjaan biasanya kontraktor mengeluarkan formform berbentuk: SI (Site Instruction) Yang mana SI ini berfungsi untuk melakukan pekerjaan yang berada diluar spesifikasi dan yang mana nanti akan ada penambahan biaya, yang diajukan oleh kontraktor. Contoh form terlampir. Approval Material Form ini diajukan oleh kontraktor untuk menyetujui material yang dipakai oleh kontraktor untuk pelaksanaan pekerjaan dan harus disetujui oleh konsultan/owner. Contoh form terlampir. 144

156 Bagan Alir Jalur Kordinasi FLOW KOORDINASI PROSEDUR KORDINASI INTERNAL - EKSTERNAL (PEMBUATAN RENCANA METODE KERJA) KONTRAKTOR OWNER DRAFTER RENDAL ADTEK GSI / PELAKSANA SITE MANAGER PO SE / SPV Shop Drawing Perencanaan Metode Kerja Perencanaan Metode Kerja No Sesuai Yes Penyerahan Rencana Metode Kerja Pemeriksaan Rencana Metode Kerja Persetujuan Rencana Metode Kerja Pengawasan No Sesuai Yes Asli Dokumen Metode Kerja Copy Dokumen Metode Kerja Copy Dokumen Metode Kerja & Distribusi Copy Dokumen Metode Kerja 145

157 FLOW KOORDINASI PROSEDUR PEMBUATAN CONSTRUCTION DRAWING (SHOP DRAWING) KONTRAKTOR OWNER SURVEYOR DRAFTER SOE SM / GSI PLANNING & DESIGN CM Data Hasil Ukur Existing (0%) Contract Drawing, Addenda dll Penggambaran Shop Drawing Check Yes Sesuai Yes Pengesahan Shop Drawing No No Pengadaan dan Distribusi Shop Drawing Asli Dokumen Copy Dokumen Copy Dokumen 146

158 FLOW KOORDINASI PENGELUARAN DAN PENDISTRIBUSIAN BAHAN / BARANG KONTRAKTOR PELAKSANA SM / GSI GUDANG MANDOR / PEKERJA Shop Drawing (Gambar Kerja) Rencana Kebutuhan Bahan Check No Yes Bon Permintaan Bahan / Barang (BP) Pengeluaran Bahan / Barang Copy Dokumen (Tanda Terima) Asli Dokumen Pendistribusian dan Penggunaan Bahan 147

159 BAB XII MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA Tim Manajemen Proyek Dalam pelaksanaan proyek ini, Tim manajemen proyek dibuat berdasarkan standar struktur organisasi PT. PP (Persero), Tbk. Di samping itu, Tim manajemen proyek juga disesuaikan dengan kebutuhan dari kondisi proyek yang dapat berupa lingkup pekerjaan, kompleksitas, tingkat kesulitan, koordinasi dan komunikasi yang diperlukan, dan pertimbangan yang lainnya. Tim proyek yang ditempatkan merupakan personil yang telah terseleksi dan dianggap mampu dalam melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan jabatan dan posisinya di dalam struktur organisasi proyek tersebut dalam rangka mencapai target proyek yang telah ditentukan Organisasi Proyek Berikut beberapa penjelasan tentang struktur organisasi dari proyek pembangunan tahap III (lanjutan) gedung bertingkat 10 (11 lantai) untuk parkir sarana olahraga, dan kantor KBPA: Project Manager Tugas dan Tanggung Jawab Project Manager : 1. Melaksanakan penerapan sistim manajemen mutu. 2. Membuat perencanaan proyek bersama tim estimator, tim anggaran sehingga proyek sesuai dengan persyaratan. 3. Memimpin seluruh kegiatan pelaksanaan dilapangan : o Pendayagunaan tenaga, dana, alat waktu dan teknologi secara optimal. o Mengusahakan pemenuhan persyaratan mutu, batas waktu serta batasan biaya. 4. Melakukan kegiatan pengendalian di lapangan agar proses kerja dan hasil kerja berlangsung secara efektif dan efesien. 5. Memecahkan permasalahan yang terjadi selama proses kegiatan pelaksanaan dilapangan agar proyek dapat diselesaikan untuk menjamin tercapainya keuntungan. 6. Mengevaluasi hasil kegiatan pelaksanaan pekerjaan terhadap rencana pekerjaan 148

160 7. Menghadiri rapat Koordinasi di Proyek antara Wakil Pengguna Jasa, Pengawas Proyek,Konsultan dan Mitra Usaha. 8. Mempersiapkan Laporan Pertanggung Jawab Pelaksanaan Proyek 9. Membuat Laporan tentang kepegawaian, keuangan, peralatan, dan persediaan bahan di proyek secara berkala 10. Bersama dengan Kep. Div. Construction memeriksa kemajuan pekerjaan dan menyiapkan berita acara kemajuan Construction Manager Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Divisi Construction : 1. Melaksanakan penerapan sistim jaminan mutu 2. Mengkoordinasi Site Manager dalam pelaksanaan pekerjaan fisik. 3. Menyiapkan konsep RBP (Rencana Biaya Pelaksanaan) 4. Bersama dengan Project Manager memeriksa kemajuan pekerjaan dan menyiapkan berita acara kemajuan. 5. membuat program penyesuian mutu dan waktu agar hasil pelaksanaan memenuhi syarat kontrak 6. Menyiapkan dan melengkapi metoda konstruksi bersama Site Manager. 7. Bersama manager lapangan menyiapkan, menyelesaikan, dan mengumpulkan surat/dokumen pendukung untuk pembuatan addedum kontrak baik berhubungan harga, volume, dan waktu pelaksanaan. 8. Membuat laporan pertanggungjawaban pelaksanaan pekerjaan kepada Project Manager. 9. Melaksanakan koordinasi dengan mitra usaha Site Administration Manager Tanggung Jawab 1. Terlaksananya kegiatan pelaksanaan pekerjaan sesuai dangan rencana yang telah ditetapkan. 2. Terkelolanya pengadaan bahan, alat dan tenaga untuk menjamin penyelesaian pekerjaan seperti yang telah di rencanakan. 3. Tersedianya data realisasi pelaksanaan pekerjaan dan data review perencanaan periode berikutnya. 4. Terselesaikan NC produk dan sistem di lingkup pelaksanaan. Tugas-Tugas 149

161 Mengarahkan kegiatan sub Kontraktor agar sesuai dengan apa yang di rencanakan. Mengkordinir dan mengarahkan para pelaksana agar mencapai hasil yang di rencanakan dan sesuai prosedur kerja yang di tetapkan dalam buku rencana proyek. Menjelaskan kepada GSI dan pelaksana laporan realisasi pelaksanaan pekerjaan serta mengadakan tindakan - tindakan koreksi atas tejadinya penyimpangan penyimpangan dari hasil kerja para pelaksana, sesuai prosedur yang di tetapkan. Bersama GSI dan Rendal melakukan review atas perencanaan periode berikutnya. Mengkoordinir permintaan pengadaan bahan, tenaga dan peralatan guna memenuhi kebutuhan pelaksanaan sesuai kebutuhan dengan rencana kerja. Menkoordinir pemakaian bahan, tenaga dan peralatan agar tidak menyimpangdari perhitungan rencana kebutuhan bahan. Menerima Laporan data pemakaian bahan,tenaga dan peralatan. Melakukan evaluasi pemakaian bahan,tenaga dan pralatan untuk dasar perencanaan pada periode berikutnya. Menerima seluruh hasil realisasi pelaksanan pekerjaan yang telah di kerjakan baik secara periodik maupun secara komulatif. Mengevaluasi pelaksanaan pekerjaan terhadap rencana. Mendata penyimpangan dan menganalisa penyebabnya. Bersama GSI melakukan review rencana kerja dan menjabarkan perubahan pada saat Management Review Meeting di proyek. mengusulkan penetapan amandemen rencana kerja. Bersama kepala proyek menganalisa NC, menetukan penyelesaianya. Mengkoordinasikan penyelesaian NC produk dan sistem. Menetapkan tindakan pencegahan agar tidak terulang terjadinya NC General Superintenden Tanggung Jawab 1. Terlaksanaya kegiatan pelaksanaan pekerjaan sesuai dangan rencana yang telah di tetapkan. 150

162 2. Terkelolanya pengadaan bahan, alat dan tenaga untuk menjamin penyelesaian pekerjaan seperti yang telah di rencanakan. 3. Tersedianya data realisasi pelaksanaan pekerjaan dan data review perencanaan periode berikutnya. 4. Terselesaikan NC produk dan sistem di lingkup pelaksanaan. Tugas-Tugas 1. Menjabarkan rencana harian dan mingguan berdasarkan rencana yang di terima dari Rendal. 2. Mengarahkan kegiatan sub Kontraktor agar sesuai dengan apa yang di rencanakan. 3. Mengkordinir dan mengarahkan para pelaksana agar mencapai hasil yang di rencanakan 4. Dan sesuai prosedur kerja yang di tetapkan dalam buku rencana proyek. 5. Menjelaskan kepada pelaksana laporan realisasi pelaksanaan pekerjaan serta mengadakan 6. Tindakan - tindakan koreksi atas tejadinya penyimpangan - penyimpangan dari 7. Tasil kerja para pelaksana, sesuai prosedur yang di tetapkan. 8. Telakukan review atas perencanaan periode berikutnya. 9. Mengajukan permintaan penmgadaan bahan,tenaga dan peralatan guna memenuhi kebutuhan pelaksanaan sesuai kebutuhan dengan rencana kerja. 10. Mengkoordinir pemakaian bahan, tenaga dan peralatan agar tidak menyimpang dari perhitungan rencana kebutuhan bahan. 11. Mendata pemakaian bahan,tenaga dan peralatan. 12. Melakukan evaluasi pemakaian bahan,tenaga dan pralatan untuk dasar perencanaan pada periode berikutnya. 13. Mencatat seluruh hasil realisasi pelaksanan pekerjaan yang telah di kerjakan baik secara periodik maupun secara komulatif. 14. Mengevaluasi pelaksanaan pekerjaan terhadap rencana. 15. Mendata penyimpangann dan menganalisa penyebabnya. 16. Melakukan review rencana kerja dan menjabarkan perubahan pada saat managemen Review Meeting di proyek. 17. Mengusulkan penetapan amandemen rencana kerja. 18. Bersama kepala proyek menganalisa NC, menetukan penyelesaianya. 151

163 19. Mengkoordinasikan penyelesaian NC produk dan sistem. 20. Melaporkan kepada pengawas mutu atas penyelesaian NC. 21. Menetapkan tindakan pencegahan agar tidak terulang terjadinya NC Drafter Tugas dan tanggung jawab dari drafter, meliputi: - Penguasaan lingkup tugas dan tanggung jawab sebagai draft. - Membantu opname prestasi pekerjaan. - Membuat shop drawing proyek. - Memperbaiki / revisi kesalahan terhadap gambar rencana Logistik Tugas dan tanggung jawab dari Logistik, meliputi: - Penguasaan lingkup tugas dan tanggung jawab sebagai logistik. - Bertanggung jawab terhadap barang barang / peralatan logistic untuk pekerjaan di proyek. - Evaluasi pengajuan material. - Rapat masalah alat alat logistik. - Mencatat setiap kegiatan di dalam proyek. - Prosedur pengujian / testing peralatan / material. - Menyiapkan form form standard yang diperlukan logistik. - Persiapan check list dan defect list untuk pengawasan alat alat pekerjaan. - Pemeriksaan pengeluaran material / peralatan Surveyor Tugas dan tanggung jawab dari Surveyor, meliputi: - Sebagai pendata di proyek. - Membantu pelaksana di lapangan. - Penguasaan lingkup tugas dan tanggung jawab sebagai logistik. - Menyiapkan form form standard yang diperlukan. - Membantu opname operasi pekerjaan Peralatan Tugas dan tanggung jawab dari Peralatan, meliputi: - Penguasaan lingkup tugas dan tanggung jawab sebagai peralatan. - Bertanggung jawab terhadap pemakaian peralatan untuk pekerjaan di proyek. - Mencatat setiap peminjaman dan pemakaian alat alat di dalam proyek. - Prosedur pengujian / testing peralatan / material. 152

164 - Menyiapkan form form standard yang diperlukan peralatan. - Persiapan check list dan defect list untuk pengawasan alat alat pekerjaan. - Pemeriksaan pengeluaran peralatan Procurement Tanggung Jawab 1. Terlaksananya pengadaan bahan dan peralatan sesuai jadwal pelaksanaan yang telah tetapkan. 2. Bertanggung jawab atas volume dan mutu penerimaan barang dan alat sesuai dengan permintaan. 3. Bertangguang jawab atas kalibrasi peralatan ukur. Tugas-Tugas 1. Menerima data kebutuhan bahan dan peralatan sebagaimana yang telah direncanakan oleh Kepala Pelaksana / Rendal sebagaimana hasil rapat mingguan proyek (MRM Proyek) 2. Menyusun permintaan bahan dan peralatan sesuai kebutuhan pelaksanaan pekerjaan sesuai prosedur 3. Melakuakan penerimaan bahan sesuai prosedur 4. Melakukan penyimpanan barang agar terjaga jumlah dan mutunya. 5. Melakukan identifikasi dan status barang yang di terima. 6. Melaporkan sisa bahan secara periodik. 7. Melayani permintaan barang dari lapangan. 8. Memebuat daftar pengeluaran / pemakaian barang. 9. Membuat daftar permintaan penerimaan dan pengeluaran BBM. 10. Memeproses pelaksanaan atas Kalibrasi alat ukur. 11. Melaporkan status Kalibrasi secara periodik ke Cabang melalui logistik cabang. 153

165 BAB XIII HAL-HAL KHUSUS PADA PROYEK Selama menjalankan kerja praktek di proyek gedung parkir kejaksaan agung ini, penulis menemukan beberapa hal menarik yang dapat menganggu jalannya proyek ataupun hal lain yang cukup menyimpang dari kebiasaan namun tetap dilakukan demi kelancaran proses konstruksi secara keseluruhan. Disamping itu penyusun memperoleh informasi yang menarik terkait dengan pengaruh waktu dan biaya yang dapat berbanding lurus dan disuatu waktu dapat berbanding terbalik. 1. Curah hujan yang cukup tinggi Proyek Pembangunan Tahap III (Lanjutan) Gedung Bertingkat 10 (11 Lantai) untuk Parkir, Sarana Olahraga, dan Kantor KBPA (Keluarga Besar Purna Adhyaksa) Kejaksaan Agung RI dikerjakan dari bulan April 2010 sampai bulan November 2010 pada interval waktu tersebut sering terjadi hujan meskipun musim penghujan belum tiba. Jika hujan turun, maka demi keselamatan pekerja, pekerjaan dihentikan sampai hujan berhenti. Hal ini menyebabkan progress proyek menjadi terhambat. Permasalahan ini ditindaklanjuti oleh pihak kontraktor dengan beberapa langkah, yaitu: a. Menggunakan metode half slab pada pembuatan pelat Dengan menggunakan beton precast, maka pelat dapat dibuat dengan waktu yang relatif lebih singkat dibandingkan dengan hanya menggunakan cara konvensional saja. Hal ini juga bermanfaat di dalam mengatasi permasalahan ketersediaan bekisting yang terbatas (bekisting yang tersedia hanya untuk satu setengah lantai). b. Jika hujan yang terjadi cukup sering, maka pekerjaan akan dilanjutkan sampai malam, sehingga pekerja akan lembur. Dampak dari hal ini adalah kontraktor akan mengeluarkan uang yang lebih banyak. Tapi hal ini juga mempertimbangkan biaya-biaya yang lain akibat proyek terhambat. c. Penggunaan floor hardener Penggunaan floor hardener bertujuan agar permukaan pelat hasil pengecoran cepat mengeras, sehingga ketika hujan turun, hasil pengecoran tidak rusak. 154

166 2. Demonstrasi yang terjadi di samping lokasi proyek Proyek Pembangunan Tahap III (Lanjutan) Gedung Bertingkat 10 (11 Lantai) untuk Parkir, Sarana Olahraga, dan Kantor KBPA (Keluarga Besar Purna Adhyaksa) Kejaksaan Agung RI ini berada tepat di sebelah Kantor Kejaksaan Agung. Pada beberapa kali kesempatan sempat terjadi demonstrasi yang dilakukan oleh salah satu simpatisan sebuah partai nasional kepada Kejaksaan Agung RI. Hal ini menyebabkan baik mobilitas kendaraan yang menuju lokasi proyek maupun keamanan menjadi terganggu. Hal ini disikapi oleh pihak kontraktor dengan mengamankan lokasi proyek dari pagi hari dengan cara menutup gerbang proyek dengan rantai, hanya orang saja yang dapat masuk ke lokasi proyek. Dan sudah direncanakan juga, pada hari itu tidak ada material bangunan yang didatangkan ke lokasi proyek. 3. Sempitnya area pengerjaan proyek mengakibatkan as-8 tidak dikerjakan sampai progress as-1 telah mencapai lantai 3A Lokasi As-8 dekat dengan akses keluar masuk proyek sehingga area ini ditinggalkan demi kemajuan proyek secara signifikan. Kondisi as-8 ditinggalkan dalam kondisi bore pile masih dalam keadaan utuh namun sudah tergali. Disamping itu, aspek keselamatan karena pekerjaan terakhir ini kurang diperhatikan terutama masalah galian tanah (tampak pada gambar hanya ditutupi terpal) tanah setinggi 6 m dapat berpotensi longsor tiba-tiba akibat beban yang ada diatasnya dan tanpa perkuatan tanah. 155

167 Gambar Kondisi as-8 Akibat kondisi ini seluruh pekerjaan balok seluruhnya tepat berhenti pada as-7 tanpa adanya balok yang menyembul keluar (untuk sambungan) ke as-8 karena pjakan untuk bekisting tidak ada. Pada kondisi yang seharusnya, balok harus tetap dicor hingga sekitar ¼ bentang, karena disitu diperkirakan terjadi momen 0. Gambar Balok terputus di as-7 Pengawasan proyek tidak dilakukan secara cermat oleh konsultan pengawas, hal ini dikarenakan oknum pengawas yang kurang mengetahui pengetahuan tentang struktur balok dan gaya dalam yang terjadi. Hal ini tentu saja membawa keuntungan bagi kontraktor untuk tidak memikirkan ulang metode kerja yang dilakukan 4. Pengaruh waktu pengerjaan proyek yang dipercepat terhadap biaya Percepatan proyek tidak selalu berujung pada keuntungan perusahaan. Berikut ini disajikan perhitungan sederhana tentang kapasitas produksi dan hal-hal terkait didalamnya untuk perhitungan pekerjaan 1 Lantai, sumber daya yang diperlukan Besi 400 ton, Bekisting 500 m 2 156

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK 3.1 Manajemen Proyek Setiap proyek tentu membutuhkan sebuah perencanaan dan pengaturan sehingga kegiatan proyek dapat berjalan lancar, untuk itulah dibutuhkan sebuah

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. Struktur Organisasi 3.1.1. Organisasi dan Pihak Yang Terkait Dalam organisasi suatu proyek banyak pihak yang terkait dan mempunyai tugas dan wewenang

Lebih terperinci

BAB III. SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK

BAB III. SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK BAB III SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK 3.1 Struktur Organisasi 3.1.1 Organisasi dan Pihak yang Terkait Dalam organisasi proyek pembangunan pada umumnya banyak pihak pihak yang terkait satu sama

Lebih terperinci

BAB III. SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK

BAB III. SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK BAB III SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK 3.1 Struktur Organisasi Organisasi dan Pihak yang Terkait Dalam organisasi proyek pembangunan pada umumnya banyak pihak pihak yang terkait satu sama lain

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA 7 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM Pelaksanaan konstruksi merupakan rangkaian kegiatan atau bagian dari kegiatan dalam pekerjaan konstruksi mulai dari persiapan lapangan sampai dengan penyerahan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. Pihak Pihak Yang Terkait Dengan Proyek 3.1.1. Pemilik Proyek / Owner Pemilik proyek atau owner adalah seseorang atau instasi yang memiliki proyek atau

Lebih terperinci

Laporan Kerja Praktik Nusa Konstruksi Enjiniring - Proyek Apartemen Ciputra International Tower 4&5 BAB 3 TINJAUAN UMUM PROYEK

Laporan Kerja Praktik Nusa Konstruksi Enjiniring - Proyek Apartemen Ciputra International Tower 4&5 BAB 3 TINJAUAN UMUM PROYEK BAB 3 TINJAUAN UMUM PROYEK 3.1 Proyek 3.1.1 Uraian Umum Proyek Proyek Ciputra International ini merupakan proyek yang dikerjakan oleh PT. Nusa Konstruksi Enjiniring bertindak sebagai kontraktor pelaksana,

Lebih terperinci

BAB III SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

BAB III SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK BAB III SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK 3.1 Manajemen Proyek Manajemen proyek adalah didefinisikan sebagai suatu proses dari perencanaan, pengaturan, kepemimpinan, dan pengendalian dari suatu proyek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK. didasarkan pada karakteristik dan kondisi proyek itu sendiri. Ditinjau dari sudut

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK. didasarkan pada karakteristik dan kondisi proyek itu sendiri. Ditinjau dari sudut BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK 2.1 LATAR BELAKANG KONTRAK Pemilihan kontrak yang sesuai untuk suatu proyek konstruksi lebih didasarkan pada karakteristik dan kondisi proyek itu sendiri. Ditinjau dari sudut

Lebih terperinci

BAB III MANAGEMENT DAN ORGANISASI PROYEK

BAB III MANAGEMENT DAN ORGANISASI PROYEK BAB III MANAGEMENT DAN ORGANISASI PROYEK 3.1 Management Proyek Proyek konstruksi merupakan suatu kegiatan usaha yang kompleks, sifatnya tidak rutin, memiliki keterbatasan terhadap waktu, anggaran dan sumber

Lebih terperinci

3.2 Struktur Organisasi Laporan Kerja Praktik Struktur organisasi adalah suatu kerangka kerja yang mengatur pola hubungan kerja antar orang atau badan

3.2 Struktur Organisasi Laporan Kerja Praktik Struktur organisasi adalah suatu kerangka kerja yang mengatur pola hubungan kerja antar orang atau badan BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 ORGANISASI PROYEK Secara umum organisasi dapat diartikan sebagai sebuah system yang terdiri dari sekelompok individu yang melalui suatu hierarki sistematis

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Vittoria Residences Apartement terdiri dari 3 tower dengan : c. Podium 5 lantai, dengan 1 lantai semi basement

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Vittoria Residences Apartement terdiri dari 3 tower dengan : c. Podium 5 lantai, dengan 1 lantai semi basement BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1. Uraian umum Vittoria Residences Apartement terdiri dari 3 tower dengan : a. Tower A 18 lantai - Atap 1 lantai b. Tower B & C 24 lantai - Atap 1 lantai c. Podium 5 lantai,

Lebih terperinci

BAB II KARAKTERISTIK & MANAJEMEN PROYEK

BAB II KARAKTERISTIK & MANAJEMEN PROYEK BAB II KARAKTERISTIK & MANAJEMEN PROYEK 2.1 DATA PROYEK A. Lokasi Proyek Proyek Apartemen Green Bay dibangun di atas pantai,lalu di urug dengan tanah dengan luas total sebesar m2 127.881 dengan detail

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. digunakan dalam pelaksanaan pembangunan proyek, oleh karena itu dibutuhkan

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. digunakan dalam pelaksanaan pembangunan proyek, oleh karena itu dibutuhkan BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Perencanaan Lapangan (Site Planning) Perencanaan lapangan kerja (site planning) dibuat untuk mengatur penempatan peralatan, stok material dan sarana penunjang

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Organisasi dan Pihak yang Terkait dalam Proyek Dalam organisasi proyek pembangunan pada umumnya, tentu banyak pihak pihak yang terkait satu sama lain.

Lebih terperinci

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK 3.1 Manajemen Proyek Manajemen proyek adalah salah satu cabang dalam manajemen yang secara umum bertujuan untuk mengelola sumber daya yang ada (tenaga kerja, dana,

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. pengamatan struktur plat lantai, pengamatan struktur core lift.

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. pengamatan struktur plat lantai, pengamatan struktur core lift. BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pengamatan Pekerjaan Konstruksi Selama 2 bulan pelaksanaan kerja praktik (KP) yang terhitung mulai dari tanggal 16 Oktober 2013 sampai dengan 16 Desember 2013, kami melakukan

Lebih terperinci

BAB II DATA PROYEK. masyarakat megapolitan untuk memiliki hunian yang modern dan ekonomis. Maka

BAB II DATA PROYEK. masyarakat megapolitan untuk memiliki hunian yang modern dan ekonomis. Maka BAB II DATA PROYEK 2.1 Latar Belakang Proyek Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz ini dibangun atas dasar kebutuhan masyarakat megapolitan untuk memiliki hunian yang modern dan ekonomis. Maka pihak PT.Mandiri

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Sistem Organisasi Gambar 3.1 Skema Hubungan Antara Owner, Kontraktor & Konsultan Sumber: Proyek 3.1.1 Organisasi dan Pihak yang Terkait Dalam organisasi

Lebih terperinci

BAB II DATA PROYEK PADINA SOHO & RESIDENCE. penghubung antara dua provinsi, yaitu Tangerang dan Jakarta. Selain itu, jalan ini

BAB II DATA PROYEK PADINA SOHO & RESIDENCE. penghubung antara dua provinsi, yaitu Tangerang dan Jakarta. Selain itu, jalan ini BAB II DATA PROYEK PADINA SOHO & RESIDENCE 2.1 Latar Belakang Proyek Jalan Daan Mogot adalah lokasi yang strategis untuk didirikan bangunan yang berfungsi untuk tempat tinggal dan bisnis, karena jalan

Lebih terperinci

BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN (AANWIJZING) DAN ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN

BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN (AANWIJZING) DAN ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN PANITIA PENGADAAN REHAB RUMAH DINAS (TERMASUK ( PAGAR) UNTUK RUMAH JABATAN KANWIL DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PROVINSI RIAU TAHUN ANGGARAN 2012 BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN (AANWIJZING) DAN

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. Sistem Organisasi Proyek 3.2 Struktur Organisasi Proyek PEMBERI TUGAS (OWNER) PT.Kompas Media Nusantara MANAJEMEN KONSTRUKSI PT.Ciriajasa Cipta Mandiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efisiensi Tata Letak Fasilitas dan Sarana Proyek dalam Mendukung Metode Pekerjaan Konstruksi

BAB I PENDAHULUAN. Efisiensi Tata Letak Fasilitas dan Sarana Proyek dalam Mendukung Metode Pekerjaan Konstruksi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bangunan gedung merupakan wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas / di dalam tanah

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Umum 4.1.1 Data-data proyek Nama Proyek : Hotel Amaris Pettarani Lokasi Proyek : Jalan Andi Pangeran Pettarani, Makassar Pelaksanaan : 2 September 2013 22 September

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. Struktur Organisasi Proyek Gambar 3.1 Struktur Organisasi Proyek 3.2. Deskripsi Pekerjaan (Job Description) Job Description adalah gambaran mengenai

Lebih terperinci

BAB I SYARAT SYARAT PENAWARAN

BAB I SYARAT SYARAT PENAWARAN DAFTAR ISI Halaman BAB I SYARAT SYARAT PENAWARAN... 1/7 Pasal 01 Maksud... 1/7 Pasal 02 Dokumen Pelelangan... 1/7 Pasal 03 Itikat Penawaran... 6/7 Pasal 04 Masa Berlaku Penawaran... 6/7 Pasal 05 Keabsahan

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam melaksanakan suatu proyek konstruksi, diperlukan adanya suatu

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam melaksanakan suatu proyek konstruksi, diperlukan adanya suatu BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Uraian Umum Dalam melaksanakan suatu proyek konstruksi, diperlukan adanya suatu sistem manajemen yang baik. Berbagai metode dilakukan oleh pihak pelaksana dengan

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Uraian Umum Metoda pelaksanaan dalam sebuah proyek konstruksi adalah suatu bagian yang sangat penting dalam proyek konstruksi untuk mencapai hasil dan tujuan yang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PELAKSANAAN PROYEK

GAMBARAN UMUM PELAKSANAAN PROYEK BAB III GAMBARAN UMUM PELAKSANAAN PROYEK 3.1 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan merupakan seluruh rangkaian pekerjaan yang pertama kali harus dilakukan guna memudahkan dalam pelaksaan pekerjaan inti

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK PROYEK PEMBANGUNAN WISMA KARTIKA JL. KYAI TAPA NO. 101, GROGOL JAKARTA BARAT

LAPORAN KERJA PRAKTEK PROYEK PEMBANGUNAN WISMA KARTIKA JL. KYAI TAPA NO. 101, GROGOL JAKARTA BARAT LAPORAN KERJA PRAKTEK PROYEK PEMBANGUNAN WISMA KARTIKA JL. KYAI TAPA NO. 101, GROGOL JAKARTA BARAT DISUSUN OLEH : LYSA RISTIYAWATI 41112110060 NURFITA ANJARSARI 41112120091 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK PENERAPAN METODE CHEMICAL ANCHORING PADA PEKERJAAN KOLOM PRAKTIS PROYEK APARTEMEN BRANZ BSD

LAPORAN KERJA PRAKTEK PENERAPAN METODE CHEMICAL ANCHORING PADA PEKERJAAN KOLOM PRAKTIS PROYEK APARTEMEN BRANZ BSD LAPORAN KERJA PRAKTEK PENERAPAN METODE CHEMICAL ANCHORING SYSTEM PADA PEKERJAAN KOLOM PRAKTIS PROYEK APARTEMEN BRANZ BSD Jl. BSD Boulevard, Parcel 55-F, Grand CBD BSD City, Tangerang, Indonesia Disusun

Lebih terperinci

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK. Manajemen proyek adalah salah satu cabang dalam manajemen yang secara

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK. Manajemen proyek adalah salah satu cabang dalam manajemen yang secara BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK 3.1 Manajemen Proyek Manajemen proyek adalah salah satu cabang dalam manajemen yang secara umum bertujuan untuk mengelola sumber daya yang ada (tenaga kerja, dana,

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. pihak yang terkait satu sama lain yang mempunyai tugas dan wewenang masing

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. pihak yang terkait satu sama lain yang mempunyai tugas dan wewenang masing BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Struktur Organisasi Dalam organisasi proyek pembangunan apartemen casa de parco, banyak pihak pihak yang terkait satu sama lain yang mempunyai tugas dan

Lebih terperinci

[CASA DOMAINE JAKARTA APARTMENTS (SHANGRI-LA RESIDENCE)] BAB III ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

[CASA DOMAINE JAKARTA APARTMENTS (SHANGRI-LA RESIDENCE)] BAB III ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Struktur Organisasi BAB III ORGANISASI DAN 3.1.1 Organisasi Pihak yang Terkait Dalam organisasi proyek pembangunan pada umumnya banyak pihak pihak yang terkait satu sama lain yang mempunyai tugas dan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. sitematis. Dapat diartikan juga sebagai wadah dalam kegiatan sekelompok

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. sitematis. Dapat diartikan juga sebagai wadah dalam kegiatan sekelompok BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Organisasi Proyek Secara umum organisasi dapat diartikan sebagai sebuah system yang terdiri dari sekelompok individu yang melalui suatu hierarki sistematis

Lebih terperinci

BAB II DATA PROYEK DATA UMUM PROYEK

BAB II DATA PROYEK DATA UMUM PROYEK BAB II DATA PROYEK 2.1 DATA UMUM PROYEK Pembangunan Pumping Station Island 2A Pantai Indah Kapuk di Kapuk Muara Jakarta Utara adalah merupakan rancangan penanggulangan banjir yang berfungsi memindahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK 2.1 Latar Belakang Proyek Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia khususnya di kota - kota besar seperti Jakarta, maka dibutuhkan tempat tinggal yang nyaman

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENGECORAN KOLOM, DINDING CORE WALL, BALOK DAN PLAT LANTAI APARTEMENT GREEN BAY PLUIT LANTAI 15 - LANTAI 25

BAB IV METODE PENGECORAN KOLOM, DINDING CORE WALL, BALOK DAN PLAT LANTAI APARTEMENT GREEN BAY PLUIT LANTAI 15 - LANTAI 25 BAB IV METODE PENGECORAN KOLOM, DINDING CORE WALL, BALOK DAN PLAT LANTAI APARTEMENT GREEN BAY PLUIT LANTAI 15 - LANTAI 25 4.1 SYARAT PELAKSANAAN Syarat pelaksanaan diantaranya sebagai berikut: a. Pekerjaan

Lebih terperinci

BAB III STRUKTUR ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. mengatur pelaksanaan berbagai pekerjaan dalam rangka mencapai suatu

BAB III STRUKTUR ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. mengatur pelaksanaan berbagai pekerjaan dalam rangka mencapai suatu BAB III STRUKTUR ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Organisasi Proyek Organisasi proyek adalah suatu sistem hubungan kerjasama dari berbagai pihak yang terlibat pada suatu proyek pembangunan dalam mengatur

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK PELAKSANAAN PEKERJAAN CORE WALL PADA PROYEK BRANZ SIMATUPANG APARTMENT

LAPORAN KERJA PRAKTEK PELAKSANAAN PEKERJAAN CORE WALL PADA PROYEK BRANZ SIMATUPANG APARTMENT LAPORAN KERJA PRAKTEK PELAKSANAAN PEKERJAAN CORE WALL PADA PROYEK BRANZ SIMATUPANG APARTMENT Jl. R.A Kartini No.9, Cilandak - Jakarta Selatan Disusun Oleh : Candra Saputro 41113110085 Yusup Ramdani 41113110109

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. terhitung mulai dari tanggal 07 Oktober 2013 sampai dengan 07 Desember 2013

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. terhitung mulai dari tanggal 07 Oktober 2013 sampai dengan 07 Desember 2013 BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pengamatan Pekerjaan Konstruksi Dalam kegiatan Kerja Praktik (KP) yang kami jalankan selama 2 bulan terhitung mulai dari tanggal 07 Oktober 2013 sampai dengan 07 Desember

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI KOLOM DAN BALOK. perencanaan dalam bentuk gambar shop drawing. Gambar shop

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI KOLOM DAN BALOK. perencanaan dalam bentuk gambar shop drawing. Gambar shop BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI KOLOM DAN BALOK 5.1 Uraian Umum Pada setiap proyek, metode pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan konstruksi yang harus direncanakan sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Organisasi Proyek Organisasi proyek adalah sekumpulan orang yang terorganisir yang memiliki ilmu dan keahlian yang berbeda-beda untuk melaksanakan tugas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... LEMBAR PENDADARAN... KATA PENGANTAR... LEMBAR PERSEMBAHAN... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... LEMBAR PENDADARAN... KATA PENGANTAR... LEMBAR PERSEMBAHAN... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... LEMBAR PENDADARAN... KATA PENGANTAR... LEMBAR PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv vi vii x xiii

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI BASEMENT

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI BASEMENT BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI BASEMENT 5.1 Uraian Umum Metode konstruksi adalah bagian yang sangat penting dalam proyek konstruksi untuk mendapatkan tujuan dari proyek, yaitu biaya, kualitas dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK. salah satu alternative tempat tinggal bagi para penduduk Kota Jakarta khusunya,

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK. salah satu alternative tempat tinggal bagi para penduduk Kota Jakarta khusunya, BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK 2.1 Latar Belakang Proyek Suatu hunian yang terletak di sekitar daerah Ibu Kota Jakarta tentunya masih sangat diharapkan oleh penduduk yang bekerja di Jakarta, semakin menyempitnya

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KONDISI PROYEK ALAT DAN BAHAN BANGUNAN

BAB IV TINJAUAN KONDISI PROYEK ALAT DAN BAHAN BANGUNAN BAB IV TINJAUAN KONDISI PROYEK ALAT DAN BAHAN BANGUNAN 4.1 KONDISI PROYEK 4.1.1 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan merupakan seluruh rangkaian pekerjaan yang pertama kali harus dilakukan guna memudahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK 2.1 Data proyek 2.1.1 Data Umum Proyek Nama Proyek : Proyek Ruko Blok G dan Hotel Amaris - Tangerang Alamat Proyek : Jl. BY Pass Jend. Sudirman No. 1 Tangerang Jenis Proyek

Lebih terperinci

Gambar 1.2 View Design Hotel Travello Bandung Proses Pengadaan Proyek Jenis Lelang Proyek Proyek pembangunan Hotel Travello Bandung, o

Gambar 1.2 View Design Hotel Travello Bandung Proses Pengadaan Proyek Jenis Lelang Proyek Proyek pembangunan Hotel Travello Bandung, o BAB II DATA - DATA PROYEK 2.1 Pengertian Proyek Pengertian Proyek adalah suatu himpunan atau kumpulan kegiatan yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, dimana memiliki suatu target kuantitatif

Lebih terperinci

BAB II DATA PROYEK. yang kita semua ketahui ada titik titik letak dimana mereka bias lebih

BAB II DATA PROYEK. yang kita semua ketahui ada titik titik letak dimana mereka bias lebih BAB II DATA PROYEK 2.1 Latar Belakang Proyek Kota Tangerang adalah kota yang memiliki letak strategis yang dapat mendukung berbagai jenis kegiatan bisnis dan perdagangan. Apalagi seperti yang kita semua

Lebih terperinci

DATA PROYEK BAB II DATA PROYEK

DATA PROYEK BAB II DATA PROYEK BAB II DATA PROYEK 2.1 Latar Belakang Proyek Di daerah cengkareng jakarta barat pada saat ini sudah banyak dibangun perumahan dan bangunan gedung lainnya sebagai infrasuktur yang baru serta pertumbuhan

Lebih terperinci

PENENTUAN KOEFISIEN PRODUKTIFITAS PEKERJAAN BEKISTING DAN PEMBESIAN PADA PROYEK GRHA WIDYA MARANATHA

PENENTUAN KOEFISIEN PRODUKTIFITAS PEKERJAAN BEKISTING DAN PEMBESIAN PADA PROYEK GRHA WIDYA MARANATHA PENENTUAN KOEFISIEN PRODUKTIFITAS PEKERJAAN BEKISTING DAN PEMBESIAN PADA PROYEK GRHA WIDYA MARANATHA Nama : Asep Dian Heryadiana Nrp : 0221109 Pembimbing : Maksum Tanubrata,Ir., MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK

LAPORAN KERJA PRAKTEK LAPORAN KERJA PRAKTEK PENGAMATAN STRUKTUR ATAS PADA PROYEK GOLD COAST OFFICE DI PANTAI INDAH KAPUK, JAKARTA DISUSUN OLEH : ATI MULIAWATI (NIM: 41213010075) PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK PERENCANAAN

Lebih terperinci

4- PEKERJAAN PERSIAPAN

4- PEKERJAAN PERSIAPAN 4- PEKERJAAN PERSIAPAN Ketika sebuah proyek sudah memasuki tahap pelaksanaan, maka pekerjaan yang pertama kali harus dilakukan adalah persiapan yang terdiri dari : 4.1 Main Schedule atau Jadwal Pelaksanaan

Lebih terperinci

MEDAN PROGRAM MEDAN LAPORAN. oleh:

MEDAN PROGRAM MEDAN LAPORAN. oleh: METODE PELAKSANAAN SUBSTRUCTURE PADAA PROYEK PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT SILOAM DI JALAN IMAM BONJOL MEDAN LAPORAN Ditulis untuk Menyelesaikann Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma

Lebih terperinci

BAB II BAB II INFORMASI PROYEK. Kawasan jakarta khusus nya jakarta barat telah lama menjadi kawasan padat

BAB II BAB II INFORMASI PROYEK. Kawasan jakarta khusus nya jakarta barat telah lama menjadi kawasan padat BAB II BAB II INFORMASI PROYEK 2.1 Latar Belakang Pembangunan Kawasan jakarta khusus nya jakarta barat telah lama menjadi kawasan padat penduduk di kota jakarta. Banyaknya pusat-pusat pembelanjaan,universitasuniversitas

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS 5.1. Uraian Umum Pada sebuah pelaksanaan konstruksi, banyak sekali pihak-pihak yang berkaitan didalamnya. Karena semakin banyaknya pihak yang berkaitan, maka makin

Lebih terperinci

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Kemajuan Proyek Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi merupakan bagian yang penting dari sistem informasi manajemen proyek.

Lebih terperinci

BAB V METODE UMUM PELAKSANAAN KONSTRUKSI. Metode pelaksanaan di lapangan akan mudah dikerjaan dengan membuat

BAB V METODE UMUM PELAKSANAAN KONSTRUKSI. Metode pelaksanaan di lapangan akan mudah dikerjaan dengan membuat BAB V METODE UMUM PELAKSANAAN KONSTRUKSI 5.1 Uraian Umum Pada setiap proyek, metode pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan konstruksi yang harus direncanakan sebelumnya. Metode

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK BAB VI PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Uraian Umum Pengawasan (controlling) adalah kegiatan dalam suatu proyek sebagai penilaian yang bertujuan agar hasil pekerjaan sesuai dengan pedoman perencanaan yang telah

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK 6.1 Uraian Umum Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan tujuan agar hasil pekerjaan sesuai dengan rencana, dengan mengusahakan agar semua yang terlibat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Manajemen Konstruksi Dalam sebuah proyek konstruksi, terdapat sangat banyak perilaku dan fenomena kegiatan proyek yang mungkin dapat terjadi. Untuk mengantisipasi perilaku

Lebih terperinci

BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN (AANWIJZING) DAN ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN

BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN (AANWIJZING) DAN ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN PANITIA PENGADAAN REHAB RUMAH DINAS (15 UNIT) KANWIL DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PROVINSI RIAU TAHUN ANGGARAN 2012 BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN (AANWIJZING) DAN ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN Nomor

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI 5.1 Pekerjaan Kolom Kolom merupakan bagian dari struktur suatu bangunan. Fungsi kolom itu sendiri sebagai penyangga stuktur pelat dan balok atau juga meneruskan beban

Lebih terperinci

SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN 3.1. Struktur Organisasi Diagram 3.1 Skema Hubungan Antara Owner, Kontraktor & Konsultan 3.1.1. Organisasi dan pihak yang terkait Dalam organisasi proyek pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Berisi latar belakang, tujuan, manfaat, ruang lingkup permasalahan dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN Berisi latar belakang, tujuan, manfaat, ruang lingkup permasalahan dan sistematika penulisan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keberhasilan suatu pelaksanaan proyek pembangunan dan hasil-hasil yang dicapai dipegaruhi oleh pemilihan metode pelaksanaan penjadwalan yang tepat serta diimbangi

Lebih terperinci

BAB V METODE UMUM PELAKSANAAN KONSTRUKSI. Metode pelaksanaan di lapangan akan mudah dikerjaan dengan membuat

BAB V METODE UMUM PELAKSANAAN KONSTRUKSI. Metode pelaksanaan di lapangan akan mudah dikerjaan dengan membuat BAB V METODE UMUM PELAKSANAAN KONSTRUKSI 5.1 Uraian Umum Pada setiap proyek, metode pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan konstruksi yang harus direncanakan sebelumnya. Metode

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Kolom merupakan suatu elemen struktur yang memikul beban Drop Panel dan

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Kolom merupakan suatu elemen struktur yang memikul beban Drop Panel dan BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pekerjaan Kolom Kolom merupakan suatu elemen struktur yang memikul beban Drop Panel dan Plat untuk di teruskan ke Pondasi. Tujuan penggunaan kolom yaitu : Gambar 5.1 : Pekerjaan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Struktur Organisasi Lapangan Project Herry Putranto Project Manager Wisnu Yudi Administrasi Agung Logistik Asep Safety Officer Rizal Supervisior Prihartono

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK BAB VI PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Uraian Umum Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan tujuan agar hasil pekerjaan sesuai dengan rencana, dengan mengusahakan agar semua yang terlibat

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek dengan tujuan mengatur tahap tahap pelaksanaan

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek dengan tujuan mengatur tahap tahap pelaksanaan BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Sistem Organisasi Sistem organisasi memegang peranan cukup penting dalam sebuah proyek. Sebuah proyek akan berhasil jika di dalamnya terdapat sistem organisasi

Lebih terperinci

A. METODE PELAKSANAAN GEDUNG 2 TINGKAT PONDASI TIANG PANCANG. Adapun metode pelaksanaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

A. METODE PELAKSANAAN GEDUNG 2 TINGKAT PONDASI TIANG PANCANG. Adapun metode pelaksanaan yang digunakan adalah sebagai berikut: A. METODE PELAKSANAAN GEDUNG 2 TINGKAT PONDASI TIANG PANCANG Adapun metode pelaksanaan yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Pekerjaan Pendahuluan Pekerjaan pendahuluan merupakan pekerjaan persiapan

Lebih terperinci

TCE-06 DOKUMEN KONTRAK

TCE-06 DOKUMEN KONTRAK TCE-06 DOKUMEN KONTRAK DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI Jl. Sapta Taruna Raya Kompleks PU Pasar Jumat Tlp.

Lebih terperinci

SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN

SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN SPESIFIKASI TEKNIS Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN 1. Nama Kegiatan : Penataan Listrik Perkotaan 2. Nama pekerjaan : Penambahan Lampu Taman (65 Batang) 3. Lokasi : Pasir Pengaraian Pasal 2 PEKERJAAN

Lebih terperinci

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK 3.1 Manajemen Proyek Dalam setiap proyek tentu membutuhkan sebuah perencanaan dan pengaturan sehingga kegiatan proyek berjalan lancar, untuk itulah dibutuhkan sebuah

Lebih terperinci

Bab IV Studi Kasus. Metode Pengumpulan Data

Bab IV Studi Kasus. Metode Pengumpulan Data IV. Bab IV Studi Kasus Pada bab ini akan dipaparkan hasil pengumpulan data yang dilakukan terhadap beberapa proyek studi kasus. Materi yang akan disampaikan meliputi metode pengumpulan data, keterbatasan

Lebih terperinci

STUDI HARGA SATUAN UPAH UNTUK PROYEK BANGUNAN TINGGI Michael Purnomo 1, Elvin Laynardo 2, Indriani Santoso 3, Budiman Proboyo 4

STUDI HARGA SATUAN UPAH UNTUK PROYEK BANGUNAN TINGGI Michael Purnomo 1, Elvin Laynardo 2, Indriani Santoso 3, Budiman Proboyo 4 STUDI HARGA SATUAN UPAH UNTUK PROYEK BANGUNAN TINGGI Michael Purnomo 1, Elvin Laynardo 2, Indriani Santoso 3, Budiman Proboyo 4 ABSTRAK: Pekerja adalah salah satu faktor penting dalam suatu proyek konstruksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK. di Indonesia salah satunya adalah gedung World Trade Centre ( WTC - 3).

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK. di Indonesia salah satunya adalah gedung World Trade Centre ( WTC - 3). BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK 2.1 Latar Belakang Proyek Membaiknya kondisi perekonomian Indonesia yang semakin bertumbuh menyebabkan meningkatnya permintaan area gedung untuk perkantoran, dilatar belakangi

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK METODE BEKISTING ALLUMA SYSTEM PADA BALOK DAN PLAT LANTAI PROYEK PEMBANGUNAN MENTENG PARK APARTEMEN

LAPORAN KERJA PRAKTEK METODE BEKISTING ALLUMA SYSTEM PADA BALOK DAN PLAT LANTAI PROYEK PEMBANGUNAN MENTENG PARK APARTEMEN LAPORAN KERJA PRAKTEK METODE BEKISTING ALLUMA SYSTEM PADA BALOK DAN PLAT LANTAI PROYEK PEMBANGUNAN MENTENG PARK APARTEMEN JL. CIKINI RAYA NO 79 JAKARTA PUSAT Disusun oleh : FEBRIANA ZIARANTIKA ( 41110010011

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. Dalam organisasi proyek pembangunan Rusun Pasar Lokasi Binaan Rawa Buaya,

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. Dalam organisasi proyek pembangunan Rusun Pasar Lokasi Binaan Rawa Buaya, BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Struktur Organisasi Dalam organisasi proyek pembangunan Rusun Pasar Lokasi Binaan Rawa Buaya, banyak pihak pihak yang terkait satu sama lain yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN Apartemen Casa de Parco BSD BabV Pelaksanaan Pekerjaan BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Uraian Umum Pada sebuah pelaksanaan konstruksi, banyak sekali pihak pihak yang berkaitan didalamnya. Karena semakin

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DRAINASE PERKOTAAN BAB I TATA CARA PERSIAPAN KONSTRUKSI SISTEM DRAINASE DESKRIPSI

PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DRAINASE PERKOTAAN BAB I TATA CARA PERSIAPAN KONSTRUKSI SISTEM DRAINASE DESKRIPSI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DRAINASE PERKOTAAN BAB I TATA CARA PERSIAPAN KONSTRUKSI SISTEM DRAINASE DESKRIPSI 1.1. Ruang Lingkup Tata Cara Persiapan Konstruksi Sistem Drainase ini memuat pengertian, ketentuanketentuan

Lebih terperinci

BAB II DATA DATA PROYEK

BAB II DATA DATA PROYEK BAB II DATA DATA PROYEK 2.1 Lokasi Proyek Proyek Mixed Use Kebayoran Icon dibangun diatas lahan dengan luas total ± 33,129 m2 yang terletak di Jl Ciledu raya,no 35,Kebayoran Jakarta Selatan dengan detail

Lebih terperinci

BAB VI LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Dalam setiap proyek konstruksi, perencanaan, dan pengendalian merupakan

BAB VI LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Dalam setiap proyek konstruksi, perencanaan, dan pengendalian merupakan BAB VI LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Uraian Umum Dalam setiap proyek konstruksi, perencanaan, dan pengendalian merupakan aspek yang harus dipersiapkan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. Struktur Organisasi Proyek Gambar 3.1 Struktur Organisasi Proyek III-1 3.2. Deskripsi Pekerjaan (Job Description) Job Description adalah gambaran mengenai

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK

LAPORAN KERJA PRAKTEK LAPORAN KERJA PRAKTEK PENGAMATAN PROSES STRUKTUR PROYEK RAMAYANA CIKUPA Jl. Raya Serang Km. 19, Tangerang - Banten Di ajukan sebagai salah satu syarat untuk kelulusan mata kuliah kerja praktik Jurusan

Lebih terperinci

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Kontraktor memerlukan strategi agar hasil yang dicapai sesuai dengan

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Kontraktor memerlukan strategi agar hasil yang dicapai sesuai dengan BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK 6.1. Tinjauan Umum Kontraktor memerlukan strategi agar hasil yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Hasil yang diharapkan yaitu berupa kualitas konstruksi

Lebih terperinci

Perhitungan volume standar dan teknik

Perhitungan volume standar dan teknik Perhitungan volume standar dan teknik Yang dimaksud dengan volume suatu pekerjaan adalah menghitung jumlah banyaknya volume pekerjaan dalam satu satuan.. Volume juga disebut sebagai kubikasi pekerjaan.

Lebih terperinci

D O K U M E N P E N G A D A A N

D O K U M E N P E N G A D A A N D O K U M E N P E N G A D A A N Nomor: Tanggal: untuk Pengadaan Jasa Konstruksi Rehabilitasi Gedung Dekanat dan Kriya FSR ISI Yogyakarta Panitia Pengadaan Penyedia Jasa Kosntruksi Institut Seni Indonesia

Lebih terperinci

LAPORAN PEKERJAAN BANGUNAN PENGHUBUNG

LAPORAN PEKERJAAN BANGUNAN PENGHUBUNG LAPORAN PEKERJAAN BANGUNAN PENGHUBUNG 1. Latar Belakang Perguruan Tinggi Raharja memiliki 2 gedung yaitu Gedung Modern dan Gedung Lake View dimana mobilitas sivitas pribadi Raharja pada dua bangunan ini

Lebih terperinci

BAB VII MANAJEMEN KONSTRUKSI

BAB VII MANAJEMEN KONSTRUKSI BAB VII Laporan Kerja Praktek MANAJEMEN KONSTRUKSI 7.1 PENGERTIAN KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI Konsultan manajemen konstruksi merupakan lembaga atau perusahaan yang membantu owner/pemberi tugas, untuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) diberikan sebagai dasar pemikiran lebih lanjut.

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) diberikan sebagai dasar pemikiran lebih lanjut. BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) Pelaksanaan atau pekerjaan sebuah proyek konstruksi dimulai dengan penyusunan perencanaan, penyusunan jadwal (penjadwalan)

Lebih terperinci

Kontraktor. Konsultan Pengawas. Konsultan Perencana

Kontraktor. Konsultan Pengawas. Konsultan Perencana BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Struktur Organisasi Kontraktor Konsultan Perencana Pemilik Konsultan Pengawas Gambar 3.1. Skema Hubungan Antara Owner, Kontraktor & Konsultan Sumber:

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK 6.1 Uraian Umum Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan tujuan agar hasil pekerjaan sesuai dengan rencana, dengan mengusahakan agar semua yang terlibat

Lebih terperinci

[CASA DOMAINE JAKARTA APARTMENTS (SHANGRI-LA RESIDENCE)] BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

[CASA DOMAINE JAKARTA APARTMENTS (SHANGRI-LA RESIDENCE)] BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK BAB II TINJAUAN 2.1 Latar Belakang Proyek Kota Jakarta adalah ibukota dari Negara Indonesia, yang juga sebagai pusat Pemerintahan, pusat industri dan perdagangan, dan tempat wisata. Jakarta merupakan kota

Lebih terperinci

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK 3.1 Manajemen Proyek Pengertian manajemen proyek menurut H. Kerzner : Manajemen proyek adalah merencanakan, menyusun organisasi, memimpin, dan mengendalikan sumber

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISIS. : Jagat Office Building. : 3 Basement dan 9 Lantai. : m2, m2 (Luas Keseluruhan)

BAB IV DATA DAN ANALISIS. : Jagat Office Building. : 3 Basement dan 9 Lantai. : m2, m2 (Luas Keseluruhan) BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Proyek 4.1.1 Data Umum Proyek : Jagat Office Building Lokasi : Jl. Tomang Raya No. 28 & 30 Blok B II, Jakarta Barat Deskripsi : 3 Basement dan 9 Lantai Luas Arsitek :

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pekerjaan Kolom Kolom merupakan bagian dari suatu struktur suatu bangunan. Fungsi Kolom itu sendiri sebagai penyangga stuktur pelat dan balok atau juga meneruskan beban

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI & MANAJEMEN PROYEK. Gambar 3.1 Hubungan Antara Owner, Kontraktor & Konsultan

BAB III SISTEM ORGANISASI & MANAJEMEN PROYEK. Gambar 3.1 Hubungan Antara Owner, Kontraktor & Konsultan BAB III SISTEM ORGANISASI & MANAJEMEN PROYEK 3.1 Struktur Organisasi Gambar 3.1 Hubungan Antara Owner, Kontraktor & Konsultan 3.1.1 Organisasi dan Pihak yang Terkait Dalam organisasi proyek pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Tinjauan Umum Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran pengerjaannya. Pengadaan

Lebih terperinci