Sosiologi Komunikasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sosiologi Komunikasi"

Transkripsi

1 MODUL PERKULIAHAN Sosiologi Komunikasi Teori-Teori Sosiologi Komunikasi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komunikasi Periklanan Abstract Fenomena komunikasi dapat dipahami maknanya merujuk pada orientasi paradigma sebagai pedoman merumuskan makna di balik tindakan simbolik pelaku komunikasi. Melalui Teori Fungsional Struktural, Teori Pertukaran Sosial, dan Teori Interaksi Simbolik dapat dipergunakan sebagai referensi memaknai perilaku komunikas Kompetensi Mahasiswa diarahkan untuk memahami teori-teori Sosiologi Komunikasi ditinjau dalam tiga pilihan orientasi teori. 1

2 Teori-Teori Sosiologi Komunikasi Ditinjau Dalam Beberapa Bagian Pendahuluan Sosiologi Komunikasi studi yang secara khusus mengkaji perilaku komunikasi massa, yakni komunikasi yang dilakukan khalayak dalam jumlah besar melalui beragam saluran komunikasi. Media dan masyarakat merupakan unit analisa dalam komunikasi massa, di mana konteks ini menjelaskan posisi komunikator dan komunikan sebagai pihak yang bersama-sama berperan mengontrol informasi. Sumber-sumber seperti penyiar televisi membuat keputusan menyangkut informasi yang akan dikirim adapun penonton televisi selaku penerima pesan memilki kendali terhadap informasi yang telah disampaikan media. Selainnya itu, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) turut mempengaruhi proses komunikasi dalam soal mengakses dan menerima informasi. Ketika kita menonton berita pada salah satu stasiun televisi yang menginformasikan pengunduran diri Wakil Gubernur Basuki Tjahaya Purnama dari partai pendukungnya, Gerindra pemirsa televisi di tanah air mulai dari Sabang hingga Merauke dapat menyimak langsung pengunduran diri Ahok. Satelit juga menyediakan kemungkinan bagi manager perusahaan untuk berkoordinasi dengan rekan bisnisnya di belahan dunia lain melalui teleconference video. Selain itu, melalui internet memungkinkan kita berbagi informasi dan bertukar opini dengan menggunakan pesan elektronik dalam jaringan mailing list. Melalui contoh di atas, kita dapat mendefinisikan jika komunikasi massa diarahkan pada audien yang relatif besar, anonim, serta heterogen. Selainnya itu, pesan-pesan yang disebarkan bersifat umum dan terjadwal. Kedudukan komunikator umumnya beroperasi dalam organisasi kompleks yang memerlukan biaya besar. Melalui Sosiologi Komunikasi kita dapat merumuskan hubungan media massa dengan institusi sosial yang ada di dalam masyarakat, hubungan ini mencakup proses produksi isi media dan interaksi sosial yang terjalin antara media massa dengan khalayak. Keterlibatan Sosiologi melalui teori-teorinya membantu kita memahami praktek penggunaan media massa oleh masyarakat serta proses produksi dan reproduksi informasi. Untuk keperluan tersebut ditawarkan tiga Teori Sosiologi dalam kaitannya memahami realitas demikian. 2

3 Pendekatan (paradigma atau model universal) merupakan tradisi intelektual yang menawarkan cara pandang umum mengenai manusia adapun teori adalah penjelasan spesifik menyangkut perilaku manusia. Setiap pendekatan memiliki logika berpikir yang berbeda oleh sebab tiga pertanyaan filosofis yang berkaitan dengan aktifitas pengkajiannnya, yaitu asumsi ontology (pertanyaan tentang sifat realita), asumsi epistemology (pertanyaan bagaimana kita mengetahui sesuatu), dan asumsi axiology (pertanyaan mengenai apa yang patut diketahui). Pendekatan yang ditawarkan untuk memahami fenomena komunikasi massa adalah Paradigma Fakta Sosial melalui Teori Fungsional Struktural, Paradigma Definisi Perilaku Sosial melalui Teori Pertukaran Sosial, dan Paradigma Definisi Sosial melalui Teori Interaksi Simbolik. Ditetapkannya pilihan pendekatan pada tiga paradigma ini berpijak pada asumsi : Pertama, Paradigma Fakta Sosial melalui teorinya berupa Struktural Fungsional dapat digunakan untuk memahami realitas menyangkut hubungan komunikasi massa dengan masyarakat. Kedua, Paradigma Perilaku Sosial melalui Teori Pertukaran Sosial menjelaskan adanya manfaat yang saling menguntungkan dalam hubungannya antara pengelola media dengan audiennya. Ketiga, Paradigma Definisi Sosial melalui Teori Interaksi Simbolik dapat digunakan untuk menerangkan bahwa media massa melalui informasinya terhadap fenomena tertentu dapat mempengaruhi pola berpikir, bersikap, bertindak masyarakat. 3

4 Teori Fungsional Struktural Istilah lain dari pendekatan ini dapat kita sebut juga sebagai Fungsionalisme Struktural. Tradisi teoritis ini dipopulerkan Talcott Parsons dan Robert Merton dan cukup ramai diperbincangkan sepanjang dua dekade pasca Perang Dunia Kedua. Fungsionalisme Struktural adalah perpaduan dua istilah, struktural dan fungsional yang dalam praktik pengkajiannya tidak selalu mengkaitkan pemakaian istilah secara bersamaan. Kita dapat mempelajari struktur masyarakat tanpa melibatkan fungsi terhadap struktur lain dan kita dapat mengkaji fungsi berbagai proses sosial yang mungkin saja tidak memiliki struktur. Namun yang perlu kita mengerti, ciri utama dari Perspektif Struktural Fungsional bahwa pendekatan ini memperhatikan aspek struktur dan fungsi, ini artinya kita perlu memperhatikan seksama berfungsinya masyarakat oleh keberadaan institusi sosial berskala luas, saling berinteraksi, dan mempengaruhi individu (Ritzer & Goodman, 2007:118). Stratifikasi sosial. Perbedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat merujuk pada status dan peran yang dimiliki adalah realitas yang tidak bisa ditawar lagi dalam kenyataan hidup suatu masyarakat. Stratifikasi sosial adalah fenomena universal dan menjadi prasyarat dalam berfungsinya suatu sistem sosial. Konsep stratifikasi dalam konteks struktural fungsional memaknai posisi individu ketika menempati posisi tententu bukan memfokuskan perhatian pada mekanisme yang digunakan individu menaiki jenjang posisi ideal. Di sinilah definisi fungsional muncul, bahwa masyarakat memiliki kesadaran menciptakan sistem stratifikasi sebagai medium memposisikan bakat atau keterampilan sejurus dengan kemampuannya, dan masyarakat menyediakan hadiah (reward) sebagai imbalannya. Stratifikasi analog alat yang diciptakan masyarakat untuk menjamin keberlangsungan hidup manusia itu sendiri. Imbalan memadai dari achieved status ini ditandai dengan diperolehnya kekuasaan (power), kekayaan (privilege), dan posisi terhormat (prestige). Sehingga akan ada individu-individu yang menempati status dan peran tertentu bergantung harapan masyarakatnya. Melalui proses sosialisasi formal pada institusi pendidikan, umumnya stratifikasi sosial melanggengkan posisi istimewa seseorang yang memang sedari awal telah memiliki kekuasaan, kekayaan dan prestis. Namun pemikiran Teori Stratifikasi ini tampak linier, teori ini tidak dapat menjawab kenyataan berstratifikasi masyarakat ketika diperhadapkan pada realitas manakala terdapat satu kampung di mana warganya terdefinsikan sebagai orang kaya semua, dan status pengemis atau masyarakat lapisan bawah (low brow) menjadi demikian diperlukan sebagai agen fungsional yang menerima distribusi kekayaan dari masyarakat menengah atas (upper middle-brow) atau atas (high-brow). Atau contoh lainnya, seorang guru lebih diperlukan oleh masyarakat 4

5 ketimbang keberadaan seorang artis sinetron. Hingga tidak selalu posisi yang terjamin imbalan material dan imaterial menjadi target pemosisian individu, bergantung pada kebutuhan dari sistem sosial maka keberadaan status dan peran majemuk sifatnya. Jaminan berupa kekuasaan, kekayaan, dan prestis pada gilirannya menjadi sarana evolusi bagi masyarakat untuk bersama-sama berjuang menempati posisi yang diidealisasikan. Skema AGIL. Dalam kaitannya motivasi memperoleh kepuasaan melakukan pekerjaan ideal maupun aktivitas yang diperlukan oleh sistem sosial, kita perlu memahami sistem tindakan sebagai perangkat konsep untuk memahami struktur dan fungsi. Merujuk Teori Struktural Fungsional, Parsons mengajukan empat fungsi penting untuk semua sistem tindakan, yang dapat kita definisikan sebagai Skema AGIL. Kita pahami bersama terlebih dahulu pengertian fungsi. Fungsi merupakan kumpulan kegiatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem (Rocher, 1975, dalam Ritzer & Goodman, 2007:121). Empat fungsi ini mencakup (A) Adaptation (G) Goal Attainment (I) Integration dan (L) Latensi. Ke-empat fungsi ini dibutuhkan oleh sistem dalam kaitannya beroperasinya struktur sosial suatu masyarakat. Mari kita simak penjelasan Skema AGIL berikut ini : (1). Adaptation (Adaptasi), suatu sistem dapat menyesuaikan dengan setiap keadaan utama menyesuaikan dengan kebutuhan lingkungan. Adaptasi diinterpretasi sebagai organisme perilaku sebagai sistem tindakan yang melaksanakan fungsi adaptasi atau fungsi penyesuaian diri dengan mengubah lingkungan ekternal. Fungsi adaptasi diimperatifkan ke dalam sub sistem ekonomi sebagai bagian yang memenuhi keperluan tenaga kerja, produksi, dan alokasi. Melalui pranata ekonomi memungkinkan masyarakat memenuhi kebutuhan menanggapi lingkungan eksternal. (2). Goal Attainment (Pencapaian Tujuan), suatu sistem dapat mendefinisikan tujuan utama. Pencapaian Tujuan diinterpretasi sebagai sistem keperibadian, pelaksana fungsi pencapaian tujuan dengan menetapkan tujuan sistem melalui mobilisasi sumber daya untuk pencapaian tujuan. Fungsi pencapaian tujuan dilaksanakan melalui sub sistem politik. Sistem pemerintah berperan sebagai operator sekaligus regulator dalam memobilisasi warganegara mencapai tujuan negara. (3). Integration (Integrasi), suatu sistem dapat mengatur hubungan antar komponen. Integrasi diinterpretasi sebagai sistem sosial, yang berfungsi menanggulangi atau mengendalikan bagian-bagian yang menjadi komponennya. 5

6 Fungsi integrasi atau sistem sosial mencakup seluruh fungsi masyarakat, yaitu suatu kolektif yang relatif memenuhi kebutuhan secara mandiri. (4). Latency (Pemeliharaan Pola), suatu sistem memiliki kemampuan memelihara dan memperbaiki diri, berupa motivasi individu dan keberadaan kebudayaan sebagai medium bekerjanya motivasi. Pemeliharaan Pola diinterpretasi sebagai sistem kultural yang melaksanakan fungsi pemeliharaan pola dengan menyediakan aturan normatif yang memotivasi individu untuk melaksanakan tindakan. Fungsi laten diberlangsungkan melalui sistem fiduciari. Sistem ini kita kenali sebagai pranata yang membekali individu dengan pengetahuan menyangkut nilai-nilai dan norma-norma masyarakat. Melalui institusi keluarga dan sekolah, pranata ini menyediakan sarana sosialiasi dan internalisasi sistem simbol yang terpola yang menjadi orientasi bertindak bagi masyarakat. L LATENCY I INTEGRATION Sistem Kultural (Sistem Fiduciari) Sistem Sosial (Sistem Kemasyarakatan) A ADAPTATION Organisme Perilaku (Sistem Ekonomi) G GOAL ATTAINMENT Sistem Keperibadian (Sistem Pemerintahan) Gambar 1: Skema AGIL (struktur sistem tindakan umum dengan subsistem fungsionalnya) Fungsionalisme Struktural Parsonian ini memusatkan perhatian pada fungsi dari satu struktur sosial atau fungsi dari satu institusi sosial saja. Determinisme kebudayaan menjadi kelemahan teori ini, manakala Parson lebih menekankan pada fungsi sentral latency sebagai kekuatan utama yang mengikat seluruh tatatan sistem tindakan individu. Perlu dipahami bahwa asumsi fungsional struktural berpijak pada keterpaduan atau kesetaraan pada semua tingkat analisanya menyangkut ke-empat aspek sistem. Tindakan agen atau aktor senantiasa mempertimbangkan keberadaan dari empat fungsi struktur tindakan. Sebagai deskripsinya; ketika sistem keperibadian (personalitas) bertindak, perilakunya senantiasa dikontrol atau mempertimbangkan sistem kulturalnya personalitas turut pula mempertimbangkan kebutuhan integritas dari komunitasnya dan keperluan integrasi menjadi prasyarat bagi sistem politik untuk memenuhi harapan maupun tuntutan masyarakat. Pada kenyataannya tindakan personal seseorang tidak berlaku pasif, aktor senantiasa menginterpretasi dinamika sistem lantas mengantisipasi sistem dengan 6

7 mengadakan modifikasi pada perilakunya hingga mendorong munculnya motivasi yang dianggap perlu. Fakta-Fakta Sosial. Individu adalah aktor yang aktif menterjemahkan lingkungan internal dan ekternalnya dan mewujudkannya ke dalam praktik sosial yang diperbaharui terusmenerus mengikuti informasi terbaru yang pada gilirannya melalui kontinuitas perilaku tersebut turut merubah tatanan struktur fungsi dari sistem sosial. Berpedoman pada fakta sosial manusia dapat mempolakan perilakunya merujuk pada aturan baku yang diidealisasikan masyarakatnya. Emile Durkheim menyebut gejala fakta sosial sebagai kekuatan (forces) dan struktur yang bersifat eksternal dan memaksa individu (Durkheim dalam The Rules of Sociological Methode, dalam Ritzer & Goodman, 2007:21). Fakta sosial material berisikan aturan dalam pranata birokrasi dan hukum dan fakta sosial imaterial bersumber pada kebudayaan dan institusi sosial. Menyambung pada Skema AGIL Parson, tindakan individu bukanlah suatu perilaku yang dilakukan berlandas pada alasan peribadi melainkan berpijak pada kebutuhan individu untuk bersikap merujuk pada aturan ke-empat fungsi tindakan. Menjadi terang bagi kita jika rasionalisasi tindakan personal bersumber pada rasionalisasi struktur sistem sosialnya atau dalam istilah Durkheim, berpedoman pada fakta sosial. Sebagai ilustrasi yang cukup baik, Bunuh diri (suicide) yang dilakukan seseorang disebabkan oleh adanya fakta sosial yang memaksa pelaku untuk mengakhiri kehidupannya di dunia. Rasionaliasi bunuh diri bukan berpijak pada pilihan personal melainkan masyarakatlah yang menentukan pelaku untuk mengakhiri hidup. Teori Pertukaran Sosial Migo bukan pacar yang baik bagi Meena. Masa berpacaran mereka telah berlangsung sejak memasuki sekolah menengah atas hingga kini mereka menjelang wisuda. Anin sebagai sahabat Meena menilai Migo sebagai pacar yang tidak bisa diandalkan dan kerap membuat Meena menangis ketika Migo kembali masuk tahanan karena tertangkap berjualan narkoba. Meena dapat dengan mudah menemukan pacar baru, seandainya ia mau. Teori Pertukaran Sosial atau SET (Social Exchange Theory), mendasarkan konsepnya pada terjalinnya hubungan antar individu dalam konteks ekonomi dan menggunakan istilah pengorbanan dan penghargaan yang kelak didapat ketika individu tersebut melanjutkan hubungan. Pengorbanan atau costs didefinisikan sebagai elemen dari suatu hubungan yang memiliki nilai negatip bagi seseorang. Implementasinya dapat berupa perasaan negatip seperti rasa sedih, tertekan, sebagaimana diperlihatkan Meena. Penghargaan atau rewards adalah elemen dalam suatu hubungan yang bersifat positip. Teori SET mendeskripsikan 7

8 realitas hubungan antar manusia menempatkan elemen pengorbanan dan penghargaan sebagai sesuatu yang perlu dipertimbangkan (Monge & Contarctor dalam West & Turner, 2008:216). Teori ini merumuskan temuan penelitiannya dengan menyimpulkan konsep nilai (worth) dari suatu hubungan akan mempengaruhi hasil akhir (outcome), yaitu interaksi dapat terus berlangsung sebagai hasil positip atau nilai negatipnya jika hubungan berakhir. Dalam Interpersonal Communication: The Social Exchange Approach, Michael Roloff (dalam West & Turner, 2008:217), menurunkan teori menyangkut dorongan yang menuntun terjalinnya interaksi interpersonal oleh adanya kepentingan peribadi dari kedua belah pihak. Kepentingan peribadi ini tidak dapat dipadankan dengan nilai negatif melainkan nilai positip yang dapat meningkatkan kualitas hubungan. Struktur Pertukaran. Pertukaran dapat berlangsung melalalui pertukaran langsung, pertukaran tergeneralisasi, dan pertukaran produktif. Mengacu pada sifat pertukaran yang pertama yaitu direct exchange (pertukaran langsung), timbal balik berlangsung pada pelaku yang saling berinteraksi. Melalui contoh kasus Migo dan Meena, pertukaran langsung didefinisikan ke dalam situasi manakala Migo memerlukan bantuan Meena dan Meena langsung membalas memberikan bantuan. Hal yang sama akan dilakukan Migo suatu hari nanti, untuk mengembalikan bantuan yang pernah diterima dari Meena. Generalized exchange (pertukaran tergeneralisir), jenis pertukaran ini mencakup keadaan timbal balik yang tidak langsung. Dicontohkan, ketika kita diberikan kesempatan untuk duduk di dalam busway yang penuh sesak, maka orang yang merelakan bangkunya untuk kita tempati kelak akan mendapatkan kesempatan yang sama dari orang yang berbeda. Productive exchange (pertukaran produktif), dalam jenis pertukaran ini kedua pihak bersama-sama melakukan pengorbanan untuk suatu kegiatan yang pada akhir kegiatan keduanya akan mendapatkan penghargaan secara bersamaan. Perilaku Sosial. Teori Pertukaran Sosial berakar pada behaviorisme dalam kajian Psikologi yang kemudian dikembangkan Sosiologi. Teori ini identik dengan George Homans yang membangun preposisi untuk menerangkan fenomena individu di dalam masyarakat. Preposisi yang dikembangkan merujuk pada riset psikologi yang kemudian digunakan Sosiologi untuk mengkaji hubungan antara pengaruh perilaku seorang individu terhadap lingkungan dan dampak lingkungan terhadap perilaku individu (Bushell & Burgess, 1969; Baldwin & Baldwin, 1986, dalam Rotzer & Goodman, 2008:356). Perilaku seseorang dapat ditelusuri dalam konteks sejarah masa lalu orang tersebut. Simak ilustrasi berikut ini; perilaku seseorang dilatari oleh lingkungan sosial atau fisik sebagai wahana berlangsungnya proses penajaman perilaku positip, negatip, atau netral. Di 8

9 masa depan, ketika diperlukan maka akan dimunculkan reaksi berupa perilaku yang sejenis, apabila perilaku menimbulkan reaksi menyenangkan besar kemungkinan perilaku senada akan diulang ketika reaksi dari perilaku memunculkan keadaan menyakitkan kecil peluang bagi perilaku tersebut dimunculkan di masa depan. George Homans membangun proposisi fundamental dalam Teori Pertukaran Sosial, yaitu: Pertama, proposisi sukses. Ketika tindakan yang dilakukan seseorang mendapatkan tanggapan positip dari orang lain, maka tindakan yang sama akan dilakukan kembali di kemudian hari. Kedua, proposisi stimulus. Dorongan tertentu atau sekumpulan dorongan telah menyebabkan suatu tindakan akan memperoleh hadiah. Ketiga, proposisi nilai. Proposisi ketiga ini merupakan penggabungan dari kedua proposisi sebelumnya yang dapat kita definisikan sebagai proposisi rasional. Keempat, proposisi deprivasi-satiasi. Ketika seseorang bertindak positip dan mendatangkan ganjaran maka akan ganjaran yang diterima pada perilaku positip sebelumnya semakin kehilangan maknanya. Kelima, proposisi persetujuan-perlawanan. Ketika perilaku seseorang idealnya memperoleh tanggapan positip namun justru terjadi sebaliknya, maka individu tersebut akan bertindak negatip (reaktif, melawan, marah). Namun hal ini keadaan terakhir ini dianggap bernilai bagi pelaku. Teori Interaksi Simbolik Mellisa kini tinggal di asrama yang difasilitasi universitas tempatnya ia menempuh pendidikan tinggi. Rekan sekamarnya adalah Aryati yang berasal dari Klaten dan Hermina, gadis asal Lampung. Satu bulan sudah mereka bertiga melalui masa awal studi di perguruan tinggi. Mellisa sedikit khawatir jika ia tidak bisa akrab dengan teman sekamarnya, namun dugaan ini dapat ditepis jika Mellisa bisa menjalin keakraban dengan Hermina. Kesamaan etnis asal Sumatera yang menjadikan alasan Mellisa selaku putra daerah Bangka Belitung untuk merasa dekat dengan Hermina dibanding kepada Aryati. Simbol sebagai label arbitrer atau representasi dari fenomena menjadi konsep yang membentuk Teori Interaksi Simbolik, di mana suatu interaksi sosial di mungkinkan terjadi manakala pihak-pihak yang saling berkomunikasi menggunakan simbol yang disepakati 9

10 bersama. Dalam kasus di atas, Mellisa dapat berkomunikasi efektif dengan Hermina oleh sebab dimilikinya simbol yang sama, yaitu kesamaan suku bangsa. Teori Interaksi Simbolik (Symbolic Interaction Theory atau SI) merupakan kerangka berpikir yang dikembangkan George Herbet Mead melalui Mind, Self, Society; From The Stand Point of The Social Behaviorist, ia merumuskan diperlukannya simbol sebagai mekanisme yang dapat dipergunakan di dalam aktifitas berkomunikasi. Teori ini melengkapi teori-teori sosial sebelumnya dalam mengkaji interaksi antar manusia. Melalui hipotesanya teori ini menjembatani konsep interaksi antar individu dan kekuatan sosial yang melatari terjalinnya interaksi sosial. Asumsinya, suatu hubungan antar manusia dapat dimaknai manakala hubungan itu berlangsung melalui interaksi sosial yang menjadi prasarana manusia mengembangkan dunia sosialnya. Meminjam uraian LaRossa dan Reitzes (dalam West & Turner, 2007:98), pemikiran Mead memuat tiga asumsi : Pertama, pentingnya makna bagi individu. Kedua, pentingnya konsep diri. Ketiga, hubungan antara individu dengan masyarakat. Penjelasan pertama. Makna Individu adalah pencipta makna, dan melalui kegiatan komunikasi berbagai simbol ditebarkan dan akan memuat makna simbolik ketika peserta komunikasi saling menginterpretasi. Kesamaan makna memungkinkan berlangsungnya kegiatan komunikasi. Penjelasan kedua. Manusia bertindak terhadap manusia lain mengacu pada makna yang diberikan orang lain kepada mereka pernyataan ini menitik beratkan pada adanya makna di balik perilaku yang perlu diinterpretasi untuk dapat dipahami artinya. Penjelasan ketiga. Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia makna dapat memuat arti sama manakala terdapat individu-individu memiliki interpretasi seragam menyangkut simbol yang dipertukarkan dalam aktifitas komunikasi. Konsep diri. Self concept dibentuk melalui proses sosialisasi. Konsep diri atau proses mental sangat penting bagi manusia dalam kaitannya sebagai pedoman yang dapat dipergunakan dalam berinteraksi dengan manusia lain. konsep diri didefinisikan sebagai seperangkat persepsi yang relatif stabil yang diyakini oleh seseorang mengenai dirinya sendiri. Melalui perangkat konsep diri, seseorang pada aktifitas sosialnya akan memiliki keterampilan untuk mengambil peranan (role taking). 10

11 Definisi Sosial. Teori Interaksi Simbolik atau interaksionisme simbolik berakar pada orientasi paradigma definisi sosial. Dasar pemikirannya adalah, dalam kenyataan interaksi antar sesama manusia memerlukan konsep definisi sosial sebagai alat yang dapat dipergunakan individu untuk mendefinisikan situasi subyektif maupun objektif lingkungan sosial dan fisiknya. Interaksi sosial tanpa melibatkan definisi sosial akan menyulitkan manusia, oleh sebab manusia memerlukan aktifitas menafsirkan realitas dunia sebagai bahan membentuk realitas kehidupan. Interelasi Pendekatan Sosiologis Terhadap Studi Komunikasi Teori Fungsional Struktural Paradigma Fakta Sosial keberadaan media massa melalui sistem media cetak, elektronik, tradisional, maupun teknologi baru menciptakan karakter fungsional bagi masyarakat. Merujuk pada Hedebro (dalam Sutaryo, 2005:16), media massa memiliki kekuatan untuk memproduksi dan mereproduksi pesan yang diperlukan dalam kehidupan organis struktur sosial. Dalam Konsep AGIL Parson, terang diuraikan jika perilaku personal individu semata dihadirkan dengan berpijak pada komponen pembentuk struktur sistem. Di mana komunikasi berfungsi sebagai fungsi informatif, regulatif, persuasif, dan integratif yang menjadi wahana bagi manusia mendefinisikan status dan peran merujuk pada kebutuhan sistem sosialnya. Teori Pertukaran Sosial Paradigma Perilaku Sosial Konsep dasar pertukaran sosial adalah azas saling manfaat jika diinteraksikan dengan konteks komunikasi massa maka teori ini dapat menterjemahkan realitas menyangkut hubungan antara media massa dengan khalayak berlangsung dalam rujukan nilai positip maupun nilai negatip. Teori Interaksi Simbolik Paradigma Definisi Sosial Media massa selaku agen produksi budaya, memiliki kemampuan dalam menginternalisasi pesan-pesan merujuk pada satu kepentingan. Merujuk pada fungsinya yang demikian, proses transformasi pengetahuan yang direfleksikan melalui sistem simbol melalui isi pesan media menjadi sarana dalam pembentukkan konsep diri bagi masyarakat selaku pihak yang mengkonsumsi media. 11

12 Daftar Pustaka Ritzer, Goerge, dan Douglas J. Goodman 2007 Teori Sosiologi Modern, Edisi Keenam, Jakarta: Penerbit Prenada Media Group. Sutaryo 2005 Sosiologi Komunikasi. Yogyakarta: Penerbit Arti Bumi Intaran. West, Richard, dan Lynn H. Turner Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi, Edisi Ketiga, Jakarta: Penerbit Salemba Humanika. 12

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: SOSIOLOGI KOMUNIKASI TEORI-TEORI SOSIOLOGI KOMUNIKASI Fakultas Ilmu Komunikasi Rika Yessica Rahma,M.Ikom Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id TEORI TEORI SOSIOLOGI KOMUNIKASI TEORI STRUKTURAL

Lebih terperinci

BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT. Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional

BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT. Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional oleh Talcott Parsons. 45 Prinsip-prinsip pemikiran Talcott Parsons, yaitu

Lebih terperinci

BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti

BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS A. Teori Fungsionalisme Struktural AGIL Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahanperubahan. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti

Lebih terperinci

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL. juga tata letak teori dalam pembahasan dengan judul Industri Rumah

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL. juga tata letak teori dalam pembahasan dengan judul Industri Rumah BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL A. FUNGSIONALISME STRUKTURAL Dalam bab ini peneliti akan menjabarkan pembahasanya yang dikaitkan dengan teori, korelasi pembahasan penelitian dengan teori dan juga

Lebih terperinci

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS. Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak Di Dusun Dukuan Desa

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS. Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak Di Dusun Dukuan Desa BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS A. Teori Fungsionalisme Struktural Untuk menjelaskan fenomena yang diangkat oleh peneliti yaitu Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak

Lebih terperinci

Gagasan dalam Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial

Gagasan dalam Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial Gagasan dalam Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial Filsafat Ilmu Sosial 1 Positivistik (Value free) Fenomenologi (Value Bound) Perbedaan Paradigma dalam Sosiologi 2 3 Ilmu-ilmu sosial (seperti Sosiologi) telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Seorang individu

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Seorang individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku individu berkaitan erat dengan yang namanya peran dalam kehidupan bermasyarakat. Peran mengandung hal dan kewajiban yang harus dijalani oleh seorang

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: Teori Teori Sosiologi Komunikasi Fakultas ILMU KOMUNIKASI Yuliawati, S.Sos, M.IKom Program Studi HUBUNGAN MASYARAKAT http://www.mercubuana.ac.id SOSIOLOGI = SOCIOLOGY= Socius

Lebih terperinci

BAB II INTERAKSIONALISME SIMBOLIK-GEORGE HERBERT MEAD. interaksi. Sebagaimana interaksi social itu sendiri dipandang sebagai tindakan

BAB II INTERAKSIONALISME SIMBOLIK-GEORGE HERBERT MEAD. interaksi. Sebagaimana interaksi social itu sendiri dipandang sebagai tindakan 33 BAB II INTERAKSIONALISME SIMBOLIK-GEORGE HERBERT MEAD Kehidupan social itu sendiri tidak pernah terlepas dari adanya sebuah interaksi. Sebagaimana interaksi social itu sendiri dipandang sebagai tindakan

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: SOSIOLOGI KOMUNIKASI SOSIOLOGI KHALAYAK Fakultas Ilmu Komunikasi Rika Yessica Rahma,M.Ikom Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id SOSIOLOGI KHALAYAK Ilmu sosiologi mengenal istilah interaksi

Lebih terperinci

Sosiologi Komunikasi Eko Hartanto

Sosiologi Komunikasi Eko Hartanto Sosiologi Komunikasi Eko Hartanto Masyarakat memiliki struktur dan lapisan (layer) yang bermacam-macam, ragam struktur dan lapisan masyarakat tergantung pada kompleksitas masyarakat itu sendiri. Semakin

Lebih terperinci

BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons

BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons Teori ini digunakan oleh peneliti untuk menganalisis pesantren dan pangajian taaruf (studi kasus eksistensi

Lebih terperinci

Kuliah ke-2: Paradigma Teori Sosiologi

Kuliah ke-2: Paradigma Teori Sosiologi Kuliah ke-2: Paradigma Teori Sosiologi Teori Sosiologi Kontemporer Amika Wardana. Ph.D a.wardana@uny.ac.id Overview Perkuliahan Konstruksi Teori Sosiologi Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Ilmu Pengetahun

Lebih terperinci

BAB II TEORI AGIL PERUBAHAN SOSIAL TALCOTT PARSONS. kepada pemenuhan suatu kebutuhan atau kebutuhan-kebutuhan sistem itu.

BAB II TEORI AGIL PERUBAHAN SOSIAL TALCOTT PARSONS. kepada pemenuhan suatu kebutuhan atau kebutuhan-kebutuhan sistem itu. 35 BAB II TEORI AGIL PERUBAHAN SOSIAL TALCOTT PARSONS A. AGIL Suatu fungsi adalah suatu kompleks kegiatan-kegiatan yang diarahkan kepada pemenuhan suatu kebutuhan atau kebutuhan-kebutuhan sistem itu. Menggunakan

Lebih terperinci

Pengetahun, wawasan, dan pengalaman menjadikan manusia bijak

Pengetahun, wawasan, dan pengalaman menjadikan manusia bijak Pengetahun, wawasan, dan pengalaman menjadikan manusia bijak P A R A D I G M A (Penelitian Sosial) I Paradigma Merton universalisme, komunalisme, pasang jarak/ tanpa keterlibatan emosional, skeptisisme

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sosial, pranata sosial dan hubungan antara individu dengan struktur sosial serta antar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sosial, pranata sosial dan hubungan antara individu dengan struktur sosial serta antar BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Fakta Sosial Paradigma fakta sosial fakta sosial terpaut kepada antar hubungan antara struktur sosial, pranata sosial dan hubungan antara individu dengan struktur sosial

Lebih terperinci

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. menentukan. Strategi utama yang harus dilakukan oleh pedagang waralaba Tela-Tela

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. menentukan. Strategi utama yang harus dilakukan oleh pedagang waralaba Tela-Tela BAB II. KAJIAN PUSTAKA Umumnya bertumbuhnya ekonomi selalu dijelaskan lebih karena faktor eksternal seperti struktur dan sistem ekonomi. Namun, pengaruh internal juga sangat menentukan. Strategi utama

Lebih terperinci

BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU

BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN SOSIOLOGI BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU ALI IMRON, S.Sos., M.A. Dr. SUGENG HARIANTO, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PERKAWINAN

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PERKAWINAN BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PERKAWINAN Manusia pertama-tama ada, berjumpa dengan dirinya, muncul di dunia dan setelah itu menentukan dirinya. (Jean-Paul Sartre) A. MANUSIA DAN KESADARAN DIRI Sebagian

Lebih terperinci

APLIKASI TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DALAM MASYARAKAT INDONESIA. Oleh Yoseph Andreas Gual

APLIKASI TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DALAM MASYARAKAT INDONESIA. Oleh Yoseph Andreas Gual APLIKASI TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DALAM MASYARAKAT INDONESIA Oleh Yoseph Andreas Gual Sebelum masuk dalam inti tulisan, penulis ingin mengemukakan bahwa tulisan ini tidak akan menggunakan seluruh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. proses perkenalan melalui interaksi antar SFCK, interaksi antara anggota

BAB IV ANALISIS DATA. proses perkenalan melalui interaksi antar SFCK, interaksi antara anggota BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian 1. Proses komunikasi interpersonal anggota SFCK di awali dengan tahap proses perkenalan melalui interaksi antar SFCK, interaksi antara anggota SFCK dan interaksi

Lebih terperinci

BAB II SOLIDARITAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM. dengan pihak-pihak terkait. Peneliti memilih teori Solidaritas Emile Durkhei, teori ini

BAB II SOLIDARITAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM. dengan pihak-pihak terkait. Peneliti memilih teori Solidaritas Emile Durkhei, teori ini BAB II SOLIDARITAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM Melihat kondisi solidaritas dan berdasarkan observasi, serta wawancara dengan pihak-pihak terkait. Peneliti memilih teori Solidaritas Emile Durkhei,

Lebih terperinci

PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MAKRO (MACROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYIMPANGAN SOSIAL

PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MAKRO (MACROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYIMPANGAN SOSIAL PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MAKRO (MACROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYIMPANGAN SOSIAL Tidak seperti biologi atau teori-teori psikologi yang, untuk sebagian besar, mengeksplorasi faktor-faktor yang terkait kejahatan

Lebih terperinci

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL-TALCOTT PARSONS. (PNPM) Mandiri Perdesaan dalam menanggulangi kemiskinan (Studi di Desa

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL-TALCOTT PARSONS. (PNPM) Mandiri Perdesaan dalam menanggulangi kemiskinan (Studi di Desa 45 BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL-TALCOTT PARSONS A. Teori Fungsionalisme Struktural Skripsi yang berjudul Peran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan dalam menanggulangi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Struktural Fungsional Suatu fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem. Dengan menggunakan defenisi ini,

Lebih terperinci

BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER. Setiap manusia mempunyai naluri untuk berinteraksi dengan

BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER. Setiap manusia mempunyai naluri untuk berinteraksi dengan BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER Manusia merupakan anggota masyarakat yang akan senantiasa berusaha agar selalu bisa bergaul dengan sesama. Sehingga setiap individu akan bertindak dan berusaha untuk

Lebih terperinci

TEORI SOSIOLOGI KONTEMPORER

TEORI SOSIOLOGI KONTEMPORER TEORI SOSIOLOGI KONTEMPORER Silabus Semester Genap 2013-2014 Dosen : Amika Wardana, Ph.D. Email : a.wardana@uny.ac.id Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta S I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wadah yang disebut masyarakat. Seperti yang kita ketahui pada zaman yang

BAB I PENDAHULUAN. wadah yang disebut masyarakat. Seperti yang kita ketahui pada zaman yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditinjau secara sosiologis, kehidupan sosial berlangsung dalam suatu wadah yang disebut masyarakat. Seperti yang kita ketahui pada zaman yang modern ini masyarakat

Lebih terperinci

Komunikasi dan Sistem Kemasyarakatan

Komunikasi dan Sistem Kemasyarakatan Modul ke: Komunikasi dan Sistem Kemasyarakatan Fakultas ILKOM Desiana E. Pramesti, M.Si. Program Studi Periklanan www.mercubuana.ac.id Abstract Masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan adalah fenomena

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Demokrasi di Indonesia Definisi demokrasi menurut Murod (1999:59), sebagai suatu policy di mana semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat, mempunyai

Lebih terperinci

BAB II. Paradigma Sosiologi dan Posisi Teori Konflik

BAB II. Paradigma Sosiologi dan Posisi Teori Konflik BAB II. Paradigma Sosiologi dan Posisi Teori Konflik Pokok Bahasan Pada umumnya, dalam dunia ilmu pengetahuan orang mencoba untuk melihat dan menjelaskan suatu fenomena sosial menggunakan alur dan logika

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: SOSIOLOGI KOMUNIKASI Media Massa dan Proses Sosialisasi Fakultas ILMU KOMUNIKASI Enjang Pera Irawan, S.Sos, M.I.Kom Program Studi HUBUNGAN MASYARAKAT www.mercubuana.ac.id Sosialisasi dan Agen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL

BAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL BAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL A. STRUKTURAL FUNGSIONAL Untuk mendukung penelitian ini, peneliti mengkaji lebih lanjut dengan teori Struktural Fungsional.Dan berikut merupakan penjelasan teori struktural

Lebih terperinci

Pengertian/Definisi Politik Terkait dengan masalah Kekuasaan/Pengaruh Terkait pula dengan negara Menentukan tujuan, pengambilan keputusan, dan impleme

Pengertian/Definisi Politik Terkait dengan masalah Kekuasaan/Pengaruh Terkait pula dengan negara Menentukan tujuan, pengambilan keputusan, dan impleme Ada tiga hal penting yang perlu kita tanyakan pada diri kita; Yakni: Apa yang perlu kita ketahui dan pahami tentang Sosiologi dan Politik? Mengapa kita perlu mengetahui dan memahami Sosiologi dan Politik?

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fungsionalisme Struktural Talcott Parson (dalam Ritzer, 2004:121) beranggapan bahwa suatu fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Sistem Sosial

MODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Sistem Sosial MODUL PERKULIAHAN Sistem Sosial FAKULTAS Bidang Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh ILMU KOMUNIKASI Public relations/ Yuni Tresnawati,S.Sos., M.Ikom. Humas 2 Abstract Dalam pokok bahasan ini adalah memperkenalkan

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi SOSIOLOGI KOMUNIKASI SOSIOLOGI KOMUNIKASI DAN KOMUNIKASI MASSA Feni Fasta, M.Si Eka Perwitasari Fauzi, M.Ed Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id Sejumlah upaya

Lebih terperinci

BAB II FUNGSIONALISME STRUKTURAL TALCOTT PARSON. paham atau prespektif di dalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu

BAB II FUNGSIONALISME STRUKTURAL TALCOTT PARSON. paham atau prespektif di dalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu BAB II FUNGSIONALISME STRUKTURAL TALCOTT PARSON A. Fungsionalisme Struktural Dalam penelitian ini menggunakan Teori fungsional struktural yang pencetusnya adalah Talcott Parson. Asumsi dasar dari Teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan cara-cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan cara-cara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Perspektif Sosiologis Perspektif merupakan suatu kumpulan asumsi maupun keyakinan tentang sesuatu hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS KESIAPAN MAHASISWA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA (FIA UB) TERHADAP SOCIAL IMPACT RENCANA PEMBANGUNAN GAZEBO FIA

ANALISIS KESIAPAN MAHASISWA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA (FIA UB) TERHADAP SOCIAL IMPACT RENCANA PEMBANGUNAN GAZEBO FIA ANALISIS KESIAPAN MAHASISWA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA (FIA UB) TERHADAP SOCIAL IMPACT RENCANA PEMBANGUNAN GAZEBO FIA ( Studi Pada Fenomena Sosial di Fakultas Ilmu Administrasi Universitas

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. pengalaman serta lingkungan sekitar dari manusia tersebut tinggal.

BAB II KERANGKA TEORI. pengalaman serta lingkungan sekitar dari manusia tersebut tinggal. BAB II KERANGKA TEORI 2.4. Persepsi Dalam memandang suatu permasalahan dari setiap manusia mempunyai persepsi yang berbeda-beda. Persepsi menurut manusia yang satu belum tentu sama dengan persepsi manusia

Lebih terperinci

MODUL 5 SOSIOLOGI KOMUNIKASI. (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si.

MODUL 5 SOSIOLOGI KOMUNIKASI. (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si. FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI PERTEMUAN 5 UNIVERSITAS MERCU BUANA MODUL 5 (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si. POKOK BAHASAN: Proses dan Interaksi Sosial DESKRIPSI: Materi berupa uraian tentang struktur

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktor lainnya. Salah satu ciri khas teori jaringan adalah pemusatan pemikiran pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktor lainnya. Salah satu ciri khas teori jaringan adalah pemusatan pemikiran pada BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Jaringan Teori yang mendukung penelitian ini adalah teori jaringan. pada teori jaringan banyak di bahas tentang hubungan antara satu aktor (individu atau kelompok) dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kesenian Sebagai Unsur Kebudayaan Koentjaraningrat (1980), mendeskripsikan bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam

Lebih terperinci

1) MERUMUSKAN SOSIOLOGI (1840) SBG ILMU EMPIRIK ( BAPAK SOSIOLOGI)

1) MERUMUSKAN SOSIOLOGI (1840) SBG ILMU EMPIRIK ( BAPAK SOSIOLOGI) a. AUGUSTE COMTE (1798 1857) 1) MERUMUSKAN SOSIOLOGI (1840) SBG ILMU EMPIRIK ( BAPAK SOSIOLOGI) 2) SOSIOLOGI TDA : SOS STATIS (ASPEK STRUKTUR) SOS DINAMIS (ASPEK PROSES, PERUBAHAN) 3) MASY DIPANDANG SBG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan baik secara jasmani maupun rohani dimana kita lahir secara turun-temurun, membawa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Kasoos. Untuk itu, di bawah ini akan dijelaskan secara singkat tentang apa

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Kasoos. Untuk itu, di bawah ini akan dijelaskan secara singkat tentang apa BAB II TINJAUAN TEORITIS Tinjauan teoritis merupakan pendekatan teori yang akan digunakan untuk menjelaskan persoalan penelitian. Dalam bab II ini akan membahas pengertian mengenai komunikasi, interaksi

Lebih terperinci

Ringkasan Materi Teori-Teori Sosial Budaya

Ringkasan Materi Teori-Teori Sosial Budaya Ringkasan Materi Teori-Teori Sosial Budaya BAB 8 Teori Pertukaran, Teori Jaringan, dan Teori Pilihan Rasional Pada bab 8 dalam buku Teori Sosiologi Modern ini perhatiannya lebih dipusatkan pada tiga teori

Lebih terperinci

BAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL

BAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL 23 BAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL A. Struktural Fungsional (Talcott Parsons) Dalam penelitian ini berparadigma fakta social menggunakan teori structural fungsional yang mempunyai empat imperetatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spiritual, dan etika di berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat. Berbicara soal mistik,

BAB I PENDAHULUAN. spiritual, dan etika di berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat. Berbicara soal mistik, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai bangsa yang religius, Indonesia menempatkan agama sebagai landasan moral, spiritual, dan etika di berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat. Berbicara

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pemkab Sragen, dalam hal ini Disparbudpor, telah melaksanakan komunikasi

BAB V PENUTUP. Pemkab Sragen, dalam hal ini Disparbudpor, telah melaksanakan komunikasi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian dan pembahasan yang telah peneliti lakukan maka beberapa kesimpulan dapat dibuat. Pertama, hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa Pemkab Sragen, dalam hal ini

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI. Dra. Indriati Susilo, M.Si

SOSIOLOGI KOMUNIKASI. Dra. Indriati Susilo, M.Si SOSIOLOGI KOMUNIKASI Dra. Indriati Susilo, M.Si Pokok Bahasan : I. Ruang Lingkup dan Konseptualisasi Sosiologi Komunikasi II. III. IV. Teori-teori Sosiologi dan Komunikasi Sosial A. Tiga Teori Besar dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pula pada kehidupan antara umat beragama. 1

BAB II KAJIAN TEORI. pula pada kehidupan antara umat beragama. 1 31 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretik 1. Fungsionalisme Struktural Talcott Parsons Salah satu teori yang bisa digunakan untuk melihat kerukunan adalah pendekatan fungsionalisme struktural. Pendekatan

Lebih terperinci

4/9/2014. Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D Teori Sosiologi Kontemporer

4/9/2014. Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D Teori Sosiologi Kontemporer Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D a.wardana@uny.ac.id Teori Sosiologi Kontemporer Fungsionalisme Versus Konflik Teori Konflik Analitis (Non-Marxist) Perbedaan Teori Konflik Marxist dan Non- Marxist Warisan

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI. KOMUNIKASI SEBAGAI PROSES INTERAKSI Rika Yessica Rahma,M.Ikom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Penyiaran

SOSIOLOGI KOMUNIKASI. KOMUNIKASI SEBAGAI PROSES INTERAKSI Rika Yessica Rahma,M.Ikom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Penyiaran Modul ke: SOSIOLOGI KOMUNIKASI Fakultas Ilmu Komunikasi KOMUNIKASI SEBAGAI PROSES INTERAKSI Rika Yessica Rahma,M.Ikom Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN INTERAKSI SOSIAL Interaksi

Lebih terperinci

BAB II PERTUKARAN SOSIAL GEORGE CASPAR HOMANS

BAB II PERTUKARAN SOSIAL GEORGE CASPAR HOMANS BAB II PERTUKARAN SOSIAL GEORGE CASPAR HOMANS George Ritzer menjelaskan gagasan George C Homans tantang teori Pertukaran sebagai berikut : Homans memandang perilaku sosial sebagai pertukaran aktivitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didirikannya karena kemajuan pembangunan yang sangat pesat di Kota ini. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. didirikannya karena kemajuan pembangunan yang sangat pesat di Kota ini. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pada tahun 1981, didirikan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Karawang. Alasan didirikannya karena kemajuan pembangunan yang sangat pesat di Kota ini. Hal

Lebih terperinci

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan 5.1. Kesimpulan B A B V P E N U T U P Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan umum bahwa integrasi sosial dalam masyarakat Sumba di Kampung Waiwunga, merupakan konstruksi makna

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

PENDEKATAN SOSIOLOGIS TENTANG EKONOMI

PENDEKATAN SOSIOLOGIS TENTANG EKONOMI PENDEKATAN SOSIOLOGIS TENTANG EKONOMI Konsep Aktor (ekonomi) Titik tolak analisis ekonomi adalah individu Individu adalah makhluk yang rasional, senantiasa menghitung dan membuat pilihan yang dapat memperbesar

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN ORANGTUA DENGAN AKTIVITAS ANAK MENONTON TELEVISI

PENDAMPINGAN ORANGTUA DENGAN AKTIVITAS ANAK MENONTON TELEVISI PENDAMPINGAN ORANGTUA DENGAN AKTIVITAS ANAK MENONTON TELEVISI (Studi kasus pada keluarga di Perumahan Meranti Permai, Kecamatan Siantar utara, Kota Pematangsiantar) Julius Osvaldo Situmorang 100904041

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memungkinkan terjadinya integritas sosial, merupakan hubungan-hubungan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memungkinkan terjadinya integritas sosial, merupakan hubungan-hubungan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bourdieu tentang Habitus Menurut Bourdieu (dalam Ritzer 2008:525) Habitus ialah media atau ranah yang memungkinkan terjadinya integritas sosial, merupakan hubungan-hubungan

Lebih terperinci

Teori Peniruan Media Massa

Teori Peniruan Media Massa Modul ke: Teori Peniruan Media Massa Fakultas ILKOM Desiana E. Pramesti, M.Si. Program Studi Periklanan www.mercubuana.ac.id Abstract Komunikasi massa mentransformasikan suatu pesan yang dapat digunakan

Lebih terperinci

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN Pada hakekatnya manusia merupakan mahluk sosial. Hal ini dapat dilihat dari kehidupannya yang senantiasa menyukai dan membutuhkan kehadiran manusia lain. Manusia memiliki

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA. Jalan Babarsari No.

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA. Jalan Babarsari No. Kepuasan Relasi Antara Atasan dan Bawahan dengan Pendekatan Teori Pertukaran Sosial di PT PLN (Persero) Area Yogyakarta (Deskriptif Kualitatif dengan Teori Pertukaran Sosial Tentang Kepuasan Relasi ) Ratih

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Pola Asuh Berdasarkan tata bahasanya, pola asuh terdiri dari kata pola dan asuh. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (dalam Isni Agustiawati, 2014), kata pola berarti model,

Lebih terperinci

Proses Komunikasi dalam Masyarakat

Proses Komunikasi dalam Masyarakat Proses Komunikasi dalam Masyarakat Lapisan masyarakat sangat beragam dan kompleks Semakin kompleks, semakin rumit, karena bermacam budaya dan proses sosial Bentuk komunikasi ditentukan oleh: 1. Pihak yang

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. A. Pengantar. B. Karakter Patronase di Alun-Alun Kidul Yogyakarta

BAB V. Kesimpulan. A. Pengantar. B. Karakter Patronase di Alun-Alun Kidul Yogyakarta BAB V Kesimpulan A. Pengantar Bab V merupakan bab terakhir dari seluruh narasi tulisan ini. Sebagai sebuah kesatuan tulisan yang utuh, ide pokok yang disajikan pada bab ini tidak dapat dipisahkan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi telah

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita.

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita. Perkembangan jaman dan teknologi ini juga berimbas kepada proses berkembangnya

Lebih terperinci

PESAN KOMUNIKASI BISNIS MODUL ANALISIS BENTUK BENTUK KOMUNIKASI BISNIS 3.3 A. BENTUK KOMUNIKASI VERBAL 3.4 B. KOMUNIKASI TERTULIS 3.6 C.

PESAN KOMUNIKASI BISNIS MODUL ANALISIS BENTUK BENTUK KOMUNIKASI BISNIS 3.3 A. BENTUK KOMUNIKASI VERBAL 3.4 B. KOMUNIKASI TERTULIS 3.6 C. KOMUNIKASI BISNIS 1. KONSEP KONSEP DASAR KOMUNIKASI BISNIS MODUL 1 A. PENGERTIAN PENGERTIAN ISTILAH 1.2 B. RUANG LINGKUP KOMUNIKASI BISNIS 1.4 C. ARTI PENTING KOMUNIKASI BISNIS 1.6 D. PRINSIP 7 C 1.6 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkeinginan untuk mengikuti pendidikan di Kota ini. Khusus untuk pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berkeinginan untuk mengikuti pendidikan di Kota ini. Khusus untuk pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu kota yang dikenal sebagai kota kembang, Bandung menyediakan sarana pendidikan mulai dari tingkat dasar, menengah, atas dan perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, terutama teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang dengan cepat,

Lebih terperinci

BAB IV INTERPRETASI HASIL PENELITIAN. dengan tujuan yang ditetapkan dalam penelitian. Hasil dari penelitian ini

BAB IV INTERPRETASI HASIL PENELITIAN. dengan tujuan yang ditetapkan dalam penelitian. Hasil dari penelitian ini BAB IV INTERPRETASI HASIL PENELITIAN A. Temuan Penelitian Dalam sebuah penelitian diharapkan akan memperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dalam penelitian. Hasil dari penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication) Pengertian Komunikasi Antar Pribadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication) Pengertian Komunikasi Antar Pribadi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication) 2.1.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi Menurut Joseph De Vito, dalam bukunya The Interpersonal Communication

Lebih terperinci

ini. TEORI KONTEKSTUAL

ini. TEORI KONTEKSTUAL TEORI KOMUNIKASI DASAR-DASAR TEORI KOMUNIKASI Komunikasi merupakan suatu proses, proses yang melibatkan source atau komunikator, message atau pesan dan receiver atau komunikan. Pesan ini mengalir melalui

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. kepada komunikannya, sehingga dapat dapat menciptakan suatu persamaan makna antara

BAB IV ANALISIS DATA. kepada komunikannya, sehingga dapat dapat menciptakan suatu persamaan makna antara BAB IV ANALISIS DATA a. Temuan Penelitian 1. Proses Komunikasi Proses komunikasi adalah bagaimana sang komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat dapat menciptakan suatu persamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya dijelaskan permasalahan penelitian yang menjadi ketertarikan peneliti

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya dijelaskan permasalahan penelitian yang menjadi ketertarikan peneliti 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian dimana di dalamnya dijelaskan permasalahan penelitian yang menjadi ketertarikan peneliti dalam memilih penelitian ini yang dikemas

Lebih terperinci

BAB II TEORI AGIL TALCOT PARSON. (order) dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam

BAB II TEORI AGIL TALCOT PARSON. (order) dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam 21 BAB II TEORI AGIL TALCOT PARSON A. Teori Fungsionalisme Struktural Teori Fungsionalisme Struktural menekankan kepada keteraturan (order) dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat

BAB II KAJIAN TEORI. maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN PUSTAKA Dalam kajian pustaka ini penulis ataupun peneliti akan menjabarkan maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat dengan judul, tema, dan fokus

Lebih terperinci

SILABUS SOSIOLOGI 2014

SILABUS SOSIOLOGI 2014 SILABUS SOSIOLOGI 2014 FAKULTAS MATA KULIAH SEMESTER : PSIKOLOGI : SOSIOLOGI : I I. IDENTITAS MATA KULIAH Nama Mata Kuliah : Psikologi Sosiologi Jumlah SKS : 2 SKS Semester : I Program Studi : Psikologi/S1

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1. Modal Sosial Konsep modal sosial menawarkan betapa pentingnya suatu hubungan. Dengan membagun suatu hubungan satu sama lain, dan memeliharanya agar terjalin terus, setiap individu

Lebih terperinci

BAB II INTERAKSIONISME SIMBOLIK. teori interaksi simbolik, istilah interaksi simbolik diciptakan oleh Herbert

BAB II INTERAKSIONISME SIMBOLIK. teori interaksi simbolik, istilah interaksi simbolik diciptakan oleh Herbert BAB II INTERAKSIONISME SIMBOLIK A. Pikiran, Diri, dan Masyarakat Dalam mengkaji masalah dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori interaksi simbolik, istilah interaksi simbolik diciptakan oleh Herbert

Lebih terperinci

Memahami Akar dan Ragam Teori Konflik

Memahami Akar dan Ragam Teori Konflik Memahami Akar dan Ragam Teori Konflik Sofyan Sjaf Turner dalam bukunya yang berjudul The Structure of Sociological Theory pada bab 11 13 dengan apik menjelaskan akar dan ragam teori konflik yang hingga

Lebih terperinci

Komunikasi dan Proses Perubahan Sosial

Komunikasi dan Proses Perubahan Sosial Modul ke: Komunikasi dan Proses Perubahan Sosial Fakultas ILKOM Desiana E. Pramesti, M.Si. Program Studi Periklanan www.mercubuana.ac.id Abstract Media massa berlaku sebagai agen pembawa perubahan sosial

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Masyarakat sebagai suatu sistem sosial, dimana setiap unit sosial yang sifatnya berkelanjutan serta memiliki identitas tersendiri dan dapat dibedakan dengan unit sosial lainnya bisa

Lebih terperinci

BAHAN AJAR PEMBELAJARAN VII

BAHAN AJAR PEMBELAJARAN VII BAHAN AJAR PEMBELAJARAN VII 1. Nama Mata KuIiah : Filsafat Komunikasi 2. Kode/SKS : F1F 349 / 2 SKS 3. Waktu Pertemuan : 1 x pertemuan (2 x 50 menit) 4. Pertemuan : VII 5. Tujuan Pembelajaran a. Umum Setelah

Lebih terperinci

Modul ke: Opinion Leader. Fakultas ILKOM. Desiana E. Pramesti, M.Si. Program Studi Periklanan.

Modul ke: Opinion Leader. Fakultas ILKOM. Desiana E. Pramesti, M.Si. Program Studi Periklanan. Modul ke: Opinion Leader Fakultas ILKOM Desiana E. Pramesti, M.Si. Program Studi Periklanan www.mercubuana.ac.id Abstract Opinion leader atau pemimpin opini sebagai pihak-pihak yang memiliki peran besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, komunikasi berkembang semakin pesat dan menjadi sedemikian penting. Hal tersebut mendorong terciptanya media media yang menjadi alat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA A. Hasil Temuan Penelitian Analisis data merupakan hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti dari hasil wawancara dengan subjek dan objek penelitian. Observasi berarti peneliti melihat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni BAB IV ANALISIS DATA Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni peorganisasin data kedalam pola-pola yang saling berhubungan, serta setiap kategori maupun sistem yang ada. Pada tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. katanya dari bahasa latin communicatio yang berarti proses penyampaian suatu. pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. katanya dari bahasa latin communicatio yang berarti proses penyampaian suatu. pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi sebagai suatu proses yang berkesinambungan tanpa awal dan akhir merupakan bagian dari kehidupan, secara terminologis atau menurut asal katanya dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Multi Level Marketing disebut juga dengan Networking Marketing

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Multi Level Marketing disebut juga dengan Networking Marketing BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Multi Level Marketing (MLM) Multi Level Marketing disebut juga dengan Networking Marketing (pemasaran berjenjang) atau direct selling yang merupakan salah satu bisnis yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB II TEORI INTERAKSI SIMBOLIK GEORGE HERBERT MEAD. Blumer sekitar tahun Dalam lingkup sosiologi, idea ini sebenarnya

BAB II TEORI INTERAKSI SIMBOLIK GEORGE HERBERT MEAD. Blumer sekitar tahun Dalam lingkup sosiologi, idea ini sebenarnya 35 BAB II TEORI INTERAKSI SIMBOLIK GEORGE HERBERT MEAD Konsep teori interaksi simbolik ini diperkenalkan oleh Herbert Blumer sekitar tahun 1939. Dalam lingkup sosiologi, idea ini sebenarnya sudah lebih

Lebih terperinci

PENGENALAN PANDANGAN ORGANISASI

PENGENALAN PANDANGAN ORGANISASI MODUL PERKULIAHAN PENGENALAN PANDANGAN ORGANISASI Pokok Bahasan 1. Alternatif Pandangan Organisasi 2. Perkembangan Teori Dalam Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komunikasi Public

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Komunikasi merupakan bagian yang penting yang tidak

Lebih terperinci

Facebook :

Facebook : 1 Nama : Dian Silvia Ardasari Tetala : Baso, 4 Desember 1983 Pendidikan : Sarjana Sosial dari Universitas Indonesia Status : Istri dari Chairul Hudaya Ibu dari Naufal Ghazy Chairian (3,5 th) dan Naveena

Lebih terperinci

MODUL SOSIOLOGI KOMUNIKASI Oleh : Heri Budianto, S. Sos. M.Si.

MODUL SOSIOLOGI KOMUNIKASI Oleh : Heri Budianto, S. Sos. M.Si. Pertemuan 1 MODUL SOSIOLOGI KOMUNIKASI Oleh : Heri Budianto, S. Sos. M.Si. POKOK BAHASAN Ruang Lingkup Sosiologi komunikasi DESKRIPSI Pokok bahasan ruang lingkup sosiologi membahas tentang pengertian sosiologi

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: SOSIOLOGI KOMUNIKASI Komunikasi dan Sistem Kemasyarakatan Fakultas ILMU KOMUNIKASI Enjang Pera Irawan, S.Sos, M.I.Kom Program Studi HUBUNGAN MASYARAKAT www.mercubuana.ac.id Masyarakat dan Pembagian

Lebih terperinci